Reading view

Apa Narasi Kripto Utama yang Layak Diperhatikan di 2026?

Fase pertumbuhan berikutnya dari dunia aset kripto sedang berlangsung dengan tenang, karena narasi kripto kini mulai beralih ke penggunaan sehari-hari. Adopsi pada tahun 2026 semakin dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat sudah memanfaatkan aset kripto dalam kehidupan finansial sehari-hari.

Dalam sebuah wawancara bersama BeInCrypto, perwakilan dari CakeWallet dan SynFutures memaparkan ke mana arah masa depan kripto secara realistis selama satu tahun ke depan. Menurut mereka, pembayaran, tabungan, dan manajemen risiko kini menggantikan spekulasi sebagai faktor utama penggerak aktivitas kripto yang berkelanjutan.

Kripto sebagai Uang Sehari-hari

Salah satu tanda paling jelas terkait adopsi kripto menuju 2026 adalah perannya yang makin besar sebagai uang sehari-hari, terutama di kawasan yang sistem keuangannya tidak stabil atau sukar diakses.

Sekarang, alih-alih hanya untuk spekulasi, aset kripto makin sering dimanfaatkan sebagai alat praktis untuk menabung, bertransaksi, dan mengirimkan nilai.

“Jawabannya sangat beragam tergantung dari mana kamu berasal, tapi saya melihat ada dua kasus besar untuk pertumbuhan di 2026,” ujar Seth for Privacy, Wakil Presiden CakeWallet. “Yang pertama ada di Global South, di mana permintaan stablecoin melonjak tajam beberapa tahun terakhir.”

Crypto adoption shifts from wallet counts to weekday spending as new behavioral metrics and loyalty economics redefine what real usage means. pic.twitter.com/Hv014vx6Ej

— Kira (@Kira_Crypto247) December 22, 2025

Di kawasan ini, aset kripto sering kali mengisi kekosongan akibat inflasi, kontrol modal, atau infrastruktur perbankan yang lemah. Khusus stablecoin, orang bisa terus menyimpan nilai dalam mata uang yang tidak gampang jatuh nilainya serta mudah dikirimkan.

“Kemungkinan untuk orang biasa di Nikaragua, misalnya, menggunakan stablecoin seperti USDT dengan cara yang menjaga privasi untuk menyimpan kekayaan dan membayar kebutuhan riil, akan sangat membantu mereka melindungi diri dari kejahatan dan pencurian,” terang eksekutif tersebut.

Seiring makin dikenalnya kripto, privasi juga jadi semakin penting. Bagi pengguna yang mengandalkan kripto untuk belanja harian, melindungi data transaksi bukan sekadar soal ideologi, melainkan demi keamanan pribadi.

Dalam konteks ini, kebutuhanlah yang mendorong adopsi—bukan sekadar antusiasme—dan pertumbuhan tetap berjalan tanpa melihat siklus pasar.

Ketika berbagai kasus penggunaan ini makin matang, alat-alat penunjangnya—terutama stablecoin—kian berperan sentral dalam cara kerja dunia kripto di seluruh dunia.

Yield dan Pembayaran Stablecoin

Meski stablecoin sudah lama diidentikkan dengan negara berkembang, perannya kini turut meluas dengan pesat ke negara maju. Pada 2026, stablecoin mulai diposisikan sebagai alat keuangan utama, bukan sekadar jembatan sementara antara kripto dan fiat.

“Sampai saat ini, pasar terbesar yang masih belum tersentuh ialah Barat,” tutur Seth. “Banyak orang melewatkan manfaat stablecoin karena akses perbankan dan fiat yang mudah.”

Our 2026 Infra Year Ahead Report is out now!

Stablecoins have become the most important infrastructure story in crypto.

Every fintech wave promised to fix payments but just layered better UX on the same infrastructure. Revolut and Nubank delivered better experiences while… pic.twitter.com/zEhC6sndmv

— Delphi Digital (@Delphi_Digital) December 17, 2025

Namun, pandangan tersebut bisa berubah ketika pengguna mulai membandingkan kecepatan dan kemudahan transfer stablecoin dengan sistem keuangan tradisional. Bagi banyak orang, keunggulan utamanya terletak pada menghindari keterlambatan, biaya, dan perantara yang tidak perlu.

