Normal view

Meta Tendang ChatGPT & Copilot dari WhatsApp, Pengguna Hanya Bisa Pakai Meta AI

28 November 2025 at 19:44
Foto: Mureks


Teknologi.id — Pengguna WhatsApp selama ini bisa memakai berbagai chatbot kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, Copilot, Perplexity, hingga Meta AI. Namun mulai 15 Januari 2026, WhatsApp akan menghapus seluruh chatbot AI pihak ketiga dan hanya mengizinkan Meta AI untuk tetap berjalan di aplikasi.

Kebijakan baru ini diumumkan Meta karena perusahaan tersebut resmi melarang penyedia AI menggunakan WhatsApp Business API untuk menjalankan chatbot buatan mereka. Artinya, layanan AI dari OpenAI (ChatGPT), Microsoft (Copilot), Perplexity, dan layanan AI lainnya akan dikeluarkan dari WhatsApp secara permanen.

Baca juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Baru Mirip Instagram Notes, Begini Cara Kerjanya

Kenapa ChatGPT dan Copilot Dihapus dari WhatsApp?

Meta menegaskan bahwa WhatsApp Business API tidak boleh dipakai untuk mengoperasikan layanan AI yang menjadikan chatbot sebagai produk utama. Kebijakan ini dibuat untuk menghindari penyalahgunaan sistem dan kemungkinan konflik ekosistem dengan Meta AI.

Namun, chatbot untuk layanan pelanggan (customer service) dari berbagai perusahaan tetap diperbolehkan. Artinya, yang dilarang adalah chatbot AI murni, bukan bot CS perusahaan.

Pengumuman Resmi dari OpenAI dan Microsoft


Foto: KompasTekno


Pantauan Teknologi.id di situs resmi OpenAI dan Microsoft menunjukkan bahwa kedua perusahaan sudah mempublikasikan pengumuman penghentian layanan chatbot AI di WhatsApp.

1. ChatGPT di WhatsApp Akan Dinonaktifkan

OpenAI memberi instruksi kepada pengguna untuk:

  • Menyimpan riwayat chat dengan menautkan akun WhatsApp ke ChatGPT.

  • Melanjutkan percakapan melalui aplikasi ChatGPT di Android, iOS, atau versi web.

2. Copilot Juga Akan Hilang dari WhatsApp

Microsoft belum menjelaskan apakah riwayat obrolan dapat diekspor, namun memastikan bahwa:

  • Copilot masih tersedia di aplikasi resmi Copilot dan berbagai platform lainnya.

Selain ChatGPT dan Copilot, sejumlah chatbot AI lain di WhatsApp diperkirakan akan mengeluarkan pemberitahuan serupa menjelang 15 Januari 2026.

Baca juga: 15 Cara Bikin Tulisan Unik di WhatsApp Tanpa Aplikasi, Chat Jadi Makin Seru!

Apa Dampaknya untuk Pengguna WhatsApp?

Mulai 15 Januari 2026:

  • Pengguna tidak dapat lagi membuka, melanjutkan, atau membuat chat dengan chatbot AI pihak ketiga.

  • Hanya chatbot Meta AI yang akan tetap berjalan dan dikembangkan di dalam aplikasi WhatsApp.

  • Pengguna harus berpindah ke aplikasi resmi ChatGPT, Copilot, atau Perplexity jika ingin terus menggunakan layanan AI tersebut.

Meta AI Jadi Chatbot Tunggal di WhatsApp

Dengan aturan ini, Meta secara resmi menempatkan Meta AI sebagai satu-satunya chatbot yang dapat digunakan di WhatsApp. Langkah ini mempertegas strategi Meta untuk menguatkan ekosistem AI internal dan meminimalkan ketergantungan pada layanan pihak ketiga.

Kita tunggu bagaimana respons pengguna setelah berbagai chatbot favorit mereka tidak lagi bisa digunakan di WhatsApp tahun depan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

OpenAI Luncurkan "ChatGPT for Teachers": Gratis untuk Guru di AS hingga 2027

27 November 2025 at 21:53

Foto: linkedln

Teknologi.id -  OpenAI, perusahaan asal San Francisco, resmi meluncurkan ChatGPT for Teachers yang ditujukan langsung untuk para guru dan tenaga pendidik jenjang K-12 atau setara SD sampai SMA di Amerika Serikat secara gratis hingga Juni 2027. Hal ini menjadi salah satu langkah besar mereka dalam mengembangkan teknologi di bidang pendidikan yang berbasis AI. Peluncuran layanan ini tentunya diharapkan dapat mempermudah pekerjaan guru dalam beberapa aspek seperti, menyusun materi ajar, membuat rencana pembelajaran, berkoordinasi dengan kolega dan melakukan penilaian pekerjaan siswa secara lebih efisien.

Melalui ChatGPT for Teachers, OpenAI memberikan akses ChatGPT 5.1 Auto, seperti layanan pembuatan gambar untuk keperluan visual pembelajaran, pengiriman pesan dengan siswa tanpa batas melalui pesan terintegrasi, dan pencarian berbasis AI tanpa batas. Selain itu, terdapat fitur tambahan yang disebut sebagai fitur utama dalam ChatGPT for Teachers yang dirancang khusus untuk kebutuhan dunia pendidikan.

Baca juga: Hack Skripsi 2025: 5 Tools AI Gratis untuk Mahasiswa Akhir Lulus Cumlaude Tanpa Stres

Fitur-Fitur pada ChatGPT for Teachers

Fitur-fitur di ChatGPT for Teachers ini tentunya akan berbeda dengan ChatGPT yang biasanya kita gunakan. Di sini guru sebagai salah satu pengguna aktif terbanyak dari AI akan dibantu dengan fitur utama :

  1. Workspace Khusus dan Perlindungan Data Berstandar Pendidikan

Pada ChatGPT for Teachers, data yang dikelola tidak akan bercampur dengan data yang ada di publik. Sistem ini dirancang oleh OpenAI untuk memastikan setiap aktivitas guru mulai dari penyimpanan materi hingga interaksi dengan siswa tetap berada pada ruang kerja yang aman, tertutup, serta tidak akan dipakai sebagai data pada AI yang biasa. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan FERPA (Undang-Undang Hak Pendidikan dan Privasi Keluarga) yang berlaku di Amerika Serikat.


