Normal view

Outlook Bloomberg untuk 2026 Abaikan Aset Kripto, tapi Empat Tema Ini Masih Penting

25 December 2025 at 12:39

Podcast akhir tahun Trumponomics dari Bloomberg memberikan gambaran lengkap tentang prospek ekonomi global di tahun 2026. Stephanie Flanders, kepala bidang pemerintahan dan ekonomi di Bloomberg, menjadi pembawa acara episode ini.

Podcast ini menghadirkan Tom Orlik, kepala ekonom di Bloomberg Economics; Mario Parker, managing editor untuk politik AS; dan Parmy Olson, kolumnis Bloomberg Opinion yang membahas AI.

Bukan Bahas Aset Kripto, Tapi Empat Tema Ini Penting

Selama hampir 48 menit, para panelis membahas berbagai topik, seperti perdagangan dan tarif, keamanan (Ukraina), AI, The Fed, Cina, dan ekonomi AS secara keseluruhan. Perlu dicatat, aset kripto tidak pernah disebut langsung.

Namun, ada empat tema yang dibahas dalam podcast tersebut yang sangat relevan untuk pasar aset digital menjelang tahun 2026. Berikut adalah analisis mengenai topik-topik terpilih dan potensi dampaknya terhadap pasar kripto.


1. Ancaman terhadap Independensi The Fed

Orlik menyoroti independensi The Fed sebagai salah satu isu terpenting di tahun 2026. Presiden Trump akan berwenang menunjuk ketua Fed baru saat masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026. Kevin Hasset secara luas dianggap sebagai kandidat utama, sedangkan Steven Myron sudah bergabung di dewan Fed.

“An independent Federal Reserve is a fundamental underpinning of market confidence that the US will be serious about controlling inflation,” ujar Orlik. “If that confidence is undermined, well, the status of the dollar, the status of the Treasury market, both open to question.”

Dampak terhadap kripto: Berkurangnya independensi Fed menjadi pedang bermata dua untuk kripto. Jika kredibilitas dolar melemah, narasi Bitcoin sebagai “emas digital” bisa semakin kuat. Grayscale menuturkan dalam proyeksi 2026 bahwa “prospek mata uang fiat semakin tidak pasti; sebaliknya, kita sangat percaya bahwa Bitcoin ke-20 juta akan ditambang pada Maret 2026.”

Tapi, ketidakpastian kebijakan juga bisa memicu sentimen hindari risiko serta menekan harga aset kripto dalam jangka pendek bersama dengan aset berisiko lainnya.


2. Risiko bubble AI

Olson mengingatkan potensi terjadinya koreksi pada saham-saham terkait AI di tahun 2026. “You’ve got 900 million people using ChatGPT every week. That’s astoundingly successful from a market dominance perspective, but it’s not really making money for OpenAI because very few of those people are paying subscriptions,” ucap Olson. Ia membandingkan situasi saat ini dengan boom dot-com serta ledakan kereta api abad ke-19.

Dampak terhadap kripto: Analis QCP Capital memaparkan bahwa “kripto masih terjebak dalam arus silang ekonomi makro,” dengan saham AI menjadi “penggerak utama sentimen risiko secara umum.” Jika saham AI terkoreksi, sentimen risk-off pun kemungkinan besar juga akan menyeret pasar kripto turun.


3. Dampak Tarif ke Ekonomi Riil

Orlik menuturkan bahwa salah satu kejutan di tahun 2025 adalah bagaimana laju kenaikan tarif sangat lambat berdampak pada harga konsumen dan laba perusahaan. Tapi, ia memperkirakan hal itu akan berubah di awal 2026. “That pass-through of tariffs to the rest of the economy—higher prices at the shops, lower margins for US businesses, potentially a hit to US stocks—that’s still something that will play out in the early months of 2026,” terang Orlik.

Dampak terhadap kripto: Jika inflasi akibat tarif terus berlangsung, ruang The Fed untuk memangkas suku bunga akan terbatas. YouHodler menggarisbawahi bahwa “suku bunga tinggi berkepanjangan bisa mengurangi nafsu risiko dan memperlambat aliran modal ke aset kripto.” namun, dalam skenario stagflasi—di mana inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi melambat—Bitcoin mungkin akan dipertimbangkan kembali sebagai lindung nilai inflasi.


4. Stabilitas US$ dan Dinamika Politik

Orlik menyoroti potensi paradoks dalam dinamika politik pasca-pemilu sela. Jika Trump kehilangan dukungan pada pemilu sela dan menghadapi kebuntuan di Kongres, ia mungkin akan beralih pada The Fed—di mana ia sudah menunjuk ketua pilihannya—sebagai alat pengaruh alternatif.

“It could be that there’s some dynamic between loss of power at the midterms, greater capacity to and willingness to influence the Fed, which could potentially play out in a pretty negative way for the US bond market.”

Dampak terhadap kripto: Ketidakstabilan dolar secara historis selalu berkaitan dengan permintaan Bitcoin. Grayscale memperkirakan bahwa “sistem uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum, yang menawarkan suplai yang transparan, terprogram, dan pada akhirnya terbatas, akan semakin diminati karena risiko mata uang fiat meningkat.”


Kuartal 1 Akan Menentukan Arah

Prediksi harga Bitcoin tahun 2026 dari institusi besar sangat beragam. Grayscale memperkirakan harga tertinggi sepanjang masa baru di paruh pertama tahun tersebut dan menyatakan “akhir dari teori siklus empat tahun.” JP Morgan memproyeksikan US$170.000, sedangkan Fundstrat melihat rentang US$200.000 hingga US$250.000. Skenario pesimis menunjukkan potensi penurunan di bawah US$75.000 jika likuiditas global semakin ketat.

Secara umum, prospek tahun 2026 nampak bullish, melihat mandat ekonomi Trump, arah kebijakan The Fed, dan regulasi yang cenderung ramah kripto. Tapi, hasil nyata dari ekspansi AI serta dampak pemangkasan suku bunga terhadap konsumen dan ekonomi sepertinya akan jadi penentu arah pasar pada kuartal pertama dan kedua.

Prediksi Harga Boundless: ZKC Naik 30% Semalam, Apakah ini Hadiah Natal atau Pump Sebelum Dump?

25 December 2025 at 10:16

Setelah tertekan cukup lama, Boundless (ZKC) tiba-tiba melonjak 30% dalam semalam. Berdasarkan prediksi harga Boundless terbaru, kenaikan tajam ini dianggap sebagai “kado Natal” bagi investor, bukan sekadar manipulasi pasar sesaat.

Saat ini, ZKC menunjukkan sinyal pemulihan kuat dengan volume perdagangan harian menembus $90 juta. Meski sempat anjlok pasca-TGE, kapitalisasi pasar sebesar $27 juta kini menarik minat kolektor aset kripto yang mencari peluang rebound.

Boundless (ZKC) Menguasai Gelombang Universal Zero-Knowledge Compute

Tren narasi privasi kini kembali dilirik oleh investor besar dan institusi yang ingin mengintegrasikan teknologi blockchain tanpa mengorbankan kerahasiaan transaksi. Di sinilah Boundless (ZKC) tampil memikat sebagai protokol komputasi zero-knowledge (ZK) universal.

Proyek ini menawarkan skalabilitas dan verifikasi data yang bisa digunakan oleh blockchain mana pun dengan memindahkan beban kerja berat ke jaringan penyedia bukti (prover) yang terdesentralisasi.

Boundless isn’t just building one ecosystem; it's creating an ecosystem of ecosystems, supporting every chain becoming a ZK chain.

ZKC is the connective tissue of this ecosystem, powering a new generation of verifiable applications that scale like the internet today. pic.twitter.com/9Mlmj41TWd

— Boundless (@boundless_xyz) November 25, 2025

Daya tarik utama proyek ini bukan sekadar teknologi, tapi juga dukungan finansial yang sangat solid. Boundless berhasil mengantongi pendanaan sekitar $52-54 juta dari nama-nama besar seperti Blockchain Capital, Bain Capital Crypto, dan Delphi Ventures.

Belum lagi kemitraan strategisnya dengan raksasa industri seperti Ethereum Foundation, Wormhole, hingga Eigen Layer yang memperkuat posisinya di ekosistem kripto.

Melihat fundamental tersebut, banyak analis memberikan prediksi harga Boundless yang cukup optimistis. Dengan kapitalisasi pasar yang saat ini masih jauh di bawah rata-rata proyek sejenis—yang biasanya bernilai di atas $500 juta—penurunan harga yang terjadi belakangan ini justru dipandang sebagai peluang emas.

Bagi mereka yang mencari token utilitas dengan potensi pertumbuhan jangka panjang, Boundless (ZKC) menawarkan kombinasi antara teknologi mutakhir dan valuasi yang masih sangat terdiskon.

Prediksi Harga Boundless: ZKC Targetkan Breakout ke $0,15

Setelah tren turun yang cukup panjang, ZKC kini mencoba untuk stabil dan mulai memantul dari level terendah di kisaran $0,11 menuju area $0,12. Meskipun struktur pasar secara luas masih terlihat bearish, pergerakan harga jangka pendek menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan seiring berkurangnya tekanan jual.

Pada grafik 4 jam, terlihat adanya pergeseran tren kecil dengan terbentuknya higher lows. Ini menjadi sinyal positif setelah upaya penurunan sebelumnya gagal berlanjut.

ZKC USD - Prediksi Harga Boundless ZKC

Saat ini, hambatan besar pertama ada di zona psikologis $0,15. Level ini sebelumnya berkali-kali menahan laju kenaikan dan kemungkinan besar akan kembali memicu aksi jual.

Namun, prediksi harga Boundless yang lebih menjanjikan baru akan terkonfirmasi jika ZKC mampu menembus dan bertahan di atas level $0,20.

Area ini adalah zona pembalikan krusial menuju pasar bullish. Jika berhasil breakout, ZKC akan menjadi crypto paling cepat naik di awal periode bull run berikutnya. Jalan menuju $0,28 hingga $0,33 akan terbuka lebar seiring dengan akumulasi momentum.

Indikator RSI saat ini berada di posisi tengah setelah keluar dari zona jenuh jual (oversold). Hal ini menunjukkan masih adanya ruang untuk kenaikan jangka pendek tanpa risiko koreksi instan.

Secara keseluruhan, ZKC berpeluang besar menguji level $0,15. Jika gagal menembus resistensi tersebut, harga kemungkinan besar akan bergerak menyamping atau kembali menguji dukungan di level $0,11.

Pepenode (PEPENODE) Kantongi $2,3 Juta: Siap Sambut Melimpahnya Likuiditas Narasi Privasi

Jika Boundless (ZKC) berhasil menembus level $0,20 dan melanjutkan reli bullish-nya, koin meme seperti Pepenode (PEPENODE) diprediksi akan mendapat dampak positif. Fenomena lonjakan likuiditas dari token infrastruktur ke koin meme bertema serupa adalah pola yang sering terjadi di pasar kripto.

Pepenode sendiri merupakan proyek baru yang sukses mengumpulkan dana lebih dari $2,3 juta (Rp38,4 miliar) meski kondisi pasar sedang menantang.

Pepenode - Prediksi Harga Boundless ZKC

Daya tarik utamanya adalah gim “Mine-to-Earn” yang memungkinkan siapa saja “menambang” koin langsung dari browser tanpa modal perangkat keras mahal. Pemain cukup mengatur node penambangan virtual dan meningkatkan fasilitas mereka untuk memperbesar pendapatan token.

Strategi ini meniru jejak kesuksesan meme crypto populer, PEPE, yang sempat melonjak lebih dari 1.000x saat tren privasi meledak pada 2023-2024. Saat ini, dengan semakin banyaknya investor yang memborong infrastruktur tambang virtual Pepenode, harga token diprediksi akan segera merangkak naik.

Bagi Anda yang ingin mengamankan posisi, presale masih dibuka dengan harga $0,0012112 per token sebelum kenaikan harga berikutnya.

Prediksi harga Pepenode berdasarkan pendapat sejumlah analis kripto populer sangat menjanjikan. Narasi, teknologi, serta kinerja presale yang ditunjukkan oleh proyek ini dapat membawanya mencatat kenaikan hingga 100x lipat dari harga presale.

Apabila Anda ingin bergabung dengan presale Pepenode, pastikan untuk membaca panduan cara beli Pepenode guna memastikan transaksi yang aman melalui situs web resminya.

Beli Pepenode di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Boundless: ZKC Naik 30% Semalam, Apakah ini Hadiah Natal atau Pump Sebelum Dump? appeared first on Cryptonews Indonesia.

Prediksi Harga Pippin: Apakah PIPPIN Bisa Tembus $0,8 di Akhir Tahun, atau Justru Bakal Jatuh Lagi?

25 December 2025 at 07:59

Harga PIPPIN sedang jadi sorotan setelah kembali naik secara tajam meskipun sebagian besar trader mencoba melakukan short. Ini yang menarik: semakin banyak orang bertaruh harga akan turun, justru semakin tinggi harga bergerak naik. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keaslian tren tersebut.

PIPPIN Buubolemap
Sumber: Pippin Bubblemaps

Data dari Bubblemaps menunjukkan bahwa 93 wallet kini menguasai 80% dari total pasokan PIPPIN. Kondisi ini membuat banyak analis ragu apakah lonjakan harga ini murni didorong oleh permintaan pasar atau justru didalangi strategi tertentu di balik layar. Di sisi lain, token ini baru saja terdaftar di Robinhood, meskipun akun resmi PIPPIN tidak menunjukkan aktivitas selama beberapa bulan terakhir.

