Normal view

Received — 6 December 2025 Tech News & Update

Elon Musk Klaim Optimus Akan Kuasai Ekonomi, Apakah Kita Menuju Dunia Tanpa Uang?

6 December 2025 at 03:22

Foto: CNBC

Teknologi.Id - Selain robot humanoid seperti Optimus, perkembangan AI generatif dan otomasi industri juga akan menjadi faktor penting. Laporan dari World Economic Forum menekankan bahwa teknologi akan menciptakan pekerjaan baru sekaligus menghilangkan pekerjaan lama. Artinya, masa depan bukan sekadar “hilangnya pekerjaan”, tetapi pergeseran besar dalam jenis pekerjaan yang tersedia.

Robot Humanoid Optimus, Harapan atau Sekadar Ilusi?

Elon Musk menargetkan bahwa 80% nilai Tesla di masa depan akan berasal dari robot humanoid Optimus. Klaim ini menimbulkan rasa penasaran sekaligus keraguan. Optimus digadang-gadang mampu melakukan pekerjaan fisik manusia, mulai dari manufaktur hingga tugas rumah tangga. Jika benar-benar terwujud, Optimus bisa menjadi game-changer dalam industri tenaga kerja global. 

Para analis menilai bahwa biaya produksi robot humanoid masih sangat tinggi dan adopsinya tidak akan terjadi secara masif dalam 20 tahun ke depan. Laporan dari Teslarati menekankan bahwa meski visi Musk ambisius, realitas teknis dan ekonomi masih menjadi penghalang besar.

Prediksi ini menimbulkan perdebatan besar. Di satu sisi, dunia tanpa uang terdengar utopis, kebutuhan manusia terpenuhi tanpa transaksi finansial. Namun di sisi lain, para ekonom menilai bahwa sistem distribusi kekayaan dan politik global belum siap menghadapi perubahan radikal tersebut. Menurut World Economic Forum, meski teknologi akan mengubah pasar kerja, struktur ekonomi tradisional masih akan bertahan lama.

Baca Juga: BraindBody LLM, Siap Jadi Robot Masa Depan

Imajinasi Fiksi atau Masa Depan Nyata?

Selain pekerjaan, Musk juga meramalkan bahwa uang akan kehilangan relevansinya. Ia mengutip novel fiksi ilmiah Culture Series karya Iain M. Banks, yang menggambarkan masyarakat tanpa kelangkaan, tanpa pekerjaan tradisional, dan tanpa sistem ekonomi berbasis uang. 

Tantangan Politik dan Regulasi

Prediksi Musk menimbulkan pertanyaan besar tentang regulasi dan kebijakan publik. Bagaimana pemerintah akan mengatur distribusi pendapatan jika pekerjaan tradisional hilang? Apakah konsep seperti Universal Basic Income (UBI) atau Universal High Income bisa diterapkan secara global? Para pakar ekonom menilai bahwa kekuatan politik akan sama pentingnya dengan teknologi itu sendiri dalam menentukan arah masa depan.

Perspektif Ekonomi Global

Muncul keraguan dari para ekonom bahwa transformasi ini bisa terjadi dalam 20 tahun. Menurut laporan Yale Budget Lab, sejak hadirnya ChatGPT pada 2022, pasar kerja global belum mengalami disrupsi signifikan. Biaya robotik masih tinggi, dan adopsi AI belum cukup cepat untuk mengubah struktur tenaga kerja secara drastis. Hal ini menunjukkan bahwa realitas ekonomi mungkin lebih lambat dibandingkan prediksi futuristik Musk. 

Inspirasi dari Fiksi Ilmiah

Elon Musk banyak terinspirasi dari karya fiksi ilmiah seperti Culture Series karya Iain M. Banks. Buku ini menggambarkan dunia tanpa kelangkaan, tanpa uang, dan tanpa pekerjaan tradisional. Dengan mengutip referensi ini, Musk seolah menekankan bahwa visi masa depan bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal imajinasi sosial. 

Lebih dari Sekadar Prediksi

Selain ide tentang pekerjaan opsional dan uang yang kehilangan relevansi, diskusi Musk membuka ruang lebih luas tentang masa depan manusia di era AI. Apakah kita siap menghadapi dunia di mana identitas tidak lagi ditentukan oleh pekerjaan, dan sistem ekonomi tradisional digantikan oleh model baru? 

Bagaimana Kehidupan Manusia Berubah?

