Normal view

Received — 13 December 2025 Crypto News & Update

Di Balik Perang Dingin Kripto Putin: Cara Rusia Menghindari Sanksi Barat pada 2025

13 December 2025 at 07:29

Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung hampir 4 tahun. Sanksi Barat awalnya bertujuan untuk mengisolasi Rusia secara finansial. Tapi, sanksi ini justru memaksa Rusia untuk beradaptasi.

Pada tahun 2025, BeInCrypto mulai mendokumentasikan bagaimana Rusia dan aktor-aktor yang terkait dengan Rusia membangun kembali jalur pembayaran dengan menggunakan aset kripto. Yang muncul bukan hanya satu exchange atau satu token, tapi sebuah sistem tangguh yang dirancang agar bisa bertahan dari pembekuan, penyitaan, ataupun keterlambatan penegakan hukum.

Investigasi ini merekonstruksi sistem tersebut secara kronologis, berdasarkan analisis forensik on-chain dan wawancara dengan para penyidik yang melacak aliran dana itu.

Tanda Peringatan Pertama Bukan Tindak Kriminal

Pertanda awal tidak mengarah ke ransomware atau pasar gelap di darknet. Sinyal utamanya justru ke perdagangan.

Pemerintah mulai mempertanyakan bagaimana aliran uang melintasi perbatasan untuk kebutuhan impor, bagaimana barang dual-use dibayar, dan bagaimana transaksi bisa terjadi tanpa peran bank.

Bersamaan dengan itu, data on-chain menunjukkan OTC desk Rusia mengalami lonjakan aktivitas. Exchange yang menjadi tempat likuiditas OTC dari Rusia juga melihat volume yang meningkat tajam, terutama di Asia.

Sementara itu, grup Telegram dan forum di darknet secara terbuka membahas cara menghindari sanksi. Percakapan ini tidak tersembunyi, melainkan menjelaskan metode praktis untuk memindahkan nilai melintasi perbatasan tanpa melibatkan bank.

Caranya sangat sederhana. OTC desk menerima rubel di dalam negeri, kadang dalam bentuk tunai. Setelah itu, mereka menerbitkan stablecoin atau aset kripto. Lalu aset kripto itu digunakan untuk menyelesaikan pembayaran di luar negeri, agar bisa diubah ke mata uang lokal di negara tujuan.

Garantex jalankan pusat pencucian aset kripto Rusia

Garantex memegang peran penting dalam ekosistem ini. Exchange ini menjadi pusat likuiditas bagi OTC desk, para migran, dan pembayaran terkait perdagangan.

Rusia Menggunakan Proxy UEA untuk Hindari Sanksi

Bahkan setelah sanksi awal, Garantex tetap berinteraksi dengan exchange yang resmi di luar negeri. Aktivitas ini terus berjalan selama beberapa bulan.

Saat penegakan hukum akhirnya meningkat, orang-orang memperkirakan akan terjadi gangguan besar. Tapi yang terjadi justru adalah persiapan matang.

“Bahkan orang-orang yang meninggalkan Rusia tetap menggunakan Garantex untuk memindahkan uang mereka ke luar. Kalau kamu ingin pindah ke tempat seperti Dubai, ini jadi salah satu cara utama transfer dana setelah jalur perbankan tradisional terputus. Bagi banyak warga Rusia yang ingin pergi dari negaranya, Garantex jadi jalan keluar yang praktis. Ini adalah salah satu dari sedikit cara yang masih bisa digunakan untuk memindahkan uang ke luar negeri setelah bank dan SWIFT sudah tidak bisa diandalkan lagi,” ujar Lex Fisun, CEO Global Ledger

Penyitaan Memicu Perebutan Cadangan

Pada hari saat infrastruktur Garantex disita di bulan Maret 2025, sebuah wallet Ethereum yang terhubung langsung dengan Garantex dengan cepat mengkonsolidasikan lebih dari 3.200 ETH. Dalam hitungan jam, hampir seluruh saldo itu dipindahkan ke Tornado Cash.

Langkah itu sangat penting. Tornado Cash memang tidak untuk pencairan, tapi digunakan untuk memutus jejak transaksi.

