Normal view

Received — 17 December 2025 Tech News & Update

WiFi Lemot Saat Hujan Lebat atau Badai? Ini Penjelasannya

16 December 2025 at 22:52

Foto: Freepik

Teknologi.id - Di era digital ini, koneksi internet yang stabil merupakan kebutuhan dasar untuk produktivitas profesional dan kesenangan pribadi. Bagaimanapun, banyak dari kita yang merasa frustasi pada video yang buffering atau ketika Zoom di cuaca yang buruk. Saat WiFi tidak bekerja, kita sering menyalahkan service provider, tapi penyebab aslinya sering kali atmosfir itu sendiri. Memahami bagaimana cuaca dapat memengaruhi sinyal WiFi adalah langkah pertama untuk membangun rumah atau jaringan bisnis yang lebih tangguh.

Campur Tangan Sains: Apakah WiFi Lemot Disebabkan Cuaca?

Jawaban singkatnya, ya. Sinyal WiFi pada dasarnya adalah gelombang radio yang bisa diserap, dipantulkan, atau diacak-acak lingkungan. Musuh terbesar sinyal adalah kelembapan. Baik hujan, salju, atau kelembapan tinggi, partikel air dapat mengganggu transmisi gelombang radio, sehingga menyebebabkan koneksi lemah dan putus-putus.

Baca juga: Waspada! Jabodetabek Dikepung 3 Siklon Aktif: Ini Alasan Cuaca Terasa Makin Ekstrem

Hujan, Kabut, dan Kelembapan

Hari yang turun hujan mungkin nyaman, tetapi momen itu yang memperlabat kecepatan internet. Air hujan menyerap dan menguraikan sinyal nirkabel, terutama yang beroperasi di frekuensi yang lebih tinggi seperti 5GHz. Karena 5GHz memberikan kecepatan tetapi jarak yang lebih pendek, yang lebih sensitif terhadap cuaca lembap.

Kabut dan kelembapan tinggi serupa dalam melemahkan sinyal. Kabut tebal meningkatkan konsentrasi air di udara, yang berperan sebagai pembatas untuk frekuensi radio. Dampaknya akan cukup terasa di WiFi setup di ruangan terbuka, seperti konser, stadion, atau sistem keamanan.

Untuk mengatasinya, pastikan router diletakkan di tempat yang tinggi dan terpusat. Hal ini akan mengurangi jarak yang harus dilewati sinyal melalui udara lembab dan mengurangi gangguan dinding eksternal.

Badai: Gangguan Elektromagnet dan Gelombang Daya

Foto: Freepik

Badai dapat menjadi ancaman ganda pada koneksi anda.

  1. Electromagnetic Interference (EMI/ Gangguan Elektromagnet): Petir dapat menyebabkan elektromagnet kuat dan mengganggu frekuensi radio pada WiFi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan mendadak dan sinyal hilang total saat puncak badai.
  2. Kerusakan Fisik: Sambaran petir dapat menyebabkan kenaikan daya listrik yang besar melalui saluran listrik, sehingga merusak peralatan listrik anda, seperti membakar router, modem, dan perangkat yang terhubung secara instan.

Solusinya, gunakan pelindung gelombang listrik dengan filter EMI/RFI. Untuk keamanan maksimal saat badai petir, cabut semua router dan modem anda.

Suhu Ekstrem

Cuaca bukan hanya air, suhu ekstrim juga memainkan peranan penting. Di cuaca panas ekstrim, sinyal WiFi dapat memantulkan gelombang panas di atmosfir, sehingga menyebabkan distorsi sinyal. Di samping itu, router merupakan perangkat listrik yang membentuk panasnya sendiri. Dalam ruangan panas tanpa ventilasi, router dapat "membatasi" kecepatannya atau bahkan mematikannya untuk mencegah peleburan internal.

Sebaliknya, suhu dingin dapat merusak infrastruktur fisik. Membuat kabel dan konektor rapuh, menyebabkannya mudah retak. Di beberapa kejadian, kelembapan dapat masuk melalui retakan dan membeku, menyebabkan kegagalan permanen.

Jalan keluarnya, simpan router di area yang berventilasi dan jauh dari sinar matahari langsung. Untuk jaringan outdoor, gunakan alat kelas industri yang tahan segala macam cuaca untuk bertahan dari suhu yang naik-turun.

Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem! Google Maps Tambahkan Fitur 'Lapor Cuaca Buruk' untuk Pengguna

Angin dan Alam Adalah Penghalang WiFi

Angin kencang tidak "meniup" sinyal secara langsung, namun menyebabkan kerusakan fisik. Hembusan kencang dapat merubuhkan pohon atau menggoyang ranting, sehingga membuat rintangan fisik yang menutup alur sinyal. Angin juga dapat mengendurkan antena luar ata merusak kabel yang terhubung properti pada jaringan internet yang lebih luas.

Maka dari itu, sering-seringlah membersihkan debu dan dedaunan dari peralatan outdoor anda dan pastikan semua antena terpasang dengan kencang untuk meminimalisir kendur.

Solusi Profesional

Untuk bisnis dan acara, masalah terkait WiFi sangat tidak nyaman dan merupakan resiko finansial. Pengecer bergantung pada sistem point-of-sale berbasis cloud dapat kehilangan penjualan secara instan jika badai memutuskan koneksi mereka. Sebagai pencegahan, pelaku bisnis harus memikirkan:

  • Menyewa Jaringan Internet: Tidak seperti broadband tradisional, jaringan internet sewaan menyediakan koneksi internet kecepatan tinggi yang lebih tahan gangguan cuaca.
  • Survei Profesional WiFi: Survei akan menilai lingkungan lingkungan anda untuk mengidentifikasi kerentanan, seperti area yang rawan menyerap sinyal atau paparan fisik.
  • Jaringan yang Berulang: Dengan mengimplementasikan sistem backup, hotspot atau jaringan sekunder, akan memastikan koneksi dapat digunakan meskipun jaringan utamanya gagal.

Kita tidak dapat mengendalikan cuaca, namun kita dapat membuat aktivitas digital kita weatherproof. Memahami dampak kelembapan, EMI, dan suhu, lalu mengambil langkah proaktif akan menjaga kestabilan dan kemanan pengalaman online.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Trump Percepat Adopsi AI Pemerintah, Gandeng Raksasa Teknologi untuk Saingi Cina

16 December 2025 at 22:03

Foto: wsj

Teknologi.id -  Gedung Putih di bawah Trump sedang mengintegrasikan Artificial Intelligence (AI) secara agresif ke strategi komunikasinya, langkah yang dianggap petinggi memiliki potensi untuk mengubah kenyataan. Pendekatan ini mengizinkan pemerintahannya untuk mendominasi percakapan publik dan menyebarkan pesan dengan cepat ke seluruh platform resmi Gedung Putih dan milik Presiden Trump.

"Kami akan memanfaatkan semua alat yang kita bisa—bahkan jika menggunakan AI—untuk mengisi konten kami," ucap perwakilan Gedung Putih secara anonim.

Penggunaan AI menandai kali pertama akun kepresidenan memanfaatkan teknologi secara resmi. Gambar dapat digenerasikan dalam beberapa menit—seperti Trump yang dibuat seperti Jedi gagah, atau Gedung Putih yang memiliki lengkungan McDonald's akan menggantikan tugas desainer grafis selama berjam-jam.

"Seperti, apakah anda ingin menghabiskan delapan di Photoshop melakukan edit grafis, atau apakah anda ingin mengabiskan lima menit di AI dan melakukan edit grafis? Itu menghemat waktu kami, membuat kami lebih gesit. Jadi, AI mempersingkat banyak hal bagi kami," jelas seorang petinggi.

Juru bicara Gedung Putih, Liz Huston memperkuat pendekatan tersebut, Ia menjelaskan, "Gedung Putih memiliki  strategi komunikasi dengan gaya otentik dan tiada bandungannya karena dipimpin oleh komunikator terhebat dalam sejarah Politik Amerika—Presiden Donald J. Trump."

Baca juga: Trump Ungkap Niat Ingin “Bantu China”, Benarkah Perang Dagang Telah Usai?

Dilema Etis: Peningkatan vs. Manipulasi

Banyaknya penggunaan konten AI-generated oleh pemerintahan tertinggi memunculkan kekhawatiran etika. Teoris AI, John Nosta. mempertanyakan tentang dilewatinya batasan moral.

"Zona abu-abunya adalah, apakah ini komunikasi yang ditingkatkan atau komunikasi yang dimanipulasi?" tanyanya.

Saat ini gambar AI dari pemerintahannya belum dirancang untuk benar-benar menipu, Nosta berargumentasi kalau manipulasi yang lucu saja termasuk problematik, terutama jika manipulasi tersebut mengubah kenyataan. "Umumnya, informasi yang disebarkan Gedung Putih harus sesuai dengan standar etika tertentu," tukasnya.

Sejarawan kepresidenan, Tevi Troy mengubungkan garis paralel dengan perubahan teknologi masa lalu, menekankan kampanye politik yang cepat beradaptasi dengan teknologi biasanya lebih maju, mengutip pemanfaatan radio di masa kampanye Franklin Roosevelt dan pemanfaatan TV di masa John F. Kennedy. Namun, Troy juga memperingatkan munculnya perangkap: "Dalam pekerjaan saya, saya terkadang melihat konten yang digenerasikan AI memiliki halusinasi."

Menemukan Budayanya

Meskipun adanya pertanyaan etis dan konseptual mengenai perubahan realita, tim Trump melihat adopsi AI besar-besaran ini penting untuk dua alasan: terhubung dengan anak muda Amerika dan meyakinkan kalau pesan mereka tercapai di lanskap media yang lebat dan modern. Pilihan strategi ini dianggap vital untuk menjaga relevansi di budaya kontemporer.

Sebuah sumber yang dekat dengan Gedung Putih menekankan konteks sejarah, mengatakan kalau partai Republik dianggap lebih lambat untuk terlibat dalam budaya modern di beragam generasi. Faktor uniknya kini, yang dijelaskan oleh sumber tersebut, presiden berusia 79 tahun mendukung staffnya yang lebih muda, terutama mereka yang berumur 20-an, untuk memanfaatkan alat baru untuk "meet the moment and to meet the culture (temukan momennya untuk menemukan budayanya)". Kemauan untuk merangkul tren terkini terlihat menguntungkan bagi partainya.

Selagi mengakui bahwa beberapa meme dan strategi yang digenerasi AI bisa "melewati batas," sumber tersebut menjaga agar konten yang disajikan efektif, menarik, dan superior dibandingkan yang digenerasikan demokrat. Sudut pandang ini memperkuat pendapat kalau pemerintahan mengakui AI penting untuk masa kini dan masa depan.

Meski begitu, bahkan para pendukung pun menekankan pentingnya implementasi yang hati-hati. Colton Malkerson, co-founder platform teknologi AI Edgerunner, setuju bahwa penggunaan teknologi ini oleh Gedung Putih merupakan perkembangan yang positif. Namun, ia mengingatkan bahwa—seperti teknologi baru lainnya—teknologi ini harus diterapkan dengan bijak, terutama terkait kebutuhan akan “akurasi, keandalan, [dan] kejujuran” dalam penerapannya.

Baca juga: Aturan Visa H-1B Baru Trump Ancaman Serius bagi Perusahaan Teknologi AS

Dorongan Federal AI: U.S. Tech Force

Foto: US Tech Force

Selain komunikasi, pemerintahan Trump fokus dalam meluncurkan AI di seluruh pemerintahan federal. Mengikuti perintah eksekutif yang bertujuan untuk membatasi rintangan ke inovasi AI, pemerintahan memperkenalkan inisiatif "U.S. Tech Force (Pasukan Teknologi AS)".

Diumumkan pada hari Senin (15/12/2025), inisiatif ini bertujuan untuk merekrut sekitar 1.000 teknisi dan spesialis untuk menjadikan infrastruktur teknologi pemerintah yang modern, berfokus pada implementasi AI, bekerja dengan tim yang melaporkan langsung ke para pemimpin lembaga.

Dorongan ini melibatkan kolaborasi dengan mitra swasta besar, termasuk Amazon Web Services, Apple, Google Public Sector, Microsoft, Nvidia, dan OpenAI.

Inisiatif ini menyoroti komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur AI dan bersaing dengan Cina. Gaji tahunan para spesialis ini diperkirakan mencapai $150.000 sampai $200.000 (Rp2,5 M - Rp3,3 M), ditambah benefit, mencerminkan usahanya untuk meraih talenta teknologi teratas ke dalam pelayanan pemerintah.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 16 December 2025 Tech News & Update

Update Terbaru Google Translate: AI, Streak, Sampai Live Translate

15 December 2025 at 23:01

Foto: Google

Teknologi.id -  Google membuat terobosan baru pada alat penerjemahnya, Google Translate. Menekankan komunikasi yang tidak terbatas pada kata-kata, tetapi juga pada penyampaian kata, Google Translate melakukan perubahan besar, menyatukan kemampuan AI Gemini untuk menyampaikan terjemahan yang lebih alami, akurat, dan tetap menjaga nada percakapan. Update terbaru ini mencakup terjemahan teks, menambahkan fitur penerjemahan secara real-time, dan memperluas alat untuk belajar bahasa.

Terjemahan Pintar dan Natural Didukung Gemini

Google Translate akan secapatnya merilis terjemahan berkualitas teknologi terkini di mesin pencarian Google dan aplikasinya. Perkembangan ini dibuat langsung pada kemampuan canggih Gemini, mengizinkan sistemnya untuk menerjemahkan lebih dari sekadar kata-per-kata dan fokus ke arti dan konteks sesungguhnya.

Kemajuan utamanya menargetkan kalimat yang memiliki beragam arti, seperti peribahasa, ungkapan lokal, atau slang (bahasa gaul). Contohnya, jika pengguna mencoba menerjemahkan peribahasa bahasa Inggris "stealing my thunder (mencuri kerja keras saya)", Gemini akan memproses konteksnya untuk memberikan terjemahan yang akurat dan natural sesuai dengan maksud peribahasa tersebut daripada terjemahan langsung, seperti "mencuri gunturku".

Perbaruan penting ini akan dimulai pada Senin (15/12/2025) di AS dan India, mendukung penerjemahan Bahasa Inggris dan sekitar 20 bahasa lainnya. Termasuk bahasa-bahasa yang lumrah digunakan seperti Spanyol, Hindi, Cina, Jepang, dan Jerman. Pengguna dapat mengakses terjemahan pintar ini di seluruh platform: aplikasi Google Translate (Android dan iOS) dan web.