Jika robot humanoid seperti Optimus benar-benar hadir dalam skala besar, dampaknya tidak hanya pada industri, tetapi juga pada struktur sosial masyarakat. Pekerjaan yang selama ini menjadi identitas dan sumber penghidupan manusia bisa bergeser menjadi aktivitas opsional.

Distribusi kekayaan menjadi isu utama. Produktivitas tinggi dari robot tidak otomatis menjamin pemerataan hasil. Tanpa kebijakan yang tepat, kesenjangan sosial bisa semakin melebar. Sejumlah pakar menilai bahwa transformasi sosial akibat robotika akan sama pentingnya dengan revolusi industri di masa lalu, tetapi dengan skala yang lebih cepat dan lebih luas.

Siapa yang Mengendalikan Masa Depan?

Prediksi Musk tentang dominasi robot humanoid juga menimbulkan pertanyaan serius di ranah politik dan ekonomi. Jika sebagian besar pekerjaan manusia digantikan oleh robot, maka pemerintah harus merancang kebijakan baru untuk menjaga stabilitas sosial. Konsep seperti Universal Basic Income (UBI) atau bahkan Universal High Income yang pernah diusulkan Musk bisa menjadi solusi, tetapi implementasinya membutuhkan dukungan politik global yang kuat. 

Menurut laporan Yale Budget Lab, sejak hadirnya ChatGPT pada 2022, pasar kerja global belum mengalami disrupsi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa meski teknologi berkembang pesat, struktur ekonomi tradisional masih bertahan.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)



Samsung Perkenalkan Exynos 2600, Chipset Flagship 2nm Setara Snapdragon 8 Elite Gen 5

6 December 2025 at 02:15

Foto: Antara

Teknologi.Id - Untuk menanggapi kritik, Samsung menerbitkan video teaser di YouTube channelnya untuk menampilkan Exynos 2600 dengan rapi. Ini adalah pengumuman teknik bukan pengumuman simbolik dengan makna.

Kalimat pembuka, "dalam kesunyian, kami mendengar", seolah-olah merupakan tanggapan dan pengakuan atas kritik terhadap kinerja chip generasi sebelumnya. Dalam beberapa tahun terakhir, jangkauan Exynos telah dibandingkan dengan Snapdragon, dan telah terbukti sedikit lebih efisien dan kinerja. Karena itu, Samsung ingin menunjukkan kemampuan mereka untuk menarik orang dan memulai evaluasi.

Atmosfer Perubahan Besar Melalui Tren Stranger Things

Bagian yang menarik dari teaser ini adalah musik yang dibawakan Stranger Things, yang memberikan kesan yang sama sekali misterius dan dramatis. Tidak tanpa alasan gaya musik ini dipilih. Samsung tampaknya berusaha untuk menekankan bahwa Exynos 2600 adalah evolusi baru, kemajuan besar yang dihasilkan dari evaluasi dan pembelajaran dari pengalaman sebelumnya.

Seperti yang ditunjukkan oleh teaser, tampaknya Exynos 2600 adalah perubahan besar dalam filosofi dan desain chipset Samsung.

Baca Juga: Samsung Keluarkan Smartphone TriFold Sebagai Pesaing Inovatif

Refined at the Core dan Optimized at Every Level

Selain kalimat pembuka, dua pesan lain yang ditampilkan, yakni “Refined at the Core” dan “Optimized at Every Level”, menjadi penegasan komitmen Samsung.

  • Refined at the core menunjukkan bahwa Samsung telah melakukan peningkatan arsitektur inti prosesor yang signifikan, bukan hanya peningkatan minor.
  • Optimized at every level menunjukkan bahwa setiap lapisan desain, termasuk efisiensi daya dan kinerja grafis, telah dioptimalkan untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Pesan ini menunjukkan keinginan Samsung untuk mengubah persepsi masyarakat dengan mengubah chipset flagship mereka yang dianggap "kurang kompetitif" menjadi yang siap bersaing di tingkat tertinggi.

Teknologi 2nm Pertama di Dunia

Salah satu daya tarik utama Exynos 2600 adalah penggunaan teknologi fabrikasi 2 nanometer dengan proses Gate-All-Around (GAA). Menurut GSMArena, Exynos 2600 akan menjadi chipset smartphone pertama di dunia yang mengadopsi teknologi ini.

