Normal view

Received — 17 December 2025 Crypto News & Update

Mengapa Orang Amerika Mungkin Punya Lebih Sedikit Uang untuk Aset Kripto pada 2026

17 December 2025 at 07:43

Data ekonomi AS memberi sinyal peringatan dini bagi aset berisiko dan aset kripto. Data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan pertumbuhan pendapatan rumah tangga bisa melemah menuju 2026.

Tren ini bisa mengurangi arus investasi ritel, terutama ke aset yang volatil seperti aset kripto. Dalam jangka pendek, ini lebih menimbulkan masalah permintaan, bukan krisis struktural.

Data Tenaga Kerja AS Tunjukkan Pertumbuhan Pendapatan Disposabel yang Lebih Lambat

Laporan Nonfarm Payrolls terbaru menunjukkan terciptanya lapangan kerja yang moderat di tengah kenaikan tingkat pengangguran. Pertumbuhan upah juga melambat dan ini menandakan momentum pendapatan rumah tangga yang semakin lemah.

Nonfarm payrolls -105k in October … +64k in November pic.twitter.com/tJcn8RSu9m

— Kevin Gordon (@KevRGordon) December 16, 2025

Pendapatan yang dapat dibelanjakan penting bagi adopsi aset kripto. Investor ritel biasanya mengalokasikan uang lebih, bukan dengan leverage, ke aset berisiko.

Saat upah stagnan dan keamanan kerja menurun, rumah tangga akan memangkas pengeluaran diskresioner terlebih dahulu. Investasi spekulatif sering masuk dalam kategori ini.

Pertumbuhan Lapangan Kerja AS Selama Bertahun-tahun | Sumber: X/Jed Kolko

Investor ritel paling berisiko dan altcoin bisa terdampak lebih dulu

Keterlibatan investor ritel punya peran lebih besar di pasar altcoin dibanding di Bitcoin. Token-token kecil sangat bergantung pada modal ritel yang mencari imbal hasil tinggi.

Sebaliknya, Bitcoin menarik arus institusi, ETF, dan holder jangka panjang. Ini memberi Bitcoin likuiditas yang lebih dalam serta bantalan di sisi penurunan harga yang lebih kuat.

Jika orang Amerika punya lebih sedikit uang untuk diinvestasikan, altcoin biasanya terdampak lebih dulu. Likuiditas mengering lebih cepat dan penurunan harga bisa bertahan lebih lama.

Investor ritel juga bisa terpaksa keluar dari posisinya untuk menutup keperluan sehari-hari. Tekanan jual seperti ini lebih terasa di token berkapitalisasi kecil.

Rata-rata Relative Strength Index (RSI) Aset Kripto Masih di Dekat Level Oversold | Sumber: CoinMarketCap

Pendapatan lebih rendah tidak berarti harga lebih rendah, tapi ini mengubah penggeraknya

Harga aset sebenarnya tetap bisa naik meski pendapatan melemah. Biasanya ini terjadi saat kebijakan moneter jadi lebih mendukung.

Pelemahan pasar tenaga kerja memberi ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah bisa meningkatkan harga aset melalui likuiditas, bukan karena permintaan dari rumah tangga.

Untuk aset kripto, perbedaan ini sangat penting. Reli yang hanya didorong likuiditas jauh lebih rentan dan sensitif terhadap guncangan ekonomi makro.

Lembaga Keuangan Menghadapi Tantangan Tersendiri dari Jepang

Kelemahan investor ritel hanyalah sebagian gambaran. Investor institusi kini juga mulai lebih berhati-hati.

Potensi kenaikan suku bunga Bank of Japan bisa mengancam kondisi likuiditas global. Hal ini berisiko membalikkan tren carry trade yen yang telah menopang aset berisiko selama bertahun-tahun.

Bank of Japan is set to hike interest rates by 25bps on December 19

The last 3 times BoJ hiked rates, Bitcoin dumped by over 20%

March 2024 → -27%
July 2024 → -30%
January 2025 → -31%

We already saw a 7% dump last week as investors tried to front-run the dump.

However,… pic.twitter.com/ex77EzHBMh

— Lark Davis (@LarkDavis) December 15, 2025

Saat biaya pinjaman naik di Jepang, institusi seringkali memangkas eksposur mereka secara global. Aset kripto, saham, maupun obligasi semuanya merasakan dampaknya.

Risiko utama saat ini bukanlah kejatuhan, tapi permintaan yang tipis. Investor ritel bisa mundur karena pertumbuhan pendapatannya melemah. Sementara institusi mungkin menunda aksi karena likuiditas global mengencang.

Altcoin tetap menjadi pihak yang paling rentan dalam situasi seperti ini. Bitcoin jauh lebih mampu menyerap perlambatan pasar.

Untuk saat ini, pasar aset kripto nampaknya sedang bertransisi. Dari momentum yang digerakkan ritel menjadi lebih berhati-hati karena faktor makro.

Pergeseran inilah yang bisa menentukan bulan-bulan awal di tahun 2026.

Meme Coin Hero Australia Ajak Dukungan Komunitas setelah Serangan Teroris di Sydney

17 December 2025 at 06:50

Sebuah meme coin bernama HERO mulai populer dalam beberapa hari terakhir, yang dibuat untuk menghormati seorang pria yang membantu melucuti salah satu dari dua pelaku saat terjadi serangan mematikan di acara perayaan Hanukkah di Sydney, Australia, akhir pekan lalu.

Token ini sempat mencapai kapitalisasi pasar sebesar US$1,7 juta. Tim di balik inisiatif ini mengatakan bahwa proyek tersebut akan menyumbangkan semua biaya kreator untuk mendukung para korban serangan itu.

HERO Diluncurkan untuk Membantu Korban Bondi

Sebuah inisiatif akar rumput pun menguat setelah serangan teroris di Bondi Beach pada hari Minggu, yang menyebabkan 15 orang tewas dan setidaknya 42 orang lainnya terluka.

Seorang individu dengan nama DefiANT di X meluncurkan meme coin HERO untuk menghormati Ahmed al-Ahmed, seorang pemilik toko buah berusia 43 tahun yang berhasil melucuti salah satu pelaku saat kejadian berlangsung.

the whole world is talking about the heroic act of Ahmed.

meanwhile, we have established ourselves as the only true $hero coin by donating $20k in creator rewards so far, with much more to come.

we had our first space in which people shared their experiences, expressed…

— DefiAnt™ (build/acc) (@defi_tm) December 15, 2025

Berdasarkan DexScreener, HERO berjalan di atas Solana dan kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai US$180.000. Meme coin ini dibuat melalui Pump.Fun dan sempat menyentuh puncak hampir US$1,7 juta. Meskipun meme coin tersebut diluncurkan di hari yang sama dengan serangan itu, pengembang awal meninggalkan proyek ini dan lalu menelantarkannya.

Sejak saat itu, komunitas mengambil alih pengelolaan token ini, dengan DefiANT muncul sebagai penggerak utamanya. Inisiatif ini pun telah berubah menjadi gerakan yang sepenuhnya dipimpin oleh komunitas, dengan semua hasil didedikasikan untuk membantu para korban.

Halaman GoFundMe yang Dibuat oleh Komunitas Meme Coin

Kampanye Penggalangan Dana Berhasil Lampaui US$2,3 Juta

Selain token, tim juga meluncurkan kampanye GoFundMe paralel untuk menggalang dana bagi mereka yang terdampak serangan tersebut.

Berdasarkan halaman penggalangan dana, hampir 40.000 orang telah bersama-sama mengumpulkan lebih dari US$2,3 juta. Kampanye ini menargetkan angka US$3,1 juta.

Grafik Harga Meme Coin HERO | Sumber: DexScreener

Situs resmi HERO menyebut bahwa donasi akan diberikan kepada para korban dalam beberapa tahap. DefiANT juga sudah mengonfirmasi lewat media sosial kalau sebanyak 47.000 dolar Australia sudah disalurkan kepada mereka yang terdampak serangan tersebut.

Mengapa Bank of Japan Sangat Penting bagi Bitcoin

17 December 2025 at 05:38

Trader Bitcoin sering memperhatikan The Fed di Amerika Serikat. Tapi, Bank of Japan (BoJ) juga bisa sama pentingnya untuk pasar aset kripto.

Hal ini karena Jepang memiliki peran unik dalam likuiditas global. Saat likuiditas itu mengetat, Bitcoin biasanya mengalami penurunan tajam.

Yen Murah Jadi Mesin Likuiditas Tersembunyi Bitcoin

Selama puluhan tahun, Jepang menetapkan suku bunga mendekati nol atau bahkan negatif. Hal itu membuat yen menjadi salah satu mata uang termurah di dunia untuk dipinjam.

Situasi ini melahirkan yen carry trade.

The 🇯🇵 Bank of Japan is about to do a rate hike on Friday the 19th, creating massive fear surrounding the Yen carry trade.

Bitcoin dumped hard the last time they hiked rates:

But why is this exactly? Let’s break it down 👇

What is the Yen Carry Trade?

For decades, the Yen has… pic.twitter.com/YjxzOctjnx

— Mister Crypto (@misterrcrypto) December 14, 2025

Institusi besar — termasuk hedge fund, bank, manajer aset, dan desk trading proprietary — meminjam yen lewat bank-bank Jepang, pasar FX swap, dan jalur pendanaan jangka pendek lainnya.

Mereka lalu menukar yen tersebut ke dolar atau euro. Modal itu kemudian dialirkan ke aset-aset yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Aset tersebut termasuk saham, kredit, pasar berkembang, dan belakangan mulai merambah aset kripto. Bitcoin diuntungkan saat pendanaan ini tetap murah dan melimpah.

Bitcoin sangat menarik karena diperdagangkan 24 jam nonstop serta punya volatilitas tinggi. Untuk dana yang memakai leverage, Bitcoin menjadi cara yang likuid untuk membuka posisi risk-on.

Kenaikan suku bunga BoJ bisa mengganggu sistem ini.

🚨 JAPAN WILL CRASH BITCOIN IN 5 DAYS!!!

People are seriously underestimating what Japan is about to do to Bitcoin.

The Bank of Japan is expected to raise rates again on Dec 19.

That might not sound like a big deal… until you remember one thing:

Japan is the largest holder… pic.twitter.com/0a9Aimfn88

— NoLimit (@NoLimitGains) December 14, 2025

Mengapa Kenaikan Suku Bunga Kecil oleh BoJ Bisa Berdampak Besar

Di atas kertas, langkah BoJ yang diantisipasi ini terlihat sederhana.

Pasar memprediksi kenaikan sekitar 25 basis poin, sehingga suku bunga acuan Jepang jadi sekitar 0,75%. Angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan suku bunga di AS atau Eropa.

Tapi, besarnya kenaikan bukan masalah utamanya.

Jepang sudah bertahun-tahun berada di kisaran nol. Bahkan kenaikan kecil saja sudah menjadi pergeseran struktural dalam kondisi pendanaan.

Lebih penting lagi, hal ini mengubah ekspektasi.

Jika pasar percaya Jepang akan masuk siklus pengetatan bertahap, trader biasanya bertindak cepat. Mereka memangkas eksposur lebih awal.

Antisipasi ini saja bisa langsung memicu aksi jual pada aset berisiko di seluruh dunia. Bitcoin langsung merasakan dampaknya karena diperdagangkan nonstop dan bereaksi lebih cepat daripada saham atau obligasi.

Bagaimana Pengetatan BoJ Bisa Picu Likuidasi Bitcoin

Penurunan paling tajam Bitcoin jarang sekali hanya karena aksi jual spot. Biasanya terjadi akibat leverage.

Jika BoJ mengambil langkah hawkish, nilai yen bisa menguat dan yield global meningkat. Hal ini menekan aset berisiko di waktu yang bersamaan.

Setelah itu, Bitcoin bisa jatuh menembus level teknis penting. Ini berdampak besar karena pasar kripto sangat mengandalkan perpetual Futures dan margin.

