Apa Narasi Kripto Utama yang Layak Diperhatikan di 2026?
Fase pertumbuhan berikutnya dari dunia aset kripto sedang berlangsung dengan tenang, karena narasi kripto kini mulai beralih ke penggunaan sehari-hari. Adopsi pada tahun 2026 semakin dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat sudah memanfaatkan aset kripto dalam kehidupan finansial sehari-hari.
Dalam sebuah wawancara bersama BeInCrypto, perwakilan dari CakeWallet dan SynFutures memaparkan ke mana arah masa depan kripto secara realistis selama satu tahun ke depan. Menurut mereka, pembayaran, tabungan, dan manajemen risiko kini menggantikan spekulasi sebagai faktor utama penggerak aktivitas kripto yang berkelanjutan.
Kripto sebagai Uang Sehari-hari
Salah satu tanda paling jelas terkait adopsi kripto menuju 2026 adalah perannya yang makin besar sebagai uang sehari-hari, terutama di kawasan yang sistem keuangannya tidak stabil atau sukar diakses.
Sekarang, alih-alih hanya untuk spekulasi, aset kripto makin sering dimanfaatkan sebagai alat praktis untuk menabung, bertransaksi, dan mengirimkan nilai.
“Jawabannya sangat beragam tergantung dari mana kamu berasal, tapi saya melihat ada dua kasus besar untuk pertumbuhan di 2026,” ujar Seth for Privacy, Wakil Presiden CakeWallet. “Yang pertama ada di Global South, di mana permintaan stablecoin melonjak tajam beberapa tahun terakhir.”
Crypto adoption shifts from wallet counts to weekday spending as new behavioral metrics and loyalty economics redefine what real usage means. pic.twitter.com/Hv014vx6Ej
— Kira (@Kira_Crypto247) December 22, 2025
Di kawasan ini, aset kripto sering kali mengisi kekosongan akibat inflasi, kontrol modal, atau infrastruktur perbankan yang lemah. Khusus stablecoin, orang bisa terus menyimpan nilai dalam mata uang yang tidak gampang jatuh nilainya serta mudah dikirimkan.
“Kemungkinan untuk orang biasa di Nikaragua, misalnya, menggunakan stablecoin seperti USDT dengan cara yang menjaga privasi untuk menyimpan kekayaan dan membayar kebutuhan riil, akan sangat membantu mereka melindungi diri dari kejahatan dan pencurian,” terang eksekutif tersebut.
Seiring makin dikenalnya kripto, privasi juga jadi semakin penting. Bagi pengguna yang mengandalkan kripto untuk belanja harian, melindungi data transaksi bukan sekadar soal ideologi, melainkan demi keamanan pribadi.
Dalam konteks ini, kebutuhanlah yang mendorong adopsi—bukan sekadar antusiasme—dan pertumbuhan tetap berjalan tanpa melihat siklus pasar.
Ketika berbagai kasus penggunaan ini makin matang, alat-alat penunjangnya—terutama stablecoin—kian berperan sentral dalam cara kerja dunia kripto di seluruh dunia.
Yield dan Pembayaran Stablecoin
Meski stablecoin sudah lama diidentikkan dengan negara berkembang, perannya kini turut meluas dengan pesat ke negara maju. Pada 2026, stablecoin mulai diposisikan sebagai alat keuangan utama, bukan sekadar jembatan sementara antara kripto dan fiat.
“Sampai saat ini, pasar terbesar yang masih belum tersentuh ialah Barat,” tutur Seth. “Banyak orang melewatkan manfaat stablecoin karena akses perbankan dan fiat yang mudah.”
Our 2026 Infra Year Ahead Report is out now!
— Delphi Digital (@Delphi_Digital) December 17, 2025
Stablecoins have become the most important infrastructure story in crypto.
Every fintech wave promised to fix payments but just layered better UX on the same infrastructure. Revolut and Nubank delivered better experiences while… pic.twitter.com/zEhC6sndmv
Namun, pandangan tersebut bisa berubah ketika pengguna mulai membandingkan kecepatan dan kemudahan transfer stablecoin dengan sistem keuangan tradisional. Bagi banyak orang, keunggulan utamanya terletak pada menghindari keterlambatan, biaya, dan perantara yang tidak perlu.
“Setelah para pengguna ini paham betapa lebih mudahnya berpindah antara Bitcoin dan USDT dibandingkan fiat, laju adopsi akan meningkat pesat,” tambah dia.
Stablecoin kini membentuk bagaimana aktivitas keuangan on-chain berlangsung. Makin banyak pengguna berpotensi tertarik pada stablecoin untuk meraup pendapatan pasif di 2026, dengan memanfaatkan yield DeFi.
“Stablecoin kini menjadi lapisan dasar untuk trading DeFi dan pasar derivatif,” ucap Wenny Cai, COO SynFutures. Ia menambahkan, kini aset tersebut tidak sekadar disimpan diam, melainkan juga aktif digunakan sebagai saldo. Para pengguna mulai memperlakukan stablecoin sebagai “modal kerja—dana yang aktif diputar, bukan sekadar diparkir.”