Keunggulan Fabrikasi 2nm:

  • Efisiensi energi lebih tinggi, sehingga baterai lebih tahan lama.
  • Performa lebih kencang, dengan peningkatan kecepatan pemrosesan data.
  • Pengurangan panas berlebih, membuat perangkat lebih stabil saat digunakan intensif.

Duel Sengit dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5

Hasil benchmark awal menunjukkan bahwa Exynos 2600 dapat dengan mudah mengalahkan Snapdragon 8 Elite Gen 5 Qualcomm. Ini menunjukkan bahwa Snapdragon selalu mengalahkan Exynos dalam beberapa tahun terakhir.

Samsung ingin membuktikan kemampuan mereka untuk membuat chipset yang memiliki kualitas yang sama, jika tidak lebih baik. Jika ini benar, Galaxy S26 mungkin smartphone paling populer pada tahun 2026.

Galaxy S26 Siap Didukung Exynos 2600

Seperti cara sebelumnya, Samsung biasanya hanya menggunakan chipset flagship ketika mereka siap untuk digunakan setiap hari. Menurut Android Authority, Galaxy S26 and S26 Plus mungkin menggunakan Exynos 2600 di beberapa tempat, terutama di Asia dan Eropa. Namun, Android Authority juga menyatakan bahwa Snapdragon akan tersedia untuk Galaxy S26 Ultra di seluruh dunia, menunjukkan bahwa Samsung masih sangat hati-hati dalam menjual Exynos dan mengevaluasi permintaan pasar.

Jadwal Rilis dan Ekspektasi Pasar

Dengan peluncuran Exynos 2600 beberapa bulan sebelumnya, Galaxy S26 diharapkan tersedia pada bulan Februari 2026, menunjukkan keinginan Samsung untuk menawarkan chipset kelas atas sebelum peluncuran model Galaxy S terbaru. 

Ekspektasi pasar terhadap Exynos 2600 sangat tinggi, terutama karena:

  • Chipset ini menjadi ujian reputasi Samsung setelah kritik panjang terhadap Exynos.
  • Teknologi 2nm bisa menjadi game-changer dalam industri smartphone.
  • Kompetisi dengan Qualcomm akan semakin ketat, membuka peluang inovasi baru.

Baca Juga: 7 Fitur Samsung yang Buat HP Mu Beda

Harapan Baru atau Sekadar Janji?

Exynos 2600 datang dengan banyak klaim, itu adalah chipset pertama dengan fabrikasi 2nm, memiliki kinerja yang sama dengan Snapdragon, dan lebih efisien. Teaser simbolik Samsung menunjukkan sikap keras mereka terhadap kritik. 

Publik tetap menunggu bukti nyata. Apakah Snapdragon 8 Elite Gen 5 mampu bersaing dengan Galaxy S26 dengan Exynos 2600? Atau malah akan mengulangi kisah lama tentang penampilan yang tidak konsisten? 

Sudah jelas bahwa peluncuran Exynos 2600 menjelang 2026 akan menarik perhatian industri teknologi.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)



DeepSeek V3.2 Speciale, Model AI China yang Lampaui Gemini 3.0 Pro

5 December 2025 at 00:00

Foto:Tek.Id

Teknologi.id - Dua model baru, DeepSeek V3.2 dan DeepSeek V3.2 Special, baru-baru ini dirilis oleh startup berbasis di Hangzhou, China. Kedua model ini diklaim memiliki kemampuan yang setara dengan GPT-5 milik OpenAI dan Gemini 3.0 Pro milik Google. Klaim tersebut bukan sekadar retorika, melainkan bagian dari strategi besar China untuk menegaskan posisinya dalam perlombaan global teknologi kecerdasan buatan.

Langkah ini menandai ambisi besar China untuk menyaingi dominasi Amerika Serikat dalam industri AI. Selama bertahun-tahun, perusahaan teknologi asal AS seperti OpenAI, Google, dan Anthropic mendominasi panggung global dengan model bahasa besar (LLM) yang dianggap paling canggih. Kini, dengan hadirnya DeepSeek V3.2, peta persaingan mulai bergeser.

Sejak didirikan pada Juli 2023, DeepSeek berkonsentrasi pada pengembangan model bahasa besar (LLM) dan teknologi multimodal. Tujuannya adalah membuat model AI yang mampu memahami teks dan mengintegrasikan berbagai jenis data seperti kode, gambar, dan logika kompleks. Metode ini akan membantu DeepSeek mengatasi dua kelemahan model open-source: efisiensi komputasi dan kemampuan penalaran tingkat tinggi.