“Setelah para pengguna ini paham betapa lebih mudahnya berpindah antara Bitcoin dan USDT dibandingkan fiat, laju adopsi akan meningkat pesat,” tambah dia.

Stablecoin kini membentuk bagaimana aktivitas keuangan on-chain berlangsung. Makin banyak pengguna berpotensi tertarik pada stablecoin untuk meraup pendapatan pasif di 2026, dengan memanfaatkan yield DeFi.

“Stablecoin kini menjadi lapisan dasar untuk trading DeFi dan pasar derivatif,” ucap Wenny Cai, COO SynFutures. Ia menambahkan, kini aset tersebut tidak sekadar disimpan diam, melainkan juga aktif digunakan sebagai saldo. Para pengguna mulai memperlakukan stablecoin sebagai “modal kerja—dana yang aktif diputar, bukan sekadar diparkir.”

Pergeseran cara orang menyimpan dan menggerakkan nilai inilah yang mulai mengubah interaksi pengguna terhadap kripto, bukan hanya sekadar pembayaran biasa.

Saat Penggunaan Menjadi Sengaja

Bersamaan dengan makin matangnya pasar kripto, perilaku pengguna pun ikut berubah. Alih-alih mengejar pergerakan harga jangka pendek, banyak pengguna kini mulai memanfaatkan kripto secara lebih terarah dan terkendali.

“Kita akan melihat adanya pergeseran penggunaan kripto sebagai uang, akhirnya!” papar Seth kepada BeInCrypto. “Saat spekulasi mulai mereda dan harga mulai stabil, kita akan terus melihat pertumbuhan penggunaan kripto untuk benar-benar membayar barang dan jasa.”

Pada waktu yang sama, sebagian pengguna juga mulai memanfaatkan alat yang memungkinkan mereka mengelola eksposur dan ketidakpastian secara lebih baik. Menurut Cai, pada 2026 pengguna ritel akan lebih condong ke pengelolaan modal aktif, bukan sekadar spekulasi pasif.

Bukannya makin menyebar investasi, kini pengguna justru semakin memfokuskan perhatian mereka.

“Alih-alih membeli dan hold puluhan token, pengguna kini lebih memilih trading aset besar dengan leverage, melakukan lindung nilai atas risiko penurunan, atau memakai strategi terstruktur—semuanya di on-chain,” jelasnya.

Meski mekanismenya bisa jadi rumit, motivasinya sangat sederhana. Pengguna ingin memiliki lebih banyak kendali, hasil yang lebih jelas, dan risiko kejutan yang lebih sedikit.

Bersamaan dengan perubahan perilaku pengguna, adopsi pun makin meluas ke beragam kelompok dan sektor industri.

Integrasi DeFi dan TradFi

Adopsi aset kripto di tahun 2026 tidak terbatas hanya pada satu kelompok demografis

Justru, adopsi aset kripto mencakup individu, bisnis, dan pelaku pasar profesional, di mana masing-masing punya kebutuhan yang berbeda.

“Pertumbuhan terbesar secara keseluruhan masih terjadi di Global South, tempat orang-orang benar-benar punya kebutuhan nyata hari ini, bukan sekadar ingin berspekulasi,” terang Seth. “Akses perbankan yang buruk, mata uang fiat yang cepat terdepresiasi, dan kontrol remitansi yang ketat membuat negara-negara ini sangat siap mempercepat penggunaan aset kripto pada 2026.”

"But no one uses it as money!"

For years, skeptics dismissed Bitcoin with the same tired line: "No one actually uses it for payments."

That argument no longer stands up under scrutiny.

As of mid-December 2025, there are now 24,113 verified bitcoin-accepting merchants… pic.twitter.com/xpL00iY8cp

— Alex Stanczyk ∞/21m (@alexstanczyk) December 17, 2025

Sementara itu, pengguna profesional makin banyak yang mengintegrasikan alat kripto ke dalam proses operasional yang sudah mereka miliki.

“Selain fintech, perusahaan trading, manajer aset digital, dan broker online menjadi pelaku terdepan dalam mengadopsi alat DeFi di tahun 2026,” papar Cai.