Baca juga: Apple Imbau Pengguna iPhone dan Mac untuk Hindari Google Chrome, Apa Alasannya?

Mendengar dan Memahami Dunia Secara Real-Time

Fitur baru berdasarkan kemampuan terjemahan bahasa asli speech-to-speech Gemini merupakan pengalaman baru yang membiarkan pengguna untuk mendengar terjemahan real-time secara langsung melalui headphone mereka. 

Pengalaman terjemahan langsung ini dirancang agar sangat natural. Tugas utamanya adalah untuk menjaga nada asli, penekanan dan alur pembicara, membuatnya lebih mudah untuk pendengar saat mengikuti percakapan dan mengetahui siapa yang mengatakan apa.

Penggunaan Live Translation:

  • Melakukan percakapan langsung dengan bahasa lain.
  • Mendengarkan pidato atau perkuliahan luar negeri saat bepergian.
  • Menonton TV atau film asing dengan terjemahan natural dan real-time.

Pengguna dapat mengaktifkannya melalui aplikasi Translate, dengan meng-klik "Live Translate", dan mendengarkan bahasa yang dipilih.

Menyusul uji cobanya yang sukses, beta ini sekarang tersedia secara luas. Aplikasi Translate telah tersedia pada Android di AS, Meksiko, dan India, dan dapat digunakan dengan headphone apapun.

Yang terpenting, fitur mendukung lebih dari 70 bahasa saat peluncuran. Google berencana untuk membawakan kemampuan ini ke iOS dan negara-negara lain di tahun 2026. Pengguna dimotivasi untuk mencoba beta Android dan memberikan umpan balik lewat alat yang ada di dalam aplikasi dan membantu memperbaiki model tersebut.

Baca juga: Kabar Baik! Google Perpanjang Garansi Perbaikan untuk Pixel 9 Pro, Pro XL, dan Fold

Memperluas Belajar Bahasa dan Konsistensi

Foto: Google

Aplikasi Translate ini menjadi alat belajar bahasa yang lebih kuat, dengan kemampuan yang diperluas dan mekanisme untuk memberi masukan dan mendukung latihan pengguna.

Peningkatan pentingnya adalah perkenalan umpan balik yang lebih baik, menawarkan tips bermanfaat berdasarkan latihan berbicara pengguna. Selain itu, Google menambahkan fitur motivasi untuk membantu pengguna mencapai tujuan belajar mereka: melacak sudah berapa hari berturut-turut mereka sudah belajar (streak) Progres ini dan pelacak konsistensi memberikan visual jelas yang mewakili perkembangan seiring waktu.

Perkembangan alat belajar bahasa ini diluncurkan ke hampir 20 negara lain, termasuk Jerman, India, Swedia, dan Taiwan. Hal ini membolehkan lebih banyak orang untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui skenario yang sudah disiapkan. Bahasa-bahasa yang dapat digunakan untuk berlatih mencakup:

  • Bahasa Inggris ke Jerman dan Portugis.
  • Bengali, Cina Mandarin (disederhanakan), Belanda, Jerman, Hindi, Italia, Romania, dan Swedia ke Inggris.

Dengan menggunakan model AI yang lebih maju dan memperluas kemampuan belajar bahasanya, Google Translate membuat langkah besar yang tidak hanya menangkap kata-kata yang digunakan, namun juga arti kompleks di belakangnya, membentuk jalan yang lebih berarti dan interaksi antarbudaya yang natural.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Received — 13 December 2025 Tech News & Update

Twitter Bangkit Lagi? Operation Bluebird Ajukan Petisi untuk Rebut Trademark dari X

13 December 2025 at 01:28

Foto: Vecteezy

Teknologi.id -  Bagi banyak pengguna lama, golden era Twitter adalah ketika "tweeting" dianggap sebagai kata kerja yang mendunia, dan platform tersebut terasa seperti area publik yang nyata, namun hal tersebut sudah lama hilang, digantikan dengan aplikasi "serba ada"-nya Elon Musk, X. Meski begitu, terdapat kemungkinan merek orisinal tersebut akan kembali muncul ke permukaan, bukan dipimpin oleh Musk, melainkan oleh tantangan legal.

Sebuah startup Virginia yang menyebut dirinya sebagai "Operation Bluebird" mengambil langkah yang berani. Seperti yang dilaporkan Ars Technica, kelompok tersebut mengajukan petisi formal dengan Kantor Paten dan Merek Dagang AS (USPTO) minggu ini untuk mencabut trademark milik X Corporation terhadap kata "Twitter" dan "tweet". Inti dari argumen tersebut cukup terus terang: X pada dasarnya telah meninggalkan brand Twitter dan tidak lagi aktif menggunakan paten tersebut.

Celah Hukum Untuk Memulihkan Merek

Penemu grup ini, pengacara trademark Stephen Coates, menjelaskan motivasi di balik langkah ini di LinkedIn:

“Setelah 12 bulan bekerja secara diam-diam di Operation Bluebird, kami kini keluar dari mode rahasia untuk membagikan sesuatu yang berani: kami telah mengajukan permohonan untuk mencabut merek dagang TWITTER dan permohonan baru untuk TWITTER dan TWEET. Ini bukan tentang nostalgia. Ini tentang memperbaiki apa yang rusak — karena ruang publik layak diperjuangkan.”

Para penemu Operation Bluebird bukan sekedar penggemar kasual; mereka merupakan pengacara trademark, dengan salah satu dari mereka pernah bekerja untuk Twitter itu sendiri. Strategi mereka adalah untuk memanfaatkan hukum trademark, dengan berargumen bahwa sebuah perusahaan harus menunjukkan penggunaan trademark secara berkelanjutan dalam perdagangan untuk mempertahankan klaim hukumnya. Sejak X merombak mereknya besar-besaran dan meminimalisir penggunaan kata "Twitter" dan "tweet", trademark tersebut secara hukum sudah ditinggalkan.

Jika petisinya berhasil, Operation Bluebird akan merilis platform media sosialnya sendiri di bawah naungan merek sebelumnya, menggunakan URL www.twitter.new. Ini akan menjadi langkah penting untuk maju dan memulihkan seperti apa yang mereka bayangkan dan user experience di platform sebelumnya.

Baca juga: Langgar Aturan EU: Platform X Milik Elon Musk Didenda Rp2 Triliun!

X Harus Membuktikan Penggunaan yang Menerus

Foto: Tangkapan layar twitter.new

Untuk membela propertinya, X harus menunjukkan bukti konkret ke USPTO kalau bahasa ini masih aktif digunakan dalam bisnis dan penawaran. Jika X gagal untuk membuktikannya, mereka akan kehilangan trademark tersebut secara legal, baik Musk setuju atau tidak. Skenario ini akan memperkuat tim Operation Bluebird untuk merilis alternatif Twitter yang otentik, membawakan nama dan konsep tersebut.

Meskipun minat pengguna terhadap platform baru yang potensial ini sudah terlihat—dengan orang-orang mendaftar untuk memesan nama pengguna di twitter.new—pertempuran hukum diperkirakan akan sengit, dan peluang Musk untuk dengan mudah mengalah sangat kecil.

Sejarah Legal Elon Musk

Sangat diragukan bahwa Musk akan membiarkan hilangnya merek yang dikenal secara global tanpa perjuangan hukum yang signifikan. Musk telah berulang kali menunjukkan pendekatan yang protektif dan kadang-kadang balas dendam dalam urusan bisnisnya, sering kali menghabiskan sumber daya besar untuk mempertahankan kendali atas proyek-proyek dan menargetkan mereka yang dianggapnya sebagai lawan.

Contoh utama adalah upaya agresif Musk untuk membatasi tautan ke situs eksternal dari X, terutama ke penerbit yang dia tidak sukai. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan perhatian X itu sendiri, daripada mengalihkan perhatian ke tempat lain. Selain itu, Musk telah mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap Meta terkait pengembangan Threads yang meniru X, dan telah mempertimbangkan tindakan serupa terhadap platform lain yang ia anggap "mencuri".

Baca juga: Serba Ada, Elon Musk Ingin Jadikan X Seperti WeChat

Hal ini menunjukkan bahwa X Corp akan melakukan pertahanan yang kuat terhadap Operation Bluebird, mengubah petisi pencabutan tersebut menjadi perselisihan hukum yang berkepanjangan dan kemungkinan mahal.

Bahkan jika Operation Bluebird akhirnya menang di ranah hukum, tantangan untuk mengembangkan platform sosial baru tetap sangat besar. Meskipun "Twitter" dapat memicu reaksi nostalgia, membangun efek jaringan yang diperlukan dan mencapai keuntungan di pasar yang didominasi oleh X, Threads, dan lainnya akan sangat sulit.

Namun, proyek ini menambahkan lapisan yang menarik dalam lanskap media sosial yang terus berkembang. Ini adalah perkembangan lain yang patut diperhatikan, karena memiliki kemungkinan kecil untuk membawa kembali merek “Twitter”, meskipun dalam bentuk baru dan independen.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Sering Capek? Peneliti Temukan Akar Masalah "Brain Fatigue"

12 December 2025 at 23:26

Foto: Freepik

Teknologi.id -  Selama berpuluh-puluh tahun, para ahli dan peneliti di bidang medis kesulitan untuk menjelaskan, mengukur, dan mengobati kelelahan kognitif, yang sebagian besarnya mengandalkan self-report subjektif tentang kelelahan. Namun, laporan terbaru dari Nature, yang sebagiannya terinspirasi dari komen lelah Grandmaster catur Garry Kasparov setelah kompetisinya melawan Deep Blue dari IBM, menjelaskan alasan metabolis kenapa otak kita kerap kali kehabisan tenaga.

Seorang ahli saraf kognitis, Mathias Pessiglione, direktur penelitian di Paris Brain Institute, memulai jalur analisis ini, dengan menanyakan: "Kenapa sistem kognitif ini rentan terhadap kelelahan?"

Apa Itu Kelalahan Kognitif (Cognitive Fatigue)?

Kelelahan kognitif adalah pengalaman universal: keletihan mental yang menumpuk selama terus menerus, memecahkan masalah, atau membuat keputusan. Hal ini mengurangi fokus, motivasi, pembuatan keputusan, dan meningkatkan kemungkinan untuk membuat kesalahan. 

Dalam lingkungan yang berisiko tinggi, seperti di lingkungan medis, atau saat berkendara—kelelahan ini, terutama saat dicampur kurang tidur, dapat menyebabkan kesalahan fatal bahkan kematian. Akhir-akhir ini, ketertarikan pada bidang ini terus meningkat, sebagian besar karena kelelahan yang amat sangat adalah gejala dari Long COVID, yang memengaruhi sekitar enam dari 100 orang yang terinfeksi. Hal ini memotivasi peningkatan fokus dan pendanaan ilmiah.

Baca juga: MIT Ungkap Rahasia Otak: Melamun Bukan Bosan, Tapi 'Tidur Darurat' Otak!

Akar Metabolisme Kelelahan

Usaha mental bergantung pada kendali kognitif, saat di mana otak mengolah pikiran, beradaptasi dengan situasi baru, dan menekan reaksi otomatis. Saat otak dihadapkan tugas sulit (seperti pemain catur dihadapkan posisi yang tidak familiar atau ketika pengemudi mencoba rute baru), pembiasaan seperti ini meningkatkan aktivitas saraf.

Mempertahankan aktivitas tingkat tinggi semakin lama akan semakin mahal secara metabolik, yang menyebabkan sensasi kelelahan. Pada umumnya, para ilmuwan sepakat kalau kelelahan berfungsi sebagai pelindung, bertindak sebagai sistem yang memperingati otak saat mendekati batas fisiologis dan membutuhkan istirahat.

Penyebab fisiologis ini masih diselidiki, namun peneliti sedang mengeksplor beberapa pemain potensial:

  • Metabolit: Perubahan kadar zat-zat seperti glukosa, laktat, dan glutamat.
  • Neuromodulator: Zat kimia seperti adenosin.
  • Protein: Termasuk faktor neurotrofik yang berasal dari otak (BDNF), yang terlibat dalam proses belajar dan ingatan.
  • Amyloid-β: Fragmen protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer, yang mungkin mengganggu sinapsis atau mengganggu pembersihan glutamat.

Teori Penumpukan Racun

Foto: Freepik

Salah satu teori utama, yang disukai peneliti seperti Clay Holroyd di Ghent University, berpendapat kalau pengerahan mental dapat menyebabkan limbah metabolik yang berbahaya, serupa dengan aktivitas fisik. Kelelahan, menurut teori ini, merupakan mekanisme pertahanan, seperti rasa sakit yang mencegah kerusakan biologis.

Namun, otak memiliki "automatic fail-safe" atau "pengaman kegagalan otomatis": saat seseorang bekerja terlalu keras, biasanya tidur jadi terganggu. Tidur, lebih tepatnya slow-wave deep sleep, berperan sebagai pemelihara otak di malam hari, membersihkan remahan metabolisme dan mengkalibrasi ulang sel untuk memaksimalkan penggunaan tenaga.

Rintangan dalam Pengukuran Objektif

Secara tradisional, kelelahan kognitif diukur menggunakan self-report subjektif atau perubahan kinerja dalam mengerjakan tugas. Keduanya memiliki kekurangan: self-report tidak dapat diandalkan, dan kinerja dapat tertutup oleh faktor-faktor seperti motivasi, rasa bosan, dan metode yang dipelajari (seperti mengotomatisasi gerakan dalam catur).

Untuk menemukan tolak ukur yang lebih baik, peneliti sedang mencoba menghubungkan mekanisme biokimia dengan motivasi. Tim Pessiglione melakukan studi di mana peserta yang menyelesaikan tugas kognitif yang lebih sulit selama beberapa jam cenderung lebih memilih hadiah instan yang lebih kecil, daripada hadiah yang lebih besar namun tertunda. Pergeseran dalam analisis biaya-manfaat ini sejalan dengan penumpukan glutamat yang lebih besar di korteks prefrontal lateral (wilayah otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif).

