Normal view

BrainBody LLM: Robot Kini Bisa Berpikir, Bergerak, dan Belajar Secara Real-Time

1 December 2025 at 22:55


Foto: InterestingEngineering

Teknologi.id - Selama bertahun-tahun, robot dikenal sebagai mesin yang hanya mampu menjalankan instruksi sesuai program. Mereka efisien, tetapi kaku, dan sering kesulitan menghadapi lingkungan yang dinamis. Peneliti dari NYU Tandon School Of Engineering memperkenalkan terobosan bernama BrainBody-LLM, sebuah algoritma yang memungkinkan robot untuk merencanakan, menyesuaikan gerakan, dan belajar dari umpan balik secara real-time.

Bagaimana BrainBody-LLM Bekerja?

Algoritma ini meniru cara otak dan tubuh manusia dalam berkomunikasi saat bergerak. Sistem terdiri dari dua komponen utama:

  • Brain LLM - Berfungsi sebagai “otak” yang membuat rencana besar, memecahkan tugas kompleks menjadi langkah-langkah kecil dan dapat dikerjakan secara berurutan.
  • Body LLM - bertindak sebagai “tubuh” yang menerjemahkan langkah tersebut menjadi perintah teknis untuk aktuator robot.

Keunggulan utama BraindBody LLM adalah arsitektur close-loop. Robot terus memantau tindakannya dan lingkungan sekitar, lalu mengirimkan sinyal kesalahan kembali ke sistem agar rencana dapat disesuaikan secara langsung. Dengan cara ini robot tidak hanya menjalankan perintah tapi juga belajar dari kesalahan-kesalahan secara real-time.

Uji Coba Langsung Dunia Virtual ke Robotik

Penelitian pertama kali menguji algoritma ini melalui simulasi di Virtual Home, sebuah platform di mana robot virtual melakukan pekerjaan rumah tangga. Hasilnya tingkat keberhasilan meningkat hingga 17% dibandingkan metode sebelumnya. Tidak berhenti di simulasi, BrainBody-LLM diuji pada robot fisik Franka Research 3, robot berhasil menyelesaikan sebagian besar tugas yang diberikan membuktikan kemampuan algoritma terhadap kompleksitas dunianya.

Robot yang Bisa Belajar seperti Manusia

Menurut laporan Pomodo, BrainBody-LLM memungkinkan robot untuk merencanakan, belajar dan beradaptasi layaknya manusia. Dengan kemampuan ini robot dapat digunakan di berbagai sektor:

  • Rumah Tangga - membantu pekerjaan sehari-hari dengan fleksibilitas tinggi
  • Rumah Sakit - mendukung tenaga medis dalam tugas yang membutuhkan ketelitian
  • Industri Manufaktur - meningkatkan efisiensi produksi dengan adaptasi terhadap kondisi lapangan
  • Lingkungan Dinamis - seperti gudang atau pabrik di mana robot harus menyesuaikan diri dengan perubahan cepat

Baca juga: Honor Pamer “Robot Phone”: HP Futuristik dengan Kamera yang Bisa Bergerak Sendiri

Apa BrainBody-LLM Bisa Menggantikan Manusia?

Meski menjanjikan BrainBody-LLM masih dalam tahap awal. Hingga kini, sistem hanya diuji dengan set perintah terbatas dan dalam lingkungan yang terkendali. Dalam situasi nyata yang lebih kompleks algoritma ini masih perlu pengembangan lebih lanjut.


Peneliti menekankan agar robot-robot programan tersebut dapat beroprasi di dunia nyata, setidaknya diperlukan intergasi sensor multimodal, sensor ini mencakupi:

  • 3D Vision - memainkan robot memahami bentuk dan dimensi objek secara lebih akurat, sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan secara realistis.
  • Depth Sensing - memberikan kemampuan untuk menilai jarak dan kedalaman, penting untuk navigasi dan manipulasi objek tanpa menimbulkan kesalahan.
  • Joint Control - mengatur koordinasi gerak antar bagian tubuh robot agar lebih halus dan menyerupai gerakan manusia.