Saat harga anjlok, posisi long dengan leverage akan terkena ambang likuidasi. Exchange otomatis menjual aset jaminan untuk menutup kerugian.

Bank of Japan is set to hike interest rates by 25bps on December 19

The last 3 times BoJ hiked rates, Bitcoin dumped by over 20%

March 2024 → -27%
July 2024 → -30%
January 2025 → -31%

We already saw a 7% dump last week as investors tried to front-run the dump.

However,… pic.twitter.com/ex77EzHBMh

— Lark Davis (@LarkDavis) December 15, 2025

Penjualan paksa ini mendorong harga Bitcoin makin turun. Proses ini menimbulkan likuidasi bertingkat yang saling memicu.

Karena itulah, kejadian ekonomi makro kadang terlihat seperti crash khusus kripto. Kejutan awal berasal dari suku bunga dan FX.

Gelombang kedua muncul karena struktur leverage di pasar aset kripto.

Apa yang trader perhatikan saat keputusan BoJ

Risiko dari BoJ biasanya meningkat sebelum pengumuman resminya. Trader memantau tanda-tanda awal berikut:

  • Penguatan yen, menandakan carry trade mulai dibuka
  • Kenaikan yield obligasi, memperketat kondisi keuangan
  • Penurunan funding rate atau Open Interest, menunjukkan leverage mulai keluar
  • Support Bitcoin utama jebol, bisa memicu likuidasi besar-besaran

Nada pidato dan arahan BoJ juga penting. Kenaikan suku bunga dengan pesan dovish bisa menenangkan pasar.

Sinyal hawkish justru akan memperpanjang tekanan jual.

Singkatnya, Bank of Japan penting karena mereka mengontrol salah satu sumber likuiditas global utama. Ketika likuiditas mengetat, biasanya Bitcoin jadi aset pertama yang kena efeknya.

Apakah MicroStrategy Melakukan Pembelian Bitcoin Terburuk di 2025?

17 December 2025 at 04:20

Pembelian Bitcoin terbaru MicroStrategy langsung menuai sorotan. Hanya sehari setelah perusahaan mengumumkan pembelian besar, harga Bitcoin langsung turun tajam.

Pada 14 Desember, MicroStrategy mengumumkan telah membeli 10.645 BTC dengan harga sekitar US$980,3 juta, membayar rata-rata US$92.098 per koin. Pada saat itu, Bitcoin masih diperdagangkan di level tertinggi lokal.

Pembelian yang Kurang Tepat Waktu, Setidaknya untuk Jangka Pendek

Waktunya memang kurang beruntung. Hanya sehari setelah pembelian yang diumumkan oleh MicroStrategy, harga Bitcoin sempat anjlok ke kisaran US$85.000, bahkan sempat turun di bawah angka itu. Pada waktu publikasi, BTC tetap berada di bawah US$80.000.

Strategy has acquired 10,645 BTC for ~$980.3 million at ~$92,098 per bitcoin and has achieved BTC Yield of 24.9% YTD 2025. As of 12/14/2025, we hodl 671,268 $BTC acquired for ~$50.33 billion at ~$74,972 per bitcoin. $MSTR $STRC $STRK $STRF $STRD $STRE https://t.co/VdAz7pqce1

— Michael Saylor (@saylor) December 15, 2025

Penurunan harga Bitcoin terjadi di tengah aksi jual global yang dipicu oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan, likuidasi leverage, dan aksi de-risking dari market maker. Pembelian MicroStrategy terjadi tepat sebelum penurunan besar itu.

Bitcoin’s Price Drop Was Driven by Liquidations — Not Spot Selling

“In this context, the current move should be viewed less as a collapse in fundamental demand and more as a structural deleveraging event.” – By @xwinfinance pic.twitter.com/i1DSrt2Ttw

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) December 16, 2025

Saat Bitcoin turun, harga saham MicroStrategy pun jatuh tajam. Dalam lima hari perdagangan terakhir, saham MSTR turun lebih dari 25%, jauh lebih buruk dibandingkan penurunan Bitcoin itu sendiri.

Meski hari ini sahamnya sedikit pulih, nilainya masih jauh di bawah level sebelum pengumuman pembelian.

Harga Saham MSTR Selama Seminggu Terakhir | Sumber: Google Finance

Angka-angka di Balik Kekhawatiran

Saat ini, MicroStrategy memegang 671.268 BTC yang didapatkan dengan total sekitar US$50,33 miliar pada harga rata-rata US$74.972 per koin.

Secara jangka panjang, perusahaan ini masih untung besar.

Tapi, persepsi jangka pendek punya pengaruh sendiri. Dengan harga Bitcoin di sekitar US$85.000, pembelian terbaru ini sudah mengalami kerugian di atas kertas.

mNAV MicroStrategy saat ini berada di sekitar 1,11, artinya saham tersebut hanya diperdagangkan sekitar 11% di atas nilai aset Bitcoin yang dimiliki. Premi ini menyusut cepat seiring harga Bitcoin jatuh dan para investor saham mengevaluasi ulang risiko.

mNAV MicroStrategy | Sumber: Saylor Tracker

Kenapa pasar bereaksi sangat keras

Investor tidak mempertanyakan keyakinan MicroStrategy terhadap Bitcoin. Mereka justru mempertanyakan masalah waktu pembelian dan pengelolaan risikonya.

Risiko makro yang memicu penurunan Bitcoin ini sudah lama diperingatkan pasar. Pasar sejak beberapa minggu lalu sudah mewaspadai potensi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan dan ancaman terhadap yen carry trade.

Bitcoin memang punya sejarah sering turun tajam saat siklus kenaikan suku bunga Bank of Japan terjadi. Kondisi kali ini pun serupa.

Pihak yang mengkritik mengatakan MicroStrategy dinilai tidak menunggu kejelasan kondisi makro. Perusahaan ini terlihat membeli secara agresif di dekat resistance, tepat saat kondisi likuiditas global sedang mengetat.

🚨 JAPAN WILL CRASH BITCOIN IN 5 DAYS!!!

People are seriously underestimating what Japan is about to do to Bitcoin.

The Bank of Japan is expected to raise rates again on Dec 19.

That might not sound like a big deal… until you remember one thing:

Japan is the largest holder… pic.twitter.com/0a9Aimfn88

— NoLimit (@NoLimitGains) December 14, 2025

Apakah Ini Sebenarnya Sebuah Kesalahan?

Semua itu tergantung dari sudut waktu yang dipakai.

Dari sudut pandang trading, pembelian ini memang terlihat kurang tepat waktu. Harga Bitcoin langsung drop, bahkan harga sahamnya turun lebih jauh karena pengaruh leverage, sentimen, dan shrinking NAV premium.

Tapi dari sisi strategi, MicroStrategy memang tidak pernah menargetkan beli di harga terendah. Perusahaan tetap fokus pada akumulasi jangka panjang, bukan pada mengoptimalkan harga beli di jangka pendek.

CEO Michael Saylor berulang kali menyampaikan bahwa memiliki lebih banyak Bitcoin jauh lebih penting daripada presisi harga pembelian.

Risiko utama bukan di aksi beli itu sendiri. Tapi justru pada apa yang terjadi setelahnya.

Jika harga Bitcoin stabil dan tekanan makro mereda, pembelian terbaru MicroStrategy akan menyatu ke dalam biaya rata-rata jangka panjang. Tapi jika Bitcoin turun semakin jauh, keputusan ini bisa akan terus menjadi sorotan para pengkritik.

Mungkin MicroStrategy bukan pembeli Bitcoin terburuk di tahun 2025. Tapi sepertinya ini adalah pembelian yang paling tidak nyaman.

SEC Hentikan Penyelidikan Lama terhadap Aave Protocol

17 December 2025 at 02:49

US Securities and Exchange Commission (SEC) telah menghentikan investigasi terhadap Aave Protocol tanpa merekomendasikan tindakan penegakan hukum, menurut sebuah pengumuman tertanggal 16 Desember.

Keputusan ini mengakhiri penyelidikan selama bertahun-tahun terhadap salah satu platform decentralized finance (decentralized finance) lending terbesar dan menghilangkan tekanan regulasi utama untuk sektor tersebut.

Penyelidikan Ditutup tanpa Penegakan

Dalam pengumuman tersebut, SEC menyatakan telah menyelesaikan investigasi terhadap Aave Protocol dan saat ini tidak berniat merekomendasikan tindakan penegakan hukum.

namun, lembaga itu menegaskan bahwa penutupan investigasi ini bukan berarti pembebasan sepenuhnya dan tidak mencegah tindakan di masa depan jika situasi berubah. Pengumuman ini mengikuti praktik standar SEC sesuai Securities Act Release No. 5310.

After four years, we are finally ready to share that the SEC has concluded its investigation into the Aave Protocol.

This process demanded significant effort and resources from our team, and from me personally as the founder, to protect Aave, its ecosystem, and DeFi more… pic.twitter.com/aZeLrZz5ZQ

— Stani.eth (@StaniKulechov) December 16, 2025

Penyelidikan ini dimulai sekitar 2021–2022, di masa saat SEC memperketat pengawasan terhadap aktivitas crypto lending, staking, dan governance token.

Aave, sebuah decentralized finance protocol non-custodial, memungkinkan pengguna untuk meminjam dan meminjamkan aset digital lewat smart contract otomatis. Protokol ini berjalan tanpa perantara dan dikelola oleh para holder token AAVE.

AAVE Sempat Naik Setelah Pengumuman SEC | Sumber: CoinGecko

Pendapatan dan Tata Kelola Aave Jadi Sorotan

Keputusan SEC ini hadir ketika Aave juga menghadapi isu internal terkait pendapatan dan tata kelola.

Pada pekan ini, anggota DAO menyoroti kekhawatiran bahwa perubahan infrastruktur front-end mungkin telah mengalihkan pendapatan biaya swap dari kas DAO Aave. Masalah ini muncul setelah adanya peralihan dari ParaSwap ke CoW Swap di antarmuka resmi Aave.

Extremely concerning.

The stealth privatization of approximately 10% of Aave DAO's potential revenue, leveraging brand and IPs paid for by the DAO, represents a clear attack on the best interests of the $AAVE Token holders.

We will prepare an official response with @AaveChan. https://t.co/opoG3I7x7s

— Marc ”七十 Billy” Zeller (@Marczeller) December 12, 2025

Delegasi governance menyampaikan bahwa perubahan ini bisa menurunkan pendapatan DAO hingga US$10 juta per tahun, tergantung pada volume trading.

Aave Labs menjelaskan bahwa front-end adalah produk terpisah dan pembagian pendapatan sebelumnya sifatnya sukarela.

Untuk saat ini, Aave berhasil lolos dari pengawasan regulasi tanpa sanksi, yang menjadi pola umum karena SEC mulai mundur dalam penegakan aturan aset kripto di bawah Paul Atkins.

Meski demikian, protokol ini tetap menghadapi pertanyaan seputar tata kelola, desentralisasi, dan penangkapan nilai seiring perkembangan decentralized finance.

Kenapa Aksi Tegas Terbaru Cina terhadap Mining Memicu Penjualan Bitcoin Terbaru

17 December 2025 at 01:24

Seiring harga Bitcoin yang terus bergerak turun, tindakan keras terbaru dari pemerintah Cina terhadap aktivitas mining domestik bisa jadi menjelaskan penurunan mendadak ini.

Di provinsi Xinjiang, sekitar 400.000 Bitcoin miner terpaksa menutup operasinya dan offline. Gangguan mendadak ini memutuskan aliran pendapatan, sehingga beberapa operator harus menjual Bitcoin yang mereka miliki untuk menutupi biaya operasional atau membiayai upaya relokasi.

Gangguan Mining Menambah Tekanan pada Penurunan Bitcoin

Dalam unggahan media sosial baru-baru ini, mantan chairman Canaan, Jack Kong, menyebut bahwa kekuatan komputasi Cina turun sekitar 100 exahash per detik (EH/s) dalam waktu 24 jam. Ia terang bahwa penurunan sekitar 8% ini terjadi setelah ratusan ribu mesin mining dimatikan.

