Normal view

Received — 16 December 2025 Tech News & Update

Trik Jitu: 4 Cara Lihat Status WhatsApp Orang Lain Tanpa Ketahuan

16 December 2025 at 02:49

Foto: WhatsApp

Teknologi.id – Pernahkah Anda merasa penasaran dengan aktivitas teman, kolega, atau mungkin mantan pacar yang dibagikan melalui Status WhatsApp, namun enggan ketahuan kalau Anda sedang "kepo"? Situasi ini sering dialami banyak pengguna aplikasi perpesanan terpopuler di dunia ini.

Status WhatsApp, fitur yang diadopsi dari konsep Instagram Stories, memungkinkan pengguna berbagi foto, video, atau teks yang akan hilang setelah 24 jam. Secara default, fitur ini dirancang transparan. "Status WhatsApp, sama seperti Instagram, bisa melihat siapa saja yang telah mengintip story tersebut. Fitur tersebut dapat dilihat oleh mereka yang sama-sama telah menyimpan kontak kita, begitu juga sebaliknya," tulis laporan CNBC Indonesia.

Namun, bagi mereka yang menjunjung tinggi privasi—atau sekadar ingin memantau tanpa meninggalkan jejak—ada kabar baik. Sebenarnya, ada celah-celah pintar yang bisa dimanfaatkan. Namun sebenarnya kita bisa menyembunyikan informasi telah melihat Status seseorang. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Foto: BijakBersosmed

4 metode ampuh melihat status WhatsApp

1. Cara Paling Umum, Matikan Centang Biru: Ini adalah metode paling populer dan resmi disediakan oleh WhatsApp, meskipun banyak pengguna yang lupa bahwa fungsinya berlaku dua arah.

Jika Anda mematikan "Laporan Dibaca" (tanda centang biru), maka Anda tidak akan tahu siapa yang membaca pesan Anda, tetapi sebagai gantinya, orang lain juga tidak akan tahu jika Anda melihat status mereka.

"Cara ini sebenarnya digunakan untuk mematikan informasi apakah seseorang telah melihat dan membaca pesan yang dikirim. Selain itu juga bisa menyembunyikan kita yang melihat Status seseorang," jelas panduan tersebut.

Berikut langkah-langkahnya:

  • "Masuk ke WhatsApp"
  • "Pilih ikon titik tiga pada pojok kanan atas"
  • "Pilih setelan atau setting"
  • "Pilih Privasi"
  • "Setelah itu tap pada laporan dibaca atau read receipt untuk dinonaktifkan."

Catatan: Jika Anda mengaktifkan kembali fitur ini, nama Anda mungkin akan muncul kembali di daftar penonton jika status tersebut belum kedaluwarsa (belum 24 jam).

2. Mode Ninja, Lihat Saat Offline: Trik kedua ini memanfaatkan mekanisme caching atau penyimpanan sementara aplikasi. WhatsApp biasanya mengunduh status secara otomatis di latar belakang saat Anda terhubung ke internet, bahkan sebelum Anda membukanya.

Anda bisa memanfaatkan jeda ini. "Anda juga bisa melihat Status dalam keadaan offline. Jadi tidak akan masuk dalam daftar yang telah melihat Status seseorang," saran artikel tersebut.

Caranya sangat sederhana namun butuh ketelitian waktu: "Untuk melakukannya, matikan semua koneksi internet dari seluler hingga Wifi. Berikutnya buka WhatsApp dan masuk ke tab Status, terakhir pilih Status yang ingin kita lihat."

Setelah melihat, pastikan Anda menutup aplikasi WhatsApp sepenuhnya (hapus dari recent apps) sebelum menyalakan kembali internet agar sistem tidak mengirimkan sinyal "telah dilihat" ke server.

Baca juga: Akhirnya! WhatsApp di Apple Watch Kini Bisa Baca, Balas, dan Kirim Pesan Suara Penuh

3. Trik Pengguna PC, Mode Incognito: Bagi Anda yang lebih sering menggunakan WhatsApp Web di komputer kantor atau laptop pribadi, fitur privasi browser bisa menjadi sekutu Anda. 

Mode penyamaran (Incognito) memastikan tidak ada data sesi yang tersimpan permanen. "Mode ini adalah saat riwayat penelusuran dan cookie tidak akan disimpan. Saat menggunakannya maka Anda tidak akan terlihat secara langsung," ungkap laporan itu. Namun, perlu dicatat bahwa "metode ini hanya bisa digunakan pada WhatsApp Web."

Langkah-langkahnya adalah:

  • "Buka browser di komputer atau laptop dalam mode incognito"
  • "Buka WhatsApp Web dan pindai kode QR"
  • "Setelah login, kamu dapat melihat status orang lain tanpa terdeteksi"

Trik ini efektif karena sesi Anda dianggap terisolasi, meskipun efektivitasnya bisa bervariasi tergantung pembaruan sistem keamanan WhatsApp terbaru.

4. Cara "Hacker" Android, Masuk ke Folder Tersembunyi: Ini adalah cara yang paling teknis namun paling aman karena Anda bahkan tidak perlu membuka aplikasi WhatsApp sama sekali. Trik ini khusus untuk pengguna ponsel Android yang memiliki akses ke sistem file. 

 "Cara terakhir ini hanya bisa digunakan untuk pengguna Android. Folder Status sendiri adalah tempat menyimpan seluruh status dalam WhatsApp," jelas CNBC Indonesia.

Setiap status foto atau video yang dimuat di HP Anda sebenarnya tersimpan sebagai file biasa di memori internal, hanya saja disembunyikan.

Untuk mengaksesnya: "Buka pengelola folder apa saja. Masuk ke folder Penyimpanan Internal/WhatsApp/Media/.Status atau Android > media > com.whatsapp > WhatsApp > Media > Statuses, dari sana Anda bisa melihat smeua status yang dibagikan."

Dengan cara ini, Anda melihat file aslinya langsung dari galeri tersembunyi, sehingga server WhatsApp tidak pernah mencatat aktivitas "melihat" di dalam aplikasi.

Baca juga: Bikin Chatting Jadi Lebih Praktis: 7 Fitur Tersembunyi WhatsApp yang Jarang Diketahui

Privasi di era digital sering kali menjadi pilihan. WhatsApp memberikan opsi transparansi, namun pengguna cerdas selalu punya cara untuk menjaga anonimitas mereka. Apakah Anda memilih cara mudah dengan mematikan centang biru, atau cara teknis dengan mengintip folder sistem, pastikan gunakan trik ini dengan bijak dan etis. Selamat mencoba!

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

Paradoks Pasar Kripto: BTC Ritel Panik, Hedge Fund Malah Naikkan Porsi Aset

15 December 2025 at 23:27

Foto: Advokai

Teknologi.id – Pasar kripto kembali menunjukkan wajah aslinya yang penuh volatilitas. Di awal pekan ini, Senin (15/12/2025), layar monitor para trader didominasi warna merah membara. Momentum bullish yang sempat digadang-gadang akan meledak pasca-keputusan The Fed, nyatanya tertahan oleh tembok realitas.

Namun, di tengah kepanikan ritel yang melihat portofolionya menyusut, terjadi sebuah anomali besar. Para pemain kelas kakap—institusi keuangan global dan hedge fund—justru diam-diam meningkatkan posisi mereka di pasar aset digital ini. Mengapa mereka berani masuk saat harga sedang tertekan?

Raja Kripto Tumbang di Bawah US$ 90.000

Sorotan utama pasar tertuju pada Bitcoin (BTC). Aset digital terbesar di dunia ini gagal mempertahankan benteng pertahanan psikologisnya. Setelah berjuang keras di akhir pekan, Bitcoin akhirnya menyerah.

Berdasarkan laporan CNBC Indonesia, "Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin terkoreksi -0,93% dan diperdagangkan di kisaran US$89.540,27."

Penurunan ini bukan sekadar angka, melainkan sinyal teknikal yang cukup meresahkan bagi pedagang jangka pendek. "Secara teknikal, penutupan di bawah US$90.000 memang menjadi sinyal bearish jangka pendek," tulis laporan tersebut.

Efek domino pun tak terelakkan. Kejatuhan Bitcoin menyeret mayoritas altcoin ke zona merah. Solana (SOL) dan Cardano (ADA), dua proyek blockchain yang biasanya tangguh, terpantau melemah masing-masing -1,58% dan -1,93%. Para investor tampaknya memilih untuk menekan tombol panic button atau sekadar mengamankan profit (cash out) sementara waktu.

TRON: Sang Pemberontak di Tengah Badai

Namun, tidak semua aset ikut tenggelam. Di tengah lesunya pasar, TRON (TRX) muncul sebagai anomali yang mengejutkan. Aset besutan tokoh kontroversial Justin Sun ini justru bergerak melawan arus pasar global.