Dengan dukungan sensor beragam robot tidak hanya bergerak alami tapi juga lebih presisi dan aman saat beroperasi di lingkungan nyata hal ini penting terutama jika robot digunakan di sektor rumah sakit ataupun industri manufaktur di mana kesalahan kecil bisa buat fatal.

Teknologi ini menjanjikan ada pertanyaan besar apa yang masih menggantung, “apakah robot dengan BraindBody-LLM benar-benar bisa menggantikan manusia?”. Jawabannya untuk saat ini belum, robot masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar mampu menghadapi kompleksitas dunia nyata yang penuh variabel tak terduga.

Lebih tepatnya, BraindBody-LLM bukanlah teknologi yang bertujuan menggantikan manusia sepenuhnya melainkan menjadi mitra cerdas yang dapat bekerja berdampingan dengan manusia dengan adaptif yang terus ditingkatkan robot masa depan dengan potensi menjadi pendamping yang pantas sekaligus fleksibel mendukung manusia dalam tugas-tugas yang beresiko berulang dan atau membutuhkan ketelitian tinggi.

Baca Juga: Revolusi Robotik, Pergerakan Tangan yang Presisi

Dampak Bagi Masa Depan AI dan Robotika

Jika dikembangkan secara optimal, BrainBody-LLM dapat menjadi fondasi bagi robot generasi baru yang lebih mandiri, adaptif, dan cerdas. Optimalisasi yang akan terjadi pada pengembangan BrainBody-LLM mencakup berbagai aspek, seperti transformasi industri di mana robot dapat menangani tugas kompleks yang sebelumnya hanya bisa dilakukan manusia, peningkatan kualitas hidup melalui robot rumah tangga yang benar-benar membantu pekerjaan sehari-hari, serta perkembangan ilmu pengetahuan yang membuka jalan bagi riset lanjutan tentang interaksi antara otak dan tubuh buatan. Selain itu, terdapat pula pertimbangan etika, karena semakin miripnya robot dengan manusia menimbulkan pertanyaan mengenai batasan penggunaan dan tanggung jawab sosial.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(dim/sa)


Game Keluarga Kini Bisa Dinikmati di Netflix dan Amazon Luna

1 December 2025 at 22:04

Foto: Forbes

Teknologi.id - Industri hiburan digital telah memasuki cara baru, perkembangan layanan seperti layanan streaming Netflix dan Amazon yang dikenal sebagai penyedia film dan serial kini mulai bersaing di ranah game pesta digital. Masuknya game pesta kedalam layanan streaming menunjukkan bagaimana industri hiburan terus bertransformasi. Netflix dan Amazon tidak lagi sekedar bersaing dalam konten film atau serial, tapi juga dalam menghadirkan pengalaman interaktif.

Trend global yang menekankan hiburan digital mengarah pada konvergensi media. Layanan streaming kini menjadi ekosistem lengkap seperti, film, serial, musik hingga game. Dengan demikian pelanggan mendapatkan nilai tambah dari satu platform yang multifungsi. Menurut analisis omdia, kedua raksasa ini sedang menguji teori bahwa jutaan konsumen yang tidak memiliki konsol game akan tertarik dengan TV game berbasis cloud, karena lebih murah sederhana dan bisa dimainkan bersama keluarga.

Baca Juga: Studi Nintendo akan Beroperasi di SIngapura

Apa Amazon Luna Memiliki Koleksi Game yang Lebih Lengkap?

Amazon Luna, layanan cloud gaming milik Amazon menawarkan koleksi game pesta yang lebih beragam dibanding Netflix. Dengan akses khusus bagi pengguna Amazon prime, Luna menghadirkan berbagai pilihan mulai dari Jackbox Party Packs, Ticket to Ride, hingga game unik seperti Courtroom Chaos yang melibatkan kecerdasan buatan sebagai hakim virtual.

