Normal view

Received — 10 December 2025 Crypto News & Update

Prediksi Harga Bitcoin: CZ Perkirakan “Supercycle” Crypto pada 2026 – Akankah BTC Menembus di Atas $126.000?

10 December 2025 at 09:33

Dalam gelaran Bitcoin MENA Conference di Abu Dhabi, pendiri Binance, Changpeng Zhao (CZ), memunculkan optimisme tinggi terhadap pasar crypto dengan menyebut potensi terjadinya “supercycle” pada tahun 2026. Pandangan ini menjadi sorotan utama investor global, mengingat tren jangka panjang Bitcoin kini kembali mendapatkan momentum.

Beberapa analis percaya bahwa skenario supercycle tersebut bisa mendorong prediksi harga Bitcoin melampaui puncak siklus sebelumnya di $126.000 atau sekitar 2,1 miliar rupiah. Dengan faktor teknikal dan makroekonomi mulai mendukung, perhatian investor kini tertuju pada apakah BTC mampu mempertahankan momentum dan menembus rekor harga baru dalam beberapa bulan mendatang.

Visi Berani CZ: Bitcoin Berpotensi Menyamai Kinerja Emas

Empat hari sebelum konferensi MENA, CZ sempat tampil dalam forum debat di Binance Blockchain Week 2025, berdiskusi langsung dengan Peter Schiff, ekonom senior dan pendiri Euro Pacific Asset Management. Dalam forum tersebut, CZ memproyeksikan bahwa harga Bitcoin bisa mengalami reli besar pada 2026 yang berpotensi menyamai performa emas.

CZ just said “we might see a supercycle.” pic.twitter.com/9aatNffTdC

— Ash Crypto (@AshCrypto) December 9, 2025

Data menunjukkan bahwa sepanjang tahun ini, harga emas telah naik lebih dari 60 persen. Sebaliknya, Bitcoin justru mengalami penurunan sebesar 5,7 persen. Ketimpangan inilah yang menjadi dasar prediksi CZ bahwa BTC memiliki ruang besar untuk mengejar ketertinggalan, terutama jika tren adopsi dan inovasi tetap berlanjut.

Salah satu indikator teknikal yang memperkuat keyakinan tersebut adalah sinyal hijau dari hash ribbon Bitcoin, yang secara historis menjadi tanda masuk ideal bagi investor jangka panjang. Grafik hash menunjukkan bahwa rata-rata hashrate 30 hari telah jatuh di bawah rata-rata 60 hari, sebuah pola klasik dari kapitulasi penambang yang sering kali mengarah pada fase akumulasi harga rendah.

$BTC

Nice reaction at the midrange.

Yearly open and range high being tested now. https://t.co/z0Ss1C1ddG pic.twitter.com/D7hEpRyVcI

— Mayne (@Tradermayne) December 9, 2025

Fase ini juga bertepatan dengan short squeeze yang mendorong harga Bitcoin melewati resistance $94.000 atau sekitar 1,56 miliar rupiah. Menurut analis crypto Trader Mayne, BTC saat ini sedang menguji harga pembukaan tahun di kisaran $93.000, dan jika momentum berlanjut, potensi kenaikan menuju $98.000 bahkan $106.000 masih terbuka.

Prediksi Harga Bitcoin: Target $106 Ribu Berikutnya Setelah MACD Berbalik Arah

Grafik harian Bitcoin menunjukkan bahwa harga sedang berupaya menembus garis tren menurun yang telah membatasi pergerakan selama beberapa minggu terakhir. Selama sebagian besar bulan November, BTC bergerak dalam pola penurunan yang terkendali.

btc logo
Bitcoin (BTC)
24 jam7 hari30 hari1 TahunSepanjang waktu

Namun saat ini harga mulai naik dan bergerak di atas resistance diagonal dengan volume perdagangan yang meningkat signifikan. Pola ini menandakan bahwa para pembeli mulai kembali masuk ke pasar.

Indikator MACD telah melakukan crossover bullish dan saat ini menunjukkan percepatan dari zona oversold yang cukup dalam. Formasi teknikal seperti ini biasanya mendahului pembalikan tren menengah, bukan sekadar pantulan sesaat. Sinyal ini menjadi konfirmasi bahwa kekuatan beli mulai mengambil alih dari tekanan jual.

Harga juga mulai merebut kembali zona pivot harian, sebuah area penting yang selama ini menjadi area konsolidasi. Rebound dari zona ini memberi indikasi bahwa momentum mulai bergeser dari konsolidasi defensif menuju potensi pemulihan lebih lanjut.

Grafik prediksi harga Bitcoin

Jika breakout ini dapat dipertahankan, Bitcoin berpotensi menguji kembali level pivot utama di kisaran $98.000 hingga $100.000 atau sekitar 1,63–1,66 miliar rupiah. Area ini akan menjadi rintangan besar pertama sebelum tren benar-benar berubah.

Jika cryptocurrency terbaik ini mampu menutup harga harian secara meyakinkan di atas level tersebut, maka pergerakan berikutnya bisa membawa harga menuju $105.000 hingga $110.000 atau sekitar 1,75 hingga 1,83 miliar rupiah. Sebaliknya, jika support di atas trendline gagal dipertahankan, harga bisa terkoreksi kembali ke area support kuat antara $85.000 hingga $82.000, di mana terdapat zona breakdown sebelumnya dan titik pivot historis.

Bitcoin Hyper: Layer-2 Pertama di Ekosistem Bitcoin yang Siap Meledak?

Bitcoin bukan satu-satunya aset yang diprediksi akan mengalami supercycle pada 2026. Di tengah tren ini, satu proyek muncul sebagai kandidat kuat yang siap mengejutkan pasar, Bitcoin Hyper ($HYPER), yang mengembangkan solusi Layer-2 pertama untuk jaringan Bitcoin dengan pendekatan teknologi berbasis Solana.

Bitcoin Hyper - Layer 2 Bitcoin

Proyek ini memanfaatkan infrastruktur Layer-2 cepat dan scalable yang dibangun di atas Solana Virtual Machine (SVM). Dengan teknologi ini, pengembang dapat meluncurkan aplikasi terdesentralisasi (dApp) yang native terhadap jaringan Bitcoin, tanpa mengorbankan keamanan dan stabilitas. Bitcoin Hyper membuka jalan baru bagi pemilik BTC untuk memanfaatkan aset mereka secara produktif melalui fitur DeFi, smart contract, dan utilitas lintas rantai.

Hingga saat ini, presale Bitcoin Hyper telah berhasil mengumpulkan lebih dari $29,2 juta atau sekitar 486 miliar rupiah. Angka ini menandakan kepercayaan yang sangat kuat dari komunitas early adopters. Seiring meningkatnya integrasi dengan wallet dan exchange crypto terbaik dan terkemuka, permintaan terhadap token $HYPER diprediksi akan melonjak tajam dalam waktu dekat.

Token $HYPER dapat digunakan untuk berbagai fungsi dalam ekosistemnya, termasuk pembayaran gas fee, staking dengan APY hingga 40%, serta hak suara dalam sistem governance. Investor yang ingin mengakumulasi HYPER sebelum kenaikan harga berikutnya bisa langsung mengunjungi situs resmi Bitcoin Hyper dan menghubungkan wallet mereka seperti Best Wallet.

Tokenomic Bitcoin Hyper

Pembelian dapat dilakukan dengan menukar USDT atau SOL ke HYPER dengan harga presale saat ini yaitu $0.013395 per token. Alternatifnya, pembelian juga bisa dilakukan secara langsung menggunakan kartu bank.

Bagi yang ingin memahami lebih dalam potensi jangka panjang proyek ini, silakan baca juga artikel prediksi harga Bitcoin Hyper. Untuk investor baru, panduan cara beli Bitcoin Hyper bisa membantu memahami proses pembelian token dari awal hingga akhir.

Ikuti akun X (Twitter) resmi Bitcoin Hyper dan bergabung di komunitas Telegram untuk mendapatkan kabar terbaru seputar roadmap proyek, listing exchange, dan peluncuran mainnet yang direncanakan pada 2026.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Bitcoin: CZ Perkirakan “Supercycle” Crypto pada 2026 – Akankah BTC Menembus di Atas $126.000? appeared first on Cryptonews Indonesia.

Prediksi Harga Pi Coin: Gugatan $10 Juta Guncang Komunitas

10 December 2025 at 07:46

Pi Network sedang menghadapi tekanan serius setelah gugatan hukum senilai $10 juta memicu kekhawatiran di kalangan investor, memperkeruh prospek harga Pi Coin (PI) dalam jangka pendek. Tuduhan skema penipuan berskala besar membuat komunitas mempertanyakan arah proyek ini, terutama karena dugaan pelepasan diam-diam lebih dari 2 miliar token PI yang beredar di luar pengetahuan publik.

Harga PI tercatat turun sekitar 5% setelah kabar tersebut mencuat. Situasi ini memunculkan ketidakpastian di tengah belum adanya adopsi nyata terhadap jaringan layer-1 milik Pi Network, serta adanya keterlambatan migrasi ke mainnet yang dinilai disengaja.

Tuduhan Dump Token dan Kegagalan Migrasi Perburuk Sentimen

Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa penggugat, Harro Moen, menuntut ganti rugi sebesar $10 juta atau sekitar 166 miliar rupiah. Ia menuduh bahwa skema penipuan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menyebabkan kerugian finansial signifikan bagi para pengguna.

🚨 Is a lawsuit really going to be filed against #PiNetwork?

I don't know if this is true or false, but I do know that its value will soon decrease, and people's trust in it will also diminish.@PiCoreTeam needs to respond now. pic.twitter.com/fMDQj5ouCD

— The Times of PiNetwork (@PiNetwork24X7) December 7, 2025

Moen menyatakan bahwa pada 10 April 2024, terjadi transfer tanpa izin sebanyak 5.137 token PI dari wallet-nya ke alamat tidak dikenal. Ia menyebut insiden ini sebagai bagian dari aksi dump token yang dilakukan terhadap lebih dari 2 miliar PI yang seharusnya menjadi milik pengguna.

