Normal view

Telegram Jadi Sarang Film Bajakan, Perfilman Tanah Air Terancam

2 December 2025 at 01:35


Foto: Pomodo

Teknologi.id - Nonton film bajakan melalui telegram semakin marak di Indonesia sepanjang 2025. Pakong pesan instan ini kini bukan hanya digunakan untuk berkomunikasi tetapi juga menjadi “bioskop ilegal” dengan ribuan kanal yang menyediakan film gratis. Cari film lokal hingga internasional, semua bisa diakses dengan mudah bahkan dalam kualitas HD.

Menurut laporan CNBC Indonesia, beberapa kanal telegram menawarkan lebih dari 500 tautan film dengan format blu-ray, MP4, hingga MKV. Kondisi ini membuat masyarakat semakin mudah mengakses film bajakan tanpa harus membayar tiket bioskop atau berlangganan layanan streaming resmi. Praktis, murah, dan cepat menjadi alasan utama mengapa telegram dipilih sebagai jalur ilegal oleh banyak pengguna.

Baca Juga : Telegram Bisa di Blokir Karena Ini!

Kerugian triliunan rupiah industri film menjerit

Ketua Umum Asosiasi Video Streaming Indonesia (AVISI), Hermawan Sutanto, menyebutkan bahwa kerugian akibat pembajakan film mencapai 25 triliun rupiah terhitung sejak 2017 hingga 2025. Angka ini mencerminkan betapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan. Bagian tersebut tidak hanya dirasakan oleh produser film, tetapi juga oleh seluruh ekosistem kreatif, bioskop kehilangan penonton karena film bajakan beredar lebih cepat, platform streaming resmi kesulitan bersaing dengan konten gratis, dan pekerja kreatif seperti aktor, crew, serta penulis naskah kehilangan potensi pendapatan. Dengan kerugian sebesar itu, pembajakan film melalui Telegram menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan industri kreatif nasional.

Mengapa telegram menjadi pilihan favorit penonton ilegal?

Foto: Telegram

Ada beberapa alasan mengapa telegram menjadi platform favorit untuk menyebarkan film bajakan:

  • Kemudahan akses - cukup bergabung ke kanan atau grup pengguna langsung bisa menonton atau mengunduh film.
  • Kualitas tinggi - banyak film banyakan diunggah dalam resolusi HD hingga 1080p.
  • Gratis - tidak ada biaya berlangganan berbeda dengan layanan resmi seperti Netflix ataupun Disney+.
  • Anonimitas - identitas pengguna relatif aman karena telegram tidak mudah dilacak.

Faktor faktor ini membuat masyarakat lebih memilih jalur ilegal meski sadar bahwa tindakan tersebut merugikan industri.

Baca Juga: Fitur Ini yang buat Telegram Beda

Budaya konsumsi yang berubah, apresiasi karya semakin hilang

Foto: Telegram

Fenomena ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga budaya konsumsi masyarakat. Ketika menonton film bajakan dianggap hal biasa maka penghargaan terhadap karya kreatif semakin menurun. Generasi muda yang terbiasa mengakses film ilegal beresiko kehilangan apresiasi terhadap nilai seni dan kerja keras di balik produksi film. Hal ini dapat menghambat perkembangan industri kreatif nasional yang tengah berusaha bersaing di kancah global.

Selain itu kebiasaan menonton film banyakan juga menumbuhkan mentalitas “serba gratis” yang berbahaya. Jika masyarakat terbiasa mengakses konten tanpa membayar maka berlangsungkan ekosistem kreatif akan semakin sulit dipertahankan.

Regulasi yang tertinggal menjadi tantangan penindakan di era digital

Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menindak fenomena ini. Ribuan kanal telegram terus bermunculan bahkan setelah beberapa kali dilakukan pemblokiran. Menurut laporan CNBC Indonesia, pembajakan kini lebih canggih karena memanfaatkan plafon komunikasi yang sulit diawasi. Penindakan hukum seringkali tidak efektif karena pelaku berada di luar negeri atau menggunakan identitas anonim. Selain itu regulasi yang ada seringkali tertinggal dibandingkan perkembangan teknologi. Akibatnya pembajakan digital terus bertumbuh tanpa adanya kendali.

Mencari Jalan Keluar dengan Edukasi, Kolaborasi dan Inovasi

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan langkah strategis, seperti edukasi masyarakat tentang dampak negatif menonton film bajakan, kolaborasi pemerintah dan platform digital untuk menutup kanal ilegal secara cepat, inovasi layanan resmi dengan harga terjangkau agar masyarakat tidak tergoda konten gratis, serta kampanye apresiasi karya lokal agar penonton lebih menghargai film Indonesia. Langkah-langkah ini penting untuk membangun kesadaran bahwa menonton film bajakan bukan hanya merugikan industri, tetapi juga melemahkan ekosistem kreatif bangsa.

Streaming ilegal melalui telegram juga menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. Banyak orang kini lebih memilih menonton film di peringkat pribadi daripada pergi ke bioskop. Hal ini sejalan dengan tren global di mana konsumsi hiburan semakin bergeser ke pelabuhan digital. Namun jika tren ini didominasi oleh jalur ilegal maka industri resmi akan semakin tertekan.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)

Xiaomi Targetkan Robot Humanoid Jadi Tenaga Utama di Pabriknya pada 2030

2 December 2025 at 00:30

Foto: TechInAsia

Teknologi.id - Xiaomi salah satu raksasa teknologi asal Tiongkok, tengah menyiapkan langkah besar dalam dunia manufaktur. CEO sekaligus pendiri Xiaomi, Lei Jun, menegaskan bahwa dalam 5 tahun ke depan robot humanoid akan digunakan secara luas di pabrik oleh Xiaomi. Ambisi ini bukan sekedar mimpi belaka melainkan strategis yang akan menempatkan AI dan robotika sebagai inti dari industri moderen. 