Laporan mencatat bahwa TRX berhasil mencatatkan kenaikan harian sebesar +2,28% ke level US$0,2798. Kenaikan ini bukan tanpa alasan. "Performa TRX yang solid ini didorong oleh fundamental jaringan yang kuat, di mana tingginya volume transaksi stablecoin menjadikannya aset defensif pilihan saat pasar sedang tidak menentu," jelas analisis pasar.

Baca juga: “Uptober” Kembali: Bitcoin Melonjak Hampir 12% dan Dekati Rekor Tertinggi

Mengapa Institusi Tetap "Bullish"?

Pertanyaan besarnya adalah: Jika pasar sedang lesu, mengapa narasi besarnya justru menyebutkan bahwa tahun 2025 adalah tahunnya institusi masuk ke kripto?

Jawabannya terletak pada data jangka panjang, bukan fluktuasi harian. Laporan dari Reuters pada November lalu mengungkapkan fakta mengejutkan. "Lebih dari separuh hedge fund di dunia kini telah masuk ke pasar kripto," tulis laporan tersebut.

Angka spesifiknya pun sangat meyakinkan. Berdasarkan survei dari Alternative Investment Management Association (AIMA) yang melibatkan 122 investor kelas berat, "Sebanyak 55% hedge fund global kini memegang aset terkait kripto."

Angka ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berada di angka 47%. Secara rata-rata, para manajer investasi ini mengalokasikan sekitar 7% portofolionya ke aset kripto.

Faktor Trump dan Kepastian Regulasi

Apa yang membuat para manajer dana yang biasanya konservatif ini tiba-tiba berani mengambil risiko? Faktor utamanya adalah perubahan iklim politik dan regulasi di Amerika Serikat.

Dukungan dari Presiden AS, Donald Trump, terhadap industri kripto menjadi katalis utama. Kebijakan yang lebih ramah terhadap aset digital membuat institusi merasa lebih aman untuk menaruh uang klien mereka di sana.

Laporan tersebut mengutip, "Tahun lalu menandai titik balik bagi regulasi kripto di AS. AS tampaknya mulai membangun fondasi untuk stabilitas regulasi jangka panjang."

Baca juga: Didorong Kebijakan Pro-Kripto, Bitcoin Cetak Rekor di Era Trum

Foto: The Daiy Record

Bahaya Tersembunyi: Derivatif dan Spekulasi

Meskipun minat masuk tinggi, cara institusi bermain di pasar kripto berbeda dengan investor ritel biasa. Mereka tidak sembarangan membeli koin di bursa (spot market).

Sebanyak 67% dari hedge fund tersebut memilih berinvestasi melalui instrumen derivatif. Instrumen ini memungkinkan mereka untuk "berspekulasi terhadap pergerakan harga tanpa harus memegang aset dasar."

Namun, strategi ini bukannya tanpa risiko. Laporan CNBC menyoroti insiden flash crash pada bulan Oktober lalu yang mengungkap betapa rapuhnya pasar akibat penggunaan leverage (daya ungkit) yang berlebihan oleh para pemain besar ini.

Pasar kripto di tahun 2025 menyajikan sebuah paradoks. Di satu sisi, harga Bitcoin sedang tertekan di bawah US$ 90.000, membuat investor ritel cemas. Di sisi lain, arus uang institusi justru mengalir deras, didorong oleh kepastian hukum di AS dan adopsi mainstream.

Bagi investor bijak, ini adalah sinyal untuk tidak hanya melihat pergerakan harga harian, tetapi memahami ke mana arah uang besar (smart money) sedang bergerak. Apakah koreksi ini adalah awal kehancuran atau justru kesempatan diskon terakhir sebelum institusi mengambil alih sepenuhnya? Hanya waktu yang akan menjawab.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

Bocoran Besar Apple: iPhone Lipat, Chip A20, dan Jadwal Rilis Baru

15 December 2025 at 20:55

Foto: 9TO5Mac

Teknologi.id – Bagi para penggemar setia produk Apple (Apple Fanboy), tahun-tahun mendatang tampaknya akan menjadi periode paling radikal dalam sejarah perusahaan. Setelah bertahun-tahun mempertahankan siklus rilis yang dapat diprediksi dan desain "batangan" (candybar) yang ikonik, raksasa teknologi asal Cupertino ini dikabarkan siap merombak total strategi mereka.

Laporan terbaru mengungkap bahwa Apple sedang mempersiapkan perubahan bentuk yang drastis, termasuk peluncuran iPhone lipat (foldable) pertama mereka dan pergeseran jadwal rilis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

iPhone Lipat: Mimpi yang Menjadi Nyata (dan Mahal)

Foto: MacRumors

Isu mengenai "iPhone Fold" sudah berhembus lama, namun kini detailnya semakin konkret. Berbeda dengan pesaing utamanya yang sudah merilis generasi ke-6 atau ke-7 ponsel lipat, Apple memilih menunggu momen yang tepat. Bocoran terbaru menyebutkan bahwa Apple akhirnya akan terjun ke pasar ini pada akhir 2026 atau awal 2027.

Desain yang diusung bukanlah model buku (seperti Galaxy Z Fold), melainkan model clamshell atau cangkang kerang yang lebih compact, serupa dengan model "Flip". Namun, ada harga fantastis yang harus dibayar untuk inovasi ini.

Menurut laporan yang dikutip dari CNBC Indonesia, "Harga perangkat itu diprediksi senilai US$ 2.000 atau sekitar Rp33,2 juta."

Angka ini menempatkan iPhone lipat jauh di atas harga rata-rata ponsel flagship saat ini, menjadikannya barang mewah sejati. Selain harga, spesifikasi teknisnya pun mulai terkuak. Perangkat ini tidak hanya sekadar layar yang ditekuk, tetapi memiliki pendekatan unik pada kamera dan keamanan biometrik.

Laporan tersebut merinci bahwa "iPhone lipat model clamshell itu akan memiliki dua kamera belakang, satu kamera di setiap layar (karena layar terpisah)."

Menariknya, karena keterbatasan teknis pada layar yang terpisah tersebut, fitur Face ID yang selama ini menjadi andalan kemungkinan akan absen. Sebagai gantinya, Apple diprediksi akan kembali menggunakan Touch ID yang mungkin disematkan di tombol samping atau di bawah layar.

Jadwal Rilis yang "Pecah Kongsi"

Foto: Poskota

Selama lebih dari satu dekade, September adalah "bulan suci" bagi Apple, di mana seluruh jajaran iPhone baru—mulai dari yang termurah hingga termahal—diluncurkan bersamaan. Namun, tradisi ini dikabarkan akan berakhir pada siklus iPhone 18.

Apple berencana memisahkan peluncuran model "Pro" dengan model dasar. Alasannya berkaitan dengan kompleksitas rantai pasok dan teknologi pengemasan chip terbaru. Berdasarkan bocoran jadwal, "iPhone 18 Pro dan 18 Pro Max dijadwalkan rilis pada September 2026."

Kedua model premium ini akan menjadi yang pertama mencicipi prosesor super canggih A20. Chipset ini dikabarkan menggunakan metode pengemasan baru yang revolusioner untuk performa dan efisiensi daya yang belum pernah ada sebelumnya.

Lantas, bagaimana dengan model standar? Konsumen harus bersabar lebih lama. "iPhone 18 dan 18e serta iPhone Air 2 (untuk menggantikan iPhone 17 Air) baru akan dirilis pada 2027," tulis laporan tersebut.

Keterlambatan ini disebabkan karena model dasar belum akan menggunakan kemasan chip A20 yang sama dengan varian Pro di tahun 2026, demi menekan biaya produksi.

Baca juga: iPhone Air Jadi yang Paling Anjlok: Turun Hingga 47% Hanya dalam 10 Pekan

Kamera "Variable Aperture" dan Desain Kaca Baru

Selain bentuk lipat, lini iPhone 18 Pro juga akan membawa pembaruan signifikan pada sektor fotografi. Salah satu fitur yang paling dinanti adalah bukan kamera variabel (variable aperture) pada kamera utama.

Fitur ini memungkinkan lensa kamera melebar atau menyempit secara fisik untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk, mirip dengan kamera profesional DSLR. Ini akan memberikan kontrol luar biasa bagi pengguna dalam mengatur depth of field (efek bokeh) dan performa di kondisi minim cahaya.

Dari sisi estetika, bagian belakang ponsel juga mendapat sentuhan baru. Desain potongan kaca belakang akan dibuat lebih menyatu, menghilangkan kesan "tonjolan tajam" yang selama ini dikeluhkan sebagian pengguna.

iPhone 17e: Pembuka Jalan di Awal 2026

Foto: Prabumulij

Sebelum semua kegilaan teknologi itu terjadi di akhir 2026, Apple akan melakukan pemanasan. Di awal tahun 2026, Apple diprediksi akan merilis iPhone 17e.