Baca juga: Waspada! Smartphone di Usia 12 Tahun Picu Depresi, Obesitas, dan Gangguan Tidur

Kelelahan Kronis dan Hubungan Tubuh-Pikiran

Bagi banyak orang, kelelahan terjadi sewaktu-waktu. Namun, dalam kondisi seperti Long COVID, sindrom kelelahan kronis (ME/CFS), depresi, dan Parkinson, membuat tugas sederhana terasa berlebihan. Untuk individual ini, kelelahan kognitif dan fisik dapat dipisahkan.

Penelitian mendukung gagasan bahwa kedua hal tersebut saling berinteraksi: maraton menimbulkan tekanan fisik dan kognitif, dan sebaliknya, stres mental yang ekstrem dapat mengurangi kemauan seseorang untuk melakukan usaha fisik.

Studi lain terus fokus pada peran tidur, stres, peradangan, dan ritme sirkadian. Misalnya, kurang tidur dapat menyebabkan gangguan perhatian sementara yang dikenal sebagai micro-episodes, di mana kelompok kecil neuron secara singkat berhenti berfungsi, menyoroti bahwa istirahat adalah alat pemulihan paling efektif bagi otak.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


OpenAI Rilis GPT-5.2: Klaim Ungguli Profesional & Jadi Model Tercanggih Mereka

12 December 2025 at 22:05

Foto: OpenAI

Teknologi.id -  Beberapa hari setelah "kode merah" internal diumumkan oleh CEO OpenAI, Sam Altman, akibat adanya ancaman kompetitif dari model canggih milik Google, OpenAI mengumumkan kreasi terbarunya: GPT-5.2. Ia menjelaskannya sebagai model paling canggih mereka sejauh ini. GPT-5.2 dirancang secara spesifik untuk menguasai lingkungan profesional dan tugas jangka panjang.

OpenAI menempatkannya sebagai model generasi baru yang leboh cepat dan lebih cakap dibandingkan pendahulunya, menjadikan AI mendekati kemampuan manusia di lingkungan kerja.

Baca juga: OpenAI: ChatGPT Enterprise Bantu Karyawan Hemat Hingga 1 Jam Kerja per Hari

Produktivitas Cepat di Lingkungan Kerja

GPT-5.2 dikatakan dapat mempercepat produktivitas secara cepat. Mengacu dari data pengguna sebelumnya, OpenAI mengatakan perusahaan yang menggunakan ChatGPT Enterprise menghemat 40-60 menit dari waktu kerjanya, sementara mengurangi sampai 10 jam dalam seminggu untuk pengguna intens. Dengan GPT-5.2, keuntungan ini diharapkan dapat meningkat lebih jauh.

Menurut Chief Product Officer, Fidji Simo, GPT-5.2 terhitung superior untuk tugas utama di kantor, termasuk:

  • Memproduksi spreadsheet dan presentasi.
  • Menulis dan memperbaiki kode.
  • Memahami dan menganalisa gambar dan diagram teknis.
  • Memecahkan tugas beberapa langkah tanpa menghilangkan konteks.
  • Menggunakan alat eksternal (seperti pencarian, database, atau perangkat perusahaan).
  • Tolak ukur kinerja dan standar "Pakar Manusia".

OpenAI mendemonstrasikan kekuatan GPT-5.2 melalui pengujian ketat, termasuk evaluasi besar yang disebut GDPval. Uji coba ini mengukur kinerja model AI di 44 peran profesional, dari keuangan dan penjualan sampai desain dan teknisi.

Versi paling cakap model ini, GPT-5.2 'Thinking', dikabarkan menyaingi atau mengungguli profesional di industri dalam 70,9% tugasnnya, hampir dua kali lipat dari model GPT-5 sebelumnya. OpenAI menyatakan model ini menyelesaikan tugas profesional serupa 11 kali lebih cepat dengan harga kurang dari 1% biaya ahli.

Kinerja spesifiknya termasuk:

  • Coding: GPT-5.2 mendapat rekor baru di SWE-Bench Pro, benchmark untuk tugas teknis real-world. Developer mengatakan model ini lebih baik dalam memperbaiki, mengimplementasikan fitur, me-review kode, dan mengelola arus kerja end-to-end dengan kesalahan yang lebih sedikit.
  • Sains dan Matematika: Model ini mencapai 92% akurasi dalam pertanyaan sains tingkat pascasarjana dan mencatat rekor baru dalam soal matematika sulit, setelah digunakan peneliti untuk mengusulkan bukti yang setelah itu divalidasi manusia.

Terobosan Konteks Panjang dan Penggunaan Alat

Foto: CometAPI

Salah satu peningkatannya adalah kemampuannya untuk mengelola teks panjang. Model ini dapat memantau informasi dari ratusan rib token, mencapai akurasi yang hampir sempurna bahkan saat detail relevan tersembunyi jauh di dalam file besar.

Pada evaluasi MRCRv2, GPT-5.2 mencetak rekor baru dalam varian "4-needle", membuktikan kalau model ini dapat memahami dan menyatukan pemahaman konteks di lebih dari 256.000 token (setara sampai 180.000-200.000 kata), kasarnya 2.5 kali rata-rata panjang novel. Hal ini ideal untuk profesional yang bekerja dengan kontrak panjang, makalah penelitian, dokumen legal, atau proyek multi-file.

Di samping itu, kemampuannya untuk mengelola tugas multi-step melibatkan alat eksternal meningkat secara signifikan. Pada benchmark Tau2, GPT-5.2 mencapai 98,7% akurasi dalam menangani skenario customer support yang kompleks, berhasil mengelola situasi sulit seperti memesan kembali perjalanan, mengatur hotel, atau mendaftarkan permintaan medis dalam satu arus pekerjaan.

Baca juga: OpenAI Umumkan Code Red, Semua Proyek Dihentikan Demi Fokus ke ChatGPT

Kesediaan dan Respon Pasar

GPT-5.2 mulanya diluncurkan di rencana ChatGPT dalam tiga versi:

  • Instant: Untuk tugas harian dengan respon yang lebih cepat.
  • Thinking: Untuk penalaran terstruktur dan detail di pekerjaan yang sulit.
  • Pro:  Memberikan jawaban dengan kualitas tertinggi dan masalah teknis yang sangat sulit.

Pada API-nya, model ini hadir dengan nama gpt-5.2, gpt-5.2-chat-latest, dan gpt-5.2-pro. Walau harganya lebih mahal dibandingkan GPT-5.1, OpenAI menentang kalau efisiensi yang lebih baik seringkali menurunkan biaya keseluruhan untuk membuat hasil yang berkualitas lebih tinggi.

Peluncuran ini merupakan respon langsung terhadapt pesaing yang bermunculan, dari model Gemini 3 milik Google dan Claude Opus 4 milik Anthropic. Meski begitu, GPT-5.2 tidak membawakan pembaruan dalam generasi gambar, sebuah kemampuan viral yang mendukung Google baru-baru ini. Beberapa bocoran mengatakan OpenAI mungkin akan merilis model generasi gambar yang lebih canggih di bulan Januari 2026.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Perang Baru Musk vs Bezos: Adu Cepat Bangun Pusat Data AI di Luar Angkasa!

12 December 2025 at 19:03

Foto: Composite

Teknologi.id -  Kompetisi antara raksasa teknologi Elon Musk dan Jeff Bezos berlanjut ke level baru: membangun pusat data Artificial Intelligence (AI) di luar angkasa. Kedua miliarder tersebut berlomba untuk merelokasi industri pusat data dengan triliunan data menjauh dari batasan bumi untuk mengorbit, yang terlihat menawarkan ruang dan energi tak terbatas.

Konsepnya lebih dari satelit komunikasi. Blue Origin milik Bezos dilaporkan sedang mengembangkan pusat data teknologi orbit AI selama setahun. Sementara SpaceX milik Musk berencana untuk memasang muatan komputasi AI ke satelit Starlink yang terbaru. Fitur ini menjadi kunci rencana penjualan saham SpaceX, yang dapat meningkatkan nilai perusahaannya sampai 800 miliar dolar (sekitar Rp 13 ribu triliun).

Baca juga: Misi Transporter-15 SpaceX Berhasil Bawa 140 Muatan ke Orbit

Keterbatasan Bumi Mendekat ke Orbit

Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk menekan konsumsi energi yang dibutuhkan model AI berskala besar. Di bumi, pusat data menyebabkan kelaparan, kebutuhan pendinginan, dan masalah penggunaan daratan. Sedangkan orbit memiliki manfaat seperti berikut:

  • Energi Surya yang Tak Terbatas: Satelit di ruang angkasa dapat menerima energi surya 30% lebih intens dan enam kali lipat jumlah total dibandingkan permukaan bumi, sehingga tidak dibutuhkan baterai penyimpan energi yang mahal.
  • Pendinginan Gratis: Dengan suhu angkasa yang hampir nol derajat, dapat mengurangi panas dengan "gratis", sehingga menyingkirkan bagian paling mahal dan kompleks yang dibutuhkan pusat data di darat.

CEO Planet Labs, Will Marshall, mengatakan infrastruktur kaya akan sumber daya di luar bumi telah lama direncanakan, dan berkurangnya biaya untuk teknologi peluncuran dan satelit berarti "Kami mendekati titik kritis ini."

Kemampuan Peluncuran: Arena Utama

Foto: SpaceX

Keberhasilan pusat data orbit bergantung pada kemampuan peluncurannya. Baik Musk maupun Bezos sedang "menabung" roket beban berat mereka.

  • Starship SpaceX: Muatan komputasi SpaceX akan dibawa dengan satelit yang sudah diperbarui, yang dirancang khusus untuk roket Starship yang dapat digunakan kembali. Bulan lalu, Musk mengatakan Starship seharusnya dapat mengirimkan sekitar 300 gigawatt (GW) satelit AI tenaga surya ke orbit setiap tahunnya, dapat mencapai hingga 500 gigawatt.
  • New Glenn Blue Origin: Roket Bezos yang sebagiannya dapat digunakan kembali, dirancang dengan pelindung besar yang bertujuan untuk menurunkan banyak satelit dalam sekali jalan. Bezos memprediksi dalam 20 tahun atau kurang, biaya pusat data orbit akan melebihi infrastruktur AI di darat. 

Sementara itu, CEO Muon Space, Jonny Dyer, menekankan "Pada akhirnya semua bergantung pada (kemampuan) peluncuran."

Kompetisi Di Luar Kedua Pesaing

Perlombaan ini tidak hanya melibatkan Musk dan Bezos. Raksasa teknologi lain juga membuat penyesuaian:

  • OpenAI: CEO Sam Altman telah berencana mengakuisisi operator roket untuk menyebarkan tenaga komputasi AI ke luar angkasa, didorong oleh kebutuhan listrik yang dibutuhkan sistem AI.
  • Google: Google telah bermitra dengan Planet Labs untuk menyebarkan dua satelit percobaan yang membawa chip AI Google (unit prosesor tensor) untuk mengorbit di awal 2027. Hal ini dianggap sebagai salah satu proyek "moonshot" mereka. Seorang petinggi mengatakan untuk menggantikan pusat data di darat akan membutuhkan 10.000 satelit (asumsi satelit 100 kilowatt).
  • Pemain Lain: Termasuk mantan CEO Google, Eric Shmidt yang sekarang memimpin Relativity Space, Red Hat milik IBM, Axiom Space, dan startup yang didukung perusahaan, seperti Aetherflux dan Starcloud.

Reaksi Saham dan Tantangan Dunia Nyata

Euforia infrastruktur orbit telah memengaruhi pasar saham:

  • Rocket Lab USA Inc. menguat lebih dari 8%, karena potensinya untuk berperan sebagai penyedia peluncuran satelit AI.
  • AST Spacemobile Inc. meningkat lebih dari 5%, menjadi relevan karena ukuran satelit yang besar dan kemampuan manufakturnya.
  • Redwire Corp melemah sekitar 1%, merefleksikan biayanya yang tinggi dan teknologi yang kompleks.

Di samping prospeknya menggirukan, terdapat rintangan lain:

  • Resiko Teknis: Chip AI yang mengorbit harus mengelola pembuangan suhu panas dalam vakum, melindungi elektronik yang sensitif terhadap radiasi kosmik, dan mengirimkan banyak data ke bumi.
  • Biaya dan Stabilitas: Sebagian orang ragu jika pusat data orbit di luar angkasa dapat bersaing dengan fasilitas di darat dalam jangka pendek, terutama membutuhkan ribuan satelit untuk mencapai skala sebanding.

Selagi impelementasinya secara penuh membutuhkan bertahun-tahun, komitmen dari tokoh industri luar angkasa paling berpengaruh untuk memastikan modal besar akan diarahkan ke rantai pasokan untuk pelncuran, komponen, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk komputasi interstellar ke depannya.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 12 December 2025 Tech News & Update

OpenAI: ChatGPT Enterprise Bantu Karyawan Hemat Hingga 1 Jam Kerja per Hari

12 December 2025 at 01:15

Foto: CNET

Teknologi.id -  OpenAI, pembuat ChatGPT merilis temuan terbarunya soal pengaruh Artificial Intelligence (AI) di tempat kerja. Dalam laporannya yang berjudul "Laporan 2025: Keadaan AI Enterprise," diambil berdasarkan data yang dikumpulkan dan survei 9.000 pekerja di hampir 100 perusahaan.

Temuan utamanya adalah memajukan produktivitas: teknologi AI seperti ChatGPT diperkirakan mengemat 40 menit sampai satu jam dari waktu pekerja setiap harinya.

Meningkatnya Produktivitas di Berbagai Sektor

Foto: OpenAI

Survey tersebut membuktikan tiga perempat (lebih dari 75%) responden melaporkan kalau penggunaan AI saat bekerja mempercepat tugas atau meningkatkan kualitas ouput mereka. Kelompok pekerja yang paling merasakan semakin hematnya waktu adalah data science, teknisi, komunikasi, IT, dan akuntan.

Menurut data:

  • Pekerja IT: 87% melaporkan perbaikan masalah IT lebih cepat.
  • User Marketing/ Produk: 85% melaoprkan eksekusi campaign menjadi lebih cepat.
  • Profesional HR: 75% melaporkan keterlibatan karyawan meningkat.
  • Pengguna AI Tingkat Lanjut: Pengguna AI intens melaporkan telah menghemat sebanyak 10 jam dalam seminggu.

Ronnie Chatterji, Kepala Ekonomi di OpenAI, mengatakan pengaruhnya lebih dari kecepatan semata. Ia menyatakan tiga dari empat orang mengatakan, "Saya bisa melakukan hal yang sebelumnya saya tidak bisa," menyorot AI dalam mengembangkan kemampuan di tempat kerja, faktor yang sering diabaikan dalam diskusi AI dan pekerjaan.