Yang kini berubah adalah tingkat kesiapan. Infrastruktur sudah lebih maju, platform makin stabil, serta alat yang tersedia bisa mendukung aktivitas dengan volume besar secara konsisten. Alhasil, adopsi aset kripto kini tidak lagi dianggap percobaan, melainkan sebagai keputusan bisnis yang nyata.

Meski makin luas, tetap ada satu tantangan yang masih sangat memengaruhi seberapa jauh aset kripto bisa berkembang secara realistis.

Platform yang Membuat Aset Kripto Mudah Digunakan

Dari kedua wawancara, ada satu kesimpulan yang sama: hambatan utama untuk memperluas adopsi aset kripto bukan lagi masalah kemampuan teknis, regulasi, maupun likuiditas.

“Tentu saja user experience,” ujar Seth saat ditanya apa yang paling bisa mendorong pertumbuhan aset kripto di 2026. “Terlalu lama, alat-alat kripto dibuat ‘oleh para nerd untuk para nerd’.”

Cai juga sependapat dari sisi trading

“Infrastruktur sudah berfungsi, likuiditas tersedia, dan permintaan sudah terbukti—namun alat trading yang canggih masih terasa menakutkan bagi banyak pengguna,” tutur dia.

Ketika aset kripto memasuki fase berikutnya, keberhasilannya bakal makin bergantung pada kejelasan serta kesederhanaan. Platform yang membuat alat-alat canggih terasa mudah dipahami dan aman kemungkinan besar akan mendapatkan penggunaan yang berkelanjutan.

Pada 2026, narasi kripto yang paling penting mungkin justru yang tidak disadari oleh pengguna—karena semuanya berjalan begitu saja.

  •  

Tiga Raksasa Keuangan Prediksi Alasan Aset Kripto Hadapi Ujian Terberat pada 2026

Tahun ini, dunia aset kripto terlihat semakin dewasa dan tidak lagi seperti percobaan, karena dipengaruhi oleh konsolidasi institusi, regulasi yang bergerak lebih cepat, dan tekanan ekonomi makro yang terus meningkat.

Menuju tahun 2026, arah industri ini akan sangat bergantung pada aset mana yang mampu bertahan menghadapi pengawasan institusi, serta bagaimana risiko resesi, perubahan kebijakan moneter, dan adopsi stablecoin membentuk ulang posisi aset kripto dalam sistem keuangan berbasis Dollar AS.

Modal institusi dorong konsolidasi aset kripto

Sepanjang tahun 2025, BeInCrypto berbicara dengan investor berpengalaman dan ekonom terkemuka untuk menilai ke mana arah industri aset kripto dan apa yang akan terjadi di masa depan pada sektor yang selama ini identik dengan ketidakpastian.

Investor Shark Tank, Kevin O’Leary, memulai dengan asumsi sederhana. Ketika modal institusi masuk ke pasar, tren investasi kripto jadi beralih dari aktivitas ‘berburu token’ tanpa batas menuju sekumpulan aset yang masuk akal untuk dialokasikan dalam jangka panjang.

Ia menjadikan pengalamannya sendiri sebagai contoh kasus. O’Leary awalnya merupakan skeptis terhadap kripto, namun setelah regulasi mulai terbentuk, ia memutuskan untuk ikut terjun.

Pada awalnya, ia membeli aset secara luas. Portofolionya sempat berisi 27 token. Ia kemudian menyadari bahwa strategi itu berlebihan. Kini, ia hanya memegang tiga aset kripto, yang menurutnya sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

“If you statistically look at the volatility of just Bitcoin and Ethereum and a stablecoin for liquidity… That’s all I need to own,” ujar O’Leary dalam salah satu episode podcast BeInCrypto ini.

Bagi O’Leary, setiap aset punya fungsi tersendiri. Ia menggambarkan Bitcoin sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, dan sering membandingkannya dengan emas digital yang memiliki nilai karena kelangkaan dan sifat terdesentralisasi.

Ethereum, sebaliknya, bukan sebagai mata uang, melainkan infrastruktur inti bagi sistem keuangan baru, dimana pertumbuhan jangka panjangnya bergantung pada teknologi tersebut. Stablecoin, ucapnya, ia simpan demi fleksibilitas, bukan untuk mengejar keuntungan besar.

🦈 Kevin O’Leary says Ethereum is not just a trend but a market shift.

