Normal view

Received — 19 December 2025 Tech News & Update

Bukan Sihir! Startup Jepang Ini Ubah Selembar Kain Jadi Speaker Aktif

19 December 2025 at 21:28

Foto: Sensia Technology

Teknologi.id -  Sebuah startup Jepang dengan nama Sensia Technology mendobrak asumsi tentang bagaimana perangkat audio dirancang. Belakangan ini, perusahaannya memperkenalkan speaker portabel yang benar-benar meninggalkan komponen tradisional speaker pada umumnya seperti corong keras, baut, atau permukaan tebal. Alih-alih, mereka menciptakan perangkat yang seluruhnya terbuat dari kain pemancar suara, yang bahannya berfungsi sebagai sumber audio.

Terobosan Elektronik Fleksibel

Inovasi ini, yang dinamakan Fabric Speaker Portable (Speaker Kain Portabel), disebut sebagai speaker portable pertama di dunia yang seluruhnya berbahan dasar kain tekstil pemancar suara. Tidak seperti "speaker kain" sebelumnya yang hanya menyembunyikan speaker tradisional keras di dalam sebuah bantal atau cushion, teknologi miliki Sensia mengubah kain tenun menjadi transduser audio sungguhan.

Fondasi produk ini tidak dirancang dalam satu malam. Konsep utama perangkat ini awalnya dikembangkan pada tahun 2018 di Institut Nasional Sains dan Teknologi Industri Maju Jepang (Advanced Industrial Science and Technology/ AIST). Para peneliti di sana menunjukkan bahwa kain elektronik dapat dibuat cukup tipis, ringan, dan fleksibel untuk mempertahankan sifat-sifat kain pada umumnya sambil berfungsi sebagai perangkat elektronik. Sensia Technology berhasil mengadaptasi penelitian tersebut ke produk komersial bagi konsumen sehari-hari.

Baca juga: Krisis Demensia Memburuk, Jepang Kerahkan AI dan Robot Jadi Penyelamat Lansia

Bagaimana Suaranya Dihasilkan?

Secara teknis, speaker ini menggunakan metode yang dikenal sebagai arsitektur elektrostatik, sebuah prinsip yang sering ditemukan pada peralatan audio mahal kelas atas. Kain berbahan tenun ini memiliki serat konduktif yang tersusun serupa dengan struktur kapasitor. Terdiri atas dua lapisan konduktif fleksibel yang dipisahkan film dielektrik yang sangat tipis.

Saat sinyal audio dikirim melalui kainnya, akan mengatur medan listrik di antara lapisan-lapisan ini. Hal ini mmenyebabkan seluruh permukaan kain bergetar, mendorong dan menarik udara di sekitarnya untuk menciptakan gelombang suara yang dapat didengar. Karena suara yang dikeluarkan berasal dari kain itu sendiri, audionya tersebar di secara merata seluruh permukaannya, daripada berasal dari satu titik terbatas. Sehingga mengeliminasi "zona mati" dan menciptakan medan suara yang merata agar terdengar lebih alami.

Kinerja dan Penggunaan Praktis

Foto: Sensia Technology

Untuk menangani daya dan konektivitas, Sensia melekatkan modul plastik kecil dan tersembunyi di satu sudut kainnya. Modul ini mengandung baterai, sirkuit nirkabel (bluetooth), dan penggerak elektronik yang dibutuhkan.

Dalam hal volume, dokumentasi teknisnya menunjukkan kalau satu unit dapat mencapai tekanan suara sampai sekitar 68 desibel. Saat dua unit dipasangkan, keluarannya dapat mencapai sekitar 71 desibel, yang mana hampir mirip dengan suara dengung yang dihasilkan pembersih vakum rumahan dalam jarak dekat.

Meskipun perusahaannya belum merilis data spesfifik mengenai jangkauan freakuensi dan tingkat distorsi, Fabric Speaker Portable ini diposisikan untuk mendengarkan musik pribadi dan ambient. Fleksibilitasnya mengizinkan perangkat ini untuk diletakkan di tempat-tempat unik yang sebelumnya tidak dapat digapai:

  • Permadani Akustik: Dapat digantung di dinding layaknya sebuah karya seni.
  • Audio Tersembunyi: Dapat diletakkan di bawah sprei, gorden, atau cushion furniture.
  • Potensi Pemakaian: Karena teksturnya yang menyerupai kain biasa, speaker ini kelak dapat diintegrasikan ke pakaian.

Baca juga: Rp6,4 Miliar! Jepang Jual "Mesin Cuci Manusia" Mewah, Mandi Otomatis Cuma 15 Menit

Masa Depan Embedded Audio

Saat ini, speaker kain Sensia masih menjadi produk khusus yang menunjukkan apa yang mungkin terjadi saat mikroelektronik menjadi fleksibel. Namun, implikasinya sangat banyak. Jika teknologi ini berkembang, itu dapat mengubah interaksi kita dengan suara. Terdapat kemungkinan bahwa kita akan berpindah dari "kotak" yang menyempitkan tempat, menuju dunia di mana suara tertanam di dalam bahan-bahan yang ada di keseharian kita—dari bangku mobil sampai wallpaper dalam rumah.

Terobosan baru Jepang menunjukkan bahwa di masa depan, musik kesukaan anda mungkin tidak berasal dari perangkat yang anda bawa, melainkan dari kain yang anda pakai atau duduki.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Bikin Kerja Cepat, Google CC Ringkas Email dan Jadwal dalam Satu Briefing

19 December 2025 at 19:26

Foto: Teknologi.id/ Tangkapan layar Google Labs

Teknologi.id -  Google membuat langkah besar dengan menjadikan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) bagian utama dalam rutinitas sehari-hari manusia. Melalui divisi Google Labs, raksasa teknologi ini baru saja memperkenalkan agen AI eksperimen yang disebut CC. Didukung dengan model terbaru Gemini, CC dirancang agar berperan sebagai sekretaris pribadi di pagi hari, dengan meringkas kegiatan setiap harinya dan mengirimnya langsung ke kotak masuk (inbox) pengguna.

Pengalaman "Your Day Ahead"

Fitur Utama dari Google CC adalah uraian email yang dipersonalisasi berjudul "Your Day Ahead (Hari Anda ke Depannya)". Dibandingkan membuat pengguna untuk membuka beberapa aplikasi tepat setelah bangun tidur, CC menyatukan informasi dari Google Calendar, Gmail, dan Google Drive menjadi satu ringkasan jelas.

Uraian ini bukan hanya berisi daftar acara, tetapi juga menyoroti tugas penting, meeting yang akan datang, deadline bahkan notifikasi dengan urgensi tinggi seperti tagihan yang belum dibayar dan persiapan janji temu (appointment). Dengan menggali sinyal dari layanan Google pengguna dan menytukannya dengan konteks web relevan, CC memastikan pengguna memulai hari mereka dengan gambaran umum yang lengkap dan rapih tentang apa yang perlu diselesaikan.

Baca juga: Google Disco: Browser AI yang Bisa Ciptakan Aplikasi dari Setiap Tab Secara Real-Time

Asisten Proaktif dan Otomatisasi


Foto: Teknologi.id/ Tangkapan layar Google Labs

Lebih dari sekedar meringkas dara, CC dirancang untuk mendukung alur kerja produktif dengan membantu pengguna untuk bertindak langsung. Agen AI ini dapat secara otomatis mempersiapkan draft email atau memasukkan link jadwal ke dalam pesan. "Layar koordinasi ringan (ligtweight coordination layer)" ini mengizinkan pengguna untuk memberikan follow-up pada tugas penting tanpa menjauh dari inbox. 

Salah sartu aspek unik CC adalah kemampuannya untuk belajar. Google menjelaskan kalau pengguna dapat "mengarahkan" AI dengan membalas langsung ke email briefing. Pengguna dapat mengajarkan CC tentang kebiasaan spesfik mereka, preferensi, atau memintanya untuk mengingat ide dan to-do list spesifik. Seiring waktu, agen ini akan menyaring apa yang diberikan dan bagaimana cara berkomunikasinya, sehingga semakin mendapat konteks tentang kehidupan pengguna, agen ini akan menjadi semakin personal.

Ketersediaan dan Akses Priortitas

Foto: Teknologi.id/ Tangkapan layar Google Labs

Sebagai eksperimen awal Google Labs, saat ini CC beroperasi di bawah model dengan akses terbatas. CC tersedia untuk pengguna berusia 18 tahun ke atas yang berlokasi di Amerika Serikat dan Kanada. Selagi daftar tunggu (waitlist) sedang dibuka, Google menekankan prioritasnya adalah untuk memberikan akses ke member Google AI Ultra dan pelanggan berbayar lain.

Untuk meningkatkan peluang agar menjadi prioritas dalam daftar tunggu, Google menyarankan bagi pengguna yang tertarik untuk mengaktifkan "Smart Settings" dalam Google Workspace mereka. Hal ini menandakan AI-nya diizinkan untuk terintegrasi secara dalam dan akan befungsi secara efektif. Bagi pengguna yang memtuskan untuk berhenti berlayanan, Google menyediakan cara untuk keluar melalui pengaturan akun, menekankan kalau melepas pelayanan adalah satu-satunya cara untuk menghapus seluruh data pengguna dari memori CC.

Baca juga: Era Baru Android: Google Ubah Tradisi, Rilis OS Besar Dua Kali Setahun

Lanskap Persaingan Agen AI  

Rilisnya CC menandakan masuknya Google ke relung spesifik dari AI "briefing harian", sebuah konsep yang mirip dengan ChatGPT Pulse, yang dirilis OpenAI pada bulan September 2024. Bahkan CEO OpenAI, Sam Altman, menjelaskan Pulse sebagai salah satu fitur favoritnya, menyoroti banyaknya permintaan untuk AI yang dapat mengelola "kebisingan" kehidupan digital. 

Meski sebelumnya Google telah merilis agen AI yang dikhususkan untuk penugasan seperti coding, berbelanja, dan pencarian web, CC terfokus pada kasus penggunaan paling universal: penataan harian. Dengan mengubah browser dan inbox menjadi titik kendali proaktif, Google menargetkan untuk menggeser AI dari alat yang digunakan "untuk mencari" menjadi alat "untuk hidup bersama".

Seiring berevolusinya eksperimen, hal ini memberikan cuplikan masa depan dari "AI berbasis agen", di mana software tidak lagi menunggu perintah, tetapi menyiapkan hari pengguna bahkan sebelum hari itu dimulai.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 18 December 2025 Tech News & Update

Mozilla Punya CEO Baru: Anthony Enzor-DeMeo Targetkan Firefox Jadi Browser AI

18 December 2025 at 19:44

Foto: Tangkapan layar Firefox

Teknologi.id -  Mozilla telah resmi memasuki era baru dengan ditunjuknya Anthony Enzor-DeMeo sebagai CEO. Meskipun perubahan kepemimpinan merupakan hal yang selalu signifikan, visi yang dibawanya menarik perhatian industri. Anthony mengumumkan strategi transformatifnya untuk mengubah Firefox menjadi "browser AI modern," selama tiga tahun ke depan, memperluas Mozilla dari perusahaan dengan satu produk menjadi ekosistem software terpercaya yang lebih luas.

Kepemimpinan yang Fokus pada Kepercayaan

Foto: Mozilla

Anthony Enzor-DeMeo, yang sebelumnya Senior Vice President (SPV/ Wakil Presiden Senior) Firefox , menggantikan CEO interim, Laura Chambers. Dalam pernyataan resminya, Anthony memuji Laura untuk mengarahkan Mozilla melalui masa kedatangan AI dan banyaknya kasus ketidakpercayaan yang bergejolak. Meski begitu, fokus utamanya tentang masa depan Artificial Intelligence (AI) dan etikanya cukup jelas ia sampaikan.

Menurut Anthony, industri teknologi sedang dihadapkan krisis kepercayaan diri.

"Saat saya bergabung dengan Mozilla, cukup jelas kalau kepercayaan akan menjadi masalah penentu dalam teknologi, dan browser akan menjadi medan perangnya," ungkapnya.

Ia mengatakan kalau AI sudah mengubah bagaimana kita berbelanja, mencari, dan membuat keputusan, seringkali dengan cara yang sulit dimengerti dan dikendalikan pengguna.

Baca juga: Perplexity AI Luncurkan Comet, Browser AI Penantang Google Chrome dan Safari

Tiga Pilar Firefox yang Baru

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, CEO baru ini menguraikan tiga arah spesifik tentang pertumbuhan Mozilla:

  • Peran Pengguna dan Transparansi: Mozilla percaya kalau setiap produk harus memberikan orang pilihan. Anthony menekankan kalau AI tidak seharusnya dipaksakan pada pengguna. "AI seharusnya selalu menjadi pilihan—sesuatu yang dapat dengan mudah dimatikan orang," tukasnya. Ia ingin para pengguna untuk mengerti kenapa fitur tersebut ada dan nilai apa yang disajikannya, agar meyakinkan pengguna kalau privasi dan data yang digunakan tetap jelas.
  • Model Bisnis yang Selaras: Saat ini, sebagian besar pendapatan Mozilla berasal dari royalti pencarian (terutama dari Google). Strategi baru ini bertujuan untuk memvariasikan pemasukan ini melalui monetisasi transparan yang diakui dan dihargai pengguna, sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan pada pesaing.
  • Lebih dari Sekedar Browser: Walaupun Firefox akan tetap menjadi "jangkar" perusahaan, platform itu terus berevolusi. Rencananya, Mozilla akan menambahkan banyak software baru, melangkah dari sekedar perusahaan browser menjadi "perusahaan software yang terpercaya".

Menavigasi Lingkungan Persaingan yang Kompetitif

Jalan ke depannya akan penuh tantangan. Lima belas tahun lalu, Firefox memegang lebih dari 30% pasar browser. Hari ini, berdasarkan data dari Statcounter yang menunjukkan kalau pasar saham Firefox telah merosot sekitar 4,25%, sementara Google mendominasi di angka 75%.

Agar tetap relevan, Mozilla sudah mulai meninjau pendekatan barunya yang disebut "AI Window" sebuah asisten digital bawaan untuk browser Firefox yang akan datang. Sesuai dengan fitur-fitur yang sudah direncanakan, asisten digital ini dapat dinonaktifkan sepenuhnya oleh pengguna. Langkah ini dilaksanakan saat pesaing besar, termasuk Google dan pendatang baru seperti OpenAI, juga sedang bergegas untuk mengintegrasikan AI ke pengalaman browsing.