2. Sistem Workspace Kolaboratif 

ChatGPT for Teachers menyediakan fitur untuk dapat berkolaborasi antar guru dalam satu workspace. Fitur ini memudahkan guru untuk saling membantu serta berkoordinasi dalam membuat materi atau modul, berbagi materi, merencanakan pembelajaran, mengerjakan proyek bersama, dan menyiapkan presentasi.  

(Foto: openai.com)

3. Kontrol Manajemen oleh Admin 

ChatGPT for Teachers menawarkan sistem pengelolaan akun yang memudahkan pihak sekolah mengatur para guru dalam satu workspace. Admin atau pemimpin sekolah dapat menyatukan seluruh guru, menetapkan akses berdasar perannya masing-masing, dan mengamankan proses login dengan sistem Single Sign-On (SAML SSO).

Baca juga: OpenAI Luncurkan ChatGPT Atlas: Browser AI Canggih Pengganti Google Chrome?

4. Integrasi dengan Layanan Lain

Integrasi dengan layanan seperti Google Drive, Microsoft 365, dan Canva memungkinkan guru untuk dapat membuat presentasi atau mengunggah file langsung dari GPT tanpa harus membuka platform lain sehingga dapat mempermudah dan menghemat waktu pengerjaannya.

5. Referensi Ide dan Kumpulan Prompt dari Sesama Guru

Guru dapat mengakses berbagai ide dari guru lain di waktu lampau saat memulai percakapan di ChatGPT for Teachers, seperti ide rencana pelajaran, materi, dan aktivitas kelas. Fitur ini berfungsi sebagai referensi yang dapat diperbarui, membantu guru menemukan cara kreatif dalam menjelaskan materi, memberi penilaian, atau menggunakan kembali template lembar kerja tanpa harus menyusun lagi dari awal.

6. Bantuan Mengajar yang Disesuaikan

ChatGPT for Teachers dapat menyimpan informasi seperti jenjang kelas, kurikulum, serta preferensi format materi yang dipakai. Hal ini membuat respons menjadi lebih sesuai konteks. Fitur ini dapat diterapkan contohnya saat butuh soal sebagai bahan latihan siswa maka sistem akan otomatis menyesuaikan jenjang kelas, kurikulum, dan materi sehingga soal yang diberikan tidak keluar dari batasan dan sesuai dengan informasi yang tersimpan sebelumnya. Fitur ini mempermudah guru untuk mendapatkan bantuan mengajar yang sudah dipersonalisasikan sesuai kebutuhan.

Baca juga: ChatGPT Makin Gila! Sekarang Bisa Akses Canva, Spotify, dan Booking.com Langsung

OpenAI menginformasikan bahwa fitur-fitur tersebut baru dapat digunakan secara gratis hingga Juni 2027 oleh guru di negara Amerika Serikat saja. Mereka belum bisa memastikan apakah akan memperluas layanan tersebut ke negara lain seperti layanan ChatGPT Edu yang sudah bisa dijangkau di beberapa negara di Asia. Dengan adanya inovasi baru di bidang pendidikan seperti ChatGPT for Teachers, guru kini memiliki lebih banyak alat untuk menyusun materi, mempercepat pekerjaan administrasi, serta memperkaya metode pembelajaran secara lebih kreatif dan efisien dalam menunjang kegiatan pembelajaran. 

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(IR/ZA)


Uni Eropa Tetapkan Regulasi AI untuk Lindungi Anak-anak dari Konten Berbahaya

28 November 2025 at 17:43

Foto: TechInAsia

Teknologi.Id - Perkembangan teknologi digital membawa peluang sekaligus efek jangka panjang bagi generasi muda. Media sosial dan kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian yang melekat pada kehidupan sehari-hari, mulai dari hiburan, kesehatan, pemasaran hingga pendidikan. Namun, dibalik segudang manfaatnya, muncul kekhawatiran serius yang berdampak bagi pengguna media sosial dan AI, khususnya anak-anak. Menyadari hal tersebut, Parlemen Eropa baru saja menyetujui sebuah resolusi non-binding yang mendorong adanya regulasi AI dan penetapan batas minimum usia yang diharapkan sebagai pembatas akses di platform digital bagi anak-anak.

Penyetaraan Batasan Minimum Usia Pengguna Media Sosial dan AI di Uni Eropa 

Bayangkan seorang anak berusia 12 tahun yang memiliki kebebasan menjelajahi media sosial tanpa batas. Anak-anak memiliki akses dengan mudah untuk menyentuh konten dewasa, iklan manipulatif, bahkan chatbot AI yang belum tentu aman. Hal inilah yang dicoba dicegah oleh Uni Eropa, dengan menetapkan batas usia minimum terhitung 16 tahun, resolusi ini berusaha menciptakan standar yang jelas dan seragam di seluruh negara anggota. 

Menariknya, anak-anak berusia 13 hingga 16 tahun masih diberi kesempatan untuk menggunakan media sosial dan chatbot AI, dengan syarat adanya persetujuan orang tua. Hal tersebut menempatkan keluarga sebagai penyaring informasi terdepan dalam mengawasi interaksi anak dengan digital. Dengan adanya penyetaraan batas usia, Uni Erop ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki perlindungan yang sama tanpa celah aturan yang berbeda antarnegara.

Mengatasi Dampak AI dan Desain Adiktif

Pernahkah kamu menyadari bahwa sangat sulit untuk berhenti menggunakan media sosial? Atau terus membuka aplikasi dikarenakan notifikasi yang tidak berhenti muncul? Itulah contoh desain adiktif yang dirancang untuk mendorong para penggunannya lakukan doom scrolling.Parlemen eropa menilai fitur-fitur tersebut sengaja diciptakan untuk menimbulkan kecanduan terutama pada anak-anak. 

Selanjutnya, dampak AI generatif juga menjadi perhatian. Kemampuan AI dalam menciptakan teks, gambar, atau video menjadi pedang bermata dua bagi perkembangan media. Di satu sisi, membuka peluang kreatif dan edukatifyang cepat, namun disisi lainnya berpotensi menyebarkan konten palsu, manipulatif dan bahkan berbahaya bagi perkembangan psikologis  anak-anak. Dengan adanya regulasi AI Uni Eropa ingin memastikan bahwa teknologi digunakan secara etis, aman dan mendukung perkembangan generasi muda, bukan sebaliknya.

