Normal view

Received — 11 November 2025 BeInCrypto Indonesia

Siklus Likuiditas 65 Bulan Berpuncak di 2026, Benarkah Bitcoin (BTC) Bakal Drop 20%?

11 November 2025 at 15:15

Seiring aset-aset berisiko memasuki fase sensitif, banyak analis kini fokus pada Siklus Likuiditas 65 Bulan. Model ini diyakini telah memprediksi pucuk (top) dan dasar (bottom) pasar selama lebih dari dua dekade.

Apakah kita sedang mendekati fase pengetatan baru di mana Bitcoin berpotensi drop 20%, sementara Silver muncul sebagai aset lindung nilai alternatif?

Siklus Likuiditas 65 Bulan: Peta Likuiditas Global Memasuki Tahap Akhir

Dalam grafik terbaru dari CrossBorder Capital, garis hitam menunjukkan Global Liquidity Index (GLI) yang kini naik tajam, mendekati area puncak berwarna merah. Pergerakan ini menyerupai fase akhir dari siklus 2016–2021, menandakan bahwa kita telah memasuki fase akhir yang dinamis dari siklus likuiditas — periode di mana valuasi aset melonjak jauh di atas nilai intrinsiknya.

65 Month Liquidity Cycle. Source: X
Siklus Likuiditas 65 Bulan | Sumber: X

Siklus ini memiliki durasi rata-rata 5,5 tahun, pertama kali diidentifikasi melalui analisis Fourier pada 1999. Setiap siklus mengikuti pola yang sama: modal mengalir deras di fase awal, mencapai puncak saat kebijakan moneter sangat longgar, lalu berbalik ketika likuiditas dan kredit mulai mengetat.

Berdasarkan pola dari siklus sebelumnya, puncak likuiditas berikutnya diperkirakan muncul pada kuartal I atau II 2026 — antara Maret hingga Juni, hanya beberapa bulan lagi. Itu artinya, kita kini berada di fase “overheat,” saat aliran modal melambat dan risiko penyesuaian meningkat.

Apabila asumsi ini benar, maka golongan aset berisiko seperti saham teknologi dan kripto akan segera memasuki periode “repricing”, di mana smart money mulai mengurangi eksposur pada posisi leverage tinggi. Hal ini berpotensi memicu koreksi Bitcoin sebesar 15–20% sebelum pasar membentuk titik dasar siklus baru.

Kendati grafik dan analisisnya menarik, seorang analis di X mengingatkan bahwa akurasi waktu siklus ini acap kali meleset beberapa tahun, sehingga tidak dapat dijadikan patokan pasti kapan pasar benar-benar mencapai puncak atau berbalik arah.

“Saya suka grafik dan analisis keseluruhannya, tetapi timing dari siklus ini rata-rata meleset beberapa tahun. Jadi Anda tak bisa tahu pasti apakah pasar sudah di puncak, akan melesat lagi, atau malah stagnan. Ini murni coinflip,” ungkap sang analis.

Bitcoin Turun, Silver Naik: Sinyal Rotasi Menuju Aset Aman

Tren menarik yang muncul sepanjang 2025 adalah divergensi antara Bitcoin (BTC) dan Silver. Berdasarkan grafik periode 2021–2025, harga Bitcoin turun sekitar 15–20%, dari US$109.000 menjadi US$82.000, sementara Silver naik 13%, dari US$29 ke US$33. Fenomena ini menandakan pergeseran arus modal yang jelas: ketika likuiditas global mengetat, investor perlahan keluar dari aset berisiko tinggi seperti kripto dan beralih ke aset berbasis jaminan (collateral-backed) seperti logam mulia.

Bitcoin vs Silver divergence. Source: X
Perbedaan Bitcoin vs Silver | Sumber: X

Divergensi ini memperlihatkan bahwa Bitcoin berfungsi sebagai indikator risk-on, yang diuntungkan langsung saat likuiditas meluas. Sebaliknya, Silver menunjukkan sifat ganda — sebagai komoditas sekaligus aset lindung nilai — menjadikannya lebih menarik ketika inflasi tinggi namun pertumbuhan ekonomi melambat.

Berdasarkan sinyal stagflasi dan tren historis siklus likuiditas, banyak pakar memprediksi Silver bisa mengungguli Bitcoin antara Januari hingga April 2026. Namun, reli akhir tahun 2025 pada kedua aset menunjukkan bahwa pergeseran ini tidak akan terjadi secara tiba-tiba, melainkan akan berjalan bertahap, mengikuti dinamika sentimen pasar dan kondisi makro global.

“Saat kita memasuki Januari–April 2026, tren ini bisa semakin cepat. Bitcoin mungkin hanya pulih secara moderat, sementara Silver melonjak tajam, memperdalam rotasi modal menuju aset berwujud,” terang seorang analis.

2026: Tahun Penentu Siklus – Bitcoin Rebound atau Silver Tetap Memimpin?

Meski koreksi 20% pada Bitcoin terdengar bearish, hal itu tidak serta-merta menandai berakhirnya siklus bullish. Dalam banyak fase akhir siklus likuiditas, pasar biasanya terkoreksi tajam sebelum memasuki fase kenaikan terakhir yang dikenal sebagai “liquidity echo rally”. Jika skenario ini terulang, Bitcoin mungkin akan mengalami penurunan teknikal jangka pendek sebelum bangkit kuat pada paruh kedua 2026.

