Normal view

Janjikan Donasi: Apple Ulurkan Bantuan Bencana Alam Asia, Termasuk Indonesia

3 December 2025 at 23:38

Foto: CNet

Teknologi.id - Bencana alam telah terjadi di seluruh Asia, salah satunya adalah banjir bandang di Indonesia. Tragedi ini mengundang perhatian dari CEO perusahaan teknologi multinasional, Apple, Tim Cook.

Kurang dari satu minggu yang lalu, Tim Cook mengumumkan rencana upaya kemanusiaannya ke Hong Kong setelah terjadi kebakaran mematikan yang melahap nyawa sedikitnya 151 jiwa. Apple kini akan berdonasi untuk bencana di Asia untuk membantu meringankan. 

Dalam unggahan media sosialnya pada hari Selasa (2/12), ia mengonfirmasi akan membagikan donasi untuk membantu manajemen bencana di daerah yang terdampak. Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka belum lama ini tertimpa badai dahsyat yang menyebabkan banjir bandang dan longsor.

Lebih dari 1.300 0rang dilaporkan meninggal dan ribuan lain kehilangan tempat tinggalnya dikarenakan intensitas hujan yang ekstrim, sehingga merusak, bahkan menghancurkan bangunan, menutup akses jalan, dan membabat jembatan di beberapa daerah.

Foto: Tangkapan Layar akun X @tim_cook

"Badai yang terjadi di Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Sri Lanka telah menghancurkan komunitas. Di Apple, kita memikirkan semua orang yang terdampak, dan kami akan berdonasi untuk meringankan dan upaya pembangunan di lapangan." Ucapnya di unggahan akun X-nya. 

Tim Cook tidak mengungkapkan besaran donasinya. Apple sendiri diketahui telah sering berkontribusi dalam upaya kemanusiaan. Oktober lalu, Apple berdonasi dalam pemulihan pasca terjadinya Badai Melissa di Amerika Serikat. Lalu, pada Maret 2025, perusahaan ini juga menyediakan bantuan untuk Myanmar dan Thailand setelah gempa menerjang negara-negara tersebut.

Baca juga: Banjir Aceh-Sumut: 1.310 Site Telekomunikasi Rusak, Komunikasi Warga Terganggu

Korban Terus Bertambah

Foto: ambisiusnews

Sampai saat ini, jumlah orang yang belum ditemukan dan korban jiwa terus meningkat.

Mengutip data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Dashboard Penanganan Darurat Banjir dan Longsor Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tahun 2025, per hari ini, Rabu (3/12, 15:30 WIB), angka kematian telah mencapai 804 jiwa, 434 orang menghilang, dan 2.600 orang terluka.

Jumlah warga yang mengungsi mencapai 580.500 orang. Di tambah terdapat data yang dijabarkan BNPB mengenai kerusakan tempat tinggal dan fasilitas publik yang tersebar di Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatra Barat. Berikut data tersebut:

  • 299 jembatan
  • 132 rumah ibadah
  • 9 fasilitas kesehatan
  • 215 fasilitas pendidikan
  • 3.600 rumah rusak berat, 2.100 rumah rusak sedang, dan 4.900 rumah rusak ringan.

Baca juga: Mengenal 5 Teknologi Pencegah Banjir: Inovasi Global dan Apa yang Bisa Dipelajari

Mandat Presiden Gunakan Dana Siap Pakai

Menteri Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pratikno saat konferensi pers di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (3/12) mengungkapkan arahan Presiden Prabowo Subianto agar menggunakan dana siap pakai untuk penanganan bencana di Sumatra.

"Bapak Presiden memberikan instruksi agar situasi ini diperlakukan sebagai prioritas nasional termasuk jaminan bahwa dana dan logistik nasional tersedia secara penuh secara total, salah satunya pada saat tanggap darurat ini menggunakan Dana Siap Pakai," kata Pratikno.