Grafik Konsolidasi Cadangan ETH dan Transfer ke Tornado Cash. Sumber: Global Ledger

Beberapa hari setelah itu, cadangan Bitcoin yang sudah lama tidur mulai bergerak. Wallet yang tidak disentuh sejak 2022 mulai mengkonsolidasikan BTC. Ini bukan aksi jual panik, melainkan pengelolaan aset treasury di tengah tekanan.

Grafik Aktivasi Kembali Cadangan BTC

Jadi, terbukti aset di luar kendali stablecoin masih bisa diakses kapan saja.

Penerus muncul hampir seketika

Saat akses ke Garantex perlahan menghilang, layanan baru mulai muncul.

Grinex diam-diam diluncurkan dan mulai mendukung USDT. Arus dana yang ditelusuri bergerak melalui TRON dan terkoneksi dengan infrastruktur yang berkaitan dengan Grinex. Pengguna melaporkan saldo mereka muncul kembali dengan nama baru.

“Sepertinya ini adalah rebranding paling mencolok yang pernah kami temui. Namanya hampir sama, websitenya juga mirip, dan pengguna yang kehilangan akses ke Garantex mendapati saldonya muncul kembali di Grinex,” terang Fisun kepada BeInCrypto.

Akhir Juli 2025, Garantex mengumumkan pembayaran kepada mantan pengguna dalam Bitcoin dan Ethereum secara terbuka. Data on-chain mengonfirmasi bahwa sistem ini sebenarnya sudah berjalan.

Setidaknya, crypto senilai US$25 juta sudah didistribusikan. Masih banyak lagi yang belum tersentuh.

Struktur pembayaran mengikuti pola yang jelas, dengan cadangan dicairkan lewat mixer, wallet agregasi, dan cross-chain bridge sebelum sampai ke pengguna.

Diagram Alur Pembayaran Tingkat Tinggi

Pencairan Ethereum Bergantung pada Kompleksitas

Pembayaran Ethereum memakai cara pengaburan yang disengaja. Dana berpindah lewat Tornado Cash, masuk ke protokol DeFi, lalu menyeberang ke beberapa chain. Transfer bergerak di antara Ethereum, Optimism, dan Arbitrum sebelum akhirnya masuk ke wallet pembayaran.

Meski strukturnya rumit, hanya sebagian kecil cadangan ETH yang sampai ke pengguna. Lebih dari 88% tetap tidak tersentuh, menandakan pembayaran masih pada tahap awal.

Pembayaran Bitcoin Menyingkap Kelemahan Lain

Pembayaran Bitcoin jauh lebih sederhana dan terpusat.

Penyelidik menemukan beberapa wallet pembayaran yang terhubung ke satu hub agregasi, yang menerima hampir 200 BTC. Hub ini tetap aktif selama beberapa bulan setelah penyitaan.

Hal yang lebih menarik adalah ke mana dana itu bergerak berikutnya.

Wallet sumber sering melakukan transaksi dengan alamat deposit milik salah satu exchange terpusat terbesar di dunia. Sisa transaksi (“change”) selalu kembali ke sana.

Mengapa Sanksi Barat Sulit Mengejar

Sanksi Barat tidak sepenuhnya absen. Sanksi datang terlambat, pelaksanaannya tidak merata, dan prosesnya berjalan lambat.

Saat Garantex benar-benar dihentikan, penyelidik sudah mencatat pergerakan dana senilai miliaran US$ melalui wallet mereka. 

Bahkan setelah sanksi diberlakukan, exchange tersebut tetap berinteraksi dengan platform terregulasi di luar negeri karena memanfaatkan jeda waktu antara penetapan sanksi, penerapan, dan update kepatuhan.

Masalah utamanya bukan tidak ada kewenangan hukum. Masalahnya adalah perbedaan kecepatan antara penegakan sanksi dengan infrastruktur kripto. Regulator bergerak dalam hitungan minggu atau bulan, sementara sistem kripto bisa memindahkan likuiditas hanya dalam hitungan jam.