Masalah semakin rumit karena token sisanya yang berjumlah 1.403 PI gagal dimigrasikan ke jaringan mainnet. Hal ini membuat token tersebut tidak dapat digunakan dan nilai riilnya menguap, menambah tekanan psikologis terhadap investor yang terkena dampaknya.

Unlock Pi Coin

Tuntutan hukum tersebut juga menyebut bahwa meskipun Pi Network dipasarkan sebagai proyek blockchain terdesentralisasi, pengendalian utama masih berada di tangan pihak pengembang. Proyek ini disebut hanya mengoperasikan tiga node validator, yang menunjukkan adanya kontrol terpusat yang bertentangan dengan klaim awal mereka.

Isu ini berpotensi memperburuk permasalahan terbesar Pi Network saat ini, yaitu rendahnya tingkat adopsi. Tanpa use case yang jelas dan menarik, proyek ini akan sulit mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Para pengembang kemungkinan mulai meninggalkan infrastruktur layer-1 tersebut demi proyek lain yang lebih menjanjikan.

Tekanan Likuiditas dan Prospek Harga Pi Coin ke Depan

Ketegangan ini terjadi di tengah tekanan likuiditas yang semakin memburuk. Aktivitas trading spekulatif dalam jangka pendek justru memperkuat tekanan deflasi. Terlebih, proses token unlock terus berlanjut dengan laju rata-rata 6,1 juta PI setiap harinya. Tanpa adanya dukungan permintaan yang kuat, tekanan jual ini semakin menggerus sentimen pasar terhadap Pi Coin.

Prediksi harga Pi Coin

Kondisi ini memunculkan pertanyaan serius mengenai kemampuan proyek untuk mempertahankan posisinya dalam jangka menengah. Grafik distribusi token dari PiScan menunjukkan jadwal unlock 30 hari ke depan yang cukup agresif, dan ini dapat memperburuk tekanan harga jika tidak diimbangi dengan adopsi riil atau utilitas yang jelas.

Secara teknikal, saat ini harga PI sedang menguji zona support kuat yang terbentuk dari pola ascending triangle selama dua bulan terakhir, sekaligus bertepatan dengan level retracement Fibonacci 0.5. Jika mampu bertahan, zona ini bisa menjadi pijakan untuk breakout menuju $0.40 atau kenaikan sekitar 8 persen dari harga saat ini.

Indikator momentum seperti RSI mulai menunjukkan tanda pemulihan dari area oversold, yang biasanya menjadi sinyal pembalikan tren. MACD juga mulai mendekati potensi golden cross, memberikan harapan bahwa tekanan bearish mungkin sudah melemah.

Namun gugatan hukum senilai $10 juta tersebut masih menjadi ancaman besar. Jika tekanan negatif ini berlanjut, harga bisa kembali turun ke area support di $0.15. Lebih buruk lagi, di bawah level tersebut terdapat zona kosong tanpa support historis yang berarti, membuka potensi penurunan hingga 65 persen ke area $0.075, mengacu pada level retracement Fibonacci 1.618.

Bitcoin Hyper: Layer-2 yang Mencuri Perhatian untuk Alasan yang Lebih Positif

Pi Network sebelumnya dianggap sebagai alternatif layer-1 yang mampu menyaingi proyek besar di pasar crypto. Namun situasi terkini memaksa banyak investor mempertimbangkan ulang posisinya. Perhatian kini mulai beralih ke ekosistem Bitcoin, yang akhirnya memperoleh solusi baru untuk mengatasi keterbatasannya selama ini, terutama dalam hal skalabilitas dan pertumbuhan ekosistem.

Bitcoin Hyper ($HYPER) hadir sebagai proyek yang menggabungkan stabilitas dan keamanan Bitcoin dengan kecepatan setara Solana. Proyek ini membangun jaringan Layer-2 dengan memanfaatkan Solana Virtual Machine dan teknologi ZK-rollups. Infrastruktur ini menciptakan lingkungan transaksi yang jauh lebih cepat, biaya rendah, dan mendukung smart contract tanpa mengorbankan keamanan Bitcoin sebagai fondasi.

Arsitektur tersebut membuka pintu bagi berbagai use case baru yang sebelumnya tidak dapat dijalankan secara efisien di jaringan Bitcoin, seperti DeFi, pembayaran harian, sampai ekosistem meme coin. Dengan kemampuan ini, Bitcoin Hyper menawarkan alternatif fungsional yang jauh lebih menarik dibandingkan proyek layer-1 baru yang masih berjuang mencari arah.

Presale crypto proyek ini telah mengumpulkan hampir $30 juta, atau sekitar 500 miliar rupiah. Besarnya minat dari smart money memperkuat keyakinan bahwa Bitcoin Hyper memiliki daya tarik jangka panjang. Jika proyek ini berhasil mengamankan hanya sebagian kecil dari volume perdagangan Bitcoin di masa depan, valuasinya berpotensi meningkat signifikan setelah listing.

Bitcoin Hyper ($HYPER) juga mengatasi tiga masalah terbesar yang membatasi pertumbuhan Bitcoin selama bertahun-tahun, transaksi lambat, biaya tinggi, dan fitur pemrograman yang terbatas. Waktu pasar pun tampak mendukung karena sentimen crypto mulai berbalik bullish.

Para calon investor yang ingin membeli token $HYPER pada harga presale dapat mengunjungi situs resmi Bitcoin Hyper dan menghubungkan wallet crypto seperti Best Wallet. Metode pembayaran yang didukung mencakup swap aset crypto maupun pembelian menggunakan kartu bank dalam hitungan detik.

Fase presale memberi ruang bagi investor untuk mempelajari prediksi harga Bitcoin Hyper sebelum token ini mencapai exchange. Informasi cara beli Bitcoin Hyper tersedia lengkap di situs resmi, serta diperbarui secara berkala melalui akun X (Twitter) dan Telegram proyek. Bergabung dalam komunitas resmi juga membantu investor mendapatkan informasi terkini mengenai roadmap, jadwal listing, dan pembaruan teknis terkait jaringan Layer-2 ini.

Proyek seperti Bitcoin Hyper memperlihatkan bahwa pasar crypto masih memiliki ruang besar untuk inovasi dan pertumbuhan, terutama bagi altcoin yang menawarkan solusi nyata terhadap kebutuhan ekosistem. Jika momentum presale yang sudah mencapai $29,2 juta atau sekitar 487 miliar rupiah dapat dipertahankan hingga peluncuran di exchange, Bitcoin Hyper berpeluang menjadi crypto yang bagus untuk jangka panjang.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Disclaimer:Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Pi Coin: Gugatan $10 Juta Guncang Komunitas appeared first on Cryptonews Indonesia.

3 Prediksi Harga Teratas untuk Bitcoin, Emas, dan Perak: Reli yang Dipicu The Fed Ini Bakal Bertahan Lama?

10 December 2025 at 06:47

Bitcoin, emas, dan perak mendadak menguat pada hari Selasa, sehari sebelum apa yang sepertinya jadi pemangkasan suku bunga The Fed berikutnya.

Kripto pelopor ini, juga dua aset safe haven komoditas yaitu emas dan perak, kemungkinan akan menghadapi volatilitas menjelang keputusan suku bunga The Fed, bahkan ketika harga XAG menembus di atas US$60/oz untuk pertama kali dalam sejarah, sekarang naik +108% di 2025.

Target Harga BTC, XAU, dan XAG Teratas Menjelang Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Seluruh perhatian kini tertuju pada keputusan suku bunga The Fed besok dan konferensi pers Jerome Powell setelahnya. Ini adalah salah satu peristiwa ekonomi makro terpenting bagi Bitcoin dan safe haven komoditas minggu ini.

Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa para spekulan suku bunga melihat peluang sebesar 87,6% The Fed akan memangkas suku bunga.

Interest Rate Cut Probabilities
Peluang Pemangkasan Suku Bunga | Sumber: CME FedWatch Tool

Pemangkasan suku bunga The Fed umumnya menjadi angin segar bagi Bitcoin karena meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Emas biasanya akan langsung dan paling cepat mendapat manfaat dari pemangkasan suku bunga, sementara perak seringkali tertinggal dari emas pada awalnya, lalu melesat mengungguli emas saat reli reflasi menguat. Inilah alasan mengapa perak cenderung mengalami lonjakan harga yang tajam setelah pemotongan suku bunga ketika momentum mulai terbentuk.

  • Emas bereaksi pertama kali dan dengan pola yang paling dapat diprediksi
  • Bitcoin mendapat manfaat seiring meluasnya likuiditas
  • Perak sering menjadi pemenang momentum di tahap akhir

Berdasarkan aksi harga saat ini, pasar sebenarnya sudah melakukan antisipasi terhadap peristiwa ini, para trader sudah banyak yang lebih dulu masuk posisi seiring peluang pemangkasan suku bunga kian pasti.

Bitcoin mengejar US$100.000 jelang keputusan suku bunga The Fed

Harga Bitcoin saat ini bergerak dengan bias bullish, konsolidasi dalam channel paralel naik sejak menyentuh dasar di US$80.600 pada 21 November. Selama harga tetap berada dalam pola teknikal ini, peluang untuk lanjut naik masih terbuka lebar.

Berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI), momentum juga sedang meningkat dan bisa mendorong BTC naik lebih tinggi. Posisi RSI di atas level 50 juga menandakan adanya dorongan beli yang signifikan, tapi semuanya masih seimbang sebab level tengah ini juga rawan berbalik arah ke bearish.

Harga Bitcoin saat ini menghadapi resistance langsung di Exponential Moving Average (EMA) 50 hari di US$97.015, menjadi penghalang menuju level retracement Fibonacci paling penting, yaitu 61,8% di US$98.018.

Level itu dapat menjadi titik masuk utama untuk para bull yang datang belakangan, jadi bila harga Bitcoin berhasil breakout dengan volume besar, itu menjadi sinyal penguatan tren. Kondisi seperti ini bisa membuat kripto pelopor ini melesat menuju US$103.399, yang juga menjadi batas tengah 50%.