Pratikno menyatakan bahwa Prabowo telah mengarahkan seluruh kementrian dan lembaga untuk bekerja keras dalam upaya penyelamatan korban bencana di Sumatra. Usaha ini termasuk dalam memulihkan pelayanan penting dan fasilitas vital.

Pratikno menjelaskan, ini berarti upaya tanggap nasional harus dilanjutkan dengan memobilisasi sumber daya secara maksimal dari semua badan pemerintahan, termasuk BNP, dan juga meminta usaha luar biasa dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI).


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



Gugat Pemerintah! Remaja Australia Tolak Keras Larangan Bermedia Sosial

3 December 2025 at 22:25

Foto: Freepik

Teknologi.id - Remaja berusia 15 tahun menggugat pemerintah Australia untuk membatalkan kebijakan larangan penggunaan media sosial untuk anak berusia di bawah 16 tahun. Ia menekankan bahwa regulasi tersebut jstru dapat membuat internet menjadi lebih berbahaya bagi anak muda dan mudah lolos dengan segala cara.

Remaja tersebut bernama Noah Jones. Ia merupakan penggugat pada kasus pengadilan tinggi (High Court) berlawanan dengan Menteri Komunikasi Anika Wells dan Komisioner Keamanan Elektronik (eSafety), Julie Inman Grant. Peraturan yang akan dimulai 10 Desember tersebut, dirancang untuk memblokir akses bagi pengguna minor (<16 tahun) ke platform-platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat. Pemerintah menentang bahwa hal ini penting untuk dilakukan guna melindungi anak-anak dari konten berbahaya dan predator online.

Jones sangat tidak menyetujui kebijakan tersebut dan membantah kalau diblokirnya akses tersebut dapat membuat remaja lebih tertutup dan mendukung mereka untuk melakukan kegiatan online secara diam-diam, yang menurutnya jauh lebih beresiko dan bahaya.

"Kita seharusnya membuang sisi buruk dari media sosial, bukan aksesnya," ungkapnya. "Saat anak-anak melakukan sesuatu secara diam-diam, justru saat itulah dapat terjadi hal-hal berbahaya."

Jones juga memperkirakan larangan ini akan menciptakan 'social gap' di antara kelompok remaja yang bisa mengelak dari peraturan dan yang tidak bisa. Ia menekankan kalau kebijakan ini tidak realistis, karena banyak yang dapat menggunakan VPN, akun palsu, atau perangkat lain.

Ia mengatakan kalau keputusan tentang bagaimana anak-anak menggunakan media sosial seharusnya ada di tangan orang tuanya, bukan pemerintah. 

Gugatan Jones juga melibatkan murid berusia 15 tahun lainnya yang menyatakan kalau kebijakan ini melanggar hak konstitusi dan seharusnya digantikan dengan pendekatan yang lebih terarah, seperti tindakan khusus melawan perundungan siber dan sikap predator online

Kasus ini belum dijadwalkan untuk naik ke pengadilan, tetapi telah memicu debat nasional tentang batas otoritas negara dalam mengatur perilaku digital anak muda dan bagaimana untuk membuat internet yang aman tanpa menghilangkan akses mereka dari media sosial.

Baca juga: Malaysia Ikuti Jejak Australia, Larang Remaja di Bawah 16 Tahun Akses Medsos

Menggunakan Platform Sebagai Panggung 

Foto: Tangkapan layar TikTok @_heyitszoeyandmark

Selain Jones, terdapat remaja lain yang menyuarakan haknya, mereka yang menggunakan platform media sosial sebagai sumber pemasukan, koneksi, dan identitas diri.

Bagi kebanyakan remaja, larangan ini merupakan kemunduran profesional. Shar, anak berusia 15 tahun yang bercita-cita sebagai penyanyi membagikan pendapatnya melalui media sosial.

"Membutuhkan saya waktu yang sangat lama untuk mendapatkan 4.000 pengikut di akun utama saya.. dan saya akan kehilangan semua itu. Setiap orang yang mendengarkan musik saya - hilang."