Bitcoin Hash Rate Falls by Most Since 2024 Halving

Ex-Chairman of $CAN says 400k BTC mining machines shut off in China https://t.co/4RQ0O2esh3 pic.twitter.com/q5OopJq10M

— matthew sigel, recovering CFA (@matthew_sigel) December 15, 2025

Berita ini muncul tak lama sebelum harga Bitcoin jatuh ke US$86.000 pada Selasa, menembus level US$90.000 yang sebelumnya mampu dipertahankan selama seminggu terakhir.

Beberapa analis melihat waktu kejadian ini bukan hal yang kebetulan, dan menunjuk pada korelasi antara penutupan mining dan penurunan harga

Mereka juga menyorot bahwa langkah mendadak dan ketat sering kali memaksa Bitcoin miner untuk segera bertindak, sehingga tekanan pasar jangka pendek bisa semakin besar.

Shutdown miner picu tekanan likuiditas dan aksi jual

Menurut analis Bitcoin, NoLimit, ketika Bitcoin miner terpaksa offline, biasanya akan terjadi reaksi berantai. 

Hal ini mencakup hilangnya pendapatan secara langsung, kebutuhan mendesak akan likuiditas untuk biaya operasional atau relokasi, dan dalam beberapa kasus, penjualan paksa Bitcoin yang mereka simpan.

Dinamika seperti ini bisa berdampak langsung ke pasar aset kripto secara umum. Saat sekitar 8% kekuatan komputasi Bitcoin tiba-tiba terhenti, ketidakpastian pun meningkat sehingga menambah tekanan jangka pendek terhadap harga Bitcoin.

🚨 BITCOIN IS CRASHING AND THIS IS THE REASON WHY!!!

Bitcoin is down today for a very simple reason, and almost nobody is explaining it properly.

It’s coming straight from China, and the timing matters.

That’s right, china’s crashing bitcoin, AGAIN.

Here’s what’s happening:… pic.twitter.com/RV3k9JzA0T

— NoLimit (@NoLimitGains) December 15, 2025

“That creates real sell pressure, not the other way around,” jelas NoLimit.

Waktu kejadian membuat dampaknya semakin terasa. Sektor mining di Cina baru saja kembali menjadi kontributor utama hashrate global.

Comeback Mining Bertemu Tekanan Regulasi Secara Tiba-tiba

Kurang dari sebulan lalu, Cina merebut kembali posisinya sebagai pusat mining Bitcoin terbesar ketiga di dunia. Berdasarkan data Hashrate Index, negara ini menyumbang sekitar 14% hashrate global pada bulan Oktober.

Meski pemerintah memberlakukan larangan mining secara resmi pada 2021, aktivitas di bawah tanah masih terus berkembang di seluruh negeri.

Analis menyorot akses ke listrik murah dan kelebihan pasokan listrik di beberapa wilayah sebagai pendorong utama bangkitnya kembali aktivitas mining di sana.

Di tengah situasi ini, tindakan keras pekan ini membuat Bitcoin miner tak siap. Ketika regulasi mendadak diperketat dan hashrate Bitcoin turun, pendapatan Bitcoin miner jadi sorotan utama.

Tekanan ini makin besar setelah harga Bitcoin anjlok sekitar 30% dari puncak Oktober dan biaya transaksi yang terus rendah, yang akhirnya membuat pendapatan Bitcoin miner turun ke titik terendah dalam beberapa waktu terakhir.

Mengingat mining menjadi penopang keamanan dan operasional jaringan Bitcoin, koreksi harga baru-baru ini memang sejalan dengan gangguan luas yang terjadi, meskipun dampak penuhnya mungkin akan terlihat seiring waktu.

Kejutan Nonfarm Payrolls yang Bisa Mengguncang Bitcoin sebelum Natal | US Crypto News

17 December 2025 at 00:18

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—rangkuman penting untuk perkembangan utama dunia kripto di Amerika Serikat hari ini.

Sambil menikmati kopi, data tenaga kerja AS terbaru memberikan sinyal campuran soal pekerjaan, upah, dan pengangguran. Trader sedang menimbang apa arti semua ini untuk aset berisiko, mulai dari saham hingga Bitcoin, sementara volatilitas jadi penentu suasana.

Berita Aset Kripto Hari Ini: Lapangan Kerja Oktober Anjlok dan Kenaikan Tipis di November Tanda Pasar Tidak Merata

Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk Oktober dan November 2025 mengejutkan pasar, sebab itu menjadi salah satu data ekonomi krusial minggu ini. Hasilnya menunjukkan pasar tenaga kerja mendingin yang bisa berdampak ke saham dan juga aset kripto.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS), Oktober mengalami penurunan tajam sebesar 105.000 pekerjaan, jauh dari estimasi -25.000. Angka ini menandai penurunan signifikan dalam momentum pasar tenaga kerja.

Analis menyebutnya sebagai data luar biasa, sebab terjadi gangguan dari keterlambatan pengumpulan data pemerintah dan penyesuaian musiman.

*US OCT. NONFARM PAYROLLS FALL 105K M/M; EST. -25K

this is all govt and an outlier

— zerohedge (@zerohedge) December 16, 2025

November mencatatkan kenaikan 64.000 pekerjaan, sedikit di atas konsensus 50.000, tapi tingkat pengangguran naik menjadi 4,6% dari 4,4% pada Oktober, lebih tinggi daripada perkiraan 4,5%.

🚨 Just In: November Nonfarm Payrolls rise 64,000, above expectations for 40,000.

The U.S. Unemployment Rate rose from 4.4% to 4.6%, worse than estimates for 4.5%.

What will Jerome Powell do now? pic.twitter.com/kFozsmOsgh

— Jesse Cohen (@JesseCohenInv) December 16, 2025

Kenaikan di November memang memberi sedikit kelegaan, tapi tetap memperlihatkan betapa tidak meratanya aktivitas pasar tenaga kerja AS akhir-akhir ini.

Dampak The Fed dan Pasar terhadap Bitcoin dan Aset Risiko

Data ini kemungkinan akan memperkuat narasi dovish untuk The Fed. Powell sebelumnya pernah menyebut pasar tenaga kerja yang melemah sebagai alasan pemotongan suku bunga, dan angka hari ini memperlihatkan ekonomi masih jauh dari panas.

Trader bisa saja menafsirkan laporan ini sebagai sinyal bahwa pelonggaran lebih lanjut di 2026 sangat mungkin terjadi, yang bisa menopang aset berisiko, termasuk Bitcoin, asal ekspektasi likuiditas tetap terjaga. Bitcoin terjebak di area US$90.000, dan data hari ini mungkin bisa memicu volatilitas jangka pendek.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

Setelah data Oktober yang lemah dan pemulihan moderat di November, ini bisa memicu reli ke US$95.000 saat pasar mengantisipasi potensi pelonggaran dari The Fed.

Di sisi lain, kenaikan tingkat pengangguran yang tak terduga justru bisa menyulut kekhawatiran resesi, sehingga bisa memicu pergerakan liar di pasar kripto, saham, maupun FX.

“Biasanya pasar akan lega ketika ketidakpastian selesai, tapi data kali ini berbeda. Tren pelemahan ini justru bisa memicu reli kripto di awal karena harapan pemotongan suku bunga The Fed secara agresif pada 2026 kembali muncul. Tapi kalau datanya terlalu lemah, narasinya bisa langsung beralih dari harapan likuiditas ke ketakutan resesi. Dalam sejarahnya, ini membuat selera terhadap risiko langsung turun di semua pasar,” ujar Jimmy Xue, COO dan Co-founder Axis, kepada BeInCrypto.

Pelaku pasar tetap waspada. Karena data Oktober dianggap outlier dan data November dikumpulkan terlambat, potensi distorsi statistik dan revisi masih ada.

Trading berbasis algoritma dan likuiditas yang tipis bisa memperbesar volatilitas dalam waktu dekat, sehingga penentuan posisi yang bijak sangat penting.

Di tengah sinyal yang membingungkan, aset aman tradisional seperti emas berpeluang tetap diserbu, sebab US dollar sedang tertekan dan sentimen risiko masih rapuh khususnya di sektor teknologi.

Chart Hari Ini

Analysis of BLS Current Establishment Survey
Analisis Survei Current Establishment BLS | Sumber: Jed Kolko di X

Byte-Sized Alpha

Berikut ini rangkuman berita kripto AS lainnya yang perlu kamu pantau hari ini:

Gambaran Umum Pre-market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan pada 15 DesemberRingkasan Pre-Market
Strategy (MSTR)US$162,08US$165,23 (+1,94%)
Coinbase (COIN)US$250,42US$253,61 (+1,27%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$24,54US$24,59 (+0,20%)
MARA Holdings (MARA)US$10,70US$10,82 (+1,12%)
Riot Platforms (RIOT)US$13,71US$13,81 (+0,73%)
Core Scientific (CORZ)US$15,28US$15,27 (-0,065%)
Persaingan pembukaan pasar ekuitas kripto | Sumber: Google Finance

Harga Cardano Beri Peringatan Jelas setelah Dua Kali Breakdown—US$0,25 Kini Jadi Perhatian

16 December 2025 at 22:00

Harga Cardano sedang diperdagangkan di dekat level terlemahnya tahun ini. Token ini turun sekitar 24% dalam 30 hari terakhir dan sekitar 5% dalam 24 jam terakhir, bergerak dekat ke titik terendah tahunannya di sekitar US$0,37. Hal yang membuat pergerakan ini menonjol bukan hanya besarnya penurunan, tapi juga pola di baliknya.

Dalam waktu hanya dua bulan, Cardano mengalami dua kali breakdown bearish lanjutan secara terpisah, sehingga memberikan tekanan baru pada chart dan meningkatkan risiko pergerakan yang lebih dalam lagi.


Dua Breakout Bearish dalam Dua Bulan Tunjukkan Kelemahan Struktural

Breakdown pertama terjadi di awal November. ADA membentuk bear flag dari akhir Oktober, kemudian breakdown terjadi sekitar 11 November. Pergerakan ini membuat harga turun tajam, yaitu sekitar 38% dari puncak flag tersebut.

Setelah terjadi konsolidasi singkat, Cardano mengulangi pola yang sama. Bear flag kedua terbentuk di akhir November hingga awal Desember. Pada 11 Desember, ADA kembali breakdown, mengonfirmasi pergerakan lanjutan kedua hanya dalam tempo dua bulan.

Ingin insight token lainnya seperti ini? Daftarkan diri Anda untuk menerima Daily Crypto Newsletter dari Editor Harsh Notariya di sini.

Price Breakdown Highlighted
Sorotan Price Breakdown: TradingView

Ketika pasar menampilkan pola bearish lanjutan secara berulang tanpa adanya pemulihan signifikan, ini menandakan adanya kendali penjual yang berkelanjutan, bukan sekadar aksi jual panik. Jika breakdown sekarang mengikuti logika measured move seperti sebelumnya, target penurunan mulai mengerucut di area US$0,25.


Mengapa Kelemahan Ini Sendiri Bisa Membatasi Kerugian Lebih Lanjut

Meski strukturnya bearish, terdapat dua faktor yang sedikit mengurangi risiko penurunan.

Pertama, posisi derivatif sudah sangat condong ke arah bearish. Data likuidasi di Gate menunjukkan leverage long sudah tipis, dengan hanya sekitar US$27 juta posisi long, sementara posisi short mendekati US$135 juta, atau 5 kali lebih besar. Sebagian besar klaster likuidasi long berakhir di sekitar US$0,36, artinya tekanan jual paksa akan berkurang drastis di level itu. Semakin sedikit posisi long yang menumpuk, semakin kecil peluang terjadi likuidasi massal.