Dalam skenario sangat bullish, BTC berpotensi menyentuh level retracement Fibonacci 38,2% yang menandakan tren sangat kuat.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Di sisi lain, jika level retracement Fibonacci 61,8% bertahan sebagai resistance, itu dapat memberikan sinyal awal pembalikan tren.

Jika para penjual mengambil kendali di level saat ini, maka Fibonacci retracement 78,6% bisa jadi jebol sebagai support dan pergerakan BTC berpotensi keluar dari channel paralel naik.

Skenario bias seperti ini bisa mendorong harga kripto pelopor turun menuju support di US$80.600. Pergerakan seperti ini berarti Bitcoin akan turun hampir 15% dari level saat ini.

Emas mungkin sedang berada di zona reload klasik tahap A

Harga emas bisa saja mengalami penurunan menuju area terendah US$4.199 dan bahkan menembus garis tren support naik sebelum berbalik ke atas. Berdasarkan RSI, momentumnya mulai menurun dan membuat harga XAU berisiko alami koreksi.

namun, karena RSI masih bertahan di atas level 50 dan ada support kuat dari pertemuan EMA 50 hari dan 100 hari di US$4.202 dan US$4.203, harga emas masih berpeluang naik lebih tinggi.

Support penting ada di area US$4.178 sampai US$4.192. Jika zona ini bertahan, struktur bull masih tetap utuh.

Sementara itu, resistance utama berada di US$4.241, dan jika harga menembus level ini dengan mulus kemungkinan besar akan memicu percepatan tren naik.

Dalam kondisi bias naik, target harga emas berikutnya adalah US$4.260, atau jika sangat bullish, bisa ke US$4.300 sebelum mencoba kembali meraih rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di US$4.381.

Gold (XAU) Price Performance
Performa Harga Emas (XAU) | Sumber: TradingView

Karena itu, harga di titik saat ini bisa menjadi zona ideal untuk pengisian posisi, di mana setiap penurunan dapat menjadi peluang beli untuk para bull yang terlambat masuk.

Kenaikan harga perak 6 kali lipat dibandingkan S&P 500 sepanjang tahun ini

Harga perak sedang mengalami salah satu reli bull terkuat dalam sejarah pasar saham, naik enam kali lipat dari kenaikan S&P 500 selama tahun ini (YTD). Harga XAG/USD sekarang berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan 12 bulan terbesar sejak tahun 1979.

Setelah mencapai all-time high baru di angka US$60.794, perak kini berada pada level price discovery dan masih berpeluang lanjut naik lebih tinggi.

Pada grafik 15-menit di bawah, harga XAG/USD menunjukkan breakout bullish continuation yang sangat jelas. Harga perak sudah menembus tegas level range tinggi sebelumnya di sekitar US$58,83 lalu bergerak makin tinggi ke price discovery, sehingga mengonfirmasi perubahan dari konsolidasi ke ekspansi.

Semua garis EMA kunci (50/100/200) kini tertumpuk secara bullish dan mulai naik, menandakan keselarasan tren jangka pendek yang kuat serta kekuatan tren yang solid.

Silver (XAG) Price Performance
Performa Harga Perak (XAG) | Sumber: TradingView

Momentum mendukung pergerakan ini, terlihat dari RSI di atas 73 yang mengisyaratkan tekanan beli yang sangat kuat. Tapi, posisi RSI ini juga menjadi peringatan bahwa pasar mungkin mengalami overheating dalam waktu dekat sehingga ada risiko koreksi ringan atau konsolidasi sebelum reli berlanjut.

Secara struktur, area resistance sebelumnya di US$58,80 hingga US$59,00 kini menjadi support pertama, sedangkan target psikologis dan teknikal berikutnya berada di sekitar US$61,00–US$61,50.

Selama harga perak tetap di atas 50-EMA (merah) yang naik, bias tetap buy-the-dip. Risiko penurunan baru meningkat jika terjadi breakdown dan harga bertahan di bawah US$59,00.

Twenty One Capital Resmi Melantai di NYSE – Lalu Apa Selanjutnya?

10 December 2025 at 05:20

Twenty One Capital telah melakukan debutnya di New York Stock Exchange (NYSE), memasuki pasar publik dengan cadangan Bitcoin yang besar dan sorotan besar pula.

Sahamnya langsung turun tajam di hari pertama, sehingga muncul pertanyaan jelas bagi investor dan industri: apa langkah selanjutnya bagi perusahaan yang berpusat pada Bitcoin di tengah pasar yang sedang turun?

Debut Raksasa Bitcoin di Wall Street

Dengan kode saham XXI, perusahaan ini masuk ke pasar dengan lebih dari 43.500 Bitcoin di neraca keuangannya.

Kepemilikan tersebut, senilai sekitar US$3,9 miliar, membuat Twenty One Capital menjadi salah satu perusahaan pemilik aset kripto terbesar. Jack Mallers, co-founder perusahaan, menggambarkan langkah listing ini sebagai upaya untuk memberikan Bitcoin tempat yang jelas di pasar tradisional. Ia menegaskan bahwa investor layak mendapatkan akses ke perusahaan yang dibangun sepenuhnya berdasarkan logika moneter Bitcoin.

Hello, world. $XXI pic.twitter.com/SFoLLwGnCd

— Twenty One (@twentyone) December 9, 2025

Bitcoin adalah uang yang jujur. Itulah sebabnya masyarakat memilih Bitcoin, dan itulah alasan kami membangun Twenty One di atasnya,” ujar Mallers dalam siaran pers. “Listing di NYSE bertujuan memberikan Bitcoin posisi yang layak di pasar global dan memberikan investor yang terbaik dari Bitcoin: kekuatannya sebagai cadangan dan potensi pertumbuhan dari sebuah bisnis yang dibangun di atasnya.”

Ini bukan sekadar upaya kecil. Tether, Bitfinex, SoftBank, dan Cantor Equity Partners berada di belakang XXI, memberikan bobot institusional yang jarang terlihat dalam peluncuran yang berbasis Bitcoin.

Cantor Equity Partners sendiri berasal dari jalur yang sudah dikenal: dibentuk sebagai kendaraan akuisisi publik yang didukung Cantor Fitzgerald, perusahaan investasi yang dipimpin Brandon Lutnick, putra Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Koneksi tersebut menambah lapisan kredibilitas institusional bagi langkah XXI masuk ke pasar publik.

Namun, sesi perdagangan pertama berlangsung berat, karena sahamnya jatuh lebih dari 24%. Reaksi ini menunjukkan kecenderungan hati-hati, dengan investor kemungkinan ingin melihat bagaimana XXI akan beroperasi di luar cadangan Bitcoinnya yang besar.

DATs Masih Kesulitan saat Bitcoin Turun

Debut saham Twenty One Capital hadir di tengah tekanan baru di pasar aset kripto.

Bitcoin telah turun sekitar 30% dari puncaknya di bulan Oktober, dan ekuitas terkait juga turut melemah.

Di sisi lain, digital asset treasuries (DATs) terkena dampak paling besar, karena valuasinya sering bergerak mengikuti nilai cadangannya. Analis kini menegaskan bahwa DAT harus bisa membuktikan dirinya memberi lebih dari sekadar eksposur ke Bitcoin. Premi mNAV yang tinggi di kuartal sebelumnya telah memudar, dan investor kini menuntut model bisnis yang lebih jelas.

1/ I see a lot of bad analysis of DATs, or digital asset treasury companies. Specifically, I see a lot of bad takes on whether they should trade at, above, or below the value of the assets they hold (their so-called “mNAV”).

Here's how I approach it.

— Matt Hougan (@Matt_Hougan) November 23, 2025

Dalam kondisi seperti ini, XXI menghadapi tantangan besar untuk listing barunya. Mereka harus mampu menunjukkan kemampuan menghadapi volatilitas dan membangun operasional yang bisa bertahan terhadap fluktuasi harga Bitcoin.

Rencana Pertumbuhan Menunggu Validasi Pasar

Mallers dan timnya menyatakan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan lebih dari sekadar menumpuk Bitcoin.

XXI menyebutkan rencana untuk mengembangkan alat pinjaman berbasis Bitcoin dan produk pasar modal.

Selain itu, mereka juga menargetkan menciptakan inisiatif edukasi dan media untuk mendorong adopsi Bitcoin yang lebih luas.

Semua inisiatif tersebut masih berupa rencana di tahap awal dan belum menjadi lini bisnis yang berjalan, sehingga menunjukkan ambisi perusahaan untuk membangun ekosistem yang lebih luas, bukan hanya menjadi treasury statis.

Apakah investor akan menyambut pendekatan ini masih belum pasti.

Ada yang melihat XXI sebagai calon pemain besar di industri, didukung jaringan institusi yang kuat. Tapi, ada juga yang mencatat lemahnya pasar kripto dan kehati-hatian investor terhadap listing berbasis merger.

Debut ini adalah pencapaian penting, tapi fase selanjutnya akan sangat bergantung pada hasil nyata dan bukan sekadar visi.

November Mungkin Telah Membunuh NFT untuk Selamanya

10 December 2025 at 03:15

Bulan lalu menjadi periode terlemah untuk penjualan NFT di 2025, dengan kapitalisasi pasar kehilangan ratusan juta US$.

Angka terbaru semakin menegaskan penurunan permintaan atas aset ini, yang sebelumnya sempat melonjak ke rekor tertinggi lalu masuk ke fase pembalikan berkepanjangan setelah crypto winter di 2022.

Penjualan NFT Jatuh ke Titik Terendah Baru

Penurunan di bulan November cukup tajam. Total penjualan non-fungible token (NFT) turun menjadi US$320 juta, hampir setengah dari penjualan Oktober yang sebesar US$629 juta, menurut CryptoSlam. Hal ini membuat aktivitas bulanan kembali mendekati level September di US$312 juta dan menghapus momentum kecil yang sempat bangkit di awal musim gugur.