Baca juga: Karyawan Apple Ramai-Ramai Pindah ke OpenAI, Dukung Proyek Baru Jony Ive

Naiknya 'Vibe Coding' dan Kemampuan Baru

Laporan tersebut menyajikan bukti bahwa AI mendukung pekerja non-teknis untuk mengerjakan tugas baru, terutama coding.

OpenAI menemukan tren signifikan "Vibe Coding", yaitu pekerja non-teknis mulai membuat kode. Banyaknya pesan seputar coding dari pekerja non-teknis meningkat sebanyak 36% selama enam bulan terakhir. Terlebih lagi, 75% pengguna melaporkan mereka dapat menyelesaikan tugas baru yang sebelum tidak dapat dilakukan, sementara 73% teknisi melaporkan kode berhasil lebih cepat saat menggunakan alat AI.

Hal ini menujukkan kalau perusahaan "bertambah luas di margin ekstensif - lebih banyak pekerja menggunakan AI—dan margin intensif—pengguna yang sudah ada mendalami lebih jauh," ujar startup yang didukung Microsoft tersebut.

Melawan Narasi 'Gelembung AI'

Foto: Ist

Temuan OpenAI muncul di tengah debat peneliti dan ahli ekonomi tentang Return of Investment (ROI) AI.

Studi sebelumnya menunjukkan keraguan:

  • Penelitian MIT (Agustus): Menemukan kebanyakan perusahaan melihat tidak ada keuntungan atau pengaruh langsung dari projek generatif AI, seringkali disebabkan integrasi perusahaan yang bercelah.
  • Penelitian Harvard dan Stanford (September): Menyorot masalah "workslops", saat output yang dibuat AI terlihat bagus tetapi kekurangan arti atau tidak ada nilai tambahan.
  • Survei KPMG (April): Menemukan perusahaan yang menerapkan AI di luar program pilot tetap stagnan.

Meski begitu, pemimpin OpenAI meyakini kalau studi-studi ini tidak sejalan dengan kenyataan yang ada. Direktur Operasional (COO) OpenAI, Brad Lightcap mengatakan:

"Banyak studi tidak sejalan dengan apa yang kita lihat dalam praktiknya,"  

Lightcap menegaskan kalau adopsi AI enterprise tidak meningkat dengan cepat atau lebih cepat dibanding adopsi konsumen biasa. Perusahaan ini membagikan data poin-poin penting untuk mendukung pernyataannya:

  • Berbasis Pelanggan: Lebih dari satu juta bisnis membayar untuk pelayanan AI milik OpenAI.
  • Pengguna: 7 juta pekerja saat ini menggunakan ChatGPT Enterprise.
  • Intensitas Penggunaan: Banyaknya pesan per minggu di ChatGPT Enterprise meningkat sebanyak 8% year-on-year (YoY), dengan rata-rata pekerja mengirim pesan 30% lebih banyak.
  • Kecanggihan: Penggunaan Custom GPT dan ChatGPT Projects untuk arus kerja yang terstruktur dan berulang, meningkat 19 kali lipat di tahun lalu, menunjukkan pergeseran dari kueri biasa ke proses yang terintegrasi.
  • Model yang Lebih Maju: Rata-rata konsumsi penalaran per organisasi meningkat sekitar 320 kali dalam 12 bulan terakhir, menunjukkan kepercayaan yang meningkat pada model penalaran AI yang lebih maju.

Baca juga: OpenAI Umumkan Code Red, Semua Proyek Dihentikan Demi Fokus ke ChatGPT

Adopsi Industri dan Kesenjangan Kinerja

Laporan ini juga menunjukkan tren dalam adopsi industri:

  • Pertumbuhan Cepat: Teknologi, kesehatan, dan manufaktur adalah sektor yang paling berkembang dalam adopsi AI.
  • Skala Terbesar: Alat AI telah digunakan secara besar-besaran dalam pelayanan profesional, keuangan, dan teknologi.

OpenAI menyoroti makin jauhnya kesenjangan kinerja, yang menguntungkan "perusahaan terdepan", organisasi dengan tim hibrid yang beranggotakan manusia dan agen AI. Perusahaan terdepan ini menunjukkan keuntungan produktivitas dan penghematan waktu lebih banyak dibandingkan rata-rata perusahaan, mengirimkan pesan dua kali lebih banyak dan terlibat lebih intens pada kemampuan tingkat lanjut.

Kendala utama dalam adopsi AI yang lebih luas dinilai pada kesiapan dan implementasi perusahaan.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Kaspersky Sebut Telegram Jadi Sarang Kejahatan Siber, 800 Kanal Diblokir!

11 December 2025 at 23:48

Foto: CyberHub

Teknologi.id -  Berdasarkan penelitian terbaru dari Kaspersky Digital Footprint Intelligence, Telegram merupakan sarana yang paling sering digunakan penjahat siber atau hacker untuk melancarkan aksinya. Setelah memonitor lebih dari 800 kanal telegram terlarang sejak tahun 2021 sampai tahun 2024, Kaspersky menemukan fakta bahwa bot Telegram merupakan alat yang sangat beresiko.

Aplikasi pesan instan ini, yang dilihat oleh komunitas underground sebagai platform bisnis pasar gelap terintegrasi, berkat memiliki fitur-fitur teknis yang sangat dimanfaatkan pelaku kejahatan.

Baca juga: Telegram Rilis Fitur Komentar di Video Call, Bikin Obrolan Serasa Live Streaming

Mengapa Telegram Menjadi Pilihan Utama Pasar Gelap?

Telegram menawarkan empat keunggulan utama yang membuatnya menarik bagi aktivitas cybercrime pada awalnya:

  1. Otomatisasi Fungsi Kriminal: Bot Telegram dapat mengelola berbagai tugas secara bersamaan, mulai dari memproses pembayaran berbasis aset kripto, menyebarkan kartu bank curian, memasukkan infostealer (perangkat perusak data), melakukan phishing, hingga menjadi layanan serangan DDoS (Distributed Denial of Service) pada ratusan pembeli.
  2. Penyimpanan Tanpa Batas: Fitur penyimpanan file Telegram yang tidak terbatas dan tidak akan kadaluwarsa menjadikan tidak perlu adanya hosting eksternal. Hal ini mempermudah peneyebaran dump data multi-gigabyte atau dokumen korporat curian.
  3. Dorongan Penawaran Kriminal Massal: Otomatisasi yang sangat mulus pada platform tersebut secara alami mendorong dan mempermudah penawaran produk atau layanan kejahatan kriminal bervolume tinggi, harga rendah, dan keterampilan rendah (low-skill offerings), seperti informasi kartu bank atau data yang bocor atau layanan malware hosting.
  4. Fasilitator Transaksi Kepercayaan Tinggi: Meskipun transaksi bernilai tinggi yang bergantung pada kepercayaan, seperti pembocoran kerentanan zero-day, masih banyak digunakan forum dark web bereputasi. Telegram dianggap mampu memfasilitasi komunikasi dan negosiasi sensitif tersebut.

Tren Pemblokiran Meningkat

Foto: Kaspersky

Meskipun Telegram sangat populer di kalangan penjahat siber, tekanan kendali yang meningkat dari Telegram menjadikan platform tersebut menjadi kurang kondusif bagi pelaku kejahatan.

Kaspersky mencatat peningkatan drastis dalam pemblokiran kanal. Sejak 2023, kurva pemblokiran melonjak, pada tahun 2024, pemblokiran setiap bulannya sering mencapai 30 hingga 40 kanal. Pola ini tetap bertahan hingga 2025.

Peningkatan moderasi ini menyebabkan umur kanal bayangan (shadow channel) bertambah panjang. Persentase kanal yang berumur lebih dari sembilan bulan bertambah tiga kali lipat dari tahun 2021 sampai 2024, menunjukkan upaya komunitas kriminal untuk bertahan lama dari upaya penutupan.

Baca juga: Telegram Perketat Keamanan: CEO Pavel Durov Hapus Konten Ilegal dengan AI

Batasan Teknis dan Migrasi Komunitas Kriminal

Pelaku kejahatan siber yang berpengalaman melihat Telegram memiliki sejumlah batasan teknis yang merugikan:

  • Tidak adanya enkripsi end-to-end bawaan di chat.
  • Memiliki infrastruktur terpusat, yang mana pengguna tidak dapat membangun server sendiri untuk berkomunikasi.
  • Kode server-side-nya tertutup, sehingga pengguna tidak dapat memverifikasi atau mengetahui apa yang dilakukannya.

Arsitektur ini memerlukan kepercayaan tinggi pada platform tersebut, suatu hal yang dihindari oleh pelaku kejahatan kriminal berpengalaman saat melindungi operasional dan keamanan pribadi mereka. Mereka juga dihadapkan kemungkinan di-blacklist oleh Telegram.

Sebagai konsekuensinya, banyak komunitas penjahat kini mulai migrasi dan berhenti menggunakan Telegram. Contohnya, Angel Drainer (perusahaan layanan malware-as-a-service atau MaaS yang menyediakan perangkat lunak jahat untuk diperjualbelikan), dan kelompok BFRepo, yang memiliki sekitar 9.000 anggota, dilaporkan telah pindah ke platform lain.

“Ketika sebuah etalase atau layanan menghilang dalam semalam, membangun bisnis yang andal menjadi jauh lebih sulit. Kami mulai melihat tahap awal migrasi sebagai konsekuensi langsungnya,” ujar Vladislav Belousov, Analis Jejak Digital di Kaspersky.

Saran Menghindari Kejahatan Siber

Untuk membantu pengguna dan organisasi agar tetap terhindar dari kejahatan kriminal yang memanfaatkan platform seperti Telegram, Kaspersky menyarankan dua langkah praktis ini:

  1. Pelaporan Komunitas: Melaporkan kanal dan bot yang terbukti ilegal untuk mempercepat moderasi berbasis komunitas.
  2. Pemantauan Ancaman: Menggunakan beberapa sumber informasi ancaman cerdas (dengan cakupan surface web, deep web, dan dark web) untuk tetap berhati-hati dengan aktivitas ilegal terkini, dan waspada dengan TTP (Taktik, Teknik, dan Prosedur) yang digunakan oknum ancaman.  


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Demi Keamanan, AS Akan Minta Turis Serahkan Riwayat Media Sosial 5 Tahun Terakhir!

11 December 2025 at 21:38

Foto: Freepik

Teknologi.id -  Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump kembali mengajukan proposal pengetatan perbatasan yang signifikan. Berdasarkan proposal baru dari pejabat tinggi AS, wisatawan dari puluhan negara yang memenuhi syarat untuk mengunjungi AS tanpa visa (melalui program Visa Waiver) wajib menunjukkan riwayat media sosial mereka sebagai syarat masuk.

Aturan ini akan memengaruhi turis dari sekitar 40 negara yang eligible (memenuhi syarat) untuk mengunjungi AS selama 90 hari tanpa visa, asalkan mereka mengisi formulir Sistem Elektronik untuk Otorisasi Perjalanan (Electronic System for Travel Authorization/ESTA).

Alasan Kemanan dan Pengetatan Perbatasan

Foto: Getty Images

Sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat di Gedung Putih pada Januari, fokus utama pemerintahannya adalah memperketat perbatasan AS dengan alasan keamanan nasional.

Beberapa analis mengatakan bahwa rencana baru ini dapat menjadi hambatan bagi calon pengunjung, atau melanggar hak digital mereka, serta kemungkinan adanya penurunan angka pengunjung asing, namun Trump mengatakan kalau ia tidak khawatir.

"Kami hanya ingin orang datang ke sini, dengan aman. Kami menginginkan keamanan. Kami menginginkan keselamatan [...] Kami ingin memastikan kami tidak membiarkan orang yang salah masuk ke negara kami."

Pengetatan ini dilakukan menjelang kenaikan angka turis yang diperkirakan AS tahun depan, mengingat negara tersebut akan menjadi tuan rumah Piala Dunia (World Cup) bersama Kanada dan Meksiko.

Detail Proposal Data Media Sosial

Proposal ini diusulkan oleh Departemen Keamanan Tanah Air (Department of Homeland Security/DHS) bersama Penjaga Bea Cukai dan Perbatasan (Customs and Border Protection/CBP).

Dokumen tersebut menyatakan bahwa "elemen data akan mengharuskan pemohon ESTA untuk menyediakan informasi media sosial mereka dari lima tahun terakhir," tanpa memberikan detail lebih lanjut mengenai bagaimana informasi tersebut akan diverifikasi atau digunakan.

ESTA harus diisi dengan informasi dari pengunjung, disertai bayaran sebesar 40 dolar AS (sekitar Rp 666.868). Formulir ini dapat diakses turis dari sekitar 40 negara, termasuk Inggris, Irlandia, Prancis, Australia, dan Jepang, yang mengizinkan mereka berkunjung ke AS beberapa kali dalam waktu dua tahun.

Selain riwayat media sosial, formulir ini juga menanyakan:

  • Nomor telepon yang digunakan selama lima tahun terakhir.
  • Alamat email yang digunakan selama sepuluh tahun terakhir.
  • Informasi mengenai anggota keluarga.

Proposal ini merupakan bagian dari perintah eksekutif Trump yang lebih besar,  berjudul: "Melindungi Amerika Serikat dari Teroris Asing dan Ancaman Keamanan Nasional dan Ketertiban Umum Lainnya"

Baca juga: AS Bongkar Skema Penyelundupan GPU Nvidia Senilai US$160 Juta ke Cina

Reaksi Publik dan Penegakan Visa Lain

Saat ini, Feedback publik mengenai proposal data ini akan dibuka selama 60 hari ke depan, menunjukkan bahwa kebijakan ini belum final.

"Ini bukan keputusan akhir, ini hanya langkah pertama dari awal diskusi mengenai kebijakan baru yang akan menjaga kemanan warga Amerika," jelas seorang juru bicara CBP.

Namun, organisasi hak digital seperti Electronic Frontier Foundation mengkritik proposal ini. Sophia Cope dari organisasi tersebut menyatakan bahwa kebijakan ini dapat "memperparah kebebasan sipil".