Keunggulan utama Luna adalah kemudahan akses. Pemain tidak membutuhkan control khusus cukup memindah QR code dan menggunakan smartphone sebagai pengendali. Hal ini membuat permainan lebih dimudahkan, karena setiap anggota keluarga dapat bergabung dengan perangkat masing-masing.

Selain itu Luna juga menghadirkan game populer seperti Gardfield Kard 2, Tetris Effect, dan berbagai mini game dari seri Jackbox. Semua game ini dirancang untuk dimainkan di layar besar hingga pengalaman bermain terasa lebih imersif.

Apa itu artinya Netflix tidak lebih baik?

Berbeda dengan Luna, Netflix masih menghadirkan koleksi game pesta yang relatif terbatas. Di Inggris, misalnya game seperti Lego Party, Tetris Time, Warp, Pictionary dan Boogle Party tersedia untuk pelanggan. Namun, ada keterbatasan teknis yang cukup mengganggu, game Netflix tidak dapat diakses melalui aplikasi di smart TV. Pengguna harus menggunakan laptop ataupun komputer, lalu menghubungkannya ke televisi. Hal ini membuat pengalaman bermain kurang praktis dibandingkan dengan Amazon Luna yang bisa diakses lintas perangkat dengan lebih efisien.

Meski begitu Netflix tetap menawarkan daya tarik tersendiri. Lego Party misalnya, sangat cocok untuk anak-anak karena menghadirkan mini game yang mirip dengan Super Mario Party atau Fall Guys. Dengan visual yang ramah anak game ini menjadi alternatif hiburan keluarga yang aman dan menyenangkan.

Baca Juga: Warner Bros Discovery jadi Incaran Netflix

Smartphone sebagai controller inovasi yang memudahkan

Salah satu inovasi paling menarik dari kedua layanan ini adalah penggunaan smartphone sebagai kontroler. Dengan teknologi berbasis QR code, setiap pemain dapat bergabung dengan mudah tanpa perlu membeli perangkat tambahan. Inovasi ini bukan hanya soal kenyamanan tapi juga mencerminkan tren baru dalam industri game, “aksesibilitas”. Game pesta digital kini tidak lagi eksklusif bagi mereka yang memiliki konsol atau perangkat mahal, cukup dengan langganan streaming dan smartphone siapapun bisa ikut serta.

Lalu siapa yang lebih unggul?

Jika dibandingkan Amazon Luna lebih unggul dalam hal jumlah dan variasi game pesta. Koleksi yang lebih banyak akses lintas perangkat serta integrasi dengan Amazon prime menjadikan variasi pilihan yang lebih praktis dan menarik.

Netflix, di sisi lain masih berada pada tahap awal. Koleksi game pesta terbatas dan keterbatasan teknis membuatnya kurang kompetitif. Namun dengan basis pelanggan global yang sangat besar, tetap memiliki potensi untuk mengembangkan layanan ini lebih jauh lagi ke depan.

Hiburan Keluarga di Masa Depan

Dengan adanya game pesta digital masa depan hiburan keluarga tampak semakin interaktif. Tidak ada lagi kerepotan mencari dadu atau kartu yang hilang semua permainan bisa diakses dengan sekali klik dimainkan bersama di layar besar dan dikendalikan melalui smartphone.

  Hal ini sejalan dengan bagaimana inovasi teknologi berkembang mampu mengubah cara kita berinteraksi. hiburan keluarga kini tidak hanya tentang menonton bersama tapi juga bermain bersama di dalam ekosistem digital yang terus berkembang.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)

Indonesia Luncurkan Seamless Corridor Sistem Imigrasi Biometrik AI Pertama di Dunia

28 November 2025 at 22:57


Foto: CNN Indonesia


Teknologi.id – Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang menggunakan Seamless Corridor Immigration System dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) sebagai metode identifikasi. Sistem ini memungkinkan penumpang di bandara melewati pemeriksaan imigrasi tanpa harus menunjukkan dokumen fisik. Proses identifikasi dilakukan secara otomatis melalui pengenal wajah berbasis AI saat penumpang berjalan melewati koridor.