Baca juga: Ancaman dan Tantangan Perkembangan AI bagi Manusia

Perlindungan dari Iklan Manipulatif dan Unsur Judi

Bayangkan seorang anak sedang bermain game favoritnya, kemudian di iming-imingi hadiah langka dengan tawaran loot box. Tanpa disadari, anak tersebut sudah masuk ke dalam pola perilaku mirip perjudian yang mana iklan manipulatif menargetkan kelemahan psikologis anak. Inilah yang ingin dihapuskan melalui resolusi Uni Eropa, dengan berusaha menciptakan ruang digital yang bebas dari jebakan komersial yang merugikan. Anak-anak berhak untuk menikmati dunia digital sebagai tempat untuk belajar, berkreasi hingga bersosialisasi tanpa harus menjadi korban atas eksploitasi bisnis. 

Regulasi AI Terdengar Langkah Berani dalam Menyelamatkan Kebebasan Generasi Muda 

Meski resolusi terdengar menjanjikan, diperlukan jalan panjang dalam menerapkannya. Proses legislasi di Uni Eropa membutuhkan proposal resmi dari Komisi Eropa serta negosiasi antarnegara anggota. Bahkan memerlukan waktu yang cukup lama sebelum aturan ini benar-benar berlaku.

Resolusi AI ini menjadi arah penting dalam kebijakan bernegara, yang mana menjadi sinyal kuat dalam keberdaulatan negara menyikapi dampak AI dan media sosial bagi warga negaranya. Perusahaan teknologi harus bersiap dengan menyesuaikan layanan mereka dengan standar yang ketat dan menyesuaikan dengan segmentasi pasar, usia hingga gender. Dengan begitu, anak-anak tidak lagu menjadi “korban eksperimen” algoritma yang tidak terkendali.

Baca juga: Apa Itu Teknologi AI dan Bagaimana Itu Mengubah Dunia Kita?

Integrasi Uni Eropa dalam Menyikapi Perkembangan AI dan Media Sosial 

Resolusi Parlemen Eropa dilakukan dalam upaya perlindungan moral terhadap masa depan aset negara. Generasi muda akan tumbuh dengan peluang yang gemilang dengan memanfaatkan teknologi dan perkembangan yang ada, akan tetapi tanpa regulasi yang kurang jelas, anak-anak menjadi rentan terjebak dalam kecanduan layar karena terpapar konten berbahaya, manipulatif hingga iklan yang licik. Dengan menekankan perlindungan dari desain adiktif, iklan manipulatif serta konten berbahaya, Uni Eropa mengencangkan siaganya akan menciptakan uang digital yang aman, terdidik, dan bermanfaat bagi anak-anak. 

 Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(dim/sa)

Bos Nvidia ‘Manusia Rp 2.600 Triliun’ Semprot Karyawan yang Enggan Pakai AI

28 November 2025 at 04:49
 CEO Nvidia, Jensen Huang, dikabarkan sempat memarahi sejumlah karyawan dalam sebuah rapat internal karena masih ada manajer yang justru meminta timnya mengurangi penggunaan AI. Menurut Huang, di era sekarang setiap tugas yang bisa dibantu AI wajib diotomatisasi, bukan malah dihindari.

“Kalian Gila? Pakai AI Sebanyak Mungkin!”

Dalam rapat tersebut, seorang karyawan bertanya mengenai adanya atasan yang menyuruh timnya memakai AI lebih sedikit. Mendengar hal itu, Huang langsung bereaksi keras.

“Apakah kalian gila?” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa semua pekerjaan yang bisa dikerjakan AI harus diserahkan ke AI, bahkan jika teknologi tersebut belum sempurna.

Huang meminta seluruh karyawan terus memakai AI dalam setiap proses kerja agar mereka sendiri turut berkontribusi membuat teknologi tersebut semakin matang.

Baca juga: Jensen Huang: Ibu Ajari Saya Bahasa Inggris Meski Tak Bisa Bahasa Itu

AI adalah Keterampilan Dasar Era Baru

Huang tidak melihat AI sebagai ancaman bagi pekerjaan, melainkan keterampilan inti agar karyawan tetap relevan saat perusahaan terus berkembang.

Ia juga memastikan karyawan tidak perlu takut kehilangan pekerjaan karena otomatisasi.

“Saya berjanji, kalian tetap punya pekerjaan,” katanya.
“Tapi pekerjaan kalian akan berubah.”

Nvidia saat ini sedang agresif merekrut. Jumlah karyawan naik dari 29.600 menjadi 36.000 dalam satu tahun. Bahkan Huang menyebut perusahaan masih kekurangan sekitar 10.000 orang lagi.

Nvidia Bukan Satu-satunya

Microsoft, Google, Meta, hingga Amazon juga mendorong pekerjanya memakai AI. Bedanya, banyak perusahaan teknologi besar justru sedang mengurangi karyawan, sedangkan Nvidia masih melakukan ekspansi.

Di beberapa divisi Nvidia, penggunaan AI sudah sangat masif. Para insinyur memakai Cursor, asisten pengkodean berbasis AI, yang menurut Huang menunjukkan betapa cepatnya AI mengubah cara kerja manusia — asalkan digunakan secara serius.

50.000 Karyawan, 100 Juta Asisten AI

Dalam wawancara terpisah, Huang berharap suatu hari Nvidia menjadi perusahaan dengan 50.000 karyawan dan 100 juta asisten AI.

Menariknya, Huang sendiri adalah pengguna berat chatbot.
Ia memakai:

  • ChatGPT untuk belajar harian

  • Gemini untuk tugas teknis

  • Grok untuk pekerjaan kreatif

  • Perplexity untuk riset cepat

Nvidia bahkan bermitra dengan semua layanan AI tersebut, kecuali Grok yang dimiliki xAI milik Elon Musk (meski tetap memakai GPU Nvidia).

Baca juga: CEO Nvidia Ungkap: Kalau Saya 20 Tahun, Saya Pilih Jurusan Ini, Bukan Ilmu Komputer!

“Bukan AI yang Mengambil Kerjaanmu, Tapi Orang yang Memakai AI”

Huang percaya semua jenis pekerjaan akan berubah karena AI, termasuk pekerjaannya sendiri. Namun ia meyakini AI justru memberdayakan manusia, bukan menggantikan.

Ia pernah mengatakan:

“Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI.
Anda akan kehilangan pekerjaan karena seseorang yang menggunakan AI.”

