Normal view

Eksekutif Polygon Jelaskan Kenapa Keuangan Besar Ingin Aset Kripto di 2025 dan Kenapa Retail Tidak

10 December 2025 at 00:00

Pada tahun 2025, industri aset kripto memasuki fase baru yang ditandai dengan lonjakan partisipasi institusi besar. Setelah bertahun-tahun berhati-hati dan skeptis, kini perusahaan besar mulai mengalokasikan modal dalam jumlah signifikan ke aset digital.

Tetapi, apa yang berubah sehingga institusi akhirnya masuk ke industri yang dulu mereka jauhi? BeInCrypto berbicara dengan Aishwary Gupta, Head Global Payment dan Real-World Assets di Polygon Labs, untuk membahas faktor pendorong di balik transformasi ini. Gupta menjelaskan kenapa aliran dana institusi sekarang mendominasi pasar dan apa arti perubahan ini.

Institusi Kini Kuasai Arus Masuk Aset Kripto: Ini Alasannya

Gupta mengungkapkan bahwa institusi saat ini menyumbang sekitar 95% dari arus masuk aset kripto. Sementara itu, partisipasi investor ritel turun menjadi sekitar 5–6%. Pergeseran ini menandakan perubahan dari siklus lama yang dipimpin oleh hype dan investor ritel ke pasar yang kini banyak dipengaruhi oleh keuangan terstruktur.

Manajer aset besar seperti BlackRock, Apollo, dan Hamilton Lane juga mulai mengalokasikan sekitar 1–2% portofolio mereka ke aset kripto, memperkenalkan ETF dan menguji produk investasi yang ditokenisasi di chain.

Menurut Gupta, perubahan yang terjadi bukan pada sentimen Wall Street, melainkan pada infrastruktur yang sekarang mendukung aktivitas institusi. Ia menyebut Polygon sebagai contoh:

“Kemitraan dengan JPMorgan untuk perdagangan DeFi secara langsung di bawah Monetary Authority of Singapore, Ondo untuk obligasi negara yang ditokenisasi, dan AMINA Bank untuk staking yang telah diatur membuktikan bahwa sistem yang menjalankan DeFi juga dapat menggerakkan keuangan global. Skalabilitas dan biaya transaksi rendah membuat keuangan tradisional mempertimbangkan blockchain publik untuk digunakan. Institusi sekarang tidak perlu lagi bereksperimen di sandbox — mereka bisa bertransaksi di jaringan publik yang kompatibel dengan Ethereum, yang sudah teruji dan memenuhi syarat auditor maupun regulator.”

Gupta menyampaikan bahwa institusi masuk ke dunia aset kripto dari dua arah utama: mencari imbal hasil dan diversifikasi, serta mengejar efisiensi operasional. Gelombang pertama berfokus pada hasil dalam dolar AS lewat produk seperti obligasi negara yang ditokenisasi dan staking yang dikelola bank. Produk-produk ini menawarkan kerangka kerja yang sudah dikenal sekaligus sesuai aturan untuk mendapatkan yield.

Gelombang kedua, ia terangkan, didorong oleh efisiensi yang ditawarkan blockchain. Penyelesaian transaksi lebih cepat, likuiditas bersama, serta aset yang dapat diprogram membuat jaringan keuangan besar dan perusahaan fintech tertarik mencoba struktur dana yang ditokenisasi dan transfer di chain.

Penurunan Minat Ritel Picu Pertanyaan soal Arah Aset Kripto saat Institusi Memimpin

Ia juga menyoroti alasan keluarnya investor ritel. Gupta menegaskan kebanyakan investor ritel meninggalkan pasar karena kerugian akibat siklus meme coin spekulatif dan harapan keuntungan yang tidak realistis. Hilangnya kepercayaan ini, ia terang, membuat banyak investor kecil memilih menepi. meski begitu, ia tidak melihat ini sebagai kepergian permanen atau struktural.

“Akan semakin banyak produk yang terstruktur dan teregulasi, sehingga bisa mengembalikan kepercayaan mereka untuk kembali ke pasar,” ujar Gupta kepada BeInCrypto.

Meskipun demikian, meningkatnya partisipasi institusi menimbulkan kekhawatiran akan potensi hilangnya jiwa desentralisasi aset kripto. Gupta menegaskan bahwa kematangan dan desentralisasi dapat berjalan bersamaan asalkan jaringan publik dan terbuka tetap menjadi fondasinya.