Baca juga: OpenAI Luncurkan ChatGPT Atlas: Browser AI Canggih Pengganti Google Chrome?

Double Bottom Line

Mozilla tidak hanya mencari pasar saham, tetapi juga mengukur kesuksesan melalui "garis dasar ganda". Artinya, perusahaan ini harus berhasil secara komersial sambil juga memajukan Mozilla Manifesto—serangkaian prinsip yang didedikasikan untuk internet yang terbuka dan aksesibel.

Anthony percaya kalau pergesran terkini dalam AI dan regulasi digital berperan secara langsung ke kekuatan Mozilla.

"Orang-orang ingin software yang cepat, modern, tetapi juga jujur tentang apa yang software tesebut lakukan," jelasnya.

Dengan berfokus sebagai pemisah privasi, Mozilla berharap untuk mencapai audiens baru dan memperkuat kemandiriannya.

Seiring bertambah kompleksnya lanskap digital, Mozilla bergerak dengan urgensi. Tujuannya selama tiga tahun ke depan cukup jelas: untuk memastikan selagi AI mengubah bentuk internet, pengguna tidak kehilangan jajakan mereka di dunia yang semuanya serba otomatis ini. Di bawah kepemimpinan Anthony, Firefox mempertaruhkan kejujuran dan pilihan pengguna akan menjadi keunggulan kompetitif tinggi mereka.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Susul Spotify, ChatGPT Resmi Terintegrasi dengan Apple Music

18 December 2025 at 22:28

Foto: appleinsider

Teknologi.id -  Hubungan ekosistem OpenAI dan Apple telah mencapai tingkat kenyamanan pribadi yang baru. Mengikuti pengumuman terkininya, ChatGPT secara resmi terintegrasi dengan Apple Music, mengizinkan pengguna untuk mengelola playlist mereka dan mengenal musik baru menggunakan bahasa sehari-hari. Langkah ini merupakan bagian dari strategi luas OpenAI untuk berintegrasi dengan aplikasi third-party—termasuk dengan Adobe, Salesforce, dan Airtable.

Lebih dari Sekedar Pencarian

Integrasi baru Apple Music bukan sekedar tentang memutar lagu; melainkan tentang kurasi cerdasnya. Meskipun sistem ini tidak memutar lagu secara penuh di dalam interface ChatGPT—namun dapat mendengar sampel singkat, AI ini berperan sebagai asisten pengelolaan musik.

Bagi pelanggan Apple Music, fungsi ini menyingkirkan pembuatan playlist secara manual. Dibandingkan mencari judul lagi satu persatu, pengguna dapat membuat prompt dengan bahasa sehari-hari. Contohnya, pengguna dapat meminta "lagu akustik yang cocok pas lagi hujan di Jakarta." AI akan mengidentifikasi prompt tersebut dan menambahkannya ke koleksi musik pengguna.

Ditambah lagi, fitur ini  dapat mengatasi kesulitan menemukan lagu walau tidak ingat judulnya. Pengguna dapat menjelaskan vibe lagu tersebut, muncul di film apa, atau bahkan menjelaskan irama yang diingat. Dengan melampaui kata-kata pencarian pada umumnya, AI dapat berperan sebagai kurator yang memahami konteks dan tujuan di balik permintaan tersebut, membuat menemukan pengalaman mencari musik lebih mudah bagi orang-orang.

Baca juga: Apple Beri Dukungan WWF Indonesia untuk Lindungi Hutan Bukit Tigapuluh Sumatra

Alur Operasional dan Implementasi

Foto: 9To5Mac

Untuk mengaktifkan fitur ini, dibutuhkan koneksi antara kedua platform tersebut, Apple Music dan ChatGPT. Pengguna dapat mengakses menu "Apps" di ChatGPT web atau mobile dan memilih Apple Music. Dari sini, koneksi aman sudah terhubung, sehingga mengizinkan AI-nya untuk berinteraksi dengan koleksi musik pengguna dan melihat musik yang pernah didengarkan.

Terdapat dua cara untuk memanfaatkan alat ini:

  • Perintah Langung: Dengan menggunakan prefix Apple Music, pengguna memastikan AI mengintegrasikan musik sesuai dengan permintaan tersebut.
  • Integrasi Kontekstual: ChatGPT dirancang untuk mengenal prompt yang berkaitan dengan musik. Jika pengguna meminta rekomendasi musik berdasarkan penyanyi favorit mereka, AI akan secara otomatis mengakses Apple Music dan memberikan saran yang sudah disesuaikan.

Sistem ini memanfaatkan data musik yang pernah didengarkan dan genre favorit pengguna untuk dapat menyarankan musik dan podcast yang sesuai dengan selera, memberikan koleksi yang dipersonalisasi seperti layanan streaming besar lainnya, seperti Spotify.

Sinergi dengan Ekosistem Apple

Kolaborasi ini merupakan komponen penting dari kemitraan besar Apple dan OpenAI. Selama setahun terakhir, ChatGPT telah tergabung dengan dalam ke hardware dan software milik Apple. Sekarang AI-nya membantu Siri dengan permintaan kompleks, mendukung developer di lingkungan Xcode, dan menyediakan transkripsi audio bagi pengguna macOS.

Terdapat juga rumor mengenai perluasan OpenAI ke depannya. Para pengamat baru-baru ini menemukan ikon Apple Health tersembunyi dalam aplikasi ChatGPT untuk iOS. Walau belum dikonfirmasi, hal ini menunjukkan kemungkinan OpenAI akan diberikan akses data fitness dan wellness untuk memberikan masukan kesehatan yang dipersonalisasi. Bagi Apple, integrasi ini menambah nilai teknologi yang signifikan tanpa perlu mengembangkan AI secara internal. Bagi OpenAI, hal ini memastikan layanan mereka tetap menjadi bagian utama dari rutinitas digital pengguna.

Baca juga: OpenAI Rilis GPT-5.2: Klaim Ungguli Profesional & Jadi Model Tercanggih Mereka

Peningkatan dalam Pembuatan dan Pengeditan Visual

Selain music update, OpenAI memperkenalkan perkembangan besar untuk alat pembuatan gambar mereka. Model ChatGPT Images yang baru beroperasi empat kali lebih cepat dari sebelumnya, sehingga mengurangi waktu tunggu untuk pembuatan konten visual.

Perkembangan yang paling terlihat adalah fitur "Precise Editing". Pengguna dapat memodifikasi elemen spesifik dalam gambar, seperti mengubah warna sebuah objek atau menambahkan item baru, selagi AI tersebut menjaga pencahayaan asli, komposisi, dan konsistensi karakter. Hal ini mengizinkan pengguna untuk membuat proses desain yang lebih profesional dan berulang.

Model yang terbaru juga memiliki:

  • Integrasi Teks yang Lebih Baik: Peningkatan akurasi yang signifikan dalam proses rendering dan teks yang bisa dibaca dalam gambar buatan.
  • Mengikuti Instruksi: Lebih andal dalam menyatukan beberapa konsep visual atau memodifikasi foto asli.
  • Preset Kreatif: Beragam filter memberikan pengguna kemampuan untuk membuat gambar yang artistik dengan sekali klik.

Walau beberapa gaya artistik sedang diperbaiki dalam versi ini, peningkatan dalam kecepatan dan kendali menempatkan ChatGPT sebagai alat yang kuat baik untuk pengguna kasual atau profesional di bidang kreatif. Baik mengelola koleksi musik atau membuat visual berkualitas tinggi, update ini menandakan langakah signifikan pada pengalaman AI yang lebih terintegrasi dan personal.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


YouTube Uji AI Gemini 3 untuk Bikin Game Tanpa Coding Lewat Playables Builder

17 December 2025 at 22:16

Foto: YouTube Blog

Teknologi.id -  YouTube membuat terobosan baru menuju masa depan hiburan interaktif dengan menggabungkan Artificial Intelligence (AI) ke dunia gaming. Baru-baru ini platform tersebut mengumumkan pengujian beta tertutupnya untuk "Playables Builder," prototipe aplikasi web yang dirancang agar creator dapat membuat mini-games secara instan. Didukung oleh Large Language Model (LLM/ model bahasa) terbaru milik Google, Gemini 3, alat ini bertujuan untuk mengubah ide sederhana ke game fungsional tanpa membutuhkan kemampuan coding sedikitpun.

Baca juga: Bukan GTA 6! Ini Dia "Arc Raiders": Game Paling Dicari di Google Sepanjang Tahun 2025

Kekuatan Rancangan Game Prompt-Based

Misi utama dari Playables Builder adalah untuk menyingkirkan rintangan teknis tradisional yang berkaitan dengan pengembangan game. Sebelumnya, merancang game sederhana sekalipun membutuhkan pengetahuan tentang coding dan bagaimana mekanisme mesin pada game. Sekarang, creator YouTube dapat mengembangkan game menggunakan teks pendek, video, atau prompt gambar.

Proses ini dirancang agar sesederhana berbincang dengan AI. Para creator memiliki dua cara utama untuk membawa visinya ke kenyataan:

  • Deskripsi Teks: Pengguna dapat mengunggah penjelasan tertulis sesuai game yang ingin mereka buat.
  • Inspirasi Visual: Pengguna dapat mengunggah gambar atau video sebagai referensi untuk menjadi gagasan AI generatif.

Dengan menggunakan Gemini 3, YouTube menjadikan pengembangan game lebih mudah diakses banyak creator. Secara teori, siapapun yang memiliki ide kreatif sekarang dapat mengubah konsep ke kenyataan interaktif, apapun background teknis mereka.

Berkolaborasi dengan Creator Global

Foto: YouTube/ Playable Maker

Pada fase awal ini, YouTube bermitra dengan beberapa creator global terkenal untuk bereksperimen dengan kemampuan platform tersebut. Nama-nama terkenal yang terlibat ke beta ini adalah @sambucha, @AyChristene, @goharsguide, dan @Mogswamp. Para creator ini menguji tool di Playables Builder untuk membuat game berdasarkan ide singkat dan konten visual, untuk membantu memoles kinerja AI.

Setelah dibuat menggunakan Playables Builder, game-game ini akan langsung tersedia untuk pengguna di Amerika Serikat, Britania Raya (UK), Kanada, dan Australia, yang merupakan negara-negara terdaftar dalam hub "Playables" khusus YouTube, sehingga membolehkan mereka untuk memberikan masukan dan menguji permainan secara instan.

Evolusi YouTube Playables

Perjalanan YouTube menuju dunia mini-game secara resmi dimulai pada bulan Mei 2024, dengan meluncurkan lebih dari 75 judul game individu. Banyak dari game ini adalah game lama yang awalnya debut di GameSnacks, layanan mini-game HTML milik Google. Sejak saat itu, bidang ini dengan cepat berevolusi.

Musim dingin lalu, YouTube menambahkan fitur multiplayer, yang mengizinkan pengguna untuk berkompetisi secara real-time. Langkah ini sejalan dengan baik dengan budaya video-sharing Youtube, di mana kompetisi dan interaksi komunikasi merupakan kunci. Perkenalan alat berbasis AI seperti Playables Builder merupakan langkah logis selanjutnya dalam menggabungkan konten video, gaming, dan teknologi AI generatif.

Baca juga: Wajib Tahu! Ini Daftar Lengkap Game Baru yang Rilis di Bulan Desember 2025

Standar Teknis dan Akses Developer

Meskipun builder AI mempermudah prosesnya, YouTube Playables tetap menjadi platform tangguh yang dibangun di atas API web standar. Sistem ini mendukung game yang dibuat dengan berbagai game engine profesional, lalu mengekspor game tersebut agar sesuai dengan sistem web menggunakan API rendering seperti WebGL dan Canvas. Frameworks terkenal seperti Unity, Godot, Phaser, BabylonJS, dan Cocos, semuanya telah digunakan untuk membuat konten di platform ini.

Saat ini, akses developer untuk Playables masih berada pada tahap awal. Meskipun belum ada tanggal resmi untuk peluncuran publik secara penuh, YouTube mendorong developer dan perusahaan yang tertarik untuk mengisi formulir ketertarikan untuk pertimbangan di masa depan.

Era Baru Konten Interaktif

YouTube berharap Playables Builder akan membuka pintu baru untuk pengalaman pribadi dan inovatif. Dengan mengurangi hambatan untuk masuk ke pembuatan game, platform ini tidak hanya memperluas perpustakaan game-nya; tetapi juga melatih model AI Google untuk menjadi lebih mahir dalam mengembangkan perangkat lunak yang dapat dimainkan.

Seiring dengan semakin menyatunya konten video dan game, YouTube menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam media “playable”. Baik Anda seorang creator dengan ide singkat atau developer profesional, masa depan YouTube menjadi semakin interaktif, didorong oleh kecepatan dan kreativitas AI


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Bocor! Meta Diduga Raup Rp50 T dari Jaringan Iklan Scam China

17 December 2025 at 19:30

Foto: Reuters

Teknologi.id -  Berkomunikasi di masa digital membutuhkan kepercayaan, namun skandal besar yang melibatkan Meta, perusahaan induk Facebook, WhatsApp, dan Instagram memunculkan keraguan. Baru-baru ini, sebuah dokumen internal menguak dugaan kalau Meta mendapat miliaran dolar dari "lingkungan penipuan" yang dilakukan pengiklan Cina, setelah iklan-iklan ini ditujukan dan menipu jutaan pengguna di seluruh dunia.

Keuntungan Besar di Balik Scam

Cina sudah menjadi pilar keuangan terbesar Meta. Di tahun 2024, pengiklan Cina berkontribusi pada keuntungan Meta sebanyak lebih dari $18 miliar (sekitar Rp 300 triliun), menyumbang lebih dari 10% total keuntungan global perusahaan tersebut. Hal ini terhitung mengejutkan mengingat platform-platform Meta di-ban di Cina.

Meski begitu, sebagian besar uang ini berhubungan dengan aktivitas gelap. Dokumen internal yang diperlihatkan Reuters menunjukkan sekitar 19% keuntungan dari iklan Cina—sekitar $3 miliar atau Rp 50 triliun—berasal dari iklan scam, judi ilegal, pornografi, dan konten terlarang lainnya. Intinya, Meta diuntungkan selagi para pengguna di sekitar Amerika Utara, Taiwan, dan negara-negara lain, ditargetkan skema penipuan canggih ini.

Baca juga: Jangan Sampai Tertipu! Berikut Cara Menghindari Online Scam di Musim Liburan

Bagaimana Sistemnya Dieksploitasi?