Seperti kebanyakan kreator, ia mengajak pengikutnya untuk pindah ke Lemon8, aplikasi milik ByteDance yang tidak dilarang.

Influencer remaja, Zoey, dengan username TikTok @_heyitszoeyandmark yang memiliki 48.000 pengikut juga aktif melawan mandat tersebut. Ia menyebarkan petisi agar larangan media sosial disasarkan pada anak berusia 13 tahun saja. Ia bahkan berbagi masukan bagi anak di bawah 16 tahun bagaimana caranya untuk melewati sistem pendeteksi usia.

Saat petisinya sudah ditutup, terdapat lebih dari 43.000 orang yang menandatanganinya.

Baca juga: Australia Resmi Larang Remaja di Bawah 16 Tahun Gunakan Media Sosial: Apa Dampaknya?

Mereka yang Memilih Keluar

Namun, sebagian remaja malah menyambut 'istirahat' yang dipaksakan ini.

Murid kelas sembilan, Maxine Steel menghapus semua aplikasi media sosialnya tahun lalu karena sulit baginya untuk berhenti scrolling. Saat ini, ia sedang berada di kamp kepemimpinan yang melarang penggunaan handphone. Setelah satu minggu yang yang sulit, Maxine merasa lebih bebas ketika tidak terkoneksi.

"Sekarang kita sudah benar-benar terbiasa, semua orang melupakan media sosial, dan saya harus bilang, menurut saya ini lingkungan yang paling cerah dan hidup seumur hidup saya." 

Pandangan yang beragam ini menggarisbawahi dilema kebijakan.

Lucy Thomas, CEO dari Project Rockit, organisasi anti perundungan mengatakan, "Hubungan anak muda dengan platform ini sangat kompleks dan beragam. Walau beberapa dari mereka akan berkembang pesat tanpanya, yang lain sangat memanfaatkan media sosial sebagai cara mereka untuk tetap terhubung." Thomas memperingatkan kalau larangan ini dapat secara tidak sengaja mendorong anak-anak yang tertutup untuk menjadi "lebih berbahaya, dengan ruang yang kurang diatur" meskipun tujuan kebijakannya adalah untuk membuat mereka aman.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Geger! India Minta iPhone Dipasang Aplikasi Pelacak, Apple Tegas Menolak

3 December 2025 at 20:15

Foto: Tech in Asia

Teknologi.id - Apple menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk mengunduh aplikasi cybersecurity milik negara, Sanchar Saathi (Communication Partner) ke iPhone baru. Tiga narasumber menyatakan Apple berencana untuk menunjukkan ketidaksetujuannya ke New Delhi, karena kebijakan kontroversial ini mengundang kekhawatiran dalam pengawasan dan reaksi negatif politik.

Pemerintah India diam-diam meminta manufaktur ponsel seperti Apple, Samsung, dan Xiaomi untuk memastikan aplikasi Sanchar Saathi diunduh ke semua perangkat dalam kurun waktu 90 hari. Aplikasi ini dirancang untuk melacak handphone hilang, memblokir perangkat, dan mencegah penyalahgunaan. Yang krusial, pemerintah meminta agar aplikasi tersebut tidak dapat dinonaktifkan pengguna, dan untuk perangkat yang sudah beredar di pasaran agar dikirimkan aplikasi tersebut melalui update software wajib.

Menteri Telekomunikasi India membenarkan kebijakan tersebut sebagai tindakan keamanan dari "ancaman serius" cybersecurity dan mengurangi penipuan duplikasi handphone atau handphone yang telah di-blacklist di pasar perangkat bekas. Namun, hal ini memnatik kritik dari oposisi dan advokat privasi yang melihatnya sebagai cara bagi pemerintah berpotensi mengakses tanpa izin ke 730 juta smartphone di India.