Menurut CoinMarketCap, kelemahan pasar sudah terlihat berlanjut ke bulan Desember, di mana tujuh hari pertama hanya menghasilkan penjualan senilai US$62 juta. Hal ini menandai performa mingguan paling lambat sepanjang tahun ini.

NFTs are soo downbad right now.

Market cap dropped from $6.6B to $3.5B and volume is down about 65 percent.

OpenSea’s most hyped token even got pushed to Q1 2026.

Most holders aren’t down because of price. They’re down because nobody is buying.

The healthiest reboot this… pic.twitter.com/YTrWoK3UKv

— Salem☠️ (@web3_Salem) December 3, 2025

Gambaran valuasi yang lebih luas juga mencerminkan tekanan penurunan serupa. Data CoinGecko menunjukkan kapitalisasi pasar dari marketplace NFT turun ke US$253 juta, yang merupakan level terendah sepanjang sejarah, karena harga-harga terus jatuh, bahkan untuk koleksi yang paling mapan sekalipun.

Penurunan ini bukan peristiwa yang terisolasi, melainkan kelanjutan dari kontraksi besar yang sudah terjadi selama bertahun-tahun dan mengubah lanskap NFT sejak pertumbuhan pesat di awal 2020-an.

Dari Siklus Hype ke Hard Reset

NFT pertama kali masuk ke kesadaran arus utama pada 2020, saat penjualan karya seni awal dan peluncuran eksperimental menarik komunitas khusus.

Pada 2021, pasar NFT jadi fenomena budaya besar. Volume perdagangan di platform seperti OpenSea bahkan sempat melonjak hingga miliaran setiap bulannya.

Koleksi seperti CryptoPunks dan Bored Ape Yacht Club berubah jadi simbol status. NFT ini menarik minat selebriti, brand global, dan investor institusi. Momentum positif berlangsung sampai awal 2022, saat aktivitas NFT mencapai rekor tertinggi.

Puncaknya tak bertahan lama. Ketika pasar kripto secara umum mulai melemah pada pertengahan 2022, volume perdagangan NFT langsung merosot cepat.

Likuiditas mengering. Modal spekulatif mulai mundur, dan floor price koleksi utama anjlok drastis. Skandal wash trading membuat kepercayaan menurun, lalu kelebihan pasokan menciptakan tekanan. Ribuan koleksi tanpa kualitas cukup bersaing berebut perhatian yang makin terbatas.

Menjelang akhir 2022, volume bulanan sudah turun lebih dari 90% dibanding masa puncak. Selama dua tahun setelahnya, pasar terus menyesuaikan diri.

Sebagian NFT yang memang memiliki kegunaan, seperti aset game dan token loyalitas, masih mempertahankan aktivitas di segmen tertentu. Tapi koleksi profil-legendaris mulai kehilangan pamor. Marketplace bersaing memperebutkan pengguna lewat insentif besar, sering kali hanya menaikkan volume tanpa menghasilkan keuntungan nyata.

Di 2025, sektor ini berubah menjadi segmen yang lebih tenang. Kini NFT hanya berperan sebagai bagian kecil dalam pasar aset digital yang lebih luas.

Postingan Bitcoin Andrew Tate Picu Perdebatan Soal MicroStrategy

10 December 2025 at 02:30

Komunitas Bitcoin Terbelah karena Pembelian 10.000 BTC Terbaru MicroStrategy Tak Goyahkan Harga — Likuiditas OTC dan Struktur Pasar Jadi Sorotan

Postingan Andrew Tate yang mempertanyakan mengapa pembelian ~10.000 BTC oleh MicroStrategy tidak menggerakkan harga Bitcoin langsung memicu perdebatan luas di komunitas aset kripto. Diskusi ini menyoroti salah satu kebingungan terbesar di kalangan trader ritel: bagaimana bisa pembelian sebesar itu terjadi tanpa menimbulkan reaksi harga yang terlihat?

Perdebatan komunitas ungkap kesalahpahaman tentang kedalaman pasar OTC Bitcoin

Diskusi Andrew Tate ini muncul hanya beberapa hari setelah MicroStrategy menambah lebih dari 10.600 BTC — pembelian senilai hampir US$1.000.000.000 — sehingga total kepemilikan mereka kini mencapai lebih dari 660.000 koin.

Padahal akuisisi ini sangat besar, harga Bitcoin hampir tidak bergerak waktu itu, tetap terjebak di kisaran US$88.000 hingga US$92.000 sebelum akhirnya breakout hari ini.

I’m huge on BTC but micro strat buy 10k btc ina single day and the price doesn’t move.

Explain that to me.

— Andrew Tate (@Cobratate) December 8, 2025

Banyak pelaku industri lalu menegaskan bahwa pembelian institusi besar jarang terjadi melalui order book spot. Sebaliknya, transaksi itu biasanya lewat desk Over-The-Counter (OTC), yang mempertemukan pembeli dan penjual secara langsung, di luar exchange.

Karena transaksi ini tidak masuk ke pool likuiditas publik, maka transaksi terhindar dari slippage dan tidak meninggalkan jejak langsung pada grafik, candle, atau indeks harga.

Jadi, pembelian senilai miliaran dolar bisa berpindah tangan secara senyap di antara miner, wallet awal, market maker, dan penjual dalam tekanan tanpa membuat harga melonjak.

Hanya jika stok OTC tidak cukup memenuhi permintaan, transaksi baru masuk ke exchange spot — dan saat itulah harga akan bereaksi. Kemampuan MicroStrategy menyerap koin secara privat justru menunjukan kedalaman likuiditas Bitcoin pada tingkat suplai saat ini.

Pergerakan Harga Bitcoin Lebih Bergantung pada Eksekusi daripada Besarnya Transaksi

Beberapa analis menyoroti bahwa pembelian MicroStrategy memang terlihat sangat besar, tapi sebenarnya hanya sebagian kecil dari suplai aktif.

Membeli 10.000 BTC juga hanya sekitar 0,05% dari suplai beredar, dan kalau dilakukan lewat block trade negoisasi, bukan order book spot publik, dampaknya hampir tak terlihat sama sekali.

Hal ini memperjelas bagaimana akumulasi korporasi masih bisa terus terjadi meski pasar sideways, tanpa diketahui trader ritel sampai setelah transaksi selesai.

Founder Binance CZ Berkomentar soal Postingan Andrew Tate

Di sisi lain, para kritikus berpendapat bahwa strategi MicroStrategy lebih mengandalkan persepsi daripada dampak langsung. Ada yang menduga pengumuman-pengumuman perusahaan ini memang bertujuan memantik sentimen bullish, bukan benar-benar menggerakkan harga secara instan.

Minimnya reaksi cepat justru memperkuat spekulasi bahwa pembelian besar-besaran seperti ini ternyata tidak terlalu memengaruhi harga, seperti yang diasumsikan banyak investor.

Perdebatan ini terjadi di momen sensitif, saat pasar akhirnya breakout hari ini setelah seminggu sideways — yang didorong bukan oleh MicroStrategy, melainkan kombinasi akumulasi whale, likuidasi posisi short, serta perkembangan regulasi.

Kontras ini menegaskan satu hal penting: pergerakan harga yang tampak justru kerap mencerminkan arus order tahap akhir, bukan pembelian awal itu sendiri.

Bitcoin Breakout di Atas US$94.000 setelah Stagnasi Selama Sepekan, Ini Alasannya

10 December 2025 at 01:16

Bitcoin melonjak tajam di atas US$94.000, mengakhiri periode perdagangan sideways selama beberapa hari di kisaran US$88.000 hingga US$92.000.

Breakout ini terjadi secara mendadak pada 9 Desember, dan akselerasinya hanya memakan waktu beberapa menit serta berhasil menembus rentang harga yang telah menahan pergerakan pasar hampir sepekan.

Aksi Akumulasi Whale dan Likuidasi Posisi Short Dorong Breakout

Data perdagangan menunjukkan adanya arus masuk besar ke beberapa wallet institusi besar dan wallet exchange pada satu jam sebelum reli terjadi.

Beberapa alamat kustodian dengan volume tinggi mengumpulkan ribuan BTC dalam waktu singkat, menandakan adanya pembeli dengan likuiditas besar yang masuk lebih awal sebelum terjadi short squeeze.

🚨 BREAKING:

HERE'S EXACT REASON WHY BITCOIN JUST PUMPED:

BINANCE BOUGHT 7,298 BTC
COINBASE BOUGHT 3,412 BTC
WINTERMUTE BOUGHT 2,174 BTC
BLACKROCK BOUGHT 1,362 BTC
RANDOM WHALE BOUGHT 6,192 BTC

THIS IS THE BIGGEST INSIDER PUMP EVER!! pic.twitter.com/SImfFYuGT8

— ᴛʀᴀᴄᴇʀ (@DeFiTracer) December 9, 2025

Kecepatan breakout ini sepertinya menandakan order book cepat menipis setelah permintaan menembus resistance di kisaran harga. Struktur pasar pun berubah secara cepat, dengan momentum semakin kuat saat posisi short mulai ditutup karena tekanan.

Data likuidasi mengonfirmasi bahwa pasar Futures menyerap pergerakan ini secara agresif. Lebih dari US$300 juta likuidasi aset kripto terjadi dalam 12 jam terakhir, di mana Bitcoin menyumbang lebih dari US$46 juta dan Ethereum di atas US$49 juta.

Kebanyakan posisi yang terlikuidasi adalah short, yang menandakan pergerakan ini merupakan short squeeze klasik dan bukan tren naik bertahap.

Saat stop-loss beruntun aktif, kenaikan harga Bitcoin pun semakin cepat secara vertikal karena hampir tidak ada suplai penyeimbang.

Dukungan Regulasi dan Antisipasi FOMC Dorong Sentimen

Reli Bitcoin ini terjadi setelah update kebijakan penting dari US Office of the Comptroller of the Currency, yang mengonfirmasi bahwa bank kini boleh melakukan transaksi aset kripto berisiko nol sebagai principal. Keputusan ini memungkinkan lembaga keuangan yang diatur untuk menengahi arus aset kripto tanpa harus memegang aset langsung.