Ponsel ini diposisikan sebagai perangkat entry-level atau versi murah, kemungkinan besar menggantikan posisi iPhone SE yang sudah mulai usang. Ini memberikan opsi bagi konsumen yang ingin masuk ke ekosistem Apple tanpa harus menunggu siklus peluncuran utama di akhir tahun.

Baca juga: iPhone Fold Diprediksi Jadi HP Lipat Termahal, Harganya Tembus Rp38 Juta!

Era Baru Apple

Jika semua bocoran ini akurat, maka 2026 dan 2027 akan menjadi tahun pertaruhan besar bagi Tim Cook dan timnya. Memecah jadwal rilis berisiko membingungkan konsumen, dan membanderol ponsel lipat seharga Rp33 juta adalah langkah berani di tengah ekonomi global yang tidak pasti.

Namun, satu hal yang pasti: Apple tidak lagi sekadar memoles produk lama. Mereka sedang bersiap untuk mengubah bentuk fisik dan cara kita memandang sebuah smartphone sekali lagi. Bagi Anda yang berniat ganti ponsel, mungkin menabung mulai sekarang untuk menyambut tahun 2026 adalah keputusan bijak.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

Teknologi Konten Digital dan Tren Video Unboxing di Platform TikTok

16 December 2025 at 07:55


Sumber foto : Freepik

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat memproduksi dan mengonsumsi konten. Media sosial berbasis video, seperti TikTok, menjadi salah satu kanal utama yang memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Di antara berbagai format konten yang berkembang, video unboxing muncul sebagai salah satu tren yang konsisten menarik perhatian publik.

Video unboxing merupakan konten yang menampilkan proses membuka kemasan produk, memperlihatkan detail fisik, hingga kesan awal pengguna. Meski terkesan sederhana, format ini memiliki daya tarik kuat karena menggabungkan aspek visual, emosi, dan rasa penasaran audiens. Dari sudut pandang teknologi, popularitas video unboxing tidak terlepas dari kualitas kamera smartphone, kemudahan editing video, serta algoritma platform yang mendukung distribusi konten berbasis interaksi.

Transformasi Konsumsi Konten Berkat Teknologi

Teknologi berperan penting dalam mengubah perilaku pengguna internet. Jika sebelumnya informasi produk didominasi oleh teks dan gambar statis, kini video menjadi medium utama. Hal ini didorong oleh peningkatan kecepatan internet, adopsi jaringan 4G dan 5G, serta optimalisasi aplikasi mobile yang memungkinkan pemutaran video berkualitas tinggi dengan konsumsi data yang lebih efisien.

Dalam konteks ini, video unboxing menjadi format yang relevan karena mampu menyampaikan informasi secara cepat dan intuitif. Audiens dapat langsung melihat kondisi produk secara nyata tanpa harus membaca ulasan panjang. Dari sisi platform, TikTok memanfaatkan teknologi machine learning untuk mendistribusikan konten sesuai minat pengguna, sehingga video unboxing memiliki peluang besar menjangkau audiens yang tepat.

Video Unboxing sebagai Bagian dari Ekosistem Digital

Menariknya, tren video unboxing tidak hanya dimanfaatkan oleh kreator konten, tetapi juga oleh pelaku UMKM, pemilik brand, hingga individu yang membangun personal branding. Dengan pendekatan yang tepat, konten ini dapat berfungsi sebagai sarana edukasi produk sekaligus komunikasi visual yang efektif.

Namun, tidak semua video unboxing mampu menarik perhatian audiens. Diperlukan pemahaman dasar mengenai alur konten, teknik pengambilan gambar, serta penyampaian informasi yang jelas. Oleh karena itu, panduan praktis mengenai pembuatan video unboxing menjadi penting, terutama bagi pemula yang ingin memanfaatkan teknologi digital secara optimal.

Salah satu referensi yang membahas topik ini secara sistematis adalah artikel tentang cara buat video unboxing yang dirancang khusus untuk platform TikTok. Panduan tersebut mengulas tahapan persiapan, konsep pengambilan video, hingga tips agar konten terlihat natural dan relevan dengan karakter audiens.


Sumber foto : Freepik

Peran Teknologi dalam Produksi dan Distribusi Konten

Dari sisi produksi, teknologi memudahkan kreator dalam menghasilkan konten berkualitas tanpa perangkat mahal. Fitur kamera smartphone saat ini sudah mencakup stabilisasi gambar, pengaturan pencahayaan otomatis, serta perekaman audio yang semakin baik. Ditambah dengan aplikasi editing berbasis AI, proses pascaproduksi dapat dilakukan secara efisien.

Sementara itu, dari sisi distribusi, algoritma TikTok memungkinkan sebuah video unboxing menjangkau audiens luas meskipun akun kreator masih berskala kecil. Faktor seperti durasi tonton, interaksi, dan konsistensi konten menjadi parameter utama yang didukung oleh sistem teknologi platform tersebut.

Kesimpulan

Video unboxing merupakan contoh nyata bagaimana teknologi memengaruhi pola komunikasi digital dan strategi penyampaian informasi. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, format konten ini mampu menjembatani kebutuhan audiens akan informasi visual yang cepat dan autentik.

Bagi individu maupun pelaku usaha, memahami cara kerja teknologi di balik platform seperti TikTok serta menerapkan strategi konten yang tepat dapat menjadi langkah awal dalam membangun kehadiran digital yang berkelanjutan. Dalam ekosistem media digital yang terus berkembang, video unboxing tidak hanya menjadi tren sesaat, tetapi bagian dari transformasi cara manusia berinteraksi dengan produk dan teknologi.

Update Terbaru Google Translate: AI, Streak, Sampai Live Translate

15 December 2025 at 23:01

Foto: Google

Teknologi.id -  Google membuat terobosan baru pada alat penerjemahnya, Google Translate. Menekankan komunikasi yang tidak terbatas pada kata-kata, tetapi juga pada penyampaian kata, Google Translate melakukan perubahan besar, menyatukan kemampuan AI Gemini untuk menyampaikan terjemahan yang lebih alami, akurat, dan tetap menjaga nada percakapan. Update terbaru ini mencakup terjemahan teks, menambahkan fitur penerjemahan secara real-time, dan memperluas alat untuk belajar bahasa.

Terjemahan Pintar dan Natural Didukung Gemini

Google Translate akan secapatnya merilis terjemahan berkualitas teknologi terkini di mesin pencarian Google dan aplikasinya. Perkembangan ini dibuat langsung pada kemampuan canggih Gemini, mengizinkan sistemnya untuk menerjemahkan lebih dari sekadar kata-per-kata dan fokus ke arti dan konteks sesungguhnya.

Kemajuan utamanya menargetkan kalimat yang memiliki beragam arti, seperti peribahasa, ungkapan lokal, atau slang (bahasa gaul). Contohnya, jika pengguna mencoba menerjemahkan peribahasa bahasa Inggris "stealing my thunder (mencuri kerja keras saya)", Gemini akan memproses konteksnya untuk memberikan terjemahan yang akurat dan natural sesuai dengan maksud peribahasa tersebut daripada terjemahan langsung, seperti "mencuri gunturku".

Perbaruan penting ini akan dimulai pada Senin (15/12/2025) di AS dan India, mendukung penerjemahan Bahasa Inggris dan sekitar 20 bahasa lainnya. Termasuk bahasa-bahasa yang lumrah digunakan seperti Spanyol, Hindi, Cina, Jepang, dan Jerman. Pengguna dapat mengakses terjemahan pintar ini di seluruh platform: aplikasi Google Translate (Android dan iOS) dan web.

Baca juga: Apple Imbau Pengguna iPhone dan Mac untuk Hindari Google Chrome, Apa Alasannya?

Mendengar dan Memahami Dunia Secara Real-Time

Fitur baru berdasarkan kemampuan terjemahan bahasa asli speech-to-speech Gemini merupakan pengalaman baru yang membiarkan pengguna untuk mendengar terjemahan real-time secara langsung melalui headphone mereka. 

Pengalaman terjemahan langsung ini dirancang agar sangat natural. Tugas utamanya adalah untuk menjaga nada asli, penekanan dan alur pembicara, membuatnya lebih mudah untuk pendengar saat mengikuti percakapan dan mengetahui siapa yang mengatakan apa.

Penggunaan Live Translation:

  • Melakukan percakapan langsung dengan bahasa lain.
  • Mendengarkan pidato atau perkuliahan luar negeri saat bepergian.
  • Menonton TV atau film asing dengan terjemahan natural dan real-time.

Pengguna dapat mengaktifkannya melalui aplikasi Translate, dengan meng-klik "Live Translate", dan mendengarkan bahasa yang dipilih.

Menyusul uji cobanya yang sukses, beta ini sekarang tersedia secara luas. Aplikasi Translate telah tersedia pada Android di AS, Meksiko, dan India, dan dapat digunakan dengan headphone apapun.