Dasar Hukum dan Denda yang Belum Jelas

Perintah dari bidang telekomunikasi (DoT) dikeluarkan pada 28 November 2025, yang harus dipenuhi dalam 90 hari, seperti dikutip dari Peraturan Keamanan Siber Telekomunikasi, 2024 (yang telah diubah), sebagai landasan hukum.

Di sisi lain, mengotak-atik nomor International Mobile Equipment Identity (IMEI) adalah pelanggaran yang tidak bisa ditebus, menurut Undang-Undang Telekomunikasi 2023. Hukuman sampai tiga tahun penjara dan denda sekitar Rp 923 juta (5 juta rupees). Tidak ada materi publik yang dapat menjelaskan hukuman spesifik bagi pihak yang tidak mematuhi arahan pra-instalasi.

Para petinggi mengutip Peraturan Keamanan Siber Telekomunikasi 2024 dan UU Telekomunikasi 2023 bagi yang tidak mematuhi. Tetapi, berdasarkan sumber yang ada tidak menjelaskan apakah DoT dapat memberi denda, mengentikan penjualan, atau memblokir impor jika terdapat penolakan. 

Penolakan Apple dan Kekhawatiran Keamanan

Berdasarkan dua narasumber, Apple telah menolak perintah tersebut secara gamblang, terutama karena tidak pernah ada kebijakan seperti itu di negara lain. Apple yakin mandat tersebut berisiko pada privasi dan keamanan integrasi iOS.

Apple tidak berencana membawa kasus ini ke pengadilan, atau membuat pernyataan publik, tapi mereka akan menunjukkan ke pemerintah kalau mereka tidak dapat memenuhi perintah tersebut karena akan membuka jurang keamanan yang dalam.

Baca juga: Apple dan Samsung Gugat Xiaomi! Iklan Sindiran di India Picu Kontroversi

Pemerintah Menentang

Menteri Telekomunikasi India Jyoatiraditya M. Scindia menyatakan kalau Sanchar Saathi adalah aplikasi yang "sukarela dan demokratis" dan pengguna dapat menghapusnya kapan saja. Walau begitu, ia tidak menjelaskan perintah yang diam-diam diberikan pada 28 November yang mengatakan agar aplikasi itu tidak dapat dinonaktifkan.

Saat ini, aplikasi Sanchar Saathi bisa dihapus, namun belum jelas apakah akan tetap begitu sampai kebijakannya telah berjalan.

Parlemen memberikan kritik keras, bahkan beberapa anggota menuduh pemerintah menyajikan perangkat yang berfungsi sebagai alat mata-mata. Kepala oposisi, Rahul Gandhi mengatakan ia akan membawa masalah ini ke parlemen.

Sementara Perdana Menteri India menjelaskan kalau aplikasi ini penting sebagai upaya pencegahan duplikasi dan IMEI, yang sering digunakan dalam kejahatan siber.

Peran Sanchar Saathi 

Foto: Sanchar Saathi

Kebijakan tersebut datang setelah negara lain, termasuk Rusia, yang mengimplementasikan peraturan untuk mencegah penggunaan handphone curian dan penipuan menggunakan aplikasi layanan pemerintah.

Pasar perangkat bekas India menghadapi resiko keamanan dari duplikasi IMEI dan penjualan perangkat blacklist. Hal ini membuka kesempatan bagi platform resale, asuransi, dan penjual manajemen perangkat untuk menggunakan Registrasi Identitas Peralatan Pusat (CEIR) guna memeriksa IMEI dan memblokir perangkat hilang atau dicuri.

Respon Manufaktur Lain

Dari sudut pandang lain, Samsung dan Xiaomi menunjukkan fleksibilitas dalam memodifikasi sistem. Sumber lain menyampaikan kalau Samsung dan merek lain masih me-review perintah tersebut. Sumber mengatakan aturan ini dinaikkan tanpa berkonsultasi dengan industri, menciptakan kebingungan dan kekhwatiran manufaktur teknologi.