Dengan kekayaan lebih dari Rp 2.600 triliun, pandangan Huang ini menjadi sorotan besar di dunia teknologi. Menurutnya, sebagian tugas memang bisa diserahkan ke AI, tapi tetap akan ada pekerjaan penting yang membutuhkan penilaian dan keputusan manusia.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

Jangan Sampai Tertipu! Berikut Cara Menghindari Online Scam di Musim Liburan

27 November 2025 at 20:04

Foto: Freepik

Teknologi.id  Mendekati musim liburan akhir tahun, artinya aktivitas pemesanan via online meningkat. Baik untuk berbelanja kebutuhan, memesan tiket bepergian, hingga booking kegiatan di tempat rekreasi. Saat dalam euforia healing, banyak masyarakat yang terdorong untuk berlomba-lomba memesan tiket demi berkumpul dengan keluarga. Dengan fokus untuk mendapat harga paling murah, kerap kali menyebabkan kurangnya memperhatikan keamanan situs atau agen booking yang digunakan. 

Data mengenai Global Fraud Index 2025 dari Sumsub, menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-111 dari 112 negara yang paling tidak terlindungi dari scam atau penipuan. Artinya, kegiatan menipu begitu awam terjadi. Hal ini didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat 343.402 laporan penipuan keuangan dengan total kerugian sebanyak Rp 7,8 triliun (22 November 2024 - 11 November 2025).  

Angka tersebut menunjukkan pelaku penipuan memanfaatkan urgensi dan memberikan penawaran menarik untuk memikat korban, terutama saat musim liburan. Dengan bertambah canggihnya teknologi, pelaku penipuan juga menyesuaikan inovasi yang ada dengan meningkatkan skala dan jangkauan serangan.

Baca juga: Serangan Siber Smartphone 2025 Meledak: Malware Android, VPN Palsu & Trojan

Kenali Tiga Jenis Serangan Siber Paling Umum dan Cara Menghindarinya

1. Phishing

Foto: Midtrans

Phishing merupakan penipuan yang paling sering ditemukan. Biasanya, pelaku memancing korban agar mengungkapkan data-data pribadinya, memberikannya uang atau password akun pribadi. Tidak jarang pelaku berpura-pura menjadi salah satu anggota keluarga dan berupaya memanipulasi perasaan korban. Lalu, pelaku mengarahkan korban untuk mengunduh file atau mengklik link yang berisi malware. Sehingga, perangkat yang digunakan dapat dengan mudah dikendalikan pelaku.

Terlebih lagi, pelaku dapat menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk menyempurnakan aksinya. Dengan mengubah suaranya sesuai dengan dokumentasi yang tersebar di dunia maya, bahkan menggunakan wajah orang terdekat korban. Sebagai dampaknya, korban akan menjadi lebih rentan diserang.  

Guna melindungi data diri dan orang terdekat, jangan pernah mengklik, mengunduh, atau memasukkan data pribadi anda ke entitas atau situs mencurigakan. Jika dihadapkan dengan orang yang berlagak seperti teman atau kerabat, hubungi dan pastikan dulu kondisi mereka melalui kontak yang dapat dipercaya. 

Baca juga: Waspada Phising! Malware Ini Ancam Mobile Banking hingga Privasi HP Kalian

2. Banking Scam

Foto: CNBC

Penipuan perbankan ini dapat terjadi baik melalui phishing atau tidak. Biasanya pelaku kejahatan siber ini mengecoh korban agar memberikan akses ke rekening korban. Hal ini dapat terjadi ketika pelaku memaksa meretas rekening korban dengan menebak pin atau password rekening korban. Saat berhasil dibobol, pelaku akan mengirimkan sejumlah besar uang ke akunnya, melakukan transaksi, bahkan membuat akun kartu kredit baru di bawah nama korban.

Lalu, Man-In-The Middle Attack. Cara ini dapat dilakukan melalui akses jaringan publik. Jadi, saat korban membuka rekeningnya di Wi-Fi publik, seperti di cafe, hotel, atau bandara, pelaku dapat menerima, membaca, bahkan mengubah dan mencuri data korban.

Maka dari itu, selalu berhati-hati di manapun dan kapanpun. Aktifkan Two-Factor Authentication pada akun rekening. Sehingga ketika pelaku mencoba meretas, mereka akan terjebak pada pengisian kode OTP. Dengan begitu, keamanan rekening akan bertambah. Selain itu, hindari membuka rekening pada jaringan publik yang dapat diakses semua orang. Minimalisir kesempatan pelaku dalam meretas.

Baca juga: Kenali 7 Cara Hacker Membobol Akun Bank dan Tips Pencegahannya

3. Online Shopping Scam

Foto: Freepik

Seperti namanya, pelaku Online Shopping Scam menjebak korbannya melalui situs palsu, media sosial, atau bahkan melalui marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Pelaku, yang berperan sebagai penjual, lagi dan lagi memberikan tawaran yang sangat bagus dengan harga yang lebih rendah dari penjual lain. Saat korban termakan promosi dan akhirnya melakukan transaksi, penjual 'hilang' dan tidak mengirimkan produk sesuai dengan yang diiklankan. 

Agar tidak menjadi korban, pastikan situs atau iklan yang ditampilkan pelaku tidak palsu dengan memverifikasi nama bisnis yang tercantum, dan yang terpenting, curigai diskon yang "terlalu bagus untuk dilewatkan", jangan mudah termakan iklan dan promosi semata. Utamakan melakukan transaksi melalui toko resmi dan hindari melakukan pembayaran atau komunikasi di luar platform e-commerce terpercaya.

Baca juga: Waspada Scam, Hindari Belanja Online di Beberapa Situs ini

Kunci Kewaspadaan Digital

Melihat kembali angka kerugian sebanyak Rp 7,8 triliun menunjukkan bahwa dengan berkembangnya inovasi dan teknologi, pengguna harus bertanggung jawab dan berhati-hati saat mengelola data pribadinya. Musim liburan menjadi saat yang paling tepat bagi penipu untuk mengeksploitasi perasaan pengguna, terlebih lagi dengan teknologi AI yang terus berkembang dan dengan mudah disalahgunakan. 