Selain itu, peluncuran DeepSeek V3.2 mencerminkan rencana jangka panjang China untuk meningkatkan ekosistem teknologi domestik. Dengan mengembangkan model yang mampu bersaing dengan GPT-5 dan Gemini 3.0 Pro, DeepSeek menargetkan pasar lokal dan berharap dapat mencapai pasar internasional. Hal ini sejalan dengan tren geopolitik di mana AS dan China bersaing di bidang teknologi AI.

Selain itu, DeepSeek menegaskan bahwa inovasi mereka tidak hanya meniru, tetapi juga menyelesaikan masalah yang membatasi model open-source. Misalnya, pemrosesan teks panjang yang tidak efektif, kemampuan agen otonom yang buruk, dan kurangnya investasi post-training. Perusahaan ini berusaha mengatasi masalah ini dan menyediakan model yang lebih efisien tanpa mengorbankan kualitas dengan memperkenalkan teknologi DeepSeek Sparse Attention (DSA).

Baca Juga: Revolusi AI dan Kuantum China, Mulai dari DeepSeek, Manus, Zhuchongzi-3

Inovasi DeepSeek Sparse Attention (DSA)

Salah satu terobosan utama DeepSeek V3.2 adalah penerapan DeepSeek Sparse Attention (DSA). Teknologi ini memungkinkan model memeriksa ulang setiap token sebelumnya dengan sistem indeks, sehingga dapat mengidentifikasi bagian penting dari riwayat teks.

Hasilnya, biaya komputasi dapat ditekan tanpa mengorbankan kualitas output. Menurut DeepSeek, DSA mampu mempercepat pemrosesan input panjang secara signifikan, meski perusahaan tidak merinci persentase peningkatannya.

Selain itu, DeepSeek meningkatkan anggaran post-training hingga 10% lebih tinggi dibandingkan pelatihan, sebuah lonjakan besar dibanding peningkatan satu persen dalam 2 tahun. Strategi ini menunjukkan fokus perusahaan pada penguatan kemampuan reasoning dan agen otonom.

DeepSeek Melangkah Maju 

Foto: telset.id

DeepSeek V3.2 diuji dalam berbagai benchmark internasional, seperti: 

  • AIME 2025 (kompetisi matematika) - V3.2 meraih skor 93,1% , tepat di belakang GPT-5 dengan skor 94,6%
  • LiveCodeBench (pemrograman) - V3.2 mencatat 83,3% dengan diikuti GPT-5 84,5%, sementara Gemini 3 Pro Unggul dengan 90,7%
  • SWE Multilingual (pengembangan software di GitHub) - V3.2 menyelesaikan 70,2% masalah, sedangkan GPT-5 dengan angka 55,3%
  • Terminal Bench 2.0 - V3.2 mencatat 46,4% lebih tinggi dari GPT-5 dengan angka 35,2%, meski masih di bawah Gemini 3 Pro dengan angka 54,2%

Data ini menunjukkan bahwa DeepSeekV3.2 mampu menyaingi akan melampaui GPT-5 dalam beberapa aspek, meski Gemini 3 Pro tapi tetap unggul di sejumlah kategori.

Prestasi DeepSeek lampaui Gemini

Versi DeepSeek V3.2 Speciale dirancang dengan Komputasi Tinggi. Model ini berhasil meraih: 

  • Medali emas olimpiade matematika internasional 2025
  • Menerima olimpiade informatika internasional 2025
  • Tingkat kedua di ICPC World Final 2025

Keunggulan Speciale terletak pada penggunaan token yang jauh lebih banyak. Dalam uji CodeForce, Speciale memproses rata-rata 77.000 token, jauh di atas Gemini yang hanya mampu memproses 22.000 token.

Dengan performa ini, Speciale bahkan mampu melampaui Gemini 3 Pro dalam beberapa kategori, menjadikannya salah satu model AI paling kompetitif di dunia saat ini.

Baca Juga: Google Rilis Gemini 3 Model AI Terpintar Saingi  GPT-5

Apa DeepSeek Masih Memiliki Kekurangan?