Baca juga: Berbeda dari Apple, Xiaomi Justru Kurangi Rilis HP Mulai Tahun Ini

Keheningan di Tengah Kontroversi

Meskipun terdapat kontroversi politik dan hukum tentang mandat tersebut dan penolakan tegas Apple, baik Apple maupun Kementerian Telekomunikasi India belum merilis pernyataan resmi terkait perintah, maupun masalah keamanan yang diajukan Apple. Keheningan ini muncul di saat Apple juga terlibat dalam sengketa hukum terpisah dengan otoritas persaingan usaha India yang dapat mengakibatkan denda hingga US$38 miliar.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)

Korban Bencana Sumut Dapat Internet Gratis dari Telkomsel, Ini Cara Aktivasinya

3 December 2025 at 18:04

Foto: detikNews

Teknologi.id - Telkomsel dengan resmi meluncurkan Paket Siaga Peduli Sumatera, layanan darurat gratis yang dirancang untuk membantu korban banjir dan longsor dahsyat di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

Inisiatif ini menggarisbawahi komitmen Telkomsel untuk memastikan komunikasi yang tidak terputus di tengah gangguan seluler dan akses internet yang disebabkan bencana. 

Direktur Utama Telkomsel, Nugroho, menegaskan respon cepat perusahaannya, "Telkomsel menyampaikan empati dan keprihatinan mendalam atas musibah yang menimpa saudara kita di Sumatera. Kami berkomitmen hadir di setiap situasi, memastikan layanan komunikasi tetap tersedia dan membantu masyarakat terdampak,"

"Bersama Kemkomdigi, pemerintah daerah, serta berbagai instansi, kami terus berupaya mempercepat pemulihan dan melayani sepenuh hati agar masyarakat dapat kembali bangkit,"

Baca juga: Menara Sinyal di Sumbar & Sumut Kembali Beroperasi, Pemulihan Lebih dari 90%

Cara Mengaktifkan: Paket Siaga Peduli Sumatera

Foto: kelingan.id

Paket Siaga Peduli Sumatera menyediakan layanan gratiis yang hanya dapat digunakan dalam satu kali aktivasi oleh pengguna di daerah yang terdampak.

Eligibilitas: Pengguna SIMPATI, by.u (prabayar), dan Halo (pascabayar)

Cara Aktivasi:

Pengguna dapat mengaktifkan paket dengan mengakses menu UMB di *888*20# di handphone-nya dan memilih salah satu bantuan yang tersedia

Pilihan Paket (Valid selama 7 hari):

Pengguna dapat memilih salah satu dari pilihan berikut:

  1. Kuota Data: Akses internet sebanyak 3 GB.
  2. 300 menit telepon dan 1.000 SMS ke semua operator.

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun

Dukungan Tanggap Bencana yang Luas

Di samping paket darurat gratis, Telkomsel dan Telkom Group telah mengerahkan bantuan lanjutan di lapangan:

  1. Posko Customer Service: Terdapat sekitar 100  Posko Layanan Pelanggan Tanggap Bencana yang tersebar, menawarkan pelayanan seperti: telepon dan SMS gratis sampai proses pemulihan berakhir, penggantian kartu gratis dan perpanjangan masa aktif, serta penyesuaian paket data prabayar dan tagihan pascabayar/ Indihome. 
  2. Infrastruktur dan Logistik: Enam Posko Tanggap Darurat telah didirikan di enam kota besar (Medan, Padang, Aceh, dll) beriringan dengan penyediaan Wi-Fi gratis di delapan titik dan dapur umum, serta mobilisasi logistik menggunakan kapal dan pesawat.
  3.  Kapasitas Jaringan: Kapasitas jaringan telah ditingkatkan, didukung oleh pemasangan 120 satelit komersial dan CSR dari Telkomsel (termasuk Starlink Business Service, dan VSAT Star).