Yang terpenting, fitur mendukung lebih dari 70 bahasa saat peluncuran. Google berencana untuk membawakan kemampuan ini ke iOS dan negara-negara lain di tahun 2026. Pengguna dimotivasi untuk mencoba beta Android dan memberikan umpan balik lewat alat yang ada di dalam aplikasi dan membantu memperbaiki model tersebut.

Baca juga: Kabar Baik! Google Perpanjang Garansi Perbaikan untuk Pixel 9 Pro, Pro XL, dan Fold

Memperluas Belajar Bahasa dan Konsistensi

Foto: Google

Aplikasi Translate ini menjadi alat belajar bahasa yang lebih kuat, dengan kemampuan yang diperluas dan mekanisme untuk memberi masukan dan mendukung latihan pengguna.

Peningkatan pentingnya adalah perkenalan umpan balik yang lebih baik, menawarkan tips bermanfaat berdasarkan latihan berbicara pengguna. Selain itu, Google menambahkan fitur motivasi untuk membantu pengguna mencapai tujuan belajar mereka: melacak sudah berapa hari berturut-turut mereka sudah belajar (streak) Progres ini dan pelacak konsistensi memberikan visual jelas yang mewakili perkembangan seiring waktu.

Perkembangan alat belajar bahasa ini diluncurkan ke hampir 20 negara lain, termasuk Jerman, India, Swedia, dan Taiwan. Hal ini membolehkan lebih banyak orang untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui skenario yang sudah disiapkan. Bahasa-bahasa yang dapat digunakan untuk berlatih mencakup:

  • Bahasa Inggris ke Jerman dan Portugis.
  • Bengali, Cina Mandarin (disederhanakan), Belanda, Jerman, Hindi, Italia, Romania, dan Swedia ke Inggris.

Dengan menggunakan model AI yang lebih maju dan memperluas kemampuan belajar bahasanya, Google Translate membuat langkah besar yang tidak hanya menangkap kata-kata yang digunakan, namun juga arti kompleks di belakangnya, membentuk jalan yang lebih berarti dan interaksi antarbudaya yang natural.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Benarkah Headphone Bluetooth Berbahaya bagi Otak? Ini Penjelasan Ahli

15 December 2025 at 19:53
 Pemakaian headphone Bluetooth kini menjadi bagian dari keseharian banyak orang. Headphone Bluetooth bisa digunakan di berbagai kebutuhan seperti belajar melalui zoom, bekerja, berolahraga, atau hanya sekedar mendengarkan musik untuk entertainment. Headphone Bluetooth ini dianggap sangat praktis karena tidak menggunakan kabel. Namun di balik kepraktisannya, muncul kekhawatiran di tengah masyarakat tentang dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan, khususnya terhadap otak. Isu soal paparan radiasi kerap beredar di media sosial dan forum daring, sering kali tanpa disertai penjelasan ilmiah yang memadai.

Untuk menjawab kekhawatiran yang ada di masyarakat, kita perlu melihat persoalan ini dari sudut pandang ilmiahnya. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji bagaimana teknologi Bluetooth bekerja, seberapa besar radiasi yang dipancarkan, serta potensi dampaknya bagi tubuh manusia. Dengan memahami data dan fakta ilmiah, masyarakat dapat menilai apakah penggunaan headphone Bluetooth benar-benar berbahaya atau justru kekhawatiran tersebut lebih dekat ke mitos.

Mitos atau Fakta Headphone Bluetooth Berbahaya?

Kekhawatiran utama terkait headphone Bluetooth umumnya berkaitan dengan paparan radiasi. Fakta yang perlu kita ketahui adalah perangkat Bluetooth memang memancarkan radiasi, tetapi jenisnya adalah radiasi non-ionisasi. Dilansir dari Health.com, radiasi non-ionisasi tidak memiliki energi yang cukup untuk merusak DNA atau memicu kanker, berbeda dengan radiasi ionisasi seperti sinar X atau paparan limbah radioaktif. Radiasi jenis ini juga dihasilkan oleh banyak perangkat elektronik sehari-hari, termasuk router Wi-Fi dan ponsel.

National Cancer Institute menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan pasti antara penggunaan perangkat nirkabel dengan penyakit kanker atau penyakit serius lainnya. Penggunaan headphone Bluetooth justru dinilai lebih aman dibandingkan menempelkan Handphone langsung ke telinga saat melakukan panggilan.

Lalu, seberapa besar paparan radiasi dari headphone Bluetooth? Menurut Ken Foster, profesor bioengineering dari University of Pennsylvania, Bluetooth memiliki emisi radiasi yang tergolong sangat kecil, bahkan jika digunakan dalam waktu lama. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat juga telah membuat standar keamanan radiasi yang harus dipatuhi dalam pembuatan perangkat elektronik, dan emisi Bluetooth berada jauh di bawah ambang batas yang dinilai aman bagi tubuh manusia.

Baca juga: Misteri Sungai Hilang di Tanah Datar: Ahli Ungkap Peran Sinkhole dan Karst

Apakah ada Risiko Kanker Otak ketika Menggunakan Headphone Bluetooth?

Foto: Freepik

Pertanyaan lain yang sering muncul adalah apakah ada hubungan antara penggunaan headphone Bluetooth dengan risiko kanker otak. Menurut riset ilmiah hingga kini belum ditemukan bukti kuat bahwa radiasi frekuensi radio (RF) dari Bluetooth berdampak buruk pada otak atau meningkatkan risiko kanker. Bluetooth termasuk radiasi non-ionisasi yang tidak bersifat karsinogenik. Meski demikian, para peneliti tetap memperbarui serta membuka ruang untuk penelitian jangka panjang guna memantau potensi efek kesehatan dari penggunaan perangkat nirkabel yang semakin merajalela.

Perhatian justru lebih sering diarahkan pada aspek lain dari penggunaan headphone, yakni adanya risiko kesehatan pendengaran. Baik headphone kabel maupun Bluetooth sama-sama berisiko jika digunakan dengan volume terlalu tinggi dalam durasi lama. Paparan suara keras secara terus menerus dapat menimbulkan risiko di telinga bagian dalam dan menyebabkan gangguan pendengaran permanen.

Baca juga: Sering Capek? Peneliti Temukan Akar Masalah "Brain Fatigue"

Karena itu, para ahli menyarankan penggunaan headphone secara bijak. Pengguna dianjurkan membatasi waktu mendengarkan, menjaga volume pada tingkat wajar, serta memberi jeda secara berkala agar telinga dapat beristirahat. Secara sederhana penggunaan headphone akan aman jika pengguna tetap memerhatikan faktor-faktor risiko gangguan pendengaran. Kita dianjurkan untuk memilih headphone yang nyaman untuk telinga kita, tidak menggunakannya dalam jangka waktu lama.

Dengan maraknya informasi yang beredar di media sosial, penting bagi masyarakat untuk mengkonfirmasi kekhawatiran yang berbasis data ilmiah dan tidak langsung percaya dengan klaim yang belum terbukti. Hingga saat ini, penelitian sains menunjukkan bahwa paparan radiasi dari headphone Bluetooth berada pada tingkat yang sangat rendah dan belum terbukti membahayakan otak.

Secara keseluruhan, berdasarkan bukti ilmiah yang ada saat ini, penggunaan headphone Bluetooth dinilai aman bagi otak selama digunakan secara wajar dan sesuai rekomendasi kesehatan. Alih-alih khawatir berlebihan terhadap radiasi, perhatian sebaiknya difokuskan pada kebiasaan penggunaan yang sehat agar teknologi ini benar-benar memberi manfaat tanpa menimbulkan risiko bagi tubuh.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(ir/sa)

X (Twitter) Resmi Bayar Denda Rp80 Juta ke Pemerintah Indonesia

15 December 2025 at 21:07
 Pemerintah Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga ruang digital tetap aman dan sehat. Salah satu langkah tegas tersebut terlihat ketika platform media sosial X (sebelumnya Twitter) dikenai denda administratif hampir Rp 80 juta akibat keterlambatan memenuhi kewajiban moderasi konten bermuatan pornografi, Pembayaran denda dilakukan pada 12 Desember 2025 setelah pemerintah menerbitkan surat teguran ketiga. 

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Alexander Sabar, menjelaskan bahwa pihak X baru memberikan respons resmi melalui surat elektronik setelah teguran ketiga dikirimkan. Respons tersebut berisi penunjukan perwakilan resmi untuk menindaklanjuti proses pembayaran denda sesuai ketentuan yang berlaku.

Alexander, langkah ini merupakan bentuk kepatuhan Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) terhadap regulasi Indonesia. Ia menegaskan bahwa penegakan aturan terhadap platform digital, baik lokal maupun global, merupakan upaya berkelanjutan pemerintah untuk melindungi masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan, dari paparan konten berbahaya di ruang digital.

Bagaimana Proses Penegakan Aturan Berjalan?

