Normal view

Received — 22 December 2025 BeInCrypto Indonesia

Laporan Picu Pertanyaan Soal Kepemimpinan Bitmain dan Perselisihan Internal

22 December 2025 at 04:50

Postingan di X (Twitter) menunjukkan bahwa co-founder Bitmain, Micree “James” Zhan Ketuan, mungkin sedang menghadapi denda bernilai miliaran US$, dugaan penahanan, dan konflik besar dengan rekan bisnisnya, Jihan Wu.

Laporan yang saling bertentangan membuat komunitas aset kripto berusaha keras memverifikasi detail dari salah satu krisis paling besar di sektor ini.

Co-founder Bitmain jadi pusat spekulasi dan ketidakpastian yang semakin meningkat

Bitmain, pelopor dalam perangkat keras mining Bitcoin, menguasai peralatan yang memperkuat lebih dari 74% hash rate Bitcoin secara global. Perusahaan ini juga memproduksi chip yang dipakai di data center AI, termasuk untuk menjalankan Nvidia H100.

Sekarang, perusahaan itu berada di tengah persimpangan geopolitik, pengawasan hukum, dan konflik internal di jajaran korporasi mereka sendiri.

Pada 21 Desember 2025, veteran kripto Chandler Guo memicu spekulasi lewat unggahan media sosial yang membagikan kisah samar tentang rekan industri yang mengalami peristiwa “deep-sea fishing”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan penahanan rahasia di Cina, dengan dugaan nilai beberapa miliar US$ dalam waktu enam bulan.

Berdasarkan penuturan Guo, meski orang tersebut akhirnya selamat, ia mendapat pelajaran keras bahwa bahkan pendukung terbesar pun tidak selalu dapat dipercaya. Jika mereka bermasalah, rekan-rekan mereka pun terkena imbasnya.

“There’s an old friend from the crypto circle by my side who just went through an experience of being deep-sea fished. It’s said to involve several billion US dollars, and he’s been dealing with it for half a year. Fortunately, the person has already safely come out of it…He relied on his backer’s connections to strike down his opponents, but he also got bitten back by the backer’s own enemies,” tulis Guo.

Pengamat dengan cepat mengaitkan cerita Guo dengan Zhan. Rumor yang beredar di kalangan kripto menyebutkan adanya denda antara US$1 miliar sampai US$10 miliar, tapi belum ada yang terkonfirmasi secara resmi.

Beberapa laporan mengklaim Zhan telah membayar denda sebesar US$1 miliar, sedangkan laporan lain menyebutkan bahwa ia melarikan diri ke Indonesia dua bulan lalu dan belum ditemukan. Seorang tokoh komunitas Cina yang terkenal di X mengonfirmasi dua perkembangan penting berikut:

  • Gangguan baru-baru ini di operasi mining Xinjiang dan
  • Konflik internal yang semakin memanas antara para co-founder Bitmain.

Sistem CEO Ganda runtuh karena konflik para founder

Struktur CEO ganda Bitmain, yang memberi kesempatan bagi Zhan dan Wu untuk sama-sama memimpin perusahaan, benar-benar runtuh pada 2025. Wu, lulusan Universitas Peking, dikabarkan memanfaatkan koneksi politik untuk menantang Zhan, alumnus Akademi Ilmu Pengetahuan Cina yang berfokus pada desain dan produksi chip.

Pertikaian mereka mencerminkan risiko yang lebih luas di industri, memperlihatkan bahaya mengaitkan bisnis dengan pendukung berpengaruh.

Dugaan gejolak internal ini muncul saat Bitmain menghadapi tekanan eksternal yang makin berat. Zhan selama ini lebih fokus pada operasi teknis, sedangkan Wu mengurusi kemitraan strategis dan pengembangan bisnis.

Absennya salah satu founder bisa saja membuat operasional jadi timpang, padahal Bitmain tetap menjadi pusat mining Bitcoin dunia. Perusahaan ini sudah digugat oleh Old Const dengan tuduhan pelanggaran kontrak hosting dan upaya mengambil kembali perangkat mining tanpa alasan.

Risiko Geopolitik dan Kerentanan Infrastruktur

Selain konflik perusahaan, Bitmain juga mendapat sorotan dari pihak otoritas AS karena potensi ancaman keamanan perangkat kerasnya. Pada bulan Juni, Bitmain dan dua perusahaan lain pindah ke AS untuk menghindari tarif baru dan mengefisiensi rantai pasokan mereka.