Sistem ini merupakan bagian dari program besar “All Indonesia”, sebuah inisiatif digitalisasi untuk menyederhanakan prosedur masuk bagi wisatawan internasional sekaligus meningkatkan efisiensi bandara. Saat ini, sistem telah dipasang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dan segera menyusul di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Target berikutnya adalah perluasan ke seluruh bandara besar, termasuk Bali sebagai destinasi wisata utama Indonesia. Jika berhasil diterapkan secara nasional, Indonesia akan menjadi negara pertama yang menjalankan sistem imigrasi biometrik “At Scale”, yang membuat perjalanan internasional lebih cepat, aman, dan nyaman.

Bagaimana Cara Kerja Seamless Corridor?

Sistem ini meminimalkan antrean panjang, menghapus kebutuhan dokumen fisik, serta mengurangi hambatan di lapangan. Proses imigrasi baru ini terdiri dari tiga tahapan utama:

  1. Data Sharing – Penumpang mengunggah detail paspor melalui aplikasi All Indonesia.

  2. Background Check – Pemeriksaan keamanan dilakukan sebelum kedatangan.

  3. Final Authentication – Saat melewati koridor, wajah penumpang dipindai dan dicocokkan dengan data yang tersimpan.

Teknologi ini sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Sebelumnya, sistem serupa digunakan untuk keberangkatan jamaah Haji dan Umrah dengan jumlah lebih dari 220.000 jamaah per tahun. Dalam uji coba, koridor biometrik mampu memproses lebih dari 30 penumpang per menit dan melayani total 50.000 jamaah.

Apa Itu All Indonesia?

All Indonesia adalah aplikasi yang digunakan sebagai akses penumpang untuk memanfaatkan layanan Seamless Corridor. Pada tahap awal, penumpang—khususnya lansia dan penyandang disabilitas—diwajibkan mendaftar melalui aplikasi ini. Melalui satu platform digital, penumpang dapat mengakses layanan seperti:

  • Imigrasi

  • Bea Cukai

  • Deklarasi Kesehatan

  • Karantina

Dengan satu aplikasi, seluruh proses masuk ke Indonesia menjadi lebih sederhana dan efisien. Setelah tahap awal, layanan ini akan diperluas untuk semua penumpang.

Baca jugaStrokeGuard: Aplikasi Karya Anak Bangsa untuk Deteksi Dini dan Pencegahan Stroke

Seamless Corridor: Kolaborasi Global dan Lokal

Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara Amadeus, perusahaan teknologi perjalanan asal Spanyol, dan Sinergi Teknoglobal Perkasa, perusahaan IT Indonesia. CEO Sinergi Teknoglobal, Andy Syach, menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak hanya menghadirkan solusi kelas dunia, tetapi juga transfer teknologi yang memperkuat kemampuan tim lokal.

Sementara itu, EVP AirOps Amadeus, Rudy Daniello, menyebut Seamless Corridor sebagai “Jewel In The Crown” dari portofolio perjalanan tanpa hambatan, yang menggabungkan data identitas digital dan biometrik untuk menghadirkan pelayanan yang aman, mudah, dan mulus bagi pelanggan.

Dampak bagi Penumpang, Petugas, dan Negara

Monica Hansen dari Amadeus menyatakan bahwa teknologi ini mengubah proses imigrasi dari yang lambat dan penuh antrean menjadi lebih cepat dan mulus.

Bagi Penumpang:

  • Proses lebih cepat

  • Tanpa antrean panjang

  • Tanpa kerepotan membawa dokumen fisik

Bagi Petugas Imigrasi:

  • Beban kerja berkurang

  • Fokus pada crowd control saat periode puncak

  • Lebih leluasa membantu penumpang berkebutuhan khusus

Bagi Negara:

  • Menguatkan citra Indonesia sebagai pionir teknologi global

  • Mendorong pariwisata dan ekonomi digital melalui pengalaman masuk yang lebih efisien

Sistem ini juga membuka peluang besar bagi perkembangan sektor pariwisata Indonesia. Dengan proses masuk yang lebih cepat dan nyaman, wisatawan internasional diprediksi lebih tertarik mengunjungi destinasi seperti Bali, Yogyakarta, dan Lombok.