Menurutnya, desentralisasi hanya terancam ketika jaringan mengorbankan keterbukaan, bukan ketika ada peserta baru yang masuk.

“Kalau dibangun di atas sistem publik…bukan di taman tertutup, adopsi institusi tidak akan memusatkan aset kripto, melainkan melegitimasi. Keuangan tradisional bukan mengambil alih kripto, melainkan memang masuk ke chain — ini bukan penaklukan atau penyerahan, tetapi lebih pada penggabungan infrastruktur, di mana chain yang menjalankan DeFi dan NFT juga mengakomodasi treasury, ETF, dan staking institusi,” papar dia.

Saat ditanya apakah dominasi institusi bisa memperlambat inovasi karena mengedepankan kepatuhan dibandingkan eksperimen, Gupta mengakui ketegangan tersebut ada. meski begitu, ia berpandangan hal ini tetap bisa memberi manfaat bagi sektor ini.

‘Mentalitas “bergerak cepat dan hancurkan segala hal” memang melahirkan kreativitas besar, tapi juga menyebabkan kerugian besar dan perlawanan dari regulator. Ya, institusi bergerak lambat dan sangat fokus pada kepatuhan, dan ya, itu kadang menahan kreativitas, tapi jika dijalankan dengan tepat, inovasi tidak harus mati. Justru ini bisa mendorong kemajuan dan memaksa pengembang melihat kepatuhan sebagai bentuk inovasi dengan mengintegrasikannya sejak awal. Perkembangannya bisa lebih lambat, tapi hasilnya lebih kuat dan lebih bisa diskalakan,” komentar eksekutif tersebut.

Apa yang Akan Terjadi Berikutnya saat Institusi Semakin Aktif di Aset Kripto

Melihat ke depan, Gupta mengatakan lonjakan partisipasi institusi sebaiknya tidak dipandang sebagai Wall Street “mengambil alih” aset kripto, tapi lebih kepada bergabung dengan ekosistem yang makin beragam.

“Pasar kini berjalan dengan likuiditas institusi, yang bergerak lebih lambat, menghasilkan yield, dan lebih terkelola risikonya. Kamu tidak lagi melihat pasar didominasi oleh trader ritel yang mengejar hype dan FOMO di centralized exchange seperti tahun 2017. Perdagangan berdasarkan emosi jauh berkurang. Volatilitas akan turun, karena modal bergerak dari spekulasi ke penghasil yield jangka panjang. Narasinya sudah berubah, di mana aset kripto kini lebih dipandang sebagai infrastruktur finansial daripada kelas aset,” ucapnya

Ia memprediksi ekspansi besar pada tokenisasi aset dunia nyata (RWA) dan peningkatan bertahap stabilitas pasar seiring aktivitas trading yang semakin disiplin dan tidak lagi spekulatif. Integrasi regulasi yang lebih kuat, tambahnya, juga sangat mungkin terjadi karena pelaku finansial tradisional terus mengembangkan strategi on-chain.

Gupta memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut pada staking institusi dan jaringan penghasil yield, seiring entitas teregulasi mencari cara yang sesuai aturan untuk ikut mendapatkan yield di chain. Di sisi lain, ia percaya interoperabilitas akan menjadi fokus utama, di mana alat publik yang memudahkan pergerakan aset lintas rollup akan semakin penting saat institusi meningkatkan aktivitas mereka.

Polygon Executive Explains Why Big Finance Wants Crypto in 2025 and Why Retail Doesn’t

10 December 2025 at 00:00

In 2025, the cryptocurrency industry entered a new phase, characterized by a surge in institutional participation. After years of caution and skepticism, large firms are now allocating meaningful capital to digital assets.

But what changed for institutions to finally turn to an industry they once kept at arm’s length? BeInCrypto spoke with Aishwary Gupta, global head of Payments and Real-World Assets at Polygon Labs, to unpack the drivers behind this transformation. Gupta discusses why institutional inflows now dominate the market and what this shift means.

Institutions Now Dominate Crypto Inflows: Here’s Why

Gupta noted that institutions now account for an estimated 95% of crypto inflows. Meanwhile, retail participation has fallen to roughly 5–6%. This reversal marks a shift from the hype-driven, retail-led cycles of previous years to a market increasingly shaped by structured finance. 