Dengan mengedepankan berpikir secara kritis, memverifikasi setiap detail transaksi yang akan dilakukan, bahkan sesederhana menerapkan Two-Factor Authentication pada akun-akun yang rawan diretas, akan mengurangi potensi konsumen menjadi korban penipuan. Jangan biarkan euforia liburan menjadikan abai terhadap keamanan digital. Tingkatkan kewaspadaan agar dapat menikmati akhir tahun tanpa memori buruk akibat penipuan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(yna/sa)

Setelah Sukses Steam Deck, Valve Luncurkan Steam Machine 4K

28 November 2025 at 04:19


Foto: Steam

Teknologi.idValve Corporation, adalah perusahaan di balik platform game digital Steam, telah bersiap untuk kembali meramaikan pasar konsol gaming ruang tamu dengan Steam Machine generasi terbarunya. Ini adalah upaya kedua Valve setelah peluncuran perdananya pada tahun 2015 secara luas dianggap gagal total. Namun, kali ini, ceritanya berbeda. Dengan fondasi perangkat lunak yang diperkuat oleh kesuksesan luar biasa Steam Deck dan teknologi lapisan kompatibilitas Proton yang revolusioner, Steam Machine terbaru menghadirkan PC gaming berkekuatan 4K 60 frame per second. Dengan spesifikasi hardware yang ditingkatkan, perangkat ini diposisikan sebagai jembatan antara fleksibilitas PC dan kemudahan konsol, secara resmi menantang dominasi PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Baca juga: Steam Deck: Sebuah Panduan Singkat Sebelum Kamu Membeli Konsol Portabel Ini

Untuk memahami potensi Steam Machine pada saat ini, kita harus melihat ke belakang. Generasi Steam Machine pertama kali dirilis sekitar 2015 adalah ide yang bagus, tetapi software-nya belum matang. Kegagalan tersebut disebabkan oleh dua faktor utama: pertama, sistem operasi SteamOS saat itu hanya mendukung sebagian kecil dari puluhan ribu game di perpustakaan Steam, membuat gamer tidak dapat memainkan game AAA favorit mereka. Kedua, Steam Machine bukan satu konsol melainkan spesifikasi yang dibuat oleh berbagai produsen, menciptakan titik harga yang bervariasi dan membingungkan, seringkali lebih mahal daripada konsol yang disubsidi tanpa menawarkan nilai yang jelas.

Kisah kebangkitan Steam Machine tidak dimulai dari hardware baru, melainkan dari software. Keberhasilan Steam Deck membuktikan bahwa ekosistem SteamOS/Linux kini siap. Kunci utamanya adalah Proton, lapisan kompatibilitas Valve yang memungkinkan game Windows berjalan mulus di Linux. Berkat Proton, hampir seluruh perpustakaan Steam kini dapat dimainkan di SteamOS. Selain itu, SteamOS 3 kini jauh lebih matang, dioptimalkan untuk gaming, dan menawarkan fitur konsol yang didambakan, seperti Suspend/Resume yang memungkinkan gamer melanjutkan permainan secara instan.

Baca juga: Elon Musk Buka Lowongan Kerja Remote untuk Gamer, Gaji Tembus Rp328 Juta!




Foto: Digital Foundry

Spesifikasi dan Performa Steam Machine Generasi Baru
Secara teknis, Steam Machine generasi baru adalah Mini PC yang secara signifikan lebih kuat daripada Steam Deck, dirancang untuk menargetkan kinerja 4K 60 frame per second. Perangkat kerasnya diperkirakan menggunakan CPU AMD Zen 4 (6-core/12-thread) dan GPU AMD RDNA 3. CPU yang modern ini memberikan frame rate yang lebih baik daripada CPU konsol saat ini, namun terdapat kelemahan krusial yaitu adalah VRAM (memori grafis) diperkirakan hanya 8GB GDDR6. Keterbatasan VRAM ini menjadi tantangan untuk menjalankan texture resolusi 4K yang berat, yang dimiliki oleh PS5 dan Xbox Series X dengan total 16GB shared memory. Oleh karena itu, target 4K @ 60 FPS hanya akan dapat dicapai secara konsisten dengan bantuan teknologi upscaling cerdas seperti AMD FSR (FidelityFX Super Resolution).

Meskipun hardware dan software sudah siap, Steam Machine menghadapi dua konflik besar di pasar modern. Pertama, adalah konflik prioritas di pasar komponen. Permintaan High Bandwidth Memory (HBM) untuk chip AI sangat tinggi, memaksa produsen memori untuk mengalihkan kapasitas produksi dari RAM DDR5 PC ke HBM yang lebih menguntungkan. Hal ini berpotensi menaikkan harga Steam Machine lebih tinggi dari PS5 dan Xbox Series X, mengulang konflik harga yang pernah terjadi pada tahun 2015. Kedua, adalah konflik perangkat lunak yang krusial: meskipun Proton mampu menjalankan puluhan ribu game single-player, ia masih menghadapi kendala serius dengan game multiplayer populer (seperti Fortnite atau Valorant) yang menggunakan Anti-Cheat Level Kernel yang sering kali tidak berfungsi di SteamOS.

Sebagai kesimpulan, Steam Machine generasi baru adalah mesin yang didukung oleh software yang matang dan hardware yang kuat, jauh berbeda dari pendahulunya yang gagal. Ini adalah konsolidasi ekosistem Valve yang dibangun melalui Steam Deck. Jika Valve berhasil menjaga harga tetap kompetitif dan berhasil menekan pengembang Anti-Cheat, Steam Machine bisa menjadi Console Killer yang sesungguhnya—solusi gaming 4K minimalis dengan keterbukaan PC yang tak dimiliki konsol. Namun, jika gagal di dua aspek tersebut, Steam Machine akan tetap menjadi alternatif niche yang fantastis, tetapi tidak akan pernah menjadi mainstream. Pasar gaming kini menunggu untuk melihat apakah Valve mampu menembus tembok harga dan kompatibilitas yang menghancurkan upaya mereka sebelumnya.

Baca artike dan berita lainnya di Google news
(WN/ZA)


Hack Skripsi 2025: 5 Tools AI Gratis untuk Mahasiswa Akhir Lulus Cumlaude Tanpa Stres

28 November 2025 at 00:00

Foto: Palontaraq

Teknologi.id - Artificial Intelligence (AI) tidak hanya sekedar alat, tetapi kini telah menjadi salah satu asisten pribadi untuk mahasiswa tingkat semester akhir. Tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk diskusi, AI juga memiliki fitus yang sangat membantu: mencari men melakukan analisis data. 