Meskipun impresif, DeepSeek mengakui bahwa V3.2 masih tertinggal dalam hal: 

  1. Keluasan pengetahuan dibanding GPT-5 dan Gemini
  2. Efisien token, terutama dalam konteks panjang
  3. Kinerja pada tugas kompleks yang membutuhkan reasoning multi lapis

DeepSeek berencana mengatasi kelemahan ini dengan pelatihan awal yang intensif dan pengembangan synthetic environment.

Saat ini mereka telah membangun lebih dari 1800 ruang simulasi virtual serta ribuan skenario berbasis masalah nyata di GitHub untuk melatih Agen Otonom.

Persaingan Dua Raksasa China VS Amerika

Peluncuran DeepSeek V3.2 menegaskan bahwa perlombaan AI global semakin memanas. Setelah OpenAI merilis GPT-5 pada Agustus dan Google memperkenalkan Gemini 3.0 Pro pada November, DeepSeek muncul sebagai penantang serius dari China.

Menariknya, DeepSeek merilis model ini dengan lisensi Apache 2.0 di Hugging Face, sehingga dapat diakses secara gratis oleh komunitas global. Langkah ini berpotensi mempercepat adopsi dan memperluas pengaruh DeekSeek di luar China.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)




Banjir Sumatra Meluas, Google Hadirkan Flood & SOS Alert untuk Info Darurat

6 December 2025 at 00:16

Foto: Selular.ID

Teknologi.Id - Sejak 24 November 2025, sejumlah wilayah Sumatra telah mengalami banjir besar dan tanah longsor. Ratusan orang telah meninggal dalam bencana ini, dan masih banyak yang hilang. Ini adalah kondisi darurat yang menyebabkan banyak keprihatinan, dan banyak orang bekerja keras untuk mendapatkan informasi tentang penyelesaian yang cepat.

Google, perusahaan teknologi terkemuka, dapat mengambil tindakan antisipasi dengan memasukkan fitur Flood Alert and SOS Alert ke Google Maps dan Google Search. Ini adalah fitur yang membantu masyarakat mendapatkan informasi darurat yang relevan yang dapat digunakan untuk mendukung banjir keadaan dengan mudah.

Dengan integrasi ini, Google dapat menawarkan lebih dari sekedar banjir lokasi, itu juga dapat menawarkan informasi terkini, situs web resmi, opsi donasi, dan nomor darurat telepon.

Baca Juga: Google Peringatkan Titik Rawan Bencana di Sumatra

Apa Itu Flood Alert di Google Search?

Saat pengguna mencari kata kunci seperti “Banjir Aceh”, “Banjir Tapanuli”, atau “Banjir Sumatra”, akan muncul banner Flood Alert di bagian atas hasil pencarian. Banner ini menampilkan: 

  • Informasi umum dan lokasi terkait banjir.
  • Rangkuman berita terbaru dari media terpercaya.
  • Link ke Flood Hub untuk memantau prediksi ketinggian air.
  • Informasi darurat seperti nomor telepon, situs bantuan, hingga opsi donasi.

Pengguna di lokasi terdampak akan menerima notifikasi langsung di beranda ponsel Melalui aplikasi Google (Android/IOS) jika fitur lokasi aktif.

Informasi Darurat Melalui Fitur SOS Alert

Foto: voi.id

Fitur SOS Alert merupakan bagian dari sistem peringatan darurat Google yang diaktifkan setiap kali terjadi bencana besar. Tujuannya adalah memastikan masyarakat terdampak dapat memperoleh informasi penting dengan cepat dan mudah. 

Beberapa elemen utama dalam SOS Alert meliputi:

  • Banner peringatan darurat di hasil pencarian Google, menampilkan status bencana.
  • Rangkuman berita terbaru dari media terpercaya untuk memantau perkembangan situasi.
  • Nomor telepon darurat dan situs resmi lembaga terkait, seperti BNPB atau BMKG.
  • Peta interaktif yang menunjukkan wilayah terdampak banjir.
  • Terjemahan frasa penting untuk membantu komunikasi lintas bahasa.
  • Opsi donasi bagi pengguna di luar wilayah terdampak.

Menurut penjelasan Communications Manager Google Indonesia, Feliciana Wienathan, SOS Alert selalu diaktifkan saat terjadi bencana alam besar. Dengan demikian, masyarakat yang berada di lokasi terdampak akan menerima notifikasi langsung di beranda ponsel mereka, selama fitur lokasi aktif di aplikasi Google.

