Normal view

Received — 22 December 2025 BeInCrypto Indonesia

Saylor dari MicroStrategy isyaratkan pembelian Bitcoin akan segera dilakukan di tengah penurunan saham MSTR sepanjang tahun

22 December 2025 at 01:38

Michael Saylor menandakan aksi akumulasi Bitcoin besar-besaran lagi untuk Strategy (sebelumnya MicroStrategy).

Ini menunjukkan perusahaan tersebut tetap berpegang pada strategi treasury berisiko tinggi walau saham MSTR sedang melemah.

Kenapa Saylor Mengisyaratkan Pembelian Bitcoin Baru untuk Strategi

Pada 21 Desember, Saylor membagikan gambar misterius di X dengan keterangan “Green Dots ₿eget Orange Dots,” yang mengacu pada visualisasi portofolio “SaylorTracker” milik perusahaannya.

Green Dots ₿eget Orange Dots. pic.twitter.com/aLdvPe4YuG

— Michael Saylor (@saylor) December 21, 2025

Postingan ini melanjutkan pola selama setahun terakhir yang digunakan Saylor untuk memberi sinyal adanya pembelian BTC baru. Menariknya, biasanya teaser di akhir pekan seperti ini akan diikuti dengan pengumuman resmi ke SEC pada Senin pagi yang mengonfirmasi akuisisi besar.

Pembelian baru ini nantinya bakal menambah tumpukan yang sudah sangat besar.

Pada saat berita ini diterbitkan, Strategy memegang 671.268 BTC—senilai kurang lebih US$50,3 miliar—atau sekitar 3,2% dari total suplai Bitcoin.

Kepemilikan Bitcoin Strategy | Sumber: Strategy

tetapi pasar memberi tekanan pada sahamnya di tahun 2025. Harga saham MSTR anjlok 43% sepanjang tahun dan kini diperdagangkan di sekitar US$165, mengikuti koreksi Bitcoin 30% dari puncak US$126.000 pada Oktober.

Walau perusahaan mengklaim punya “BTC Yield” sebesar 24,9%—ukuran eksklusif tentang pertumbuhan Bitcoin per saham—investor institusi kini lebih fokus pada berbagai risiko eksternal yang membayangi dibandingkan metrik hasil internal.

tapi, ancaman paling nyata bagi strategi Saylor saat ini bukanlah harga Bitcoin, melainkan kemungkinan perubahan regulasi terhadap kategori perusahaan.

MSCI sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan Strategy Inc. dari indeks globalnya pada evaluasi bulan Februari. Penyedia indeks tersebut menyoroti kekhawatiran karena perusahaan itu kini lebih mirip vehicle investasi daripada perusahaan operasional.

Analis pasar menegaskan bahwa dampak keuangan dari langkah itu sangat serius.

JPMorgan memperkirakan jika Strategy benar-benar dikeluarkan, sekitar US$11,6 miliar akan terkena forced selling karena ETF pasif dan dana indeks harus melikuidasi posisi mereka di MSTR.

Tekanan jual secara mekanis ini bisa saja membuat harga saham terlepas dari nilai kepemilikan Bitcoinnya, dan berujung pada spiral likuiditas.

Untuk menanggapinya, Strategy meluncurkan pembelaan yang sangat kuat.

Perusahaan menyebut proposal MSCI itu “arbitrary, discriminatory, and unworkable,” dan menilai kebijakan ini tidak adil karena menargetkan perusahaan aset digital saja dan mengabaikan konglomerat lain yang juga dominan dalam kepemilikan.

“The proposal improperly injects policy considerations into indexing. The proposal conflicts with U.S. policy and would stifle innovation,” terang mereka.

Jadi, potensi pembelian baru dari Saylor ini punya dua tujuan: menurunkan rata-rata harga beli perusahaan selama pasar sedang terkoreksi, dan yang paling penting, memberi sinyal kepada pasar bahwa meski dihadapkan pada ancaman MSCI serta performa saham yang buruk, strategi “all-in” mereka tetap tak berubah.

IBIT BlackRock Atasi Penurunan Bitcoin dan Kalahkan Emas dalam Arus Masuk ETF 2025

22 December 2025 at 00:30

BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT) diprediksi akan menutup tahun 2025 sebagai kekuatan papan atas di dunia keuangan Amerika Serikat. Dana ini berhasil mencetak prestasi langka di manajemen aset dengan menghimpun dana miliaran US$ meskipun mengalami kerugian bagi investornya.

Data yang dihimpun Bloomberg Intelligence mengonfirmasi bahwa IBIT menempati posisi keenam dalam daftar exchange-traded fund (ETF) AS dengan arus masuk dana bersih terbesar.

Pembelian Dip oleh Institusi Dorong US$25 Miliar Masuk ke IBIT Meski Return Negatif

Sepanjang tahun ini, dana IBIT menarik modal segar sebesar US$25,4 miliar, mengalahkan pemain besar seperti Invesco QQQ Trust dan SPDR Gold Trust (GLD).

Banjir modal ini terjadi walaupun terjadi perbedaan besar pada performa asetnya.

$IBIT is the only ETF on the 2025 Flow Leaderboard with a negative return for the year. CT's knee-jerk reaction is to whine about the return but the real takeaway is that is was 6th place DESPITE the negative return (Boomers putting on a HODL clinic). Even took in more than $GLDpic.twitter.com/68uq3HFRuO

— Eric Balchunas (@EricBalchunas) December 19, 2025

Di sisi lain, harga emas melonjak hampir 65% di 2025 — didorong pembelian oleh bank sentral dan aksi lindung nilai geopolitik — sementara IBIT justru mencatat kerugian sebesar 9,59% secara year-to-date.

