Normal view

Outlook Bloomberg untuk 2026 Abaikan Aset Kripto, tapi Empat Tema Ini Masih Penting

25 December 2025 at 12:39

Podcast akhir tahun Trumponomics dari Bloomberg memberikan gambaran lengkap tentang prospek ekonomi global di tahun 2026. Stephanie Flanders, kepala bidang pemerintahan dan ekonomi di Bloomberg, menjadi pembawa acara episode ini.

Podcast ini menghadirkan Tom Orlik, kepala ekonom di Bloomberg Economics; Mario Parker, managing editor untuk politik AS; dan Parmy Olson, kolumnis Bloomberg Opinion yang membahas AI.

Bukan Bahas Aset Kripto, Tapi Empat Tema Ini Penting

Selama hampir 48 menit, para panelis membahas berbagai topik, seperti perdagangan dan tarif, keamanan (Ukraina), AI, The Fed, Cina, dan ekonomi AS secara keseluruhan. Perlu dicatat, aset kripto tidak pernah disebut langsung.

Namun, ada empat tema yang dibahas dalam podcast tersebut yang sangat relevan untuk pasar aset digital menjelang tahun 2026. Berikut adalah analisis mengenai topik-topik terpilih dan potensi dampaknya terhadap pasar kripto.


1. Ancaman terhadap Independensi The Fed

Orlik menyoroti independensi The Fed sebagai salah satu isu terpenting di tahun 2026. Presiden Trump akan berwenang menunjuk ketua Fed baru saat masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026. Kevin Hasset secara luas dianggap sebagai kandidat utama, sedangkan Steven Myron sudah bergabung di dewan Fed.

“An independent Federal Reserve is a fundamental underpinning of market confidence that the US will be serious about controlling inflation,” ujar Orlik. “If that confidence is undermined, well, the status of the dollar, the status of the Treasury market, both open to question.”

Dampak terhadap kripto: Berkurangnya independensi Fed menjadi pedang bermata dua untuk kripto. Jika kredibilitas dolar melemah, narasi Bitcoin sebagai “emas digital” bisa semakin kuat. Grayscale menuturkan dalam proyeksi 2026 bahwa “prospek mata uang fiat semakin tidak pasti; sebaliknya, kita sangat percaya bahwa Bitcoin ke-20 juta akan ditambang pada Maret 2026.”

Tapi, ketidakpastian kebijakan juga bisa memicu sentimen hindari risiko serta menekan harga aset kripto dalam jangka pendek bersama dengan aset berisiko lainnya.


2. Risiko bubble AI

Olson mengingatkan potensi terjadinya koreksi pada saham-saham terkait AI di tahun 2026. “You’ve got 900 million people using ChatGPT every week. That’s astoundingly successful from a market dominance perspective, but it’s not really making money for OpenAI because very few of those people are paying subscriptions,” ucap Olson. Ia membandingkan situasi saat ini dengan boom dot-com serta ledakan kereta api abad ke-19.

Dampak terhadap kripto: Analis QCP Capital memaparkan bahwa “kripto masih terjebak dalam arus silang ekonomi makro,” dengan saham AI menjadi “penggerak utama sentimen risiko secara umum.” Jika saham AI terkoreksi, sentimen risk-off pun kemungkinan besar juga akan menyeret pasar kripto turun.


3. Dampak Tarif ke Ekonomi Riil

Orlik menuturkan bahwa salah satu kejutan di tahun 2025 adalah bagaimana laju kenaikan tarif sangat lambat berdampak pada harga konsumen dan laba perusahaan. Tapi, ia memperkirakan hal itu akan berubah di awal 2026. “That pass-through of tariffs to the rest of the economy—higher prices at the shops, lower margins for US businesses, potentially a hit to US stocks—that’s still something that will play out in the early months of 2026,” terang Orlik.

Dampak terhadap kripto: Jika inflasi akibat tarif terus berlangsung, ruang The Fed untuk memangkas suku bunga akan terbatas. YouHodler menggarisbawahi bahwa “suku bunga tinggi berkepanjangan bisa mengurangi nafsu risiko dan memperlambat aliran modal ke aset kripto.” namun, dalam skenario stagflasi—di mana inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi melambat—Bitcoin mungkin akan dipertimbangkan kembali sebagai lindung nilai inflasi.