ADA Liquidation Map
Peta Likuidasi ADA: Coinglass

Kedua, perilaku holder jangka panjang sudah mulai stabil. Kelompok pemilik 1 tahun sampai 2 tahun, yang sering dianggap sebagai holder dengan keyakinan tinggi, telah memangkas drastis belanja koinnya, yang terlihat lewat metrik Spent Coin dengan kategorisasi per kelompok pemiliknya.

Koin yang dipindahkan oleh kelompok ini menurun dari 666,24 juta ADA menjadi hanya 2,48 juta ADA sejak 10 Desember, turun hampir 99,6%. Ini menunjukkan tekanan jual dari holder yang berkomitmen makin menipis, meski harga masih lemah.

Spent Coins Go Down
Koin yang Dibelanjakan Turun: Santiment

Secara sederhana, kelemahan ADA telah mengurangi leverage dan memperlambat tekanan jual jangka panjang, sehingga dapat menjadi tahanan sementara saat terjadi tekanan pasar yang lebih luas.


Level Harga ADA Penting yang Perlu Diperhatikan

Chart harga Cardano masih sangat rapuh. US$0,36 menjadi support terpenting dalam waktu dekat. Level yang sama juga terlihat di peta likuidasi yang dibagikan tadi.

Jika level tersebut jebol, maka terbuka jalan ke US$0,33, dan dari sana target breakdown yang dihitung ada di sekitar US$0,25.

Untuk reset bullish, ADA harus bisa kembali menembus US$0,48. Tanpa itu, reli masih bersifat korektif saja dan belum bisa mengubah tren.

Cardano Price Analysis
Analisis Harga Cardano: TradingView

Saat ini, Cardano berada di posisi yang cukup berbahaya.

Dua kali breakdown dalam dua bulan terakhir menentukan tren. Kelemahan ini memang bisa memperlambat penurunan, namun jika strukturnya tidak membaik, risiko Cardano menguji US$0,25 masih tetap ada dan tidak boleh diabaikan.

Kembalinya Trump Berikan Segalanya untuk Aset Kripto, Kecuali Reli Bull

16 December 2025 at 20:26

Ketika Donald Trump kembali ke Gedung Putih, banyak pelaku pasar aset kripto berharap naskah lama akan terulang. Retorika pro-kripto, regulasi yang lebih ramah, arus masuk institusi, dan selera risiko yang kembali—semua itu seharusnya berpadu menciptakan bull market yang menentukan.

Namun, seiring tahun 2025 berakhir, pasar kripto justru menutup tahun dengan posisi jauh lebih rendah, hanya di kisaran 20% dari puncak saat era Biden.

Meski ada Trump, pasar aset kripto masih 20% saja dari level era Biden

Kontradiksi tersebut kini menjadi inti perdebatan: apakah kripto sedang terperangkap dalam fase sulit, atau ada sesuatu yang lebih fundamental benar-benar rusak.

“Saatnya mengakui dan menerima bahwa pasar kripto memang rusak,” ujar Ran Neuner, analis sekaligus host Crypto Banter.

Sang analis menyoroti adanya jarak yang belum pernah ada sebelumnya antara fundamental dan harga. Menurut Neuner, tahun 2025 memiliki “semua syarat untuk bull market”:

“Bahkan dengan semua faktor di atas,” ucap Neuner, “kita tutup tahun 2025 lebih rendah, hanya 20% dari posisi saat Biden.”

Ini menunjukkan bahwa penjelasan-penjelasan lama sudah tidak berlaku lagi. Teori tentang siklus empat tahun, likuiditas yang terjebak, atau momen IPO untuk kripto makin terasa sebagai pembenaran setelah kejadian, bukan jawaban yang sesungguhnya.

Menurut Neuner, hasilnya adalah pasar dengan hanya dua kemungkinan ke depan:

  • Ada penjual struktural tersembunyi atau mekanisme yang menekan harga, atau
  • Kripto sedang bersiap menuju “the mother of all catch-up trades” seperti yang ia sebut, ketika pasar akhirnya kembali seimbang.

Tidak Semua Orang Sepakat Ada Masalah

Gordon Gekko, komentator pasar dan pengguna populer di X, punya pandangan berbeda. Ia menekankan bahwa periode menyakitkan ini memang sengaja dan struktural, namun bukan berarti rusak.

“Tidak ada yang rusak; inilah memang cara market maker inginkan. Sentimen ada di titik terendah selama bertahun-tahun; trader dengan leverage kehilangan segalanya. Ini memang tidak dirancang untuk mudah; hanya yang kuat yang akan mendapat hadiah,” terang dia.

Perbedaan sudut pandang itu menunjukkan perubahan mendalam tentang bagaimana kripto bergerak dibandingkan siklus sebelumnya. Pada masa Trump periode pertama, dari 2017 sampai 2020, kripto berkembang pesat dalam kekosongan regulasi.

Spekulasi ritel mendominasi, leverage dibiarkan liar, dan momentum reflektif mendorong harga jauh di atas nilai fundamentalnya.

Sementara di era Biden, pasar berubah menjadi lebih institusional. Regulasi berprinsip enforcement pertama membatasi keberanian mengambil risiko, sedangkan ETF, kustodian, dan kerangka kepatuhan membentuk ulang arah dan aliran modal.

Ironisnya, banyak faktor penarik terbesar kripto justru datang di era yang lebih ketat ini:

Hasilnya adalah skala yang besar tanpa refleksivitas.

Bitcoin Bertahan, tapi Altcoin Mengalami Breakout di Rezim Baru Aset Kripto

Pergeseran struktural ini ternyata paling menyakitkan bagi altcoin. Analis dan KOL seperti Shanaka Anslem serta beberapa lainnya berpendapat bahwa pasar kripto yang dulu bersatu kini sudah tak ada lagi.

Sebaliknya, tahun 2025 telah terbagi menjadi “dua permainan”:

  • Kripto institusional: Bitcoin, Ethereum, serta ETF dengan volatilitas rendah dan jangka waktu panjang, dan
  • Kripto berbasis atensi: di mana jutaan token saling berebut likuiditas sementara dan kebanyakan runtuh hanya dalam hitungan hari.

Modal tidak lagi mengalir mulus dari Bitcoin ke alt, atau ke altcoin season, alias alt season. Aliran modal kini langsung ke mandat yang memang menjadi tujuannya.

Altcoin Season Index
Altcoin Season Index | Sumber: Blockchain Center.Net

“…Pilihanmu sekarang hanya dua: Mainkan Crypto Institusional dengan kesabaran dan kesadaran terhadap ekonomi makro. Atau mainkan Crypto Atensi dengan kecepatan dan infrastruktur,” tulis Anslem.  

Menurut pemimpin opini ini, memegang altcoin berdasarkan tesis selama berbulan-bulan justru menjadi strategi terburuk saat ini.

“Kamu tidak datang lebih awal ke altcoin season. Kamu sedang menunggu struktur pasar yang sudah tidak ada lagi,” tambahnya.

Mungkin inilah dasar keyakinan seorang trader, tahu di mana harus melihat peluang. Lisa Edwards mendukung tesis ini dengan mengimbau pelaku pasar untuk memahami arus likuiditas.

“Segala sesuatu berubah, siklus berganti, uang bergerak dengan cara baru. Jika kamu menunggu altcoin season yang lama, kamu pasti akan melewatkan yang sebenarnya sedang terjadi di depan mata,” ujar dia.

Quinten François juga sependapat, dengan menyoroti bahwa jumlah token di tahun 2025 jauh lebih besar dibandingkan siklus sebelumnya. Dengan lebih dari 11 juta token yang beredar, kemungkinan terjadinya altcoin season yang luas seperti tahun 2017 atau 2021 bisa jadi hanya menjadi sejarah.

Everyone keeps waiting for a classic altseason like 2017 or 2021.
But the entire market structure has changed.

2017 had a few hundred coins competing for capital.
2021 had a few thousand.
2025 has more than 11 million tokens, memecoins, and worthless experiments.

The days where…

— Quinten | 048.eth (@QuintenFrancois) December 2, 2025

Antara Repricing dan Recovery: Ujian Aset Kripto Setelah Era Institusi

Di sisi lain, tekanan makro masih membebani sentimen pasar. Nic Puckrin, analis investasi dan co-founder Coin Bureau, menerangkan bahwa penurunan Bitcoin mendekati moving average (MA) 100-minggu mencerminkan kekhawatiran baru soal bubble AI, ketidakpastian terkait kepemimpinan The Fed di masa depan, dan aksi jual aset untuk rugi pajak pada akhir tahun.

“Semua ini membuat akhir tahun 2025 terasa hambar,” katanya dalam email ke BeInCrypto, sambil memperingatkan bahwa BTC bisa saja sempat turun di bawah US$80.000 jika tekanan jual makin kuat.

Tidak ada yang benar-benar tahu apakah kripto sedang rusak atau hanya sedang berubah, sehingga investor perlu melakukan riset sendiri.

Satu hal yang pasti, ekspektasi era Trump sekarang bertabrakan dengan struktur pasar di era Biden, sehingga strategi lama sudah tidak relevan lagi.

Diskusi antara ekonom dan investor di meja utama menyiratkan kemungkinan repricing besar-besaran atau reli mengejar ketertinggalan yang sangat tajam, yang mungkin akan membentuk jati diri baru dunia kripto setelah era institusional.

Dorongan Ethereum JPMorgan Menghadapi Ujian Grafik Penting — Breakout atau Koreksi?

16 December 2025 at 20:00

Ethereum menjadi salah satu aset utama yang paling terpukul dalam penurunan pasar aset kripto terbaru. Harga ETH turun lebih dari 6% dalam 24 jam terakhir, sehingga penurunan mingguan mencapai sekitar 9%, karena tekanan ekonomi makro dan likuidasi membebani harga.

Di tengah situasi yang lemah ini, ada kabar institusional baru yang kembali mengarahkan perhatian ke fundamental Ethereum. JPMorgan mengumumkan peluncuran exchange-traded fund (ETF) pasar uang ter-tokenisasi pertama mereka di Ethereum, dengan modal awal US$100 juta. Pertanyaan pentingnya sekarang, apakah perkembangan ini bisa membantu harga ETH stabil dan bangkit lagi, atau tekanan teknis justru mendorong penurunan lebih dalam.

Tokenized fund JPMorgan menambah support jangka panjang, namun chart hadapi ujian

Langkah JPMorgan memperkuat peran Ethereum sebagai infrastruktur penyelesaian bagi institusi. Bank tersebut meluncurkan exchange-traded fund (ETF) pasar uang ter-tokenisasi, bernama MONY, di Ethereum melalui platform aset digital mereka, dengan alokasi awal US$100 juta sebelum menawarkan ke investor luar.

Today @jpmorgan, the world's largest bank by market cap per @WSJ, announced they're launching their first ever tokenized money market fund—MONY—on Ethereum.

The firm is seeding the fund with $100M of its own capital before opening to outside investors on Tuesday. https://t.co/xK0Qp3gFP5

— Ethereum (@ethereum) December 15, 2025

Dari sisi jangka panjang, perkembangan ini memperkuat kredibilitas Ethereum di sektor keuangan tradisional. Tapi, untuk jangka pendek, pergerakan harga masih tertekan. Pada grafik harian, Ethereum sedang mendekati persilangan EMA yang bearish, di mana exponential moving average (EMA) 100 hari hampir turun melewati EMA 200 hari.

ETH Price Faces Risk
Harga ETH Menghadapi Risiko | Sumber: TradingView

Butuh wawasan tokenisasi seperti ini? Langganan Newsletter Harian Crypto Editor Harsh Notariya di sini.

EMA adalah indikator tren yang lebih cepat merespons perubahan harga. Jika EMA yang lebih cepat turun melewati EMA lambat, biasanya ini menjadi sinyal momentum yang mulai melemah.

Kondisi seperti ini berarti, bahkan kabar positif pun bisa kesulitan memicu reli yang berkelanjutan jika Ethereum belum bisa menembus resistance-resistance kunci. Selain itu, persilangan EMA yang terbentuk ketika harga ETH masih berjuang bertahan di support US$2.910 semakin menegaskan lemahnya kondisi teknikal saat ini.