Perlu diketahui, pemerintahan Trump sebelumnya juga mengumumkan kebijakan untuk memeriksa akun media sosial pengunjung asing yang mendaftar visa pelajar atau visa H-1B. Pendaftar diwajibkan mengubah profil media sosial mereka menjadi publik agar dapat dilihat dan digunakan untuk menilai kehadiran digital pendaftar. Jika ada informasi yang tidak disebutkan, dapat menyebabkan penolakan visa yang sedang berjalan dan yang akan datang.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan mengenai kebijakan visa ini: “Ini adalah harapan dari warga Amerika bahwa pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membuat negara kita lebih aman, itulah yang dilakukan oleh Administrasi Trump setiap hari.”

Petugas yang bertugas diperintahkan untuk menyaring mereka yang “mendukung, membantu, atau memberikan dukungan kepada teroris asing yang ditunjuk dan ancaman lain terhadap keamanan nasional; atau yang melakukan pelecehan atau kekerasan antisemit yang ilegal”.

Baca juga: Aturan Visa H-1B Baru Trump Ancaman Serius bagi Perusahaan Teknologi AS

Dampak Potensial pada Industri Wisata

Sebagai bagian dari upaya administrasi untuk memperketat perbatasan, para petinggi baru-baru ini mengatakan bahwa larangan perjalanan yang sudah ada - yang berlaku untuk 19 negara di Afrika, Timur Tengah, dan Karibia - dapat diperluas. Langkah ini diumumkan setelah insiden penembakan dua anggota Garda Nasional di Washington DC, di mana seorang pria Afghanistan dituduh sebagai pelakunya.

Para ahli sebelumnya menyarankan bahwa perubahan kebijakan perjalanan yang diperkenalkan di bawah pemerintahan Trump telah berdampak pada industri pariwisata Amerika.

Awal tahun ini, Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC) melaporkan bahwa AS adalah satu-satunya dari 184 ekonomi yang dianalisis yang diperkirakan akan mengalami penurunan pengeluaran wisatawan internasional pada tahun 2025.

Kebijakan lain pemerintahan Trump juga tampaknya memengaruhi pariwisata, seperti banyak warga Kanada yang dilaporkan memboikot perjalanan ke AS sebagai bentuk protes terhadap tarif Trump. Oktober menandai bulan ke-10 berturut-turut penurunan jumlah wisatawan Kanada yang berkunjung ke AS. Padahal, di masa lalu, wisatawan Kanada menyumbang sekitar seperempat dari total pengunjung internasional ke AS, dengan pengeluaran lebih dari $20 miliar per tahun.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Karyawan Apple Ramai-Ramai Pindah ke OpenAI, Dukung Proyek Baru Jony Ive

11 December 2025 at 19:51

Foto: PYMNTS

Teknologi.id -  Apple sedang memasuki masa paling bergejolak selama puluhan tahun di industri. Perusahaan yang diketahui atas kepemimpinannya yang tenang dan perputaran organisasi yang lambat kini dihadapkan banyak perpisahan, baik di level eksekutif, maupun teknisi internal. Setelah menarik perhatian saat ditinggalkan beberapa pemimpin seniornya, pergeseran besar-besaran sedang terjadi. Puluhan teknisi dan desainer Apple berpindah ke OpenAI, lebih tepatnya ke startup buatan salah satu mantan kepala desain Apple, Jony Ive. 

Langkah ini menggoyahkan usaha Apple dalam menjejakkan kaki ke lanskap AI modern.

Baca juga: Apple Imbau Pengguna iPhone dan Mac untuk Hindari Google Chrome, Apa Alasannya?

Ketidakstabilan Pasca Ditinggal Deretan Pimpinan

Apple telah kehilangan kepala artificial intelligence-nya, kepala desain interface, dan mengumumkan akan ditinggalkan penasihat hukum dan kepala urusan pemerintahannya. Para pimpinan ini melaporkan langsung ke CEO Tim Cook. Untuk sebuah perusahaan yang menjunjung tinggi masa jabatan yang panjang dan kepemimpinan yang stabil, perubahan yang tiba-tiba ini sangat tidak biasa.

Wakil Presiden Perangkat Teknologi, Johny Srouji, otak di balik kesuksesan chip Apple, mengatakan rencananya untuk keluar. Jika itu sampai terjadi, maka ini akan menjadi kehilangan terbesar Cook.

Gelombang Pengunduran Diri ke OpenAI

Foto: Getty Images

Di balik goyahnya deretan pimpinan, perubahan besar terjadi di antara teknisi Apple. Berdasarkan laporan dari jurnalis Bloomberg, Mark Gurman, dan The Wall Street Journal (WSJ), dijelaskan adanya arus perkerutan pegawai Apple ke OpenAI dalam beberapa bulan terakhir. Pegawai-pegawai ini mencakup beberapa spesialis di sistem audio, robotik, desain jam tangan, teknologi kamera, teknisi silikon, bahkan tim yang terlibat dalam pembuatan headset Vision Pro.

Menurut Gurman, lebih dari 40 pegawai Apple bergabung ke divisi perangkat keras milik OpenAI dalam satu bulan terakhir ini saja. Banyak dari mereka pernah menangani iPhone, Mac, dan perangkat inti Apple yang lain secara langsung. Perpindahan ini meningkat deras setelah OpenAI berhasil mengakuisisi startup perangkat AI milik Jony Ive, yang diketahui sebagai io. Kesepakatan ini diketahui bernilai sekitar 6 miliar dolar AS (sekitar Rp 100 triliun) dan membuat kelompok desain baru yang mirip dengan budaya perangkat Apple sebelumnya.

Gabungan dari visi produk milik Ive dan progres cepat OpenAI dalam dunia AI menjadi kekuatan besar akuisisi ini. Bagi banyak pegawai Apple, kesempatan ini hanya 'sekali dalam satu generasi' untuk dapat merancang perangkat berbasis AI yang benar-benar baru, dibandingkan mengulang dari jajaran produk yang sudah familiar.

Kenapa Banyak Pegawai yang Hengkang?

Beberapa faktor menjelaskan alasan ini. Kabarnya, OpenAI menawarkan kompensasi yang sangat menarik pada calon pegawainya, namun langkah ini bukan semata-mata tentang uang. Sebagian desainer dan teknisi Apple merasa kalau perusahaan tersebut telah kehilangan momennya dalam inovasi, terutama di era AI. Mereka percaya, kolaborasi Jony Ive dan CEO OpenAI, Sam Altman akan menciptakan kebebasan kreativitas dan kesempatan untuk membentuk produk luar biasa yang tidak sesuai dengan jejeran produk Apple.

Dokumen dari Ive dan Altman menyinyalir kalau perangkat pertama yang sedang dikembangkan bukanlah sebuah wearable (perangkat yang dapat dipakai, seperti jam, kacamata) Hal ini menunjukkan ambisi yang lebih besar dan mungkin akan menciptakan kategori perangkat yang benar-benar baru. OpenAI juga merekrut peneliti yang ahli di bidang robotika yang dikendalikan AI, yang berarti mantan-mantan pegawai Apple mungkin akan bergabung dalam proyek yang melibatkan mesin canggih daripada elektronik konsumen.

Baca juga: Apple Dikabarkan Gandeng Intel untuk Produksi Chip iPhone Mulai 2028

Tekanan Internal dari Penundaan AI

Di Apple, semangat di bidang AI melemah. Apple Intelligence dihadapi penundaan, desain ulang Siri jauh tertinggal jadwal, dan ketergantungan ke Gemini milik Google membuat frustasi beberapa tim internal. Saat tokoh penting seperti Kepala Model AI, Ruoming Pang, meninggalkan Meta, perasaan tidak stabil bertumbuh lebih kuat.

Momen Penentu Apple

Dengan pensiunnya pimpinan senior, ditinggalkan teknisi kunci, dan adanya kompetisi kuat dari pesaing yang bergerak cepat, Apple memasuki masa-masa sensitif di kepemimpinan Tim Cook. Selagi perusahaan ini mempersiapkan ulang tahunnya yang ke-50 dan berusaha memposisikan kembali perusahannya ke era AI, tantangan terbesarnya mungkin adalah mempertahankan orang-orang yang pernah mendefinisikan budayanya dan laju inovasinya.

Untuk saat ini, tim Jony Ive yang didukun OpenAI terus menarik talenta Apple, dan memunculkan pertanyaan penting: Dapatkah Apple membangun kembali inti kreatifnya dengan cepat agar tetap relevan di era komputasi selanjutnya?


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Gantikan Llama, Model AI ‘Avocado’ Jadi Taruhan Besar Meta di 2026

11 December 2025 at 01:14

Foto: Pluang

Teknologi.id -  Tahun lalu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, optimis soal model AI Llama-nya, memperkirakan model tersebut akan memimpin industri dan "membawakan manfaat AI ke semua orang". Namun, antusiasmenya meredup dengan cepat; setelah mendedikasikan sebagian besar keuntungannya di bulan Januari ke Llama, ia tidak pernah menyebutnya lagi di bulan Oktober lalu. Hal ini menandakan perubahan besar: dedikasi Meta untuk model bahasa besar open-source-nya berpindah ke pendekatan AI yang baru dan agresif, didukung oleh perekrutan multi-miliar dolar untuk menantang lawan seperti OpenAI, Google, dan Anthropic.

Menjelang berakhirnya tahun 2025, beberapa orang dalam dan ahli industri melihat strategi Meta sebagai serampangan. Situasi ini membuat Meta terlihat tertinggal jauh di belakang para pesaing AI-nya, yang modelnya berhasil terus diadposi oleh konsumen dan pasar perusahaan secara cepat.

Baca juga: Rugi Triliunan, Ambisi Metaverse Mark Zuckerberg Berakhir Pahit

Munculnya 'Avocado' dan Pertimbangan Open-Source

Saat ini Meta sedang mengembangkan pengganti Llama, sebuah model AI terdepan dengan kode nama Avocado. Banyak yang mengira model ini akan diluncurkan di akhir 2025, namun rencana tersebut sudah diundur ke kuartal pertama 2026 karena uji kinerja yang sedang berlangsung. Seorang juru bicara Meta mengatakan pelatihan modelnya akan "berjalan sesuai rencana".

Kegagalan Llama 4 di bulan April merupakan pemicu utama bagi perubahan arah Zuckerberg. Selama musim panas, ia mengisyaratkan bahwa Meta akan mempertimbangkan kembali filosofi open-source-nya, mengutip resiko seperti Lab AI milik Cina, DeepSeek, memadukan arsitektur Llama dengan model R1 milik mereka. Sebagai konsekuensi, model Avocado yang akan datang diperkirakan akan menjadi proprietary (closed-source), artinya developer luar tidak akan bisa mengakses komponen intinya.

Tekanan Finansial dan Perubahan Kepemimpinan

Foto: Meta Store

Wall Street menuntut pengembalian investasinya (ROI) terutama setelah saham Meta berkinerja buruk di sektor teknologi. Tekanan ini semakin intens saat Meta menghabiskan $14.3 miliar (Rp 238 triliun) di bulan Juni untuk merekrut founder Scale AI, Alexandr Wang dan membeli saham perusahaannya. Selanjutnya, Meta menaikkan perkiraan pengeluarannya di 2025 dari $70 miliar (sekitar Rp 1.168 triliun) ke $72 miliar (sekitar Rp 1.201 triliun). Analis menilai Meta yang awalnya terlihat sebagai pemenang AI, sekarang dihadapkan pertanyaan sulit seputar tingkat investasi dan ROI.

Zuckerberg melakukan rombak besar-besaran internal. Chris Cox, veteran perusahaannya selama 20 tahun, disingkirkan dari mengawasi unit GenAI setelah kegagalan Llama 4. Zuckerberg menggantikan karyawan internal yang telah lama bekerja di perusahaannya dengan orang-orang luar, menunjuk Alexandr Wang (28 tahun, mantan CEO Scale AI) sebagai Chief AI Officer baru Meta dan kepala laboratorium elit TBD Lab, tempat Avocado sedang dikembangkan. Ia juga merekrut mantan CEO GitHub, Nat Friedman dan co-creator ChatGPT, Shengjia Zhao.

Minggu lalu, perusahaannya juga mengonfirmasi rencana pemotongan sumber daya untuk inisiatif terkait metaverse dan virtual reality. Secara resmi menggeser perhatian ke produk yang ditenagai AI, seperti kacamata populer mereka yang dikembangkan dengan EssilorLuxottica, memprioritaskan teknologi baru.

Baca juga: Meta Gaet Desainer Veteran Apple ke Studio Kreatif Baru: Reality Labs

Konflik Budaya dan Dominasi Pesaing

Para pimpinan baru, yang ahli dalam infrastruktur, membawakan gaya manajemen yang tidak familiar bagi Meta. Laporan dari orang dalam mengatakan kalau TBD Lab-nya Wang beroperasi seperti perusahaan startup terpisah di dekat kantor Zuckerberg, dengan anggotanya yang jarang menghadiri perkumpulan internal perusahaan dan tempat kerja, untuk komunikasi yang lebih "tertutup". Mereka menjunjung tinggi mantra "Demo, don't memo (Lakukan, jangan hanya dicatat)" untuk pekembangan cepat, melihat proses tradisional software sebagai hambatan.

Kepemimpinan baru ini berada di bawah tekanan intens untuk dapat mengantarkan model tingkat atas. Tekanan tersebut hanya akan bertambah jika Gemini 3 milik Google dan GPT-5 milik OpenAI memperkenalkan update baru, sementara Anthropic mendebutkan Claude Opus 4.5 di bulan November. Saat konferensi pendapatan Nvidia, CEO Jensen Huang menyorot pelanggan besar seperti OpenAI, Anthropic, dan xAI, tetapi tidak meyebut Llama. Friedman juga dikritik seteleh peluncuran Vibes di bulan September, sebuah layanan video yang dianggap inferior dibanding Sora 2 milik OpenAI.

Tekanan internal semakin terasa; dengan jam kerja 70 jam seminggu telah menjadi rutinitas organisasi AI. Pada bulan Oktober, Meta memangkas 600 pekerjaan di MSL, restrukturasi yang dikabarkan berkontribusi pada keputusan Chief AI Scientist Yann LeCun untuk mundur. Meskipun dihadapi tantangan-tantangan ini, Zuckerberg tetap optimis, menyatakan kalau MSL "memulai dengan kuat" dan memiliki "kepadatan talenta tertinggi di dalam industri".