Dokumen tersebut menunjukkan kalau kebijakan internal Meta dan sistem kemitraan justru membantu kegiatan scam ini berkembang. Meta beroperasi di Cina melalui 11 agen atau "reseller tingkat atas". Untuk memastikan keuntungannya tetap masuk, Meta memberikan status spesial  pada mitra-mitra ini, yang dikenal dengan "whitelisting".

Di bawah sistem ini, saat AI otomatis Meta mendeteksi iklan mencurigakan dari mitra whitelist, iklan tersebut tidak akan langsung terhapus. Melainkan tetap tayang sambil menunggu tinjauan manusia, yang dapat memakan waktu beberapa hari. Sebuah memo internal menyebutkan: "Waktu tambahan untuk tinjauan sekunder manusia, cukup untuk scammer mencapai tujuan mereka." Di saat manusia meninjau iklannya, para scammer tersebut duah mendapat jutaan korban.

Salah satu contoh mengagetkan adalah Beijing Tengze Technology Co Ltd, yang berada di daftar "200 Pengiklan Teratas" Meta secara global, beriringan dengan merek seperti BMW. Investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa lebih dari sparuh iklan mereka melanggar aturan penipuan. Lebih anehnya lagi, alamat kantor mereka yang terdaftar ternyata tidak benar-benar ada di sebuah daerah pemukiman terpencil. Bukannya di-ban, Meta hanya mengenakan biaya yang lebih tinggi sebagai "penalti".

Peran Mark Zuckerberg dan Pergeseran Strategi

Foto: Meta

Staff Meta sendiri sadar akan kebahayaan ini. Pada April 2024, para pegawai memperingati perusahaan tersebut untuk melakukan "investasi signifikan untuk mengurangi kerugian yang bertumbuh," Sebuah satuan tugas khusus dibuat dan berhasil memangkas iklan ilegal dari 19% ke 9%.

Meskipun demikian, kemajuan ini hanya sebentar. Mengikuti apa yang dijelaskan dokumen tersebut sebagai "Perubahan Strategi Integrasi" yang diarahkan CEO Mark Zuckerberg, satgas tersbut dikabarkan telah dibubarkan. Batasan baru untuk agen iklan Cina diangkat untuk "membuka" lebih banyak pendapatan.

Di sebuah kejadian spesifik pada Mei 2025, seorang staf mengidentifikasi 800 akun yang mengiklankan senjata, perjudian, dan konten dewasa yang menghasilkan $28 juta (sekitar Rp 467.4 miliar). Meskipun melanggar, manajemen dikabarkan menolak menghukum agen-agen utama karena "dampak pendapatan" yang terlalu tinggi. Akibatnya, di pertengahan 2025, rasio penipuan kembali meningkat hingga 16%.

Baca juga: Rugi Triliunan, Ambisi Metaverse Mark Zuckerberg Berakhir Pahit

Pembelaan Meta dan Kejatuhan Global

Juru bicara Meta, Andy Stone, menolak kalau tim anti-fraud mereka dibubarkan secara permanen oleh Mark, mengatakan kalau tim tersebut memang hanya untuk sementara. Andy mengatakan Meta telah menyingkirkan 46 juta iklan dari mitra Cina selama 18 bulan terakhir dan berkomitmen untuk membasmi sindikat kriminal global.

Meski begitu, catatan internal menggambarkan kalau perusahaan ini sedang kesulitan menyeimbangi etika dengan pendapatan. Beberapa tim internal menjuluki Cina sebagai "Negara Pengekspor Scam," menekankan kalau aktivitas scam di Facebook menurun saat libur nasional Cina.

Dengan jaksa penuntut federal AS yang telah mengaitkan campaign iklan China dengan kejahatan keuangan besar, dan para legislator yang mendesak penyelidikan, Meta dihadapkan pada pilihan sulit. Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa pada awal 2025, perusahaan tersebut memutuskan untuk “mempertahankan” persentase tertentu dari dampak negatif global daripada menghilangkannya—menganggap penipuan sebagai biaya yang tidak terhindarkan, namun dapat diterima, dalam menjalankan bisnis. 


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 17 December 2025 Tech News & Update

WiFi Lemot Saat Hujan Lebat atau Badai? Ini Penjelasannya

16 December 2025 at 22:52

Foto: Freepik

Teknologi.id - Di era digital ini, koneksi internet yang stabil merupakan kebutuhan dasar untuk produktivitas profesional dan kesenangan pribadi. Bagaimanapun, banyak dari kita yang merasa frustasi pada video yang buffering atau ketika Zoom di cuaca yang buruk. Saat WiFi tidak bekerja, kita sering menyalahkan service provider, tapi penyebab aslinya sering kali atmosfir itu sendiri. Memahami bagaimana cuaca dapat memengaruhi sinyal WiFi adalah langkah pertama untuk membangun rumah atau jaringan bisnis yang lebih tangguh.

Campur Tangan Sains: Apakah WiFi Lemot Disebabkan Cuaca?

Jawaban singkatnya, ya. Sinyal WiFi pada dasarnya adalah gelombang radio yang bisa diserap, dipantulkan, atau diacak-acak lingkungan. Musuh terbesar sinyal adalah kelembapan. Baik hujan, salju, atau kelembapan tinggi, partikel air dapat mengganggu transmisi gelombang radio, sehingga menyebebabkan koneksi lemah dan putus-putus.

Baca juga: Waspada! Jabodetabek Dikepung 3 Siklon Aktif: Ini Alasan Cuaca Terasa Makin Ekstrem

Hujan, Kabut, dan Kelembapan

Hari yang turun hujan mungkin nyaman, tetapi momen itu yang memperlabat kecepatan internet. Air hujan menyerap dan menguraikan sinyal nirkabel, terutama yang beroperasi di frekuensi yang lebih tinggi seperti 5GHz. Karena 5GHz memberikan kecepatan tetapi jarak yang lebih pendek, yang lebih sensitif terhadap cuaca lembap.

Kabut dan kelembapan tinggi serupa dalam melemahkan sinyal. Kabut tebal meningkatkan konsentrasi air di udara, yang berperan sebagai pembatas untuk frekuensi radio. Dampaknya akan cukup terasa di WiFi setup di ruangan terbuka, seperti konser, stadion, atau sistem keamanan.

Untuk mengatasinya, pastikan router diletakkan di tempat yang tinggi dan terpusat. Hal ini akan mengurangi jarak yang harus dilewati sinyal melalui udara lembab dan mengurangi gangguan dinding eksternal.

Badai: Gangguan Elektromagnet dan Gelombang Daya

Foto: Freepik

Badai dapat menjadi ancaman ganda pada koneksi anda.

  1. Electromagnetic Interference (EMI/ Gangguan Elektromagnet): Petir dapat menyebabkan elektromagnet kuat dan mengganggu frekuensi radio pada WiFi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan mendadak dan sinyal hilang total saat puncak badai.
  2. Kerusakan Fisik: Sambaran petir dapat menyebabkan kenaikan daya listrik yang besar melalui saluran listrik, sehingga merusak peralatan listrik anda, seperti membakar router, modem, dan perangkat yang terhubung secara instan.

Solusinya, gunakan pelindung gelombang listrik dengan filter EMI/RFI. Untuk keamanan maksimal saat badai petir, cabut semua router dan modem anda.

Suhu Ekstrem

Cuaca bukan hanya air, suhu ekstrim juga memainkan peranan penting. Di cuaca panas ekstrim, sinyal WiFi dapat memantulkan gelombang panas di atmosfir, sehingga menyebabkan distorsi sinyal. Di samping itu, router merupakan perangkat listrik yang membentuk panasnya sendiri. Dalam ruangan panas tanpa ventilasi, router dapat "membatasi" kecepatannya atau bahkan mematikannya untuk mencegah peleburan internal.

Sebaliknya, suhu dingin dapat merusak infrastruktur fisik. Membuat kabel dan konektor rapuh, menyebabkannya mudah retak. Di beberapa kejadian, kelembapan dapat masuk melalui retakan dan membeku, menyebabkan kegagalan permanen.

Jalan keluarnya, simpan router di area yang berventilasi dan jauh dari sinar matahari langsung. Untuk jaringan outdoor, gunakan alat kelas industri yang tahan segala macam cuaca untuk bertahan dari suhu yang naik-turun.

Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem! Google Maps Tambahkan Fitur 'Lapor Cuaca Buruk' untuk Pengguna

Angin dan Alam Adalah Penghalang WiFi

Angin kencang tidak "meniup" sinyal secara langsung, namun menyebabkan kerusakan fisik. Hembusan kencang dapat merubuhkan pohon atau menggoyang ranting, sehingga membuat rintangan fisik yang menutup alur sinyal. Angin juga dapat mengendurkan antena luar ata merusak kabel yang terhubung properti pada jaringan internet yang lebih luas.

Maka dari itu, sering-seringlah membersihkan debu dan dedaunan dari peralatan outdoor anda dan pastikan semua antena terpasang dengan kencang untuk meminimalisir kendur.

Solusi Profesional

Untuk bisnis dan acara, masalah terkait WiFi sangat tidak nyaman dan merupakan resiko finansial. Pengecer bergantung pada sistem point-of-sale berbasis cloud dapat kehilangan penjualan secara instan jika badai memutuskan koneksi mereka. Sebagai pencegahan, pelaku bisnis harus memikirkan:

  • Menyewa Jaringan Internet: Tidak seperti broadband tradisional, jaringan internet sewaan menyediakan koneksi internet kecepatan tinggi yang lebih tahan gangguan cuaca.
  • Survei Profesional WiFi: Survei akan menilai lingkungan lingkungan anda untuk mengidentifikasi kerentanan, seperti area yang rawan menyerap sinyal atau paparan fisik.
  • Jaringan yang Berulang: Dengan mengimplementasikan sistem backup, hotspot atau jaringan sekunder, akan memastikan koneksi dapat digunakan meskipun jaringan utamanya gagal.

Kita tidak dapat mengendalikan cuaca, namun kita dapat membuat aktivitas digital kita weatherproof. Memahami dampak kelembapan, EMI, dan suhu, lalu mengambil langkah proaktif akan menjaga kestabilan dan kemanan pengalaman online.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Trump Percepat Adopsi AI Pemerintah, Gandeng Raksasa Teknologi untuk Saingi Cina

16 December 2025 at 22:03

Foto: wsj

Teknologi.id -  Gedung Putih di bawah Trump sedang mengintegrasikan Artificial Intelligence (AI) secara agresif ke strategi komunikasinya, langkah yang dianggap petinggi memiliki potensi untuk mengubah kenyataan. Pendekatan ini mengizinkan pemerintahannya untuk mendominasi percakapan publik dan menyebarkan pesan dengan cepat ke seluruh platform resmi Gedung Putih dan milik Presiden Trump.

"Kami akan memanfaatkan semua alat yang kita bisa—bahkan jika menggunakan AI—untuk mengisi konten kami," ucap perwakilan Gedung Putih secara anonim.

Penggunaan AI menandai kali pertama akun kepresidenan memanfaatkan teknologi secara resmi. Gambar dapat digenerasikan dalam beberapa menit—seperti Trump yang dibuat seperti Jedi gagah, atau Gedung Putih yang memiliki lengkungan McDonald's akan menggantikan tugas desainer grafis selama berjam-jam.

"Seperti, apakah anda ingin menghabiskan delapan di Photoshop melakukan edit grafis, atau apakah anda ingin mengabiskan lima menit di AI dan melakukan edit grafis? Itu menghemat waktu kami, membuat kami lebih gesit. Jadi, AI mempersingkat banyak hal bagi kami," jelas seorang petinggi.

Juru bicara Gedung Putih, Liz Huston memperkuat pendekatan tersebut, Ia menjelaskan, "Gedung Putih memiliki  strategi komunikasi dengan gaya otentik dan tiada bandungannya karena dipimpin oleh komunikator terhebat dalam sejarah Politik Amerika—Presiden Donald J. Trump."

Baca juga: Trump Ungkap Niat Ingin “Bantu China”, Benarkah Perang Dagang Telah Usai?

Dilema Etis: Peningkatan vs. Manipulasi

Banyaknya penggunaan konten AI-generated oleh pemerintahan tertinggi memunculkan kekhawatiran etika. Teoris AI, John Nosta. mempertanyakan tentang dilewatinya batasan moral.

"Zona abu-abunya adalah, apakah ini komunikasi yang ditingkatkan atau komunikasi yang dimanipulasi?" tanyanya.

Saat ini gambar AI dari pemerintahannya belum dirancang untuk benar-benar menipu, Nosta berargumentasi kalau manipulasi yang lucu saja termasuk problematik, terutama jika manipulasi tersebut mengubah kenyataan. "Umumnya, informasi yang disebarkan Gedung Putih harus sesuai dengan standar etika tertentu," tukasnya.

Sejarawan kepresidenan, Tevi Troy mengubungkan garis paralel dengan perubahan teknologi masa lalu, menekankan kampanye politik yang cepat beradaptasi dengan teknologi biasanya lebih maju, mengutip pemanfaatan radio di masa kampanye Franklin Roosevelt dan pemanfaatan TV di masa John F. Kennedy. Namun, Troy juga memperingatkan munculnya perangkap: "Dalam pekerjaan saya, saya terkadang melihat konten yang digenerasikan AI memiliki halusinasi."

Menemukan Budayanya

Meskipun adanya pertanyaan etis dan konseptual mengenai perubahan realita, tim Trump melihat adopsi AI besar-besaran ini penting untuk dua alasan: terhubung dengan anak muda Amerika dan meyakinkan kalau pesan mereka tercapai di lanskap media yang lebat dan modern. Pilihan strategi ini dianggap vital untuk menjaga relevansi di budaya kontemporer.

Sebuah sumber yang dekat dengan Gedung Putih menekankan konteks sejarah, mengatakan kalau partai Republik dianggap lebih lambat untuk terlibat dalam budaya modern di beragam generasi. Faktor uniknya kini, yang dijelaskan oleh sumber tersebut, presiden berusia 79 tahun mendukung staffnya yang lebih muda, terutama mereka yang berumur 20-an, untuk memanfaatkan alat baru untuk "meet the moment and to meet the culture (temukan momennya untuk menemukan budayanya)". Kemauan untuk merangkul tren terkini terlihat menguntungkan bagi partainya.