Kasus ini bermula ketika pemerintah menerbitkan Surat Teguran Kedua pada 20 September 2025. Namun, hingga batas waktu yang ditentukan, pihak X tidak memberikan tanggapan maupun melakukan pembayaran denda. Akibatnya, pemerintah mengirimkan Surat Teguran Ketiga dengan nilai denda yang diperbarui menjadi Rp 78.125.000. Angka ini merupakan akumulasi dari denda sebelumnya sebagai bentuk eskalasi sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang‑undangan. 

Denda administratif tersebut kemudian disetorkan langsung ke kas negara melalui mekanisme resmi yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Hal ini memastikan bahwa proses penegakan hukum berjalan transparan dan sesuai prosedur.

Keterlambatan X dalam menindaklanjuti konten berbahaya dianggap sebagai pelanggaran serius. Denda administratif dijatuhkan karena platform tersebut terlambat memenuhi kewajiban moderasi konten pornografi sesuai ketentuan yang berlaku.

Penegakan aturan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga pada perlindungan masyarakat dari risiko digital yang semakin kompleks.

Baca Juga: Di X Sekarang Bisa Beli Nama Pengguna, Begini Caranya!

Apa Makna Kepatuhan X bagi Indonesia?

Pembayaran denda oleh X memiliki makna strategis dalam konteks tata kelola ruang digital Indonesia. Pertama, hal ini menunjukkan bahwa regulasi nasional tetap memiliki kekuatan mengikat terhadap platform global. Kedua, kepatuhan X menjadi preseden penting bagi platform digital lainnya agar lebih responsif terhadap kewajiban hukum di Indonesia. 

Pemerintah memandang langkah ini sebagai bentuk kepatuhan PSE terhadap regulasi yang berlaku, sekaligus bukti bahwa mekanisme penegakan hukum digital dapat berjalan efektif.

Keberhasilan pemerintah dalam memastikan pembayaran denda menunjukkan bahwa Indonesia semakin tegas dalam menegakkan standar keamanan digital, terutama terkait konten berbahaya.

Tantangan Moderasi Konten di Era Platform Global

Kasus X membuka kembali diskusi mengenai tantangan moderasi konten di platform global. Dengan miliaran unggahan setiap hari, moderasi konten menjadi tugas yang sangat kompleks. Namun, kompleksitas tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk mengabaikan kewajiban hukum di negara tempat platform beroperasi. 

Laporan Katadata menyoroti bahwa meskipun X telah menindaklanjuti perintah pemutusan akses terhadap konten bermasalah, pemerintah tetap mengenakan denda administratif karena keterlambatan pemenuhan kewajiban tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah menilai kepatuhan tidak hanya diukur dari tindakan, tetapi juga dari ketepatan waktu dan konsistensi.

Menuju Ruang Digital yang Lebih Aman dan Bertanggung Jawab

Kasus denda administratif terhadap platform X menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah Indonesia memperkuat tata kelola ruang digital. Dengan menegakkan aturan secara konsisten, pemerintah berupaya memastikan bahwa platform digital baik lokal maupun global bertanggung jawab atas konten yang beredar di layanan mereka. 

Langkah ini bukan hanya soal sanksi, tetapi juga tentang membangun ekosistem digital yang aman, sehat, dan produktif bagi seluruh masyarakat. Ke depan, penegakan regulasi yang tegas dan transparan akan menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan digital yang semakin kompleks.

Baca Juga: Meta Ubah Wajab Baru Facebook, Mirip Banget Instagram

Mengapa Penegakan Regulasi Digital Kini Menjadi Prioritas Nasional?

Percepatan transformasi digital dalam beberapa tahun terakhir membuat ruang daring semakin padat, dinamis, dan rentan terhadap penyalahgunaan. Pemerintah Indonesia menempatkan penegakan regulasi digital sebagai prioritas nasional karena dampaknya tidak hanya menyangkut keamanan informasi, tetapi juga stabilitas sosial dan perlindungan warga negara. Konten berbahaya seperti pornografi, penipuan daring, ujaran kebencian, hingga disinformasi dapat menyebar dengan cepat melalui platform global yang memiliki jutaan pengguna aktif. 

Apa Implikasi Kasus Ini bagi Platform Digital Lain di Indonesia? 

Kasus denda administratif terhadap X memberikan sinyal kuat kepada seluruh Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) bahwa pemerintah Indonesia tidak ragu menegakkan aturan, termasuk terhadap perusahaan teknologi global. Implikasi ini sangat penting, mengingat banyak platform digital beroperasi lintas negara dan sering kali memiliki standar moderasi konten yang berbeda dengan ketentuan lokal.

Dengan adanya preseden ini, platform digital lain diharapkan lebih responsif dalam memenuhi kewajiban moderasi konten, pelaporan, dan kepatuhan administratif. Pemerintah juga menunjukkan bahwa mekanisme sanksi tidak hanya bersifat simbolis, tetapi benar‑benar dijalankan hingga tuntas melalui proses resmi dan transparan. Hal ini dapat mendorong terciptanya budaya kepatuhan yang lebih kuat, sekaligus meningkatkan kualitas tata kelola ruang digital Indonesia.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)




Tren Wrapped Akhir Tahun? ChatGPT Nggak Mau Ketinggalan, Begini Cara Buatnya!

15 December 2025 at 19:32

Foto: Tribunn & Reddit 

Teknologi.idChatGPT Wrapped 2025 kini tengah menjadi tren hangat di kalangan pengguna kecerdasan buatan saat memasuki bulan Desember yang penuh nostalgia digital. Setelah Spotify sukses mempopulerkan tren "Wrapped" untuk merangkum selera musik, kini giliran ChatGPT, chatbot andalan OpenAI, yang memiliki versi rekapitulasi tahunannya sendiri. Fenomena ChatGPT Wrapped 2025 ini menarik perhatian pengguna internet di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang mulai beramai-ramai membagikan statistik interaksi unik mereka dengan AI ke media sosial. Hal ini memperkuat bukti bahwa kehadiran AI telah melampaui sekadar alat bantu kerja, melainkan sudah menyatu menjadi bagian dari gaya hidup digital masa kini.

Baca juga: OpenAI Luncurkan "ChatGPT for Teachers": Gratis untuk Guru di AS hingga 2027

Mekanisme Pembuatan Rekapitulasi ChatGPT Wrapped 2025

ChatGPT Wrapped sebenarnya bukanlah fitur otomatis yang muncul di halaman utama aplikasi layaknya Spotify. Berbeda dengan platform musik yang memiliki akses langsung ke algoritma riwayat untuk ditampilkan secara visual, rekapitulasi ChatGPT ini lahir dari kreativitas komunitas pengguna yang memanfaatkan kemampuan pengolahan data dari model bahasa besar itu sendiri. 

Inti dari tren ini terletak pada penggunaan instruksi khusus atau yang lebih dikenal dengan istilah prompt. Tanpa prompt yang tepat, ChatGPT hanya akan membaca data tersebut sebagai kumpulan teks mentah. Namun, dengan perintah yang spesifik, AI ini mampu merangkum berapa banyak kata yang telah dipertukarkan, topik apa yang paling sering ditanyakan, hingga memberikan penilaian terhadap kepribadian pengguna berdasarkan gaya bicaranya selama satu tahun terakhir. Kemudahan inilah yang membuat tren tersebut cepat menyebar, terutama bagi mereka yang penasaran ingin melihat sejauh mana ketergantungan atau interaksi mereka terhadap teknologi asisten virtual ini selama setahun penuh.

Secara teknis, langkah pertama yang harus dilakukan pengguna adalah masuk ke menu Settings pada akun ChatGPT mereka, lalu memilih opsi Data Controls untuk melakukan Export Data. OpenAI biasanya akan mengirimkan tautan unduhan melalui email yang berisi seluruh riwayat percakapan sejak akun pertama kali dibuat. Setelah berkas bernama conversations.json didapatkan, pengguna cukup mengunggah berkas tersebut ke versi ChatGPT terbaru (seperti GPT-4o) yang memiliki kemampuan analisis data kuat.

Agar hasilnya menarik dan cocok untuk dibagikan di media sosial, pemilihan prompt menjadi kunci utama. Beberapa prompt yang sedang viral saat ini mengarahkan ChatGPT untuk bertindak sebagai seorang analis data yang humoris atau kritis. Sebagai contoh, pengguna bisa memerintahkan AI untuk:

Foto: X-@seaseojeno

1. "Analisis data percakapan saya selama tahun 2025. Buatlah statistik mengenai topik utama yang saya bahas, berapa kali saya meminta bantuan kode, serta berikan deskripsi unik mengenai kepribadian saya berdasarkan cara saya bertanya."