4. Stabilitas US$ dan Dinamika Politik

Orlik menyoroti potensi paradoks dalam dinamika politik pasca-pemilu sela. Jika Trump kehilangan dukungan pada pemilu sela dan menghadapi kebuntuan di Kongres, ia mungkin akan beralih pada The Fed—di mana ia sudah menunjuk ketua pilihannya—sebagai alat pengaruh alternatif.

“It could be that there’s some dynamic between loss of power at the midterms, greater capacity to and willingness to influence the Fed, which could potentially play out in a pretty negative way for the US bond market.”

Dampak terhadap kripto: Ketidakstabilan dolar secara historis selalu berkaitan dengan permintaan Bitcoin. Grayscale memperkirakan bahwa “sistem uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum, yang menawarkan suplai yang transparan, terprogram, dan pada akhirnya terbatas, akan semakin diminati karena risiko mata uang fiat meningkat.”


Kuartal 1 Akan Menentukan Arah

Prediksi harga Bitcoin tahun 2026 dari institusi besar sangat beragam. Grayscale memperkirakan harga tertinggi sepanjang masa baru di paruh pertama tahun tersebut dan menyatakan “akhir dari teori siklus empat tahun.” JP Morgan memproyeksikan US$170.000, sedangkan Fundstrat melihat rentang US$200.000 hingga US$250.000. Skenario pesimis menunjukkan potensi penurunan di bawah US$75.000 jika likuiditas global semakin ketat.

Secara umum, prospek tahun 2026 nampak bullish, melihat mandat ekonomi Trump, arah kebijakan The Fed, dan regulasi yang cenderung ramah kripto. Tapi, hasil nyata dari ekspansi AI serta dampak pemangkasan suku bunga terhadap konsumen dan ekonomi sepertinya akan jadi penentu arah pasar pada kuartal pertama dan kedua.

Pasar ETF AS Raih Triple Crown saat BTC Terkoreksi dan XRP Melambung

25 December 2025 at 10:55

Pada tahun 2025, pasar ETF AS mencapai “triple crown” historis, mencetak rekor dalam arus masuk (US$1,4 triliun), peluncuran baru (lebih dari 1.100), dan volume perdagangan (US$57,9 triliun). Ini adalah pertama kalinya ketiga metrik ini serentak mencatat rekor sejak tahun 2021.

Tiga tahun berturut-turut keuntungan dua digit S&P 500 mendorong reli ini. Namun, Wall Street mulai bertanya: apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hantu Tahun 2022

Preseden tersebut membawa peringatan. Pada tahun setelah triple crown 2021, S&P 500 anjlok 19% karena kenaikan suku bunga agresif dari The Fed. Reli yang digerakkan sektor teknologi yang mendorong arus masuk ETF itu pun berbalik tajam. Baik arus masuk maupun peluncuran ETF melambat pada tahun 2022.

Kemiripannya sulit diabaikan. Di tahun 2021, antusiasme pada saham teknologi mendorong permintaan rekor. Di tahun 2025, belanja AI mendominasi, namun keraguan mulai berkembang. Mulai Oktober, S&P 500 bergerak sideways karena Wall Street mempertanyakan keuntungan dari pengeluaran AI perusahaan Big Tech.

Eric Balchunas, analis senior ETF di Bloomberg Intelligence, mengingatkan: “Because of how perfect this year seemed to be for ETFs, you kind of want to brace for it.” Ia menyarankan agar “reality check” bisa saja datang di 2026 lewat volatilitas pasar atau ETF leverage yang bermasalah—seperti yang sudah terjadi pada GraniteShares 3x Short AMD ETP yang kehilangan 88,9% hanya dalam sehari dan terlikuidasi pada bulan Oktober.


Rotasi ETF Aset Kripto

Di tengah ledakan ETF secara umum, ada perbedaan mencolok di dana ETF aset kripto.