Selagi mengakui bahwa beberapa meme dan strategi yang digenerasi AI bisa "melewati batas," sumber tersebut menjaga agar konten yang disajikan efektif, menarik, dan superior dibandingkan yang digenerasikan demokrat. Sudut pandang ini memperkuat pendapat kalau pemerintahan mengakui AI penting untuk masa kini dan masa depan.

Meski begitu, bahkan para pendukung pun menekankan pentingnya implementasi yang hati-hati. Colton Malkerson, co-founder platform teknologi AI Edgerunner, setuju bahwa penggunaan teknologi ini oleh Gedung Putih merupakan perkembangan yang positif. Namun, ia mengingatkan bahwa—seperti teknologi baru lainnya—teknologi ini harus diterapkan dengan bijak, terutama terkait kebutuhan akan “akurasi, keandalan, [dan] kejujuran” dalam penerapannya.

Baca juga: Aturan Visa H-1B Baru Trump Ancaman Serius bagi Perusahaan Teknologi AS

Dorongan Federal AI: U.S. Tech Force

Foto: US Tech Force

Selain komunikasi, pemerintahan Trump fokus dalam meluncurkan AI di seluruh pemerintahan federal. Mengikuti perintah eksekutif yang bertujuan untuk membatasi rintangan ke inovasi AI, pemerintahan memperkenalkan inisiatif "U.S. Tech Force (Pasukan Teknologi AS)".

Diumumkan pada hari Senin (15/12/2025), inisiatif ini bertujuan untuk merekrut sekitar 1.000 teknisi dan spesialis untuk menjadikan infrastruktur teknologi pemerintah yang modern, berfokus pada implementasi AI, bekerja dengan tim yang melaporkan langsung ke para pemimpin lembaga.

Dorongan ini melibatkan kolaborasi dengan mitra swasta besar, termasuk Amazon Web Services, Apple, Google Public Sector, Microsoft, Nvidia, dan OpenAI.

Inisiatif ini menyoroti komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur AI dan bersaing dengan Cina. Gaji tahunan para spesialis ini diperkirakan mencapai $150.000 sampai $200.000 (Rp2,5 M - Rp3,3 M), ditambah benefit, mencerminkan usahanya untuk meraih talenta teknologi teratas ke dalam pelayanan pemerintah.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 16 December 2025 Tech News & Update

Update Terbaru Google Translate: AI, Streak, Sampai Live Translate

15 December 2025 at 23:01

Foto: Google

Teknologi.id -  Google membuat terobosan baru pada alat penerjemahnya, Google Translate. Menekankan komunikasi yang tidak terbatas pada kata-kata, tetapi juga pada penyampaian kata, Google Translate melakukan perubahan besar, menyatukan kemampuan AI Gemini untuk menyampaikan terjemahan yang lebih alami, akurat, dan tetap menjaga nada percakapan. Update terbaru ini mencakup terjemahan teks, menambahkan fitur penerjemahan secara real-time, dan memperluas alat untuk belajar bahasa.

Terjemahan Pintar dan Natural Didukung Gemini

Google Translate akan secapatnya merilis terjemahan berkualitas teknologi terkini di mesin pencarian Google dan aplikasinya. Perkembangan ini dibuat langsung pada kemampuan canggih Gemini, mengizinkan sistemnya untuk menerjemahkan lebih dari sekadar kata-per-kata dan fokus ke arti dan konteks sesungguhnya.

Kemajuan utamanya menargetkan kalimat yang memiliki beragam arti, seperti peribahasa, ungkapan lokal, atau slang (bahasa gaul). Contohnya, jika pengguna mencoba menerjemahkan peribahasa bahasa Inggris "stealing my thunder (mencuri kerja keras saya)", Gemini akan memproses konteksnya untuk memberikan terjemahan yang akurat dan natural sesuai dengan maksud peribahasa tersebut daripada terjemahan langsung, seperti "mencuri gunturku".

Perbaruan penting ini akan dimulai pada Senin (15/12/2025) di AS dan India, mendukung penerjemahan Bahasa Inggris dan sekitar 20 bahasa lainnya. Termasuk bahasa-bahasa yang lumrah digunakan seperti Spanyol, Hindi, Cina, Jepang, dan Jerman. Pengguna dapat mengakses terjemahan pintar ini di seluruh platform: aplikasi Google Translate (Android dan iOS) dan web.

Baca juga: Apple Imbau Pengguna iPhone dan Mac untuk Hindari Google Chrome, Apa Alasannya?

Mendengar dan Memahami Dunia Secara Real-Time

Fitur baru berdasarkan kemampuan terjemahan bahasa asli speech-to-speech Gemini merupakan pengalaman baru yang membiarkan pengguna untuk mendengar terjemahan real-time secara langsung melalui headphone mereka. 

Pengalaman terjemahan langsung ini dirancang agar sangat natural. Tugas utamanya adalah untuk menjaga nada asli, penekanan dan alur pembicara, membuatnya lebih mudah untuk pendengar saat mengikuti percakapan dan mengetahui siapa yang mengatakan apa.

Penggunaan Live Translation:

  • Melakukan percakapan langsung dengan bahasa lain.
  • Mendengarkan pidato atau perkuliahan luar negeri saat bepergian.
  • Menonton TV atau film asing dengan terjemahan natural dan real-time.

Pengguna dapat mengaktifkannya melalui aplikasi Translate, dengan meng-klik "Live Translate", dan mendengarkan bahasa yang dipilih.

Menyusul uji cobanya yang sukses, beta ini sekarang tersedia secara luas. Aplikasi Translate telah tersedia pada Android di AS, Meksiko, dan India, dan dapat digunakan dengan headphone apapun.

Yang terpenting, fitur mendukung lebih dari 70 bahasa saat peluncuran. Google berencana untuk membawakan kemampuan ini ke iOS dan negara-negara lain di tahun 2026. Pengguna dimotivasi untuk mencoba beta Android dan memberikan umpan balik lewat alat yang ada di dalam aplikasi dan membantu memperbaiki model tersebut.

Baca juga: Kabar Baik! Google Perpanjang Garansi Perbaikan untuk Pixel 9 Pro, Pro XL, dan Fold

Memperluas Belajar Bahasa dan Konsistensi

Foto: Google

Aplikasi Translate ini menjadi alat belajar bahasa yang lebih kuat, dengan kemampuan yang diperluas dan mekanisme untuk memberi masukan dan mendukung latihan pengguna.

Peningkatan pentingnya adalah perkenalan umpan balik yang lebih baik, menawarkan tips bermanfaat berdasarkan latihan berbicara pengguna. Selain itu, Google menambahkan fitur motivasi untuk membantu pengguna mencapai tujuan belajar mereka: melacak sudah berapa hari berturut-turut mereka sudah belajar (streak) Progres ini dan pelacak konsistensi memberikan visual jelas yang mewakili perkembangan seiring waktu.

Perkembangan alat belajar bahasa ini diluncurkan ke hampir 20 negara lain, termasuk Jerman, India, Swedia, dan Taiwan. Hal ini membolehkan lebih banyak orang untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui skenario yang sudah disiapkan. Bahasa-bahasa yang dapat digunakan untuk berlatih mencakup:

  • Bahasa Inggris ke Jerman dan Portugis.
  • Bengali, Cina Mandarin (disederhanakan), Belanda, Jerman, Hindi, Italia, Romania, dan Swedia ke Inggris.

Dengan menggunakan model AI yang lebih maju dan memperluas kemampuan belajar bahasanya, Google Translate membuat langkah besar yang tidak hanya menangkap kata-kata yang digunakan, namun juga arti kompleks di belakangnya, membentuk jalan yang lebih berarti dan interaksi antarbudaya yang natural.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Received — 13 December 2025 Tech News & Update

Twitter Bangkit Lagi? Operation Bluebird Ajukan Petisi untuk Rebut Trademark dari X

13 December 2025 at 01:28

Foto: Vecteezy

Teknologi.id -  Bagi banyak pengguna lama, golden era Twitter adalah ketika "tweeting" dianggap sebagai kata kerja yang mendunia, dan platform tersebut terasa seperti area publik yang nyata, namun hal tersebut sudah lama hilang, digantikan dengan aplikasi "serba ada"-nya Elon Musk, X. Meski begitu, terdapat kemungkinan merek orisinal tersebut akan kembali muncul ke permukaan, bukan dipimpin oleh Musk, melainkan oleh tantangan legal.

Sebuah startup Virginia yang menyebut dirinya sebagai "Operation Bluebird" mengambil langkah yang berani. Seperti yang dilaporkan Ars Technica, kelompok tersebut mengajukan petisi formal dengan Kantor Paten dan Merek Dagang AS (USPTO) minggu ini untuk mencabut trademark milik X Corporation terhadap kata "Twitter" dan "tweet". Inti dari argumen tersebut cukup terus terang: X pada dasarnya telah meninggalkan brand Twitter dan tidak lagi aktif menggunakan paten tersebut.

Celah Hukum Untuk Memulihkan Merek

Penemu grup ini, pengacara trademark Stephen Coates, menjelaskan motivasi di balik langkah ini di LinkedIn:

“Setelah 12 bulan bekerja secara diam-diam di Operation Bluebird, kami kini keluar dari mode rahasia untuk membagikan sesuatu yang berani: kami telah mengajukan permohonan untuk mencabut merek dagang TWITTER dan permohonan baru untuk TWITTER dan TWEET. Ini bukan tentang nostalgia. Ini tentang memperbaiki apa yang rusak — karena ruang publik layak diperjuangkan.”

Para penemu Operation Bluebird bukan sekedar penggemar kasual; mereka merupakan pengacara trademark, dengan salah satu dari mereka pernah bekerja untuk Twitter itu sendiri. Strategi mereka adalah untuk memanfaatkan hukum trademark, dengan berargumen bahwa sebuah perusahaan harus menunjukkan penggunaan trademark secara berkelanjutan dalam perdagangan untuk mempertahankan klaim hukumnya. Sejak X merombak mereknya besar-besaran dan meminimalisir penggunaan kata "Twitter" dan "tweet", trademark tersebut secara hukum sudah ditinggalkan.

Jika petisinya berhasil, Operation Bluebird akan merilis platform media sosialnya sendiri di bawah naungan merek sebelumnya, menggunakan URL www.twitter.new. Ini akan menjadi langkah penting untuk maju dan memulihkan seperti apa yang mereka bayangkan dan user experience di platform sebelumnya.

Baca juga: Langgar Aturan EU: Platform X Milik Elon Musk Didenda Rp2 Triliun!

X Harus Membuktikan Penggunaan yang Menerus

Foto: Tangkapan layar twitter.new

Untuk membela propertinya, X harus menunjukkan bukti konkret ke USPTO kalau bahasa ini masih aktif digunakan dalam bisnis dan penawaran. Jika X gagal untuk membuktikannya, mereka akan kehilangan trademark tersebut secara legal, baik Musk setuju atau tidak. Skenario ini akan memperkuat tim Operation Bluebird untuk merilis alternatif Twitter yang otentik, membawakan nama dan konsep tersebut.

Meskipun minat pengguna terhadap platform baru yang potensial ini sudah terlihat—dengan orang-orang mendaftar untuk memesan nama pengguna di twitter.new—pertempuran hukum diperkirakan akan sengit, dan peluang Musk untuk dengan mudah mengalah sangat kecil.

Sejarah Legal Elon Musk

Sangat diragukan bahwa Musk akan membiarkan hilangnya merek yang dikenal secara global tanpa perjuangan hukum yang signifikan. Musk telah berulang kali menunjukkan pendekatan yang protektif dan kadang-kadang balas dendam dalam urusan bisnisnya, sering kali menghabiskan sumber daya besar untuk mempertahankan kendali atas proyek-proyek dan menargetkan mereka yang dianggapnya sebagai lawan.

Contoh utama adalah upaya agresif Musk untuk membatasi tautan ke situs eksternal dari X, terutama ke penerbit yang dia tidak sukai. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan perhatian X itu sendiri, daripada mengalihkan perhatian ke tempat lain. Selain itu, Musk telah mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap Meta terkait pengembangan Threads yang meniru X, dan telah mempertimbangkan tindakan serupa terhadap platform lain yang ia anggap "mencuri".

Baca juga: Serba Ada, Elon Musk Ingin Jadikan X Seperti WeChat

Hal ini menunjukkan bahwa X Corp akan melakukan pertahanan yang kuat terhadap Operation Bluebird, mengubah petisi pencabutan tersebut menjadi perselisihan hukum yang berkepanjangan dan kemungkinan mahal.

Bahkan jika Operation Bluebird akhirnya menang di ranah hukum, tantangan untuk mengembangkan platform sosial baru tetap sangat besar. Meskipun "Twitter" dapat memicu reaksi nostalgia, membangun efek jaringan yang diperlukan dan mencapai keuntungan di pasar yang didominasi oleh X, Threads, dan lainnya akan sangat sulit.

Namun, proyek ini menambahkan lapisan yang menarik dalam lanskap media sosial yang terus berkembang. Ini adalah perkembangan lain yang patut diperhatikan, karena memiliki kemungkinan kecil untuk membawa kembali merek “Twitter”, meskipun dalam bentuk baru dan independen.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Sering Capek? Peneliti Temukan Akar Masalah "Brain Fatigue"

12 December 2025 at 23:26

Foto: Freepik

Teknologi.id -  Selama berpuluh-puluh tahun, para ahli dan peneliti di bidang medis kesulitan untuk menjelaskan, mengukur, dan mengobati kelelahan kognitif, yang sebagian besarnya mengandalkan self-report subjektif tentang kelelahan. Namun, laporan terbaru dari Nature, yang sebagiannya terinspirasi dari komen lelah Grandmaster catur Garry Kasparov setelah kompetisinya melawan Deep Blue dari IBM, menjelaskan alasan metabolis kenapa otak kita kerap kali kehabisan tenaga.

Seorang ahli saraf kognitis, Mathias Pessiglione, direktur penelitian di Paris Brain Institute, memulai jalur analisis ini, dengan menanyakan: "Kenapa sistem kognitif ini rentan terhadap kelelahan?"

Apa Itu Kelalahan Kognitif (Cognitive Fatigue)?

Kelelahan kognitif adalah pengalaman universal: keletihan mental yang menumpuk selama terus menerus, memecahkan masalah, atau membuat keputusan. Hal ini mengurangi fokus, motivasi, pembuatan keputusan, dan meningkatkan kemungkinan untuk membuat kesalahan. 