Namun, dengan infrastruktur mining perusahaan yang terpasang baik pada sektor kripto maupun data center AI, isu keamanan nasional membuat risiko semakin besar.

Setiap kompromi bisa menimbulkan efek berantai pada jaringan Bitcoin global, memperjelas betapa aset kripto masih rentan terhadap gejolak geopolitik.

Penindakan baru-baru ini terhadap mining farm di Xinjiang, ditambah dengan dugaan penahanan Zhan, telah memicu spekulasi adanya tekanan regulasi yang terkoordinasi.

Sektor aset kripto tetap waspada, karena situasi ini bisa berdampak pada pasar perangkat mining, rantai pasok, dan dinamika persaingan.

Data COFER Q2 2025 IMF Melemahkan Narasi Dedollarisasi yang Disebut Jadi Katalis Bullish untuk Bitcoin

22 December 2025 at 03:36

Share global cadangan devisa US$ turun jadi 56,32% di Q2 2025, tapi 92% penurunan ini terjadi karena efek nilai tukar, bukan perubahan portofolio bank sentral. Setelah penyesuaian nilai tukar, penurunannya hanya sedikit jadi 57,67%, menunjukkan bank sentral sebagian besar tetap mempertahankan cadangan US$ mereka.

Laporan baru Currency Composition of Official Foreign Exchange Reserves (COFER) dari International Monetary Fund memberi wawasan penting untuk investor aset kripto yang mengikuti tren ekonomi makro. Data ini mengungkap bank sentral tetap menjaga alokasi dolar, bahkan di tengah pergerakan mata uang yang signifikan selama kuartal tersebut.

IMF: Bank Sentral Masih Dominan US$ meski Nilainya Turun

Dataset COFER IMF mencatat cadangan mata uang asing dari 149 ekonomi dalam US$. Di Q2 2025, pergerakan mata uang utama memberikan kesan seolah-olah ada perombakan besar di portofolio.

Berdasarkan laporan tersebut, Indeks DXY turun lebih dari 10% di paruh pertama 2025, penurunan terbesar sejak 1973.

US$ melemah 7,9% terhadap euro dan 9,6% terhadap franc Swiss di Q2. Pergerakan ini menurunkan share cadangan US$ dari 57,79% menjadi 56,32%. Tapi, penurunan ini akibat efek nilai tukar, bukan realokasi aktif dari portofolio.

Setelah penyesuaian nilai tukar konstan, share cadangan dolar hanya turun 0,12% ke 57,67%. Ini menunjukkan bank sentral hanya sedikit mengubah cadangan US$ mereka selama kuartal ini, menantang narasi dedolarisasi global.

Begitu juga dengan share cadangan euro yang terlihat naik ke 21,13%, meningkat 1,13 poin. Tapi, ini juga sepenuhnya dipicu oleh perubahan nilai tukar.

Pada nilai tukar konstan, share euro justru turun tipis 0,04 poin, menandakan bank sentral sebenarnya mengurangi kepemilikan euro.

IMF COFER data exchange rate effects on reserve shares Q2 2025
Grafik batang IMF menunjukkan valuasi nilai tukar menjelaskan hampir semua perubahan pada share cadangan US$ di Q2 2025 | Sumber: IMF

Apa Artinya untuk Bitcoin dan Altcoin

Analisis ini memberikan sinyal makro yang tidak terlalu berpengaruh untuk Bitcoin dan aset digital lain yang dipasarkan sebagai lindung nilai terhadap lemahnya US$. Bank sentral tidak mendiversifikasi cadangan dari US$, walau nilainya turun signifikan.

Tren dedolarisasi sering disebut sebagai pendorong adopsi institusional aset kripto. namun, data COFER yang sudah disesuaikan nilai tukar, menunjukkan tren ini bisa menyesatkan jika lepas dari konteks yang tepat.

Poundsterling Inggris juga terlihat share-nya naik di Q2, tapi ini juga karena efek valuasi, menyembunyikan penurunan riil kepemilikan. Temuan ini menunjukkan kenapa investor perlu melihat lebih dalam dari angka utama untuk memahami perubahan likuiditas sebenarnya.

Studi IMF memberikan gambaran lebih akurat tentang kebijakan moneter ke investor saat pasar bergejolak. Dengan membedakan antara perubahan kebijakan sebenarnya dan perubahan nilai sementara, investor aset kripto bisa menilai tren makro global dengan lebih baik.