“Sanksi hanya efektif di atas kertas. Masalahnya ada pada eksekusi. Miliaran dana masih bisa bergerak karena penegakan berjalan lambat, terpecah-pecah, dan sering tertinggal dari kecepatan sistem kripto beradaptasi. Masalahnya bukan sanksi tidak ada, tapi pelaksanaannya terlalu lambat untuk sistem yang bergerak secepat kripto,” tutur CEO Global Ledger. 

Kesenjangan tersebut memungkinkan Garantex beradaptasi. Wallet sering berpindah. Hot wallet berubah secara acak. Saldo yang tersisa dipindahkan dengan pola yang meniru aktivitas normal pada exchange sehingga sistem kepatuhan otomatis jadi kurang efektif.

Sektor swasta pun kesusahan mengejar. Bank dan exchange harus menyeimbangkan kewajiban kepatuhan dengan kecepatan transaksi, kenyamanan pelanggan, serta biaya operasional. 

Dalam situasi seperti itu, terekspos sanksi bisa lolos jika aktivitasnya tidak menimbulkan sinyal bahaya yang jelas.

Hingga Oktober 2025, infrastruktur pembayaran ini masih beroperasi. Cadangan dana masih tersedia. Jalur keluar tetap terbuka.

Ini bukanlah kehancuran sebuah exchange, melainkan evolusi dari suatu sistem.

Strategi kripto Rusia di 2025 menunjukkan bagaimana ekonomi yang terkena sanksi bisa tetap bertahan dengan membangun jalur paralel, menjaga likuiditas, dan mengubah rute ketika terblokir.

Tether Bergerak untuk Membeli Juventus dalam Kesepakatan Aset Kripto di Dunia Olahraga

13 December 2025 at 04:47

Tether telah mengajukan proposal pasti dengan pembayaran tunai penuh untuk membeli seluruh 65,4% saham Exor di Juventus Football Club, klub paling sukses dalam sejarah sepak bola Italia dan juara Serie A sebanyak 36 kali.

Jika disetujui oleh regulator serta diterima oleh Exor, Tether menyatakan bahwa mereka akan melakukan penawaran tender publik untuk sisa saham dengan harga yang sama, seluruhnya didanai dari modal mereka sendiri. Perusahaan juga berkomitmen untuk menginvestasikan hingga €1 miliar guna mendukung dan mengembangkan klub setelah proses akuisisi selesai.

Apa Arti Kerja Sama Juventus bagi Tether

Proposal ini, yang diumumkan pada 12 Desember, menjadi salah satu langkah paling ambisius yang diambil perusahaan aset kripto di dunia olahraga elit. Hal ini menandakan pergeseran strategi Tether dari penerbit stablecoin murni menjadi investor modal jangka panjang di institusi tradisional.

Dalam pengumumannya, CEO Tether Paolo Ardoino mendeskripsikan Juventus sebagai simbol kedisiplinan, ketangguhan, serta kesinambungan—nilai-nilai yang ia sebut mencerminkan bagaimana Tether dibangun, ujar Ardoino.

JUST IN: Tether wants to acquire Italian football club Juventus.

Juventus is a 36-time domestic league champion, making it the most successful club in Italian football history. pic.twitter.com/l1yncxgW9L

— BeInCrypto (@beincrypto) December 12, 2025

Dari sisi bisnis, akuisisi ini akan memberi Tether kendali atas merek olahraga yang diakui secara global, memperluas jejak mereka di luar infrastruktur keuangan ke bidang media, hiburan, dan ekonomi penggemar di seluruh dunia.

Berbeda dengan sponsor jangka pendek atau kemitraan fan token, kepemilikan menempatkan Tether di pusat tata kelola serta strategi jangka panjang klub.

Tether Akan Investasi €1 Miliar di Juventus Jika Akuisisi Sukses.

Langkah ini juga menguatkan klaim Tether bahwa mereka beroperasi dari posisi kesehatan neraca keuangan yang kuat, karena mampu menggelontorkan miliaran modal tanpa pendanaan eksternal.

Bagian dari Strategi Ekspansi yang Lebih Luas

Proposal Juventus ini mengikuti rangkaian aksi profil tinggi dari Tether dan USDT dalam beberapa pekan terakhir.