Lonjakan Palsu atau Momentum Nyata? Menganalisis Pola Harga PIPPIN

Saat melihat grafik harga PIPPIN, pola pergerakannya tampak tidak wajar. Setelah menembus all-time high di $0.528, harga sempat turun kembali, meskipun tetap mencatatkan kenaikan sekitar 30% dalam tujuh hari terakhir. Terakhir kali menyentuh level tersebut, harga sempat anjlok 40%. Jika kali ini PIPPIN berhasil menembus dan bertahan di atas $0.528, maka peluang menuju $0.80 atau sekitar Rp13.393 terbuka cukup lebar.

Grafik harga PIPPIN

Volume open interest untuk kontrak futures mencapai $4 miliar, yang setara dengan sekitar Rp66,9 triliun. Ini menciptakan risiko pergerakan besar di kedua arah. Banyak trader mengamati distribusi likuiditas, jika banyak posisi long terbuka, potensi penurunan tajam meningkat, namun jika lebih banyak posisi short, harga bisa melonjak tinggi untuk melikuidasi posisi tersebut.

RSI saat ini berada di angka 60, mengindikasikan momentum bullish. Namun, mengingat struktur historis PIPPIN, sinyal ini belum cukup kuat untuk dijadikan dasar keputusan.

Jika Hanya Spekulasi, Lebih Baik Jadi Meme Coin Sekalian

Maxi Doge menawarkan pendekatan yang sangat berbeda. Proyek ini tidak bergantung pada wallet anonim, manipulasi leverage, atau listing misterius. Sebaliknya, Maxi Doge membangun momentum secara perlahan namun pasti, berbasis permintaan nyata, partisipasi transparan, dan pertumbuhan komunitas yang stabil.

Maxi Doge

Presale Maxi Doge telah berhasil mengumpulkan lebih dari $3,4 juta atau sekitar Rp56,9 miliar. Ini bukan angka kecil, terutama mengingat pasar meme coin yang cenderung fluktuatif. Investor yang masuk pada tahap awal biasanya bukan pemburu hype, melainkan mereka yang ingin menempatkan posisi sebelum token ini mendapat eksposur lebih besar.

Hal yang benar-benar membedakan Maxi Doge adalah mekanisme staking dengan APY sebesar 71%. Investor tidak perlu aktif melakukan trading setiap kali harga naik. Cukup tahan token, kumpulkan yield, dan biarkan tekanan beli berkembang secara natural.

Berbeda dari PIPPIN yang terlihat seperti jebakan leverage, Maxi Doge justru memberikan fondasi kuat melalui akumulasi organik. Tidak ada drama tentang wallet yang terlalu dominan. Tidak ada narasi paksaan. Hanya proyek dengan pendekatan langsung dan strategi pertumbuhan komunitas yang jujur.

Momentum Awal Jadi Kunci, Saat Volatilitas Memecoin Kembali Naik

Jika volatilitas meme coin kembali meledak, proyek-proyek yang memiliki likuiditas nyata, komunitas yang solid, dan staking yang mendorong holding jangka panjang, akan memiliki keunggulan yang besar. Maxi Doge termasuk dalam kategori ini. Token ini saat ini dijual dengan harga $0.0002745 atau sekitar Rp4,6, dan belum lama ini menjadi perbincangan karena potensi kenaikan setelah listing di bursa.

Maxi Doge - Meme coin

Presale masih berlangsung, memberikan waktu bagi investor awal untuk masuk sebelum eksposur publik meningkat. Bagi yang tertarik, segera kunjungi laman resmi Maxi Doge untuk mendapatkan informasi tentang cara beli Maxi Doge dan mempelajari lebih lanjut tentang prediksi harga Maxi Doge ke depan. Anda juga bisa mengikuti akun X (Twitter) dan komunitas resmi mereka di Telegram untuk update rutin dan diskusi langsung dari tim pengembang dan holder aktif.

Dengan proyek seperti Maxi Doge yang mengutamakan transparansi dan utilitas jangka panjang, ekosistem memecoin memiliki potensi untuk bergerak menuju fase yang lebih sehat dan berkelanjutan. Jadi tidak ada salahnya jika Anda melirik token yang satu ini untuk Anda masukkan ke dalam keranjang portofolio Anda.

Beli Maxi Doge di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Pippin: Apakah PIPPIN Bisa Tembus $0,8 di Akhir Tahun, atau Justru Bakal Jatuh Lagi? appeared first on Cryptonews Indonesia.

Prediksi Harga Dogecoin: Analis Soroti $0,138 sebagai Level Kritis

24 December 2025 at 19:05

Dogecoin kini tertahan di area support kritis kisaran $0,13. Banyak analis memantau ketat angka $0,138 sebagai titik balik krusial untuk memicu tren bullish. Jika level ini tertembus, prediksi harga Dogecoin ke depan bisa jauh lebih optimis bagi para trader.

Menurut analis Kevin, DOGE butuh penutupan harga di atas $0,138 pada grafik mingguan untuk konfirmasi pemulihan. Angka ini dianggap sakral karena bertepatan dengan indikator Fibonacci dan Moving Average 200 mingguan yang menentukan arah tren jangka panjang.

Alasan $0,138 Sangat Krusial Bagi Dogecoin

Bagi para trader, angka $0,138 bukan sekadar angka acak. Analis teknikal ternama, Kevin, menegaskan bahwa lonjakan harga harian (intraday) ke atas level tersebut belum cukup kuat untuk mengubah arah tren besar.

A reclaim of .138 for #Dogecoin on 3D-1W closes would put it back above the macro .382 and the 200W SMA. This would be a major positive and could would likely be in tandem with #BTC reclaiming the 88K-91K zone which needs to happen. For now #DOGE continues to mingle around in… pic.twitter.com/XMTgF3AWfU

— Kevin (@Kev_Capital_TA) December 22, 2025

Agar pembalikan arah menuju bullish benar-benar tervalidasi, Dogecoin wajib menutup harga di atas $0,138 pada kerangka waktu yang lebih tinggi, seperti grafik tiga harian atau mingguan.

Jika syarat ini belum terpenuhi, pergerakan DOGE saat ini lebih tepat disebut sebagai fase konsolidasi ketimbang awal dari sebuah breakout.

Kondisi pasar saat ini sering disebut sebagai “zona akumulasi” atau dollar-cost averaging zone. Di fase ini, harga biasanya bergerak menyempit di sekitar support utama sementara pasar menunggu kepastian apakah akan membentuk fondasi untuk naik atau justru merosot lebih dalam.

Berdasarkan beberapa data pasar, sentimen prediksi harga Dogecoin juga sangat dipengaruhi oleh pergerakan Bitcoin dan akumulasi para whale. Banyak investor besar yang memanfaatkan ketidakpastian ini untuk menambah muatan di harga bawah, mengingat sejarah DOGE yang sering kali meroket tiba-tiba setelah masa konsolidasi panjang.

Secara teknis, level $0,138 ini juga bertepatan dengan garis EMA 200 hari, yang secara psikologis menjadi batas antara tren turun dan tren naik.

Selama Dogecoin mampu bertahan di atas zona support kuat $0,12, peluang untuk menguji kembali level resistansi utama tetap terbuka lebar. Namun, tetap waspada terhadap volatilitas pasar kripto yang tinggi; konfirmasi pada penutupan grafik mingguan adalah kunci utama untuk meminimalkan risiko terjebak dalam sinyal palsu (fakeout).

Jejak Historis dan Sinyal Teknikal DOGE

Level $0,138 punya sejarah panjang bagi perjalanan harga Dogecoin. Jika menilik balik ke November lalu, angka ini sempat menjadi benteng pertahanan utama atau support yang kuat.

Namun, begitu harga terperosok ke bawah level tersebut, DOGE langsung terjun bebas dalam tren penurunan panjang hingga mencapai kisaran harga yang kita lihat sekarang. Pengalaman ini membuktikan betapa krusialnya level tersebut di mata para pelaku pasar.

Menariknya, analis Kevin menyoroti pola berulang pada indikator Relative Strength Index (RSI) mingguan yang sudah terjadi sejak 2022. Secara historis, setiap kali RSI mingguan jatuh di bawah angka 40 pasca-breakout, Dogecoin cenderung berhasil menyeimbangkan diri dan akhirnya memantul naik kembali.

Fenomena ini tercatat sudah terjadi sebanyak lima kali, sehingga memperkuat argumen bahwa rentang harga $0,143 hingga $0,127 adalah “zona penentu” bagi meme crypto terbesar ini.

DOGE USDT - prediksi harga dogecoin

Berdasarkan data teknikal tersebut, prediksi harga Dogecoin tetap berada dalam jalur bullish jangka panjang selama ia mampu bertahan di dalam zona tersebut.

Namun, para trader perlu waspada; jika harga menembus ke bawah rentang tersebut secara drastis, ditambah dengan indikator RSI yang terus melemah, besar kemungkinan tren akan berbalik menjadi bearish total.

Fokus pasar kini tertuju pada apakah DOGE mampu menjaga momentum di zona kritis ini atau justru menyerah pada tekanan jual.

Prediksi Harga Dogecoin: Pengaruh Bitcoin Terhadap Pergerakan DOGE

Seperti kebanyakan aset kripto lainnya, nasib Dogecoin sangat bergantung pada performa Bitcoin (BTC) sebagai raja pasar dan cryptocurrency terbaik saat ini. Analis Kevin memberikan prediksi harga Dogecoin bahwa untuk kembali menembus level $0,138 kemungkinan besar akan terjadi jika Bitcoin berhasil memulihkan kekuatannya.

Secara teknis, pergerakan DOGE ini diharapkan bertepatan dengan kembalinya Bitcoin ke zona harga $88.000 hingga $91.000.

Namun, jalan menuju pemulihan tersebut tidaklah instan. Sejak pertengahan Oktober, Bitcoin terus menghadapi tantangan berat, terutama penolakan harga yang berulang kali terjadi pada indikator moving average di grafik empat jam.

Tanpa adanya momentum pemulihan yang jelas dari BTC, tekanan pasar secara luas akan terus membayangi aset-aset berisiko termasuk Dogecoin.

Saat ini, Dogecoin masih berada dalam fase “menunggu”. Meskipun struktur teknikalnya belum rusak sepenuhnya, belum ada tanda-tanda pembalikan arah yang kuat.

Fokus utama para trader kini tertuju pada satu pertanyaan besar: mampukah DOGE merebut kembali level psikologis $0,138 untuk memulai reli baru, ataukah ia akan terus mengekor fluktuasi Bitcoin yang masih penuh ketidakpastian?

Maxi Doge (MAXI): Alternatif Menjanjikan di Sektor Koin Meme

Di tengah ketidakpastian pasar, Maxi Doge (MAXI) muncul sebagai penantang baru yang membawa semangat “trading culture” bagi para penggemar adrenalin dan momentum pasar.

Berbeda dari koin meme biasa, Maxi Doge membangun ekosistem social trading yang memungkinkan para trader ritel berkumpul, berbagi bocoran strategi (alpha), dan mengeksekusi peluang pasar secara real-time.

Memegang token $MAXI bukan sekadar investasi pasif, melainkan tiket masuk ke komunitas eksklusif dengan berbagai ajang kompetisi berhadiah menarik.

Satu hal yang mencuri perhatian adalah strategi berisikonya yang ekstrem; hingga 25% dana presale dialokasikan untuk trading high-leverage 1000x. Jika profit, hasilnya akan langsung diputar kembali untuk kampanye pemasaran besar-besaran guna mendongkrak popularitas $MAXI di media sosial. Strategi agresif ini sejalan dengan prediksi harga Dogecoin yang sering kali dipicu oleh kekuatan komunitas dan viralitas.

maxi doge - prediksi harga dogecoin

Antusiasme pasar terlihat jelas dengan dana yang terkumpul sudah melampaui $4,35 juta (Rp72,8 miliar). Mengingat harga akan segera naik dalam waktu kurang dari 18 jam, banyak trader mulai melirik $MAXI sebagai diversifikasi di sektor koin meme.

Sejumlah analis telah mengungkapkan prediksi harga Maxi Doge yang sangat bullish. Narasi unik yang dibawa proyek ini dan dukungan investor presale yang kuat dapat mendorong harga MAXI naik hingga 100x lipat apabila semua katalis bullish terpenuhi, termasuk terdaftar di bursa-bursa papan atas.

Harga MAXI pada tahap presale saat ini adalah $0,0002745. Namun, dalam waktu kurang dari 24 jam ke depan, harga akan naik karena presale memasuki putaran baru.

Segera dapatkan token MAXI selagi masih ditawarkan dengan harga diskon. Ikuti panduan cara beli Maxi Doge untuk memastikan Anda melakukan pembelian dengan aman.

Beli Maxi Doge di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Dogecoin: Analis Soroti $0,138 sebagai Level Kritis appeared first on Cryptonews Indonesia.

Pasar ETF AS Raih Triple Crown saat BTC Terkoreksi dan XRP Melambung

25 December 2025 at 10:55

Pada tahun 2025, pasar ETF AS mencapai “triple crown” historis, mencetak rekor dalam arus masuk (US$1,4 triliun), peluncuran baru (lebih dari 1.100), dan volume perdagangan (US$57,9 triliun). Ini adalah pertama kalinya ketiga metrik ini serentak mencatat rekor sejak tahun 2021.

Tiga tahun berturut-turut keuntungan dua digit S&P 500 mendorong reli ini. Namun, Wall Street mulai bertanya: apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hantu Tahun 2022

Preseden tersebut membawa peringatan. Pada tahun setelah triple crown 2021, S&P 500 anjlok 19% karena kenaikan suku bunga agresif dari The Fed. Reli yang digerakkan sektor teknologi yang mendorong arus masuk ETF itu pun berbalik tajam. Baik arus masuk maupun peluncuran ETF melambat pada tahun 2022.