Baca juga: Peran Penting Artificial Intelligence dalam Dunia Pendidikan

Masa Depan Bandara Indonesia

Dengan hadirnya Seamless Corridor Biometrik, Indonesia tidak hanya memodernisasi sistem imigrasi, tetapi juga menempatkan diri sebagai pelopor global dalam inovasi perjalanan berbasis AI. Dari keberhasilan melayani jamaah Haji hingga rencana ekspansi ke seluruh bandara besar, langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk menghadirkan layanan bandara modern dan bebas hambatan di masa depan.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(dim/sa)

BPJS Ketenagakerjaan Bidik Infrastruktur AI Global dalam Investasi

29 November 2025 at 00:27

Foto: TechInAsia

Diversifikasi portofolio, Pindah Haluan dari Obligasi ke Infrastruktur AI Global


BPJS Ketenagakerjaan, sebagai salah satu investor institusional terbesar Indonesia, sedang menunggu persetujuan pemerintah untuk melakukan investasi di luar negeri. Menurut Laporan Channel News Asia, dana sosial ini direncanakan akan dialokasikan hingga 5% portofolio ke pasar global, yang mana nilainya setara dengan US$2,5 Miliar. Saat ini , mayoritas aset BPJS masih ditempatkan pada obligasi, dengan ekuitas dan instrumen lain sebagai pelengkap.


Langkah ini akan menjadi penting karena memiliki peluang investasi domestik relatif terbatas. Dengan ekspansi global, BPJS memiliki harapan dapat memperkuat diverifikasi portofolio sekaligus meningkatkan imbal hasil dengan return jangka panjang.


Amerika, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan menjadi Target Utama Pasar


Direktur pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan, Edwin Ridwan, menyebutkan bahwa rantai pasok AI menjadi fokus utama investasi. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan dipandang sebagai pusat pertumbuhan teknologi AI.


Peluang investasi mencakup perusahaan penyedia data, penyedia energi, hingga perusahaan kabel yang menopang ekosistem AI. Sementara itu, investasi langsung pada perusahaan chip seperti Nvidia masih dipertimbangkan, meski sektor tersebut dinilai sudah “terlalu padat”.

Baca juga: Resolusi AI Harus Adil Ke Semua Negara


Mengapa Infrastruktur AI menjadi Fokus Utama?


Alih-alih masuk ke perusahaan inti AI, BPJS Ketenagakerjaan memilih fokus pada infrastruktur pendukung. Hal ini sejalan dengan tren global di mana kebutuhan aka pusat data, energi ramah lingkungan, dan jaringan kabel internasional terus meningkat.


Sektor-sektor tersebut dinilai lebih stabil dan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang dibandingkan investasi langsung pada perusahan teknologi inti yang volatil. Dengan strategi ini, BPJS tidak hanya mengejar keuntungan finansial, tetapi juga mendukung transformasi digital Indonesia melalui keterlibatan dalam rantai pasok global AI.


Rupiah Stabil, Investasi Global Dimulai


Meski rencana sudah matang, keputusan akhir bergantung pada stabilitas rupiah. Edwin menegaskan bahwa investasi luar negeri baru akan dilakukan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar dianggap stabil. Saat ini, rupiah telah melemah lebih dari 3% terhadap dolar, berada di kisaran RP16.700 per dolar.


Regulasi baru terkait manajemen aset dan liabilitas dana pensiun juga tengah dipersiapkan pemerintah sebagai dasar hukum berdiskusi untuk membuka peluang investasi pada emas sebagai diverifikasi tambahan.