Dalam lingkungan yang berisiko tinggi, seperti di lingkungan medis, atau saat berkendara—kelelahan ini, terutama saat dicampur kurang tidur, dapat menyebabkan kesalahan fatal bahkan kematian. Akhir-akhir ini, ketertarikan pada bidang ini terus meningkat, sebagian besar karena kelelahan yang amat sangat adalah gejala dari Long COVID, yang memengaruhi sekitar enam dari 100 orang yang terinfeksi. Hal ini memotivasi peningkatan fokus dan pendanaan ilmiah.

Baca juga: MIT Ungkap Rahasia Otak: Melamun Bukan Bosan, Tapi 'Tidur Darurat' Otak!

Akar Metabolisme Kelelahan

Usaha mental bergantung pada kendali kognitif, saat di mana otak mengolah pikiran, beradaptasi dengan situasi baru, dan menekan reaksi otomatis. Saat otak dihadapkan tugas sulit (seperti pemain catur dihadapkan posisi yang tidak familiar atau ketika pengemudi mencoba rute baru), pembiasaan seperti ini meningkatkan aktivitas saraf.

Mempertahankan aktivitas tingkat tinggi semakin lama akan semakin mahal secara metabolik, yang menyebabkan sensasi kelelahan. Pada umumnya, para ilmuwan sepakat kalau kelelahan berfungsi sebagai pelindung, bertindak sebagai sistem yang memperingati otak saat mendekati batas fisiologis dan membutuhkan istirahat.

Penyebab fisiologis ini masih diselidiki, namun peneliti sedang mengeksplor beberapa pemain potensial:

  • Metabolit: Perubahan kadar zat-zat seperti glukosa, laktat, dan glutamat.
  • Neuromodulator: Zat kimia seperti adenosin.
  • Protein: Termasuk faktor neurotrofik yang berasal dari otak (BDNF), yang terlibat dalam proses belajar dan ingatan.
  • Amyloid-β: Fragmen protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer, yang mungkin mengganggu sinapsis atau mengganggu pembersihan glutamat.

Teori Penumpukan Racun

Foto: Freepik

Salah satu teori utama, yang disukai peneliti seperti Clay Holroyd di Ghent University, berpendapat kalau pengerahan mental dapat menyebabkan limbah metabolik yang berbahaya, serupa dengan aktivitas fisik. Kelelahan, menurut teori ini, merupakan mekanisme pertahanan, seperti rasa sakit yang mencegah kerusakan biologis.

Namun, otak memiliki "automatic fail-safe" atau "pengaman kegagalan otomatis": saat seseorang bekerja terlalu keras, biasanya tidur jadi terganggu. Tidur, lebih tepatnya slow-wave deep sleep, berperan sebagai pemelihara otak di malam hari, membersihkan remahan metabolisme dan mengkalibrasi ulang sel untuk memaksimalkan penggunaan tenaga.

Rintangan dalam Pengukuran Objektif

Secara tradisional, kelelahan kognitif diukur menggunakan self-report subjektif atau perubahan kinerja dalam mengerjakan tugas. Keduanya memiliki kekurangan: self-report tidak dapat diandalkan, dan kinerja dapat tertutup oleh faktor-faktor seperti motivasi, rasa bosan, dan metode yang dipelajari (seperti mengotomatisasi gerakan dalam catur).

Untuk menemukan tolak ukur yang lebih baik, peneliti sedang mencoba menghubungkan mekanisme biokimia dengan motivasi. Tim Pessiglione melakukan studi di mana peserta yang menyelesaikan tugas kognitif yang lebih sulit selama beberapa jam cenderung lebih memilih hadiah instan yang lebih kecil, daripada hadiah yang lebih besar namun tertunda. Pergeseran dalam analisis biaya-manfaat ini sejalan dengan penumpukan glutamat yang lebih besar di korteks prefrontal lateral (wilayah otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif).

Baca juga: Waspada! Smartphone di Usia 12 Tahun Picu Depresi, Obesitas, dan Gangguan Tidur

Kelelahan Kronis dan Hubungan Tubuh-Pikiran

Bagi banyak orang, kelelahan terjadi sewaktu-waktu. Namun, dalam kondisi seperti Long COVID, sindrom kelelahan kronis (ME/CFS), depresi, dan Parkinson, membuat tugas sederhana terasa berlebihan. Untuk individual ini, kelelahan kognitif dan fisik dapat dipisahkan.

Penelitian mendukung gagasan bahwa kedua hal tersebut saling berinteraksi: maraton menimbulkan tekanan fisik dan kognitif, dan sebaliknya, stres mental yang ekstrem dapat mengurangi kemauan seseorang untuk melakukan usaha fisik.

Studi lain terus fokus pada peran tidur, stres, peradangan, dan ritme sirkadian. Misalnya, kurang tidur dapat menyebabkan gangguan perhatian sementara yang dikenal sebagai micro-episodes, di mana kelompok kecil neuron secara singkat berhenti berfungsi, menyoroti bahwa istirahat adalah alat pemulihan paling efektif bagi otak.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


OpenAI Rilis GPT-5.2: Klaim Ungguli Profesional & Jadi Model Tercanggih Mereka

12 December 2025 at 22:05

Foto: OpenAI

Teknologi.id -  Beberapa hari setelah "kode merah" internal diumumkan oleh CEO OpenAI, Sam Altman, akibat adanya ancaman kompetitif dari model canggih milik Google, OpenAI mengumumkan kreasi terbarunya: GPT-5.2. Ia menjelaskannya sebagai model paling canggih mereka sejauh ini. GPT-5.2 dirancang secara spesifik untuk menguasai lingkungan profesional dan tugas jangka panjang.

OpenAI menempatkannya sebagai model generasi baru yang leboh cepat dan lebih cakap dibandingkan pendahulunya, menjadikan AI mendekati kemampuan manusia di lingkungan kerja.

Baca juga: OpenAI: ChatGPT Enterprise Bantu Karyawan Hemat Hingga 1 Jam Kerja per Hari

Produktivitas Cepat di Lingkungan Kerja

GPT-5.2 dikatakan dapat mempercepat produktivitas secara cepat. Mengacu dari data pengguna sebelumnya, OpenAI mengatakan perusahaan yang menggunakan ChatGPT Enterprise menghemat 40-60 menit dari waktu kerjanya, sementara mengurangi sampai 10 jam dalam seminggu untuk pengguna intens. Dengan GPT-5.2, keuntungan ini diharapkan dapat meningkat lebih jauh.

Menurut Chief Product Officer, Fidji Simo, GPT-5.2 terhitung superior untuk tugas utama di kantor, termasuk:

  • Memproduksi spreadsheet dan presentasi.
  • Menulis dan memperbaiki kode.
  • Memahami dan menganalisa gambar dan diagram teknis.
  • Memecahkan tugas beberapa langkah tanpa menghilangkan konteks.
  • Menggunakan alat eksternal (seperti pencarian, database, atau perangkat perusahaan).
  • Tolak ukur kinerja dan standar "Pakar Manusia".

OpenAI mendemonstrasikan kekuatan GPT-5.2 melalui pengujian ketat, termasuk evaluasi besar yang disebut GDPval. Uji coba ini mengukur kinerja model AI di 44 peran profesional, dari keuangan dan penjualan sampai desain dan teknisi.

Versi paling cakap model ini, GPT-5.2 'Thinking', dikabarkan menyaingi atau mengungguli profesional di industri dalam 70,9% tugasnnya, hampir dua kali lipat dari model GPT-5 sebelumnya. OpenAI menyatakan model ini menyelesaikan tugas profesional serupa 11 kali lebih cepat dengan harga kurang dari 1% biaya ahli.

Kinerja spesifiknya termasuk:

  • Coding: GPT-5.2 mendapat rekor baru di SWE-Bench Pro, benchmark untuk tugas teknis real-world. Developer mengatakan model ini lebih baik dalam memperbaiki, mengimplementasikan fitur, me-review kode, dan mengelola arus kerja end-to-end dengan kesalahan yang lebih sedikit.
  • Sains dan Matematika: Model ini mencapai 92% akurasi dalam pertanyaan sains tingkat pascasarjana dan mencatat rekor baru dalam soal matematika sulit, setelah digunakan peneliti untuk mengusulkan bukti yang setelah itu divalidasi manusia.

Terobosan Konteks Panjang dan Penggunaan Alat

Foto: CometAPI

Salah satu peningkatannya adalah kemampuannya untuk mengelola teks panjang. Model ini dapat memantau informasi dari ratusan rib token, mencapai akurasi yang hampir sempurna bahkan saat detail relevan tersembunyi jauh di dalam file besar.

Pada evaluasi MRCRv2, GPT-5.2 mencetak rekor baru dalam varian "4-needle", membuktikan kalau model ini dapat memahami dan menyatukan pemahaman konteks di lebih dari 256.000 token (setara sampai 180.000-200.000 kata), kasarnya 2.5 kali rata-rata panjang novel. Hal ini ideal untuk profesional yang bekerja dengan kontrak panjang, makalah penelitian, dokumen legal, atau proyek multi-file.

Di samping itu, kemampuannya untuk mengelola tugas multi-step melibatkan alat eksternal meningkat secara signifikan. Pada benchmark Tau2, GPT-5.2 mencapai 98,7% akurasi dalam menangani skenario customer support yang kompleks, berhasil mengelola situasi sulit seperti memesan kembali perjalanan, mengatur hotel, atau mendaftarkan permintaan medis dalam satu arus pekerjaan.

Baca juga: OpenAI Umumkan Code Red, Semua Proyek Dihentikan Demi Fokus ke ChatGPT

Kesediaan dan Respon Pasar

GPT-5.2 mulanya diluncurkan di rencana ChatGPT dalam tiga versi:

  • Instant: Untuk tugas harian dengan respon yang lebih cepat.
  • Thinking: Untuk penalaran terstruktur dan detail di pekerjaan yang sulit.
  • Pro:  Memberikan jawaban dengan kualitas tertinggi dan masalah teknis yang sangat sulit.

Pada API-nya, model ini hadir dengan nama gpt-5.2, gpt-5.2-chat-latest, dan gpt-5.2-pro. Walau harganya lebih mahal dibandingkan GPT-5.1, OpenAI menentang kalau efisiensi yang lebih baik seringkali menurunkan biaya keseluruhan untuk membuat hasil yang berkualitas lebih tinggi.

Peluncuran ini merupakan respon langsung terhadapt pesaing yang bermunculan, dari model Gemini 3 milik Google dan Claude Opus 4 milik Anthropic. Meski begitu, GPT-5.2 tidak membawakan pembaruan dalam generasi gambar, sebuah kemampuan viral yang mendukung Google baru-baru ini. Beberapa bocoran mengatakan OpenAI mungkin akan merilis model generasi gambar yang lebih canggih di bulan Januari 2026.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Perang Baru Musk vs Bezos: Adu Cepat Bangun Pusat Data AI di Luar Angkasa!

12 December 2025 at 19:03

Foto: Composite

Teknologi.id -  Kompetisi antara raksasa teknologi Elon Musk dan Jeff Bezos berlanjut ke level baru: membangun pusat data Artificial Intelligence (AI) di luar angkasa. Kedua miliarder tersebut berlomba untuk merelokasi industri pusat data dengan triliunan data menjauh dari batasan bumi untuk mengorbit, yang terlihat menawarkan ruang dan energi tak terbatas.

Konsepnya lebih dari satelit komunikasi. Blue Origin milik Bezos dilaporkan sedang mengembangkan pusat data teknologi orbit AI selama setahun. Sementara SpaceX milik Musk berencana untuk memasang muatan komputasi AI ke satelit Starlink yang terbaru. Fitur ini menjadi kunci rencana penjualan saham SpaceX, yang dapat meningkatkan nilai perusahaannya sampai 800 miliar dolar (sekitar Rp 13 ribu triliun).

Baca juga: Misi Transporter-15 SpaceX Berhasil Bawa 140 Muatan ke Orbit

Keterbatasan Bumi Mendekat ke Orbit

Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk menekan konsumsi energi yang dibutuhkan model AI berskala besar. Di bumi, pusat data menyebabkan kelaparan, kebutuhan pendinginan, dan masalah penggunaan daratan. Sedangkan orbit memiliki manfaat seperti berikut:

  • Energi Surya yang Tak Terbatas: Satelit di ruang angkasa dapat menerima energi surya 30% lebih intens dan enam kali lipat jumlah total dibandingkan permukaan bumi, sehingga tidak dibutuhkan baterai penyimpan energi yang mahal.
  • Pendinginan Gratis: Dengan suhu angkasa yang hampir nol derajat, dapat mengurangi panas dengan "gratis", sehingga menyingkirkan bagian paling mahal dan kompleks yang dibutuhkan pusat data di darat.

CEO Planet Labs, Will Marshall, mengatakan infrastruktur kaya akan sumber daya di luar bumi telah lama direncanakan, dan berkurangnya biaya untuk teknologi peluncuran dan satelit berarti "Kami mendekati titik kritis ini."

Kemampuan Peluncuran: Arena Utama

Foto: SpaceX

Keberhasilan pusat data orbit bergantung pada kemampuan peluncurannya. Baik Musk maupun Bezos sedang "menabung" roket beban berat mereka.

  • Starship SpaceX: Muatan komputasi SpaceX akan dibawa dengan satelit yang sudah diperbarui, yang dirancang khusus untuk roket Starship yang dapat digunakan kembali. Bulan lalu, Musk mengatakan Starship seharusnya dapat mengirimkan sekitar 300 gigawatt (GW) satelit AI tenaga surya ke orbit setiap tahunnya, dapat mencapai hingga 500 gigawatt.
  • New Glenn Blue Origin: Roket Bezos yang sebagiannya dapat digunakan kembali, dirancang dengan pelindung besar yang bertujuan untuk menurunkan banyak satelit dalam sekali jalan. Bezos memprediksi dalam 20 tahun atau kurang, biaya pusat data orbit akan melebihi infrastruktur AI di darat. 

Sementara itu, CEO Muon Space, Jonny Dyer, menekankan "Pada akhirnya semua bergantung pada (kemampuan) peluncuran."