Baru-baru ini, Tether telah memperoleh pengakuan regulasi untuk USDT sebagai Token Acuan Fiat di ADGM Abu Dhabi, memperluas penggunaan stablecoin berlisensi ini di berbagai blockchain.

Pada saat yang sama, perusahaan juga tengah mengeksplorasi tokenisasi sahamnya sendiri, menandakan keterbukaan pada struktur perusahaan baru yang dibangun di atas teknologi blockchain.

Lebih dari sekadar keuangan, Tether juga terjun ke bidang AI, robotika, dan teknologi konsumen berfokus privasi, mendukung perusahaan robotik dan meluncurkan produk kesehatan serta AI yang berorientasi privasi.

Semua perkembangan ini menunjukkan bahwa Tether tengah menjalankan strategi diversifikasi jauh melampaui penerbitan stablecoin, sementara

Juventus dan Aset Kripto: Bukan Pertama Kali Terhubung

Juventus sendiri bukan pendatang baru di dunia aset kripto.

Klub ini sebelumnya telah meluncurkan fan token $JUV di platform Chiliz dan Socios, yang memungkinkan penggemar untuk ikut serta dalam polling dan inisiatif interaktif. Juventus juga telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan aset kripto sebagai sponsor, termasuk perjanjian branding yang dipimpin exchange dalam beberapa musim terakhir.

Fan Token JUV Melonjak Setelah Pengumuman Tether. Sumber: CoinGecko

namun, proposal Tether jauh melampaui sekadar kemitraan kripto sebelumnya. Jika terealisasi, langkah ini berarti perusahaan aset digital akan memegang kendali operasional penuh—suatu langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk klub sekelas Juventus.

Transaksi ini masih menunggu penerimaan dari Exor, perjanjian hukum yang pasti, serta persetujuan dari regulator. Jika seluruh syarat tersebut terpenuhi, Tether berencana untuk melanjutkan dengan penawaran tender publik untuk sisa saham.

Apakah Jane Street Menyebabkan Dump Bitcoin Jam 10 Pagi Lagi Hari Ini?

13 December 2025 at 02:23

Klaim bahwa perusahaan trading Wall Street, Jane Street, memicu “dump” Bitcoin setiap hari pukul 10 pagi kembali muncul pada 12 Desember, setelah BTC mengalami penurunan tajam di hari itu.

Spekulasi di media sosial kembali menyorot trader institusi dan market maker ETF. Tapi, jika melihat data lebih dalam, cerita ini sebenarnya lebih kompleks.

Apa Itu Narasi “Jane Street 10 a.m.”?

Teori tersebut menyatakan bahwa Bitcoin sering kali mengalami aksi jual sekitar pukul 9:30–10:00 pagi ET, saat pasar saham AS dibuka. Nama Jane Street sering disebut karena perusahaan ini merupakan market maker besar dan peserta resmi untuk exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di AS.

Klaim tersebut menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan ini sengaja menurunkan harga untuk memicu likuidasi, lalu membeli kembali di harga lebih murah. Sejauh ini, tidak ada regulator, exchange, atau sumber data yang pernah mengonfirmasi adanya aktivitas terkoordinasi seperti itu.

BREAKING: The 10am manipulation is back.

Bitcoin dropped $2,000 in 35 minutes and wiped out $40 billion from its market cap.

$132 million worth of longs have been liquidated in the past 60 minutes.

This is getting ridiculous. https://t.co/0DRTFfL08r pic.twitter.com/RByT4CWF65

— Bull Theory (@BullTheoryio) December 12, 2025

Data Futures Bitcoin tidak menunjukkan adanya aksi dump agresif

Bitcoin bergerak sideways hari ini selama pembukaan pasar AS, dengan pergerakan sempit di kisaran US$92.000–US$93.000. Tidak ada aksi jual mendadak atau tidak wajar tepat pada pukul 10 pagi ET.

Penurunan tajam justru terjadi setelahnya, mendekati waktu tengah hari di AS. Harga BTC sempat turun di bawah US$90.000 sebelum stabil lagi, sehingga menunjukkan tekanan terjadi lebih lambat, bukan tepat saat pasar dibuka.