Sementara itu, Silver, yang diuntungkan dari permintaan industri dan arus lindung nilai (hedging flows), kemungkinan masih akan mempertahankan tren naik jangka pendeknya. Namun, ketika likuiditas global kembali longgar pada 2027, modal spekulatif berpotensi berpindah dari logam mulia ke asetaset berisiko seperti kripto dan saham demi imbal hasil yang lebih tinggi.

Singkatnya, Siklus Likuiditas 65 Bulan kini memasuki fase krusial. Bitcoin kemungkinan menghadapi koreksi sementara, sedangkan Silver tetap menjadi pegangan stabil pasar. Bagi investor jangka panjang, situasi ini bukan sinyal untuk keluar, melainkan peluang untuk menata ulang portofolio menjelang gelombang likuiditas berikutnya pada 2026–2027.

Bagaimana pendapat Anda tentang analisis dan prediksi altcoin yang terancam likuidasi masif di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Received — 4 November 2025 BeInCrypto Indonesia

Hyperliquid Menghadapi Ujian Kecelakaan Pertama — Akankah Pembukaan US$HYPE Menghentikan Reli?

4 November 2025 at 08:31

Setelah menjadi nama terkemuka di ruang DEX perpetual on-chain, Hyperliquid (HYPE) menghadapi salah satu ujian stres terbesar sejak peluncurannya.

Bulan November ini, Hyperliquid akan membuka sejumlah besar token HYPE, menimbulkan pertanyaan penting: Akankah pelepasan ini memicu likuiditas dan adopsi atau justru memicu koreksi harga yang tajam?

Tekanan Supply-Demand dan Skenario Harga Jangka Pendek

Data dari Tokenomist menunjukkan bahwa jutaan token Hyperliquid (HYPE) akan dibuka pada bulan November, mewakili sekitar 2,66% dari pasokan yang beredar. Ketika sebuah proyek melepaskan banyak token sekaligus, proyek tersebut menghadapi risiko pengenceran dan tekanan jual.

Pembukaan token Hyperliquid di November. Source: Tokenomist
Pembukaan token Hyperliquid di November. Sumber: Tokenomist

Dari perspektif teknikal, beberapa analis mengusulkan bahwa HYPE mungkin membentuk pola head-and-shoulders di grafik harian. Pola ini bisa menunjukkan penurunan potensial menuju US$20, menandakan fase koreksi jangka pendek jika terkonfirmasi.

Analisis teknikal HYPE. Sumber: Ali
Analisis teknikal HYPE. Sumber: Ali

Sementara itu, seorang trader lainnya mengomentari bahwa aksi harga baru-baru ini menunjukkan “beberapa TWAP keluar, penjualan efisien lambat,” mengisyaratkan pelepasan yang terkontrol oleh holder besar. Trader tersebut menambahkan:

“Tidak yakin apa yang terjadi tapi akan menunggu lebih banyak kejelasan,” ujar dia.

Di sisi lain, beberapa trader melihat peluang dalam volatilitas ini. Menurut Route2FI, “Penutupan candle 1 menit HYPE sekitar US$40 di November bisa berubah menjadi lahan hasil sementara.”

Analis tersebut merujuk pada potensi peluang untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga jangka pendek. Namun, strategi ini lebih cocok untuk trader berpengalaman karena periode pembukaan HYPE mungkin membawa volatilitas yang intens.

Pendapatan On-chain Kuat dan Faktor Neraca Jangka Panjang

Walau tekanan pasokan jangka pendek nampaknya tak terhindarkan, kekuatan inti Hyperliquid terletak pada kemampuan menghasilkan pendapatan on-chain. Data dari Artemis yang dibagikan di X menunjukkan bahwa dalam 24 jam terakhir, Hyperliquid menghasilkan lebih dari US$2,2 juta dalam biaya trading, melampaui semua blockchain lainnya.

Hyperliquid memimpin dalam pendapatan biaya on-chain (24 jam). Sumber: X
Hyperliquid memimpin dalam pendapatan biaya on-chain (24 jam). Sumber: X

Awal bulan ini, laporan menunjukkan bahwa Hyperliquid menyerap hingga 33% dari pendapatan blockchain. Ini menjadikannya penghasil biaya teratas di ekonomi kripto, yang secara efektif menjadi “tambang emas biaya transaksi” di dalam DeFi. Jika proyek menggunakan sebagian biaya ini untuk pembelian kembali token atau mekanisme burn, ini dapat menyerap sebagian tekanan jual dari pembukaan HYPE dan membantu menstabilkan pasar.

Kesimpulannya, pembukaan HYPE mendatang bulan November ini akan menjadi ujian besar bagi proyek dan investornya. Dalam jangka pendek, risiko pengenceran dan kewaspadaan pasar dapat membebani aksi harga. Namun, pendapatan on-chain Hyperliquid yang substansial bisa membantu meredam kejutan pasokan yang akan datang. Ini tergantung pada seberapa efektif pendapatan digunakan melalui pembelian kembali, staking, atau program likuiditas.

Dalam jangka panjang, nilai HYPE akan bergantung pada seberapa baik tim mengubah pendapatan nyata menjadi pengembalian nyata bagi holder, daripada bergantung pada hype jangka pendek seputar pembukaan ini. Pembukaan bulan November tidak akan menjadi akhir jika Hyperliquid membuktikan bahwa modelnya menguntungkan secara berkelanjutan pada DEX perpetual on-chain. Sebaliknya, ini bisa menjadi tonggak revaluasi bagi salah satu proyek DeFi 2025 yang paling menjanjikan.

❌