Untuk pertanyaan terkait dengan layanan darurat bencana Sumatra, Call Centre bebas pulsa 24/7 dapat dihubungi di 0800-111-9000.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Perang Komponen! Gamer Serukan Boikot Saat RAM dan GPU 'Diborong' Kebutuhan AI

3 December 2025 at 01:04

Foto: WCCFTech

Teknologi.id - Harga Random Access Memory (RAM) terus meningkat di seluruh dunia, hingga menyulut emosi orang banyak. Ketidakstabilan ini telah membuat frustasi pegiat gim, yang berujung pada seruan besar-besaran untuk "boikot RAM" di beberapa forum online, termasuk Reddit. 

Pada utas @pcmasterrace, gamers mengajak pegiat gim sejawat untuk berhenti membeli RAM. Banyak yang percaya hal ini sengaja dilakukan perusahaan manufaktur, dan bukan hanya merugikan konsumen. Penjual memori seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron dengan sengaja mengorbankan pasar konsumennya, untuk dapat memenuhi permintaan tinggi dari sektor Artificial Intelligence (AI). 

Godaan AI dan Tuduhan Gamer

Bukan sebuah rahasia lagi kalau industri AI yang sedang booming menjadi mesin pencari membawa krisis harga ini. Beriringan dengan kartu grafis (Graphics Processing Units/ GPU), RAM adalah komponen penting yang memberikan akses high-speed yang dibutuhkan dataset besar, yang sangat penting untuk melatih dan menjalankan model AI yang kompleks secara efisien.

Para Gamer merasa loyalitas mereka tak diacuhkan. Mereka juga mengatakan pergeseran standar memori yang baru, DDR5, tidak memiliki perbedaan kinerja yang signifikan dibandingkan DDR4, tidak sebanding dengan harganya yang mahal. Bagi beberapa konsumen, tidak melakukan pembelian atau tidak melakukan upgrade merupakan satu-satunya bentuk protes yang akan membuat manufaktur berhenti menaikkan harga.

Baca juga: Belum Berakhir, Asosiasi SD Card dan WiFi Alliance Ikut Boikot Huawei

Kenyataannya: Boikot Bisa Saja Gagal

Pertanyaannya adalah: akankah boikot ini berhasil?

Menurut analis pasar, kemungkinannya adalah tidak. Mereka mengatakan, boikot kosumen segencar apapun tidak akan memberikan pengaruh sama sekali pada harga RAM secara global. Alasannya sederhana: permintaan memori saat ini tidak hanya datang dari gamer yang ingin menyusun PC gaming, tetapi juga dari perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkannya untuk komputasi infrastruktur masif untuk AI.

Walau boikot akan mengurangi permintaan konsumen, itu akan berdampak sangat kecil dari keseluruhan pasar memori. Tumpukan uang dan permintaan dari sektor industri menyebabkan protes harga yang dilakukan konsumen sangat tidak efektif melawan arus kekuatan pasar.

Tidak Hanya AI

Foto: Getty Images

Meskipun melejitnya AI adalah penyebab utamanya, namun cerita di balik kenaikan harga ini jauh lebih kompleks, melihat kembali saat pandemi COVID-19.

  1. Pemotongan produksi pasca pandemi, saat pandemi, permintaan untuk komponen PC menurun karena konsumen sedang berhemat. Akibatnya, produsen memori besar seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron terpaksa untuk memangkas produksinya karena konsumsi rendah di pasar konsumen PC.
  2. Transisi lambat, dari teknologi lama DDR4, ke teknologi terbaru DDR5 sangatlah lamban, Kemungkinan besar karena banyaknya pengguna bertahan pada platform motherboard lama yang masih berfungsi dengan baik, seperti AMD AM4.
  3. Poros HBM, saat industri AI tiba-tiba naik, permintaan besar memori yang spesial seperti High Bandwith Memory (HBM), produsen memori terkejut. Mereka belum siap dihadapkan dengan permintaan kenaikan yang begitu besar. Akhirnya, manufaktur mengubah strateginya. Mereka mengarahkan produksi terbatas mereka ke segmen HBM yang lebih menguntungkan. Karena HBM dijual secara masif ke perusahaan AI besar, produsen memprioritaskan mereka. Pada akhirnya, stok ketersediaan RAM biasa untuk pasar konsumen. Ketidakseimbangan penawaran dan permintaan inilah yang menaikkan harga secara gila-gilaan. 