Open Interest Bitcoin futures di berbagai exchange mayor tetap relatif stabil. Total open interest hampir tidak berubah sepanjang hari, sehingga tidak tampak adanya kenaikan besar posisi short baru.

Di CME, yang menjadi pasar utama bagi trading institusi, open interest justru turun sedikit. Pola ini biasanya menandakan pengurangan risiko atau hedging, bukan penjualan agresif satu arah.

Total Open Interest BTC Futures | Sumber: CoinGlass

Jika memang ada perusahaan trading besar yang mengatur dump secara terkoordinasi, biasanya akan terlihat lonjakan tajam atau penurunan ekstrem pada open interest. Tapi, hal itu tidak tampak di data hari ini.

Likuidasi Menjelaskan Pergerakan

Data likuidasi justru memberikan penjelasan lebih jelas. Dalam 24 jam terakhir, total likuidasi aset kripto melampaui US$430 juta, dan mayoritas berasal dari posisi long.

Hanya untuk Bitcoin saja, lebih dari US$68 juta posisi terlikuidasi, sedangkan likuidasi Ethereum bahkan lebih tinggi lagi. Ini menunjukkan adanya pembersihan leverage di seluruh pasar, bukan hanya kejadian khusus Bitcoin.

Likuidasi Kripto pada 12 Desember | Sumber: CoinGlass

Jika harga turun di bawah level penting, likuidasi paksa dapat mempercepat penurunan. Sering kali, kondisi ini menyebabkan harga anjlok tajam tanpa harus ada satu penjual utama yang mendominasi pasar.

Paling penting, exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di AS mencatat arus keluar US$77 juta pada 11 Desember, setelah dua hari berturut-turut mengalami arus masuk stabil. Efek guncangan harga hari ini mayoritas tercermin dari peristiwa tersebut.

Arus Masuk Harian ETF Bitcoin AS | Sumber: SoSoValue

Tidak Ada Satu Exchange yang Memimpin Sell-Off

Pergerakan ini tersebar di berbagai exchange seperti Binance, CME, OKX, dan Bybit. Tidak ada bukti tekanan jual terkonsentrasi pada satu exchange atau satu instrumen saja.

Hal ini penting karena manipulasi terkoordinasi biasanya meninggalkan jejak yang jelas. Namun, kejadian ini justru menunjukkan adanya partisipasi luas lintas pasar dan konsisten dengan aksi unwind risiko secara otomatis.

Mengapa Narasi Jane Street Terus Kembali

Volatilitas Bitcoin sering terkonsentrasi di jam perdagangan AS karena aktivitas ETF, rilis data ekonomi makro, dan penyesuaian portofolio institusi. Faktor struktural seperti ini bisa membuat pergerakan harga tampak berpola.

Jane Street Bots already entered Polymarket xD

While most traders chase narratives, one Polymarket account turned 15-minute crypto prediction windows into a mechanical profit engine.

Trader didn't build a sophisticated arbitrage bot.

He found something simpler, momentum lag on… pic.twitter.com/KHUJog4u6C

— gemchanger (@gemchange_ltd) December 12, 2025

Keterlibatan Jane Street sebagai market maker ETF memang membuatnya jadi sasaran spekulasi. Tapi, market maker sebenarnya hanya melakukan hedging dan manajemen inventori, bukan menyerang harga secara satu arah.

Peristiwa hari ini pun menunjukkan pola yang sudah umum di pasar kripto: leverage menumpuk, harga tergelincir, likuidasi terjadi berantai, dan narasi pun bermunculan.

Inside Putin’s Crypto Cold War: How Russia Evaded Western Sanctions In 2025

13 December 2025 at 07:29

The Russia-Ukraine war has waged on for nearly 4 years now. Western sanctions were meant to isolate Russia financially. Instead, they forced adaptation.

In 2025, BeInCrypto began documenting how Russia and Russia-linked actors rebuilt payment routes using crypto. What emerged was not a single exchange or token, but a resilient system designed to survive freezes, seizures, and enforcement delays.

This investigation reconstructs that system in chronological order, based on on-chain forensic analysis and interviews with investigators tracking the flows.

The First Warning Signs Were not Criminal

Early signals did not point to ransomware or darknet markets. They pointed to trade.