Kemiripannya sulit diabaikan. Di tahun 2021, antusiasme pada saham teknologi mendorong permintaan rekor. Di tahun 2025, belanja AI mendominasi, namun keraguan mulai berkembang. Mulai Oktober, S&P 500 bergerak sideways karena Wall Street mempertanyakan keuntungan dari pengeluaran AI perusahaan Big Tech.

Eric Balchunas, analis senior ETF di Bloomberg Intelligence, mengingatkan: “Because of how perfect this year seemed to be for ETFs, you kind of want to brace for it.” Ia menyarankan agar “reality check” bisa saja datang di 2026 lewat volatilitas pasar atau ETF leverage yang bermasalah—seperti yang sudah terjadi pada GraniteShares 3x Short AMD ETP yang kehilangan 88,9% hanya dalam sehari dan terlikuidasi pada bulan Oktober.


Rotasi ETF Aset Kripto

Di tengah ledakan ETF secara umum, ada perbedaan mencolok di dana ETF aset kripto.

IBIT milik BlackRock berhasil menarik arus masuk US$25,4 miliar meski return-nya -9,6%—satu-satunya yang negatif di antara 10 ETF dengan arus masuk terbanyak. Balchunas menyebutnya sebagai “Boomers putting on a HODL clinic.” Namun, tren berubah setelah Bitcoin turun 30% dari puncaknya bulan Oktober. IBIT mencatat lima minggu berturut-turut arus keluar senilai US$2,7 miliar. ETF Ethereum juga mengalami arus keluar tujuh hari beruntun di bulan Desember dengan total US$685 juta.

Hal sebaliknya terjadi pada ETF altcoin baru. ETF XRP spot AS yang mulai diperdagangkan 13 November membukukan 28 hari perdagangan berturut-turut arus masuk—belum pernah terjadi untuk ETF kripto lain di awal peluncurannya. Total arus masuk mencapai US$1,14 miliar tanpa satu hari pun arus keluar. Meski demikian, laju hariannya—kebanyakan US$10–US$50 juta—masih jauh di bawah ETF Bitcoin, yang pada awalnya sering mencatat arus masuk US$500 juta atau lebih.

ETF Solana meraup US$750 juta meskipun harga SOL anjlok 53%—bedanya, ETF ini sempat mengalami arus keluar di akhir November dan awal Desember.

BTCETHXRPSOL
YTD InflowsUS$25,4MUS$10,3MUS$1,14MUS$750M
Dec 1-24-US$629M-US$512M+US$470M+US$132M
Pencapaian5 minggu arus keluar7 hari arus keluar28 hari arus masuk beruntunArus masuk walau -53%
Sumber: BeInCrypto

Bulan Desember memperjelas rotasi ini. Sampai 24 Desember, ETF Bitcoin kehilangan US$629 juta, sedangkan Ethereum minus US$512 juta; XRP bertambah US$470 juta dan Solana naik US$132 juta.


Perubahan Struktur atau Penyesuaian Sementara?

Pihak yang menganggap terjadi perubahan struktural menyoroti kejelasan regulasi—gugatan SEC terhadap XRP tamat di bulan Agustus dengan penyelesaian US$125 juta, dan XRP diklasifikasi sebagai non-sekuritas. Narasi utilitas juga semakin populer: pembayaran lintas negara di XRP dan ekosistem DeFi Solana menjadi aplikasi nyata di luar “emas digital”.

Skeptis menekankan arus masuk konsisten ke XRP dan SOL bisa saja sekadar “honeymoon effect” yang sering terjadi saat ETF baru diluncurkan. Walau arus masuk ETF rekor, harga XRP masih 50% di bawah puncak Juli, dan SOL jatuh 53% sejak Oktober—sebuah gap yang dianggap muncul karena aksi ambil untung akhir tahun serta distribusi aset oleh whale untuk mengimbangi lonjakan permintaan institusi.


Outlook 2026

Dengan puluhan aplikasi ETF kripto masih menanti peninjauan SEC, lebih banyak produk ETF altcoin diperkirakan meluncur di 2026.

“Tahun sempurna” pasar ETF akan diingat bersama dengan peringatan soal koreksi. Tapi, rotasi di ETF kripto mengisyaratkan investor institusi kini lebih selektif—mulai beralih dari Bitcoin dan Ethereum ke aset yang punya kejelasan regulasi dan kegunaan nyata. Apakah tren ini berlanjut atau tidak, akan jadi penanda penting bagi arah pasar yang lebih luas.

Nvidia Akuisisi Rival Lagi Seharga US$20 Miliar, Dorong AI Terdesentralisasi

25 December 2025 at 08:53

NVIDIA telah sepakat untuk membayar sekitar US$20 miliar demi mengakuisisi aset dari startup chip artificial intelligence Groq, menandai transaksi terbesar dalam sejarah perusahaan itu serta melanjutkan strategi mereka yang menyerap calon pesaing sebelum mampu menantang dominasinya di pasar.

Kesepakatan lisensi terbaru pabrikan chip ini mirip dengan transaksi tiga bulan lalu, sehingga memperkuat narasi bahwa infrastruktur AI terdesentralisasi mungkin menjadi satu-satunya alternatif atas dominasi Nvidia yang terus tumbuh.

Premium Tiga Kali Lipat dalam Tiga Bulan dengan Koneksi Trump Jr.

Kesepakatan ini terjadi hanya tiga bulan setelah Groq meraih pendanaan US$750 juta dengan valuasi US$6,9 miliar—dengan partisipasi BlackRock, Samsung, Cisco, dan 1789 Capital, di mana Donald Trump Jr. menjadi mitra. Nvidia akan mengakuisisi hampir seluruh aset perusahaan ini, kecuali bisnis cloud computing mereka, meski Groq menggambarkan transaksi ini sebagai “non-exclusive licensing agreement.”

CEO Groq, Jonathan Ross, mantan engineer Google yang ikut menciptakan Tensor Processing Unit milik raksasa pencarian itu, akan bergabung ke Nvidia bersama presiden Sunny Madra dan sejumlah eksekutif senior lainnya. Startup ini tetap akan beroperasi secara independen di bawah CFO Simon Edwards yang kini menjabat sebagai chief executive baru mereka.

Skenario yang Terulang

Transaksi Groq mengikuti pola yang Nvidia lakukan tiga bulan sebelumnya. Pada September, perusahaan itu menggelontorkan lebih dari US$900 juta untuk merekrut CEO dan karyawan Enfabrica serta melisensi teknologi milik startup tersebut. Kedua deal ini memanfaatkan struktur lisensi, bukan akuisisi secara langsung, sehingga kemungkinan menghindari pengawasan antimonopoli yang menggagalkan tawaran akuisisi Nvidia atas Arm Holdings senilai US$40 miliar pada 2022.

The Kobeissi Letter menggambarkan pendekatan Nvidia secara lugas: “We will buy you before you can compete with us.”

Nvidia's newest strategy:

"We will buy you before you can compete with us."

There has never been a company like Nvidia. https://t.co/wsbuAgIqyM

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 24, 2025

Keunggulan Teknis dan Tekanan Persaingan

Language Processing Unit milik Groq menggunakan SRAM pada chip alih-alih DRAM eksternal, sehingga menurut klaim perusahaan mereka mampu menghadirkan efisiensi daya sampai 10x lebih baik. Arsitektur ini sangat unggul dalam inferensi real-time namun membatasi ukuran model—sebuah trade-off yang kini bisa dieksplorasi Nvidia di dalam ekosistemnya yang lebih luas.

Waktunya juga cukup menarik. Google baru saja meluncurkan TPU generasi ketujuh, dengan kode nama Ironwood, dan merilis Gemini 3 yang seluruh proses pelatihannya dilakukan pada TPU sehingga bertengger di peringkat atas benchmark. Nvidia merespons di X: “We’re delighted by Google’s success… NVIDIA is a generation ahead of the industry—it’s the only platform that runs every AI model.” Ketika pemain lama mulai memberi pernyataan penuh penegasan seperti ini, tekananan kompetitif jelas semakin terasa.

Implikasi untuk decentralized AI

Meskipun kesepakatan ini tidak berdampak langsung pada pasar aset kripto, peristiwa ini memperkuat narasi yang mendorong proyek komputasi AI terdesentralisasi. Platform seperti io.net memposisikan diri sebagai alternatif infrastruktur AI terpusat.

“People can put their own supply onto a network, whether that’s data centers or yourself with your laptop, contributing your available GPU power, and getting fairly compensated for it using tokenomics,” Jack Collier, Chief Growth Officer io.net, papar kepada BeInCrypto. Platform tersebut mengklaim klien perusahaan mereka, termasuk Leonardo.ai dan UC Berkeley, berhasil mencapai penghematan biaya signifikan.

Namun, kesenjangan antara narasi dan kenyataan tetap lebar. Akuisisi teknologi latensi rendah Groq oleh Nvidia semakin memperlebar keunggulan teknis mereka, sehingga membuat alternatif lain makin sulit menawarkan performa yang setara.

Transaksi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang pengembangan chip AI independen. Cerebras Systems, pesaing Nvidia yang juga sedang mempersiapkan IPO, pada akhirnya bisa saja mengalami tekanan serupa. Apakah perusahaan tersebut bisa tetap mandiri atau harus mengikuti gravitasi finansial Nvidia, hal itu masih harus dilihat ke depannya.

Token CC Canton Naik pada Malam Natal karena Institusi Dorong Narasi Privasi

25 December 2025 at 07:31

Token CC milik Canton menjadi altcoin top gainer di pasar kripto pada Malam Natal, naik lebih dari 25% dalam 24 jam meski likuiditas saat liburan sangat tipis dan sentimen pasar cenderung bearish. Reli ini mendorong CC melewati aset utama dan koin privasi lainnya.

Kenaikan harga ini bukan karena hype retail atau spekulasi musiman. Sebaliknya, ini mencerminkan narasi institusi yang makin kuat tentang tokenisasi real-world asset (RWA) dan kejelasan regulasi—dua tema yang makin penting menjelang akhir tahun.

Altcoin Top Gainer di Pasar Kripto Malam Natal 2025 | Sumber: CoinGecko

Tokenisasi institusional mendorong reli token Canton

Di pusat reli ini, ada Canton Network, yaitu blockchain layer-1 dengan fitur privasi yang didesain khusus untuk lembaga keuangan yang diatur.

Berbeda dengan chain DeFi publik, Canton memungkinkan institusi untuk bertransaksi di chain tanpa membocorkan data sensitif. Hal ini menjadi kebutuhan utama bagi bank, lembaga kliring, dan manajer aset.

Token utilitas milik Canton, CC, digunakan untuk biaya transaksi, keamanan jaringan, dan insentif validator. Nilai token ini lebih banyak terikat pada penggunaan institusi daripada aktivitas retail.

Karena itu, pergerakan harga sangat sensitif terhadap perkembangan infrastruktur pada level dasar.

Momentum makin meningkat setelah DTCC (Depository Trust & Clearing Corporation) mengonfirmasi kemajuan tokenisasi surat utang pemerintah AS yang dikelola DTC di Canton Network.

Minting and using U.S. Treasuries on Canton is coming in 2026, enabling tokenized USTs to be exchanged in near-real-time with stablecoins and other digital assets – all with the privacy and controls regulated markets demand.

A major unlock for global collateral mobility to… pic.twitter.com/XnvdprRq7X

— Canton Network (@CantonNetwork) December 17, 2025

Inisiatif ini muncul setelah lampu hijau regulasi dari SEC AS, yang mengeluarkan non-action letter agar DTCC bisa lanjut membangun infrastruktur tokenisasi secara live.

Perkembangan ini menjadi salah satu dukungan regulasi paling jelas untuk obligasi AS berbasis blockchain.

Akibatnya, pasar mulai menilai ulang Canton sebagai infrastruktur inti, bukan sekadar proyek blockchain spekulatif.

Pada awal Desember, Canton juga memperkuat stack RWA lewat kemitraan bersama RedStone, yang kini menjadi penyedia oracle utama mereka.

Integrasi ini menghadirkan feed harga real-time yang sesuai regulasi untuk aset yang sudah ditokenisasi, sehingga jembatani pasar institusi dan DeFi tanpa mengorbankan privasi.

Serangkaian perkembangan ini menempatkan Canton sebagai layer settlement aset finansial tradisional senilai triliunan dollar.

Estimasi industri menunjukkan lebih dari US$300 miliar volume transaksi harian sudah mengalir melalui aplikasi yang dibangun di atas jaringan ini.

Grafik Harga Mingguan Token CC Canton | Sumber: CoinGecko

Yang penting, reli ini terjadi saat likuiditas pasar sangat rendah karena libur. Situasi ini memperkuat lonjakan harga, sekaligus menunjukkan di mana arus modal terkonsentrasi jelang 2026: pada infrastruktur tokenisasi yang taat aturan.

Sementara pasar kripto secara umum masih berhati-hati, performa CC menyoroti perbedaan yang makin kentara.

I’ve come to realize $CC is useless. Also it seems to be inflationary with never ending supply.

Is what I’m hearing often in comments. Let’s clarify.@CantonNetwork has implemented something called BME (Burn-Mint-Equilibrium).

1) Equilibrium in Practice:
• Annual target:… https://t.co/kMAuMCAh7q

— Heslin Kim (@HeslinKim) December 24, 2025

Investor sekarang makin membedakan antara token spekulatif dan protokol yang terhubung langsung ke adopsi keuangan yang teregulasi.