Baca juga: ChatGPT Jadi Papan Iklan? Uji Coba Iklan Promosi OpenAI Mulai Menuai Pro dan Kontra

Jalan Keluar Gamer

Lantas, apa yang dapat dilakukan gamer kalau boikot tidak akan berpengaruh ke pasar?

  1. Jangan cepat-cepat upgrade, bersabarlah. Kebanyakan analis setuju kalau RAM 8GB atau 16GB masih cukup untuk menangani gim AAA tingkat atas.
  2. Serbu promo, jika harus membeli, carilah diskon program yang ditawarkan distributor atau cari pengecer yang memberikan promosi agar mendapat harga yang lebih murah.
  3. Pertimbangkan PC pre-built atau yang sudah dirakit dari manufaktur besar, dibandingkan membeli komponennya satu-persatu. Perusahaan manufaktur biasanya memiliki kesediaan yang sudah dijanjikan, artinya harga RAM dari sistem pre-built mungkin tidak akan mencerminkan pada biaya eceran yang meningkat.
  4.  Bersabar, kecuali kapasitas produksi meroket dengan tinggi, analis memperingatkan kekurangan memori dan harga yang tinggi dapat terjadi sampai 2027, yang kemungkinan berdampak pada komponen lain.

Pada akhirnya, seruan boikot RAM yang dilancarkan komunitas gamer adalah kekecewaan yang valid terhadap pasar yang terasa tidak adil. Namun, para analis sepakat bahwa gerakan ini, meski kuat secara simbolis, tidak mungkin dapat menggerakkan harga. Nyatanya, dominasi sektor Enterprise dan AI, ditambah dengan keputusan strategi produsen untuk memprioritaskan memori HBM, telah mengubah lanskap pasar.

Saat ini, gamer dihadapkan pada pilihan sulit: bersabar atau mencari solusi. Selama kapasitas produksi RAM standar tidak ditingkatkan dan tekanan dari AI terus memuncak, kelangkaan dan harga tinggi diprediksi akan terus membayangi pasar komponen hingga tahun 2027. Konsumen kini harus menunggu hingga siklus produksi global beradaptasi dengan era komputasi baru yang didorong oleh Artificial Intelligence.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Tren Nostalgia: Telepon Rumah 'Jadul' Laku Rp 1,9 M dalam 3 Hari!

2 December 2025 at 23:05

Foto: Physical Phones

Teknologi.id - Penemu teknologi telepon rumah retro, yang dirancang untuk mengurangi screen time, justru menjadi pencapaian bisnis, berhasil meraup penjualan sebesar Rp 1,9 miliar (US$120.000) dalam waktu tiga hari.

Cat Goetze memang seorang penemu teknologi, tetapi dia sedang mencari cara untuk mengurangi ketergantungannya pada segala macam layar kaca. Mengejutkannya, cara tersebut berubah menjadi sebuah bisnis yang viral, dan menjadi awal dari cerita inovatifnya.

Dua tahun lalu, Cat Goetze, yang diketahui dengan username @askcatgpt, jenuh dengan penggunaan smartphone yang terus menerus, dan ingin mengubah smartphone-nya menjadi sesuatu yang lebih 'sederhana'.

"Saya sedang duduk-duduk saja [berpikiran tentang] bagaimana jika kita masih memiliki telepon rumah, yang  bisa dimainkan kabelnya sambil berbincang dengan teman. Itu terasa begitu nostalgic dan modis bagi saya."