Authorities began asking new questions on how money crossed borders for imports, how dual-use goods were paid for, and how settlements occurred without banks. 

At the same time, on-chain data showed Russian OTC desks surging in activity. Exchanges hosting Russian OTC liquidity also saw volumes spike, especially in Asia.

Meanwhile, Telegram groups and darknet forums discussed sanctions evasion openly. These were not hidden conversations. They described practical methods for moving value across borders without banks.

The method was simple. OTC desks accepted rubles domestically, sometimes as cash. They issued stablecoins or crypto. That crypto then settled abroad, where it could be converted into local currency.

Garantex Operated Russia’s Crypto Laundering Hub

Garantex played a critical role in this ecosystem. It functioned as a liquidity hub for OTC desks, migrants, and trade-linked payments.

Russia Using a UAE Proxy for Sanction Evasion 

Even after early sanctions, it continued interacting with regulated exchanges abroad. That activity persisted for months.

When enforcement finally escalated, the expectation was disruption. What followed instead was preparation.

“Even people who were leaving Russia were still using Garantex to move their money out. If you were trying to relocate to places like Dubai, this became one of the main ways to transfer funds once traditional banking routes were cut off. For many Russians trying to leave the country, Garantex became a practical exit route. It was one of the few ways to move money abroad after banks and SWIFT were no longer an option,” said Lex Fisun, CEO of Global Ledger

The Seizure Triggered a Reserve Scramble

On the day Garantex’s infrastructure was seized in March 2025, a linked Ethereum wallet rapidly consolidated more than 3,200 ETH. Within hours, nearly the entire balance moved into Tornado Cash.

That move mattered. Tornado Cash does not facilitate payouts. It breaks transaction history.

ETH Reserve Consolidation and Tornado Cash Transfer Graphic. Source: Global Ledger

Days later, dormant Bitcoin reserves began moving. Wallets untouched since 2022 consolidated BTC. This was not panic selling. It was treasury management under pressure.

BTC Reserve Reactivation Chart

So, it was clear that assets outside stablecoin control remained accessible.

A Successor Appeared Almost Immediately

As access to Garantex faded, a new service emerged.

Grinex launched quietly and began supporting USDT. Traced flows passed through TRON and connected to Grinex-linked infrastructure. Users reported balances reappearing under the new name.

“It was probably the most obvious rebrand we’ve seen. The name was nearly the same, the website was nearly the same, and users who lost access to Garantex saw their balances reappear on Grinex,” Fisun told BeInCrypto. 

In late July 2025, Garantex publicly announced payouts to former users in Bitcoin and Ethereum. On-chain data confirmed the system was already live.

At least $25 million in crypto had been distributed. Much more remained untouched.

The payout structure followed a clear pattern where reserves were layered through mixers, aggregation wallets, and cross-chain bridges before reaching users.

High-Level Payout Flow Diagram

Ethereum Payouts Relied on Complexity

Ethereum payouts used deliberate obfuscation. Funds moved through Tornado Cash, then into a DeFi protocol, then across multiple chains. Transfers bounced between Ethereum, Optimism, and Arbitrum before landing in payout wallets.

Despite the complexity, only a fraction of the ETH reserves reached users. More than 88% remained untouched, indicating payouts were still in early stages.

Bitcoin Payouts Exposed a Different Weakness

Bitcoin payouts were simpler and more centralized.

Investigators identified multiple payout wallets linked to a single aggregation hub that received nearly 200 BTC. That hub remained active months after the seizure.

More revealing was where the funds touched next.

Source wallets repeatedly interacted with deposit addresses tied to one of the world’s largest centralized exchanges. The transaction “change” consistently routed back there.

Why Western Sanctions Struggled to Keep Up

Western sanctions were not absent. They were late, uneven, and slow to execute.

By the time Garantex was fully disrupted, investigators had already documented billions of dollars moving through its wallets. 

Even after sanctions were applied, the exchange continued interacting with regulated platforms abroad, exploiting delays between designation, enforcement, and compliance updates.

The core problem was not a lack of legal authority. It was the speed mismatch between sanctions enforcement and crypto infrastructure. While regulators operate on weeks or months, crypto systems reroute liquidity in hours.