Sinyal On-chain Dukung Reli Jika Support Bertahan

Walau grafik terlihat rapuh, data on-chain justru menghadirkan skenario rebound bersyarat. Persentase alamat Ethereum yang berada dalam posisi untung turun tajam sejak 10 Desember, seiring penurunan harga sebesar 11%. Angka ini kini ada di titik terendah sejak awal Desember.

Pada momen-momen sebelumnya, posisi rendah lokal seperti ini pernah selaras dengan rebound jangka pendek. Tanggal 1 Desember, penurunan pada metrik ini mendahului pergerakan harga dari sekitar US$2.800 ke US$3.190 hanya dalam sehari, atau lebih dari 14%. Titik rendah lokal lain pada 5 Desember juga diikuti kenaikan harga ETH hampir 10%.

Sellers Might Be Losing Hold
Penjual Mungkin Mulai Kehilangan Kendali | Sumber: Glassnode

Hal ini memang tidak menjamin ETH akan langsung naik, tapi menunjukkan tekanan jual sudah memasuki zona di mana pembeli sebelumnya masuk, asalkan level support US$2.910, yang terlihat pada grafik teknikal tadi, masih bertahan.

Level Harga Ethereum (ETH) yang Tentukan Rebound atau Breakdown

Saat ini Ethereum sedang menguji support krusial di sekitar US$2.910. Jika harga penutupan harian turun di bawah level ini, maka setup rebound bisa gagal dan harga berisiko turun ke US$2.710, lalu US$2.620 bila tekanan pasar makin besar.

Agar skenario rebound tetap hidup, ETH harus kembali ke atas US$3.240. Jika harga menutup harian di atas angka itu, tekanan turun akan berkurang dan peluang menuju US$3.440 pun terbuka. Sebelum itu terjadi, kenaikan harga lebih layak dilihat sebagai koreksi sementara, bukan konfirmasi tren naik.

Ethereum Price Analysis
Analisis Harga Ethereum | Sumber: TradingView

Saat ini Ethereum berada di tengah optimisme institusional jangka panjang namun disertai dengan kelemahan teknikal dalam waktu dekat. Apakah kabar dari JPMorgan bisa memberikan efek rebound atau justru memicu breakdown, sangat bergantung pada perilaku harga di level kritis ini beberapa hari ke depan.

Harga Chainlink (LINK) Masih Tertahan meski Tidak Ada Arus Keluar ETF, Ini yang Bisa Mengubah Tren

16 December 2025 at 19:07

ETF Chainlink milik Grayscale belum mengalami arus keluar sama sekali sejak peluncuran perdananya, dan telah mengumpulkan arus masuk bersih sebesar US$54,69 juta. Akumulasi oleh whale juga tetap kuat secara konsisten.

Meski indikator bullish ini muncul, harga LINK justru terus turun. Para analis kini menyoroti beberapa katalis yang akan datang yang bisa mendukung pertumbuhan altcoin ini.

ETF Chainlink Raih Perhatian Institusi yang Berkelanjutan

BeInCrypto sebelumnya telah melaporkan bahwa ETF Chainlink spot pertama diluncurkan pada 2 Desember di NYSE Arca. Pada hari pertamanya, dana ini mencatat arus masuk sebesar US$37,05 juta. Sejak itu, ETF ini belum mengalami arus keluar sama sekali, meskipun ada tiga hari perdagangan di mana arus bersihnya nol.

Berdasarkan data dari SoSoValue, ETF ini mencatat arus masuk bersih US$2,02 juta pada 15 Desember. Menariknya, total arus masuk dana ini sekarang melebihi ETF altcoin lain, termasuk Dogecoin dan produk Litecoin, meskipun kedua ETF tersebut telah diluncurkan jauh lebih dulu sebelumnya.

Arus ETF Chainlink | Sumber: SoSoValue

Sementara itu, permintaan untuk ETF Bitcoin dan Ethereum mulai melemah. Pada 15 Desember, ETF Bitcoin mencatat arus keluar bersih sebesar US$357,69 juta, sedangkan ETF Ethereum keluar dana hingga US$224,78 juta. Dalam kondisi seperti ini, ETF Chainlink tetap berada di jalur netral hingga positif.

Selain arus ETF, data on-chain juga menunjukkan akumulasi yang menonjol dari holder terbesar Chainlink. Platform analitik Santiment mengungkapkan bahwa 100 wallet teratas telah membeli 20,46 juta LINK sejak 1 November, senilai sekitar US$263 juta. Hal ini menandakan keyakinan kuat dari investor.

Chainlink whale accumulation data
100 Wallet Teratas Chainlink Akumulasi LINK | Sumber: X/Santiment

Analis Jelaskan Faktor Utama untuk LINK meski Harga Turun

Walaupun demikian, harga LINK masih belum bisa mengikuti momentum tersebut. Data dari BeInCrypto Markets memperlihatkan bahwa altcoin ini turun 11,1% dalam sebulan terakhir.

Tren penurunan ini makin dalam hari ini, dengan LINK melemah 6% seiring aksi jual besar di pasar kripto. Pada waktu publikasi, harga LINK berada di US$12,78.

Chainlink (LINK) Price Performance
Performa Harga Chainlink (LINK) | Sumber: BeInCrypto Markets

Analis pasar memaparkan beberapa potensi katalis untuk mendukung harga Chainlink. Pekan lalu, US Securities and Exchange Commission mengeluarkan surat no-action untuk Depository Trust Company, memberikan lampu hijau terhadap program percontohan tiga tahun tokenisasi aset.

Walau protokol blockchain yang dipilih untuk inisiatif ini belum ditentukan, analis meyakini Chainlink berpeluang besar jadi kandidat utama, yang akan sangat memperkuat peran institusionalnya.

“At the end of the day, ETH and LINK are the foundational backbone to the future of Quadrillions in on-chain trading volume tied to real world assets. If that core thesis reigns true, the simple solution is to buy these assets when they are cheap and wait,” komentar seorang analis .

Tokenized assets ATH $LINK will be the obvious winner pic.twitter.com/nzxo9qE7pl

— Quinten | 048.eth (@QuintenFrancois) December 15, 2025

Selain itu, dalam outlook pasar 2026, Grayscale menyoroti bahwa LINK berpotensi mendapatkan manfaat dari pertumbuhan stablecoin yang berkelanjutan, tokenisasi aset, dan penggunaan aplikasi decentralized finance yang makin meluas.

Jadi, meskipun harga LINK masih tertekan dalam jangka pendek, arus masuk ETF yang konsisten, akumulasi whale yang kuat, dan peningkatan adopsi institusi menunjukkan permintaan dasar masih tetap baik. Seiring perkembangan tokenisasi aset dan inovasi keuangan di blockchain, faktor-faktor ini sangat mungkin memegang peran penting dalam pergerakan harga besar berikutnya untuk Chainlink.

Harga Bitcoin Berisiko Turun 15% jika Level Kunci Ini Breakout sebelum 2025 Berakhir — Ini Alasannya

16 December 2025 at 18:56

Harga Bitcoin kembali menghadapi tekanan. BTC turun sekitar 4% dalam 24 jam terakhir dan hampir 10% selama 30 hari terakhir, karena tekanan jual meningkat di seluruh pasar aset kripto. Sementara para trader memperdebatkan kemungkinan rebound atau breakdown, saat ini muncul sebuah level penting jangka panjang yang bisa menentukan bagaimana Bitcoin akan mengakhiri tahun ini.

Struktur harga dan analisis siklus sama-sama memusatkan perhatian di zona yang sama. Jika Bitcoin tidak mampu bertahan di level ini sebelum akhir tahun, risiko penurunan bisa meningkat tajam.

Level Harga Bitcoin Penentu Mulai Jadi Fokus

Bitcoin saat ini diperdagangkan mendekati Simple Moving Average 2 Tahun (2Y SMA), yang berada di kisaran US$82.800. Level ini bukan sekadar support biasa. Ini adalah salah satu penanda siklus jangka panjang paling penting untuk Bitcoin.

2Y SMA dihitung dengan menggunakan harga penutupan harian, tapi biasanya digunakan berdasarkan penutupan bulanan untuk analisis siklus. Yang menjadi perhatian bukanlah pergerakan harga dalam sehari, melainkan di mana Bitcoin menutup bulan.

Mau dapat insight token lainnya seperti ini? Langganan Newsletter Harian Crypto dari Editor Harsh Notariya di sini.

Monthly BTC Data
Data BTC Bulanan | Sumber: TradingView

Terakhir kali harga Bitcoin turun di bawah garis SMA ini pada pertengahan 2022, BTC terkoreksi lagi hingga 51% sebelum mencoba naik. Inilah sebabnya tanggal 31 Desember menjadi sangat penting.

Saat candle bulanan Desember ditutup, pasar akan mengunci data selama satu bulan penuh. Candle tersebut akan menjadi sinyal resmi bagi analis untuk menilai apakah Bitcoin masih berada dalam tren jangka panjang atau mulai memasuki fase pelemahan struktural.

🚨 Bitcoin in a critical zone on the 2Y SMA Multiplier

The 2Y SMA Multiplier is one of Bitcoin’s most respected cycle charts — and the current moment demands attention.

📍 Today, BTC is trading very close to the 2Y SMA, currently at $82,800.

📉 History matters:
Whenever… pic.twitter.com/jmIW9RSSGg

— Alphractal (@Alphractal) December 16, 2025

Secara historis, penutupan bulanan di bawah 2Y SMA menandakan fase bearish yang berkepanjangan. Sementara penutupan atau reclaim di atas 2Y SMA biasanya jadi pertanda siklus bertahan. Ketika bulan telah berganti, bisa jadi tak akan ada kesempatan kedua.

Analis yang memantau siklus Bitcoin jangka panjang telah menandai level ini sebagai garis tegas dalam analisis struktur. Intinya sederhana: Bitcoin harus tetap berada di atas zona ini hingga akhir bulan agar tidak menghasilkan sinyal breakdown yang terkonfirmasi.

Kenapa Support Ini Sedang Tertekan Saat Ini

Masalahnya bukan hanya pada sisi teknikal. Data on-chain juga menunjukkan tekanan yang meningkat di bawah permukaan.

Holder jangka panjang, yaitu wallet yang menyimpan Bitcoin selama lebih dari 155 hari, terus meningkatkan aktivitas jualnya sepanjang Desember. Berdasarkan data perubahan posisi bersih holder jangka panjang, arus keluar bersih naik dari sekitar 116.000 BTC di awal bulan menjadi hampir 269.000 BTC pada 15 Desember.

Long-Term Investors Keep Selling
Investor Jangka Panjang Terus Jualan | Sumber: Glassnode

Itu berarti tekanan jualnya meningkat lebih dari 130% hanya dalam dua minggu.

Mereka bukan trader jangka pendek. Kelompok ini biasanya hanya menjual saat mereka memang yakin atau ingin mengurangi risiko. Distribusi terus-menerus dari kelompok ini makin memperbesar tekanan turun dan membuat pertahanan di level support kunci jadi lebih sulit.

Saat holder jangka panjang menjual di tengah pelemahan, margin kesalahan di sekitar zona harga krusial seperti 2Y SMA semakin tipis.

Level Harga Bitcoin yang Menentukan Rebound atau Breakdown

Jika Bitcoin gagal bertahan di wilayah US$82.800–US$81.100 hingga penutupan Desember, risiko penurunan bisa meluas dengan cepat.

Breakout terkonfirmasi di bawah zona ini membuka jalan ke US$73.300, yaitu sekitar 15% lebih rendah dari level saat ini dan menjadi proyeksi penurunan besar berikutnya di grafik.

Bitcoin Price Analysis
Analisis Harga Bitcoin | Sumber: TradingView

Di sisi atas, Bitcoin harus reclaim US$88.200 agar bisa mengurangi tekanan langsung. Agar struktur bullish bisa pulih dan momentum kembali ke pembeli, BTC perlu bertahan di atas US$94.500.