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 9 December 2025 Tech News & Update

Ekspedisi OceanX–BRIN Ungkap Misteri Gunung Laut Sulawesi yang Jarang Diteliti

10 December 2025 at 01:23

Foto: OceanX

Teknologi.id -  OceanX bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah resmi meluncurkan ekspedisi laut dalam untuk menjelajahi rangkaian gunung laut Sulawesi, salah satu wilayah terpencil dan paling jarang diteliti di wilayah Indo-Pasifik. Misi ini, yang berjalan dari Desember 2025 sampai Januari 2026, bertujuan untuk menungkapkan dinamika geologi, keanekaragaman hayati, dan berinteraksi dengan ekosistem di bawah Ring of Fire Pasifik. 

Ekspedisi ini akan dimulai di Bitung, Sulawesi Utara, sebagai lanjutan dari penemuan-penemuan penting misi OceanX dan BRIN di tahun 2024, yang sukses memetakan lima gunung laut yang sebelumnya tidak teridentifikasi di bagian utara Sulawesi. Misi terbaru tahun ini diperkuat dengan melibatkan tim ilmiah yang lebih besar, ruang penelitian yang lebih luas, serta perangkat eksplorasi yang lebih canggih, untuk memproduksi data laut dalam Indonesia yang paling komprehensif.  

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun

Mengungkap Sistem Kehidupan Geologi

Ekspedisi dimulai di Bitung dengan edukasi publik dan kegiatan yang melibatkan media, termasuk tur kapal bagi siswa dan pejabat pemerintah daerah, yang berjalan dari 3 Desember 2025 sampai 31 Januari 2026. Kapal penelitian OceanXplorer sekarang sedang menuju ke situs penelitian untuk dua fase penelitian:

  1. Fase 1 (Fitur Geologi dan Hidrotermal): Peneliti akan melakukan pemetaan resolusi tinggi, survei visual, dan pemetaan dasar laut untuk memahami struktur vulkanik dan formasi tektonik laut dalam.
  2. Fase dua (Keanekaragaman Hayati dan Ekologi): Fase ini akan menilai dinamika ekologi gunung laut menggunakan ROV (kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh), kapal selam, mengambil sampel DNA lingkungan, dan instrumen oseanografi untuk mendokumentasikan penyerbaran spesies, keterhubungan habitat, dan struktur ekosistem.

Teknologi AI milik OceanX akan mendukung pencatatan gambar dengan cepat, sehingga memudahkan peneliti untuk memetakan spesies dan habitat secara real-time. 

Co-CEO dan Kepala Peneliti OceanX, Vincent Pieribone, menyoroti kepentingan gunung laut bagi ekosistem laut:

"Gunung laut dapat membentuk arus, menjadi rumah bagi spesies langka, dan menjadi batu loncatan kehidupan di laut dalam. Dari ratusan gunung perairan Indonesia, hanya sedikit yang telah dieksplorasi. Maka dari itu, kami berharap melalui kerja sama dengan BRIN dapat memberikan kita perspektif baru tentang bagaimana laut dalam Indonesia mendukung ekosistem lautnya yang lebih luas,"

Memperkuat Ilmu Kelautan Indonesia dan Membangun Kapasitas

Foto: OceanX

Kepala BRIN, Arif Satria, menegaskan kepentingan ekspedisi ini untuk kedaulatan ilmu kelautan Indonesia. 

"Sebagai negara kepulauan dan pusat keanekaragaman hayati dunia, Indonesia harus memimpin sains kelautan di kawasan. Ekspedisi bersama OceanX bukan hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga memperkuat kemampuan bangsa dalam memetakan, memahami, dan mengelola laut dalam secara mandiri. Inilah fondasi penting menuju transformasi blue economy Indonesia," ujarnya.

Misi ini juga memperkuat pembangunan kapasitas penelitian nasional. Peneliti muda BRIN dan mahasiswa dari beragam universitas di Indonesia akan menerima pelatihan langsung di pemetaan laut dalam, sampling, genomik, dan pemrosesan data kelautan.

Pelatihan ini sejalan dengan rencana penelitian nasional Indonesia dan mendukung tujuan proyek Kapal Riset Nasional (KRISNA) dan pengembangan Ekonomi Biru Indonesia. Proyek KRISNA merupakan inisiatif untuk memperkuat penelitian ilmiah Indonesia melalui pembangunan kapal-kapal riset yang didanai oleh AFD France.

Baca juga: La Niña dan IOD Negatif Intai Indonesia, Waspada Banjir Awal Tahun!

Pemanfaatan Data dan Pemerintahan Masa Depan

Misi ini didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang menekankan penelitian laut dan pembangunan kapasitas sebagai pilar penting dalam mengembangkan ekonomi biru. Usaha-usaha ini memfasilitasi tata kelola berbasis data dan pengembangan sektor maritim baru yang berkelanjutan.

Data ilmiah yang dihasilkan dari misi ini diharapkan akan berkontribusi pada perencanaan tata ruang kelautan, penilaian resiko geologi, dan mendirikan dasar keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Utara. Data ini juga akan menjadi bukti untuk mendukung penelitian lebih lanjut, proyek nasional, dan perencanaan jangka panjang pemerintah Indonesia. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan literasi kelautan di antara pembuat kebijakan, praktisi, dan mahasiswa.

Dengan misi yang menggabungkan eksplorasi ilmiah, pembangungan kapasitas, dan integrasi data berskala besar, OceanX dan BRIN optimis bahwa ekpedisi ini akan menjadi batu loncatan penting untuk ilmu kelautan Indonesia, mendorong pemahaman lebih mengenai laut dalam sambil memperkuat pemerintahan maritim nasional ke depannya.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Anak Magang Sabotase Proyek AI, ByteDance Tuntut Ganti Rugi Rp18,8 M

9 December 2025 at 23:40

Foto: ByteDance

Teknologi.id -  Raksasa media sosial dan induk dari TikTok dan Douyin, ByteDance, menggugat pemagang lamanya karena dugaan manipulasi kode dan merusak projek latihan Artificial Intelligence (AI)-nya. Gugatan ini menuntut kerugian bernilai 8 juta yuan (sekitar Rp18.8 miliar) dan permintaan maaf secara publik, yang telah diterima Pengadilan Distrik Haidian di Beijing.

Perushaan ini sedang berinvestasi dengan jumlah yang cukup besar pada AI generatif (GenAI) untuk bersaing dengan ChatGPT milik OpenAI, menjadikan insiden ini sangat sensitif.

Baca juga: Gebrakan TikTok: ByteDance Gandeng ZTE, Lahirkan Smartphone AI yang Ludes Instan

Detail Kejadian dan Respon Internal

Berdasarkan South China Morning Post, kejadian ini berawal di di bulan Oktober 2024, saat rumornya beredar di media sosial Cina kalau seorang pemagang ByteDance menyebabkan kerusakan besar ke model bahasa (LLM) perusahaan. Menurut kabar yang beredar di media sosial di Cina ini membahas tentang anak magang yang diduga sengaja menyabotase proses pelatihan model dari projek AI penting karena ketidakpuasannya terhadap alokasi sumber daya.

Rumor ini kemudian viral di beberapa forum teknologi dan platform seperti Weibo. Beberapa spekulasi mengatakan anak magang tersebut mengganggu pelatihan model AI yang menggunakan lebih dari 8.000 GPU H100 dengan memanipulasi kode, dengan total kerugian yang diklaim mencapai puluhan juta dolar. Kisah ini mendapat perhatian lebih ketika suatu rekaman tersebar pada 18 Oktober 2024 di laman anonim GitHub dengan nama akun "JusticeFighter110". Rekaman tersebut berisi pengakuan sang anak magang yang mengunggah "kode berbahaya". Namun, kebenaran dari rekaman ini langsung dipertanyakan oleh pengguna GitHub lain di hari yang sama yang menyebut rekaman tersebut palsu.

Di tengah banyaknya rumor dan spekulasi, ByteDance merasa terdesak untuk membuat pernyataan resmi. Perusahaan itu mengakui adanya insiden yang melibatkan seorang anak magang, namun menolak tegas kabar-kabar yang beredar mengenai sabotase dan total kerugian yang disebabkan, mereka menyebut pendapat tersebut dilebih-lebihkan.

Dalam pemberitahuan internal, ByteDance mengidentifikasi seorang pemagang dengan nama belakang Tian sebagai pelaku sabotase, didorong oleh ketidakpuasan terhadap pembagian sumber daya di dalam timnya. Sang anak magang, yang namanya tidak disebut, adalah bagian dari tim teknologi komersialisasi yang bertanggung jawab mengembangkan teknologi periklanan.

Pemecatan dan Tindakan Hukum

ByteDance mengonfirmasi penangguhan pemagang tersebut sejak Agustus karena sudah "sengaja merusak" pelatihan yang sedang berjalan, dan telah dipecat secara resmi di bulan yang sama setelah "sengaja" mengganggu projek pelatihan model. Dalam permberitahuan internal, Tian dikatakan telah mengubah kode dan proses pelatihan model dalam sebuah projek penelitian, yang menyebabkan besarnya sumber daya yang terbuang. ByteDance menekankan kalau insiden ini tidak mempengaruhi projek komersial resmi, kegiatan online, atau pengembangan bahasa model AI.  

Meskipun banyaknya langkah penyelidikan, sang mantan pemagang kabarnya terus menolak gugatan tersebut, sehingga menyebabkan ByteDance membawa kasus ini ke pengadilan. Perusahaan ini juga melaporkan aksinya ke dua organisasi etika profesional di Cina, Aliansi Kepercayaan dan Integritas Perusahaan dan Aliansi Anti-Penipuan Perusahaan, serta universitas Tian (Universitas Beihang dan Universitas Peking).

Baca juga: ByteDance Lepas Moonton, Mobile Legends Bisa Jadi Milik Perusahaan Saudi?

Lanskap AI ByteDance

Foto: China Daily

Kasus ini telah menarik perhatian publik seiring dengan pengembangan teknologi AI milik ByteDance. Model perusahaan ini, yang disebut Doubao (chatbot percakapan layaknya ChatGPT) telah diluncurkan pada Agustus 2023, dan menjadi aplikasi GenAI terpopuler di Cina. Doubao memiliki 51 juta pengguna aktif berdasarkan Oktober 2024. Angka ini melebihi pesaing lokalnya: Wenxiaoyan (awalnya Ernie Bot) milik Baidu yang memiliki 12.5 juta pengguna setiap bulannya, dan Kimi, yang dimiliki Moonshot AI yang didukung Alibaba, dengan 10 juta pengguna.

Perusahaan teknologi besar, termasuk ByteDance, Alibaba, dan Meituan, terus mengembangkan inisiatif AI mereka sampai ke Silicon Valley, dari membuka kantor baru, sampai merekrut talenta terbaik. Perluasan ini terjadi selagi mereka berusaha mengatasi pembatasan ekspor Amerika Serikat yang membatasi akses chip AI canggih milik Nvidia, yang sangat penting untuk mengembangkan model-model terdepan, menurut laporan Financial Times.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Korea Selatan Gunakan AI Ungkap Wajah Baru Anak Hilang yang Dicari Puluhan Tahun

9 December 2025 at 21:19

Foto: Tangkapan layar akun YouTube National Center for the Rights of the Child.

Teknologi.id -  Pihak berwenang Korea Selatan telah mengubah Artificial Intelligence (AI) untuk menciptakan gambaran terbaru dari anak-anak yang hilang berpuluh-puluh tahun yang lalu, agar meningkatkan kesempatan menemukan mereka. Inisiatif ini mecerminkan tren integrasi teknologi terkini ke dalam usaha keamanan publik. Lebih dari 90% orang hilang di Korea Selatan ditemukan dalam kurun waktu satu tahun, sementara 1.050 anak yang hilang belum ditemukan sampai 2025 ini.

Inisiatif yang dipimpin oleh Pusat Nasional untuk Hak Anak (NCRC) yang dikelola oleh pemerintah, memproduksi poster yang dihasilkan AI untuk 60 anak hilang dalam kurun waktu yang lama. Gambar-gambar ini menggunakan teknik perkembangan usia untuk menunjukkan kemungkinan penampilann anak yang hilang kini, berdasarkan foto terakhirnya.

Baca juga: Teknologi Pengenalan Wajah jadi Senjata Baru Kepolisian Inggris dalam Kejar Penjahat

AI Canggih dan Gambaran Resolusi Super

Sistem di balik poster ini awalnya dikembangkan oleh Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) pada tahun 2015. Kecanggihan kecerdasan buatan di masa kini memungkinkan pihak berwenang untuk membuat gambar realistis dari bagaimana penampilan anak-anak tersebut di masa kini, dan dapat menyebarkan poster berisi kemungkinan penampilan mereka saat dewasa.

Berdasarkan KAIST, program ini menganalisa pola perkembangan usia dan menerapkannya ke foto terakhir anak tersebut untuk memproduksi gambar ketika mereka dewasa. Para petinggi mengatakan sistem ini merupakan "loncatan besar" setelah ditambahkannya gambaran resolusi super. Perkembangan penting ini mengizinkan AI untuk menambah detail yang diperlukan dan diperjelas, membuatnya terlihat lebih hdiup dan lebih bermanfaat untuk penyelidik.

Foto: National Center for the Rights of the Child via Korea Herald

Salah satu kasus terkenal adalah tentang Kim I-gon, yang hilang pada tahun 1985 saat berusia 13 tahun. Menggunakan fotonya yang berusia 13 tahun, sistem ini membentuk gambar proyeksi penampilan Kim di usianya yang ke-52, dengan rahang kotak dan kerutan yang terlihat, menawarkan alat visual baru untuk diidentifikasi. Walaupun teknologi ini tidak menjamin pengenalan, petinggi melaporkan poster terbarunya mengundang kabar dan kiat baru dari waktu ke waktu, membantu menjaga kasus-kasus lama tetap aktif.

Kolaborasi Pemerintah Dalam Adopsi AI

Projek NCRC didukung oleh Badan Kepolisian Nasional dan Kementerian Kesahatan dan Kesejahteraan. Inisiatif AI ini melibatkan kolaborasi dekat lembaga-lembaga pemerintah ini.

Secara historis, seniman forensik bergantung pada foto keluarga dan pengetahuannya tentang perkembangan tengkorak dan wajah untuk memprediksi penampilannya saat dewasa. Walau alat AI milik Korea Selatan ini mempercepat dan menambah ketepatan, pihak berwenang belum merilis ke masyarakat umum soal metrik akurasi atau identitas yang sudah dikonfirmasi berdasarkan poster-poster terbaru ini.