“Sanctions work on paper. The problem is execution. Billions can still move because enforcement is slow, fragmented, and often lags behind how fast crypto systems adapt. The issue isn’t that sanctions don’t exist. It’s that they’re enforced too slowly for a system that moves at crypto speed,” said the Global Ledger CEO. 

That gap allowed Garantex to adapt. Wallets rotated frequently. Hot wallets changed unpredictably. Remaining balances were moved in ways that mimicked normal exchange activity, making automated compliance systems less effective.

The private sector struggled to keep up. Banks and exchanges balance compliance obligations against transaction speed, customer friction, and operational cost. 

In that environment, sanctioned exposure can slip through when activity does not trigger obvious red flags.

By October 2025, the payout infrastructure was still active. Reserves remained. Routes stayed open.

This was not the collapse of an exchange, rather he evolution of a system.

Russia’s crypto strategy in 2025 showed how a sanctioned economy adapts by building parallel rails, preserving liquidity, and rerouting when blocked.

The post Inside Putin’s Crypto Cold War: How Russia Evaded Western Sanctions In 2025 appeared first on BeInCrypto.

Tether Moves to Buy Juventus in Landmark Crypto Sports Deal

13 December 2025 at 04:47

Tether has submitted a binding all-cash proposal to acquire Exor’s entire 65.4% stake in Juventus Football Club, the most successful club in Italian football history and a 36-time Serie A champion.

If approved by regulators and accepted by Exor, Tether said it would launch a public tender offer for the remaining shares at the same price, fully funded with its own capital. The company also committed to invest up to €1 billion to support and develop the club following completion.

What the Juventus Deal Means for Tether

The proposal, announced on December 12, marks one of the most ambitious moves yet by a crypto company into elite global sport. It signals a strategic shift for Tether from a pure stablecoin issuer to a long-term capital allocator in traditional institutions.

In the announcement, Tether CEO Paolo Ardoino described Juventus as a symbol of discipline, resilience, and continuity—values he said mirror how Tether has been built.

JUST IN: Tether wants to acquire Italian football club Juventus.

Juventus is a 36-time domestic league champion, making it the most successful club in Italian football history. pic.twitter.com/l1yncxgW9L

— BeInCrypto (@beincrypto) December 12, 2025

From a business perspective, the acquisition would give Tether control of a globally recognised sports brand, expanding its footprint beyond financial infrastructure into media, entertainment, and global fan economies. 

Unlike short-term sponsorships or fan token partnerships, ownership places Tether at the centre of governance and long-term strategy.

Tether Will Invest €1 Billion in Juvestus if the Deal Goes Through.

The move also reinforces Tether’s claim that it is operating from a position of strong balance-sheet health, able to deploy billions in capital without external financing.

Part of a Broader Expansion Strategy

The Juventus proposal follows a series of high-profile moves by Tether and USDT in recent weeks.

Tether recently secured regulatory recognition for USDT as an Accepted Fiat-Referenced Token in Abu Dhabi’s ADGM, expanding regulated use of the stablecoin across multiple blockchains.

At the same time, the company has explored tokenising its own equity, signalling openness to new corporate structures built on blockchain rails.

Beyond finance, Tether has also pushed into AI, robotics, and privacy-focused consumer technology, backing robotics firms and launching privacy-centric health and AI products.

Together, these developments point to a strategy of diversifying well beyond stablecoin issuance while

Juventus and Crypto: Not a First Connection

Juventus is no stranger to crypto involvement.

The club previously launched the $JUV fan token on the Chiliz and Socios platform, allowing fans to participate in polls and engagement initiatives. Juventus has also partnered with crypto companies as sponsors, including exchange-led branding deals in recent seasons.

JUV Fan Token Surges After Tether Announcement. Source: CoinGecko

However, Tether’s proposal goes far beyond past crypto partnerships. If completed, it would represent full operational control by a digital asset firm—an unprecedented step for a club of Juventus’ stature.

The transaction remains subject to Exor’s acceptance, definitive legal agreements, and regulatory approvals. If those conditions are met, Tether plans to proceed with a public tender offer for remaining shares.