Sementara itu, pengguna di luar wilayah terdampak tetap bisa mengakses informasi melalui pencarian manual, meski konten yang ditampilkan berbeda. Misalnya, mereka lebih banyak diarahkan ke tautan donasi atau berita umum, bukan nomor darurat lokal.

Pantau Banjir Via Google Maps

Foto: Techdaily

Google Maps kini menampilkan titik-titik lokasi banjir dengan icon gelombang merah. Cara mengaksesnya adalah: 

  1. Buka aplikasi Google Maps Ketik kata kunci, seperti, “Banjir (nama lokasi)”.
  2. Lihat titik banjir yang ditandai di peta.
  3. Klik titik untuk informasi lebih lanjut (berita, pusat bantuan, link resmi).
  4. Gunakan opsi visual Flood Alert untuk melihat kondisi banjir secara langsung.
  5. Sebagai informasi ke WhatsApp, Instagram maupun media sosial lainnya agar komunikasi antar komunitas lokal dapat peringatan diri.

Baca Juga: Starlink Gratiskan Layanannya Kepada Korban Banjir Sumatra-Aceh

Alternatif Sumber Informasi

Selain melalui Google dengan fitur Flood Alert dan SOS Alert, masyarakat juga dapat memantau kondisi banjir di Sumatra melalui sumber resmi pemerintah. Dua lembaga utama yang menjadi rujukan adalah BMKG dan BNPB, yang secara aktif menyediakan informasi terkini terkait cuaca, bencana, serta penanganannya.

BMKG sebagai Pusat Informasi Cuaca dan Peringatan Dini

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berperan penting dalam memberikan pembaruan cuaca harian serta peringatan dini terkait potensi hujan lebat, banjir, maupun tanah longsor.

  • Informasi dapat diakses melalui situs resmi BMKG atau akun media sosial mereka di @infoBMKG.
  • BMKG juga menyediakan peta prakiraan cuaca interaktif yang membantu masyarakat melihat potensi hujan di wilayah tertentu.
  • Dengan data berbasis sains, BMKG menjadi rujukan utama untuk memahami kondisi atmosfer yang memicu bencana.

BNPB Sebagai Media Laporan Bencana dan Penanganan Lapangan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghadirkan laporan langsung dari lokasi terdampak.

  • Menyediakan data korban, kondisi pengungsian, serta perkembangan penanganan banjir.
  • Informasi dapat diakses melalui situs resmi BNPB maupun akun media sosial mereka.
  • BNPB juga sering menampilkan update visual berupa foto dan video dari lapangan, sehingga masyarakat bisa memahami skala bencana secara lebih nyata.

Dengan memanfaatkan BMKG untuk prediksi cuaca dan BNPB untuk laporan lapangan, masyarakat memperoleh gambaran menyeluruh mengenai kondisi banjir. Integrasi informasi dari sumber resmi ini sangat penting untuk mendukung keselamatan, pengambilan keputusan, dan koordinasi bantuan di tengah krisis


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)

YouTube Music Recap 2025 Sudah Hadir! Begini Caranya Lihat Rekap Musikmu

5 December 2025 at 23:24

Foto: Eraspace

Teknologi.Id - Menjelang akhir tahun, hampir semua parfum hiburan digital berlomba menghadirkan rangkuman aktivitas pengguna. Spotify memiliki Wrapped, Apple Music memiliki Replay dan kini YouTube Music menghadirkan Recap 2025. Fitur ini bukan hanya data statistik, tetapi juga menghadirkan kilas balik yang penuh cerita tentang perjalanan musik yang menemani aktivitas harianmu.

Menurut PCMag, Recap 2025 menampilkan playlist personal, artis favorit, genre dominan, hingga podcast yang paling sering didengarkan. Bahkan, YouTube menambahkan elemen baru seperti Musical Passport dan Koneksi langsung dengan AI Gemini untuk memberikan insert lebih mendalam tentang kebiasaan musik para pengguna.

Apa itu Musical Password dan AI Gemini di Recap YouTube 2025?

Salah satu inovasi menarik dalam Recap 2025 adalah fitur Musical Password. Fitur ini membuktikan ke pengguna melihat bagaimana kebiasaan musik mereka mencerminkan “identitas global” dengan menyoroti artis dari berbagai negara yang sering diputar. Dengan begitu Recap, tidak hanya cermin selera pribadi, tetapi juga jendela ke keragaman musik dunia.