2. "Buatkan GPT Wrapped 2025 Versi saya, buat semenarik mungkin untuk di upload ke sosial media"

Hasilnya, ChatGPT tidak hanya memberikan angka, tetapi juga narasi kreatif yang merangkum suka duka pengguna dalam berinteraksi dengan AI, mulai dari pertanyaan serius soal pekerjaan hingga pertanyaan konyol di tengah malam.

Apa Dampak Digital dari Tren Kecerdasan Buatan ini? 

Tren ChatGPT Wrapped ini mencerminkan pergeseran besar dalam cara masyarakat memandang kecerdasan buatan. Jika pada awal kemunculannya AI dianggap sebagai ancaman atau sekadar mesin kaku, kini AI telah bertransformasi menjadi "teman diskusi" yang memiliki rekam jejak emosional dan intelektual dengan penggunanya. Secara industri, fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya personalisasi data dalam menjaga loyalitas pengguna. Meski OpenAI belum merilis fitur Wrapped secara resmi yang terintegrasi penuh secara visual, inisiatif organik dari pengguna ini memberikan sinyal kuat bahwa fitur refleksi diri berbasis data sangat diminati.

Selain sebagai hiburan, rekapitulasi ini juga memberikan wawasan atau insight penting bagi pengguna mengenai produktivitas mereka. Seorang mahasiswa mungkin baru menyadari bahwa ia menghabiskan 40% interaksinya untuk memvalidasi teori akademik, sementara seorang pekerja kreatif mungkin melihat bahwa ChatGPT telah menjadi rekan brainstorming utama dalam proyek-proyek besarnya. Hal ini mempertegas posisi ChatGPT bukan lagi sekadar mesin pencari, melainkan ekstensi dari memori dan proses berpikir manusia modern di era digital.

Baca juga: OpenAI: ChatGPT Enterprise Bantu Karyawan Hemat Hingga 1 Jam Kerja per Hari

Refleksi Digital 2025

Munculnya ikreativitas pengguna untuk menciptakan ChatGPT Wrapped 2025 menjadi penutup tahun yang menarik bagi ekosistem teknologi dunia. Fenomena ini membuktikan bahwa data bukan hanya sekadar angka, melainkan cerita yang bisa diceritakan kembali dengan cara yang manusiawi melalui bantuan kecerdasan buatan. Bagi para pengguna, rekapitulasi ini adalah momen untuk bercermin mengenai apa saja yang telah dilalui sepanjang tahun, sementara bagi industri teknologi, ini adalah bukti nyata bahwa AI telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari secara personal dan emosional. Selama prosedur ekspor data dilakukan secara aman dan mandiri, tren ini menjadi cara yang menyenangkan untuk menyambut tahun yang baru dengan pemahaman lebih dalam tentang diri sendiri melalui kacamata AI.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(AA/ZA)

Artificial General Intelligence: Ancaman, Peluang, atau Lawan Baru Manusia?

15 December 2025 at 19:49
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan telah membawa kita pada fase baru ketika kemampuan komputasional tidak lagi sekadar menjalankan perintah, tetapi mulai menunjukkan kapasitas kognitif yang semakin kompleks. Sistem-sistem cerdas kini mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber, menafsirkan situasi secara adaptif, serta menghasilkan keputusan yang mempertimbangkan konteks dan tujuan. Artificial General Intelligence (AGI) muncul sebagai representasi dari transformasi tersebut sebuah bentuk kecerdasan yang dirancang untuk beroperasi secara fleksibel, lintas domain, dan tidak terbatas pada satu jenis tugas tertentu.

Perkembangan menuju AGI menandai perubahan paradigma dalam relasi manusia dan teknologi. Mesin tidak lagi diposisikan hanya sebagai alat bantu mekanis, melainkan sebagai entitas komputasional yang berpotensi menjadi mitra intelektual dalam proses berpikir, analisis, dan pemecahan masalah. Dengan kemampuan untuk mempelajari pola baru secara mandiri, AGI membuka peluang bagi percepatan inovasi di berbagai sektor, mulai dari penelitian ilmiah, kesehatan, hingga tata kelola organisasi modern.

Kemunculan AGI juga menimbulkan pertanyaan mengenai batas kendali, akuntabilitas, dan implikasi etis dari sistem yang memiliki kapasitas belajar yang terus berkembang. Ketika mesin mulai menunjukkan kemampuan yang mendekati atau bahkan melampaui kecerdasan manusia, masyarakat global dihadapkan pada kebutuhan untuk meninjau kembali kerangka regulasi, standar keamanan, serta nilai-nilai yang selama ini menjadi landasan pengambilan keputusan.

Lahirnya Ambisi Kecerdasan Buatan

Gagasan tentang mesin yang mampu berpikir bermula dari pemikiran Alan Turing pada 1950-an. Melalui imitation game, Turing menantang dunia dengan pertanyaan sederhana namun revolusioner "Dapatkah mesin berpikir seperti manusia?" . Pertanyaan inilah yang kemudian melahirkan disiplin ilmu kecerdasan buatan, diperkuat oleh John McCarthy pada Konferensi Dartmouth tahun 1956. Sejak saat itu, AI berkembang dari sekadar eksperimen laboratorium menjadi fondasi teknologi moderen.

Algoritma AI Diam - Diam Mengubah Dunia

Pada awal 2000-an, AI bekerja di balik layar perusahaan besar seperti Google dan Amazon. Mesin belajar mengenali pola, memprediksi perilaku, dan memberikan rekomendasi yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan digital. Memasuki 2010-an, teknologi pengenalan gambar, suara, dan bahasa berkembang pesat, melahirkan Siri, Alexa, Google Photos, dan berbagai layanan cerdas lainnya. Namun, puncak perkembangan AI terjadi pada 2020 dengan hadirnya GPT-3, yang membuka jendela baru model bahasa berskala besar.

Kemajuan ini terus berkembang hingga menjadi Artificial General Intelligence (AGI) Jika AI konvensional dirancang untuk menyelesaikan tugas tertentu, maka AGI diproyeksikan mampu memahami berbagai konteks, belajar secara mandiri, dan menerapkan pengetahuan lintas domain.

Baca Juga: Teknologi Terbaru Brain Body LLM, Robotik yang Mampu Berfikir, Belajar dan Memahami Secara Real-Time

Siapa yang Akan Menjadi Penguasa AGI?

Perusahaan teknologi raksasa tengah berlomba menciptakan sistem yang mampu menandingi kecerdasan manusia. OpenAI dan Microsoft memimpin dengan model GPT-4 dan Copilot. Google memperkuat posisinya melalui keluarga Gemini. Meta menghadirkan Llama dan Meta AI, sementara Amazon mengembangkan layanan generatif berbasis cloud. Perlombaan ini bukan sekadar kompetisi teknologi, tetapi perebutan posisi strategis dalam ekonomi masa depan.

Ambisi Membangun Kecerdasan Setara Manusia

Foto: eWeek

AGI didefinisikan sebagai sistem yang mampu memahami, belajar, dan menyelesaikan berbagai tugas kognitif pada tingkat manusia. Meski model saat ini menunjukkan kemampuan luar biasa, para ahli menilai bahwa AGI masih berada di tahap awal. Sistem belum memiliki otonomi penuh, pemahaman dunia fisik, atau kemampuan perencanaan jangka panjang yang stabil. Namun, ambisi perusahaan seperti OpenAI, Google DeepMind, Anthropic, dan xAI menunjukkan bahwa AGI bukan lagi sekadar mimpi ilmiah. 

Ketika Manusia Justru Menjadi Penghalang AGI

Pandangan menarik datang dari Alexander Embiricos, pemimpin pengembangan Codex di OpenAI. Menurutnya, hambatan terbesar menuju AGI bukanlah teknologi, melainkan manusia. Kecepatan mengetik dan kemampuan multitasking manusia dianggap terlalu lambat untuk mengikuti ritme kerja agen AI. Selama manusia masih harus menulis prompt dan memvalidasi hasil kerja AI, produktivitas tidak akan mencapai potensi maksimal. Embiricos memprediksi bahwa ketika agen AI dapat bekerja secara otomatis tanpa intervensi manusia, pertumbuhan produktivitas akan melonjak drastis fenomena yang ia sebut hockey stick growth.

Baca Juga: Robotik Optimus Buatan Elon Musk, Dorong Perkembangan Dunia Tanpa Uang!

Apa yang Terjadi Setelah Mesin Melampaui Kita? 

Jika AGI mampu memiliki kecerdasan setara manusia, maka superintelligence adalah lompatan yang jauh melampaui batas tersebut. Menurut berbagai analisis, begitu AGI tercapai, percepatan kemampuan AI dapat berlangsung sangat cepat, menciptakan kecerdasan yang tidak hanya memahami dunia, tetapi mampu mengubahnya. Pertanyaannya bukan lagi apakah superintelligence akan hadir, tetapi bagaimana manusia akan menghadapinya. 

Apakah Kita Siap Menyambut Masa Depan yang Dibentuk AGI?