Kompetisi Di Luar Kedua Pesaing

Perlombaan ini tidak hanya melibatkan Musk dan Bezos. Raksasa teknologi lain juga membuat penyesuaian:

  • OpenAI: CEO Sam Altman telah berencana mengakuisisi operator roket untuk menyebarkan tenaga komputasi AI ke luar angkasa, didorong oleh kebutuhan listrik yang dibutuhkan sistem AI.
  • Google: Google telah bermitra dengan Planet Labs untuk menyebarkan dua satelit percobaan yang membawa chip AI Google (unit prosesor tensor) untuk mengorbit di awal 2027. Hal ini dianggap sebagai salah satu proyek "moonshot" mereka. Seorang petinggi mengatakan untuk menggantikan pusat data di darat akan membutuhkan 10.000 satelit (asumsi satelit 100 kilowatt).
  • Pemain Lain: Termasuk mantan CEO Google, Eric Shmidt yang sekarang memimpin Relativity Space, Red Hat milik IBM, Axiom Space, dan startup yang didukung perusahaan, seperti Aetherflux dan Starcloud.

Reaksi Saham dan Tantangan Dunia Nyata

Euforia infrastruktur orbit telah memengaruhi pasar saham:

  • Rocket Lab USA Inc. menguat lebih dari 8%, karena potensinya untuk berperan sebagai penyedia peluncuran satelit AI.
  • AST Spacemobile Inc. meningkat lebih dari 5%, menjadi relevan karena ukuran satelit yang besar dan kemampuan manufakturnya.
  • Redwire Corp melemah sekitar 1%, merefleksikan biayanya yang tinggi dan teknologi yang kompleks.

Di samping prospeknya menggirukan, terdapat rintangan lain:

  • Resiko Teknis: Chip AI yang mengorbit harus mengelola pembuangan suhu panas dalam vakum, melindungi elektronik yang sensitif terhadap radiasi kosmik, dan mengirimkan banyak data ke bumi.
  • Biaya dan Stabilitas: Sebagian orang ragu jika pusat data orbit di luar angkasa dapat bersaing dengan fasilitas di darat dalam jangka pendek, terutama membutuhkan ribuan satelit untuk mencapai skala sebanding.

Selagi impelementasinya secara penuh membutuhkan bertahun-tahun, komitmen dari tokoh industri luar angkasa paling berpengaruh untuk memastikan modal besar akan diarahkan ke rantai pasokan untuk pelncuran, komponen, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk komputasi interstellar ke depannya.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 12 December 2025 Tech News & Update

OpenAI: ChatGPT Enterprise Bantu Karyawan Hemat Hingga 1 Jam Kerja per Hari

12 December 2025 at 01:15

Foto: CNET

Teknologi.id -  OpenAI, pembuat ChatGPT merilis temuan terbarunya soal pengaruh Artificial Intelligence (AI) di tempat kerja. Dalam laporannya yang berjudul "Laporan 2025: Keadaan AI Enterprise," diambil berdasarkan data yang dikumpulkan dan survei 9.000 pekerja di hampir 100 perusahaan.

Temuan utamanya adalah memajukan produktivitas: teknologi AI seperti ChatGPT diperkirakan mengemat 40 menit sampai satu jam dari waktu pekerja setiap harinya.

Meningkatnya Produktivitas di Berbagai Sektor

Foto: OpenAI

Survey tersebut membuktikan tiga perempat (lebih dari 75%) responden melaporkan kalau penggunaan AI saat bekerja mempercepat tugas atau meningkatkan kualitas ouput mereka. Kelompok pekerja yang paling merasakan semakin hematnya waktu adalah data science, teknisi, komunikasi, IT, dan akuntan.

Menurut data:

  • Pekerja IT: 87% melaporkan perbaikan masalah IT lebih cepat.
  • User Marketing/ Produk: 85% melaoprkan eksekusi campaign menjadi lebih cepat.
  • Profesional HR: 75% melaporkan keterlibatan karyawan meningkat.
  • Pengguna AI Tingkat Lanjut: Pengguna AI intens melaporkan telah menghemat sebanyak 10 jam dalam seminggu.

Ronnie Chatterji, Kepala Ekonomi di OpenAI, mengatakan pengaruhnya lebih dari kecepatan semata. Ia menyatakan tiga dari empat orang mengatakan, "Saya bisa melakukan hal yang sebelumnya saya tidak bisa," menyorot AI dalam mengembangkan kemampuan di tempat kerja, faktor yang sering diabaikan dalam diskusi AI dan pekerjaan.

Baca juga: Karyawan Apple Ramai-Ramai Pindah ke OpenAI, Dukung Proyek Baru Jony Ive

Naiknya 'Vibe Coding' dan Kemampuan Baru

Laporan tersebut menyajikan bukti bahwa AI mendukung pekerja non-teknis untuk mengerjakan tugas baru, terutama coding.

OpenAI menemukan tren signifikan "Vibe Coding", yaitu pekerja non-teknis mulai membuat kode. Banyaknya pesan seputar coding dari pekerja non-teknis meningkat sebanyak 36% selama enam bulan terakhir. Terlebih lagi, 75% pengguna melaporkan mereka dapat menyelesaikan tugas baru yang sebelum tidak dapat dilakukan, sementara 73% teknisi melaporkan kode berhasil lebih cepat saat menggunakan alat AI.

Hal ini menujukkan kalau perusahaan "bertambah luas di margin ekstensif - lebih banyak pekerja menggunakan AI—dan margin intensif—pengguna yang sudah ada mendalami lebih jauh," ujar startup yang didukung Microsoft tersebut.

Melawan Narasi 'Gelembung AI'

Foto: Ist

Temuan OpenAI muncul di tengah debat peneliti dan ahli ekonomi tentang Return of Investment (ROI) AI.

Studi sebelumnya menunjukkan keraguan:

  • Penelitian MIT (Agustus): Menemukan kebanyakan perusahaan melihat tidak ada keuntungan atau pengaruh langsung dari projek generatif AI, seringkali disebabkan integrasi perusahaan yang bercelah.
  • Penelitian Harvard dan Stanford (September): Menyorot masalah "workslops", saat output yang dibuat AI terlihat bagus tetapi kekurangan arti atau tidak ada nilai tambahan.
  • Survei KPMG (April): Menemukan perusahaan yang menerapkan AI di luar program pilot tetap stagnan.

Meski begitu, pemimpin OpenAI meyakini kalau studi-studi ini tidak sejalan dengan kenyataan yang ada. Direktur Operasional (COO) OpenAI, Brad Lightcap mengatakan:

"Banyak studi tidak sejalan dengan apa yang kita lihat dalam praktiknya,"  

Lightcap menegaskan kalau adopsi AI enterprise tidak meningkat dengan cepat atau lebih cepat dibanding adopsi konsumen biasa. Perusahaan ini membagikan data poin-poin penting untuk mendukung pernyataannya:

  • Berbasis Pelanggan: Lebih dari satu juta bisnis membayar untuk pelayanan AI milik OpenAI.
  • Pengguna: 7 juta pekerja saat ini menggunakan ChatGPT Enterprise.
  • Intensitas Penggunaan: Banyaknya pesan per minggu di ChatGPT Enterprise meningkat sebanyak 8% year-on-year (YoY), dengan rata-rata pekerja mengirim pesan 30% lebih banyak.
  • Kecanggihan: Penggunaan Custom GPT dan ChatGPT Projects untuk arus kerja yang terstruktur dan berulang, meningkat 19 kali lipat di tahun lalu, menunjukkan pergeseran dari kueri biasa ke proses yang terintegrasi.
  • Model yang Lebih Maju: Rata-rata konsumsi penalaran per organisasi meningkat sekitar 320 kali dalam 12 bulan terakhir, menunjukkan kepercayaan yang meningkat pada model penalaran AI yang lebih maju.

Baca juga: OpenAI Umumkan Code Red, Semua Proyek Dihentikan Demi Fokus ke ChatGPT

Adopsi Industri dan Kesenjangan Kinerja

Laporan ini juga menunjukkan tren dalam adopsi industri:

  • Pertumbuhan Cepat: Teknologi, kesehatan, dan manufaktur adalah sektor yang paling berkembang dalam adopsi AI.
  • Skala Terbesar: Alat AI telah digunakan secara besar-besaran dalam pelayanan profesional, keuangan, dan teknologi.

OpenAI menyoroti makin jauhnya kesenjangan kinerja, yang menguntungkan "perusahaan terdepan", organisasi dengan tim hibrid yang beranggotakan manusia dan agen AI. Perusahaan terdepan ini menunjukkan keuntungan produktivitas dan penghematan waktu lebih banyak dibandingkan rata-rata perusahaan, mengirimkan pesan dua kali lebih banyak dan terlibat lebih intens pada kemampuan tingkat lanjut.

Kendala utama dalam adopsi AI yang lebih luas dinilai pada kesiapan dan implementasi perusahaan.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Kaspersky Sebut Telegram Jadi Sarang Kejahatan Siber, 800 Kanal Diblokir!

11 December 2025 at 23:48

Foto: CyberHub

Teknologi.id -  Berdasarkan penelitian terbaru dari Kaspersky Digital Footprint Intelligence, Telegram merupakan sarana yang paling sering digunakan penjahat siber atau hacker untuk melancarkan aksinya. Setelah memonitor lebih dari 800 kanal telegram terlarang sejak tahun 2021 sampai tahun 2024, Kaspersky menemukan fakta bahwa bot Telegram merupakan alat yang sangat beresiko.

Aplikasi pesan instan ini, yang dilihat oleh komunitas underground sebagai platform bisnis pasar gelap terintegrasi, berkat memiliki fitur-fitur teknis yang sangat dimanfaatkan pelaku kejahatan.

Baca juga: Telegram Rilis Fitur Komentar di Video Call, Bikin Obrolan Serasa Live Streaming

Mengapa Telegram Menjadi Pilihan Utama Pasar Gelap?

Telegram menawarkan empat keunggulan utama yang membuatnya menarik bagi aktivitas cybercrime pada awalnya:

  1. Otomatisasi Fungsi Kriminal: Bot Telegram dapat mengelola berbagai tugas secara bersamaan, mulai dari memproses pembayaran berbasis aset kripto, menyebarkan kartu bank curian, memasukkan infostealer (perangkat perusak data), melakukan phishing, hingga menjadi layanan serangan DDoS (Distributed Denial of Service) pada ratusan pembeli.
  2. Penyimpanan Tanpa Batas: Fitur penyimpanan file Telegram yang tidak terbatas dan tidak akan kadaluwarsa menjadikan tidak perlu adanya hosting eksternal. Hal ini mempermudah peneyebaran dump data multi-gigabyte atau dokumen korporat curian.
  3. Dorongan Penawaran Kriminal Massal: Otomatisasi yang sangat mulus pada platform tersebut secara alami mendorong dan mempermudah penawaran produk atau layanan kejahatan kriminal bervolume tinggi, harga rendah, dan keterampilan rendah (low-skill offerings), seperti informasi kartu bank atau data yang bocor atau layanan malware hosting.
  4. Fasilitator Transaksi Kepercayaan Tinggi: Meskipun transaksi bernilai tinggi yang bergantung pada kepercayaan, seperti pembocoran kerentanan zero-day, masih banyak digunakan forum dark web bereputasi. Telegram dianggap mampu memfasilitasi komunikasi dan negosiasi sensitif tersebut.

Tren Pemblokiran Meningkat

Foto: Kaspersky

Meskipun Telegram sangat populer di kalangan penjahat siber, tekanan kendali yang meningkat dari Telegram menjadikan platform tersebut menjadi kurang kondusif bagi pelaku kejahatan.

Kaspersky mencatat peningkatan drastis dalam pemblokiran kanal. Sejak 2023, kurva pemblokiran melonjak, pada tahun 2024, pemblokiran setiap bulannya sering mencapai 30 hingga 40 kanal. Pola ini tetap bertahan hingga 2025.

Peningkatan moderasi ini menyebabkan umur kanal bayangan (shadow channel) bertambah panjang. Persentase kanal yang berumur lebih dari sembilan bulan bertambah tiga kali lipat dari tahun 2021 sampai 2024, menunjukkan upaya komunitas kriminal untuk bertahan lama dari upaya penutupan.

Baca juga: Telegram Perketat Keamanan: CEO Pavel Durov Hapus Konten Ilegal dengan AI

Batasan Teknis dan Migrasi Komunitas Kriminal

Pelaku kejahatan siber yang berpengalaman melihat Telegram memiliki sejumlah batasan teknis yang merugikan:

  • Tidak adanya enkripsi end-to-end bawaan di chat.
  • Memiliki infrastruktur terpusat, yang mana pengguna tidak dapat membangun server sendiri untuk berkomunikasi.
  • Kode server-side-nya tertutup, sehingga pengguna tidak dapat memverifikasi atau mengetahui apa yang dilakukannya.

Arsitektur ini memerlukan kepercayaan tinggi pada platform tersebut, suatu hal yang dihindari oleh pelaku kejahatan kriminal berpengalaman saat melindungi operasional dan keamanan pribadi mereka. Mereka juga dihadapkan kemungkinan di-blacklist oleh Telegram.

Sebagai konsekuensinya, banyak komunitas penjahat kini mulai migrasi dan berhenti menggunakan Telegram. Contohnya, Angel Drainer (perusahaan layanan malware-as-a-service atau MaaS yang menyediakan perangkat lunak jahat untuk diperjualbelikan), dan kelompok BFRepo, yang memiliki sekitar 9.000 anggota, dilaporkan telah pindah ke platform lain.

“Ketika sebuah etalase atau layanan menghilang dalam semalam, membangun bisnis yang andal menjadi jauh lebih sulit. Kami mulai melihat tahap awal migrasi sebagai konsekuensi langsungnya,” ujar Vladislav Belousov, Analis Jejak Digital di Kaspersky.

Saran Menghindari Kejahatan Siber

Untuk membantu pengguna dan organisasi agar tetap terhindar dari kejahatan kriminal yang memanfaatkan platform seperti Telegram, Kaspersky menyarankan dua langkah praktis ini:

  1. Pelaporan Komunitas: Melaporkan kanal dan bot yang terbukti ilegal untuk mempercepat moderasi berbasis komunitas.
  2. Pemantauan Ancaman: Menggunakan beberapa sumber informasi ancaman cerdas (dengan cakupan surface web, deep web, dan dark web) untuk tetap berhati-hati dengan aktivitas ilegal terkini, dan waspada dengan TTP (Taktik, Teknik, dan Prosedur) yang digunakan oknum ancaman.  


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Demi Keamanan, AS Akan Minta Turis Serahkan Riwayat Media Sosial 5 Tahun Terakhir!

11 December 2025 at 21:38

Foto: Freepik

Teknologi.id -  Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump kembali mengajukan proposal pengetatan perbatasan yang signifikan. Berdasarkan proposal baru dari pejabat tinggi AS, wisatawan dari puluhan negara yang memenuhi syarat untuk mengunjungi AS tanpa visa (melalui program Visa Waiver) wajib menunjukkan riwayat media sosial mereka sebagai syarat masuk.