Strategi dan Prospek Cadangan Bank Sentral

Kepemilikan US$ tetap stabil di Q2 2025, memperlihatkan bank sentral masih mengandalkan mata uang tradisional walau alternatif digital mulai menarik perhatian. IMF menekankan, penyesuaian nilai tukar sangat penting untuk memahami perubahan cadangan secara akurat.

The US dollar’s share of global foreign reserves held steady in Q2, after adjustment for currency fluctuations. Exchange-rate effects drove nearly all the decline in the US currency’s share of reserves. Our blog has the details. https://t.co/XtaRfBIbqL pic.twitter.com/fXcUkRkg7U

— IMF (@IMFNews) December 21, 2025

Bank sentral memprioritaskan likuiditas, imbal hasil, dan risiko dalam mengelola cadangan. Posisi kuat dolar AS terkait dengan pasar yang dalam, utilitas transaksi tinggi, dan sistem yang sudah mapan. Semua hal ini masih jadi tantangan bagi aset digital.

Metodologi IMF mengungkap bagaimana perubahan nilai tukar dapat memengaruhi data cadangan. Di Q2, hampir semua perubahan yang dilaporkan pada mata uang utama berasal dari pergerakan valuasi, bukan rebalancing portofolio riil. Bank sentral tetap berhati-hati di tengah gejolak pasar.

Temuan ini membantu memperjelas tren global yang memengaruhi pasar aset kripto. Investor yang tertarik dengan dedolarisasi sebagai katalis Bitcoin sebaiknya memakai data yang telah disesuaikan nilai tukar.

Analis Lihat Lebih Jauh dari Harga Bitcoin, Tom Lee Singgung Perubahan Struktural

22 December 2025 at 01:39

Harga Bitcoin mungkin masih sering muncul di berita utama, tapi di kalangan analis dan strateg institusi, perhatian perlahan mulai beralih ke tempat lain.

Alih-alih memperdebatkan apakah Bitcoin bisa kembali naik dalam waktu dekat, para pengamat pasar kini makin banyak yang fokus pada pertanyaan lebih dalam: apakah sinyal-sinyal struktural yang dulu selalu jadi pedoman di siklus empat tahunan Bitcoin kini mulai retak.

Analis tidak lagi fokus ke harga Bitcoin karena sinyal permintaan mulai melemah secara perlahan

Pergeseran ini terjadi di tengah indikator permintaan yang melemah, arus masuk ke exchange yang meningkat, dan perbedaan pandangan di antara para analis yang makin dalam.

Di satu sisi, ada yang percaya Bitcoin sedang masuk fase koreksi setelah puncaknya. Sementara di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa aset kripto pionir ini mungkin sudah mulai lepas dari siklus historisnya sepenuhnya.

Analis Daan Crypto Trades mengungkap bahwa perilaku harga Bitcoin baru-baru ini sudah menantang salah satu asumsi musiman paling bisa diandalkan dari Bitcoin.

“BTC Looking ahead, Q1 is generally a good quarter for Bitcoin, but so was Q4, and that one didn’t quite work out this time. No doubt 2025 has been a very messy year. Massive inflows and treasury accumulation, which were matched by big OG whales and 4-year cycle selling. Q1 2026 is where Bitcoin has a chance to show whether the 4-year cycle persists or not,” tulis Daan Crypto Trades .

Bukan berarti sudah terjadi breakdown, hasil di bawah ekspektasi ini justru mengindikasikan ada gesekan. Arus masuk ETF dan akumulasi korporasi kini terserap oleh distribusi dari holder jangka panjang, sehingga dampak arus masuk tersebut ke harga BTC jadi tidak sebesar dulu.

Ketegangan struktural ini juga terlihat pada data pasar spot AS. Menurut Kyle Doops, Coinbase Bitcoin premium, yang sering jadi acuan permintaan institusi AS, sudah cukup lama berada di zona negatif.

The Coinbase $BTC premium has stayed negative for 7 straight days, now around -0.04% per Coinglass.

That usually signals U.S. spot demand is lagging the rest of the market.

Less aggressive institutional buying, softer risk appetite, and capital staying cautious.