Sampai saat itu, Bitcoin masih terjebak di antara support siklus jangka panjang dan tekanan jual yang terus meningkat.

Prediksi Harga Solana: Pergerakan ke $147 Dapat Mengubah Segalanya

17 December 2025 at 07:54

Prediksi harga Solana telah diperbarui karena dinilai terdapat ketimpangan likuidasi yang cukup masif. Apabila harga SOL dapat menembus level psikologis tertentu, trader akan terdesak melakukan buyback dalam jumlah besar yang bakal mendorong harga SOL terbang lebih tinggi.

Apakah Solana siap untuk reli menuju target $210 atau justru terjebak dalam volatilitas? Mari kita bedah dari segi teknikal untuk membongkar peluang SOL mencapai target tersebut.

Antara Risiko Long Squeeze dan Dukungan Institusional ETF Solana

Kondisi pasar Solana saat ini ibarat bom waktu bagi para trader yang memasang posisi jual (short). Meskipun banyak yang bertaruh harga akan turun, penumpukan posisi tersebut justru sering kali menjadi bahan bakar untuk lonjakan harga yang tak terduga.

Berdasarkan data liquidation heatmap, potensi likuidasi dari sisi short hampir dua kali lipat dibandingkan posisi long.

SOL Likuidasi Map - prediksi harga Solana

Dalam konteks prediksi harga Solana pekan ini, jika SOL mampu menyentuh angka $147, pasar berisiko menghadapi likuidasi hingga $1 miliar. Skenario short squeeze ini akan memaksa penjual membeli kembali aset mereka, yang secara otomatis mempercepat reli harga ke level yang lebih tinggi.

Namun, investor tetap harus waspada karena volatilitas bekerja dua arah; penurunan di bawah $120 bisa memicu long squeeze senilai $500 juta.

Solana has been consolidating for a month straight

We've been ranging from $120 to $145

Do we rise or fall here boys? pic.twitter.com/bZjmTyaS4c

— Word (@wordup) December 14, 2025

Dari sisi fundamental, angin segar datang dari sektor keuangan tradisional (TradFi). ETF Solana spot mencatatkan tren inflow selama tujuh hari berturut-turut, menunjukkan bahwa institusi mulai mengakumulasi aset ini meski pergerakan harga sedang konsolidasi.

Inflow ETF SOL - prediksi harga Solana

Selain itu, ekosistem Solana semakin kokoh berkat ekspansi DeFi melalui Hex Trust dan kemitraan strategis dengan Project Eleven untuk meningkatkan keamanan pasca-kuantum (post-quantum security).

Beberapa analis pasar juga menyoroti bahwa dominasi Solana terhadap Ethereum kian menguat, didorong oleh volume transaksi DEX yang sering kali melampaui kompetitor utamanya.

Dengan kombinasi tekanan likuidasi dan adopsi institusional yang konsisten, Solana berada dalam posisi strategis untuk menantang level resistensi utamanya dalam waktu dekat.

Prediksi Harga Solana: Menanti Ledakan dari Pola Triple Bottom

Bagi para pengamat pasar, prediksi harga Solana kini sedang berada di persimpangan krusial. Secara teknikal, terdapat argumen kuat yang mendukung skenario short-squeeze berkat adanya confluence of support atau pertemuan beberapa indikator pendukung di level $120.

Area ini bukan sekadar angka psikologis, melainkan fondasi dari pola pembalikan arah triple bottom yang sangat solid.

Menariknya, pada pantulan harga terbaru, Solana tampak membentuk higher low (titik rendah yang lebih tinggi). Ini menjadi sinyal bahwa pembeli mulai bergerak lebih agresif dan masuk ke pasar lebih awal dibandingkan koreksi-koreksi sebelumnya.

USD SOL - prediksi harga Solana

Indikator momentum pun turut mengonfirmasi sinyal bullish ini; RSI (Relative Strength Index) terus menunjukkan tren mendaki menuju garis netral 50, yang mencerminkan adanya akumulasi beli secara diam-diam di bawah permukaan.

Di saat yang sama, indikator MACD sedang bertahan tepat di atas potensi death cross. Kondisi ini menandakan bahwa level harga saat ini adalah titik penentu (pivotal) bagi tren masa depan.

Level $120 juga berfungsi sebagai batas bawah dari pola descending triangle yang sudah terbentuk selama setahun terakhir.

Jika SOL berhasil melakukan breakout dan mencapai target pola triple bottom di angka $210, hal ini berpotensi memicu reli panjang yang jauh lebih masif. Dalam skenario optimis jangka panjang, penembusan pola segitiga tersebut secara teknis bisa menargetkan kenaikan hingga 290%, yang akan membawa harga Solana melesat menuju angka fantastis $500.

Dengan fundamental ekosistem yang terus berkembang, salah satu dari daftar altcoin terbaik ini tampaknya sedang bersiap untuk fase ekspansi berikutnya.

SUBBD: Proyek Unggulan di Pasar Bull Run Berikutnya?

Berinvestasi di dunia kripto kini tak lagi hanya soal spekulasi, melainkan mencari utilitas nyata.

Saat narasi SocialFi dan AI mulai mendominasi, platform seperti SUBBD (SUBBD) muncul sebagai pemain kunci yang mencuri perhatian investor. Berbeda dengan platform media sosial konvensional yang mengambil potongan komisi besar, SUBBD memberikan kendali penuh kepada kreator melalui teknologi blockchain.

Never miss a sale again.

As a top creator, your audience is global. It's just not possible to cater to everyone – you can't be online 24/7 🫠

That's where your personal AI Assistant comes in, to handle requests and secure payments. Sleep peacefully knowing you're making money… pic.twitter.com/ju9VjLBmea

— SUBBD (@SUBBDofficial) March 26, 2025

Dalam hal prediksi harga SUBBD, banyak analis optimis bahwa token ini akan mengalami apresiasi signifikan pasca-peluncuran.

Dengan estimasi pasar ekonomi kreator mencapai $85 miliar, $SUBBD diproyeksikan mampu menyentuh level $0,21 hingga $0,61 pada akhir 2025, jauh di atas harga presale saat ini yang berada di kisaran $0,0572.

Kepercayaan pasar ini bukan tanpa alasan. Hingga saat ini, masa presale SUBBD telah berhasil mengumpulkan dana lebih dari $1,3 juta (Rp21,6 miliar), sebuah bukti kuat adanya minat institusional dan ritel yang masif.

SUBBD - prediksi harga Solana

Salah satu daya tarik utamanya adalah program staking dengan APY tetap sebesar 20%, memungkinkan pemegang token mendulang pendapatan pasif bahkan sebelum token resmi melantai di bursa.

Cara beli SUBBD sangat mudah untuk dilakukan, bahkan oleh pemula sekalipun. Anda cukup mengunjungi situs resmi SUBBD, menghubungkan dompet crypto seperti Best Wallet, dan menukarkan ETH, USDT, atau BNB dengan token $SUBBD.

Mengingat harga yang meningkat secara bertahap di setiap tahap presale, masuk lebih awal memberikan potensi keuntungan maksimal.

Langkah ini sejalan dengan tren akumulasi aset yang juga terlihat pada prediksi harga Solana. Integrasi antara AI untuk manajemen konten dan Web3 untuk monetisasi langsung membuat SUBBD diprediksi menjadi standar baru dalam ekonomi digital di masa depan.

Beli SUBBD di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Solana: Pergerakan ke $147 Dapat Mengubah Segalanya appeared first on Cryptonews Indonesia.

Harga Bitcoin Koreksi Tajam ke $86K, Apa Alasannya dan Kapan akan Pulih?

16 December 2025 at 18:37

Pasar kripto mendadak geger setelah aksi jual masif membuat harga Bitcoin terjun bebas di bawah level support utama. Penurunan agresif ini memicu likuidasi besar-besaran senilai ratusan juta dolar, yang sukses menghantam para trader optimis saat bursa AS dibuka.

Banyak yang menduga adanya manipulasi pasar oleh kelompok besar atau “cabal” di balik jatuhnya harga ini. Kini, investor pun mulai bertanya-tanya: apakah Elon Musk bakal turun tangan membereskan kekacauan informasi ini, dan kapan sebenarnya tren pasar akan kembali pulih?

Penurunan Harga Bitcoin Luncurkan Posisi Beli Saat Aksi Jual Massal Mengambil Kendali

Pasar kripto kembali diguncang aksi jual brutal yang terjadi tepat saat pembukaan bursa Amerika Serikat. Penurunan tajam ini memaksa harga Bitcoin terjun bebas ke bawah level $86.000, memicu efek domino yang melenyapkan posisi long (beli) para trader dalam sekejap.

Data dari CoinGlass mencatat lebih dari $570 juta likuidasi terjadi dalam waktu singkat, membuktikan bahwa pasar saat itu terlalu didominasi oleh spekulasi yang terlalu optimis.

Likuidasi BTC - harga Bitcoin

Banyak analis melihat pola pergerakan ini bukan sekadar fluktuasi biasa, melainkan “perburuan likuiditas” yang terencana.

Arus dana besar dari bursa raksasa seperti Binance dan Coinbase, serta keterlibatan market maker seperti Wintermute, memperkuat dugaan adanya distribusi terkoordinasi oleh para whale.

Tujuannya jelas: membersihkan pasar dari trader yang menggunakan leverage tinggi sebelum masuk ke fase penemuan harga berikutnya.

🚨 BREAKING:

HERE'S WHY CRYPTO MARKET JUST DUMPED:

BINANCE SOLD 4,173 BTC
COINBASE SOLD 2,370 BTC
WINTERMUTE SOLD 1,526 BTC
RANDOM WHALES SOLD 10,516 BTC
BITMEX SOLD 7,516 BTC

THEY DUMPED OVER $2B OF $BTC IN FEW MINUTES

THIS WAS COORDINATED DUMP!! pic.twitter.com/Pg7fVaH6W9

— ᴛʀᴀᴄᴇʀ (@DeFiTracer) December 15, 2025

Ironisnya, sentimen negatif ini tetap bertahan meskipun ada kabar pembelian besar-besaran sebanyak 10.000 BTC oleh institusi di harga $92.000.

Alih-alih mendongkrak pasar, aksi beli ini justru sering dianggap sebagai indikator “puncak lokal” yang diikuti oleh koreksi. Di komunitas trader, pembicaraan kini beralih ke level psikologis baru.

BTC USD - harga Bitcoin

Banyak yang memprediksi Bitcoin masih akan menyapu likuiditas di area $84.000 atau bahkan lebih rendah lagi sebelum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang berarti. Secara teknis, indeks ketakutan dan keserakahan (Fear & Greed Index) mulai bergeser menjauhi area euforia.

Bagi investor ritel, momen ini menjadi pengingat keras bahwa fundamental kuat sekalipun bisa kalah telak oleh permainan likuiditas jangka pendek yang dilakukan oleh pemain besar di balik layar.

Mengapa Harga Kripto Anjlok — Apakah Elon Musk akan Turun Tangan?

Penyebab jatuhnya pasar kripto kali ini bukan sekadar masalah angka di layar, melainkan adanya isu yang jauh lebih pelik: manipulasi informasi.

Saat ini, platform X (dulu Twitter) seolah menjadi “medan perang” bagi promosi terselubung dan siklus hype yang sengaja diciptakan oleh para pemengaruh demi keuntungan pribadi. Dampaknya, trader ritel sering kali terjebak dalam skema pump-and-dump yang sangat merugikan.

Berbeda dengan pasar saham konvensional yang memiliki aturan ketat, dunia kripto masih minim standar keterbukaan. Banyak promotor bayaran yang berlagak seperti analis netral, padahal mereka sedang bersiap “buang barang” kepada pengikutnya.

NEW LEAK: Price sheet of 200+ crypto influencers and their wallet addresses from a project they were recently contacted by to promote.