Kinerja dana ini terpukul karena Bitcoin terkoreksi sekitar 30% dari rekor tertingginya pada Oktober di US$126.173, kini diperdagangkan dekat US$88.000.

Biasanya, hasil negatif akan menyebabkan dana keluar dari produk tersebut.

namun, kemampuan IBIT menghimpun US$25 miliar saat terjadi koreksi menunjukkan adanya perubahan mendasar pada perilaku investor. Ini membuktikan bahwa pelaku institusi kini memilih membeli saat harga turun, bukan panik jual akibat volatilitas.

Menanggapi hal ini, Eric Balchunas, Senior ETF Analyst Bloomberg, menggambarkan arus masuk modal tersebut sebagai sinyal bullish dan menandakan peluang jangka panjang bagi aset ini.

“IBIT adalah satu-satunya ETF di Flow Leaderboard 2025 yang mencatatkan return negatif sepanjang tahun,” ujar Balchunas.

Di sisi lain, James Thorne, Chief Market Strategist Wellington-Altus, berpendapat bahwa arus ini menjadi bukti “financialization” Bitcoin.

Menurut dia, kini aset digital ini semakin berperilaku seperti komoditas ekonomi makro yang matang, bukan saham teknologi spekulatif.

“Melihat bagaimana Bitcoin diperdagangkan saat ini, struktur mikro pasar dan pengelolaan narasinya makin mirip dengan cara emas bergerak selama puluhan tahun di bawah pengaruh institusi besar, di mana aksi harga bukan hanya mencerminkan permintaan fundamental, tapi juga posisi, desain produk, dan preferensi perantara keuangan besar,” papar dia menambahkan.

Bagi pasar yang lebih luas, kinerja IBIT BlackRock pada 2025 membuktikan bahwa exchange-traded fund (ETF) Bitcoin bukan tren sesaat. Produk ini kini sudah kokoh dalam portofolio institusi, bahkan mulai menggantikan emas sebagai alokasi “alternatif” pilihan, meski harga logam mulia itu tahun ini masih jauh lebih unggul.

Di akhir tahun, ketika harga Bitcoin masih di bawah puncak tertingginya, investor cerdas optimistis bahwa infrastruktur yang dibangun BlackRock akan mendorong reli selanjutnya.

Tether membuka lowongan kerja, ungkap rencana dompet aset kripto self-custodial terintegrasi AI

21 December 2025 at 21:00

Tether kini bergerak melampaui perannya sebagai penerbit stablecoin di belakang layar dan mulai menyasar langsung ke pengguna akhir.

Pada 20 Desember, Paolo Ardoino, CEO perusahaan tersebut, mengungkapkan bahwa dirinya sedang merekrut Lead Software Engineer untuk membangun mobile wallet self-custodial yang akan mengintegrasikan likuiditas besar milik perusahaan dengan divisi artificial intelligence yang sedang berkembang.

Rencana Dompet Crypto Mobile dari Tether

Pengumuman rekrutmen ini memberikan gambaran paling spesifik sejauh ini tentang strategi Tether untuk konsumen.

Ardoino membayangkan sebuah aplikasi mobile “100% self-custodial” yang didesain sebagai benteng untuk sejumlah aset terpilih yang ketat.

Berbeda dengan wallet umum yang mendukung ribuan token spekulatif, produk Tether hanya akan mendukung empat aset. Aset tersebut adalah Bitcoin (BTC) melalui Lightning Network, Tether (USDT), XAUT yang dipatok ke emas, serta USAT, stablecoin baru perusahaan yang sudah sesuai regulasi AS.

Imagine a wallet that supports only BTC (also via LN), USDT, USAT, XAUT.
And will have local private AI integration via QVAC. https://t.co/BCyqjob1Sh

— Paolo Ardoino 🤖 (@paoloardoino) December 20, 2025

Daftar aset yang terbatas ini menunjukkan niat strategis yang jelas. Tether sedang membangun jalur pembayaran “hard money”, mengabaikan ranah decentralized finance (DeFi) yang lebih luas demi fokus ke pembayaran murni dan aset penyimpan nilai.

Sementara itu, pengumuman ini juga memastikan wallet akan didukung oleh dua teknologi milik perusahaan, yakni Wallet Development Kit (WDK) dan QVAC.

Saat WDK menangani arsitektur keuangan non-custodial, integrasi QVAC (platform AI lokal milik Tether) menjadi pembeda utamanya.

Ardoino menjabarkan sebuah visi di mana wallet memiliki fitur “integrasi AI pribadi lokal”, sehingga pengguna bisa menjalankan tugas otomatis canggih langsung di perangkat mereka.

Dengan memproses data secara lokal lewat QVAC, bukan mengirimkannya ke cloud, Tether ingin menghadirkan kemampuan asisten keuangan berbasis AI.

Pendekatan ini dirancang agar pengguna dapat menghindari risiko privasi yang umumnya terjadi di platform Big Tech.

Selain itu, langkah ini juga menegaskan perubahan Tether dari penyedia infrastruktur menjadi raksasa teknologi yang berhadapan langsung dengan konsumen. Langkah ini melanjutkan rilis PearPass minggu lalu, yaitu pengelola password peer-to-peer yang menghilangkan kebutuhan penyimpanan cloud.

Faktanya, lini produk terbaru ini menunjukkan bahwa perusahaan sedang agresif dalam memperkuat kendali di seluruh stack layanannya.

Tether bakal mengendalikan antarmuka wallet, stablecoin USDT dan USAT sebagai fondasinya, lapisan keamanan melalui PearPass, serta tumpukan kecerdasan lewat QVAC.

Struktur seperti ini akan mengurangi ketergantungan pada platform pihak ketiga, serta memperkuat kemandirian operasional perusahaan.

❌