Perubahan ini memperluas akses institusional yang mungkin terjadi, dan waktunya yang beberapa jam sebelum breakout mungkin mendorong posisi masuk lebih awal.

OCC Interpretive Letter 1188 confirms that a national bank may engage in riskless principal crypto-asset transactions as part of the business of banking. https://t.co/gXirMExhCi pic.twitter.com/uPRFGqb2NZ

— OCC (@USOCC) December 9, 2025

Dengan keputusan suku bunga The Fed yang sebentar lagi diumumkan, para trader kini berharap kondisi likuiditas akan semakin mudah jika pemangkasan suku bunga terjadi.

Bitcoin masih bertahan di dekat level tertinggi harian dengan volatilitas tetap tinggi serta funding rate yang terus mengalami penyesuaian di pasar derivatif. Pasar kini mencermati apakah permintaan selanjutnya masih kuat hingga pengumuman FOMC atau justru aksi ambil untung akan meredam momentum di puncak harga.

Eksekutif Polygon Jelaskan Kenapa Keuangan Besar Ingin Aset Kripto di 2025 dan Kenapa Retail Tidak

10 December 2025 at 00:00

Pada tahun 2025, industri aset kripto memasuki fase baru yang ditandai dengan lonjakan partisipasi institusi besar. Setelah bertahun-tahun berhati-hati dan skeptis, kini perusahaan besar mulai mengalokasikan modal dalam jumlah signifikan ke aset digital.

Tetapi, apa yang berubah sehingga institusi akhirnya masuk ke industri yang dulu mereka jauhi? BeInCrypto berbicara dengan Aishwary Gupta, Head Global Payment dan Real-World Assets di Polygon Labs, untuk membahas faktor pendorong di balik transformasi ini. Gupta menjelaskan kenapa aliran dana institusi sekarang mendominasi pasar dan apa arti perubahan ini.

Institusi Kini Kuasai Arus Masuk Aset Kripto: Ini Alasannya

Gupta mengungkapkan bahwa institusi saat ini menyumbang sekitar 95% dari arus masuk aset kripto. Sementara itu, partisipasi investor ritel turun menjadi sekitar 5–6%. Pergeseran ini menandakan perubahan dari siklus lama yang dipimpin oleh hype dan investor ritel ke pasar yang kini banyak dipengaruhi oleh keuangan terstruktur.

Manajer aset besar seperti BlackRock, Apollo, dan Hamilton Lane juga mulai mengalokasikan sekitar 1–2% portofolio mereka ke aset kripto, memperkenalkan ETF dan menguji produk investasi yang ditokenisasi di chain.

Menurut Gupta, perubahan yang terjadi bukan pada sentimen Wall Street, melainkan pada infrastruktur yang sekarang mendukung aktivitas institusi. Ia menyebut Polygon sebagai contoh:

“Kemitraan dengan JPMorgan untuk perdagangan DeFi secara langsung di bawah Monetary Authority of Singapore, Ondo untuk obligasi negara yang ditokenisasi, dan AMINA Bank untuk staking yang telah diatur membuktikan bahwa sistem yang menjalankan DeFi juga dapat menggerakkan keuangan global. Skalabilitas dan biaya transaksi rendah membuat keuangan tradisional mempertimbangkan blockchain publik untuk digunakan. Institusi sekarang tidak perlu lagi bereksperimen di sandbox — mereka bisa bertransaksi di jaringan publik yang kompatibel dengan Ethereum, yang sudah teruji dan memenuhi syarat auditor maupun regulator.”

Gupta menyampaikan bahwa institusi masuk ke dunia aset kripto dari dua arah utama: mencari imbal hasil dan diversifikasi, serta mengejar efisiensi operasional. Gelombang pertama berfokus pada hasil dalam dolar AS lewat produk seperti obligasi negara yang ditokenisasi dan staking yang dikelola bank. Produk-produk ini menawarkan kerangka kerja yang sudah dikenal sekaligus sesuai aturan untuk mendapatkan yield.

Gelombang kedua, ia terangkan, didorong oleh efisiensi yang ditawarkan blockchain. Penyelesaian transaksi lebih cepat, likuiditas bersama, serta aset yang dapat diprogram membuat jaringan keuangan besar dan perusahaan fintech tertarik mencoba struktur dana yang ditokenisasi dan transfer di chain.

Penurunan Minat Ritel Picu Pertanyaan soal Arah Aset Kripto saat Institusi Memimpin

Ia juga menyoroti alasan keluarnya investor ritel. Gupta menegaskan kebanyakan investor ritel meninggalkan pasar karena kerugian akibat siklus meme coin spekulatif dan harapan keuntungan yang tidak realistis. Hilangnya kepercayaan ini, ia terang, membuat banyak investor kecil memilih menepi. meski begitu, ia tidak melihat ini sebagai kepergian permanen atau struktural.

“Akan semakin banyak produk yang terstruktur dan teregulasi, sehingga bisa mengembalikan kepercayaan mereka untuk kembali ke pasar,” ujar Gupta kepada BeInCrypto.

Meskipun demikian, meningkatnya partisipasi institusi menimbulkan kekhawatiran akan potensi hilangnya jiwa desentralisasi aset kripto. Gupta menegaskan bahwa kematangan dan desentralisasi dapat berjalan bersamaan asalkan jaringan publik dan terbuka tetap menjadi fondasinya.

Menurutnya, desentralisasi hanya terancam ketika jaringan mengorbankan keterbukaan, bukan ketika ada peserta baru yang masuk.

“Kalau dibangun di atas sistem publik…bukan di taman tertutup, adopsi institusi tidak akan memusatkan aset kripto, melainkan melegitimasi. Keuangan tradisional bukan mengambil alih kripto, melainkan memang masuk ke chain — ini bukan penaklukan atau penyerahan, tetapi lebih pada penggabungan infrastruktur, di mana chain yang menjalankan DeFi dan NFT juga mengakomodasi treasury, ETF, dan staking institusi,” papar dia.

Saat ditanya apakah dominasi institusi bisa memperlambat inovasi karena mengedepankan kepatuhan dibandingkan eksperimen, Gupta mengakui ketegangan tersebut ada. meski begitu, ia berpandangan hal ini tetap bisa memberi manfaat bagi sektor ini.

‘Mentalitas “bergerak cepat dan hancurkan segala hal” memang melahirkan kreativitas besar, tapi juga menyebabkan kerugian besar dan perlawanan dari regulator. Ya, institusi bergerak lambat dan sangat fokus pada kepatuhan, dan ya, itu kadang menahan kreativitas, tapi jika dijalankan dengan tepat, inovasi tidak harus mati. Justru ini bisa mendorong kemajuan dan memaksa pengembang melihat kepatuhan sebagai bentuk inovasi dengan mengintegrasikannya sejak awal. Perkembangannya bisa lebih lambat, tapi hasilnya lebih kuat dan lebih bisa diskalakan,” komentar eksekutif tersebut.

Apa yang Akan Terjadi Berikutnya saat Institusi Semakin Aktif di Aset Kripto

Melihat ke depan, Gupta mengatakan lonjakan partisipasi institusi sebaiknya tidak dipandang sebagai Wall Street “mengambil alih” aset kripto, tapi lebih kepada bergabung dengan ekosistem yang makin beragam.

“Pasar kini berjalan dengan likuiditas institusi, yang bergerak lebih lambat, menghasilkan yield, dan lebih terkelola risikonya. Kamu tidak lagi melihat pasar didominasi oleh trader ritel yang mengejar hype dan FOMO di centralized exchange seperti tahun 2017. Perdagangan berdasarkan emosi jauh berkurang. Volatilitas akan turun, karena modal bergerak dari spekulasi ke penghasil yield jangka panjang. Narasinya sudah berubah, di mana aset kripto kini lebih dipandang sebagai infrastruktur finansial daripada kelas aset,” ucapnya

Ia memprediksi ekspansi besar pada tokenisasi aset dunia nyata (RWA) dan peningkatan bertahap stabilitas pasar seiring aktivitas trading yang semakin disiplin dan tidak lagi spekulatif. Integrasi regulasi yang lebih kuat, tambahnya, juga sangat mungkin terjadi karena pelaku finansial tradisional terus mengembangkan strategi on-chain.

Gupta memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut pada staking institusi dan jaringan penghasil yield, seiring entitas teregulasi mencari cara yang sesuai aturan untuk ikut mendapatkan yield di chain. Di sisi lain, ia percaya interoperabilitas akan menjadi fokus utama, di mana alat publik yang memudahkan pergerakan aset lintas rollup akan semakin penting saat institusi meningkatkan aktivitas mereka.

Top 3 Price Prediction Bitcoin, Gold, Silver: Is the Fed-Driven Rally Built to Last?

10 December 2025 at 06:47

Bitcoin, gold, and silver experienced a sudden surge in strength on Tuesday, the eve of what appears to be another Fed rate cut.

The pioneer crypto, as well as the two commodity safe havens, Gold and Silver, may face volatility around the Fed’s interest rate decision, even as XAG price breaks above $60/oz for the first time in history, now up +108% in 2025.

Top BTC, XAU, and XAG Price Targets Ahead of the Fed Cut

All eyes are on the Fed’s interest rate decision tomorrow and the subsequent Jerome Powell press conference. This is one of the most important macroeconomic events for Bitcoin and commodity safe havens this week.

Data from the CME FedWatch Tool shows that interest bettors see an 87.6% chance that the Fed will cut interest rates.

Interest Rate Cut Probabilities
Interest Rate Cut Probabilities. Source: CME FedWatch Tool

A Fed rate cut is generally a tailwind for Bitcoin as it injects liquidity into the financial markets. Gold is typically the cleanest and fastest beneficiary of rate cuts, while silver often lags gold initially, then outperforms during strong reflation moves. This is why silver tends to make violent upside moves after cuts once momentum builds.