From 160+ accounts who accepted the deal I only saw <5 accounts actually disclose the promotional posts as an advertisement. pic.twitter.com/Kph9dUvDxB

— ZachXBT (@zachxbt) September 1, 2025

Bayangkan saja, sebuah investigasi mengungkap bahwa dari 200 lebih promotor kripto populer, hanya lima orang yang jujur mengakui bahwa konten mereka adalah iklan berbayar.

Minimnya transparansi ini memperparah fluktuasi harga Bitcoin, di mana narasi palsu menyebar lebih cepat daripada fakta di lapangan.

Kritik tajam pun mulai mengarah kepada Elon Musk. Sebagai pemilik X, Musk dianggap belum serius menangani promosi gelap yang merajalela di platformnya.

Padahal, jika ada fitur pelabelan transparan atau penindakan tegas terhadap akun manipulator, risiko kehancuran pasar akibat sentimen palsu bisa ditekan secara signifikan.

Selain faktor internal X, sentimen global dari kebijakan suku bunga The Fed juga sering kali memperkeruh keadaan, membuat investor makin sensitif terhadap berita buruk. Selama ekosistem informasi ini belum dibenahi, aset kripto akan terus rentan terhadap perubahan suasana hati pasar yang mendadak.

Pada akhirnya, fundamental yang kuat sering kali kalah oleh permainan likuiditas dan informasi yang dipelintir oleh para pemain besar di balik layar.

Apa Langkah Cerdas yang Bisa Dilakukan untuk Mengantisipasi Pemulihan Harga Bitcoin?

Saat harga Bitcoin masih tertahan dalam fase konsolidasi yang tidak menentu, para investor berpengalaman atau smart money biasanya mulai mengalihkan fokus mereka. Alih-alih terjebak dalam kepanikan jual-beli aset spot yang volatil, strategi yang lebih cerdik adalah melirik proyek infrastruktur yang memiliki nilai guna jangka panjang, seperti solusi Layer-2.

Salah satu narasi yang sedang hangat diperbincangkan adalah Bitcoin Hyper. Proyek ini mencoba mendobrak keterbatasan jaringan Bitcoin dengan menghadirkan kecepatan transaksi dan fitur programmability layaknya Solana, namun tetap berpijak pada keamanan super ketat milik jaringan Bitcoin.

Fokus utamanya bukan pada spekulasi harga semata, melainkan pada ekosistem DeFi yang berkelanjutan. Ini memberikan peluang bagi pemegang aset untuk tetap mendapatkan keuntungan meski pasar utama sedang bergerak menyamping.

Menariknya, Bitcoin Hyper saat ini masih dalam masa presale crypto dan telah berhasil mengumpulkan pendanaan lebih dari $29,5 juta (Rp492 miliar). Dengan harga per token HYPER yang dipatok sekitar $0.013435, proyek ini menawarkan insentif menarik berupa APY hingga 39%.

Artinya, investor bisa langsung melakukan staking dan meraih imbal hasil segera setelah pembelian token berhasil.

Selain itu, jika berkaca pada data historis, proyek Layer-2 di ekosistem Bitcoin seperti Stacks atau Rootstock seringkali mendapatkan momentum besar saat jaringan utama mulai pulih.

Bitcoin Hyper - Harga Bitcoin

Dengan kapasitas skalabilitas yang ditawarkan Bitcoin Hyper, proyek ini berpotensi menjadi tulang punggung baru bagi aplikasi terdesentralisasi (dApps) di masa depan. Jadi, sementara menunggu pasar kembali bergairah, mengamankan posisi di proyek yang menawarkan utilitas nyata dan passive income bisa menjadi langkah yang jauh lebih bijak.

Jika Anda ingin mengetahui proyeksi jangka panjang HYPER, kunjungi artikel kami tentang prediksi harga Bitcoin Hyper. Selain itu, Anda juga dapat mempelajari cara beli Bitcoin Hyper langsung dari situs web resminya untuk bergabung dalam presale proyek ini.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Harga Bitcoin Koreksi Tajam ke $86K, Apa Alasannya dan Kapan akan Pulih? appeared first on Cryptonews Indonesia.

Why Americans May Have Less Money For Crypto In 2026

17 December 2025 at 07:43

US economic data is flashing early warning signs for risk assets and crypto. The latest labor figures suggest household income growth may weaken heading into 2026.

That trend could reduce retail investment flows, especially into volatile assets like crypto. In the short term, this creates a demand problem rather than a structural crisis.

US Labor Data Signals Slower Disposable Income Growth

The latest Nonfarm Payrolls report showed modest job creation alongside a rising unemployment rate. Wage growth also slowed, pointing to weaker income momentum for households.

Nonfarm payrolls -105k in October … +64k in November pic.twitter.com/tJcn8RSu9m

— Kevin Gordon (@KevRGordon) December 16, 2025

Disposable income matters for crypto adoption. Retail investors typically allocate surplus cash, not leverage, to risk assets.

When wages stagnate and job security weakens, households cut discretionary spending first. Speculative investments often fall into that category.

US Job Growth Over the Years. Source: X/Jed Kolko

Retail Investors Are Most Exposed And Altcoins Could Feel It First

Retail participation plays a larger role in altcoin markets than in Bitcoin. Smaller tokens rely heavily on discretionary retail capital chasing higher returns.

Bitcoin, by contrast, attracts institutional flows, ETFs, and long-term holders. That gives it deeper liquidity and stronger downside buffers.

If Americans have less money to invest, altcoins tend to suffer first. Liquidity dries up faster, and price declines can persist longer.

Retail investors may also be forced to exit positions to cover expenses. That selling pressure weighs more heavily on smaller-cap tokens.

Average Crypto RSI Remains Near Oversold Levels. Source: CoinMarketCap

Lower Income Does Not Mean Lower Prices, But It Changes The Driver

Asset prices can still rise even when incomes weaken. That typically happens when monetary policy becomes more supportive.

A cooling labor market gives the Federal Reserve room to cut rates. Lower rates can boost asset prices through liquidity rather than household demand.

For crypto, that distinction matters. Rallies driven by liquidity are more fragile and sensitive to macro shocks.

Institutions Face Their Own Headwinds From Japan

Retail weakness is only part of the picture. Institutional investors are also becoming more cautious.

The Bank of Japan’s potential rate hikes threaten global liquidity conditions. They risk unwinding the yen carry trade that has supported risk assets for years.

Bank of Japan is set to hike interest rates by 25bps on December 19

The last 3 times BoJ hiked rates, Bitcoin dumped by over 20%

March 2024 → -27%
July 2024 → -30%
January 2025 → -31%

We already saw a 7% dump last week as investors tried to front-run the dump.

However,… pic.twitter.com/ex77EzHBMh

— Lark Davis (@LarkDavis) December 15, 2025

When borrowing costs rise in Japan, institutions often reduce exposure globally. Crypto, equities, and credit all feel the impact.

The main risk is not collapse, but thin demand. Retail investors may step back due to weaker income growth. Institutions may pause as global liquidity tightens.

Altcoins remain the most vulnerable in this environment. Bitcoin is better positioned to absorb the slowdown.

For now, crypto markets appear to be transitioning. From retail-driven momentum to macro-driven caution.

That shift could define the early months of 2026.

The post Why Americans May Have Less Money For Crypto In 2026 appeared first on BeInCrypto.

Aussie Hero Meme Coin Rallies Community Support After Sydney Terrorist Attack

17 December 2025 at 06:50

A meme coin called HERO has gained traction over the past few days, created in honor of a man who helped disarm one of two attackers during a deadly assault at a Hanukkah celebration in Sydney, Australia, over the weekend.

The token briefly reached a market capitalization of $1.7 million. The team behind the initiative says the project will donate all creator fees to support the victims of the attack.

HERO Launched to Support Bondi Victims

A grassroots initiative has gathered momentum following the terrorist attack at Bondi Beach on Sunday, which left 15 people dead and at least 42 others injured.

An individual known as DefiANT on X launched the HERO meme coin in honor of Ahmed al-Ahmed, a 43-year-old fruit shop owner who managed to disarm one of the attackers during the incident.

the whole world is talking about the heroic act of Ahmed.

meanwhile, we have established ourselves as the only true $hero coin by donating $20k in creator rewards so far, with much more to come.

we had our first space in which people shared their experiences, expressed…

— DefiAnt™ (build/acc) (@defi_tm) December 15, 2025

According to DexScreener, HERO runs on Solana and currently has a market capitalization of $180,000. The meme coin was created via Pump.Fun and reached a peak of nearly $1.7 million in market cap. Although the meme coin was launched on the same day as the attack, the original developer rugged the project and later abandoned it.

Since then, the community has taken over stewardship of the token, with DefiANT emerging as the primary driving force. It has since evolved into a fully community-led initiative, with all proceeds dedicated to supporting the victims.

GoFundMe Page Created By the Meme Coin Community

Fundraising Campaign Surpasses $2.3 Million Mark

Alongside the token, the team launched a parallel GoFundMe campaign to raise funds for those affected by the attack.

According to the fundraising page, nearly 40,000 contributors have collectively raised over $2.3 million. The campaign has set a target of $3.1 million.

HERO Meme Coin Price Chart. Source: DexScreener

The official HERO website states that donations will be distributed to victims in multiple tranches. DefiANT also confirmed on social media that 47,000 Australian dollars have already been donated to individuals impacted by the attack

The post Aussie Hero Meme Coin Rallies Community Support After Sydney Terrorist Attack appeared first on BeInCrypto.

Why the Bank of Japan Is So Critical for Bitcoin

17 December 2025 at 05:38

Bitcoin traders often focus on the US Federal Reserve. However, the Bank of Japan (BoJ) can be just as important for crypto markets.

That’s because Japan plays a unique role in global liquidity. When that liquidity tightens, Bitcoin often drops hard.

The ‘Cheap Yen’ is Bitcoin’s Hidden Liquidity Engine

For decades, Japan maintained near-zero or negative interest rates. That made the yen one of the cheapest currencies in the world to borrow.

This gave rise to the yen carry trade.

The 🇯🇵 Bank of Japan is about to do a rate hike on Friday the 19th, creating massive fear surrounding the Yen carry trade.

Bitcoin dumped hard the last time they hiked rates:

But why is this exactly? Let’s break it down 👇

What is the Yen Carry Trade?

For decades, the Yen has… pic.twitter.com/YjxzOctjnx

— Mister Crypto (@misterrcrypto) December 14, 2025

Large institutions — including hedge funds, banks, asset managers, and proprietary trading desks — borrow yen through Japanese banks, FX swap markets, and short-term funding channels.

They then convert that yen into dollars or euros. The capital flows into higher-yielding assets.

Those assets include equities, credit, emerging markets, and increasingly, crypto. Bitcoin benefits when this funding stays cheap and abundant.

Bitcoin is especially attractive because it trades 24/7 and offers high volatility. For leveraged funds, it becomes a liquid way to express risk-on positioning.

A BoJ rate hike disrupts that system.

🚨 JAPAN WILL CRASH BITCOIN IN 5 DAYS!!!

People are seriously underestimating what Japan is about to do to Bitcoin.

The Bank of Japan is expected to raise rates again on Dec 19.

That might not sound like a big deal… until you remember one thing:

Japan is the largest holder… pic.twitter.com/0a9Aimfn88

— NoLimit (@NoLimitGains) December 14, 2025

Why a Small BoJ Rate Hike Can Have an Outsized Impact

On paper, the expected BoJ move looks modest.

Markets are pricing a hike of roughly 25 basis points, taking Japan’s policy rate toward 0.75%. That is still far below US or European rates.

But the size of the hike is not the real issue.

Japan spent decades anchored near zero. Even a small increase represents a structural shift in funding conditions.

More importantly, it changes expectations.

If markets believe Japan is entering a multi-step tightening cycle, traders do not wait. They cut exposure early.

That anticipation alone can trigger selling across global risk assets. Bitcoin feels the impact quickly because it trades continuously and reacts faster than stocks or bonds.

How the BoJ Tightening Can Trigger Bitcoin Liquidations

Bitcoin’s sharpest drops rarely come from spot selling alone. They come from leverage.