What drives this shift: scalability, trust, or something bigger? pic.twitter.com/yLV5sE7Bhi

— BeInCrypto (@beincrypto) September 9, 2025

Kerangka berpikir tersebut membentuk pandangannya untuk tahun 2026. Seiring regulasi yang makin maju dan partisipasi institusi semakin dalam, O’Leary memperkirakan modal akan terkonsentrasi di Bitcoin dan Ethereum sebagai aset inti pasar. Token lain akan kesulitan untuk mendapatkan alokasi secara berkelanjutan dan akan lebih banyak bersaing di pinggiran pasar.

Di situasi seperti itu, investasi kripto akan meninggalkan spekulasi dan lebih fokus membangun portofolio dengan disiplin, lebih mirip seperti pengelolaan kelas aset tradisional.

Tetapi meski para investor mempersempit portofolio mereka, masalah tentang pihak mana yang pada akhirnya mengendalikan infrastruktur keuangan kripto justru semakin kompleks.

Kontrol Dollar Berpindah ke Onchain

Ketika investor seperti O’Leary memilih konsentrasi aset, ekonom Yunani sekaligus mantan menteri keuangan, Yanis Varoufakis, melihat pergeseran lain yang terjadi.

Pada sebuah episode podcast BeInCrypto ini, ia menyoroti bahwa kendali terhadap infrastruktur moneter kripto kini semakin ketat, terutama setelah stablecoin mulai diawasi secara lebih dekat oleh negara dan korporasi.

Varoufakis menilai kebijakan AS belakangan ini sebagai titik balik. Dengan mendorong undang-undang seperti GENIUS Act, Washington mengadopsi perluasan sistem Dollar berbasis stablecoin. Alih-alih menantang tatanan keuangan saat ini, stablecoin justru digunakan untuk memperkuatnya.

Wall Street’s next move to control crypto https://t.co/ixPa4ZoOZh

— Yanis Varoufakis (@yanisvaroufakis) October 30, 2025

Dia menghubungkan strategi ini dengan logika dari apa yang disebut sebagai Mar-a-Lago Accord, yaitu melemahkan nilai tukar Dollar namun tetap menjaga dominasinya dalam sistem pembayaran global. Kontradiksi inilah yang menurutnya sangat berbahaya.

Varoufakis mengingatkan bahwa model ini menyerahkan kekuasaan moneter kepada penerbit swasta, yang memperbesar konsentrasi keuangan sambil mengurangi akuntabilitas publik. Menurut dia, risikonya meluas ke luar AS karena stablecoin berdenominasi Dollar menyebar ke berbagai ekonomi asing.

“As we speak, there are Malaysian companies, Indonesian companies, and companies here in Europe that increasingly use Tether… which is a huge problem. Suddenly, these countries… end up with central banks that do not control their money supply. So their capacity to effect monetary policy diminishes and that introduces instability,” tutur Varoufakis dalam episode podcast BeInCrypto.

Menatap tahun 2026, ia menggambarkan stablecoin seperti garis patahan sistemik.

Kegagalan besar di sektor ini dapat memicu guncangan keuangan lintas negara, membuka kerentanan terdalam kripto, bukan pada volatilitas harga, melainkan keterkaitan yang makin kuat dengan struktur kekuasaan lama.

Risiko ini memang masih bersifat teoritis selama kondisi pasar tenang. Ujian nyata akan terjadi ketika pertumbuhan melambat, likuiditas menyusut, dan pasar mulai tertekan.

Mantan penasihat ekonomi Ronald Reagan, Steve Hanke, mengingatkan bahwa ujian seperti itu akan segera tiba.

Perlambatan ekonomi uji kekuatan pasar

Dalam sebuah episode podcast BeInCrypto, profesor ekonomi terapan dari Johns Hopkins menyampaikan bahwa ekonomi Amerika Serikat menuju resesi, bukan karena inflasi, melainkan disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan dan pertumbuhan moneter yang lemah.

Hanke menunjukkan kebijakan tarif yang tidak konsisten dan defisit fiskal yang terus melebar sebagai faktor utama yang menahan investasi dan kepercayaan pelaku usaha.

“Ketika itu terjadi, investor yang sedang berencana investasi, misalnya untuk membangun pabrik baru, biasanya memilih menahan diri dan berkata, ‘kita tunggu situasinya lebih jelas dulu baru ambil tindakan selanjutnya.’ Akhirnya mereka menghentikan investasi,” tutur Hanke.