Not panic, but… pic.twitter.com/HtjNSorO1I

— Kyledoops (@kyledoops) December 21, 2025

Pesan yang terlihat bukan tanda menyerah, melainkan keraguan, artinya modal ada, tapi masih ragu untuk mengejar harga.

Arus Exchange Menunjukkan Distribusi, Bukan Akumulasi

Data on-chain menunjukkan perlunya interpretasi hati-hati, karena arus masuk Bitcoin ke exchange melonjak ke level yang secara historis kerap terjadi pada fase akhir siklus.

“Arus masuk exchange bulanan melonjak ke US$10,9 miliar, tertinggi sejak Mei 2021. Arus masuk besar ke exchange seperti ini menunjukkan tekanan jual yang meningkat, di mana investor memindahkan aset ke exchange untuk jual rugi, ambil untung, atau melindungi diri dari penurunan. Ini jadi bukti tambahan bahwa pasar sudah di puncak dan awal tren bear market di tengah volatilitas tinggi,” ujar analis Jacob King .

Secara historis, lonjakan seperti ini lebih sering terjadi di fase ambil untung, bukan di fase akumulasi awal.

Monthly Exchange Flow
Arus Masuk Exchange Bulanan | Sumber: CryptoQuant

Jika Sejarah Terulang, Siklus Masih Mengarah Turun meski Institusi Terbagi tapi Tetap Disiplin

Analis on-chain, Ali Charts, menilai meskipun ada perubahan struktural, simetri waktu Bitcoin masih sangat mencolok.

“Siklus harga Bitcoin punya pola yang sangat konsisten, baik dari segi waktu maupun besarnya. Secara historis, butuh sekitar 1.064 hari dari titik terendah sampai puncak pasar, dan sekitar 364 hari dari puncak ke titik terendah berikutnya,” tulis Ali Charts , sambil menjabarkan bagaimana siklus sebelumnya sangat mirip dengan pola itu.

Jika pola itu tetap berlaku, analis tersebut memperkirakan pasar mungkin sekarang memang sedang berada di fase koreksi. Koreksi historis menunjukkan biasanya ada ruang penurunan lebih lanjut sebelum bisa pulih lagi.

Di tingkat institusi, pandangan mulai berbeda-beda tapi belum sampai ke kekacauan. Kepala Strategi Kripto Fundstrat, Sean Farrell, mengakui ada tekanan jangka pendek, namun tetap optimistis untuk jangka panjang.

“Bitcoin sedang berada di ‘no man’s land’ valuasi,” komentar Farrell , menyebutkan faktor-faktor seperti penarikan ETF, penjualan dari holder awal, tekanan dari para miner, dan ketidakpastian ekonomi makro. Walaupun begitu, lanjut dia, “Saya tetap yakin Bitcoin dan Ethereum akan mencoba rekor baru sebelum akhir tahun ini, sehingga menutup siklus empat tahunan dengan bear market yang lebih pendek dan ringan.”

Debat Siklus Kini Menjadi Isu Institusional

Kemungkinan ini juga didukung Tom Lee, yang pendapatnya sering dikutip di diskusi kripto, bahwa Bitcoin akan segera memutus siklus 4 tahunannya.

TOM LEE THINKS BITCOIN WILL BREAK THE 4-YEAR CYCLE SOON! pic.twitter.com/eWZdW7xkgW

— Crypto Rover (@cryptorover) December 21, 2025

Jurrien Timmer dari Fidelity justru berpendapat sebaliknya. Menurut Lark Davis, Timmer meyakini puncak Bitcoin di bulan Oktober sudah mengakhiri fase harga dan waktu, dan “2026… adalah tahun penurunan,” dengan support terbentuk di kisaran US$65.000–US$75.000.

"The bear market is here and Bitcoin is heading down to $65,000"

That's what Fidelity's director of global macro Jurrien Timmer thinks.

While Jurrien is bullish on $BTC in the long term, he believes that Bitcoin is once again following its historical 4-year cycle driven by its… pic.twitter.com/KFPcBWTcZP

— Lark Davis (@LarkDavis) December 21, 2025

Semua perspektif ini menunjukkan mengapa para analis kini tak lagi terpaku hanya pada harga Bitcoin. Langkah berikutnya dari aset kripto pionir ini tidak hanya akan menentukan siapa yang bullish atau bearish, tapi juga menegaskan apakah kerangka siklus yang membentuk pasarnya selama lebih satu dekade terakhir masih relevan atau tidak.

❌