Baca juga: Google Rilis Gemini 3


Implikasi bagi Ekonomi Digital Indonesia


Jika rencananya terealisasi, Indonesia akan memiliki posisis strategis dalam ekosistem AI global, Investasi pada infrastruktur AI tidja hanya memperkuat portofolio BPJS, tetapi juga membuka peluang Transfer teknologi dan kolaborasi internasional.


Langkah ini sejalan dengan visi negara Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi digital Asia Tenggara. Dengan dukungan investasi institusional, Indonesia dapat mempercepat adopsi teknologi AI di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga industri manufaktur.


Selain itu, keterlubatan BPJS dalam rantai pasik AI global dapat meningkatkan daya saing Indonesia di mata investor asing. Dengan portofolio yang lebih beragam, BPJS mampu menjaga stabilitas keuangan jangka panjang sekaligus mendukung agenda nasional dalam digitalisasi.


Tantangan dan Prospek ke Depan


Meski peluang besar, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, mulai dari fluktuasi nilai tukar rupiah yang dapat mempengaruhi keputusan investasi, hingga persaingan sektor AI global yang ketat. Sehingga BPJS harus cermat dalam memilih perusahaan dengan valuasi yang tepat.

 
Namun, prospeknya tetap menjanjikan. Infrastruktur AI seperti pusat data dan energi ramah lingkungan yang diprediksi akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan teknologi cloud, big data, dan machine learning. Dengan masuk ke esktor ini, BPJS tidak hanya mengikuti tren global tetapi juga menempatkan Indonesia di jalur Ekonomi digital masa depan.


Investasi Infrastruktur AI Menjadi Pilihan BPJS dalam Mengamankan Posisi di Global


Rencana dalam melakukan investasi pada sektor infrastruktur AI global menjadi strategi berani sekaligus visioner. Dengan fokus pada pusat data, energi, kabel , dan dana sosial tidak hanya akan mengejar keuntungan finansial, tetapi juga menguatkan Indonesia pada jalur transformasi digital global. Jika regulasi dan stabilitas rupiah mendukung, langkah ini bisa menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam memperkuat posisi di sektor ekonomi digital Asia Tenggara.

 Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(Dim)

Uni Eropa Tetapkan Regulasi AI untuk Lindungi Anak-anak dari Konten Berbahaya

28 November 2025 at 17:43

Foto: TechInAsia

Teknologi.Id - Perkembangan teknologi digital membawa peluang sekaligus efek jangka panjang bagi generasi muda. Media sosial dan kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian yang melekat pada kehidupan sehari-hari, mulai dari hiburan, kesehatan, pemasaran hingga pendidikan. Namun, dibalik segudang manfaatnya, muncul kekhawatiran serius yang berdampak bagi pengguna media sosial dan AI, khususnya anak-anak. Menyadari hal tersebut, Parlemen Eropa baru saja menyetujui sebuah resolusi non-binding yang mendorong adanya regulasi AI dan penetapan batas minimum usia yang diharapkan sebagai pembatas akses di platform digital bagi anak-anak.

Penyetaraan Batasan Minimum Usia Pengguna Media Sosial dan AI di Uni Eropa 

Bayangkan seorang anak berusia 12 tahun yang memiliki kebebasan menjelajahi media sosial tanpa batas. Anak-anak memiliki akses dengan mudah untuk menyentuh konten dewasa, iklan manipulatif, bahkan chatbot AI yang belum tentu aman. Hal inilah yang dicoba dicegah oleh Uni Eropa, dengan menetapkan batas usia minimum terhitung 16 tahun, resolusi ini berusaha menciptakan standar yang jelas dan seragam di seluruh negara anggota. 

Menariknya, anak-anak berusia 13 hingga 16 tahun masih diberi kesempatan untuk menggunakan media sosial dan chatbot AI, dengan syarat adanya persetujuan orang tua. Hal tersebut menempatkan keluarga sebagai penyaring informasi terdepan dalam mengawasi interaksi anak dengan digital. Dengan adanya penyetaraan batas usia, Uni Erop ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki perlindungan yang sama tanpa celah aturan yang berbeda antarnegara.