Seiring kondisi ekonomi semakin memburuk, Hanke memperkirakan Federal Reserve akan terus merespons dengan kebijakan moneter yang lebih longgar.

Dia memang tidak membahas aset kripto secara langsung. Tapi, sudut pandang makroekonomi yang ia paparkan akan membentuk situasi di mana aset kripto bakal diuji.

Likuiditas yang ketat lalu tiba-tiba dilonggarkan secara historis selalu membuka kelemahan di berbagai pasar keuangan, terutama di sistem yang sangat mengandalkan leverage atau kepercayaan yang rapuh.

Bagi aset kripto, dampaknya bersifat struktural, bukan sekadar spekulasi belaka.

Dalam situasi yang dihantui risiko resesi dan volatilitas kebijakan, tekanan ekonomi akan memperlihatkan hal-hal yang sebelumnya tersembunyi oleh pertumbuhan. Yang bertahan bukanlah yang tumbuh paling cepat, melainkan yang benar-benar kokoh menghadapi tekanan.

  •  

Mengapa Tahun 2025 Jadi Momen Aset Kripto Berhenti Mengejar Hype

Pada tahun 2025, narasi paling berpengaruh dalam dunia aset kripto bergeser dari sekadar hype ke arah utilitas dan sistem yang memberikan dampak nyata yang terukur di dunia. Tahun ini menandai peralihan menuju sistem siap-produksi yang meningkatkan pergerakan dan penyelesaian nilai secara global.

Para ahli dari SynFutures, Brickken, dan Cake Wallet menyampaikan bahwa stablecoin, privasi, aset tokenisasi, dan penerapan AI membentuk adopsi aset kripto karena permintaan yang nyata, bukan semata-mata spekulasi.

Tahun Saat Aset Kripto Menjadi Infrastruktur

Di banyak aspek, tahun 2025 menjadi tahun yang luar biasa. Untuk pertama kalinya, aset kripto mencapai tingkat integrasi institusional ini, dengan pengguna sering berinteraksi lewat infrastruktur kripto tanpa sadar bahwa mereka memakai produk “crypto”.

Sektor ini memang masih diwarnai volatilitas, tapi hanya beberapa narasi aset kripto yang benar-benar menonjol karena kegunaan praktisnya. Sebaliknya, narasi yang utamanya dibentuk oleh hype dan sensasi cepat meredup.

Dalam diskusi bersama BeInCrypto, para perwakilan industri sepakat: narasi yang berbasis integrasi dan realisasi bertahan, sedangkan kisah yang hanya mengedepankan kebaruan perlahan-lahan kehilangan relevansinya.

Walau ada beragam narasi, stablecoin selalu muncul sebagai tema yang paling sering disebutkan.

Stablecoin jadi kegunaan utama aset kripto

Stablecoin membantu menjembatani kesenjangan antara pelaku kripto yang berani mengambil risiko dan pengguna yang lebih berhati-hati serta ingin eksposur terbatas pada industri yang selama ini lekat dengan citra volatilitas.

Dengan menjaga nilai (peg) terhadap aset seperti dolar AS atau emas, stablecoin menempatkan diri sebagai alternatif yang lebih bisa diandalkan dibandingkan jenis aset digital lain. Sifatnya yang lintas batas juga membuatnya lebih menarik daripada mata uang fiat.

Our 2026 Infra Year Ahead Report is out now!

Stablecoins have become the most important infrastructure story in crypto.

Every fintech wave promised to fix payments but just layered better UX on the same infrastructure. Revolut and Nubank delivered better experiences while… pic.twitter.com/zEhC6sndmv

— Delphi Digital (@Delphi_Digital) December 17, 2025

Pencapaian regulasi, termasuk disahkannya GENIUS Act, semakin memperkuat kepercayaan pada stablecoin, sehingga kegunaan dan efisiensi infrastrukturnya bisa berbicara dengan sendirinya.