IBIT milik BlackRock berhasil menarik arus masuk US$25,4 miliar meski return-nya -9,6%—satu-satunya yang negatif di antara 10 ETF dengan arus masuk terbanyak. Balchunas menyebutnya sebagai “Boomers putting on a HODL clinic.” Namun, tren berubah setelah Bitcoin turun 30% dari puncaknya bulan Oktober. IBIT mencatat lima minggu berturut-turut arus keluar senilai US$2,7 miliar. ETF Ethereum juga mengalami arus keluar tujuh hari beruntun di bulan Desember dengan total US$685 juta.

Hal sebaliknya terjadi pada ETF altcoin baru. ETF XRP spot AS yang mulai diperdagangkan 13 November membukukan 28 hari perdagangan berturut-turut arus masuk—belum pernah terjadi untuk ETF kripto lain di awal peluncurannya. Total arus masuk mencapai US$1,14 miliar tanpa satu hari pun arus keluar. Meski demikian, laju hariannya—kebanyakan US$10–US$50 juta—masih jauh di bawah ETF Bitcoin, yang pada awalnya sering mencatat arus masuk US$500 juta atau lebih.

ETF Solana meraup US$750 juta meskipun harga SOL anjlok 53%—bedanya, ETF ini sempat mengalami arus keluar di akhir November dan awal Desember.

BTCETHXRPSOL
YTD InflowsUS$25,4MUS$10,3MUS$1,14MUS$750M
Dec 1-24-US$629M-US$512M+US$470M+US$132M
Pencapaian5 minggu arus keluar7 hari arus keluar28 hari arus masuk beruntunArus masuk walau -53%
Sumber: BeInCrypto

Bulan Desember memperjelas rotasi ini. Sampai 24 Desember, ETF Bitcoin kehilangan US$629 juta, sedangkan Ethereum minus US$512 juta; XRP bertambah US$470 juta dan Solana naik US$132 juta.


Perubahan Struktur atau Penyesuaian Sementara?

Pihak yang menganggap terjadi perubahan struktural menyoroti kejelasan regulasi—gugatan SEC terhadap XRP tamat di bulan Agustus dengan penyelesaian US$125 juta, dan XRP diklasifikasi sebagai non-sekuritas. Narasi utilitas juga semakin populer: pembayaran lintas negara di XRP dan ekosistem DeFi Solana menjadi aplikasi nyata di luar “emas digital”.

Skeptis menekankan arus masuk konsisten ke XRP dan SOL bisa saja sekadar “honeymoon effect” yang sering terjadi saat ETF baru diluncurkan. Walau arus masuk ETF rekor, harga XRP masih 50% di bawah puncak Juli, dan SOL jatuh 53% sejak Oktober—sebuah gap yang dianggap muncul karena aksi ambil untung akhir tahun serta distribusi aset oleh whale untuk mengimbangi lonjakan permintaan institusi.


Outlook 2026

Dengan puluhan aplikasi ETF kripto masih menanti peninjauan SEC, lebih banyak produk ETF altcoin diperkirakan meluncur di 2026.

“Tahun sempurna” pasar ETF akan diingat bersama dengan peringatan soal koreksi. Tapi, rotasi di ETF kripto mengisyaratkan investor institusi kini lebih selektif—mulai beralih dari Bitcoin dan Ethereum ke aset yang punya kejelasan regulasi dan kegunaan nyata. Apakah tren ini berlanjut atau tidak, akan jadi penanda penting bagi arah pasar yang lebih luas.

Nvidia Akuisisi Rival Lagi Seharga US$20 Miliar, Dorong AI Terdesentralisasi

25 December 2025 at 08:53

NVIDIA telah sepakat untuk membayar sekitar US$20 miliar demi mengakuisisi aset dari startup chip artificial intelligence Groq, menandai transaksi terbesar dalam sejarah perusahaan itu serta melanjutkan strategi mereka yang menyerap calon pesaing sebelum mampu menantang dominasinya di pasar.

Kesepakatan lisensi terbaru pabrikan chip ini mirip dengan transaksi tiga bulan lalu, sehingga memperkuat narasi bahwa infrastruktur AI terdesentralisasi mungkin menjadi satu-satunya alternatif atas dominasi Nvidia yang terus tumbuh.

Premium Tiga Kali Lipat dalam Tiga Bulan dengan Koneksi Trump Jr.