Pergeseran cara orang menyimpan dan menggerakkan nilai inilah yang mulai mengubah interaksi pengguna terhadap kripto, bukan hanya sekadar pembayaran biasa.
Saat Penggunaan Menjadi Sengaja
Bersamaan dengan makin matangnya pasar kripto, perilaku pengguna pun ikut berubah. Alih-alih mengejar pergerakan harga jangka pendek, banyak pengguna kini mulai memanfaatkan kripto secara lebih terarah dan terkendali.
“Kita akan melihat adanya pergeseran penggunaan kripto sebagai uang, akhirnya!” papar Seth kepada BeInCrypto. “Saat spekulasi mulai mereda dan harga mulai stabil, kita akan terus melihat pertumbuhan penggunaan kripto untuk benar-benar membayar barang dan jasa.”
Pada waktu yang sama, sebagian pengguna juga mulai memanfaatkan alat yang memungkinkan mereka mengelola eksposur dan ketidakpastian secara lebih baik. Menurut Cai, pada 2026 pengguna ritel akan lebih condong ke pengelolaan modal aktif, bukan sekadar spekulasi pasif.
Bukannya makin menyebar investasi, kini pengguna justru semakin memfokuskan perhatian mereka.
“Alih-alih membeli dan hold puluhan token, pengguna kini lebih memilih trading aset besar dengan leverage, melakukan lindung nilai atas risiko penurunan, atau memakai strategi terstruktur—semuanya di on-chain,” jelasnya.
Meski mekanismenya bisa jadi rumit, motivasinya sangat sederhana. Pengguna ingin memiliki lebih banyak kendali, hasil yang lebih jelas, dan risiko kejutan yang lebih sedikit.
Bersamaan dengan perubahan perilaku pengguna, adopsi pun makin meluas ke beragam kelompok dan sektor industri.
Integrasi DeFi dan TradFi
Adopsi aset kripto di tahun 2026 tidak terbatas hanya pada satu kelompok demografis.
Justru, adopsi aset kripto mencakup individu, bisnis, dan pelaku pasar profesional, di mana masing-masing punya kebutuhan yang berbeda.
“Pertumbuhan terbesar secara keseluruhan masih terjadi di Global South, tempat orang-orang benar-benar punya kebutuhan nyata hari ini, bukan sekadar ingin berspekulasi,” terang Seth. “Akses perbankan yang buruk, mata uang fiat yang cepat terdepresiasi, dan kontrol remitansi yang ketat membuat negara-negara ini sangat siap mempercepat penggunaan aset kripto pada 2026.”
"But no one uses it as money!"
— Alex Stanczyk ∞/21m (@alexstanczyk) December 17, 2025
For years, skeptics dismissed Bitcoin with the same tired line: "No one actually uses it for payments."
That argument no longer stands up under scrutiny.
As of mid-December 2025, there are now 24,113 verified bitcoin-accepting merchants… pic.twitter.com/xpL00iY8cp
Sementara itu, pengguna profesional makin banyak yang mengintegrasikan alat kripto ke dalam proses operasional yang sudah mereka miliki.
“Selain fintech, perusahaan trading, manajer aset digital, dan broker online menjadi pelaku terdepan dalam mengadopsi alat DeFi di tahun 2026,” papar Cai.
Yang kini berubah adalah tingkat kesiapan. Infrastruktur sudah lebih maju, platform makin stabil, serta alat yang tersedia bisa mendukung aktivitas dengan volume besar secara konsisten. Alhasil, adopsi aset kripto kini tidak lagi dianggap percobaan, melainkan sebagai keputusan bisnis yang nyata.
Meski makin luas, tetap ada satu tantangan yang masih sangat memengaruhi seberapa jauh aset kripto bisa berkembang secara realistis.
Platform yang Membuat Aset Kripto Mudah Digunakan
Dari kedua wawancara, ada satu kesimpulan yang sama: hambatan utama untuk memperluas adopsi aset kripto bukan lagi masalah kemampuan teknis, regulasi, maupun likuiditas.
“Tentu saja user experience,” ujar Seth saat ditanya apa yang paling bisa mendorong pertumbuhan aset kripto di 2026. “Terlalu lama, alat-alat kripto dibuat ‘oleh para nerd untuk para nerd’.”
Cai juga sependapat dari sisi trading.
“Infrastruktur sudah berfungsi, likuiditas tersedia, dan permintaan sudah terbukti—namun alat trading yang canggih masih terasa menakutkan bagi banyak pengguna,” tutur dia.
Ketika aset kripto memasuki fase berikutnya, keberhasilannya bakal makin bergantung pada kejelasan serta kesederhanaan. Platform yang membuat alat-alat canggih terasa mudah dipahami dan aman kemungkinan besar akan mendapatkan penggunaan yang berkelanjutan.
Pada 2026, narasi kripto yang paling penting mungkin justru yang tidak disadari oleh pengguna—karena semuanya berjalan begitu saja.