  • Gold reacts first and most predictably
  • Bitcoin benefits as liquidity expands
  • Silver often becomes the late-stage momentum winner

Based on current price action, however, markets are already pricing in the event, with traders already front-running a rate cut amid near-certain probabilities.

Bitcoin Races for $100,000 Ahead of Fed’s Interest Rate Decision

The Bitcoin price is trading with a bullish bias, consolidating within an ascending parallel channel since bottoming out at $80,600 on November 21. As long as the price remains confined within this technical formation, the prospects for further upside remain alive.

Based on the RSI (Relative Strength Index) indicator, momentum is rising, which could push BTC further north. Its position above the 50 threshold suggests significant buyer momentum, but a lot remains in the balance, as this midline level is also susceptible to a bearish takeover.

The Bitcoin price faces immediate resistance due to the 50-day Exponential Moving Average (EMA) at $97,015, a roadblock in BTC’s path to the most critical Fibonacci retracement level, 61.8%, at $98,018.

This would be a key entry point for late bulls, such that if the Bitcoin price breaks cleanly through the level with strong volume, it would signal a strengthening trend. Such a directional bias would see the pioneer crypto extend a neck higher to $103,399, earmarked by the 50% midrange.

In a highly bullish case, BTC could reach the 38.2% Fibonacci retracement level, signaling a strong trend.  

Bitcoin (BTC) Price Performance
Bitcoin (BTC) Price Performance. Source: TradingView

Conversely, if the 61.8% Fibonacci retracement level holds as resistance, it would set the tone for a trend reversal.

Sellers pulling the trigger at current levels could see the 78.6% Fibonacci retracement level give way as support, a move that could cause BTC to fall out of the ascending parallel channel.

Such a directional bias could send the pioneer crypto’s price toward the $80,600 support floor. Such a move would constitute a drop of almost 15% from current levels.

Gold may be in a Stage A Classic Reload Zone

The gold price could sell off towards the lows of $4,199 and potentially violate the rising support trendline before reversing higher. Based on the RSI, momentum is fading, putting the XAU price at risk of a correction.

However, with the RSI still above the 50 threshold and strong downward support provided by the confluence of the 50- and 100-day EMAs at $4,202 and $4,203, respectively, the price could forge higher.

Critical support resides in the range between $4,178 and $4,192. If this zone holds, the bull structure would remain intact.

Meanwhile, the key resistance is at $4,241, with a clean break above this supplier congestion level likely to spark an acceleration.

In such a directional bias, targets would be $4,260, or in a highly bullish case, $4,300 before a potential recapture of the $4,381 all-time high (ATH).  

Gold (XAU) Price Performance
Gold (XAU) Price Performance. Source: TradingView

Therefore, current price levels could be a classic reload zone, with every dip providing a buying opportunity for late bulls.

Silver is up 6x as Much as the S&P 500 YTD

The silver price is experiencing one of the strongest bull runs in stock market history, up six times the S&P 500’s year-to-date (YTD) gain. The XAG/USD price is now on track for the largest 12-month gain since 1979.

After establishing a new all-time high of $60.794, silver is on price discovery levels, with potential for further upside.

On the 15-minute chart below, the XAG/USD price shows a clean bullish continuation breakout. The silver price has decisively cleared the prior range high near $58.83 and accelerated to price discovery, confirming a shift from consolidation to expansion.

All key EMAs (50/100/200) are now stacked bullishly and turning higher, signaling strong short-term trend alignment and trend strength.

Silver (XAG) Price Performance
Silver (XAG) Price Performance. Source: TradingView

Momentum supports the move, as evidenced by the RSI above 73, indicating strong buying pressure. However, this RSI position also warns of near-term overheating and the risk of a shallow pullback or consolidation before continuation.

Structurally, the former resistance at $58.80 to $59.00 now acts as first support, while the next psychological and technical target sits around $61.00–$61.50.

As long as the silver price holds above the rising 50-EMA (red), the bias remains buy-the-dip, with downside risk increasing only on a sustained breakdown back below $59.00.

The post Top 3 Price Prediction Bitcoin, Gold, Silver: Is the Fed-Driven Rally Built to Last? appeared first on BeInCrypto.

Twenty One Capital Goes Live on the NYSE – Now What?

10 December 2025 at 05:20

Twenty One Capital has made its debut on the New York Stock Exchange (NYSE), entering the public markets with a substantial Bitcoin treasury and a similarly large spotlight. 

Its stock slid sharply on day one, raising a clear question for investors and the industry: what comes next for a company built around Bitcoin during a market downturn?

A Bitcoin Giant’s Wall Street Debut

Trading under the ticker XXI, the company enters the market with more than 43,500 Bitcoin on its balance sheet. 

That holding, worth about $3.9 billion, makes Twenty One Capital one of the largest corporate holders of the asset. Jack Mallers, who co-founded the firm, framed the listing as a bid to give Bitcoin a defined place in traditional markets. He argued that investors deserve access to a company built entirely on Bitcoin’s monetary logic.

Hello, world. $XXI pic.twitter.com/SFoLLwGnCd

— Twenty One (@twentyone) December 9, 2025

Bitcoin is honest money. That’s why people choose it, and that’s why we built Twenty One on top of it,” Mallers said in a press release. “Listing on the NYSE is about giving Bitcoin the place it deserves in global markets and giving investors the best of Bitcoin: its strength as a reserve and the upside of a business built on it.”

This is not a fringe effort. Tether, Bitfinex, SoftBank, and Cantor Equity Partners sit behind XXI, giving the company a level of institutional weight rarely seen in Bitcoin-native launches. 

Cantor Equity Partners itself comes from a high-profile lineage: it was formed as a public acquisition vehicle backed by Cantor Fitzgerald, the investment firm led by Brandon Lutnick, son of US Commerce Secretary Howard Lutnick. That connection adds another layer of institutional pedigree to XXI’s entry into public markets.

Yet the first trading session was rough, with shares falling more than 24%. The reaction indicates caution, with investors likely wanting to see how XXI plans to operate beyond its headline treasury.

DATs Struggle as Bitcoin Slides

Twenty One Capital’s stock exchange debut arrives at a time of renewed pressure in crypto markets. 

Bitcoin has fallen by roughly 30% from its October peak, and related equities have weakened in tandem. 

Meanwhile, digital asset treasuries (DATs) have been particularly hard-hit, as their valuations often fluctuate in tandem with their reserves. Analysts now stress that DATs must prove they offer more than exposure to Bitcoin. The generous mNAV premiums of earlier quarters have faded, and investors are demanding clearer business models.

1/ I see a lot of bad analysis of DATs, or digital asset treasury companies. Specifically, I see a lot of bad takes on whether they should trade at, above, or below the value of the assets they hold (their so-called “mNAV”).

Here's how I approach it.

— Matt Hougan (@Matt_Hougan) November 23, 2025

Against this backdrop, XXI faces a challenging environment for a new listing. It must demonstrate its ability to navigate volatility and build operations that can withstand Bitcoin’s fluctuations.

Growth Plans Await Market Validation

Mallers and his team have said the company aims to grow far beyond simple accumulation

XXI has stated that it plans to develop Bitcoin-based lending tools and capital markets products.

It also aims to create educational and media initiatives to promote broader Bitcoin adoption.

These remain early-stage intentions rather than launched business lines, reflecting the company’s ambition to build a broader ecosystem rather than remain a static treasury.

Whether investors will welcome that approach remains uncertain. 

Some see XXI as a future industry heavyweight, backed by deep institutional networks. Others note the weak crypto market and broader investor caution toward merger-driven listings. 

The debut is a milestone, but the next phase will depend on proven results rather than vision.

The post Twenty One Capital Goes Live on the NYSE – Now What? appeared first on BeInCrypto.

November Might Have Killed NFTs For Good

10 December 2025 at 03:15

Last month marked the weakest period for NFT sales in 2025, with the market cap shedding hundreds of millions of dollars.

The latest figures reinforce the ongoing decline in demand for these assets, which once surged to record highs before entering a prolonged reversal after the 2022 crypto winter.

NFT Sales Sink to New Lows

November’s slump was steep. Total non-fungible token (NFT) sales fell to $320 million, nearly halving from October’s $629 million, according to CryptoSlam. That places monthly activity back near September’s $312 million, erasing what little momentum the sector had regained earlier in the fall. 

According to CoinMarketCap, the weakness has already carried into December, where the first seven days generated just $62 million in sales, marking the slowest weekly performance of the year.

NFTs are soo downbad right now.

Market cap dropped from $6.6B to $3.5B and volume is down about 65 percent.

OpenSea’s most hyped token even got pushed to Q1 2026.

Most holders aren’t down because of price. They’re down because nobody is buying.

The healthiest reboot this… pic.twitter.com/YTrWoK3UKv

— Salem☠️ (@web3_Salem) December 3, 2025

The broader valuation picture reflects the same downward pressure. CoinGecko data shows the market cap of NFT marketplaces has fallen to $253 million, its lowest level on record, as prices continue to decline across even the most established collections.

This downturn is not an isolated event but the continuation of a broader, years-long contraction that has reshaped the NFT landscape since its explosive rise in the early 2020s.

From Hype Cycle to Hard Reset

NFTs first entered mainstream awareness in 2020, when early art sales and experimental drops attracted niche communities.

By 2021, the market had become a full cultural phenomenon. Trading volumes on platforms like OpenSea soon surged to billions each month.

Collections like CryptoPunks and Bored Ape Yacht Club turned into status symbols. They drew celebrities, global brands, and institutional investors. The momentum lasted into early 2022, when NFT activity hit record highs.

The peak did not last. As the broader crypto market weakened in mid-2022, NFT trading volumes contracted fast.

Liquidity dried up. Speculative capital pulled back, and floor prices across major collections fell sharply. Wash trading scandals hurt trust, and oversaturation added pressure. Thousands of low-effort collections competed for limited attention.

By late 2022, monthly volumes had decreased by more than 90% from their peak. Over the next two years, the market continued to normalize.