Dikutip dari PBS NewsHour, kecerdasan buatan atau AI memberikan pengalaman perkuliahan yang baru untuk para dosen dan mahasiswa. Tidak hanya membantu menyelesaikan tugas-tugas rutin, AI juga membantu mengatasi hambatan penelitian yang memakan waktu dan penulisan yang repetitif, sehingga meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk fokus pada analisis kritis seperti tugas akhir. Dari banyaknya keunggulan yang ditawarkan oleh AI, muncul pertanyaan penting: Apakah mahasiswa sudah mengoptimalkan penggunaan AI untuk menunjang Tugas Akhir? 

Mahasiswa tingkat akhir berada di fase paling sibuk dan penuh tekanan. Kemudahan instan yang ditawarkan AI secara gratis sering kali membuat mahasiswa terlena dan tidak memanfaatkan AI secara optimal untuk menyempurnakan tugas akhir. Kondisi ini kerap disebut sebagai ketergantungan berlebian terhadap AI. Optimasi AI sangat penting agar kecerdasan buatan ini berfungsi sebagaimana mestinya alat pendukung, bukan sebagai alat instan yang secara total menyelesaikan tugas dan mengambil alih tanggung jawab mahasiswa. 

Baca Juga: ChatGPT Luncurkan “Shopping Research”, Fitur Baru yang Bantu Cari Produk Paling Cocok

Dilansir dari Leaderonomics, berikut beberapa cara cerdas untuk menggunkaan dan mengoptimalkan penggunaan AI: 

Cara Cerdas Menggunakan AI 

Untuk mengoptimalkan penggunaan AI, simak beberapa tips yang bisa dilakukan. 

  • Jadikan AI sebagai rekan pendukungm bukan pengganti kreativitas mahasiswa AI dapat digunakan sebagai media brainstroming ide dan mengoreksi tata bahasa, bukan sebagai alat yang secara instan menyelesaikan 100% tugas mahasiswa. Gunakan AI untuk menyusun outline penelitian, menghasilkan ide awal, lalu kembangkan dengan pemikiran kritis yang orisinal. Langkah ini dapat mencegah mahasiswa kehilangan kemampuan analisi independen, yang sangat penting untuk integritas akademik. 
  • Pastikan keaslian data yang didapat dari ASelalu cek validitas data, baik berupa dokumen ataupun tautan. Data yang diberikan oleh AI bisa saja bias dan sumbernya tidak terbukti, selalu cek dengan sumber yang premier seperti jurnal akademik atau database resmi seperti Google Scholar. Langkah ini guna menghindari kesalahan fatal yang memengaruhi nilai tugas akhir.
  • Pahami Etika dan Batasan Penggunaan AI Banyak kampus telah menggunakan AI Detector. Pastikan untuk memparafrase kalimat menggunakan gaya bahasa sendiri. Etika dan batasan pengunakan AI tidak hanya tentang reputasi, tetapi juga mempersiapkan mahasiswa untuk dunia kerja yang sangat menghargai integritas. Selain itu, untuk tugas seperti interpretasi data pribadi sangat tidak disarankan menggunakan AI karena tugas seperti ini memerlukan orisinalitas. 

Daftar Tools AI Yang Berguna Untuk Mahasiswa

Ada Beberapa AI yang dapat membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir:

1. ChatGPT (OpenAI) Sebagai Media Diskusi 

Foto: Univertsity of toronto 

AI ini berfungsi sebagai rekan diskusi utama, ideal untuk membuat kerangka awal, menjelaskan konsep kompleks, ataupun menghasilkan draft teks penelitian. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk menerjemahkan kalimat atau kata-kata yang sulit dipahami.

Baca Juga: ChatGPT Uji Coba Fitur Grup Chat: Bisa Kolaborasi dan Prompt AI Bareng Teman

2. Grammarly, Cek Tata Bahasa dengan Mudah

Foto: TechLearning

Tools ini hadir sebagai pemeriksa kualitas bahasa. Alat ini sangat penting untuk memastikan tata bahasa, ejaan, dan susunan kalimat dalam skripsi sudah benar, sehingga tulisan menjadi lebih profesional. Grammarly juga membantu mendeteksi adanya potensi plagiarisme. Tidak hanya itu, AI ini juga menyediakan fitur saran penggunaan kata yang dapat meningkatkan gaya persuasif pada teks

3. QuillBot Masternya Parafrase 

Foto: ambcrypto

Alat ini sangat berguna untuk mengubah susunan kalimat/parafrase. Dengan fitur ini, mahasiswa bisa menulis ulang kalimat dari sumber referensi agar terhindar dari plagiarisme, namun inti maknanya tetap sama. Tidak hanya itu, QuillBot juga dilengkapi dengan beberapa fiture tambahan seperti penerjemah dan pendeteksi tata bahasa. 

4. Hemingway Editor untuk Menyempurnakan Tulisan

Foto: The LegalWire

AI ini berfungsi sebagai penyempurna tulisan dengan cara menghapus kata-kata yang tidak diperlukan dan memberikan referensi kata yang lebih efektif untuk digunakan. Alat ini sangat berguna untuk membuat sktipsi lebih lugas dan ringkas. 

5. DeepL Translator Penerjemah Banyak Bahasa

Foto: fiftyclub

Adalah alat terjemahan yang hasilnya dikenal sangat akurat. AI ini memudahkan mahasiswa dalam memahami literatur asing tanpa harus kesulitan dengan kendala bahasa. 

Baca Juga: Google Rilis Gemini 3: Model AI Terpintar yang Disebut Saingi GPT-5

Dengan memanfaatkan AI secara cerdas dan etis, mahasiswa tingkat akhir tidak hanya dapat meringankan beban penulisan, tetapi juga Meningkatkan kualitas dan efesiensi riset merekaOptimalisasi AI adalah kunci untuk memastikan tugas akhir yang dihasilkan bukan sekedar selesai, melainkan benar-benar optimal dan berintegritas akademik. 

Baca artikel dan berita lainnya di Google News


(AA/ZA)

10 Negara dengan Pengguna Instagram Terbanyak di Dunia, Indonesia Tempati Peringkat 4

27 November 2025 at 00:15
 Jumlah pengguna Instagram terus meroket di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data terbaru Statista per Oktober 2025 menunjukkan bahwa Indonesia kini memiliki 107,6 juta pengguna aktif Instagram. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pengguna Instagram terbesar keempat di dunia, sekaligus yang tertinggi di Asia dalam daftar Statista.