Large asset managers, including BlackRock, Apollo, and Hamilton Lane, have begun allocating around 1–2% of their portfolios to crypto, introducing ETFs and piloting tokenized investment products on-chain.

According to Gupta, the change isn’t in Wall Street’s sentiment but in the infrastructure that now supports institutional activity. He cited Polygon as an example:

“Partnerships with JPMorgan for a live DeFi trade under the Monetary Authority of Singapore, Ondo for tokenized treasuries, and AMINA Bank for regulated staking showed that the rails powering DeFi can also power global finance. Scalability and low-cost transactions allowed TradFi to consider public blockchains usable. Institutions don’t have to experiment in sandboxes anymore — they can make transactions on a well-tested, Ethereum-compatible public network that satisfies auditors and regulators.”

Gupta said institutions are entering the crypto space from two primary directions. The search for yield and diversification, and the pursuit of operational efficiency. The first wave focused on dollar-denominated returns through products such as tokenized treasuries and bank-managed staking. This offered a familiar and compliant framework for generating yield.

The second wave, he explained, is driven by the efficiency gains that blockchain can provide. Faster settlement, shared liquidity, and programmable assets have encouraged large financial networks and fintech firms to experiment with tokenized fund structures and on-chain transfers. 

Retail Retreat Raises Questions About Crypto’s Direction as Institutions Take the Lead

The executive also emphasized the reason for the retail exit. He highlighted that retail investors left the market largely due to losses tied to speculative meme coin cycles and unrealistic profit expectations. This erosion of trust, he noted, pushed many smaller investors to the sidelines. However, he does not view this as a permanent or structural departure.

“A lot more structured and regulated products will be able to win their confidence so they can return to the market,” Gupta told BeInCrypto.

Still, the rise of institutional participation raised concerns about potential dilution of crypto’s decentralization ethos. Gupta contends that maturity and decentralization are not mutually exclusive if public, open networks remain the foundation.

According to him, decentralization is threatened only when networks sacrifice openness, not when new participants enter.

“When built on public rails…instead of in walled gardens,  institutional adoption won’t centralize crypto so much as legitimize it…..TradFi isn’t taking over crypto so much as it is coming on-chain — it’s not a takeover and surrender but rather a merging of infrastructures as chains that host DeFi and NFTs also host Treasuries, ETFs, and institutional staking,” he remarked.

When asked whether institutional dominance could slow innovation by prioritizing compliance over experimentation, Gupta acknowledged the tension. Nonetheless, he argued that it may ultimately benefit the sector.

‘The ‘move fast and break things’ mentality produced great creativity, but it also led to huge losses and regulatory hostility.  Yes, institutions move slowly and with a great focus on compliance, and yes, that can put a strain on creativity, but if done right, it doesn’t have to kill innovation. Instead, it can push it further and force developers to see compliance as a way to foster innovation by building it in from the start. Progress may be slower, but it is stronger and more scalable,” the executive commented.

What Comes Next as Institutions Deepen Their Presence in Crypto

Looking ahead, Gupta said the rise of institutional participation should not be viewed as Wall Street “taking over” crypto but rather joining an increasingly multifaceted ecosystem. 

“The market now runs on institutional-grade liquidity that is slower-moving, yield-bearing and more risk-managed. You no longer see the market dominated by retail traders chasing hype and FOMO across centralized exchanges like in 2017. There’s less emotional trading. Volatility will decrease as capital moves from speculation to long-term yield generation. The narrative has changed, with crypto becoming seen more as financial infrastructure than an asset class,” he mentioned

He expects significant expansion in real-world asset (RWA) tokenization and a gradual increase in market stability as trading activity becomes more disciplined and less speculative. Stronger regulatory integration, he added, is also likely as traditional financial players continue to develop on-chain strategies.

Gupta anticipates further growth in institutional staking and yield-generating networks as regulated entities explore compliant ways to participate in on-chain yield. At the same time, he believes interoperability will become a central focus, with public-chain tools that enable seamless movement of assets across different rollups gaining importance as institutions scale their activity.

The post Polygon Executive Explains Why Big Finance Wants Crypto in 2025 and Why Retail Doesn’t appeared first on BeInCrypto.

❌