“Stablecoin memecahkan masalah konkrit sehari-hari: memindahkan dan menyelesaikan uang secara efisien lintas negara tanpa bergantung pada sistem perbankan yang lambat, terfragmentasi, dan mahal,” ujar CEO Brickken, Edwin Mata. “Bagi pengguna, stablecoin memberikan akses ke dolar dan euro digital di yurisdiksi yang akses perbankannya terbatas, mahal, atau tidak dapat diandalkan,” tambahnya.

Dampaknya benar-benar nyata, bukan sekadar teori, karena Stripe dan Visa mengintegrasikan stablecoin ke dalam operasi penyelesaian dan treasury mereka. Di saat yang sama, Circle memungkinkan bisnis memakai USDC sebagai modal kerja, bukan sebagai aset spekulatif.

Karena stablecoin makin matang sebagai alat settlement yang andal, hal ini mendorong ekspansi aset dunia nyata (RWA) yang ditokenisasi.

Tokenisasi Sudah Berkembang Melebihi Program Percontohan

Menurut CEO SynFutures, Rachel Lin, RWA berhasil menjembatani dunia keuangan tradisional dengan kripto. tapi, pencapaiannya bukanlah sesuatu yang menyeluruh.

Keberhasilan RWA ternyata jauh lebih selektif dibandingkan dugaan banyak orang sebelumnya.

“Treasury, dana, dan produk hasil tokenisasi mengalami pertumbuhan nyata karena memberikan manfaat yang jelas: settlement yang lebih baik, dapat digabungkan (composability), dan akses lebih luas,” tutur Lin pada BeInCrypto, seraya menambahkan, “Namun, tahun 2025 juga menegaskan bahwa RWA hanya bisa berjalan jika ada kejelasan hukum, likuiditas, dan penerbit yang kredibel. Narasinya bergeser dari eksperimen ke eksekusi, tetapi ini masih tahap awal.”

Buktinya terlihat jelas, bank besar dan manajer aset memanfaatkan tokenisasi untuk meningkatkan efisiensi. Baru minggu ini, JPMorgan meluncurkan dana pasar uang berbasis tokenisasi di Ethereum, sehingga mereka melangkah lebih jauh dari sekadar uji coba internal atau program pilot.

Sementara itu, manajer aset seperti BlackRock memperluas penawaran dana tokenisasi, dan bank mengintegrasikan stablecoin dalam workflow treasury serta settlement.

Narasi lain yang menarik perhatian lintas industri, terutama di sektor kripto, adalah kecerdasan buatan (AI).

Di Mana AI Memberikan Nilai yang Terukur

Pada awalnya, hype AI berfokus pada ketakutan bahwa agen otonom akan menggantikan keputusan manusia, tapi narasi semacam ini dengan cepat kehilangan momentum.

Yang bertahan adalah fokus praktis pada bagaimana AI bisa meningkatkan pengalaman pengguna misalnya membantu individu memahami risiko dan mengelola eksposur.

“AI memberikan nilai nyata di mana ia bisa mengurangi kerumitan kognitif dan operasional—khususnya dalam antarmuka trading, pengendalian risiko, dan dukungan pengambilan keputusan. Produk yang memanfaatkan AI untuk membantu pengguna memahami eksposur, mengotomasi eksekusi dengan batasan, atau menghindari kesalahan mahal berhasil membawa peningkatan yang nyata,” papar Lin.

Kemunculan AI agent juga menarik banyak perhatian, tapi ekspektasi pada tahun ini menjadi lebih realistis.

Keberhasilan mereka lebih bergantung pada kepercayaan, auditabilitas, dan batasan yang diatur pengguna, ketimbang soal otonomi. Berbagai kasus penggunaan seperti manajemen likuiditas, eksekusi strategi otomatis, dan optimalisasi treasury menunjukkan potensi saat ada guardrail yang jelas.

Namun, bersamaan dengan semakin dalamnya integrasi AI dalam produk kripto, kekhawatiran lama soal paparan data pun makin terasa nyata.

Kondisi ini mendorong isu privasi keluar dari area khusus ke pusat perhatian narasi aset kripto di tahun 2025.