Bukan hanya Korea yang mengembangkan teknologi ini. Pendekatan berbasis AI yang serupa juga terdapat di negara lain seperti Argentina, yang baru-baru ini membuat ulang wajah dewasa dari anak-anak yang menghilang saat rezim militer empat dekade lalu, menunjukkan minat internasional yang meningkat.

NCRC juga telah menggunakan AI untuk kampanye anak hilang dalam jangka panjang, termasuk projek "Runway to Home"-nya yang diumumkan Oktober lalu. Inisiatif ini membentuk ulang video orang hilang yang berjalan di landasan virtual, baik sebagai anak-anak dan orang dewasa, untuk memvisualisasikan penampilan mereka yang mungkin sudah berubah, dan menarik perhatian publik.

Baca juga: Wow! AI Baru Ini Prediksi Risiko Kanker Payudara Hingga 5 Tahun Lebih Awal

Pertimbangan Etika dan Prospek Masa Depan

Para ahli memperingatkan perkembangan usia hanyalah sebuah perkiraan daripada sebuah kepastian. Gambar yang dibuat AI bertujuan sebagai petunjuk daripada mengonfirmasi identitas, dan tingkat efektif dari teknologi ini bergantung pada keterlibatan publik dan pengumpulan data. Namun begitu, projek ini merupakan alat berharga yang dapat memantik dan mengaktifkan kembali kasus orang hilang yang sudah lama.

Para ahli menilai inisiatif Korea Selatan dapat menjadi kesempatan baru bagi penyedia AI forensik. Penyedia teknologi yang menawarkan gambaran dan alat penyelidikan ke badan publik dapat meningkatkan permintaan terhadap platform multifungsi yang mampu melakukan simulasi pekembangan usia, peningkatan kualitas gambar, hingga manajemen kampanye, alat-alat yang mempermudah pencarian orang hilang.

Dengan teknologi AI yang terus berevolusi, usaha Korea Selatan menunjukkan bagaimana metode komputasi canggih dapat membantu tugas penyelidikan tradisional, menawarkan keluarga dan pihak berwenang harapan baru pada kasus yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Meskipun masih ada tantangan akurasi dan verifikasi, simulasi perkembangan usia yang berbasis AI dapat menjadi standar penyelidikan anak hilang di seluruh dunia.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


NASA Ungkap Asteroid 16 Psyche, Harta Karun Logam yang Bisa Bikin Bumi Kaya Raya

9 December 2025 at 19:36

Foto: NASA

Teknologi.id -  Agensi Antariksa Amerika Utara (NASA) mengonfirmasi kabar yang dirilis pada November 2025 tentang proses signifikan dari misi Psyche, yang menargetkan asteroid 16 Psyche. Asteroid ini diyakini berlokasi pada sabuk asteroid di antara Mars dan Jupiter yang berjarak sekitar 370 juta kilometer dari bumi, mengorbit pada jarak rata-rata 370 juta kilometer dari bumi. Spacecraft (Wahana Antariksa) Psyche ini diluncurkan pada Oktober 2023, menunjukkan usaha ambisius untuk menyelidiki objek unik tersebut. 

Harta Karun Penuh Logam dan Pengetahuan Ilmiah

Asteroid 16 Psyche diketahui berukuran 226 kilometer, atau setara dengan West Virginia, Amerika Serikat. Berdasarkan observasi, kepadatannya menujukkan kalau asteroid ini merupakan objek primitif yang lapisan luarnya terkikis akibat tabrakan hebat pada awal pembentukan sistem Tata Surya.

Materinya terbentuk dari besi nikel dan logam seperti emas dan platinum. Komposisinya berbeda dari mineral silikat (S-Type) pada umumnya atau senyawa karbon (C-Type). Diperkirakan komposisinya adalah 30% sampai 60% besi. Komposisi yang kaya akan logam menunjukkan kemungkinan asteroid ini adalah inti dari protoplanet kuno yang berpotensi terekspos.

Objek ini dirumorkan berpotensi membuat seluruh penduduk bumi sangat kaya. Berdasarkan laporan, nilai dari asteroid ini mencapai US$10.000 kuadriliun. Bahkan ada yang mengatakan nilainya mencapai US$700 kuintiliun. Dengan asumsi US$700 kuintiliun dibagikan ke seluruh populasi bumi sebanyak 7.6 miliar, maka tiap orangnya akan mendapat sebanyak US$93 miliar (Rp 1.552 triliun) jika Psyche 16 sukses ditambang, dikutip dari Business Standard, Senin (8/12/2025).

Baca juga: NASA & Google Kembangkan Dokter AI untuk Astronot, Bisa Selamatkan Nyawa!

Tujuan Misi dan Kemajuan Operasional

Tujuan utama misi ini adalah analisis ilmiah mendalam mengenai struktur internal asteroid tersebut. Studi asteroid 16 Psyche ini menawarkan kesempatan menarik untuk mengumpulkan data tentang inti dari planet berbatu. Data yang dikumpulkan dapat menjadi wawasan penting tentang proses pembentukan awal Tata Surya, termasuk terpisahnya planet menjadi beberapa inti. Para peneliti berusaha memahami bagaimana objek batuan dapat berbentuk dan berevolusi, menggunakan 16 Psyche sebagai lab alami untuk mengungkap misteri geologi planet. Eksplorasi Psyche adalah bagian dari Discovery Program milik NASA, yang menargetkan misi robotik biaya yang cukup terjangkau.

Misi ini akan memberikan informasi mengenai topografi, gravitasi, dan magnet selama rencana mengorbit 20 bulan mengelilingi asteroid. Instrumen yang dibutuhkan termasuk pencitraan multispektral, magnetometer, dan spektrometer sinar gamma dan neutron.

Penyelidikan berlanjut dengan tenaga penuh pada Juni 2025, setelah berhasil menyesuaikan saluran bahan bakar cadangannya. Sistem pendorong xenon-ion-nya penting untuk menjaga lintasan spacecraft. Total massa spacecraft saat diluncurkan mencapai 2.747 kilogram, termasuk beberapa eksperimen lanjutan, yang ditenagai panel surya berukuran 24 meter. Pencapaian penting berikutnya adalah manuver terbang mendekati Mars dengan bantuan gravitasi, yang dijadwalkan pada Mei 2026. Pembaruan pada tahun 2025 mengonfirmasi bahwa tekanan bahan bakar spaceraft telah stabil pada 26 pon per inci persegi.

Baca juga: NASA Umumkan Temuan Tanda Kehidupan Biologis di Planet Mars

Teknologi Inovatif dan Observasi Jarak Jauh

Misi ini juga menguji Deep Space Optical Communications (DSOC), teknologi laser inovatif yang mengirim data hingga 25 Mbps. Sementara itu, observasi jarak jauh dari Hubble telah mengonfirmasi variasi logam dan keberadaan silikat terhidrasi pada permukaan asteroid, bukti dari tabrakan kuno.

Dilema Legal Sumber Daya Luar Angkasa

Foto: NASA

Sayangnya, berita ini didampingi isu hukum. Direktur Program Sektor Swasta di Secure World Foundation, Ian Christensen mengatakan kurang jelasnya kepemilikan dari sumber daya ruang angkasa secara hukum. 

"Ada beberapa celah dalam undang-undang, dan beberapa hal perlu diklasifikasi untuk memberikan kepastian lebih pada undang-undang saat ini," ucapnya.

Tidak ada otoritas yang bertanggung jawab atas alokasi sumber daya ruang angkasa. Izin saat ini dikeluarkan oleh pemerintah negara-negara yang melakukan kegiatan tersebut.

“Penegakan hukum dilakukan oleh otoritas pemerintah nasional, tetapi belum ada otoritas antariksa khusus,” jelasnya. Regulasi paling komprehensif mengenai aktivitas antariksa adalah Perjanjian Antariksa PBB, yang diterbitkan pada tahun 1967. 

Rebeca Keller, seorang analis sains dan teknologi di Stratfor, menambahkan bahwa masalah ini dapat diinterpretasikan dari kedua sisi dan menimbulkan kontroversi, dengan para ahli masih mendebatkan penggunaan yang tepat dari sumber daya ini.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Serangan DDoS Naik 170% di 2025, Indonesia Jadi Sumber Terbesar di Dunia

9 December 2025 at 03:13

Foto: Qoo Media

Teknologi.id -  Perusahaan teknologi yang menyediakan perlindungan dan distribusi konten terhadap serangan Distributed Denial of Service (DDoS), Cloudflare, membagikan laporan terbarunya tentang ancaman DDoS. Temuan-temuan ini menggarisbawahi tren yang mengganggu dalam perang siber. Temuan ini berdasarkan data dari jaringan Cloudflare selama kuartal-III tahun 2025 (Juli-September). Laporan tersebut mengungkapkan kenaikan signifikan dalam penyerangan global, 8.3 juta di antaranya berhasil dicegah, setara dengan 3.780 serangan per jam. Angka total serangan DDoS yang berhasil dicegah selama 2025 mencapai 36.2 juta, 170% lebih tinggi dari total angka penyerangan yang berhasil dicegah pada tahun 2024.

Total jumlah penyerangan pada kuartal-III 2025 mewakili 15% peningkatan dari kuartal sebelumnya dan 40% peningkatan year-on-year dibandingkan kuartal-III tahun 2024.

Baca juga: Cloudflare dan Komdigi Gelar Audiensi, Ini Hasilnya untuk PSE Lingkup Privat

Indonesia Sebagai Sumber Utama Penyerangan 

Foto: Freepik

Berdasarkan laporan, Indonesia merupakan sumber utama serangan DDoS pada kuartal-III tahun 2025, posisi yang telah dipertahankannya sejak kuartal-III tahun 2024. Selama lima tahun ini belakangan (sejak kuartal-III 2021), persentase serangan DDoS berbasis HTTP yang berasal dari Indonesia telah meningkat sebanyak 31.900 persen.

Tujuh dari sepuluh serangan global bersumber dari Asia. 10 negara teratas teridentifikasi sebagai sumber terbesar serangan DDoS di kuartal-III adalah:

  1. Indonesia
  2. Thailand
  3. Bangladesh
  4. Ekuador
  5. Rusia
  6. Vietnam
  7. India
  8. Hong Kong
  9. Singapura
  10. Ukraina

Baca juga: 10 Negara dengan Pengguna Instagram Terbanyak di Dunia, Indonesia Tempati Peringkat 4

Kebangkitan Botnet Aisuru dan Serangan Volume Tinggi

Gelombang serangan ini sebagian besar disebabkan oleh sebuah botnet bernama Aisuru, yang telah menginfeksi 1-4 juta perangkat di seluruh dunia (termasuk berbagai perangkat atau sistem yang terhubung internet, seperti komputer, server, dan router). Botnet Aisuru menginfeksi perangkat dengan serangan ekstrim berkat kekuatannya, yang seringkali melebih 1 terabit per detik (Tbps) dan lebih dari satu miliar paket per detik (Bpps), yang mampu mengganggu stabilitas internet. Puncaknya, satu serangan Aisuru dapat mencapai 29.7 Tbps dan 14.1 Bpps.

Analisis detail dari serangan ini menunjukkan perbedaan berdasarkan tingkatannya:

  • Network Layer (tingkatan jaringan): Bertanggung jawab atas 71% serangan (sekitar 5.9 juta serangan) dan meningkat sebanyak 87% quarter-on-quarter (QoQ) dan 95% year-on-year (YoY).
  • HTTP Layer (tingkatan HTTP): Bertanggung jawab atas 29% penyerangan (sekitar 2.4 juta) dan benar-benar berkurang sebanyak 41% quarter-on-quarter dan 17% year-on-year.

Cloudflare memperingatkan bahwa kebanyakan serangan, baik secara volumetrik maupun HTTP, berumur pendek: 71% serangan HTTP dan 89% serangan network-layer dapat bertahan kurang dari 10 menit. Deteksi cepat dan mitigasi merupakan hal yang krusial, karena sistem tradisional seringkali tidak mampu merespons dengan cukup cepat terhadap gangguan yang bersifat singkat namun intens.

Baca juga: Botnet : Modus Ribuan Bot Bungkam Akun Twitter, Elon Musk Tawarkan Hadiah Uang

Target Korban dan Bidang Geopolitik

Foto: Rugged Tooling

Target terbanyak dari serangan DDos adalah Cina, yang disusul oleh Türkiye dan Jerman. Amerika Serikat menempati peringkat ke-5, dan Filipina kini menempati peringkat ke-10, walau sebelumnya tidak ada dalam daftar. Berikut target serangan DDoS yang lengkap:

  1. Cina
  2. Türkiye
  3. Jerman
  4. Brasil
  5. Amerika Serikat
  6. Rusia
  7. Vietnam
  8. Kanada
  9. Korea Selatan
  10. Filipina

Berdasarkan sektor profesi, yang paling sering ditargetkan adalah information technology (IT) dan bidang jasa, telekomunikasi, perjudian dan kasino. Laporan tersebut juga menunjukkan kenaikan signifikan terhadap serangan industri otomotif dan pertambangan, mineral, dan logam, di tengah meningkatnya tekanan perdagangan global dan regulasi yang bertambah dalam perdagangan bahan-bahan kritis, yang menujukkan adanya hubungan dengan dinamika geopolitik.

Cloudflare juga mencatat kenaikan siginifikan dalam traffic DDoS di pelayanan Artificial Intelligence (AI), mencapai peningkatan hingga 347% dalam bulan September 2025 saja.

Laporan ini mengonfirmasi bahwa ancama DDoS bukan kejahatan siber yang acak, tetapi juga meningkat hingga digunakan sebagai alat perekonomian, politik, dan persaingan digital lintas-batas (cross-border). Cloudflare menekankan bahwa kompleksitas dan skala serangan DDoS kini telah melampaui kemampuan solusi tradisional.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Apple Dikabarkan Gandeng Intel untuk Produksi Chip iPhone Mulai 2028

8 December 2025 at 23:09

Foto: Selular.ID

Teknologi.id -  Sebuah laporan memperlihatkan adanya kemungkinan perubahan besar-besaran di rantai pasokan Apple. Untuk pertama kalinya dalam sejarah iPhone, Intel dikabarkan akan menjadi rekan fabrikator chip untuk Apple di tahun 2028. Rumor ini datang setelah perubahan besar di industri semikonduktor, serta usaha kedua perusahaan dalam beradaptasi di pasar global.