Pada Malam Natal, Canton masuk pada kategori kedua—dan pasar pun merespons dengan cepat.

Quantum computing dan aset kripto: pasangan kuat atau bahaya besar?

25 December 2025 at 06:47

Selalu saja ada hal yang bisa membuat khawatir di dunia aset kripto. Baik itu exchange yang kolaps ataupun perubahan regulasi, aset kripto mampu bertahan kuat selama setahun terakhir, walau sentimen bearish belakangan ini.

Tapi, ada juga pihak yang masih melihat tantangan di masa depan, yaitu komputasi kuantum.

Apakah komputasi kuantum menjadi kiamat untuk aset kripto?

Teknologi komputasi kuantum dapat ribuan kali lebih cepat dibanding komputer konvensional. Beberapa uji coba awal telah mampu menyelesaikan persamaan yang biasanya membutuhkan ribuan tahun untuk komputer biasa.

Secara teori, itu terdengar buruk untuk aset kripto. Soalnya, komputer kuantum mungkin bisa membobol SHA256, protokol yang menjaga ledger Bitcoin.

Bitcoin & Quantum Risk

Debating the potential risks quantum computers could pose to Bitcoin and how Bitcoin could mitigate that risk is nothing new

In 2008, several leading cryptographers, including Daniel Bernstein, published "Post-Quantum Cryptography"

🧵

[1/13] pic.twitter.com/k9wlpuFrkx

— BitMEX Research (@BitMEXResearch) December 23, 2025

Sering media mengaitkan komputasi kuantum dan Bitcoin sebagai musuh yang pasti akan bertarung, namun jika dilihat dari sudut pandang berbeda, teknologi ini justru bisa jadi partner untuk meningkatkan keamanan digital serta efisiensi komputasi.

Faktanya, seperti yang Charlie Shrem, investor kripto awal dan penggemar aset kripto, ungkapkan saat Moneyshow di awal Desember:

“Quantum computing and crypto are complementary technologies.”

Singkatnya, bukan berarti komputasi kuantum membawa akhir untuk aset kripto, tapi justru dapat menjadi pemicu evolusi Bitcoin agar makin kuat, lebih aman, dan skalabel.

Peluang untuk Aset Kripto saat Quantum Berkembang

Sifat open-source Bitcoin membuat kolaborasi antara para kriptografer, pengembang, dan akademisi berjalan baik sehingga solusi bisa diuji secara optimal dan diterapkan ke sistem.

Tantangan yang dihadirkan komputasi kuantum, daripada hanya jadi ancaman semata, justru mendorong penguatan fondasi kriptografi Bitcoin.

The Bitcoin Quantum Leap: Quantum computing won’t break Bitcoin—it will harden it. The network upgrades, active coins migrate, lost coins stay frozen. Security goes up. Supply comes down. Bitcoin grows stronger.

— Michael Saylor (@saylor) December 16, 2025

Komunitas kripto saat ini aktif mengembangkan skema tanda tangan yang tahan terhadap teknologi kuantum. Salah satunya menggunakan tanda tangan Lamport, yang bisa diterapkan dengan soft fork yang kompatibel ke belakang, mirip dengan upgrade Taproot di 2021 lalu.

Pendekatan evolusioner seperti ini menunjukkan bahwa kehadiran komputasi kuantum justru memicu inovasi, bukan membuat teknologi menjadi usang. Selama teknologi terus berinovasi, ekosistem juga akan terus berkembang – ini kabar baik untuk Bitcoin.

Transisi ke kriptografi pasca-kuantum bukan hanya sekedar bertahan, tapi juga meningkatkan posisi keamanan aset digital secara menyeluruh.

“Quantum computing utiizes fundamental principles of nature, which in turn make it likely to support, rather than work against bitcoin,” states Shrem.

Langkah standarisasi algoritma kriptografi tahan kuantum yang baru saja dilakukan oleh US National Institute of Standards and Technology menjadi tonggak penting.

Algoritma seperti CRYSTALS-Kyber menciptakan kerangka baru keamanan yang bisa dimanfaatkan seluruh ekosistem digital.

Aset kripto mulai dari Bitcoin dan seterusnya berpotensi mengadopsi kemajuan ini sehingga bukan cuma bertahan dari ancaman kuantum, tapi benar-benar keluar sebagai standar baru keamanan aset digital.

Di saat bersamaan, para peneliti telah membuat dan menguji blockchain yang hanya bisa ditambang menggunakan komputer kuantum. Ini menjadi penerapan nyata pertama dari quantum supremacy di teknologi blockchain.

Prototipe itu, diuji pada empat prosesor kuantum yang tersebar di beberapa lokasi, memperkenalkan “proof of quantum work” sebagai alternatif sistem proof-of-work biasa.

Discussions around the quantum threat in Bitcoin peaked December 2024.

It's peaking again exactly one year later.

Sentiment? Actually more positive this time.

Some narratives run on a schedule. pic.twitter.com/FKyNhrRQoH

— Perception 🌐 (@BTCPerception) December 22, 2025

Solusi Kuantum untuk Blockchain

Tidak seperti penambangan Bitcoin yang memakan listrik sangat besar hingga 176 terawatt-jam di tahun 2024, sistem blockchain kuantum lebih efisien berkat mekanisme kuantum.

Komputasi kuantum menawarkan solusi untuk tantangan blockchain karena mampu mempercepat proses transaksi secara signifikan.

Misalnya, walau mekanisme konsensus Bitcoin terbilang aman, prosesnya masih lambat dan butuh sumber daya besar. Komputer kuantum bisa mengoptimalkan algoritme konsensus, memvalidasi transaksi lebih efisien, serta mengatasi masalah skalabilitas yang sudah lama menghantui jaringan blockchain.

Kekuatan komputasi seperti ini membuat Bitcoin berpotensi memproses ribuan transaksi per detik tanpa harus kehilangan sifat desentralisasinya.

Sistem blockchain berbasis kuantum juga memanfaatkan distribusi kunci kuantum dan pembangkitan angka acak kuantum agar jauh lebih aman, sehingga dapat mencegah kebocoran data dan akses ilegal.

Dengan kata lain, teknologi kuantum tidak menggantikan keamanan Bitcoin, melainkan meningkatkan perlindungannya.

Distribusi kunci kuantum memberikan enkripsi yang secara teori tidak bisa diretas untuk mengamankan wallet dan transaksi Bitcoin, dan generator angka acak kuantum memastikan pembuatan private key benar-benar tidak bisa ditebak siapa pun.

The Quantum Computing Threat

Every few weeks the same tired narrative resurfaces: “Quantum computing is going to break Bitcoin.”

Every time it spreads, it’s the same routine – loud voices, shallow understanding, and zero connection to the actual science.

Here’s the facts:… pic.twitter.com/xkfMS26XSA

— The White Whale (@TheWhiteWhaleV2) December 1, 2025

Kombinasi teknologi ini membuka peluang bagi sistem hybrid. Itu bisa berupa token kuantum yang menjadi lapisan privasi tambahan dalam aplikasi blockchain khusus.

Pendekatan saling melengkapi seperti ini membuat Bitcoin tetap bisa merangkul manfaat kuantum tanpa harus kehilangan fondasi desentralisasi yang sudah teruji.

Tantangan kuantum justru menyatukan komunitas aset kripto lebih dari sebelumnya.

Penyedia analitik blockchain sedang menyiapkan dukungan untuk format alamat dan tipe transaksi yang tahan kuantum agar bisa tetap comply dan memantau keamanan di era quantum.

Koordinasi ini bahkan merambah ke luar aset kripto, mencakup exchange, penyedia wallet, institusi riset, hingga badan regulator yang bergerak bersama untuk memastikan ekosistem berjalan lancar saat transisi ke era kuantum.

Industri blockchain kini bergerak aktif melawan ancaman kuantum dengan token tahan kuantum dan kriptografi pasca-kuantum, khususnya dengan proyek yang mengedepankan kriptografi berbasis kisi dan metode berbasis hash.

Inovasi yang saling bersaing ini menguntungkan dunia aset kripto secara keseluruhan. Sebab, keberhasilan implementasi quantum-resistant pada proyek lain membantu proyek kripto yang sudah maju untuk terus berkembang. Tantangan bersama ini menciptakan dorongan yang mengangkat semua pihak di ekosistem.

“We haven’t even scratched the surface yet of what’s possible,” ujar Shrem. “Quancum computing is turning into a new kind of computer, and we need to think about what that fully means.”

Langkah Quantum Selanjutnya untuk Aset Kripto

Hubungan antara komputasi kuantum dan aset kripto sebenarnya tidak harus saling bertentangan.

Perkiraan waktu menunjukkan ada rentang waktu 5 hingga 15 tahun sebelum komputer kuantum menjadi ancaman langsung untuk standar kripto saat ini, sehingga masih ada banyak waktu untuk bersiap-siap.

Quantum blockchain bisa membuka peluang aplikasi di bidang-bidang yang membutuhkan keamanan tinggi dan daya komputasi besar. Contohnya seperti sistem pemungutan suara yang aman, manajemen supply chain, dan berbagi data kesehatan.

Desentralisasi dan sifat adaptif Bitcoin membuatnya berada di posisi yang baik untuk mengadopsi keunggulan teknologi kuantum.

Seiring perkembangan komputasi kuantum, semua aset kripto nantinya dapat mengintegrasikan kriptografi quantum-resistant, meningkatkan efisiensi mining dengan bantuan teknologi kuantum, serta menggunakan protokol keamanan berbasis kuantum.

Hasil akhirnya yaitu ekosistem aset kripto yang lebih aman, efisien, dan scalable dari sebelumnya—bukan karena menolak komputasi kuantum, melainkan berkat keunggulan yang dibawanya.

Hubungan saling menguntungkan ini bukanlah akhir dari Bitcoin, melainkan awal dari masa depan Bitcoin yang didukung oleh teknologi kuantum.

Orang Amerika Ingin Aset Kripto untuk Natal—Meski Inflasi Menekan Anggaran

25 December 2025 at 05:43

Orang Amerika merasakan tekanan biaya hidup yang lebih tinggi, tapi mereka tidak mundur dari aset kripto.

Sebuah survei pengeluaran liburan terbaru dari Visa Inc. menunjukkan minat yang semakin besar terhadap aset digital sebagai hadiah, walaupun inflasi terus membatasi pendapatan yang bisa digunakan dan membuat konsumen tetap berhati-hati. Kontras ini menyoroti perubahan yang lebih dalam tentang bagaimana rumah tangga beradaptasi saat uang terasa makin ketat.

Inflasi mulai turun, tapi anggaran masih terasa ketat

Inflasi sudah mulai turun dari puncaknya setelah pandemi, tapi harga-harga tetap tinggi untuk kebutuhan pokok seperti tempat tinggal, makanan, asuransi, dan utilitas.

Upah secara umum mengikuti laju inflasi, sehingga daya beli tidak turun tajam. Meski begitu, marginnya sangat tipis.

Setelah memenuhi kebutuhan utama, banyak rumah tangga kini punya ruang yang lebih sedikit untuk investasi atau belanja tambahan dibandingkan sebelum 2022.

US energy inflation is accelerating:

CPI energy prices jumped +4.2% YoY in November, the fastest pace since February 2023.

This marks the 2nd-consecutive acceleration, following a +2.8% YoY increase in September.

The surge was driven by fuel oil, electricity, and utility gas… pic.twitter.com/nXS30Km6fI

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 23, 2025

Kondisi ini memang tidak menghentikan belanja sama sekali. Tapi, kebiasaannya jadi berubah. Konsumen berbelanja lebih awal, membandingkan harga dengan lebih ketat, dan memanfaatkan teknologi supaya setiap US$1 bisa lebih bermanfaat.

Kepercayaan finansial masih rapuh, tapi aktivitas ekonomi tetap berjalan. Sikap hati-hati ini terlihat jelas dalam cara orang membelanjakan uang—dan apa yang mereka pilih untuk dibeli.

Pertumbuhan Lapangan Kerja AS dari Tahun ke Tahun | Sumber: X/Jed Kolko

Aset kripto muncul sebagai hadiah “lean budget”

Survei Visa pada bulan Desember menemukan bahwa 28% orang Amerika akan antusias menerima aset kripto sebagai hadiah liburan atau hadiah Natal, bahkan angka ini melonjak jadi 45% di antara Gen Z.

Daya tariknya bukan masalah kemewahan. Ini mencerminkan preferensi terhadap aset yang terasa fleksibel, berbasis digital, dan berpotensi punya nilai jangka panjang.

Di saat yang sama, 47% pembelanja AS melaporkan menggunakan alat AI untuk membantu membeli hadiah, utamanya untuk mencari inspirasi dan membandingkan harga. Hal ini menandakan pola pikir konsumen yang lebih fokus pada efisiensi daripada kemewahan.

Could crypto replace holiday cash? More than one-in-four US adults, and nearly half of Gen-Z adults, say they would be excited to receive cryptocurrency as a gift, according to a survey from Visa and Morning Consult https://t.co/xhU2SfJpch pic.twitter.com/RUtS7aKSMP

— Reuters (@Reuters) December 5, 2025

Pembeli muda jadi pelopor perubahan ini. Responden Gen Z menunjukkan adopsi yang lebih tinggi terhadap pembayaran dengan aset kripto, penggunaan wallet digital, autentikasi biometrik, dan belanja lintas negara dibanding kelompok usia lainnya.

Bagi mereka, aset kripto sudah menjadi bagian alami dari identitas keuangan digital yang lebih luas.