Mengatasi Dampak AI dan Desain Adiktif

Pernahkah kamu menyadari bahwa sangat sulit untuk berhenti menggunakan media sosial? Atau terus membuka aplikasi dikarenakan notifikasi yang tidak berhenti muncul? Itulah contoh desain adiktif yang dirancang untuk mendorong para penggunannya lakukan doom scrolling.Parlemen eropa menilai fitur-fitur tersebut sengaja diciptakan untuk menimbulkan kecanduan terutama pada anak-anak. 

Selanjutnya, dampak AI generatif juga menjadi perhatian. Kemampuan AI dalam menciptakan teks, gambar, atau video menjadi pedang bermata dua bagi perkembangan media. Di satu sisi, membuka peluang kreatif dan edukatifyang cepat, namun disisi lainnya berpotensi menyebarkan konten palsu, manipulatif dan bahkan berbahaya bagi perkembangan psikologis  anak-anak. Dengan adanya regulasi AI Uni Eropa ingin memastikan bahwa teknologi digunakan secara etis, aman dan mendukung perkembangan generasi muda, bukan sebaliknya.

Baca juga: Ancaman dan Tantangan Perkembangan AI bagi Manusia

Perlindungan dari Iklan Manipulatif dan Unsur Judi

Bayangkan seorang anak sedang bermain game favoritnya, kemudian di iming-imingi hadiah langka dengan tawaran loot box. Tanpa disadari, anak tersebut sudah masuk ke dalam pola perilaku mirip perjudian yang mana iklan manipulatif menargetkan kelemahan psikologis anak. Inilah yang ingin dihapuskan melalui resolusi Uni Eropa, dengan berusaha menciptakan ruang digital yang bebas dari jebakan komersial yang merugikan. Anak-anak berhak untuk menikmati dunia digital sebagai tempat untuk belajar, berkreasi hingga bersosialisasi tanpa harus menjadi korban atas eksploitasi bisnis. 

Regulasi AI Terdengar Langkah Berani dalam Menyelamatkan Kebebasan Generasi Muda 

Meski resolusi terdengar menjanjikan, diperlukan jalan panjang dalam menerapkannya. Proses legislasi di Uni Eropa membutuhkan proposal resmi dari Komisi Eropa serta negosiasi antarnegara anggota. Bahkan memerlukan waktu yang cukup lama sebelum aturan ini benar-benar berlaku.

Resolusi AI ini menjadi arah penting dalam kebijakan bernegara, yang mana menjadi sinyal kuat dalam keberdaulatan negara menyikapi dampak AI dan media sosial bagi warga negaranya. Perusahaan teknologi harus bersiap dengan menyesuaikan layanan mereka dengan standar yang ketat dan menyesuaikan dengan segmentasi pasar, usia hingga gender. Dengan begitu, anak-anak tidak lagu menjadi “korban eksperimen” algoritma yang tidak terkendali.

Baca juga: Apa Itu Teknologi AI dan Bagaimana Itu Mengubah Dunia Kita?

Integrasi Uni Eropa dalam Menyikapi Perkembangan AI dan Media Sosial 

Resolusi Parlemen Eropa dilakukan dalam upaya perlindungan moral terhadap masa depan aset negara. Generasi muda akan tumbuh dengan peluang yang gemilang dengan memanfaatkan teknologi dan perkembangan yang ada, akan tetapi tanpa regulasi yang kurang jelas, anak-anak menjadi rentan terjebak dalam kecanduan layar karena terpapar konten berbahaya, manipulatif hingga iklan yang licik. Dengan menekankan perlindungan dari desain adiktif, iklan manipulatif serta konten berbahaya, Uni Eropa mengencangkan siaganya akan menciptakan uang digital yang aman, terdidik, dan bermanfaat bagi anak-anak. 

 Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(dim/sa)

❌