Some utility-driven NFTs, such as gaming assets and loyalty tokens, held steady pockets of activity. But legacy profile-picture collections lost relevance. Marketplaces fought for users with aggressive incentives, often boosting volume without creating real profit.

By 2025, the sector had shifted into a quieter role. It now operates as a niche segment within the broader digital asset market.

The post November Might Have Killed NFTs For Good appeared first on BeInCrypto.

Andrew Tate’s Bitcoin Post Sparks MicroStrategy Debate

10 December 2025 at 02:30

Bitcoin Community Divided as MicroStrategy’s Latest 10,000 BTC Buy Fails to Move Price — OTC Liquidity and Market Structure Under Scrutiny

Andrew Tate’s post questioning why MicroStrategy’s ~10,000 BTC purchase did not move Bitcoin’s price has triggered widespread debate across the crypto community. The exchange highlights a persistent point of confusion among retail traders: how can a buy of this scale take place without producing a visible market reaction?

Community Debate Exposes Misunderstanding of Bitcoin OTC Market Depth

Andrew Tate’s discussion comes days after MicroStrategy added more than 10,600 BTC — a purchase worth nearly one billion dollars — taking its total holdings above 660,000 coins. 

Despite the size of the acquisition, Bitcoin barely moved at the time, remaining locked between 88,000 and 92,000 dollars before breaking out only today.

I’m huge on BTC but micro strat buy 10k btc ina single day and the price doesn’t move.

Explain that to me.

— Andrew Tate (@Cobratate) December 8, 2025

Multiple industry participants responded by pointing out that large institutional purchases rarely execute through spot order books. Instead, they are routed via Over-The-Counter (OTC) desks, which match buyers and sellers off-exchange. 

Because these trades do not pass through public liquidity pools, they avoid slippage and leave no immediate footprint on candles, charts, or price indices.

This means a billion-dollar purchase can settle quietly across miners, early wallets, market makers, and distressed sellers without triggering upward movement. 

Only when OTC inventory cannot meet demand do buyers spill into spot exchanges — and that is when prices react. MicroStrategy’s ability to absorb coins privately reflects Bitcoin’s liquidity depth at current supply levels.

Bitcoin Price Movement Depends Less on Size, More on Execution Route

Several analysts highlight that MicroStrategy’s buys may look huge but represent a small fraction of active supply. 

Buying 10,000 BTC is still only ~0.05% of circulating supply, and when sourced through negotiated block trades rather than public spot books, the effect becomes nearly invisible. 

This illustrates how corporate accumulation can continue even during sideways markets, without retail noticing until after settlement.

Binance Founder CZ Commenting on Andrew Tate’s Post

Critics, however, argue that MicroStrategy’s strategy relies on perception more than impact. Some suggest the company’s promotional announcements are designed to create bullish sentiment rather than directly shift price. 

The lack of immediate reaction fuels speculation that headline buys are less influential than investors assume.

This discussion lands at a moment of heightened sensitivity. The market only broke out today after a week of stagnation — a move driven not by MicroStrategy but by a mix of whale accumulation, short liquidations, and regulatory developments. 

The contrast reinforces a key takeaway: visible price movement often reflects late-stage order flow, not the originating buy itself.

The post Andrew Tate’s Bitcoin Post Sparks MicroStrategy Debate appeared first on BeInCrypto.

Bitcoin Breaks Above $94,000 After Week-Long Stagnation, Here’s Why

10 December 2025 at 01:16

Bitcoin has surged sharply above $94,000, ending a multi-day stretch of flat trading between $88,000 and $92,000.

The breakout arrived suddenly on December 9, accelerating within minutes and breaking the range that capped the market for nearly a week.

Whale Accumulation and Short-Side Liquidations Drive the Breakout

Trading data shows heavy inflows into major institutional and exchange-linked wallets in the hour leading into the rally. 

Several high-volume custodial addresses accumulated thousands of BTC in a short window, indicating deep liquidity buyers moved first before the squeeze took hold.

🚨 BREAKING:

HERE'S EXACT REASON WHY BITCOIN JUST PUMPED:

BINANCE BOUGHT 7,298 BTC
COINBASE BOUGHT 3,412 BTC
WINTERMUTE BOUGHT 2,174 BTC
BLACKROCK BOUGHT 1,362 BTC
RANDOM WHALE BOUGHT 6,192 BTC

THIS IS THE BIGGEST INSIDER PUMP EVER!! pic.twitter.com/SImfFYuGT8

— ᴛʀᴀᴄᴇʀ (@DeFiTracer) December 9, 2025

The velocity of the breakout suggests order books thinned quickly once demand breached range resistance. A rapid shift in market structure followed, with momentum building as shorts began closing under pressure.

Liquidation data confirms that futures markets absorbed the move aggressively. More than $300 million in total crypto liquidations occurred over the past 12 hours, with Bitcoin accounting for over $46 million and Ethereum above $49 million.

Most liquidations were short positions, signalling that the move was a classic squeeze rather than a gradual trend build. 

As cascading stops triggered, price expansion accelerated vertically with little counter-supply present.

Regulatory Support and FOMC Anticipation Fuel Sentiment

The rally followed a notable policy update from the US Office of the Comptroller of the Currency, which confirmed banks may engage in riskless principal crypto transactions. The decision allows regulated institutions to intermediate crypto flow without holding assets directly.

This shift expands potential institutional access, and its timing, just hours before the breakout, may have encouraged positioning. 

OCC Interpretive Letter 1188 confirms that a national bank may engage in riskless principal crypto-asset transactions as part of the business of banking. https://t.co/gXirMExhCi pic.twitter.com/uPRFGqb2NZ

— OCC (@USOCC) December 9, 2025

With the Federal Reserve rate decision approaching, traders now expect easier liquidity conditions if rate cuts are confirmed.

Bitcoin remains near intraday highs with volatility elevated and funding resetting across derivatives. Markets will watch whether follow-through demand holds into the FOMC announcement or if profit-taking cools momentum at the top.

The post Bitcoin Breaks Above $94,000 After Week-Long Stagnation, Here’s Why appeared first on BeInCrypto.

Polygon Executive Explains Why Big Finance Wants Crypto in 2025 and Why Retail Doesn’t

10 December 2025 at 00:00

In 2025, the cryptocurrency industry entered a new phase, characterized by a surge in institutional participation. After years of caution and skepticism, large firms are now allocating meaningful capital to digital assets.

But what changed for institutions to finally turn to an industry they once kept at arm’s length? BeInCrypto spoke with Aishwary Gupta, global head of Payments and Real-World Assets at Polygon Labs, to unpack the drivers behind this transformation. Gupta discusses why institutional inflows now dominate the market and what this shift means.

Institutions Now Dominate Crypto Inflows: Here’s Why

Gupta noted that institutions now account for an estimated 95% of crypto inflows. Meanwhile, retail participation has fallen to roughly 5–6%. This reversal marks a shift from the hype-driven, retail-led cycles of previous years to a market increasingly shaped by structured finance. 

Large asset managers, including BlackRock, Apollo, and Hamilton Lane, have begun allocating around 1–2% of their portfolios to crypto, introducing ETFs and piloting tokenized investment products on-chain.

According to Gupta, the change isn’t in Wall Street’s sentiment but in the infrastructure that now supports institutional activity. He cited Polygon as an example:

“Partnerships with JPMorgan for a live DeFi trade under the Monetary Authority of Singapore, Ondo for tokenized treasuries, and AMINA Bank for regulated staking showed that the rails powering DeFi can also power global finance. Scalability and low-cost transactions allowed TradFi to consider public blockchains usable. Institutions don’t have to experiment in sandboxes anymore — they can make transactions on a well-tested, Ethereum-compatible public network that satisfies auditors and regulators.”

Gupta said institutions are entering the crypto space from two primary directions. The search for yield and diversification, and the pursuit of operational efficiency. The first wave focused on dollar-denominated returns through products such as tokenized treasuries and bank-managed staking. This offered a familiar and compliant framework for generating yield.

The second wave, he explained, is driven by the efficiency gains that blockchain can provide. Faster settlement, shared liquidity, and programmable assets have encouraged large financial networks and fintech firms to experiment with tokenized fund structures and on-chain transfers. 

Retail Retreat Raises Questions About Crypto’s Direction as Institutions Take the Lead

The executive also emphasized the reason for the retail exit. He highlighted that retail investors left the market largely due to losses tied to speculative meme coin cycles and unrealistic profit expectations. This erosion of trust, he noted, pushed many smaller investors to the sidelines. However, he does not view this as a permanent or structural departure.

“A lot more structured and regulated products will be able to win their confidence so they can return to the market,” Gupta told BeInCrypto.

Still, the rise of institutional participation raised concerns about potential dilution of crypto’s decentralization ethos. Gupta contends that maturity and decentralization are not mutually exclusive if public, open networks remain the foundation.

According to him, decentralization is threatened only when networks sacrifice openness, not when new participants enter.

“When built on public rails…instead of in walled gardens,  institutional adoption won’t centralize crypto so much as legitimize it…..TradFi isn’t taking over crypto so much as it is coming on-chain — it’s not a takeover and surrender but rather a merging of infrastructures as chains that host DeFi and NFTs also host Treasuries, ETFs, and institutional staking,” he remarked.

When asked whether institutional dominance could slow innovation by prioritizing compliance over experimentation, Gupta acknowledged the tension. Nonetheless, he argued that it may ultimately benefit the sector.

‘The ‘move fast and break things’ mentality produced great creativity, but it also led to huge losses and regulatory hostility.  Yes, institutions move slowly and with a great focus on compliance, and yes, that can put a strain on creativity, but if done right, it doesn’t have to kill innovation. Instead, it can push it further and force developers to see compliance as a way to foster innovation by building it in from the start. Progress may be slower, but it is stronger and more scalable,” the executive commented.

What Comes Next as Institutions Deepen Their Presence in Crypto

Looking ahead, Gupta said the rise of institutional participation should not be viewed as Wall Street “taking over” crypto but rather joining an increasingly multifaceted ecosystem. 