AI yang 10 Kali Lebih Cepat dari Manusia 

Contoh penerapan kecerdasan buatan sudah terlihat di pabrik-pabrik otomotif Xiaomi. Inspeksi komponen besar yang biasa memakan waktu, kini dapat dilakukan hanya dalam hitungan detik berkat mesin X-ray yang diintegrasikan dengan model visi AI. Proses ini 10 kali lebih cepat dibandingkan pemeriksaan manual dan 5 kali lebih akurat dalam mendeteksi cacat produksi. Hasil ini menunjukkan bahwa AI bukan sekadar alat bantu, melainkan cara baru dalam sistem kontrol mutu yang lebih efisien dan handal.

Baca Juga: World Robot Olympiad, Wadah Inovasi Robotik Dunia

Realitas Industri untuk  Robot Humanoid 

Foto: gizchina.com

Rencana Xiaomi untuk mengintegrasikan humanoid robot bukanlah sekadar pamer teknologi. Robot-robot ini akan ditempatkan pada lingkungan industri secara langsung, menangani pekerjaan repetitif, presisi tinggi hingga fisik berat. Dengan harapan, lingkungan kerja menjadi lebih aman karena tugas berisiko dialihkan ke robot, efisiensi meningkat karena robot dapat bekerja tanpa lelah, dan manusia dapat beralih ke pekerjaan bernilai lebih tinggi seperti perencanaan, riset, dan rekayasa. Lei Jun bahkan menekankan bahwa pasar robot rumah tangga di masa depan lebih besar dari pada pasar industri membuka peluang pasar bernilai triliun Yuan.

Tantangan dalam Regulasi Menghindari  “Humanoid Bubble

Meski ambisius yang membesar, Xiaomi menempuh jalan menuju adopsi massal humanoid robot tidak mudah. Komisi pengembangan dan reformasi nasional (NDRC) Tiongkok memperingatkan akan adanya “gelembung humanoid” karena lebih dari 150 perusahaan berlomba mengembangkan program namun sebagian besar masih sebatas pada tahap prototipe.  

Untuk menghindari produk tiruan dan melindungi inovasi, regulator menuntut perusahaan menghadirkan uji coba nyata dengan dokumentasi teknis lengkap, bukan sekedar demo prototipe seperti CyberOne robot humanoid yang pernah dipamerkan Xiaomi. 

Dukungan pemerintah terhadap ekosistem inovasi Tiongkok 

Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) Tiongkok telah menyiapkan peta jalan humanoid 2023–2025. Program ini mendukung ekosistem inovasi domestik dengan fokus pada perangkat lunak keselamatan untuk memastikan robot aman digunakan, alat simulasi virtual untuk pengujian sebelum produk massal, serta komponen aktuator seperti motor dan transmisi yang menggerakkan sendi robot. Pasar humanoid diperkirakan mencapai nilai $6 miliar pada 2030 dengan ekspektasi 136.000 unit pengiriman. Harga rata-rata robot humanoid juga diprediksi turun dari $75.000 menjadi $25.000 pada 2035 mendatang, membuka peluang besar bagi adopsi pasar yang lebih luas.

Dampak Bagi Industri dan Tenaga Kerja 

Foto: Fortune IDN

Transformasi ini akan membawa dampak besar bagi dunia kerja. Robot humanoid akan mengambil alih tugas-tugas berat dan repetitif, sementara manusia beralih ke pekerjaan yang lebih kreatif dan strategis. Industri manufaktur mengalami produksi yang lebih cepat, aman, dan berkualitas tinggi. Tenaga kerja mengalami pergeseran dari pekerja fisik ke pekerja berbasis pengetahuan. Pasar rumah tangga pun berkembang dengan kehadiran robot sebagai asisten pribadi yang membuka peluang pasar baru. Namun, perubahan ini juga menimbulkan pertanyaan etis: “Sejauh mana robot boleh menggantikan manusia, dan bagaimana memastikan teknologi ini tidak menimbulkan ketimpangan sosial?”

Baca Juga: Langkah Xiaomi Tingkatkan Kualitas Produksi

Pabrik Masa Depan dan Rumah Cerdas 

Dalam 5 tahun ke depan visi besar Xiaomi adalah menghadirkan pabrik pintar yang digerakkan oleh humanoid robot dengan integritas AI sebagai basik nya, meningkatkan efiseinsi, mengurangi kecelakaan kerja, dan optimalisasi lingkungan kerja. Lebih jauh lagi perusahaan membayangkan robot hadir di rumah-rumah membantu pekerjaan sehari-hari dan menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.  

 Langkah Xiaomi ini bukan sekedar visi, misi dan ambisiu Xiaomi, melainkan cara pandang revolusioner untuk menempatkan AI dan robotika di pusat industri modern. Dengan dukungan regulasi inovasi teknologi dan pasar yang dapat berkembang bagaimana cara buat berpotensi menjadi icon revolusi industri berikutnya.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)


❌