Mengapa Privasi Tidak Bisa Lagi Menunggu

Privasi menjadi salah satu narasi paling penting dalam dunia kripto tahun ini, didorong oleh semakin besarnya kesadaran tentang bagaimana sistem keuangan memaparkan data dan perilaku pengguna.

spent last night deep in the a16z state of crypto 2025 report…

and wow, privacy is quietly becoming the next trillion-dollar narrative

> google searches for “crypto privacy” and “financial privacy” are up 10x since january
> total flows through railgun passed $200M
> zcash’s… https://t.co/zv36Kcgi10 pic.twitter.com/T8p3EsR9Hn

— Pix🔎 (@PixOnChain) October 24, 2025

Akibatnya, kekhawatiran lama tentang visibilitas data kini menjadi perhatian utama. Bersamaan dengan itu, privasi, yang dulu dianggap sebagai preferensi untuk segelintir orang saja, kini semakin muncul sebagai kebutuhan struktural.

“Salah satu perubahan narasi terbesar di industri ini terjadi tahun ini, ketika banyak orang sadar akan kebutuhan (dan permintaan pasar) untuk privasi yang sederhana dan mudah dijangkau bagi uang mereka,” ujar Seth for Privacy, Wakil Presiden Cake Wallet, kepada BeInCrypto.

Peningkatan penggunaan Monero, makin besarnya perhatian media global pada Zcash, serta pergeseran yang lebih luas ke fitur privasi di stablecoin dan jaringan layer-2 ikut memperkuat tren ini.

“Semua itu menjawab salah satu masalah terbesar pengguna kripto – bagaimana saya bisa mempertahankan privasi yang saya miliki di sistem keuangan saat ini atau dengan uang tunai, tapi tetap mendapatkan desentralisasi dan kekuatan kripto?” tambah Seth. 

Meningkatnya solusi privasi, bersama narasi-narasi sukses lain selama tahun lalu, menunjukkan bahwa adopsi aset kripto kini semakin bergantung pada kegunaan nyata bagi pengguna.

Ketika dunia kripto terus berkembang, keberhasilan mungkin tidak lagi diukur dari seberapa besar gaungnya, melainkan dari seberapa andal sistemnya bekerja.

  •  

Bank Stablecoin Didukung Coinbase Ventures Picu Kekhawatiran seperti Terra UST

Kontigo semakin populer dengan mengedepankan model perbankan stablecoin-first sebagai alternatif global untuk layanan keuangan tradisional.

Di sisi lain, kenaikan pesat Kontigo juga memunculkan keraguan di komunitas aset kripto. Banyak pihak mempertanyakan apakah model ini bisa berkembang secara berkelanjutan tanpa mengulangi kesalahan yang pernah terjadi di industri ini sebelumnya.

Kenaikan Pesat Kontigo Menarik Perhatian

Sebuah bank baru yang membangun identitas sepenuhnya berdasarkan stablecoin sedang cepat menanjak di industri layanan keuangan.

Kontigo memposisikan diri sebagai platform mata uang stabil yang menawarkan layanan wallet self-custodial. Pengguna bisa menyimpan nilai dalam Bitcoin dan membelanjakannya dalam stablecoin lokal, dengan semua transaksi tercatat di blockchain.

Pada hari Selasa, CEO Kontigo Jesus Castillo mengumumkan bahwa perusahaan telah memperoleh pendanaan awal sebesar US$20 juta untuk mengejar ambisi menjadi bank terbesar di dunia.

We just raised a $20M seed round to build the largest bank in the world.

Kontigo crossed $30M in annual revenue, $1B in payment volume, and 1M users in under 12 months, with a team of six engineers and one designer.

We are the fastest-growing stablecoin neobank in the world.… pic.twitter.com/pOmQ6gSy2H

— Jesus A. Castillo F. (@jecastillof) December 16, 2025

Castillo juga menyebut Kontigo sebagai stablecoin neobank dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Ia terang, platform ini memungkinkan individu dan bisnis memperoleh imbal hasil 10% pada digital dollar, menggunakan kartu yang terhubung ke stablecoin dengan cashback dalam Bitcoin, dan berinvestasi di saham AS yang sudah ditokenisasi, serta fitur lainnya.

Tim kepemimpinan mengatakan bahwa Kontigo bertujuan memperluas akses layanan keuangan dasar untuk hampir 5 miliar orang di dunia. Investor institusi ternama, termasuk Base dan Coinbase Ventures, juga mendukung perusahaan ini.

Meskipun cepat meraih perhatian, Kontigo juga tak luput dari sikap skeptis. Sejumlah pengamat menanyakan apakah ini hanya narasi aset kripto yang sudah sering berujung dampak buruk besar untuk pasar secara keseluruhan.