Data menunjukkan, berbagi hadiah aset kripto tidak menggantikan kebutuhan pokok. Sebaliknya, aset ini menggantikan barang-barang konsumsi tradisional di saat konsumen jadi semakin selektif.

Apa Artinya untuk Ekonomi AS

Kombinasi inflasi yang mulai mereda dan tekanan anggaran yang masih terus ada menunjukkan ekonomi yang hati-hati tapi stabil.

Orang Amerika tidak menyerah, tapi mereka beradaptasi. Belanja tetap lanjut, meski kini lebih condong pada alat dan aset yang memberikan efisiensi, pilihan, atau potensi keuntungan di masa depan.

Penerimaan aset kripto sebagai hadiah yang makin meluas—meski pendapatan bebas makin ketat—menandakan normalisasi budaya, bukan sekadar spekulasi berlebihan.

Hal ini juga membantu menjelaskan kenapa aset digital tetap menarik minat meskipun dalam periode ekonomi yang dibatasi.

Bagi pasar, pesannya jelas. Inflasi memang menurun, tapi kepercayaan belum sepenuhnya pulih.

Di celah tersebut, teknologi dan aset alternatif mengisi peran yang sebelumnya diisi oleh konsumsi tradisional.

Orang Amerika mungkin merasa tertekan secara keuangan, namun mereka tetap berani—walau dengan hati-hati—bertaruh pada masa depan.

Otoritas India Bongkar Penipuan Aset Kripto Antar Negara Bagian yang Berjalan Selama 10 Tahun

25 December 2025 at 04:44

Direktorat Penegakan Hukum (ED) India telah melakukan penggerebekan terkoordinasi di 21 lokasi di Karnataka, Maharashtra, dan Delhi sebagai bagian dari penyelidikan yang semakin meluas terkait skema penipuan aset kripto besar-besaran yang diduga telah beroperasi hampir satu dekade.

Penggeledahan terjadi pada 18 Desember sesuai Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang (PMLA). Penggerebekan ini menargetkan tempat tinggal dan kantor yang terkait dengan 4th Bloc Consultants beserta rekanannya.

Apakah Ini Pengungkapan Kasus Kripto Terbesar di India?

Pihak berwenang menyatakan bahwa kelompok ini menjalankan platform investasi aset kripto palsu yang telah menipu investor dari India maupun luar negeri dengan iming-iming keuntungan yang sangat tinggi.

Menurut ED, kasus ini bermula dari laporan polisi (FIR) dan informasi intelijen dari Kepolisian Negara Bagian Karnataka.

Penyidik menduga para pelaku membuat situs web yang tampak profesional dan sangat mirip dengan platform perdagangan aset kripto global yang sah, lengkap dengan dashboard, saldo akun, dan riwayat transaksi.

BREAKING: 🇮🇳 ED raids 21 locations across Karnataka, Maharashtra and Delhi in a major crypto investment fraud case.

• Movable and immovable properties in India and abroad identified

• Multiple crypto wallet addresses identified

• Investigation ongoing pic.twitter.com/WoDyxfO7A1

— Crypto India (@CryptooIndia) December 23, 2025

Tapi, platform-platform ini ternyata hanya kedok saja. Pejabat menyatakan sangat sedikit atau bahkan nyaris tidak ada aktivitas perdagangan nyata di dalamnya.

Alih-alih, para penipu aset kripto ini justru memutar dana investor dalam skema yang menyerupai Ponzi klasik atau multi-level marketing.

Untuk membangun kepercayaan, para pelaku diduga menyalahgunakan foto komentator aset kripto terkemuka dan tokoh publik lainnya tanpa seizin mereka.

Pada awalnya, investor pertama menerima imbal hasil kecil guna membangun rasa percaya. Setelah itu, mereka didorong untuk menanamkan dana lebih besar dan mengajak orang lain bergabung melalui bonus rujukan.

Ketika skema ini berkembang, para promotor sangat bergantung pada media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Telegram untuk mencari korban baru.

Pihak ED meyakini jaringan ini menargetkan investor di India dan luar negeri.

Penyidik mengatakan hasil kejahatan dicuci menggunakan jaringan rumit wallet aset kripto, rekening bank luar negeri yang tidak diungkap, perusahaan cangkang, dan saluran hawala.

Penipu juga mengalihkan dana melalui transfer aset kripto peer-to-peer sebelum kemudian diuangkan atau disimpan di rekening bank.

Selama penggerebekan, ED menemukan beberapa alamat wallet aset kripto yang diduga dikendalikan pelaku, beserta aset bergerak maupun tidak bergerak yang mereka beli menggunakan dana hasil kejahatan, baik di India maupun luar negeri.

Pihak berwenang juga menemukan sejumlah entitas asing yang digunakan untuk menyembunyikan jejak uang.

Menariknya, pejabat yakin operasi ini sudah berlangsung setidaknya sejak 2015. Para pelaku terus beradaptasi supaya tetap lolos dari pengawasan, seiring semakin ketatnya perhatian pada pasar aset kripto.

Penyelidikan ini masih terus berjalan.

Jim Cramer Jadi Sangat Bearish pada Bitcoin dan Trader pun Memantau dengan Seksama

25 December 2025 at 03:10

Pendapat terbaru Jim Cramer tentang Bitcoin kini 100% bearish, menurut data pelacakan sentimen dari Unbias.

Perubahan ini langsung menarik perhatian para trader aset kripto, bukan karena Cramer yang menentukan arah Bitcoin, melainkan karena prediksi-prediksi Cramer kini menjadi indikator sentimen informal di pasar.

Narasi Inverse Cramer Sedang Berlangsung Penuh?

Data menunjukkan bahwa tiga prediksi terbaru Cramer tentang Bitcoin semuanya bearish, sehingga prospeknya dalam waktu dekat masuk kategori “perma-bear” menurut Unbias.

Prediksi Bitcoin Jim Cramer | Sumber: Unbias

Secara historis, momen seperti ini sering memicu diskusi di berbagai kanal sosial aset kripto, karena komentar Cramer kerap menimbulkan narasi “Inverse Cramer” yang sudah populer.

Pergeseran ini terjadi saat Bitcoin bergerak di kisaran pertengahan US$80.000-an.

Sejak crash pada 10 Oktober, pergerakan harga tetap tidak menentu dan cenderung defensif.

Banyak analis menggambarkan pasar bergerak dalam rentang tertentu, dengan resistance di area sekitar US$90.000–US$93.000 serta support struktural mendekati US$81.000–US$85.000.

Kegagalan untuk kembali ke level harga yang lebih tinggi sebelum akhir tahun cukup membebani sentimen jangka pendek.

Semua tanda mengarah ke bear market Bitcoin?

Indikator pasar juga memperkuat nada hati-hati tersebut. Crypto Fear & Greed Index belum lama ini turun ke level Extreme Fear, yang mencerminkan sikap menghindari risiko, bukan aksi beli panik.

Pada saat bersamaan, exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot mencatat arus keluar (outflow) berturut-turut menjelang pekan Natal, yang menandakan minat institusi berkurang karena investor mulai mengamankan profit dan menata ulang portofolio menjelang akhir tahun.

ETF Bitcoin AS Terus Alami Outflow | Sumber: SoSoValue

Dalam situasi seperti itu, pergeseran bearish dari Cramer terasa sesuai dengan suasana pasar saat ini — tapi inilah yang membuat pandangannya tetap menonjol di kalangan komunitas Bitcoin.

Sebagai pembawa acara Mad Money yang sudah lama, Jim Cramer kini menjadi referensi budaya di kalangan para trader aset kripto.

Pernyataan tegas dan sikap jangka pendeknya sering kali bertolak belakang dengan siklus alami Bitcoin, sehingga komentarnya lebih sering dipandang sebagai sinyal kontra melalui meme ketimbang analisis konvensional.

BREAKING: Jim Cramer is 100% bearish on Bitcoin.

Merry Christmas 🎄 pic.twitter.com/qDr2Yx2U8X

— Ki Young Ju (@ki_young_ju) December 24, 2025

Polanya terus berulang melewati berbagai siklus pasar. Ketika Cramer tampak yakin pada satu arah, para trader aset kripto seringkali menganggapnya sebagai titik ekstrem sentimen, bukan prediksi akurat.

Menjelang pekan Tahun Baru, para analis memperkirakan likuiditas akan tipis dan volatilitas tinggi. Arah Bitcoin mungkin akan sangat bergantung pada apakah arus ETF mulai stabil dan harga bisa kembali merebut level US$90.000 setelah posisi terkait opsi terselesaikan.

Untuk sementara, opini bearish 100% dari Cramer sepertinya lebih menunjukkan kehati-hatian pasar menyongsong tahun 2026, bukan soal fundamental Bitcoin itu sendiri.

Mengapa Token Bertema Natal Bisa Jadi Narasi Aset Kripto Terburuk di 2025

25 December 2025 at 02:00

Minggu Natal dikenal penuh suka cita, perayaan, dan nuansa meriah, serta dalam sejarah belakangan juga diwarnai token kripto bertema Natal. Walaupun banyak orang berharap token-token ini akan reli selama musim liburan, nyatanya, pergerakan tersebut jauh lebih jarang terjadi dari yang diduga sehingga banyak investor menjadi rentan terhadap hype sesaat dan potensi kerugian.

Sesuai pola tersebut, BeInCrypto telah menganalisis tiga token kripto Natal seperti ini yang sebaiknya dihindari investor pada tahun 2025.

SANTA HAT (SANTAHAT)

SANTA HAT sebelumnya menunjukkan betapa berisikonya token kripto musiman. Setelah peluncuran, token ini melonjak 739% sebelum anjlok 98,85% hanya dalam waktu tiga minggu, bahkan sebelum Natal tiba. Pembalikan tajam ini menghapus semua kenaikan dan menyoroti bagaimana hype bertema liburan sering kali gagal mendorong kenaikan harga dalam jangka panjang.

Ingin mendapatkan insight token seperti ini? Daftar Newsletter Harian Kripto dari Editor Harsh Notariya di sini.

SANTA HAT Price 2024
Harga SANTA HAT 2024 | Sumber: GeckoTerminal

Momen reli sempat berlanjut pada bulan Agustus dan September, namun tekanan jual kembali muncul di awal Oktober. Sejak saat itu, harga SANTA HAT turun 88,7% hingga ke level terendah lima bulan. Aksi harga saat ini menunjukkan potensi penurunan lebih lanjut, dengan kemungkinan bergerak ke area support US$0,00002502. Jika breakdown terjadi di bawah level ini, risiko kehilangan hampir seluruh nilai token sangat besar.

SANTA HAT Price Analysis.
Analisis Harga SANTA HAT | Sumber: GeckoTerminal

Walaupun ada lebih dari 21.100 holder dan likuiditas yang terkunci, fundamentalnya belum berpengaruh pada kestabilan harga. Performa historis tetap menjadi sinyal utama. Pola masa lalu menunjukkan kegagalan berulang untuk bangkit kembali, sehingga prospek SANTA HAT tetap bearish meskipun struktur mekanisme on-chain token ini terbilang baik.

Rizzmas (RIZZMAS)

RIZZMAS menggambarkan risiko pada token kripto bertema Natal. Tahun lalu, token ini sempat melonjak 2.384% menjelang Desember, namun jatuh 93,6% tepat saat Natal. Pola seperti ini lebih mencerminkan hype spekulatif daripada permintaan yang berkelanjutan, sehingga investor yang terlambat masuk justru terkena rugi berat saat pembalikan musim terjadi.

Dalam sebulan terakhir, RIZZMAS sudah kehilangan 72% dari kenaikan sebelumnya, meski sempat mencapai harga tertinggi tahunannya di US$0,00002258. Pergerakan harga saat ini menandakan tekanan lemah berlanjut. Struktur pasar menunjukkan risiko penurunan lebih lanjut, sehingga token ini terancam kehilangan hampir seluruh nilai yang tersisa pada sesi berikutnya.

RIZZMAS Price Analysis.
Analisis Harga RIZZMAS | Sumber: GeckoTerminal

Pendekatan bijak lebih baik memilih sikap hati-hati. Token musiman mungkin terlihat menarik atau punya fundamental bagus, tapi umumnya tidak punya utilitas nyata atau pendorong pertumbuhan jangka panjang. Kinerja masa lalu menunjukkan siklus boom-and-bust berulang, jadi menjaga modal jauh lebih penting daripada mengejar reli bertema yang hanya sesaat.

GigaMas (GIGAMAS)

GIGAMAS menjadi contoh baru token kripto musiman yang gagal mempertahankan nilainya. Diluncurkan kurang dari dua bulan lalu, token kripto bertema Natal ini naik 325% di awal perjalanannya lalu jatuh 75%. Sekarang, harga GIGAMAS berada di kisaran US$0,00001831, menggambarkan hilangnya momentum spekulatif dengan sangat cepat.

Peluang pulih tampak sangat kecil. Struktur teknikal menunjukkan permintaan yang lemah dan tekanan jual terus berlangsung. GIGAMAS kemungkinan breakdown di bawah support US$0,00001524 dengan peluang penurunan lanjutan ke US$0,00001000. Jika bergerak lewat level ini, hampir seluruh nilai yang tersisa akan lenyap.

GIGAMAS Price Analysis.
Analisis Harga GIGAMAS | Sumber: GeckoTerminal

Tren ini penting untuk diketahui oleh sekitar 2.000 holder GIGAMAS. Token dengan tema liburan tidak memiliki kegunaan yang tahan lama dan adopsi jangka panjang. Kinerja sebelumnya menunjukkan bahwa aset seperti ini sering menjadi perangkap spekulatif, di mana penurunan tajam biasanya semakin cepat mendekati Natal.