Aturan ini akan memengaruhi turis dari sekitar 40 negara yang eligible (memenuhi syarat) untuk mengunjungi AS selama 90 hari tanpa visa, asalkan mereka mengisi formulir Sistem Elektronik untuk Otorisasi Perjalanan (Electronic System for Travel Authorization/ESTA).

Alasan Kemanan dan Pengetatan Perbatasan

Foto: Getty Images

Sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat di Gedung Putih pada Januari, fokus utama pemerintahannya adalah memperketat perbatasan AS dengan alasan keamanan nasional.

Beberapa analis mengatakan bahwa rencana baru ini dapat menjadi hambatan bagi calon pengunjung, atau melanggar hak digital mereka, serta kemungkinan adanya penurunan angka pengunjung asing, namun Trump mengatakan kalau ia tidak khawatir.

"Kami hanya ingin orang datang ke sini, dengan aman. Kami menginginkan keamanan. Kami menginginkan keselamatan [...] Kami ingin memastikan kami tidak membiarkan orang yang salah masuk ke negara kami."

Pengetatan ini dilakukan menjelang kenaikan angka turis yang diperkirakan AS tahun depan, mengingat negara tersebut akan menjadi tuan rumah Piala Dunia (World Cup) bersama Kanada dan Meksiko.

Detail Proposal Data Media Sosial

Proposal ini diusulkan oleh Departemen Keamanan Tanah Air (Department of Homeland Security/DHS) bersama Penjaga Bea Cukai dan Perbatasan (Customs and Border Protection/CBP).

Dokumen tersebut menyatakan bahwa "elemen data akan mengharuskan pemohon ESTA untuk menyediakan informasi media sosial mereka dari lima tahun terakhir," tanpa memberikan detail lebih lanjut mengenai bagaimana informasi tersebut akan diverifikasi atau digunakan.

ESTA harus diisi dengan informasi dari pengunjung, disertai bayaran sebesar 40 dolar AS (sekitar Rp 666.868). Formulir ini dapat diakses turis dari sekitar 40 negara, termasuk Inggris, Irlandia, Prancis, Australia, dan Jepang, yang mengizinkan mereka berkunjung ke AS beberapa kali dalam waktu dua tahun.

Selain riwayat media sosial, formulir ini juga menanyakan:

  • Nomor telepon yang digunakan selama lima tahun terakhir.
  • Alamat email yang digunakan selama sepuluh tahun terakhir.
  • Informasi mengenai anggota keluarga.

Proposal ini merupakan bagian dari perintah eksekutif Trump yang lebih besar,  berjudul: "Melindungi Amerika Serikat dari Teroris Asing dan Ancaman Keamanan Nasional dan Ketertiban Umum Lainnya"

Baca juga: AS Bongkar Skema Penyelundupan GPU Nvidia Senilai US$160 Juta ke Cina

Reaksi Publik dan Penegakan Visa Lain

Saat ini, Feedback publik mengenai proposal data ini akan dibuka selama 60 hari ke depan, menunjukkan bahwa kebijakan ini belum final.

"Ini bukan keputusan akhir, ini hanya langkah pertama dari awal diskusi mengenai kebijakan baru yang akan menjaga kemanan warga Amerika," jelas seorang juru bicara CBP.

Namun, organisasi hak digital seperti Electronic Frontier Foundation mengkritik proposal ini. Sophia Cope dari organisasi tersebut menyatakan bahwa kebijakan ini dapat "memperparah kebebasan sipil".

Perlu diketahui, pemerintahan Trump sebelumnya juga mengumumkan kebijakan untuk memeriksa akun media sosial pengunjung asing yang mendaftar visa pelajar atau visa H-1B. Pendaftar diwajibkan mengubah profil media sosial mereka menjadi publik agar dapat dilihat dan digunakan untuk menilai kehadiran digital pendaftar. Jika ada informasi yang tidak disebutkan, dapat menyebabkan penolakan visa yang sedang berjalan dan yang akan datang.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan mengenai kebijakan visa ini: “Ini adalah harapan dari warga Amerika bahwa pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membuat negara kita lebih aman, itulah yang dilakukan oleh Administrasi Trump setiap hari.”

Petugas yang bertugas diperintahkan untuk menyaring mereka yang “mendukung, membantu, atau memberikan dukungan kepada teroris asing yang ditunjuk dan ancaman lain terhadap keamanan nasional; atau yang melakukan pelecehan atau kekerasan antisemit yang ilegal”.

Baca juga: Aturan Visa H-1B Baru Trump Ancaman Serius bagi Perusahaan Teknologi AS

Dampak Potensial pada Industri Wisata

Sebagai bagian dari upaya administrasi untuk memperketat perbatasan, para petinggi baru-baru ini mengatakan bahwa larangan perjalanan yang sudah ada - yang berlaku untuk 19 negara di Afrika, Timur Tengah, dan Karibia - dapat diperluas. Langkah ini diumumkan setelah insiden penembakan dua anggota Garda Nasional di Washington DC, di mana seorang pria Afghanistan dituduh sebagai pelakunya.

Para ahli sebelumnya menyarankan bahwa perubahan kebijakan perjalanan yang diperkenalkan di bawah pemerintahan Trump telah berdampak pada industri pariwisata Amerika.

Awal tahun ini, Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC) melaporkan bahwa AS adalah satu-satunya dari 184 ekonomi yang dianalisis yang diperkirakan akan mengalami penurunan pengeluaran wisatawan internasional pada tahun 2025.

Kebijakan lain pemerintahan Trump juga tampaknya memengaruhi pariwisata, seperti banyak warga Kanada yang dilaporkan memboikot perjalanan ke AS sebagai bentuk protes terhadap tarif Trump. Oktober menandai bulan ke-10 berturut-turut penurunan jumlah wisatawan Kanada yang berkunjung ke AS. Padahal, di masa lalu, wisatawan Kanada menyumbang sekitar seperempat dari total pengunjung internasional ke AS, dengan pengeluaran lebih dari $20 miliar per tahun.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Karyawan Apple Ramai-Ramai Pindah ke OpenAI, Dukung Proyek Baru Jony Ive

11 December 2025 at 19:51

Foto: PYMNTS

Teknologi.id -  Apple sedang memasuki masa paling bergejolak selama puluhan tahun di industri. Perusahaan yang diketahui atas kepemimpinannya yang tenang dan perputaran organisasi yang lambat kini dihadapkan banyak perpisahan, baik di level eksekutif, maupun teknisi internal. Setelah menarik perhatian saat ditinggalkan beberapa pemimpin seniornya, pergeseran besar-besaran sedang terjadi. Puluhan teknisi dan desainer Apple berpindah ke OpenAI, lebih tepatnya ke startup buatan salah satu mantan kepala desain Apple, Jony Ive. 

Langkah ini menggoyahkan usaha Apple dalam menjejakkan kaki ke lanskap AI modern.

Baca juga: Apple Imbau Pengguna iPhone dan Mac untuk Hindari Google Chrome, Apa Alasannya?

Ketidakstabilan Pasca Ditinggal Deretan Pimpinan

Apple telah kehilangan kepala artificial intelligence-nya, kepala desain interface, dan mengumumkan akan ditinggalkan penasihat hukum dan kepala urusan pemerintahannya. Para pimpinan ini melaporkan langsung ke CEO Tim Cook. Untuk sebuah perusahaan yang menjunjung tinggi masa jabatan yang panjang dan kepemimpinan yang stabil, perubahan yang tiba-tiba ini sangat tidak biasa.

Wakil Presiden Perangkat Teknologi, Johny Srouji, otak di balik kesuksesan chip Apple, mengatakan rencananya untuk keluar. Jika itu sampai terjadi, maka ini akan menjadi kehilangan terbesar Cook.

Gelombang Pengunduran Diri ke OpenAI

Foto: Getty Images

Di balik goyahnya deretan pimpinan, perubahan besar terjadi di antara teknisi Apple. Berdasarkan laporan dari jurnalis Bloomberg, Mark Gurman, dan The Wall Street Journal (WSJ), dijelaskan adanya arus perkerutan pegawai Apple ke OpenAI dalam beberapa bulan terakhir. Pegawai-pegawai ini mencakup beberapa spesialis di sistem audio, robotik, desain jam tangan, teknologi kamera, teknisi silikon, bahkan tim yang terlibat dalam pembuatan headset Vision Pro.

Menurut Gurman, lebih dari 40 pegawai Apple bergabung ke divisi perangkat keras milik OpenAI dalam satu bulan terakhir ini saja. Banyak dari mereka pernah menangani iPhone, Mac, dan perangkat inti Apple yang lain secara langsung. Perpindahan ini meningkat deras setelah OpenAI berhasil mengakuisisi startup perangkat AI milik Jony Ive, yang diketahui sebagai io. Kesepakatan ini diketahui bernilai sekitar 6 miliar dolar AS (sekitar Rp 100 triliun) dan membuat kelompok desain baru yang mirip dengan budaya perangkat Apple sebelumnya.

Gabungan dari visi produk milik Ive dan progres cepat OpenAI dalam dunia AI menjadi kekuatan besar akuisisi ini. Bagi banyak pegawai Apple, kesempatan ini hanya 'sekali dalam satu generasi' untuk dapat merancang perangkat berbasis AI yang benar-benar baru, dibandingkan mengulang dari jajaran produk yang sudah familiar.

Kenapa Banyak Pegawai yang Hengkang?

Beberapa faktor menjelaskan alasan ini. Kabarnya, OpenAI menawarkan kompensasi yang sangat menarik pada calon pegawainya, namun langkah ini bukan semata-mata tentang uang. Sebagian desainer dan teknisi Apple merasa kalau perusahaan tersebut telah kehilangan momennya dalam inovasi, terutama di era AI. Mereka percaya, kolaborasi Jony Ive dan CEO OpenAI, Sam Altman akan menciptakan kebebasan kreativitas dan kesempatan untuk membentuk produk luar biasa yang tidak sesuai dengan jejeran produk Apple.

Dokumen dari Ive dan Altman menyinyalir kalau perangkat pertama yang sedang dikembangkan bukanlah sebuah wearable (perangkat yang dapat dipakai, seperti jam, kacamata) Hal ini menunjukkan ambisi yang lebih besar dan mungkin akan menciptakan kategori perangkat yang benar-benar baru. OpenAI juga merekrut peneliti yang ahli di bidang robotika yang dikendalikan AI, yang berarti mantan-mantan pegawai Apple mungkin akan bergabung dalam proyek yang melibatkan mesin canggih daripada elektronik konsumen.

Baca juga: Apple Dikabarkan Gandeng Intel untuk Produksi Chip iPhone Mulai 2028

Tekanan Internal dari Penundaan AI

Di Apple, semangat di bidang AI melemah. Apple Intelligence dihadapi penundaan, desain ulang Siri jauh tertinggal jadwal, dan ketergantungan ke Gemini milik Google membuat frustasi beberapa tim internal. Saat tokoh penting seperti Kepala Model AI, Ruoming Pang, meninggalkan Meta, perasaan tidak stabil bertumbuh lebih kuat.

Momen Penentu Apple

Dengan pensiunnya pimpinan senior, ditinggalkan teknisi kunci, dan adanya kompetisi kuat dari pesaing yang bergerak cepat, Apple memasuki masa-masa sensitif di kepemimpinan Tim Cook. Selagi perusahaan ini mempersiapkan ulang tahunnya yang ke-50 dan berusaha memposisikan kembali perusahannya ke era AI, tantangan terbesarnya mungkin adalah mempertahankan orang-orang yang pernah mendefinisikan budayanya dan laju inovasinya.

Untuk saat ini, tim Jony Ive yang didukun OpenAI terus menarik talenta Apple, dan memunculkan pertanyaan penting: Dapatkah Apple membangun kembali inti kreatifnya dengan cepat agar tetap relevan di era komputasi selanjutnya?


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Gantikan Llama, Model AI ‘Avocado’ Jadi Taruhan Besar Meta di 2026

11 December 2025 at 01:14

Foto: Pluang

Teknologi.id -  Tahun lalu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, optimis soal model AI Llama-nya, memperkirakan model tersebut akan memimpin industri dan "membawakan manfaat AI ke semua orang". Namun, antusiasmenya meredup dengan cepat; setelah mendedikasikan sebagian besar keuntungannya di bulan Januari ke Llama, ia tidak pernah menyebutnya lagi di bulan Oktober lalu. Hal ini menandakan perubahan besar: dedikasi Meta untuk model bahasa besar open-source-nya berpindah ke pendekatan AI yang baru dan agresif, didukung oleh perekrutan multi-miliar dolar untuk menantang lawan seperti OpenAI, Google, dan Anthropic.

Menjelang berakhirnya tahun 2025, beberapa orang dalam dan ahli industri melihat strategi Meta sebagai serampangan. Situasi ini membuat Meta terlihat tertinggal jauh di belakang para pesaing AI-nya, yang modelnya berhasil terus diadposi oleh konsumen dan pasar perusahaan secara cepat.

Baca juga: Rugi Triliunan, Ambisi Metaverse Mark Zuckerberg Berakhir Pahit

Munculnya 'Avocado' dan Pertimbangan Open-Source

Saat ini Meta sedang mengembangkan pengganti Llama, sebuah model AI terdepan dengan kode nama Avocado. Banyak yang mengira model ini akan diluncurkan di akhir 2025, namun rencana tersebut sudah diundur ke kuartal pertama 2026 karena uji kinerja yang sedang berlangsung. Seorang juru bicara Meta mengatakan pelatihan modelnya akan "berjalan sesuai rencana".

Kegagalan Llama 4 di bulan April merupakan pemicu utama bagi perubahan arah Zuckerberg. Selama musim panas, ia mengisyaratkan bahwa Meta akan mempertimbangkan kembali filosofi open-source-nya, mengutip resiko seperti Lab AI milik Cina, DeepSeek, memadukan arsitektur Llama dengan model R1 milik mereka. Sebagai konsekuensi, model Avocado yang akan datang diperkirakan akan menjadi proprietary (closed-source), artinya developer luar tidak akan bisa mengakses komponen intinya.