Saat Goetze sadar kalau dia ingin memiliki sebuah telepon rumah, ia memerlukan nomor baru dan membayar koneksi telepon rumah. Jadi, di umurnya yang 20an ini, ia membuat versinya sendiri, menggunakan telepon genggam berwarna merah muda yang ia beli di pasar loak: 

"Saya hanya mengotak-atik telepon rumah biasa dan membuatnya dapat dihubungkan ke Bluetooth," ungkapnya.

Perangkat itu pun menjadi pusat perhatian di apartemennya. Setiap ada yang menghubunginya lewat sistem keamanan bangunan, Goetze mengatakan ia akan mengizinkan mereka masuk menggunakan telepon rumahnya. Ia bahkan bisa membuat panggilan keluar dari device tersebut.

Setelah dua tahun pada Juli 2025, Goetze menunjukkan perangkatnya pada pengikut online-nya. Ia mendapatkan respons instan, ratusan pengguna berkomentar dan mengatakan mereka menginginkannya. Dari situ, Goetze meluncurkan online shop-nya, dengan dugaan akan ada 15-20 preorder, dan dia bisa membuat perangkatnya sendiri, di apartemennya.

Malahan, proyeknya itu, sekarang disebut dengan Physical Phones (telepon fisik), berhasil menjual sampai Rp 1,9 miliar dalam tiga hari, ungkapnya. Pada akhir Oktober, dia telah menjual lebih dari 3.000 unit, dengan total keuntungan sekitar Rp 4,6 miliar (US$ 280.000), jelasnya.

"Rasanya seperti kami habis menangkap petir di dalam botol," katanya.

Baca juga: Ini Penyebab Kenapa Telepon Kamu Sering Menerima Spam

Buat Nostalgia, Tapi Juga Pengalaman Baru Bagi Beberapa Orang

Foto: Physical Phones

Saat ini, Physical Phones menawarkan lima model, mulai dari telepon genggam, telepon dinding, sampai telepon putar (rotary telephone), dengan kisaran harga Rp 1,4 juta sampai Rp 1,8 juta (US$ 90 sampai US$ 110). Dilansir dari CNBC Make It, Goetze telah bermitra dengan perusahaan manufaktur elektronik untuk meningkatkan produksi, dengan batch pertama siap dikirim mulai bulan Desember.

Physical Phones dapat terhubung ke perangkat iPhone maupun Android via Bluetooth, dan akan berbunyi layaknya telepon rumahan saat pengguna menerima telepon, baik telepon audio, maupun video call dari platform seperti WhatsApp, Instagram, dan Snapchat.

Pengguna juga dapat membuat panggilan keluar dengan menekan nomor telepon yang dituju, atau pengguna dapat menekan tombol bintang (*) untuk mengaktifkan voice assistant pada smartphone dan memintanya untuk menelepon nama kontak yang dituju, jelas Goetze.

Goetze percaya kesuksesan produknya meningkat karena banyaknya orang yang ingin mengurangi screen time dan beban digital. Ia merasa pandemi menambah ketergantungan smartphone, jadi mereka sering menggunakan aplikasi seperti TikTok untuk mengisi waktu luang dan merasa terhubung.

Kini, seiring dengan meningkatnya skeptisisme konsumen terhadap daya tarik perusahaan teknologi, dan mulai bosan menjelajahi AI dan konten yang dihasilkan AI secara daring, orang-orang mulai mencoba memperbaiki arah, ujarnya.

"Attention span (rentang perhatian) kita semakin berkurang. Kita merasa lebih gelisah. Kita menjadi kurang 'hadir' dan tidak bisa menikmati hidup. Kita sedang melewati wabah kesendirian. Orang-orang mulai menapakkan kaki dab menyadari 'Saya tidak menginginkan ini, saya akan terus maju dan memilih masa depan yang berbeda," jelasnya.   

Goetze bukannya menolak teknologi, tapi menurutnya, tujuannya adalah keseimbangan. Bagaimana kita dapat hidup harmoni dengan teknologi.

Baca juga: Risiko Tersembunyi di Balik Ketergantungan AI: Gen Z Terlalu Percaya Teknologi?


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


❌