Apakah Bitcoin Sudah Masuk Bear Market? Chief Fidelity Sampaikan Kekhawatiran

25 December 2025 at 01:00

Bitcoin sebagian besar mengabaikan sinyal ekonomi makro yang seharusnya mendukung. CPI AS turun menjadi 2,7% pada Desember, menguatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga, tapi Bitcoin tidak merespons. Alih-alih menarik modal baru, harga Bitcoin justru stagnan sementara dana berputar ke aset lain.

Ketidaksesuaian inilah yang membuat topik bear market Bitcoin kembali mencuat.

Direktur Global Macro dari Fidelity, Jurrien Timmer, baru-baru ini mewanti-wanti bahwa Bitcoin mungkin sudah mengakhiri siklus empat tahun terbarunya pada bulan Oktober, baik secara harga maupun waktu. Data on-chain dan pasar sejak saat itu semakin mendukung pandangan ini.

Data Menunjukkan Bitcoin Mungkin Sudah Masuk Bear Market

Berbagai indikator independen sekarang mengarah pada kesimpulan yang sama: modal mulai keluar, para holder dengan keyakinan tinggi mulai melepas kepemilikan, dan Bitcoin menerima risiko tanpa ada permintaan nyata.

Arus Masuk Stablecoin Anjlok sejak Puncak Siklus

Aliran stablecoin ke exchange biasanya menjadi ‘bahan bakar cadangan’ untuk reli kripto. Tapi, bahan bakar itu kini sudah lenyap.

Total arus masuk stablecoin ERC-20 ke exchange memuncak di sekitar 10,2 miliar pada 14 Agustus. Pada 24 Desember, arus masuk tersebut turun drastis menjadi sekitar 1,06 miliar, artinya berkurang hampir 90%.

Ingin insight token seperti ini? Daftar ke Newsletter Crypto Harian dari Editor Harsh Notariya di sini.

Stablecoin Flows
Arus Stablecoin | Sumber: CryptoQuant

Puncak arus masuk bulan Agustus itu berdekatan dengan harga tertinggi Bitcoin pada bulan Oktober di atas US$125.000, yang juga menjadi periode yang disebut Timmer sebagai puncak siklus kemungkinan besar.

While I remain a secular bull on Bitcoin, my concern is that Bitcoin may well have ended another 4-year cycle halving phase, both in price and time. If we visually line up all the bull markets (green) we can see that the October high of $125k after 145 months of rallying fits… pic.twitter.com/Uxg9DTccnt

— Jurrien Timmer (@TimmerFidelity) December 18, 2025

Sejak saat itu, modal baru belum kembali, mempertegas pandangan bahwa distribusi kini menggantikan akumulasi setelah puncak harga tercapai.

Holder Jangka Panjang Kini Jadi Penjual Agresif

Holder dengan keyakinan tinggi mulai menunjukkan perilaku berbeda setelah Oktober.

Perubahan posisi bersih holder jangka panjang Bitcoin berubah menjadi negatif tak lama setelah puncak siklus. Aksi jual meningkat dari sekitar 16.500 BTC per hari di akhir Oktober menjadi sekitar 279.000 BTC baru-baru ini. Ini merupakan kenaikan tekanan distribusi harian lebih dari 1.500%.

Long-Term Holders Dumping
Holder BTC Jangka Panjang Melakukan Dump | Sumber: Glassnode

Ini sangat sejalan dengan tesis Timmer bahwa fase siklus halving empat tahun kemungkinan besar telah selesai di Oktober. Holder jangka panjang juga sepertinya sepakat, mereka justru mengurangi eksposur daripada mempertahankan harga.

Dominasi Bitcoin Naik, tapi Bukan karena Alasan Bullish

Dominasi Bitcoin naik lagi mendekati 57-59%, namun ini bukan sinyal risk-on.

Bitcoin Dominance
Dominasi BTC | Sumber: CoinGecko

Setelah rilis CPI yang lebih rendah, modal tidak mengalir ke Bitcoin. Dana justru mengarah ke aset lindung nilai tradisional. Dalam setahun terakhir, harga perak reli lebih dari 120%, sementara emas naik sekitar 65%. Di saat yang sama, pasar kripto lebih luas justru tertinggal jauh.

If you invested $10,000 in each asset at the start of 2025, you’d have:

Silver → $23,000

Gold → $16,500

Copper → $13,500

Nvidia → $13,450

Nasdaq → $12,000

S&P 500 → $11,600

BTC → $9,400

ETH → $8,800

Altcoins → $5,800

— Dirk 💎 (@DirksDegen) December 24, 2025

Pergeseran arah modal ini menguatkan pandangan bahwa dominasi Bitcoin yang meningkat bukan karena minat risiko baru, melainkan karena modal keluar ke arah yang dianggap lebih aman di dalam pasar kripto.

Pandangan ini juga datang dari komentar pasar eksklusif yang dibagikan kepada BeInCrypto oleh Ray Youssef, founder sekaligus CEO NoOnes, yang menyoroti mengapa emas menjadi pemimpin trade debasement 2025 sementara Bitcoin masih sideways.

“While gold may clearly be winning the 2025 debasement trade on price performance, the comparison masks a more nuanced market reality. Gold’s recent run to new all-time highs and 67% YTD gains reflect classical defensive investor positioning as capital seeks certainty in a market environment defined by fiscal excess, geopolitical strain, and macro policy uncertainty. Increased central bank accumulation, a softer dollar, and persistent inflation risks have reinforced gold’s role as the market’s preferred defensive asset,” ujar Ray Youssef.

Youssef juga menyampaikan bahwa perilaku Bitcoin tahun ini sangat berbeda dengan narasi digital-gold.

“Bitcoin, by contrast, has recently failed to deliver on the hedge narrative. The asset has not traded like digital gold in 2025, owing to its heightened sensitivity to macroeconomic factors. BTC’s upside is now tied to liquidity expansion, sovereign policy clarity, and risk sentiment, rather than to monetary debasement alone,” papar Youssef.

Alamat Mega-Whale Nampaknya Mulai Turun Diam-Diam

Holder besar juga mulai mundur.

Jumlah alamat Bitcoin yang memegang lebih dari 10.000 BTC turun dari 92 pada awal Desember menjadi 88. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan harga yang menurun dan bukan karena akumulasi.

Mega Whales Distributing
Distribusi Mega BTC Whale | Sumber: Glassnode

Alamat-alamat ini sering mewakili pelaku institusi besar. Berkurangnya jumlahnya menambah konfirmasi tambahan bahwa smart money tidak sedang memposisikan diri secara agresif untuk kenaikan di sini.

Bitcoin Masih di Bawah Moving Average Jangka Panjang yang Penting

Bitcoin masih diperdagangkan di bawah moving average 365 harinya di dekat US$102.000, level yang terakhir kali benar-benar ditembus pada awal pasar bearish tahun 2022.

Moving average ini menjadi support secara teknikal dan psikologis. Gagal untuk mengatasinya lagi menandakan bahwa pasar sudah berubah dari kelanjutan tren ke risiko perubahan tren. Jika harga tetap di bawah level ini, sejarah mengarah ke zona penurunan yang lebih dalam di dekat range harga realisasi trader sekitar US$72.000.

Bitcoin is below its 365-day moving average ($102K), a key technical and psychological support level last broken at the start of the 2022 bear market.

If price fails to reclaim it, data suggest the next support lies near $72K, the Traders’ minimum realized price band. pic.twitter.com/VySVce5NY9

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) November 5, 2025

Semua sinyal ini sejalan dengan peringatan Timmer bahwa Bitcoin mungkin memang sudah memasuki fase bear-market atau sudah mendekatinya, meskipun harganya belum sepenuhnya mencerminkan situasi tersebut. Modal sudah mulai mengering, holder dengan keyakinan tinggi pun menjual, dominasi naik dengan cara defensif, dan kondisi ekonomi makro pun diabaikan.

Namun, tidak semua support siklus jangka panjang sudah patah. Sinyal kontra dan level-level penentu apakah ini akan menjadi bear market penuh atau transisi berkepanjangan akan dibahas selanjutnya.

Mengapa Skenario Bear Market Bitcoin Belum Sepenuhnya Selesai

Walau makin banyak bukti yang mengarah ke bear market Bitcoin, ada dua indikator siklus jangka panjang yang masih belum mendukung adanya penurunan struktural yang pasti.

Salah satu alasan mengapa kasus bear market Bitcoin belum mencapai kesimpulan, karena pasar menafsirkan perlambatan CPI secara berbeda. Biasanya, inflasi yang melandai bisa menguntungkan aset berisiko, namun respons saat ini menunjukkan investor lebih memilih keamanan dan likuiditas dibanding pertumbuhan.

Ini tidak berarti sinyal CPI salah. Mungkin sinyal ini hanya datang lebih awal, karena secara historis Bitcoin memang biasanya bereaksi belakangan setelah ekspektasi likuiditas benar-benar mengalir ke arus modal.

Indikator-indikator ini, serta yang akan kita bahas sebentar lagi, tidak meniadakan sinyal bearish di atas. Tetapi hal ini memberi alasan kenapa fase ini masih bisa menjadi transisi panjang dan bukan siklus bear market penuh.

Pi Cycle Top Belum Terpicu

Salah satu indikator siklus paling andal di Bitcoin, Pi Cycle Top, sampai sekarang belum memberikan sinyal puncak. Indikator ini membandingkan moving average 111 hari dengan moving average 350 hari dikali dua.

Secara historis, ketika dua garis ini berpotongan, Bitcoin sudah berada di dekat atau di puncak siklus besar.

Sampai sekarang, kedua garis ini masih berjauhan. Artinya, Bitcoin belum berada di fase panas atau euforia, bahkan setelah puncaknya di bulan Oktober.

PI Cycle Top
PI Cycle Top | Sumber: Coinglass

Hal ini bertentangan dengan pendapat Direktur Global Makro Fidelity, Jurrien Timmer, yang menyoroti bahwa puncak Oktober di kisaran US$125.000 sesuai dengan waktu siklus-siklus sebelumnya.

Pada siklus sebelumnya, bear market baru dimulai setelah ada konfirmasi jelas dari Pi Cycle. Sinyal itu sampai kini belum muncul.

SMA 2 Tahun Masih Jadi Garis yang Paling Penting

Argumen kontra kedua yang lebih penting adalah secara struktur. Bitcoin masih diperdagangkan di dekat simple moving average 2 tahun yang ada pada kisaran US$82.800.

Level ini sudah berkali-kali menjadi pembatas tren jangka panjang Bitcoin. Penutupan bulanan di atas SMA 2 tahun biasanya menandai siklus bertahan.

Penutupan di bawah level ini secara berkelanjutan menandakan adanya fase bear yang dalam.

Sampai sejauh ini, Bitcoin belum mengalami penutupan bulanan di bawah garis tersebut.

Karena itu, penutupan bulan Desember sangatlah menentukan. Jika Bitcoin bertahan di atas US$82.800 sampai akhir tahun, kemungkinan pasar masih berada di fase transisi siklus akhir, bukan bear market Bitcoin yang sudah terkonfirmasi.

🚨 Bitcoin in a critical zone on the 2Y SMA Multiplier

The 2Y SMA Multiplier is one of Bitcoin’s most respected cycle charts — and the current moment demands attention.

📍 Today, BTC is trading very close to the 2Y SMA, currently at $82,800.

📉 History matters:
Whenever… pic.twitter.com/jmIW9RSSGg

— Alphractal (@Alphractal) December 16, 2025

Skema ini masih membuka peluang bahwa tahun 2026 akan menunjukkan kenaikan tertunda, bukan penurunan berkepanjangan.

Akan tetapi, jika Desember ditutup jauh di bawah SMA 2 tahun, proyeksi penurunan menuju kisaran US$65.000–US$75.000 yang disebut Timmer menjadi lebih kuat secara struktural.

TL;DR — Level Harga Bitcoin Penting yang Perlu Kamu Pantau Sekarang

Kerangka bearish juga punya level pembatalan yang jelas. Jika Bitcoin berhasil kembali ke atas moving average 365 hari di sekitar US$102.000, ini akan sangat melemahkan skenario bear market. Hal ini sejalan dengan prediksi harga Bitcoin akhir tahun dari Tom Lee.

Level tersebut jadi penanda awal bear market 2022 saat ditembus, dan bila harga pulih ke atasnya, itu akan menandakan kekuatan tren kembali muncul.

Secara sederhana:

  • Di atas US$82.800 sampai penutupan Desember: fase transisi tetap berjalan
  • Di bawah US$82.800 secara bulanan: risiko bear market meningkat
  • Kembali ke atas US$102.000: struktur bullish mulai terbentuk lagi

Saat ini, Bitcoin berada di antara tekanan jual dan support siklus jangka panjang. Pasar belum memperlihatkan kekuatan, tapi juga belum benar-benar mengalami breakdown.

Penutupan Desember akan menentukan narasi mana yang akan berlanjut sampai 2026.

Harga PIPPIN Dekati Level Tertinggi, tapi Arus Keluar Mulai Naik

25 December 2025 at 00:00

PIPPIN melonjak tajam dalam beberapa sesi terakhir dan kembali menarik perhatian di pasar. Reli terbaru altcoin ini telah mendorong harganya mendekati rekor tertinggi sepanjang masa, sehingga harapan akan terciptanya rekor baru ikut meningkat.

Namun, seiring momentum menguat, kekhawatiran tentang aksi ambil untung dan tekanan jual dalam waktu dekat juga semakin meningkat.