The post Tether Moves to Buy Juventus in Landmark Crypto Sports Deal appeared first on BeInCrypto.

Did Jane Street Cause Another 10 a.m. Bitcoin Dump Today?

13 December 2025 at 02:23

Claims that Wall Street trading firm Jane Street triggers a daily 10 a.m. Bitcoin “dump” resurfaced on December 12, after BTC saw a sharp intraday drop. 

Social media speculation once again pointed to institutional traders and ETF market makers. A closer look at the data, however, tells a more nuanced story.

What is the “Jane Street 10 a.m.” Narrative?

The theory suggests Bitcoin often sells off around 9:30–10:00 a.m. ET, when US equity markets open. Jane Street is frequently named because it is a major market maker and an authorized participant for US spot Bitcoin ETFs.

The allegation claims these firms push prices lower to trigger liquidations, then buy back cheaper. However, no regulator, exchange, or data source has ever confirmed such coordinated activity.

BREAKING: The 10am manipulation is back.

Bitcoin dropped $2,000 in 35 minutes and wiped out $40 billion from its market cap.

$132 million worth of longs have been liquidated in the past 60 minutes.

This is getting ridiculous. https://t.co/0DRTFfL08r pic.twitter.com/RByT4CWF65

— Bull Theory (@BullTheoryio) December 12, 2025

Bitcoin Futures Data Doesn’t Show Aggressive Dumping

Bitcoin traded sideways today through the US market open, holding a tight range near $92,000–$93,000. There was no sudden or abnormal sell-off exactly at 10:00 a.m. ET.

The sharp drop came later in the session, closer to mid-day US hours. BTC briefly fell below $90,000 before stabilizing, suggesting delayed pressure rather than an open-driven move.

Bitcoin futures open interest across major exchanges remained broadly stable. Total open interest was nearly flat on the day, indicating no large buildup of new short positions.

On CME, the most relevant venue for institutional trading, open interest declined modestly. That pattern typically reflects risk reduction or hedging, not aggressive directional selling.

Total BTC Futures Open Interest. Source: CoinGlass

If a major proprietary firm were driving a coordinated dump, a sharp spike or collapse in open interest would normally appear. It did not.

Liquidations Explain the Move

Liquidation data provides a clearer explanation. Over the past 24 hours, total crypto liquidations exceeded $430 million, with long positions accounting for the majority.

Bitcoin alone saw more than $68 million in liquidations, while Ethereum liquidations were even higher. This indicates a leverage flush across the market, not a Bitcoin-specific event.

Crypto Liquidations on December 12. Source: CoinGlass

When prices slip below key levels, forced liquidations can accelerate declines. This often creates sharp drops without requiring a single dominant seller.

Most notably, US spot Bitcoin ETFs recorded $77 million outflow on December 11, after two days of steady inflow. Today’s brief price shock was largely reflected in this move. 

US Bitcoin ETFs Daily Inflow. Source: SoSoValue

No Single Venue Led the Sell-Off

The move was distributed across exchanges, including Binance, CME, OKX, and Bybit. There was no evidence of selling pressure concentrated on one venue or one instrument.

That matters because coordinated manipulation typically leaves a footprint. This event showed broad, cross-market participation consistent with automated risk unwinds.

Why the Jane Street Narrative Keeps Returning

Bitcoin volatility often clusters around US market hours due to ETF trading, macro data releases, and institutional portfolio adjustments. These structural factors can make price moves appear patterned.

Jane Street Bots already entered Polymarket xD

While most traders chase narratives, one Polymarket account turned 15-minute crypto prediction windows into a mechanical profit engine.

Trader didn't build a sophisticated arbitrage bot.

He found something simpler, momentum lag on… pic.twitter.com/KHUJog4u6C

— gemchanger (@gemchange_ltd) December 12, 2025

Jane Street’s visibility in ETF market making makes it an easy target for speculation. But market making involves hedging and inventory management, not directional price attacks.

Today’s move fits a familiar pattern in crypto markets. Leverage builds, price slips, liquidations cascade, and narratives follow.

The post Did Jane Street Cause Another 10 a.m. Bitcoin Dump Today? appeared first on BeInCrypto.

❌