A hawkish BoJ move can strengthen the yen and lift global yields. That pressures risk assets simultaneously.

Bitcoin then falls through key technical levels. That matters because crypto markets rely heavily on perpetual futures and margin.

As price drops, leveraged long positions hit liquidation thresholds. Exchanges automatically sell collateral to cover losses.

Bank of Japan is set to hike interest rates by 25bps on December 19

The last 3 times BoJ hiked rates, Bitcoin dumped by over 20%

March 2024 → -27%
July 2024 → -30%
January 2025 → -31%

We already saw a 7% dump last week as investors tried to front-run the dump.

However,… pic.twitter.com/ex77EzHBMh

— Lark Davis (@LarkDavis) December 15, 2025

That forced selling pushes Bitcoin lower again. It triggers more liquidations in a cascading loop.

This is why macro events can look like crypto-specific crashes. The initial shock comes from rates and FX.

The second wave comes from crypto’s leverage structure.

What Traders Watch Around BoJ Decisions

BoJ risk builds before the announcement. Traders watch for early warning signs:

  • Yen strength, which signals carry trades are unwinding
  • Rising bond yields, which tighten financial conditions
  • Falling funding rates or open interest, which show leverage exiting
  • Key Bitcoin support breaks, which can trigger liquidations

The tone of BoJ guidance also matters. A hike with dovish messaging can calm markets.

A hawkish signal can extend selling pressure.

In short, the Bank of Japan matters because it controls a major source of global liquidity. When that liquidity tightens, Bitcoin often pays the price first.

The post Why the Bank of Japan Is So Critical for Bitcoin appeared first on BeInCrypto.

Did MicroStrategy Make Its Worst Bitcoin Purchase of 2025?

17 December 2025 at 04:20

MicroStrategy’s latest Bitcoin buy has quickly come under scrutiny. Just one day after the firm disclosed a major purchase, Bitcoin fell sharply.

On December 14, MicroStrategy announced it had acquired 10,645 BTC for roughly $980.3 million, paying an average price of $92,098 per coin. At the time, Bitcoin was trading near local highs.

A Poorly Timed Buy, At Least in the Short Term

The timing was unfortunate. Only a day after Strategy’s reported purchase, Bitcoin had dropped toward the $85,000 range, briefly trading even lower. At the time of writing BTC remains below $80,000.

Strategy has acquired 10,645 BTC for ~$980.3 million at ~$92,098 per bitcoin and has achieved BTC Yield of 24.9% YTD 2025. As of 12/14/2025, we hodl 671,268 $BTC acquired for ~$50.33 billion at ~$74,972 per bitcoin. $MSTR $STRC $STRK $STRF $STRD $STRE https://t.co/VdAz7pqce1

— Michael Saylor (@saylor) December 15, 2025

Bitcoin’s decline came amid a broader macro-driven sell-off, fueled by Bank of Japan rate-hike fears, leverage liquidations, and market-maker de-risking. MicroStrategy’s purchase landed just ahead of that cascade.

Bitcoin’s Price Drop Was Driven by Liquidations — Not Spot Selling

“In this context, the current move should be viewed less as a collapse in fundamental demand and more as a structural deleveraging event.” – By @xwinfinance pic.twitter.com/i1DSrt2Ttw

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) December 16, 2025

As Bitcoin slid, MicroStrategy shares fell sharply. Over the past five trading days, the stock dropped more than 25%, significantly underperforming Bitcoin itself.

While shares saw a modest rebound today, they remain far below levels seen before the purchase announcement.

MSTR Stock Prices Over The Past Week. Source: Google Finance

The Numbers Behind the Concern

As of now, MicroStrategy holds 671,268 BTC, acquired for approximately $50.33 billion at an average price of $74,972 per coin.

On a long-term basis, the firm remains deeply in profit.

However, short-term optics matter. With Bitcoin near $85,000, the latest tranche is already underwater on paper.

MicroStrategy’s mNAV currently sits around 1.11, meaning the stock trades only about 11% above the value of its Bitcoin holdings. That premium has compressed rapidly as Bitcoin fell and equity investors reassessed risk.

MicroStrategy mNAV. Source: Saylor Tracker

Why the Market Reacted So Harshly

Investors are not questioning MicroStrategy’s Bitcoin thesis. They are questioning timing and risk management.

The macro risks that triggered Bitcoin’s drop were well telegraphed. Markets had been warning about the Bank of Japan’s potential rate hike and the threat to the yen carry trade for weeks.

Bitcoin has historically sold off aggressively around BOJ tightening cycles. This time was no different.

Critics argue MicroStrategy failed to wait for macro clarity. The firm appeared to buy aggressively near resistance, just as global liquidity conditions tightened.

🚨 JAPAN WILL CRASH BITCOIN IN 5 DAYS!!!

People are seriously underestimating what Japan is about to do to Bitcoin.

The Bank of Japan is expected to raise rates again on Dec 19.

That might not sound like a big deal… until you remember one thing:

Japan is the largest holder… pic.twitter.com/0a9Aimfn88

— NoLimit (@NoLimitGains) December 14, 2025

Was It Actually a Mistake?

That depends on the timeframe.

From a trading perspective, the purchase looks poorly timed. Bitcoin fell immediately, and the stock suffered amplified losses due to leverage, sentiment, and shrinking NAV premium.

From a strategy perspective, MicroStrategy has never aimed to time bottoms. The company continues to frame its purchases around long-term accumulation, not short-term price optimization.

CEO Michael Saylor has repeatedly argued that owning more Bitcoin matters more than entry precision.

The real risk is not the purchase itself. It is what happens next.

If Bitcoin stabilizes and macro pressure eases, MicroStrategy’s latest buy will fade into its long-term cost basis. If Bitcoin drops further, however, the decision will remain a focal point for critics.

MicroStrategy may not have made the worst Bitcoin purchase of 2025. But it may have made the most uncomfortable one.

The post Did MicroStrategy Make Its Worst Bitcoin Purchase of 2025? appeared first on BeInCrypto.

SEC Drops Long-Running Investigation Into Aave Protocol

17 December 2025 at 02:49

The US Securities and Exchange Commission has closed its investigation into the Aave Protocol without recommending enforcement action, according to a notice dated December 16.

The decision ends a multi-year probe into one of the largest decentralized finance (DeFi) lending platforms and removes a major regulatory overhang for the sector.

Investigation Closed Without Enforcement

In its notice, the SEC said it had concluded its investigation into the Aave Protocol and does not intend to recommend enforcement action at this time.

However, the agency emphasized that the closure does not constitute an exoneration and does not prevent future action should circumstances change. The notice follows standard SEC practice under Securities Act Release No. 5310.

After four years, we are finally ready to share that the SEC has concluded its investigation into the Aave Protocol.

This process demanded significant effort and resources from our team, and from me personally as the founder, to protect Aave, its ecosystem, and DeFi more… pic.twitter.com/aZeLrZz5ZQ

— Stani.eth (@StaniKulechov) December 16, 2025

The investigation began around 2021–2022, during a period when the SEC intensified scrutiny of crypto lending, staking, and governance tokens.

Aave, a non-custodial DeFi protocol, allows users to lend and borrow digital assets through automated smart contracts. The protocol operates without intermediaries and is governed by holders of the AAVE token.

AAVE Briefly Climbs After SEC’s Announcement. Source: CoinGecko

Aave Revenue and Governance Under the Spotlight

The SEC decision comes as Aave faces separate internal scrutiny over revenue and governance.

Earlier this week, DAO members raised concerns that a front-end infrastructure change may have redirected swap fee revenue away from the Aave DAO treasury. The issue followed a shift from ParaSwap to CoW Swap on Aave’s official interface.

Extremely concerning.

The stealth privatization of approximately 10% of Aave DAO's potential revenue, leveraging brand and IPs paid for by the DAO, represents a clear attack on the best interests of the $AAVE Token holders.

We will prepare an official response with @AaveChan. https://t.co/opoG3I7x7s

— Marc ”七十 Billy” Zeller (@Marczeller) December 12, 2025

Governance delegates said the change could reduce DAO revenue by up to $10 million annually, depending on trading volumes. 

Aave Labs responded that the front-end is a separate product and that prior revenue sharing was voluntary.

For now, Aave emerges from regulatory scrutiny without penalties, which has been a common pattern as the SEC backtracks from crypto enforcement under Paul Atkins.

Still, the protocol faces ongoing questions around governance, decentralization, and value capture as DeFi matures.

The post SEC Drops Long-Running Investigation Into Aave Protocol appeared first on BeInCrypto.

Why China’s Recent Mining Crackdown Triggered Bitcoin’s Latest Sell-Off

17 December 2025 at 01:24

As Bitcoin’s price continues to trend lower, China’s renewed crackdown on domestic mining activity may help explain the sudden downturn.

In Xinjiang province, an estimated 400,000 miners were forced to shut down operations and go offline. The abrupt disruption cut off revenue streams, pushing some operators to sell Bitcoin holdings to cover operating costs or finance relocation efforts.

Mining Disruptions Add Pressure to Bitcoin’s Decline

In a recent social media post, former Canaan chairman Jack Kong said that China’s computing power fell by roughly 100 exahashes per second (EH/s) within 24 hours. He noted that the decline, estimated at around 8%, followed the shutdown of hundreds of thousands of mining machines.

Bitcoin Hash Rate Falls by Most Since 2024 Halving

Ex-Chairman of $CAN says 400k BTC mining machines shut off in China https://t.co/4RQ0O2esh3 pic.twitter.com/q5OopJq10M

— matthew sigel, recovering CFA (@matthew_sigel) December 15, 2025

The news emerged shortly before Bitcoin slid to $86,000 on Tuesday, breaking below the $90,000 level it had managed to hold over the past week.

Some analysts view the timing as more than coincidental, pointing to a correlation between the mining shutdowns and the price decline

They note that abrupt and stringent measures often force miners to take immediate actions, which can amplify short-term market pressure.

Miner Shutdowns Trigger Liquidity Stress And Selling

According to Bitcoin analyst NoLimit, when miners are forced offline, a chain reaction typically follows. 

This includes an immediate loss of revenue, an urgent need for liquidity to cover operating expenses or relocation costs, and, in some cases, the forced sale of Bitcoin holdings.

These dynamics can spill directly into the broader crypto market. When roughly 8% of Bitcoin’s computing power is suddenly taken offline, uncertainty rises, adding short-term stress to Bitcoin’s price.

🚨 BITCOIN IS CRASHING AND THIS IS THE REASON WHY!!!

Bitcoin is down today for a very simple reason, and almost nobody is explaining it properly.

It’s coming straight from China, and the timing matters.

That’s right, china’s crashing bitcoin, AGAIN.

Here’s what’s happening:… pic.twitter.com/RV3k9JzA0T

— NoLimit (@NoLimitGains) December 15, 2025

“That creates real sell pressure, not the other way around,” NoLimit explained. 

Timing magnified the impact. China’s mining sector had only recently re-established itself as a major contributor to global hashrate.

A Mining Comeback Meets Abrupt Regulatory Pressure

Less than a month ago, China regained its position as the world’s third-largest Bitcoin mining hub. According to the Hashrate Index, the country accounted for roughly 14% of global hashrate by October.

Despite the formal mining ban imposed in 2021, underground activity has continued to expand across the country.

Analysts point to access to low-cost power and surplus electricity in certain regions as key drivers behind the resurgence.

Against this backdrop, this week’s crackdown caught miners off guard. With regulations suddenly tightened and Bitcoin’s hashrate falling, miner revenues quickly became a central concern.

These pressures were compounded by Bitcoin’s roughly 30% decline from its October peak and persistently low transaction fees, pushing miner revenues to recent lows.

Given that mining underpins the security and operation of the Bitcoin network, the recent price pullback appears consistent with the broader disruption, though its full impact may unfold over time.

The post Why China’s Recent Mining Crackdown Triggered Bitcoin’s Latest Sell-Off appeared first on BeInCrypto.

❌