Perjalanan panjang dari ide Turing hingga ambisi superintelligence menunjukkan bahwa perkembangan AI bergerak jauh lebih cepat daripada kesiapan manusia. AGI bukan sekadar teknologi, itu adalah titik balik peradaban. Dunia kini dihadapkan pada pertanyaan besar: “Apakah kita siap hidup berdampingan dengan kecerdasan yang mungkin melampaui kita?”


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)



Telkomsel Rilis Paket Nataru: 70 GB + Netflix Cs Cuma Rp150 Ribu

15 December 2025 at 07:28

Foto: Simpati

Teknologi.id – Momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) selalu identik dengan waktu berkualitas bersama keluarga. Bagi sebagian orang, liburan akhir tahun berarti perjalanan mudik yang panjang atau sekadar bersantai di rumah menghabiskan sisa cuti. Memahami kebutuhan digital masyarakat yang melonjak drastis di musim liburan—terutama untuk hiburan streaming film dan serial—Telkomsel melalui brand legendarisnya, Simpati, meluncurkan amunisi baru yang sangat menggoda.

Memanfaatkan momentum tanggal cantik 12.12 pada Jumat kemarin, operator seluler pelat merah ini resmi merilis program bertajuk "Nonton Pasti Simpati". Program ini menawarkan paket data jumbo dengan harga yang kompetitif, dirancang khusus untuk memanjakan para penikmat konten digital agar tidak mati gaya saat liburan.

Paket Jumbo: 70 GB + Akses Netflix dan Kawan-kawan

Daya tarik utama dari peluncuran ini adalah paket bundling yang sangat agresif. Telkomsel menawarkan kuota data sebesar 70 GB dengan masa aktif 30 hari. Namun, yang membuatnya terasa "murah" adalah penyertaan akses berlangganan ke berbagai platform streaming premium.

Dengan merogoh kocek sebesar Rp150.000, pelanggan tidak hanya mendapatkan kuota internet besar, tetapi juga langsung mendapatkan akses langganan ke Netflix, ShortMax, WeTV, Prime Video, dan Vision+. Ini adalah strategi bundling "All-in-One" yang jarang ditemukan, mengingat biasanya langganan platform tersebut harus dibayar secara terpisah yang jika ditotal harganya bisa jauh lebih mahal.

Tak hanya itu, fleksibilitas juga diberikan kepada pelanggan untuk memilih akses tambahan sesuai selera mereka, mulai dari Vidio, Viu, IQIYI, Disney+, hingga YouTube Premium.

Baca juga: Langganan ChatGPT Go Kini Bisa Lewat Telkomsel, Mulai Rp 50 Ribu/Bulan!

Opsi Hemat: Paket "Seru Nonton"

Bagi pelanggan yang memiliki anggaran lebih terbatas namun tetap ingin menikmati hiburan tanpa batas, Telkomsel juga menyediakan opsi kedua bernama Paket Seru Nonton.

Dibanderol dengan harga Rp105.000, paket ini memberikan kuota sebesar 40 GB. Meskipun kuotanya lebih kecil, benefit akses streaming-nya tetap melimpah. Pelanggan paket ini mendapatkan pilihan akses berlangganan ke berbagai layanan seperti Viu, IQIYI, Catchplay, Vidio, WeTV, Noice, Prime Video, Vision+, dan ShortMax.

Bahkan, untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas, varian paket ini juga tersedia mulai dari harga Rp25.000, dengan tetap menawarkan opsi kuota hingga 70 GB tergantung pada konfigurasi yang dipilih pengguna.

Strategi Mengikat Pelanggan Lewat Konten

Langkah Telkomsel ini bukan sekadar perang harga kuota, melainkan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas penggunaan data pelanggan. Di era digital saat ini, pengguna tidak hanya butuh koneksi, tetapi juga konten yang relevan.

Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Adhi Putranto, Vice President SIMPATI Product Marketing Telkomsel, menjelaskan visi di balik peluncuran produk ini. Ia menekankan pentingnya memberikan konteks pada konektivitas yang dimiliki pelanggan.

"Jadi target kami adalah meningkatkan konektasi pelanggan yang memiliki konteks dan mengakses layanan," ujar Adhi Putranto, sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia.

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa Telkomsel ingin pelanggannya tidak sekadar menghabiskan kuota untuk scrolling media sosial tanpa arah, melainkan menikmati layanan hiburan berkualitas tinggi yang membutuhkan bandwidth stabil dan kuota besar.

Baca juga: Cara Beli Kuota Internet Anti Hangus Telkomsel, Lengkap dengan Harga 2025

Gaet Duta Sheila on 7 Jadi Wajah Baru

Untuk memperkuat pesan kampanye ini, Telkomsel tidak main-main dalam aspek pemasaran. Mereka menggandeng sutradara video klip ternama, Dimas Djayadiningrat, untuk menggarap video iklan "Nonton Pasti Simpati". Sentuhan artistik Dimas diharapkan mampu memberikan kesan premium namun tetap fun pada produk ini.

Kejutan lainnya adalah penunjukan Duta Modjo, vokalis kharismatik dari band Sheila on 7, sebagai Brand Ambassador terbaru Simpati. Pemilihan Duta dinilai sangat tepat karena sosoknya yang lintas generasi—dicintai oleh Gen X, Milenial, hingga Gen Z—serta citranya yang sederhana namun berkualitas, sangat pas dengan branding Simpati.

Duta sendiri mengungkapkan hubungan personalnya dengan brand tersebut yang sudah terjalin sejak lama. "Jadi bagian dari Simpati hari ini adalah kebanggaan buat saya. Semoga langkah ini bisa bikin kita semua sama-sama lebih berdaya dan bisa terus maju bareng ke arah yang lebih baik," ujar Duta dalam kesempatan yang sama.

Foto: Referensia.id

Cara Mendapatkan Paket

Bagi Anda yang tertarik untuk mengaktifkan paket ini guna persiapan liburan Nataru, Telkomsel menyediakan berbagai saluran pembelian yang mudah diakses.

Pelanggan bisa membeli paket "Nonton Pasti Simpati" melalui:

  • Situs resmi Telkomsel.
  • Aplikasi MyTelkomsel. Kode UMB *363#.
  • Gerai fisik GraPARI dan outlet mitra.
  • E-commerce dan mobile banking.
  • Asisten virtual Veronika.

Dengan ketersediaan kuota besar dan akses hiburan lengkap, perjalanan mudik yang macet atau malam pergantian tahun di rumah tampaknya tidak akan membosankan bagi para pengguna Telkomsel tahun ini. 

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

Samsung Perang Internal? Divisi Chip Tolak Suplai RAM ke Divisi HP Sendiri!

15 December 2025 at 19:07

Foto: hoanghamobile.com

Teknologi.id - Kabar mengejutkan datang dari raksasa teknologi Korea Selatan, Samsung Electronics. Di tengah persaingan pasar ponsel pintar dunia, internal perusahaan dikabarkan sedang mengalami ketegangan yang tidak biasa. Laporan terbaru menyebutkan bahwa divisi semikonduktor mereka secara mengejutkan menolak pesanan memori RAM dari divisi seluler mereka sendiri. Fenomena ini ibarat sebuah dapur restoran yang enggan memberikan bumbu kepada koki di restoran yang sama, meski keduanya berada di bawah satu atap perusahaan. Situasi ini memicu perbincangan hangat mengenai bagaimana lonjakan harga komponen global mulai mengubah prioritas strategis perusahaan multinasional sekelas Samsung.

Inti dari permasalahan ini berakar pada keputusan strategis divisi Samsung yang bertanggung jawab memproduksi chip memori (Samsung Semiconductor). Laporan menyebutkan bahwa mereka telah menolak permintaan pasokan chip RAM dari divisi Mobile Experience (MX), unit bisnis di balik kesuksesan ponsel lini Galaxy. Alasan utama di balik tindakan yang terkesan tidak kompak ini adalah lonjakan harga memori RAM yang sangat drastis di pasar global. Saat harga komponen melambung tinggi, nilai jual chip tersebut ke pihak eksternal, seperti perusahaan pusat data atau produsen elektronik lain, menjadi jauh lebih menguntungkan dibandingkan harus memasoknya ke divisi internal dengan harga subsidi atau "harga teman".

Kondisi ini menciptakan dilema besar di dalam tubuh Samsung Electronics. Di satu sisi, divisi ponsel memerlukan komponen dengan harga stabil untuk menjaga harga jual perangkat agar tetap kompetitif di mata konsumen. Di sisi lain, divisi chip memiliki target keuntungan sendiri dan lebih memilih untuk mengalokasikan stok mereka kepada klien luar yang berani membayar sesuai harga pasar yang sedang tinggi. Konflik kepentingan ini menunjukkan bahwa masing-masing divisi di Samsung beroperasi sebagai entitas bisnis mandiri yang sangat ketat terhadap target profitabilitas.