Whale PIPPIN Bisa Mengubah Hasil

Data arus on-chain menunjukkan semakin banyak peserta ritel yang mulai berhati-hati. Chaikin Money Flow turun melewati garis nol ke wilayah negatif. Pergeseran ini menunjukkan bahwa arus keluar PIPPIN mulai lebih besar daripada arus masuknya, yang menandakan fase awal distribusi dan bukan akumulasi.

Peningkatan arus keluar ini berkaitan dengan para investor yang mengunci laba setelah reli belakangan ini. Ketika harga mendekati level rekor, trader biasanya mengurangi eksposur guna mengelola risiko. Perilaku seperti ini dapat memperlambat momentum, bahkan saat pasar sedang bullish.

Ingin dapat insight token seperti ini? Daftar Newsletter Harian Crypto dari Editor Harsh Notariya di sini.

PIPPIN CMF
PIPPIN CMF | Sumber: TradingView

Walaupun ada sinyal kehati-hatian dari retail, aktivitas whale masih mendukung pergerakan. Wallet yang menyimpan lebih dari US$1.000.000 dalam bentuk PIPPIN meningkatkan kepemilikan sebanyak 3,57% dalam 24 jam terakhir. Total pasokan PIPPIN yang dikuasai whale kini mencapai sekitar 425,34 juta PIPPIN.

Holder besar sering memengaruhi tren harga jangka pendek karena besarnya modal yang mereka miliki. Akumulasi berlanjut dari kalangan whale mengisyaratkan mereka percaya harga masih bisa naik. Perilaku whale ini bisa menyeimbangkan aksi jual retail sehingga menjaga struktur harga di tengah periode volatil.

PIPPIN Whale Holdings.
Kepemilikan Whale PIPPIN | Sumber: Nansen

Harga PIPPIN Terus Naik

PIPPIN diperdagangkan di kisaran US$0,497 pada waktu publikasi, naik 38% selama 24 jam terakhir. Kini, token ini tinggal kurang dari 7% dari rekor tertingginya di US$0,530. Momentum masih kuat karena minat beli dari holder besar terus berlanjut.

Jika berhasil breakout di atas US$0,530, kemungkinan akan muncul minat spekulatif tambahan. Menembus rekor tertinggi bisa membuka jalan menuju US$0,600. Volume yang stabil di atas resistance bakal mendukung price discovery lebih lanjut dan pembentukan level tertinggi baru.

PIPPIN Price Analysis
Analisis Harga PIPPIN | Sumber: TradingView

Risiko penurunan tetap ada jika tekanan jual makin kencang. Bila harga gagal bertahan di level saat ini, PIPPIN bisa jatuh di bawah support US$0,434. Koreksi lebih dalam menuju US$0,366 akan membatalkan skenario bullish, sehingga fokus akan kembali ke fase konsolidasi daripada ekspansi.

Harga Zcash Bidik Breakout 50% saat Holder Besar Semakin Banyak Akumulasi

24 December 2025 at 22:00

Zcash menunjukkan pergerakan harga yang campur aduk dalam beberapa sesi terakhir, bergantian antara koreksi singkat dan pemulihan sebentar. Volatilitas masih tinggi, tapi secara struktur teknikal yang lebih luas tetap condong ke bullish.

Meski terlihat ragu di pasar spot, tren makro ZEC mengisyaratkan peluang reli berkelanjutan jika beberapa kondisi kunci tercapai.

Holder Zcash Siap Menyelamatkan

Data on-chain menunjukkan adanya kepercayaan yang makin meningkat di kalangan holder terbesar Zcash. Wallet yang berada di posisi 100 teratas meningkatkan akumulasi ZEC mereka sebesar 2,7% dalam 24 jam terakhir. Akumulasi ini berlangsung saat harga ZEC turun hampir 6%, menandakan adanya pembelian strategis, bukan aksi jual panik.

Perilaku ini memperlihatkan optimisme jangka panjang. Holder besar umumnya melakukan akumulasi ketika harga turun jika mereka memperkirakan harga bakal lebih tinggi di masa depan. Langkah mereka menunjukkan ekspektasi pulihnya harga tetap ada dan membentuk landasan permintaan yang bisa menopang ZEC di tengah ketidakpastian pasar secara umum.

Mau info token seperti ini? Daftar ke Crypto Newsletter Harian Editor Harsh Notariya di sini.

Zcash Top 100 Holder Balance.
Saldo 100 Holder Terbesar Zcash | Sumber: Nansen

Indikator teknikal mendukung prospek positif ini. Squeeze Momentum Indicator saat ini menandakan terbentuknya squeeze. Skenario seperti ini biasanya muncul sebelum pergerakan harga yang tajam ketika volatilitas melebar setelah periode kompresi.

Penting untuk dicatat, histogramnya memperlihatkan momentum bullish masih aktif. Jika squeeze terlepas saat momentum masih positif, lonjakan volatilitas yang terjadi bisa mendorong pergerakan naik bagi ZEC. Stabilitas pasar secara umum akan sangat menentukan apakah breakout ini benar-benar terjadi.

ZEC Squeeze Momentum Indicator
Indikator Squeeze Momentum ZEC | Sumber: TradingView

Harga ZEC sepertinya akan reli

ZEC sedang membentuk pola ascending triangle, yaitu pola kelanjutan bullish yang biasanya berakhir naik. Struktur ini menunjukkan makin kuatnya tekanan beli terhadap resistance horizontal. Berdasarkan proyeksi pola tersebut, jika breakout terjadi, ZEC bisa reli 50% dan menargetkan harga US$670.

Jika ZEC memantul dari support US$403, pola ini akan semakin kuat. Bertahan di level ini memungkinkan Zcash untuk melewati resistance US$442. Jika berhasil menembus US$442, kemungkinan besar breakout dari triangle terjadi dan membuka peluang menuju resistance US$500. Jika berhasil menembus level tersebut, reli bullish secara luas akan terkonfirmasi.

ZEC Price Analysis
Analisis Harga ZEC | Sumber: TradingView

Risiko penurunan tetap ada jika momentumnya gagal. Jika harga ZEC terjatuh di bawah support US$403, pola ascending triangle-nya menjadi tidak berlaku lagi. Dalam skenario ini, ZEC bisa turun ke wilayah US$340, yang akan menghapus sebagian besar kenaikan harga bulan ini dan membatalkan prediksi bullish.

US ETF Market Hits Triple Crown While BTC Bleeds and XRP Soars

25 December 2025 at 10:55

The US ETF market achieved a historic “triple crown” in 2025, setting records in inflows ($1.4 trillion), new launches (1,100+), and trading volume ($57.9 trillion). This is the first time all three metrics hit records simultaneously since 2021.

Three consecutive years of double-digit S&P 500 gains powered the rally. But Wall Street is starting to ask: what comes next?

The Ghost of 2022

That precedent carries a warning. The year following the 2021 triple crown saw the S&P 500 plunge 19% amid the Federal Reserve’s aggressive rate hikes. The tech-driven rally that fueled ETF inflows reversed sharply, with both inflows and launches slowing in 2022.

The parallels are hard to ignore. In 2021, exuberance around tech stocks drove record demand. In 2025, AI spending has dominated while skepticism is mounting. Since October, the S&P 500 has traded sideways as Wall Street questions the returns on Big Tech’s AI capex.

Eric Balchunas, senior ETF analyst at Bloomberg Intelligence, warned: “Because of how perfect this year seemed to be for ETFs, you kind of want to brace for it.” He suggested a “reality check” could come in 2026 through market volatility or leveraged ETF blowups—risks already demonstrated by GraniteShares’ 3x Short AMD ETP, which lost 88.9% in a single day and was liquidated in October.


The Crypto ETF Rotation

Within the broader ETF boom, a striking divergence is playing out in cryptocurrency funds.

BlackRock’s IBIT attracted $25.4 billion despite a -9.6% return—the only negative performer among the top 10 flow leaders. Balchunas called it “Boomers putting on a HODL clinic.” But the tide turned after Bitcoin’s 30% drop from its October high. IBIT recorded five consecutive weeks of outflows totaling $2.7 billion. Ethereum ETFs followed with seven straight days of outflows in December, totaling $685 million.

The opposite emerged in newly launched altcoin ETFs. US spot XRP ETFs, debuting November 13, recorded 28 consecutive trading days of net inflows—unmatched by any crypto ETF at launch. Cumulative inflows reached $1.14 billion with zero outflow days. Still, the daily pace—mostly $10-50 million—pales compared to Bitcoin ETFs, which regularly drew $500 million or more in their early days.

Solana ETFs attracted $750 million despite SOL’s 53% price decline—though unlike XRP, they experienced several outflow days in late November and early December.

BTCETHXRPSOL
YTD Inflows$25.4B$10.3B$1.14B$750M
Dec 1-24-$629M-$512M+$470M+$132M
Notable5-week outflows7-day outflows28-day inflow streakInflows despite -53%
Source: BeInCrypto

December crystallized this rotation. Through December 24, Bitcoin ETFs shed $629 million, while Ethereum lost $512 million; XRP added $470 million, and Solana gained $132 million.


Structural Shift or Temporary Adjustment?

Those arguing for structural change point to regulatory clarity—XRP’s SEC lawsuit concluded in August with a $125 million settlement, classifying it as a non-security. Utility narratives are also gaining traction: XRP’s cross-border payments and Solana’s DeFi ecosystem offer applications beyond “digital gold.”

Skeptics caution that XRP and SOL’s consistent inflows may reflect a “honeymoon effect” typical of new ETF launches. Despite record ETF inflows, XRP remains 50% below its July peak, and SOL has dropped 53% since October—a disconnect some attribute to year-end profit-taking and to whales distributing holdings offsetting institutional demand.


2026 Outlook

With dozens of crypto ETF applications still awaiting SEC review, more altcoin products are expected in 2026.

The ETF market’s “perfect year” will be remembered alongside correction warnings. But the rotation within crypto ETFs suggests institutional investors are becoming selective—moving beyond Bitcoin and Ethereum toward assets with regulatory clarity and real-world utility. Whether this trend continues will be a key indicator for the broader market’s direction.

The post US ETF Market Hits Triple Crown While BTC Bleeds and XRP Soars appeared first on BeInCrypto.

Nvidia Absorbs Another Rival for $20B, Boosting Decentralized AI

25 December 2025 at 08:53

NVIDIA has agreed to pay approximately $20 billion to acquire assets from artificial intelligence chip startup Groq, marking the company’s largest transaction on record and continuing its strategy of absorbing potential competitors before they can challenge its market dominance.

The chipmaker’s latest licensing deal mirrors a similar transaction just three months ago, reinforcing the narrative that decentralized AI infrastructure may offer the only alternative to Nvidia’s growing dominance.

Threefold Premium in Three Months with Trump Jr. Connection

The deal closed just three months after Groq raised $750 million at a $6.9 billion valuation—a round that included BlackRock, Samsung, Cisco, and 1789 Capital, where Donald Trump Jr. serves as a partner. Nvidia is acquiring all of the company’s assets substantially, except its cloud computing business, though Groq framed the transaction as a “non-exclusive licensing agreement.”

Groq CEO Jonathan Ross, a former Google engineer who helped create the search giant’s Tensor Processing Unit, will join Nvidia along with president Sunny Madra and other senior executives. The startup will continue operating independently under CFO Simon Edwards as its new chief executive.

A Repeating Playbook

The Groq transaction follows a pattern Nvidia established just three months earlier. In September, the company paid over $900 million to hire Enfabrica’s CEO and employees while licensing the startup’s technology. Both deals use licensing structures rather than outright acquisitions, potentially avoiding the antitrust scrutiny that blocked Nvidia’s $40 billion bid for Arm Holdings in 2022.

The Kobeissi Letter summarized Nvidia’s approach bluntly: “We will buy you before you can compete with us.”

Nvidia's newest strategy:

"We will buy you before you can compete with us."

There has never been a company like Nvidia. https://t.co/wsbuAgIqyM

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 24, 2025

Technical Edge and Competitive Pressure

Groq’s Language Processing Unit uses on-chip SRAM rather than external DRAM, enabling what the company claims is up to 10x better energy efficiency. This architecture excels at real-time inference but limits model size—a tradeoff Nvidia can now explore within its broader ecosystem.

The timing is notable. Google recently unveiled its seventh-generation TPU, codenamed Ironwood, and released Gemini 3, trained entirely on TPUs, to top benchmark rankings. Nvidia responded on X: “We’re delighted by Google’s success… NVIDIA is a generation ahead of the industry—it’s the only platform that runs every AI model.” When incumbents start issuing such reassurance statements, competitive pressure is clearly mounting.

Implications for Decentralized AI

While the deal has no direct impact on cryptocurrency markets, it reinforces the narrative driving decentralized AI computing projects. Platforms like io.net position themselves as alternatives to centralized AI infrastructure.

“People can put their own supply onto a network, whether that’s data centers or yourself with your laptop, contributing your available GPU power, and getting fairly compensated for it using tokenomics,” Jack Collier, io.net’s Chief Growth Officer, told BeInCrypto. The platform claims enterprise clients, including Leonardo.ai and UC Berkeley, have achieved significant cost savings.

However, the gap between narrative and reality remains wide. Nvidia’s acquisition of Groq’s low-latency technology further extends its technical lead, making it harder for any alternative to offer competitive performance.

The transaction also raises questions about independent AI chip development. Cerebras Systems, another Nvidia competitor preparing an IPO, may eventually face similar pressure. Whether it can remain independent or succumb to Nvidia’s financial gravity remains to be seen.

The post Nvidia Absorbs Another Rival for $20B, Boosting Decentralized AI appeared first on BeInCrypto.