Kesepakatan ini terjadi hanya tiga bulan setelah Groq meraih pendanaan US$750 juta dengan valuasi US$6,9 miliar—dengan partisipasi BlackRock, Samsung, Cisco, dan 1789 Capital, di mana Donald Trump Jr. menjadi mitra. Nvidia akan mengakuisisi hampir seluruh aset perusahaan ini, kecuali bisnis cloud computing mereka, meski Groq menggambarkan transaksi ini sebagai “non-exclusive licensing agreement.”

CEO Groq, Jonathan Ross, mantan engineer Google yang ikut menciptakan Tensor Processing Unit milik raksasa pencarian itu, akan bergabung ke Nvidia bersama presiden Sunny Madra dan sejumlah eksekutif senior lainnya. Startup ini tetap akan beroperasi secara independen di bawah CFO Simon Edwards yang kini menjabat sebagai chief executive baru mereka.

Skenario yang Terulang

Transaksi Groq mengikuti pola yang Nvidia lakukan tiga bulan sebelumnya. Pada September, perusahaan itu menggelontorkan lebih dari US$900 juta untuk merekrut CEO dan karyawan Enfabrica serta melisensi teknologi milik startup tersebut. Kedua deal ini memanfaatkan struktur lisensi, bukan akuisisi secara langsung, sehingga kemungkinan menghindari pengawasan antimonopoli yang menggagalkan tawaran akuisisi Nvidia atas Arm Holdings senilai US$40 miliar pada 2022.

The Kobeissi Letter menggambarkan pendekatan Nvidia secara lugas: “We will buy you before you can compete with us.”

Nvidia's newest strategy:

"We will buy you before you can compete with us."

There has never been a company like Nvidia. https://t.co/wsbuAgIqyM

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 24, 2025

Keunggulan Teknis dan Tekanan Persaingan

Language Processing Unit milik Groq menggunakan SRAM pada chip alih-alih DRAM eksternal, sehingga menurut klaim perusahaan mereka mampu menghadirkan efisiensi daya sampai 10x lebih baik. Arsitektur ini sangat unggul dalam inferensi real-time namun membatasi ukuran model—sebuah trade-off yang kini bisa dieksplorasi Nvidia di dalam ekosistemnya yang lebih luas.

Waktunya juga cukup menarik. Google baru saja meluncurkan TPU generasi ketujuh, dengan kode nama Ironwood, dan merilis Gemini 3 yang seluruh proses pelatihannya dilakukan pada TPU sehingga bertengger di peringkat atas benchmark. Nvidia merespons di X: “We’re delighted by Google’s success… NVIDIA is a generation ahead of the industry—it’s the only platform that runs every AI model.” Ketika pemain lama mulai memberi pernyataan penuh penegasan seperti ini, tekananan kompetitif jelas semakin terasa.

Implikasi untuk decentralized AI

Meskipun kesepakatan ini tidak berdampak langsung pada pasar aset kripto, peristiwa ini memperkuat narasi yang mendorong proyek komputasi AI terdesentralisasi. Platform seperti io.net memposisikan diri sebagai alternatif infrastruktur AI terpusat.

“People can put their own supply onto a network, whether that’s data centers or yourself with your laptop, contributing your available GPU power, and getting fairly compensated for it using tokenomics,” Jack Collier, Chief Growth Officer io.net, papar kepada BeInCrypto. Platform tersebut mengklaim klien perusahaan mereka, termasuk Leonardo.ai dan UC Berkeley, berhasil mencapai penghematan biaya signifikan.

Namun, kesenjangan antara narasi dan kenyataan tetap lebar. Akuisisi teknologi latensi rendah Groq oleh Nvidia semakin memperlebar keunggulan teknis mereka, sehingga membuat alternatif lain makin sulit menawarkan performa yang setara.

Transaksi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang pengembangan chip AI independen. Cerebras Systems, pesaing Nvidia yang juga sedang mempersiapkan IPO, pada akhirnya bisa saja mengalami tekanan serupa. Apakah perusahaan tersebut bisa tetap mandiri atau harus mengikuti gravitasi finansial Nvidia, hal itu masih harus dilihat ke depannya.

❌