Baca juga: One UI 8.5 Hadir! 7 Fitur Baru Samsung yang Bikin HP Makin Keren dan Fleksibel!

Apa Pemicu Lonjakan Harga dan Skala Prioritas Produksi?

Foto: techzine.eu

Secara teknis, kenaikan harga RAM ini dipicu oleh permintaan masif terhadap memori berkecepatan tinggi seperti LPDDR5X. Teknologi ini sangat dicari seiring dengan tren integrasi kecerdasan buatan (AI) pada perangkat mobile dan server global. Kelangkaan pasokan dibandingkan permintaan yang membludak membuat harga chip memori meroket di penghujung tahun 2025. Divisi chip Samsung melihat peluang emas untuk mendulang profit maksimal dengan memprioritaskan penjualan ke perusahaan penyedia layanan cloud yang bersedia membayar premium.

Bagi divisi semikonduktor, memberikan prioritas kepada divisi ponsel internal dengan harga yang lebih rendah justru akan menekan margin keuntungan mereka dalam laporan keuangan tahunan. Mengingat performa divisi chip sering kali menjadi penopang utama pendapatan total Samsung Group, tekanan untuk menjual kepada penawar tertinggi menjadi sangat besar. Detail pengembangan teknologi memori terbaru yang semakin kompleks membuat setiap keping chip menjadi komoditas yang sangat diperebutkan di pasar internasional.

Baca juga: Samsung Perkenalkan Exynos 2600, Chipset Flagship 2nm Setara Snapdragon 8 Elite Gen 5

Bedah Kebijakan Perusahaan Terhadap Tekanan Pasar Global!

Meski terlihat seperti konflik, langkah ini dinilai rasional dari sisi bisnis. Sebagai perusahaan terbuka, Samsung dituntut memberikan keuntungan maksimal bagi investor. Jika menjual ke pihak luar mendatangkan profit lebih besar, secara matematis itulah langkah yang diambil. Namun, risikonya adalah divisi ponsel mungkin terpaksa mencari pasokan dari kompetitor seperti SK Hynix atau Micron jika stok internal terus sulit didapatkan. Hingga saat ini, manajemen puncak Samsung dikabarkan sedang mengupayakan mediasi agar kebutuhan divisi ponsel tetap terpenuhi tanpa menggerus potensi keuntungan divisi chip.

Apa Inti Terkait Stabilitas Rantai Pasok Samsung

Fenomena penolakan pesanan RAM internal ini menjadi babak baru dalam dinamika teknologi tahun 2025. Kenaikan harga komponen yang tidak terkendali memaksa Samsung mengevaluasi ulang prioritas distribusinya. Meskipun kebijakan ini bertujuan memaksimalkan keuntungan divisi semikonduktor, risiko terganggunya harga dan ketersediaan ponsel pintar di tingkat konsumen menjadi ancaman nyata. Sinkronisasi antar-divisi akan menjadi tantangan terbesar Samsung untuk tetap memimpin pasar sekaligus menjaga kepercayaan pengguna setianya. Kini, bola panas ada di tangan manajemen pusat untuk menyeimbangkan ego bisnis setiap divisi. Jika gagal, konsumen setia mungkin harus bersiap menghadapi harga smartphone yang melambung tinggi di tahun mendatang. Adaptasi strategi rantai pasok yang lebih fleksibel akan menentukan apakah Samsung tetap menjadi raja teknologi global atau justru terhimpit oleh efisiensi bisnisnya sendiri yang terlampau kaku.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(AA/ZA)

Emergency Live Video Hadir di Android, Permudah Petugas dalam Penyelamatan Darurat

15 December 2025 at 17:34
 Dalam situasi darurat, setiap detik memiliki arti penting. Kesalahan informasi atau keterlambatan respons dapat berdampak besar terhadap keselamatan seseorang. Menyadari hal tersebut, Google menghadirkan inovasi baru di ekosistem Android melalui fitur Android Emergency Live Video, yang memungkinkan pengguna berbagi video secara langsung saat meminta bantuan darurat. Lewat fitur ini, petugas dapat melihat kondisi di lokasi kejadian secara real-time, sehingga proses penanganan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.

Kehadiran Emergency Live Video membawa perubahan besar dalam penanganan situasi genting. Selama ini, petugas darurat hanya mengandalkan informasi suara atau teks dari penelepon. Emergency Live Video aktif ketika pengguna melakukan panggilan atau mengirim pesan darurat melalui ponsel Android. Menurut Alastair Breeze, Software Engineer Android di Google, petugas darurat dapat mengirimkan permintaan kepada pengguna untuk berbagi video secara langsung. “Ketika sedang melakukan panggilan darurat, petugas dapat mengirim permintaan ke smartphone Anda untuk berbagi video secara langsung,” jelasnya di situs resmi Google. 

Baca juga: Android dan iPhone Kini Bisa Kirim File ala AirDrop: Quick Share Resmi Kompatibel
Foto: google

Cara Kerja Google Emergency Live Video

Mekanisme kerjanya dirancang sederhana agar tidak membebani pengguna yang sedang panik. Setelah menghubungi layanan darurat, petugas akan mengirim permintaan untuk mengaktifkan video live. Pengguna cukup menekan satu tombol untuk menyetujuinya. Tidak ada pengaturan tambahan atau aktivasi manual sebelumnya. Selama panggilan berlangsung, ponsel Android juga secara otomatis membagikan lokasi pengguna kepada petugas, sehingga bantuan bisa diarahkan dengan lebih cepat dan tepat.

Manfaat Fitur Emergency Live Video

Manfaat fitur ini sangat terasa dalam berbagai kondisi darurat, mulai dari kecelakaan lalu lintas, kebakaran, hingga kondisi medis serius. Dengan akses visual langsung, petugas dapat menilai tingkat keparahan situasi secara lebih akurat dibandingkan hanya mengandalkan suara atau pesan teks. Dalam kasus darurat medis, misalnya, petugas bisa memberikan instruksi penyelamatan awal seperti panduan melakukan CPR atau pertolongan pertama lainnya sambil menunggu tim medis tiba di lokasi.


Google juga menaruh perhatian besar pada aspek privasi dan keamanan data. Perusahaan memastikan bahwa seluruh komunikasi, termasuk video yang dibagikan, dilindungi dengan enkripsi. Pengguna tetap memiliki kendali penuh karena dapat menghentikan panggilan video kapan saja jika merasa tidak nyaman. Dengan pendekatan ini, Google berusaha menyeimbangkan kebutuhan keselamatan dengan perlindungan privasi pengguna.

Selain Emergency Live Video, Android juga menyediakan berbagai tombol bantuan cepat yang terintegrasi dalam layanan darurat. Pengguna dapat memilih opsi seperti Chat with 911, Fire untuk kebakaran, atau Police untuk bantuan kepolisian. Dari sisi konsep, fitur ini memiliki kemiripan dengan layanan keselamatan milik Apple, seperti Emergency SOS dan deteksi kecelakaan. Namun, Google menambahkan sentuhan visual secara real time yang dapat menjadi pembeda penting dalam situasi kritis.

Emergency Live Video tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari rangkaian fitur keselamatan Android yang lebih luas. Fitur ini terintegrasi dengan Emergency Location Service, Car Crash Detection, Fall Detection, serta Satellite SOS. Kombinasi berbagai teknologi tersebut menunjukkan komitmen Google untuk menjadikan smartphone Android sebagai perangkat yang tidak hanya pintar, tetapi juga andal dalam kondisi darurat.

Baca juga: Google Photos Recap 2025 Sajikan Kilas Balik Visual yang Lebih Personal

Untuk saat ini, Emergency Live Video tersedia bagi perangkat Android yang menjalankan Android 8 atau versi lebih baru. Meski demikian, peluncurannya masih terbatas secara wilayah. Fitur ini baru dapat digunakan di Amerika Serikat, serta beberapa area di Jerman dan Meksiko. Google belum mengumumkan jadwal resmi kehadirannya di negara lain termasuk di Indonesia.

Dengan hadirnya Emergency Live Video, Google membuka babak baru dalam penanganan darurat berbasis teknologi. Kemampuan berbagi video secara langsung memberi petugas konteks visual yang krusial, mempercepat pengambilan keputusan, dan berpotensi menyelamatkan lebih banyak nyawa. Fitur ini tidak hanya meningkatkan kecepatan respons, tetapi juga membantu petugas mengambil keputusan yang lebih tepat melalui visual langsung dari lokasi kejadian. Tinggal menunggu waktu hingga fitur ini tersedia secara lebih luas dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna Android di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Di tengah meningkatnya ketergantungan masyarakat pada perangkat mobile, Emergency Live Video membuktikan bahwa inovasi teknologi dapat memberikan dampak nyata bahkan bisa menyelamatkan nyawa ketika digunakan pada waktu dan kondisi yang tepat.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News. 

(IR/ZA)

❌