Terlebih lagi YouTube Music terhubung langsung dengan AI Gemini, teknologi khusus buatan terbaru dari Google. Dengan bantuan Gemini, akan membantu kamu untuk melihat insight lebih dalam mengenai kebiasaan musik para pengguna.

Baca Juga: Cegah DoomScrolling, Ini Fitur YouTube yang Bisa Bantu Kamu!

Apa itu YouTube Music Recap?

YouTube Music Recap hadir sebagai fitur yang akan merangkum keseharianmu dengan musik, seperti: 

  • Top artis dan laga favorit sepanjang tahun
  • Album dan genre teratas yang paling sering diputar
  • Total durasi mendengarkan musik dan jumlah lagu berbeda
  • Podcast favorit dengan syarat minimal 2 jam mendengarkan

Lebih dari sekedar data, Recap menghadirkan cerita personal. Lagunya sering diputar bisa mengingatkan pada momen tertentu, sementara daftar artis favorit mencerminkan karakteristik musik dari para pengguna. Seperti yang dijelaskan oleh Dexerto, fitur ini bahkan bisa menebak “zodiak musik” atau suasana hati berdasarkan pola mendengarkan sepanjang tahun.

Cara Membuat YouTube Music Recap 2025

Foto: YouTubeBlog

Untuk mengakses Recap, pastikan aplikasi YouTube Music atau YouTube sudah diperbaru. Berikut langkah-langkahnya:

Melalui YouTube Music

  1. Masuk aplikasi dan pilih foto profil di pojok kanan atas 
  2.  Klik Your Recap atau banner Recap di halaman utama
  3. Pilih Get your Recap untuk membuka rangkuman dalam format Stories interaktif

Melalui YouTube Utama

  1. Masuk ke aplikasi YouTube, pilih menu profil 
  2.  Klik Musik Recap sudah tersedia!
  3. Akses playlist Recap melalui link resmi: yt.be/MusicRecap

Fitur ini otomatis muncul jika syarat mendaftarkan terpenuhi, seperti minimal 10 jam musik antara 1 Januari hingga 10 November.

Persyaratan Agar Recap Muncul

Tidak semua pengguna bisa langsung menikmati Recap, ada beberapa persyaratannya yakni:

  • Histori mendengarkan aktif (tidak menggunakan fitur jeda histori) 
  • Minimal 4 jam per musim atau 10 jam total dalam setahun
  • Untuk Podcast, minimal 2 jam mendengarkan
  • Tidak berlaku untuk konten khusus anak-anak

Jika semua syarat terpenuhi, Recap akan muncul otomatis di aplikasi.

Membagikan Recap ke Media Sosial Mu!

Salah satu daya tarik Recap adalah kemudahan berbagi. Statistik ditampilkan dalam bentuk photo card atau slide story yang bisa langsung diunggah ke Instagram, WhatsApp atau Telegram.

Instagram Story

  1. Pilih Photo Card atau Slide Recap 
  2. Klik Share melalui Instagram
  3. Tambahkan teks, stiker atau hiasan sebelum diunggah

WhatsApp Status

  1. Pilih Recap yang ingin dibagikan
  2. Klik Share melalui WhatsApp, lalu unggah melalui My Status
  3. Tambahkan caption atau stiker sesuai selera

Menurut Android Authority, pengguna juga bisa menyimpan Recap sebagai gambar untuk diunggah manual ke berbagai platform.

Baca Juga: Google Rilis Years In Search 2025, Kamu Harus Lihat!

Trend Global Melalui Recap, Tunjukkan Pesona Diri

Recap bukan hanya sebatas nostalgia, tapi juga bagian dari budaya digital. Dengan membagikan Recap, pengguna menunjukkan identitas musik mereka kepada teman-teman. Hal ini yang menciptakan interaksi sosial baru, di mana musik menjadi medium ekspresi diri. 

Seperti yang dicatat oleh AbsoluteGeeks, YouTube bahkan memperluas konsep Recap ke video, hingga menghadirkan profil kepribadian seperti “Traiblazers” atau “Dreamers” berdasarkan kebiasaan menonton dari pengguna.

Fitur Recap bentuk Aktualisasi Diri

YouTube Music Recap 2025 bukan hanya fitur tambahan, melainkan cerminan perjalanan musik pribadi. Dengan tampilan interaktif dan opsi berbagai ke media sosial, Recap jadi cara baru seru untuk menutup tahun baru dengan nostalgia sekaligus memperhatikan karakter musik kepada dunia. 


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)




❌