“The market now runs on institutional-grade liquidity that is slower-moving, yield-bearing and more risk-managed. You no longer see the market dominated by retail traders chasing hype and FOMO across centralized exchanges like in 2017. There’s less emotional trading. Volatility will decrease as capital moves from speculation to long-term yield generation. The narrative has changed, with crypto becoming seen more as financial infrastructure than an asset class,” he mentioned

He expects significant expansion in real-world asset (RWA) tokenization and a gradual increase in market stability as trading activity becomes more disciplined and less speculative. Stronger regulatory integration, he added, is also likely as traditional financial players continue to develop on-chain strategies.

Gupta anticipates further growth in institutional staking and yield-generating networks as regulated entities explore compliant ways to participate in on-chain yield. At the same time, he believes interoperability will become a central focus, with public-chain tools that enable seamless movement of assets across different rollups gaining importance as institutions scale their activity.

The post Polygon Executive Explains Why Big Finance Wants Crypto in 2025 and Why Retail Doesn’t appeared first on BeInCrypto.

Kyrgyzstan Launches $50M Gold-backed USDKG Stablecoin to Modernize Cross-border Payments

9 December 2025 at 22:46

Kyrgyzstan has officially launched USDKG, a gold-backed stablecoin pegged 1:1 to the U.S. dollar, with an initial issue of $50 million. The token is issued on Tron and fully audited by ConsenSys Diligence, with future expansion slated to include Ethereum support.

The issuer, OJSC Virtual Asset Issuer, is a state-owned entity under the Ministry of Finance, operating within the legal framework established by the 2022 Law on Virtual Assets of the Kyrgyz Republic. The initiative represents a first-of-its-kind model in Central Asia, merging sovereign oversight with blockchain transparency.

The launch ceremony was attended by Sadyr Japarov, President of the Kyrgyz Republic, Almaz Baketaev, Minister of Finance, and Biibolot Mamytov, CEO of Gold Dollar, the project’s operator. During the event, the dignitaries pressed a symbolic “Launch Issuance” button, officially initiating the circulation of USDKG tokens.

The issuance of USDKG is carried out by a company with 100% state participation, ensuring a high level of investor trust and institutional reliability. A total of 50,000,000 USDKG tokens have been issued, each fully backed by physical gold reserves. Operational control — including gold management — is delegated to a private company registered in the Kyrgyz Republic, under a contractual agreement with the USDKG issuer.

This separation of responsibilities ensures independent operational oversight and positions USDKG outside the classification of a Central Bank Digital Currency (CBDC). The company responsible for managing USDKG’s gold reserves, has outlined plans to expand the backing to $500 million in the next phase, with a long-term target of $2 billion.

The stablecoin is fully compliant with FATF KYC/AML standards, and redemptions require standard identity verification. It is designed to facilitate financial inclusion.

Kyrgyzstan is among the first nations in the region to establish a comprehensive digital-asset regulatory framework, setting a precedent for state-supervised virtual currencies. Government representatives emphasized that such initiatives aim to enhance economic transparency and trade efficiency, rather than serve any geopolitical agenda. Officials also noted that USDKG complements, rather than competes with, the national monetary system.

The project reframes traditional narratives around state-issued and commodity-backed digital assets. Its gold collateral serves as a verifiable, inflation-resistant foundation, aligning with a growing market preference for transparent, real-asset-backed stablecoins. By combining physical reserves with on-chain verification, USDKG introduces a model of measurable stability uncommon in the current stablecoin landscape. The state-backed structure provides a clear regulatory framework built on accountability and public oversight.

The Kyrgyz initiative underscores a broader trend toward responsible digital-asset innovation in emerging markets. The government’s focus on regulatory discipline, transparency, and tangible reserves signals a pragmatic approach to blockchain-based modernization.

With USDKG, Kyrgyzstan positions itself as a regional first-mover in regulated asset-backed digital currencies — both bridging traditional finance and blockchain infrastructure and maintaining full sovereign oversight.

The post Kyrgyzstan Launches $50M Gold-backed USDKG Stablecoin to Modernize Cross-border Payments appeared first on BeInCrypto.

ADI Chain Debuts Mainnet and $ADI Token, Marking MENA’s First Institutional Layer-2 Network

9 December 2025 at 22:07

Abu Dhabi-based network launches mainnet with $ADI token, 50+ projects in the pipeline for deployment, and infrastructure ready to host dirham-backed stablecoin 

Today, the ADI Foundation announced the mainnet launch of ADI Chain, the first institutional L2 blockchain for stablecoins and real-world assets in the MENA region. The $ADI token launches simultaneously on Kraken, Crypto.com, and KuCoin, and soon on eToro. The token will also be available through Wallet in Telegram, enabling users to manage $ADI directly within the Telegram app, as well as Fasset, the global banking and investment platform.

After months of development and institutional partnerships, the infrastructure built to solve blockchain adoption in emerging markets becomes a reality.

Why Governments Need Different Infrastructure

ADI Foundation set out with a clear mission: onboard one billion people to blockchain by 2030. Achieving goals of this magnitude requires governments to actively participate in blockchain deployment. Yet the world’s fastest-growing economies – spanning the Middle East, Asia, and Africa – operate under fundamentally different constraints. National payment systems rely on centralized infrastructure. Currency regulations mandate government oversight of cross-border capital flows. Monetary policy depends on jurisdictional control over transaction networks.

ADI Chain emerged as a purpose-built infrastructure for these exact requirements. 

This L2 network enables governments and institutions to deploy blockchain-based innovations, including stablecoins, cross-border remittances, tokenized real-world assets, digital payments, and secured healthcare data. Governments and institutions can now build compliant, regulated L3 chains aligned with local laws and requirements. 

The $ADI token is the native gas token for all transactions on ADI Chain and its associated L3 domains, serving as the settlement currency within the ecosystem and facilitating value exchange between enterprises, developers, validators, and users across Web3-native and enterprise-grade use cases. Token holders can also stake $ADI into a treasury-backed pool as a part of the network’s governance and utility features.

Building on a Network of 50+ Businesses

ADI Chain was chosen to host the UAE Dirham-backed stablecoin, which will be issued by two major players in the region: First Abu Dhabi Bank and IHC, and is set to be regulated by the UAE Central Bank.

ADI has partnered with ADREC to accelerate blockchain adoption in Abu Dhabi’s real estate sector through tokenized ownership and secure digital registries. ADI Foundation also signed an MoU with Emirates Driving Company to pilot blockchain solutions for the UAE’s driver education sector, including secure digital records, automated workflows, and stablecoin payments.

Key technology partners include ZKsync, which powers ADI Chain’s scalability and security through zero-knowledge proofs, making ADI the first public blockchain built with ZKsync’s Airbender stack. Alchemy provides infrastructure for national-scale deployment, while WalletConnect powers wallet-to-dApp connectivity, and Covalent delivers real-time blockchain data for institutional applications.

Founded by Sirius International Holding, a digital arm of IHC —  MENA’s largest listed holding company, the ADI Foundation drives the mission to onboard one billion people to blockchain by 2030, expanding partnerships across 20 countries and championing institutional adoption in the MENA region and beyond. 

ADI Chain is the compliant, scalable infrastructure layer built by the ADI Foundation to make this vision a reality. The L2 network launches with partnerships across 20 countries and over 50 projects in the pipeline for deployment.

Next Milestones

Mainnet marks the shift from testing to deployment. Governments, institutions, and developers can now deploy applications for payments, digital identity, and economic connectivity. The dirham-backed stablecoin (DDSC) will launch on ADI Chain, demonstrating how regulated stablecoins operate within national legal frameworks.

In January, the ADI Foundation will participate in the World Economic Forum in Davos as part of IHC House, presenting how ADI Chain supports national infrastructure for payments, digital identity, and governance. In February, the foundation will connect with developers at ETHDenver to explore Web3 opportunities and present sovereign infrastructure capabilities.

The ‘Future Tech 4.0’ educational platform will launch alongside ADGM and leading universities to train over 10,000 Web3 specialists in Abu Dhabi.

Bringing a different idea of blockchain to life has begun. With mainnet live, $ADI token launched, and partnerships spanning over 20 countries, ADI Foundation now enables governments and institutions across emerging markets in service of its core mission: bringing one billion people onchain by 2030. 

That’s Different.

About ADI Foundation & ADI Chain

ADI Foundation is an Abu Dhabi-based non-profit founded by Sirius International Holding, a subsidiary of IHC, dedicated to empowering governments and institutions in emerging markets through blockchain infrastructure. The foundation’s mission is to bring one billion people into the digital economy by 2030, building on a foundation of 500+ million people already within its ecosystem reach.

ADI Chain is the first institutional Layer 2 blockchain for stablecoins and real-world assets in the MENA region, providing settlement infrastructure for First Abu Dhabi Bank and IHC’s dirham-backed stablecoin, set to be regulated by the UAE Central Bank. The network operates on three pillars – Compliance, Efficiency, Security – serving governments implementing blockchain infrastructure across the Middle East, Asia, and Africa.

ADI Chain and the ADI token are developed by ADI DLT Foundation (“ADI”), a technology foundation. This content is for informational purposes only and does not constitute investment, legal, or tax advice, nor an offer to buy or sell any digital asset. All features, token utilities, timelines, and launch details are subject to change without notice. No guarantees are made regarding future performance or token value. Investment capital is a risk.

For more information, visit the Official Website, LinkedIn, and X. 

DISCLAIMER:

ADI Chain and the ADI token are developed by ADI DLT Foundation (“ADI”), a technology foundation.

This content is for informational purposes only and does not constitute investment, legal or tax advice, nor an offer to buy or sell any digital asset.

All features, token utilities, timelines and launch details are subject to change without notice. No guarantees are made regarding future performance or token value.

Investment capital is a risk.

The post ADI Chain Debuts Mainnet and $ADI Token, Marking MENA’s First Institutional Layer-2 Network appeared first on BeInCrypto.

❌