Canton’s CC Token Jumps on Christmas Eve as Institutions Drive the Privacy Narrative

25 December 2025 at 07:31

Canton’s CC token emerged as the top gainer in the crypto market on Christmas Eve, rising more than 25% in 24 hours despite thin holiday liquidity and broadly bearish sentiment. The rally pushed CC ahead of major assets and privacy coins.

The move was not driven by retail hype or seasonal speculation. Instead, it reflected a growing institutional narrative around real-world asset (RWA) tokenization and regulatory clarity—two themes that have gained traction into year-end.

Top Gainers in the Crypto Market on Christmas Eve 2025. Source: CoinGecko

Institutional Tokenization Fuels Canton Token Rally

At the center of the rally is Canton Network, a privacy-enabled Layer-1 blockchain designed specifically for regulated financial institutions. 

Unlike public DeFi chains, Canton allows institutions to transact on-chain while keeping sensitive data private. This is a key requirement for banks, clearing houses, and asset managers.

Canton’s utility token, CC, is used for transaction fees, network security, and validator incentives. Its value is tied less to retail activity and more to institutional usage

That’s why price moves are highly sensitive to infrastructure-level developments.

Momentum accelerated after DTCC (Depository Trust & Clearing Corporation) confirmed progress on tokenizing DTC-custodied US Treasury securities on the Canton Network. 

Minting and using U.S. Treasuries on Canton is coming in 2026, enabling tokenized USTs to be exchanged in near-real-time with stablecoins and other digital assets – all with the privacy and controls regulated markets demand.

A major unlock for global collateral mobility to… pic.twitter.com/XnvdprRq7X

— Canton Network (@CantonNetwork) December 17, 2025

The initiative follows a regulatory green light from the US SEC, which issued a non-action letter allowing DTCC to proceed with live tokenization infrastructure.

That development marked one of the clearest regulatory endorsements yet for on-chain Treasuries. 

As a result, markets began repricing Canton as core infrastructure rather than a speculative blockchain project.

Earlier in December, Canton also deepened its RWA stack through a partnership with RedStone, which became its primary oracle provider. 

The integration enables real-time, compliant price feeds for tokenized assets, bridging institutional markets with DeFi without compromising privacy.

Together, these developments position Canton as a settlement layer for trillions of dollars in traditional financial assets. 

Industry estimates place more than $300 billion in daily transaction volume already flowing through applications built on the network.

Canton CC Token Weekly Price Chart. Source: CoinGecko

Importantly, the rally came during a low-liquidity holiday session. That context amplified the move but also highlighted where capital is concentrating ahead of 2026: compliant tokenization infrastructure.

While broader crypto markets remain cautious, CC’s performance underscored a growing divergence. 

I’ve come to realize $CC is useless. Also it seems to be inflationary with never ending supply.

Is what I’m hearing often in comments. Let’s clarify.@CantonNetwork has implemented something called BME (Burn-Mint-Equilibrium).

1) Equilibrium in Practice:
• Annual target:… https://t.co/kMAuMCAh7q

— Heslin Kim (@HeslinKim) December 24, 2025

Investors are increasingly differentiating between speculative tokens and protocols tied directly to regulated financial adoption.

On Christmas Eve, Canton sat firmly in the latter camp—and the market reacted accordingly.

The post Canton’s CC Token Jumps on Christmas Eve as Institutions Drive the Privacy Narrative appeared first on BeInCrypto.

Quantum Computing and Cryptocurrency: A Strong Match or Critical Danger?

25 December 2025 at 06:47

There’s always something to be worried about in the crypto space. Whether a failing exchange or changes in a regulatory environment, crypto has largely sailed strongly over the past year, despite the latest bearish sentiment.

However, some still see a challenge on the horizon: quantum computing.

Is Quantum Computing the Doomsday for Crypto?

Quantum computing technology can be thousands of times faster than conventional computing. Some early quantum tests have solved equations that would have taken a traditional computer thousands years.

On paper, that sounds bad for cryptocurrencies. In theory, a quantum computer would be able to crack SHA256, the protocol protecting Bitcoin’s ledger.

Bitcoin & Quantum Risk

Debating the potential risks quantum computers could pose to Bitcoin and how Bitcoin could mitigate that risk is nothing new

In 2008, several leading cryptographers, including Daniel Bernstein, published "Post-Quantum Cryptography"

🧵

[1/13] pic.twitter.com/k9wlpuFrkx

— BitMEX Research (@BitMEXResearch) December 23, 2025

While headlines often frame quantum computing and Bitcoin as adversaries locked in an inevitable showdown, a more nuanced perspective reveals these technologies as potential partners in advancing digital security and computational efficiency. 

In fact, as early crypto investor and enthusiast Charlie Shrem commented in early December at Moneyshow: 

“Quantum computing and crypto are complementary technologies.”

In short, rather than spelling doom for cryptocurrency, quantum computing could catalyze Bitcoin’s evolution into a more robust, secure, and scalable system.

The Opportunity For Crypto as Quantum Develops

Bitcoin’s open-source nature fosters collaboration among cryptographers, developers, and academics, ensuring that solutions can be rigorously tested and deployed. 

The challenge offered by quantum computing, rather than being purely destructive, serves as an impetus for strengthening Bitcoin’s cryptographic foundations. 

The Bitcoin Quantum Leap: Quantum computing won’t break Bitcoin—it will harden it. The network upgrades, active coins migrate, lost coins stay frozen. Security goes up. Supply comes down. Bitcoin grows stronger.

— Michael Saylor (@saylor) December 16, 2025

The crypto community is actively developing quantum-resistant signature schemes. That includes Lamport signatures, which would be implemented through backward-compatible soft forks similar to the successful 2021 Taproot upgrade. 

This evolutionary approach demonstrates how quantum computing’s emergence drives innovation rather than obsolescence. And as technologies continue to innovate, they continue to thrive – good news for Bitcoin.

The transition to post-quantum cryptography represents more than defensive positioning. 

“Quantum computing utiizes fundamental principles of nature, which in turn make it likely to support, rather than work against bitcoin,” states Shrem.

The US National Institute of Standards and Technology’s recent standardization of quantum-resistant cryptographic algorithms marks a significant milestone.

That’s because algorithms like CRYSTALS-Kyber provide new security frameworks that benefit the entire digital ecosystem. 

Cryptocurrencies from Bitcoin on down can adopt these advances, transforming from merely quantum-vulnerable to fundamentally quantum-proof, setting new standards for digital asset security.

Meanwhile, researchers have built and tested a blockchain that can only be mined using quantum computers. This marks the first real-world application of quantum supremacy in blockchain technology. 

This prototype, tested across four geographically distributed quantum processors, introduces “proof of quantum work” as an alternative to traditional proof-of-work systems. 

Discussions around the quantum threat in Bitcoin peaked December 2024.

It's peaking again exactly one year later.

Sentiment? Actually more positive this time.

Some narratives run on a schedule. pic.twitter.com/FKyNhrRQoH

— Perception 🌐 (@BTCPerception) December 22, 2025

The Quantum Solution for Blockchain

Unlike Bitcoin’s energy-intensive mining, which consumed 176 terawatt-hours of electricity in 2024, quantum blockchain systems achieve higher mining efficiency through quantum mechanics.

Quantum computing offers potential solutions to blockchain challenges by providing significant speedup in transaction processing. 

For instance, while Bitcoin’s consensus mechanisms are secure, they can be slow and resource-intensive. Quantum computers could optimize consensus algorithms, validate transactions more efficiently, and address scalability issues that have long plagued blockchain networks. 

This computational power could enable Bitcoin to process thousands more transactions per second without compromising decentralization.

Quantum-enhanced blockchain systems leverage quantum key distribution and quantum random number generation to achieve superior security, preventing data breaches and unauthorized access. 

In other words, rather than replacing Bitcoin’s security, quantum technologies can augment it. 

Quantum key distribution offers theoretically unbreakable encryption for securing Bitcoin wallets and transactions, while quantum random number generators ensure the creation of truly unpredictable private keys.

The Quantum Computing Threat

Every few weeks the same tired narrative resurfaces: “Quantum computing is going to break Bitcoin.”

Every time it spreads, it’s the same routine – loud voices, shallow understanding, and zero connection to the actual science.

Here’s the facts:… pic.twitter.com/xkfMS26XSA

— The White Whale (@TheWhiteWhaleV2) December 1, 2025

The convergence of these technologies creates opportunities for hybrid systems. That could include quantum tokens to provide an additional privacy layer within a specialized blockchain application. 

This complementary approach allows Bitcoin to incorporate quantum advantages while maintaining its proven decentralized structure.

The quantum challenge has united the cryptocurrency community in unprecedented ways. 

Blockchain analytics providers are preparing to support quantum-resistant address formats and transaction types to ensure continuity of compliance and quantum security monitoring capabilities.

This coordination extends beyond cryptocurrencies themselves. It includes exchanges, wallet providers, research institutions, and regulatory bodies working together to ensure the entire ecosystem transitions smoothly.

The blockchain industry is proactively addressing quantum threats with quantum-resistant tokens and post-quantum cryptography, with projects leading the charge in lattice-based cryptography and hash-based methods. 

This competitive innovation benefits crypto as a whole. That’s because successful quantum-resistant implementations in other projects help successful crypto projects evolve. The shared challenge creates a rising tide that lifts all boats.

“We haven’t even scratched the surface yet of what’s possible,” notes Shrem. “Quancum computing is turning into a new kind of computer, and we need to think about what that fully means.”

Quantum’s Path Forward for Crypto

The relationship between quantum computing and cryptocurrency need not be antagonistic. 

Timeline estimates suggest a 5 to 15-year window before quantum computers pose direct threats to current crypto standards, providing ample time for preparation. 

Quantum blockchains could open the doors for applications in fields requiring high-level security and computational power. That includes secure voting systems, supply chain management, and healthcare data sharing.

Bitcoin’s decentralized governance and adaptive nature position it well to incorporate quantum advantages. 

As quantum computing matures, all cryptocurrencies can integrate quantum-resistant cryptography, leverage quantum-enhanced mining efficiency, and adopt quantum security protocols. 

The result would be a cryptocurrency ecosystem that’s more secure, efficient, and scalable than ever before—not despite quantum computing, but because of it. 

This symbiotic relationship represents not the end of Bitcoin, but rather the beginning of its quantum-powered future.

The post Quantum Computing and Cryptocurrency: A Strong Match or Critical Danger? appeared first on BeInCrypto.

Americans Want Crypto for Christmas—Even as Inflation Squeezes Budgets

25 December 2025 at 05:43

Americans are feeling the pressure of higher living costs, but they are not stepping away from crypto. 

A new holiday spending survey from Visa Inc. shows a growing appetite for digital assets as gifts, even as inflation continues to limit disposable income and keep consumers cautious. The contrast highlights a deeper shift in how households adapt when money feels tight.

Inflation Is Cooling, but Budgets Still Feel Tight

Inflation has eased from its post-pandemic peak, but prices remain elevated across essentials such as housing, food, insurance, and utilities. 

Wages have broadly kept pace with inflation, preventing a sharp drop in purchasing power. Still, the margin is thin. 

After covering necessities, many households have less flexibility for investing or discretionary spending than they did before 2022.

US energy inflation is accelerating:

CPI energy prices jumped +4.2% YoY in November, the fastest pace since February 2023.

This marks the 2nd-consecutive acceleration, following a +2.8% YoY increase in September.

The surge was driven by fuel oil, electricity, and utility gas… pic.twitter.com/nXS30Km6fI

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 23, 2025

This environment has not stopped spending outright. Instead, it has changed behavior. Consumers shop earlier, compare prices more aggressively, and rely on technology to stretch each dollar further. 

Financial confidence remains fragile, but economic participation continues. That caution shows up clearly in how people spend—and what they choose to buy.

US Job Growth Over the Years. Source: X/Jed Kolko

Crypto Emerges as a “Lean Budget” Gift

Visa’s December survey reveals that 28% of Americans would be excited to receive crypto as a holiday or Christmas gift, a figure that jumps to 45% among Gen Z

The appeal is not about luxury. It reflects a preference for assets that feel flexible, digital-first, and potentially long-term in value.

At the same time, 47% of US shoppers reported using AI tools to assist with holiday purchases, primarily to find gift ideas and compare prices. This signals a consumer mindset focused on optimization rather than excess.

Could crypto replace holiday cash? More than one-in-four US adults, and nearly half of Gen-Z adults, say they would be excited to receive cryptocurrency as a gift, according to a survey from Visa and Morning Consult https://t.co/xhU2SfJpch pic.twitter.com/RUtS7aKSMP

— Reuters (@Reuters) December 5, 2025

Younger shoppers lead the shift. Gen Z respondents show higher adoption of crypto payments, digital wallets, biometric authentication, and cross-border shopping than any other age group. 

For them, crypto fits naturally into a broader digital financial identity.

The data suggests crypto gifting is not crowding out essentials. Instead, it replaces traditional discretionary items at a time when consumers remain selective.

What This Says About the US Economy

The combination of easing inflation and persistent budget pressure points to a cautious but stable economy. 

Americans are not retreating, but they are adapting. Spending continues, yet it leans toward tools and assets that promise efficiency, optionality, or future upside.

Crypto’s growing acceptance as a gift—despite tighter disposable income—signals cultural normalization rather than speculative exuberance. 

It also helps explain why digital assets continue to attract interest even during periods of economic restraint.

For markets, the message is clear. Inflation may be cooling, but confidence has not fully returned. 

In that gap, technology and alternative assets are filling a role that traditional consumption no longer does.

Americans may feel stretched, but they are still betting—carefully—on the future.

The post Americans Want Crypto for Christmas—Even as Inflation Squeezes Budgets appeared first on BeInCrypto.

❌