Posisi Indonesia berada tepat di bawah Brasil dan Amerika Serikat, sementara India masih memimpin jauh dengan ratusan juta pengguna.

Daftar 10 Negara dengan Pengguna Instagram Terbanyak (Statista 2025)

Foto: Statista


Berikut urutan lengkapnya:

  1. India – 480,55 juta pengguna

  2. Amerika Serikat – 181,75 juta pengguna

  3. Brasil – 147 juta pengguna

  4. Indonesia – 107,6 juta pengguna

  5. Jepang – 63,2 juta pengguna

  6. Turki – 62,25 juta pengguna

  7. Meksiko – 53,55 juta pengguna

  8. Inggris – 35,45 juta pengguna

  9. Jerman – 31,25 juta pengguna

  10. Argentina – 31,05 juta pengguna

Jumlah ini menunjukkan betapa besar peran Instagram dalam kehidupan digital masyarakat dunia—terutama di Indonesia yang terus menjadi pasar penting bagi Meta.

Baca juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Baru Mirip Instagram Notes, Begini Cara Kerjanya

DataReportal: Orang Indonesia Makin Aktif di Instagram

Temuan Statista selaras dengan laporan DataReportal Digital 2026 (Oktober 2025). Dalam laporan tersebut, Indonesia memiliki sekitar 108 juta audiens iklan (ad audience) di Instagram—jumlah yang hampir sama dengan data pengguna aktif dari Statista.

Ada beberapa fakta menarik soal kebiasaan pengguna Instagram di Indonesia:

1. Instagram Jadi Aplikasi Terfavorit Kedua di Indonesia

Dalam satu bulan terakhir, mayoritas responden menyebut Instagram sebagai aplikasi kedua yang paling sering digunakan, setelah WhatsApp.

Untuk kategori aplikasi favorit, Instagram berada di posisi ketiga, setelah WhatsApp dan TikTok.

2. Durasi Penggunaan Instagram Harian Capai 43 Menit

Rata-rata orang Indonesia menghabiskan sekitar 43 menit per hari untuk:

  • scrolling feed

  • melihat IG Story

  • menonton Reels

  • mengirim DM

  • dan aktivitas lainnya

3. Buka Instagram 8 Kali Sehari

Rata-rata pengguna di Indonesia membuka Instagram sekitar 7,9 kali per hari atau dibulatkan menjadi 8 kali sehari.

Dalam setiap sesi, pengguna bertahan selama 5,5 menit sebelum menutup aplikasi. Jika dikalikan jumlah sesi harian, total durasinya mendekati 40–45 menit per hari.

Baca juga: Iklan di Instagram Terasa “Nyambung” dengan Obrolan? Ini Penjelasan Bos Instagram

Kesimpulan: Instagram Masih Jadi “Rumah Kedua” Pengguna di Indonesia

Dengan lebih dari 107 juta pengguna aktif, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling aktif menggunakan Instagram di dunia. Tingginya interaksi, durasi penggunaan harian yang lama, serta frekuensi akses yang tinggi menunjukkan bahwa Instagram tetap menjadi platform penting untuk hiburan, komunikasi, hingga pemasaran digital.

Platform ini diprediksi masih akan terus tumbuh, terutama karena pengguna Indonesia dikenal sangat aktif di media sosial.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

Facebook Hadirkan Fitur Nickname untuk Grup: Bisa Posting Tanpa Nama Asli

26 November 2025 at 22:56
 Facebook resmi meluncurkan fitur baru bernama Nickname untuk pengguna grup. Lewat fitur ini, anggota grup bisa memposting, berkomentar, atau memberikan reaksi dengan nama panggilan, bukan nama asli yang tertera di profil mereka.

Fitur ini menjadi jawaban bagi pengguna yang ingin lebih bebas berdiskusi tanpa mengungkap identitas pribadi, terutama di grup besar yang berisi banyak orang asing.

Apa Itu Fitur Nickname di Grup Facebook?

Nickname adalah opsi nama panggilan yang dapat dipakai ketika pengguna memposting konten secara anonim di dalam grup. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya menampilkan label “Anonymous Member”, kini pengguna bisa memilih nama khusus yang lebih personal.

Menariknya, nickname tidak terhubung dengan profil asli. Artinya, anggota grup lain tidak bisa melihat siapa pemilik nama panggilan tersebut—baik identitas maupun postingan di profil asli.

Baca juga: Facebook Rilis Fitur Baru, Kreator Bisa Lacak Konten yang Dicuri!

Privasi Tetap Terjaga, Tapi Aman untuk Admin

Walaupun anonim untuk anggota grup, admin, moderator, dan sistem Facebook tetap dapat melihat identitas asli. Ini memastikan keamanan dan mencegah penyalahgunaan fitur.

Selain itu:

  • Riwayat posting, komentar, atau reaksi anonim hanya ditampilkan untuk 7 hari terakhir.

  • Foto profil asli juga disembunyikan, dan Facebook menyediakan pilihan gambar profil unik seperti panda berkacamata atau kelinci berkacamata hitam.

Cara Kerja Nickname

Saat membuat postingan anonim, pengguna akan mendapatkan opsi untuk:

  1. Memilih nickname dari rekomendasi Facebook atau membuat sendiri.

  2. Mengatur foto profil anonim, lengkap dengan warna latar belakang.

  3. Menggunakan nickname untuk posting, komentar, atau reaksi—selama grup tersebut mengaktifkan fitur ini.

Setiap pengguna juga memiliki batasan, yaitu:

  • Nickname hanya bisa diubah 1 kali setiap 2 hari.

  • Nickname tidak boleh melanggar Standar Komunitas Facebook.

  • Nickname tidak boleh sama dengan yang digunakan di grup lain.

  • Pengguna yang memakai nickname tidak dapat melakukan Live Video, berbagi konten tertentu, atau mengirim pesan.

Anggota lain juga bisa memblokir akun ber-nickname jika merasa terganggu.

Mirip Reddit dan Discord, tapi Tetap Versi Facebook

Konsep ini mengingatkan kita pada platform seperti Reddit atau Discord, di mana pengguna bisa berinteraksi tanpa menggunakan nama asli. Bedanya, Facebook tetap memberikan kontrol kepada admin agar percakapan tetap sehat dan aman.