Berdasarkan penelitian dari GF Securities pada Jumat (5/12), analis Jeff Pu mengatakan kemungkinan Intel untuk memproduksi sebagian chip iPhone, terutama untuk model non-Pro dari seri A22.

Chip ini diperkirakan akan digunalan untuk iPhone 20 dan iPhone 20e. Berdasarkan laporan dari MacRumors, Intel sedang menuju kesepakatan dengan Apple untuk mendapatkan bagian kecil namun signifikan dari produksi chip iPhone.

Baca juga: Meta Gaet Desainer Veteran Apple ke Studio Kreatif Baru: Reality Labs

Alasan Apple Diversifikasi Pemasok

TSMC telah menjadi pemasok utama chip Apple selama bertahun-tahun, terutama untuk proses fabrikasi lanjutan. Kemampuan TSMC dalam memproduksi dengan kinerja tinggi dan energi yang efisien selalu konsisten. Akan tetapi, pandemi global beberapa tahun lalu membuka mata Apple pada resiko besar ketergantungan ke satu wilayah dan satu pemasok.

Gangguan logistik di Asia telah memicu Apple untuk menjadwalkan produksi perangkatnya, dan yang memicu perusahaan tersebut untuk memperluas jalur perakitan ke India, Vietnam, dan mencari pilihan fabrikasi yang lebih dekat dengan Amerika Utara.

Strategi perusahaan ini bergantung pada keberhasilan beberapa pihak, dari TSMC Arizona yang meningkatkan kapasitas, Texas Instruments yang memasok komponen analog penting, sampai upaya diversifikasi manufaktur yang didorong oleh kebijakan pemerintah AS. Tarif, subsidi, dan tekanan politik yang meningkatkan produksi chip lokal juga membentuk keputusan Apple.

Kebangkitan Intel dan Daya Tarik Lokasi

Intel merupakan kandidat yang relevan karena memiliki kapasitas produksi yang besar di Amerika Serikat. Fasilitas lokal ini memberikan Apple manfaat strategis dalam geopolitik dan logistik, terutama mengurangi resiko penundaan akibat pengiriman antarbenua atau tekanan Asia Timur.

Intel sendiri sangat tertarik untuk menjadikan Apple kliennya, setelah reputasinya tergoyahkan beberapa tahun lalu akibat penundaan perkembangan teknologi yang membuatnya tertinggal dari TSMC.

Dua tahun belakangan, Intel telah menginvestasikan dana besar untuk mengembangkan proses 18A dan 14A untuk mengejar ketertinggalan. Mendapatkan Apple sebagai kliennya dapat menjadi validasi penting bahwa Intel benar-benar kembali ke jalur.

Menurut Pu, perkembangan Intel meningkat secara signifikan, terutama dengan proses fabrikasi baru 14A. Di sisi lain, Apple terus tertarik dalam memperluas basis manufakturnya untuk mencegah resiko ketergantungan pemasok.

Baca juga: AS Resmi Kuasai 10% Saham Intel Senilai USD 8,9 Miliar, Ini Strateginya

Uji Coba Apple dan Ironi Sejarah

Foto: Intel

Hal ini diperkuat oleh laporan dari analis Ming-Chi Kuo yang mengatakan Intel sudah siap menjadwalkan produksi chip seri M kelas bawah Apple pada pertengahan 2027 menggunakan proses 18A-nya. Apple diketahui untuk selalu menguji stabilitas dan produktivitas pabrik dengan chip beresiko rendah sebelum memercayakan komponen kunci seperti chip iPhone.

Kalau mereka puas dengan hasilnya, Intel bisa mendapat rasio lebih besar untuk produksi chip iPhone tingkat dasar dan mungkin lebih dari itu. Namun, Apple tetap mendekat dengan hati-hati.

Kerja sama Apple dan Intel berpotensi membawakan ironi sejarah. Sejak 2020, Apple menggunakan prosesor Intel di jajaran produk Mac sebelum akhirnya beralih ke Apple Silicon. Sekarang, hubungan keduanya berkembang ke arah yang berbeda, bukan tentang desain prosesor lagi, melainkan kapasitas Intel sebagai pembuat chip iPhone milik Apple.

Dampak dan Posisi Intel dalam Rantai Pasokan

Iphone adalah tulang punggung dari bisnis perusahaan tersebut, dengan ratusan juta unit dikirimkan setiap tahunnya. Gangguan kecil pada proses fabrikasi dapat menyebabkan kekurangan global. Meningkatkan kapasitas produksi melalui Interl dapat membantu Apple mengurangi resiko ini sambil meningkatkan posisi tawa-menawarnya saat bernegosiasi dengan TSMC.

Dalam hal ini, Intel bukanlah pengganti TSMC, melainkan salah satu elemen dari strategi hebat Apple untuk mengurangi resiko rantai pasokan. Investasi yang sudah berjalan dengan TSMC dan Texas Instruments tetap menjadi fondasi utama. Pada akhirnya, Intel mungkin mendapatkan kesempatan bagis, tetapi perannya hanyalah bagian dari mozaik besar dalam strategi penyebaran Apple, menjadi pelengkap dari rantai pasokan Apple di masa depan.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 6 December 2025 Tech News & Update

Susul Samsung dan Huawei, Xiaomi Akan Rilis Smartphone TriFold!

6 December 2025 at 01:08




Foto: Jagat Gadget

Teknologi.id -  Dengan masuknya Samsung secara resmi ke arena smartphone trifold setelah Huawei, terdapat ekspektasi adanya peluncuran dari merek lain dengan teknologinya. Tampaknya Xiaomi akan mengikuti jejak tersebut. Sertifikasi baru dari Global System for Mobile Communication Association (GSMA/  Asosiasi Sistem Komunikasi Seluler Global) memberikan kemungkinan gambaran dari trifold Xiaomi yang akan datang.

Sertifikasi Mix TriFold Xiaomi - Rilis Tahun Depan?

Rumor akan adanya smartphone trifolding Xiaomi sudah beberapa kali terdengar, dan beberapa bocoran bahkan mengungkap paten untuk perangkat lipat baru ini. Pencantuman baru ini, mungkin akan menjadi Xiaomi Mix TriFold. Pencantuman perangkat yang memiliki nomor model 2608BPX34C ini merupakan petunjuk jelas dari kedatangannya yang akan segera terjadi.

Sayangnya, informasi tentang smartphone ini masih sangat terbatas. Berdasarkan beberapa laporan, perangkat ini akan diluncurkan di sekitar kuartal-III tahun 2026. Yang berarti, sekitar bulan Juli dan September 2026.

Baca juga: iPhone Fold Diprediksi Jadi HP Lipat Termahal, Harganya Tembus Rp38 Juta!

Dugaan Spesifikasi 

Smartphone ini diduga memiliki spesifikasi tingkat atas. Termasuk, chipset Qualcomm Snapdragon seri-8, kemungkinan Qualcomm Snapdragon 8 Elite Generasi 5. Perangkat ini juga akan menampilkan sistem triple-camera. Smartphone ini kemungkinan dilengkapi dengan baterai Si-C besar berdasarkan tren Xiaomi akhir-akhir ini. Diharapkan akan menyajikan user-interface (UI) hybrid antara smartphone dan tablet, layaknya Samsung Galaxy Z Fold, kemampuan multitasking yang kuat, serta fitur unggulan seri Mix.

Bahasa Desainnya Mengikuti Huawei Mate XT

Foto: Huawei

Mengingat desain paten yang ada, Xiaomi akan memilih desain yang mirip dengan Huawei Mate XT Ultimate. Di desain ini, layar utamanya terlipat ke dalam. Saat dilipat, perangkatnya akan terlihat seperti perangkat biasa dengan layar depan standar dan pengaturan kamera belakang. Jadi ada kemungkinan smartphone trifold milik Xiaomi juga memiliki penampilan ini.

Apa yang Dinantikan

Jika Xiaomi melanjutkan Mix TriFold, perangkat ini akan bergabung dengan sekelompok kecil perusahaan manufaktur yang memproduksi perangkat multi-fold, memperluas kompetisi dan berpotensi mendorong inovasi desain dan harga di ruang lingkup perangkat lipat. Melihat perangkat-perangkat lipat Xiaomi sebelumnya (seri MIX Fold dan Mix Flip), sebuah perangkat trifold dapat mewakili perkembangan dari susunan ini.

Sampai saat ini, pencatuman GSMA adalah konfirmasi terkuat bagi publik tentang adanya Xiaomi TriFold, tetapi detail resmi masih dirahasiakan.  

At this point, the GSMA listing is the strongest public confirmation that a Xiaomi tri-fold exists, but official details are still under wraps. Aspek-aspek penting seperti ukuran layar, ketahanan engsel, kapasitas baterai, kamera, dan ketersediaan global masih bersifat spekulatif.

Baca juga: Harga HP Xiaomi Diprediksi Naik Tahun Depan, Ini Penyebabnya


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


GTA 6 Belum Rilis, Fans Sudah Heboh Bahas Peta Raksasa dan Misteri Leonida

5 December 2025 at 23:17

Foto: Rockstar Games

Teknologi.id - Beberapa laporan mengatakan GTA (Grand Theft Auto) 6 buatan orang dalam Rockstar Games memungkinkan untuk ditunda ke akhir 2026. Namun begitu, banyakanya bocoran dan spoiler sudah simpang siur di beberapa komunitas online. GTA 6 ini dikabarkan akan memiliki peta dengan ukuran dua kali lebih besar dari peta di GTA V. Dengan skala tersebut, banyak penggemar bertanya-tanya: "akan seluas dan sedetail apa peta tersebut?"

Sebelumnya, para gamer dikonfirmasi akan dapat menjelajahi Vice City ke negara bagian bernama Leonida, termasuk lokasi-lokasi seperti Leonida Keys, Grassrivers, Port Gellhon, Ambrosia, dan Taman Nasional Mount Kalaga. 

Di Reddit, obrolan tentang ukuran peta GTA 6 telah berkembang, menggiring lebih banyak pemain memikirkan apa yang akan terjadi di dalam game.

"Di dunia nyata, dibutuhkan sekitar 2-3 jam untuk menyetir seluruh bagian Keys. Kalau hanya membutuhkan 10-15 menit di dalam game, saya akan senang. Lebih lama dari itu, saya akan berpikir, 'Sial, Rockstar akan melebihi ekspektasi,'" ucap salah satu pengguna Reddit. 

Di Reddit, percakapan tentang ukuran peta GTA terus bertambah seiring banyaknya pemain yang penasaran tentang apa yang akan ada di dalam game. Pengguna Reddit lain penasaran dengan area Keys, meyakini Rockstar menyembunyikan banyak aktivitas dan event kecil yang dapat membuat pemain tetap tertarik. Pengalaman menjelajah dalam Grand Theft Auto V, yang dianggap sukses dalam menciptakan dunia yang tampak realistis dan rumit, menjadi sumber harapan ini.

Mengingat GTA 6 kini berlatar di negara bagian yang tidak memiliki pantai, para pemain secara wajar menantikan pengalaman “pulau” yang khas.

"Mount Kalaga tampak menarik. Tentu saja penuh dengan misteri dan hal-hal yang mengganggu.

Selain itu, pengembang sering memasukkan legenda seperti Bigfoot yang terkenal di berbagai negara bagian AS. Game yang berlatar di Florida ini kemungkinan akan menampilkan mitologi Skunk Ape.

Sekali lagi, GTA 6 menunjukkan betapa populernya game dunia terbuka di kalangan pemain. Pembicaraan selalu dipicu oleh rumor mengenai lokasi dan detail peta. Mungkin gamer Indonesia sudah memiliki ekspektasi tertentu tentang apa yang akan ditawarkan Leonida.

Baca juga: Video Bocoran GTA 6 AI Palsu Tembus 8 Juta Views

Jadwal Rilis yang Diubah-Ubah

Awalnya, GTA 6 diumukan untuk rilis pada 26 Mei 2026, tapi pada bulan Oktober lalu, melalui akun resmi Rockstar Games tanggal rilisnya ditunda sampai 19 November 2026, dan membuat banyak penggemar, yang berharap dapat memainkannya dalam enam bulan, merasa kecewa.

Foto: Tangkapan layar akun X @RockstarGames

"Hai semua, GTA 6 akan dirilis pada hari Kamis, 19 November, 2026. Kami mohon maaf atas penundaan tambahan yang kami sadari telah membuat Anda menunggu cukup lama, namun bulan-bulan tambahan ini akan memungkinkan kami untuk menyelesaikan game ini dengan tingkat penyempurnaan yang Anda harapkan dan layak dapatkan." Tukasnya pada sebuah unggahan X, Jumat (7/11) lalu.

Hal ini menimbulkan berbagai reaksi dari para penggemar. Beberapa dari mereka berusaha untuk merasa santai dengan "memprediksi kapan entri ke-7 akan rilis," sementara sebagian lain lebih merasakan kekecewaannya degan memperkirakan, apakah game-nya akan memenuhi ekspektasi mereka.

Sebagian lainnya justru berpikir bagaimana Rockstar Games akan mengisi kekosongan tersebut sampai perilisannya di 2026. Beberapa pengguna di Reddit bahkan membuat "timeline perilisan" game tersebut, dimulai dari beberapa trailer permainannya di bulan Mei dan Juli, sampai apa yang dapat terjadi di dalam game di sekitar September dan Oktober.

Baca juga: GTA 6 Booming! Trailer Kedua Tembus 475 Juta Views dalam 24 Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Mungkinkah GTA 6 Ditunda Sampai 2027?

Akan lebih baik bagi kita untuk tidak menghapus kemungkinan penundaan lain. Banyak hal bisa terjadi sekarang sampai 19 November tahun depan. Rockstar Games diketahui atas kesempurnaannya, dan penundaan lain untuk sebuah game yang sangat telat diluncurkan, bisa dengan mudah mundur sampai 2027. 

Kabar baiknya, masih terlalu awak untuk mengira GTA 6 akan diundur lagi. Di X, Reece ‘Kiwi Talkz’ Reilly, seorang insider Rockstar yang melaporkan penundaan game dari Mei ke November sebelum dikonfirmasi, mengecam rumor saat ini bahwa GTA 6 telah ditunda hingga 2027. 


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


❌