Tekanan Finansial dan Perubahan Kepemimpinan

Foto: Meta Store

Wall Street menuntut pengembalian investasinya (ROI) terutama setelah saham Meta berkinerja buruk di sektor teknologi. Tekanan ini semakin intens saat Meta menghabiskan $14.3 miliar (Rp 238 triliun) di bulan Juni untuk merekrut founder Scale AI, Alexandr Wang dan membeli saham perusahaannya. Selanjutnya, Meta menaikkan perkiraan pengeluarannya di 2025 dari $70 miliar (sekitar Rp 1.168 triliun) ke $72 miliar (sekitar Rp 1.201 triliun). Analis menilai Meta yang awalnya terlihat sebagai pemenang AI, sekarang dihadapkan pertanyaan sulit seputar tingkat investasi dan ROI.

Zuckerberg melakukan rombak besar-besaran internal. Chris Cox, veteran perusahaannya selama 20 tahun, disingkirkan dari mengawasi unit GenAI setelah kegagalan Llama 4. Zuckerberg menggantikan karyawan internal yang telah lama bekerja di perusahaannya dengan orang-orang luar, menunjuk Alexandr Wang (28 tahun, mantan CEO Scale AI) sebagai Chief AI Officer baru Meta dan kepala laboratorium elit TBD Lab, tempat Avocado sedang dikembangkan. Ia juga merekrut mantan CEO GitHub, Nat Friedman dan co-creator ChatGPT, Shengjia Zhao.

Minggu lalu, perusahaannya juga mengonfirmasi rencana pemotongan sumber daya untuk inisiatif terkait metaverse dan virtual reality. Secara resmi menggeser perhatian ke produk yang ditenagai AI, seperti kacamata populer mereka yang dikembangkan dengan EssilorLuxottica, memprioritaskan teknologi baru.

Baca juga: Meta Gaet Desainer Veteran Apple ke Studio Kreatif Baru: Reality Labs

Konflik Budaya dan Dominasi Pesaing

Para pimpinan baru, yang ahli dalam infrastruktur, membawakan gaya manajemen yang tidak familiar bagi Meta. Laporan dari orang dalam mengatakan kalau TBD Lab-nya Wang beroperasi seperti perusahaan startup terpisah di dekat kantor Zuckerberg, dengan anggotanya yang jarang menghadiri perkumpulan internal perusahaan dan tempat kerja, untuk komunikasi yang lebih "tertutup". Mereka menjunjung tinggi mantra "Demo, don't memo (Lakukan, jangan hanya dicatat)" untuk pekembangan cepat, melihat proses tradisional software sebagai hambatan.

Kepemimpinan baru ini berada di bawah tekanan intens untuk dapat mengantarkan model tingkat atas. Tekanan tersebut hanya akan bertambah jika Gemini 3 milik Google dan GPT-5 milik OpenAI memperkenalkan update baru, sementara Anthropic mendebutkan Claude Opus 4.5 di bulan November. Saat konferensi pendapatan Nvidia, CEO Jensen Huang menyorot pelanggan besar seperti OpenAI, Anthropic, dan xAI, tetapi tidak meyebut Llama. Friedman juga dikritik seteleh peluncuran Vibes di bulan September, sebuah layanan video yang dianggap inferior dibanding Sora 2 milik OpenAI.

Tekanan internal semakin terasa; dengan jam kerja 70 jam seminggu telah menjadi rutinitas organisasi AI. Pada bulan Oktober, Meta memangkas 600 pekerjaan di MSL, restrukturasi yang dikabarkan berkontribusi pada keputusan Chief AI Scientist Yann LeCun untuk mundur. Meskipun dihadapi tantangan-tantangan ini, Zuckerberg tetap optimis, menyatakan kalau MSL "memulai dengan kuat" dan memiliki "kepadatan talenta tertinggi di dalam industri".


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Received — 9 December 2025 Tech News & Update

Ekspedisi OceanX–BRIN Ungkap Misteri Gunung Laut Sulawesi yang Jarang Diteliti

10 December 2025 at 01:23

Foto: OceanX

Teknologi.id -  OceanX bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah resmi meluncurkan ekspedisi laut dalam untuk menjelajahi rangkaian gunung laut Sulawesi, salah satu wilayah terpencil dan paling jarang diteliti di wilayah Indo-Pasifik. Misi ini, yang berjalan dari Desember 2025 sampai Januari 2026, bertujuan untuk menungkapkan dinamika geologi, keanekaragaman hayati, dan berinteraksi dengan ekosistem di bawah Ring of Fire Pasifik. 

Ekspedisi ini akan dimulai di Bitung, Sulawesi Utara, sebagai lanjutan dari penemuan-penemuan penting misi OceanX dan BRIN di tahun 2024, yang sukses memetakan lima gunung laut yang sebelumnya tidak teridentifikasi di bagian utara Sulawesi. Misi terbaru tahun ini diperkuat dengan melibatkan tim ilmiah yang lebih besar, ruang penelitian yang lebih luas, serta perangkat eksplorasi yang lebih canggih, untuk memproduksi data laut dalam Indonesia yang paling komprehensif.  

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun

Mengungkap Sistem Kehidupan Geologi

Ekspedisi dimulai di Bitung dengan edukasi publik dan kegiatan yang melibatkan media, termasuk tur kapal bagi siswa dan pejabat pemerintah daerah, yang berjalan dari 3 Desember 2025 sampai 31 Januari 2026. Kapal penelitian OceanXplorer sekarang sedang menuju ke situs penelitian untuk dua fase penelitian:

  1. Fase 1 (Fitur Geologi dan Hidrotermal): Peneliti akan melakukan pemetaan resolusi tinggi, survei visual, dan pemetaan dasar laut untuk memahami struktur vulkanik dan formasi tektonik laut dalam.
  2. Fase dua (Keanekaragaman Hayati dan Ekologi): Fase ini akan menilai dinamika ekologi gunung laut menggunakan ROV (kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh), kapal selam, mengambil sampel DNA lingkungan, dan instrumen oseanografi untuk mendokumentasikan penyerbaran spesies, keterhubungan habitat, dan struktur ekosistem.

Teknologi AI milik OceanX akan mendukung pencatatan gambar dengan cepat, sehingga memudahkan peneliti untuk memetakan spesies dan habitat secara real-time. 

Co-CEO dan Kepala Peneliti OceanX, Vincent Pieribone, menyoroti kepentingan gunung laut bagi ekosistem laut:

"Gunung laut dapat membentuk arus, menjadi rumah bagi spesies langka, dan menjadi batu loncatan kehidupan di laut dalam. Dari ratusan gunung perairan Indonesia, hanya sedikit yang telah dieksplorasi. Maka dari itu, kami berharap melalui kerja sama dengan BRIN dapat memberikan kita perspektif baru tentang bagaimana laut dalam Indonesia mendukung ekosistem lautnya yang lebih luas,"

Memperkuat Ilmu Kelautan Indonesia dan Membangun Kapasitas

Foto: OceanX

Kepala BRIN, Arif Satria, menegaskan kepentingan ekspedisi ini untuk kedaulatan ilmu kelautan Indonesia. 

"Sebagai negara kepulauan dan pusat keanekaragaman hayati dunia, Indonesia harus memimpin sains kelautan di kawasan. Ekspedisi bersama OceanX bukan hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga memperkuat kemampuan bangsa dalam memetakan, memahami, dan mengelola laut dalam secara mandiri. Inilah fondasi penting menuju transformasi blue economy Indonesia," ujarnya.

Misi ini juga memperkuat pembangunan kapasitas penelitian nasional. Peneliti muda BRIN dan mahasiswa dari beragam universitas di Indonesia akan menerima pelatihan langsung di pemetaan laut dalam, sampling, genomik, dan pemrosesan data kelautan.

Pelatihan ini sejalan dengan rencana penelitian nasional Indonesia dan mendukung tujuan proyek Kapal Riset Nasional (KRISNA) dan pengembangan Ekonomi Biru Indonesia. Proyek KRISNA merupakan inisiatif untuk memperkuat penelitian ilmiah Indonesia melalui pembangunan kapal-kapal riset yang didanai oleh AFD France.

Baca juga: La Niña dan IOD Negatif Intai Indonesia, Waspada Banjir Awal Tahun!

Pemanfaatan Data dan Pemerintahan Masa Depan

Misi ini didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang menekankan penelitian laut dan pembangunan kapasitas sebagai pilar penting dalam mengembangkan ekonomi biru. Usaha-usaha ini memfasilitasi tata kelola berbasis data dan pengembangan sektor maritim baru yang berkelanjutan.

Data ilmiah yang dihasilkan dari misi ini diharapkan akan berkontribusi pada perencanaan tata ruang kelautan, penilaian resiko geologi, dan mendirikan dasar keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Utara. Data ini juga akan menjadi bukti untuk mendukung penelitian lebih lanjut, proyek nasional, dan perencanaan jangka panjang pemerintah Indonesia. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan literasi kelautan di antara pembuat kebijakan, praktisi, dan mahasiswa.

Dengan misi yang menggabungkan eksplorasi ilmiah, pembangungan kapasitas, dan integrasi data berskala besar, OceanX dan BRIN optimis bahwa ekpedisi ini akan menjadi batu loncatan penting untuk ilmu kelautan Indonesia, mendorong pemahaman lebih mengenai laut dalam sambil memperkuat pemerintahan maritim nasional ke depannya.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Anak Magang Sabotase Proyek AI, ByteDance Tuntut Ganti Rugi Rp18,8 M

9 December 2025 at 23:40

Foto: ByteDance

Teknologi.id -  Raksasa media sosial dan induk dari TikTok dan Douyin, ByteDance, menggugat pemagang lamanya karena dugaan manipulasi kode dan merusak projek latihan Artificial Intelligence (AI)-nya. Gugatan ini menuntut kerugian bernilai 8 juta yuan (sekitar Rp18.8 miliar) dan permintaan maaf secara publik, yang telah diterima Pengadilan Distrik Haidian di Beijing.

Perushaan ini sedang berinvestasi dengan jumlah yang cukup besar pada AI generatif (GenAI) untuk bersaing dengan ChatGPT milik OpenAI, menjadikan insiden ini sangat sensitif.

Baca juga: Gebrakan TikTok: ByteDance Gandeng ZTE, Lahirkan Smartphone AI yang Ludes Instan

Detail Kejadian dan Respon Internal

Berdasarkan South China Morning Post, kejadian ini berawal di di bulan Oktober 2024, saat rumornya beredar di media sosial Cina kalau seorang pemagang ByteDance menyebabkan kerusakan besar ke model bahasa (LLM) perusahaan. Menurut kabar yang beredar di media sosial di Cina ini membahas tentang anak magang yang diduga sengaja menyabotase proses pelatihan model dari projek AI penting karena ketidakpuasannya terhadap alokasi sumber daya.

Rumor ini kemudian viral di beberapa forum teknologi dan platform seperti Weibo. Beberapa spekulasi mengatakan anak magang tersebut mengganggu pelatihan model AI yang menggunakan lebih dari 8.000 GPU H100 dengan memanipulasi kode, dengan total kerugian yang diklaim mencapai puluhan juta dolar. Kisah ini mendapat perhatian lebih ketika suatu rekaman tersebar pada 18 Oktober 2024 di laman anonim GitHub dengan nama akun "JusticeFighter110". Rekaman tersebut berisi pengakuan sang anak magang yang mengunggah "kode berbahaya". Namun, kebenaran dari rekaman ini langsung dipertanyakan oleh pengguna GitHub lain di hari yang sama yang menyebut rekaman tersebut palsu.

Di tengah banyaknya rumor dan spekulasi, ByteDance merasa terdesak untuk membuat pernyataan resmi. Perusahaan itu mengakui adanya insiden yang melibatkan seorang anak magang, namun menolak tegas kabar-kabar yang beredar mengenai sabotase dan total kerugian yang disebabkan, mereka menyebut pendapat tersebut dilebih-lebihkan.

Dalam pemberitahuan internal, ByteDance mengidentifikasi seorang pemagang dengan nama belakang Tian sebagai pelaku sabotase, didorong oleh ketidakpuasan terhadap pembagian sumber daya di dalam timnya. Sang anak magang, yang namanya tidak disebut, adalah bagian dari tim teknologi komersialisasi yang bertanggung jawab mengembangkan teknologi periklanan.

Pemecatan dan Tindakan Hukum

ByteDance mengonfirmasi penangguhan pemagang tersebut sejak Agustus karena sudah "sengaja merusak" pelatihan yang sedang berjalan, dan telah dipecat secara resmi di bulan yang sama setelah "sengaja" mengganggu projek pelatihan model. Dalam permberitahuan internal, Tian dikatakan telah mengubah kode dan proses pelatihan model dalam sebuah projek penelitian, yang menyebabkan besarnya sumber daya yang terbuang. ByteDance menekankan kalau insiden ini tidak mempengaruhi projek komersial resmi, kegiatan online, atau pengembangan bahasa model AI.  

Meskipun banyaknya langkah penyelidikan, sang mantan pemagang kabarnya terus menolak gugatan tersebut, sehingga menyebabkan ByteDance membawa kasus ini ke pengadilan. Perusahaan ini juga melaporkan aksinya ke dua organisasi etika profesional di Cina, Aliansi Kepercayaan dan Integritas Perusahaan dan Aliansi Anti-Penipuan Perusahaan, serta universitas Tian (Universitas Beihang dan Universitas Peking).

Baca juga: ByteDance Lepas Moonton, Mobile Legends Bisa Jadi Milik Perusahaan Saudi?

Lanskap AI ByteDance

Foto: China Daily

Kasus ini telah menarik perhatian publik seiring dengan pengembangan teknologi AI milik ByteDance. Model perusahaan ini, yang disebut Doubao (chatbot percakapan layaknya ChatGPT) telah diluncurkan pada Agustus 2023, dan menjadi aplikasi GenAI terpopuler di Cina. Doubao memiliki 51 juta pengguna aktif berdasarkan Oktober 2024. Angka ini melebihi pesaing lokalnya: Wenxiaoyan (awalnya Ernie Bot) milik Baidu yang memiliki 12.5 juta pengguna setiap bulannya, dan Kimi, yang dimiliki Moonshot AI yang didukung Alibaba, dengan 10 juta pengguna.

Perusahaan teknologi besar, termasuk ByteDance, Alibaba, dan Meituan, terus mengembangkan inisiatif AI mereka sampai ke Silicon Valley, dari membuka kantor baru, sampai merekrut talenta terbaik. Perluasan ini terjadi selagi mereka berusaha mengatasi pembatasan ekspor Amerika Serikat yang membatasi akses chip AI canggih milik Nvidia, yang sangat penting untuk mengembangkan model-model terdepan, menurut laporan Financial Times.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


❌