Baca juga: Facebook Bawa Balik Fitur Lowongan Kerja di Marketplace, Begini Cara Pakainya!

Kapan Fitur Nickname Tersedia di Indonesia?

Meta memastikan bahwa fitur ini diluncurkan bertahap ke seluruh pengguna Facebook. Namun, berdasarkan pantauan KompasTekno, fitur Nickname belum tersedia di Indonesia hingga saat ini. Pengguna hanya perlu menunggu pembaruan berikutnya.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

Google Siapkan Aluminium OS, Sistem Operasi Laptop Hasil Peleburan ChromeOS–Android

26 November 2025 at 22:26
 Google sedang menyiapkan sistem operasi generasi baru bernama Aluminium OS atau ALOS. Inilah proyek besar Google untuk melebur ChromeOS dan Android menjadi satu platform laptop modern, yang dirancang lebih cepat, lebih pintar, dan lebih siap bersaing dengan Windows serta macOS.

Nama Aluminium OS pertama kali terungkap dari berbagai dokumen internal Google, laporan bug, hingga lowongan pekerjaan resmi yang mencantumkan deskripsi “Aluminium, Android-based operating system”. Ini menjadi bukti kuat bahwa Google tengah menyiapkan OS laptop berbasis Android sebagai penerus ChromeOS.

Baca juga: Google Rilis Gemini Nano Banana Pro: AI Baru yang Bikin Edit Gambar Makin Mirip Asli

Apa Itu Aluminium OS?

Aluminium OS (ALOS) adalah sistem operasi laptop baru yang dibangun dari fondasi Android, bukan ChromeOS lagi.

Kalau sebelumnya:

  • ChromeOS lahir dari browser Chrome dan fokus pada komputasi cloud,

  • Android berkembang untuk smartphone, tablet, TV hingga IoT,

…kini Google ingin menyatukan keduanya dalam satu OS yang lebih canggih, lebih fleksibel, dan siap masuk ke dunia PC secara penuh.

Nama kode “Aluminium” dipakai karena:

  • memiliki awalan “AL” (Android Laptop),

  • bunyinya mirip Chromium, logam yang dipakai dalam ChromeOS,

  • dan kemungkinan mengisyaratkan integrasi mendalam dengan AI (Artificial Intelligence).

Kenapa Google Melebur ChromeOS dan Android?

Langkah ini sebenarnya sudah dikonfirmasi sejak Snapdragon Summit 2025, ketika Rick Osterloh (SVP Devices & Services Google) mengatakan bahwa Android dan ChromeOS akan digabung mulai 2026.

Tujuan utamanya:

  • menghadirkan satu sistem operasi universal berbasis Android untuk ekosistem PC,

  • memperkuat integrasi dengan Gemini, AI Google yang kini jadi tulang punggung semua produknya,

  • menyatukan aplikasi Android, Chrome, dan layanan Google dalam satu platform yang konsisten.

Google ingin menciptakan laptop yang:

  • bisa menjalankan aplikasi Android secara native,

  • mendukung AI on-device,

  • sekaligus tetap optimal untuk sekolah, kerja, hingga penggunaan profesional.

Baca juga: Viral! Gaji Petugas Google Maps Jalan Kaki Rp3 Juta/Hari, Begini Cara Daftarnya

ALOS Akan Tersedia di Semua Segmen Laptop

Berbeda dari Chromebook yang selama ini identik dengan laptop murah, dokumen rekrutmen Google mengungkapkan bahwa Aluminium OS bakal hadir di berbagai kelas harga:

  • AL Entry

  • AL Mass Premium

  • AL Premium

Artinya, Google menargetkan:

  • laptop murah untuk pendidikan,

  • laptop mainstream untuk masyarakat umum,

  • hingga laptop flagship pesaing Windows premium dan MacBook.

Bahkan, ALOS juga disiapkan untuk:

  • laptop

  • tablet

  • detachable

  • mini PC (AL Boxes)

Google jelas ingin menjadikan ALOS sebagai ekosistem besar, tidak sekadar pengganti ChromeOS.

Apakah Nama ChromeOS Akan Hilang?

Belum tentu.

Beberapa insinyur Google terlihat menyebut ChromeOS lama sebagai:

  • “ChromeOS Classic”
    atau

  • “non-Aluminium ChromeOS”

Kemungkinan skenarionya:

  1. ChromeOS tetap dipakai, tetapi dengan mesin baru berbasis Android 17 / Android 18.

  2. Nama ChromeOS diganti total, mungkin menjadi Android Desktop atau nama baru lainnya.

  3. ChromeOS hanya dipakai untuk segmen low-end, sementara Aluminium OS fokus di kelas menengah dan premium.

Namun satu hal yang pasti:
Gemini AI akan menjadi inti dari sistem operasi baru ini.
Google ingin AI hadir menyeluruh di laptop, PC, dan perangkat hybrid.

Kolaborasi Google × Qualcomm

Google bekerja sama dengan Qualcomm untuk mengembangkan ALOS.
Bahkan CEO Qualcomm, Cristiano Amon, sudah melihat versi awalnya dan mengatakan:

“Ini luar biasa. Ini benar-benar mewujudkan visi konvergensi mobile dan PC.”

Dengan chipset Snapdragon generasi terbaru yang didesain untuk AI on-device, ekosistem ALOS diprediksi sangat kuat.

Kapan Aluminium OS Dirilis?


Foto: Android Authority


Google sudah memastikan jadwalnya:

➡️ Aluminium OS rilis resmi pada tahun 2026

Namun belum jelas apakah pada:

  • paruh pertama tahun, atau

  • paruh kedua.

Saat ini, Google diketahui sedang menguji ALOS melalui build awal Android 16, tetapi versi final publik diperkirakan memakai Android 17.

Lebih banyak detail kemungkinan diumumkan Google pada 2026.

Baca juga: Google Peringatkan Pengguna Android: Hindari WiFi Publik, Ini Alasannya!

Kesimpulan: Era Baru Laptop Android Dimulai

Aluminium OS adalah langkah besar Google untuk:

  • menyatukan Android + ChromeOS,

  • menghadirkan laptop Android dengan performa setara PC,

  • memperkuat integrasi AI melalui Gemini,

  • serta menantang dominasi Windows dan macOS.

Jika sesuai jadwal, 2026 akan menjadi tahun lahirnya generasi baru laptop Android yang jauh lebih canggih daripada Chromebook saat ini.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

❌