Akses tanpa KYC Picu Tanda Peringatan

Salah satu manfaat yang ditekankan Kontigo ialah pengguna dari mana saja di dunia bisa membuka akun serta mulai bertransaksi dalam USDC atau USDT tanpa harus memenuhi syarat Know Your Customer (KYC).

Langkah ini memang terlihat kurang birokratis di permukaan, tapi langsung membuat banyak pengguna dan pengamat industri merasa khawatir.

Aturan KYC dibuat untuk melindungi lembaga keuangan dari pihak-pihak jahat. Regulasi ini mengharuskan verifikasi identitas dan konfirmasi keabsahan nasabah.

Tanpa perlindungan semacam itu, baik platform keuangan maupun pengguna akan lebih rentan terhadap risiko penipuan, pencucian uang, dan pendanaan terorisme.

Di dunia aset kripto, ketiadaan standar KYC sebelumnya telah merugikan pengguna yang mengandalkan platform tanpa perlindungan.

A multinational stablecoin operation
Promising a fixed above-market yield
And access to tokenized stocks
With no KYC

Where have I seen all this before? pic.twitter.com/YAKiPpWH9B

— Zack Guzmán ♻️ (@zGuz) December 17, 2025

Pekan lalu, co-founder Terraform Labs Do Kwon divonis 15 tahun penjara karena kasus penipuan aset kripto senilai US$40 miliar. Ekosistem Terra berjalan tanpa kontrol KYC yang berarti, sehingga dana dalam jumlah sangat besar bisa masuk ke sistem secara anonim dan masif.

Saat kepercayaan terhadap algorithmic stablecoin-nya runtuh, kurangnya pengawasan memperburuk aksi rush, membatasi transparansi arus dana, dan memperbesar kerugian jutaan pengguna. Kasus ini menyoroti, minimnya perlindungan dasar bisa mengubah pertumbuhan cepat menjadi kolaps sistemik.

Ketiadaan standar KYC bukan satu-satunya alasan yang memunculkan kekhawatiran terkait misi Kontigo.

Janji Yield Uji Kepercayaan Pengguna

Castillo pernah menjelaskan bahwa imbal hasil 10% dari kepemilikan USDC berasal dari hasil lending melalui DeFi protocol Morpho, eksposur ke surat utang negara AS, serta layanan kustodian atau terkait imbal hasil lewat Coinbase.

Tapi, para kritikus menilai, angka tersebut tidak masuk akal dan menimbulkan pertanyaan terkait kredibilitas janji Kontigo. Imbal hasil dari sumber itu biasanya hanya berkisar antara 3% sampai 7% per tahun, bahkan jika digabungkan dalam kondisi pasar saat ini.

be @kontigo_app a new Fintech

offer 10% yield on USDC

when asked where does it comes from lie saying is lending in Morpho + Tbills + Coinbase

math ain't mathing as those APRs are 5-7% short of 10%

Ignore people who point this shortage

any comments @jecastillof ? https://t.co/xegvZiODrg pic.twitter.com/blSKZLN7g7

— Cisco | CryptoAlert (@CiscoCANFT) December 17, 2025

Pihak skeptis mempertanyakan bagaimana Kontigo bisa memberikan retur 10% secara berkelanjutan. Mereka menunjukkan kemungkinan adanya risiko yang tidak diungkapkan, penggunaan leverage, atau strategi yang tidak transparan.

Sementara itu, seorang pengguna lain melaporkan transfer USDC yang tidak masuk ke wallet mereka walaupun sudah beberapa jam sejak transaksi dilakukan.

Pada platform yang mengklaim diri sebagai infrastruktur bank atau pembayaran, keterlambatan dana walau sesaat saja bisa menurunkan kepercayaan pengguna. Keandalan dan proses penyelesaian tepat waktu adalah harapan utama, apa pun besarnya transaksi.

Saat Kontigo tumbuh, kredibilitas jangka panjang mereka akan lebih tergantung pada eksekusi dan kepercayaan yang dibangun, bukan hanya klaim pertumbuhan.

Di sektor yang penuh cerita kegagalan masa lalu, perusahaan ini kini berada di bawah tekanan untuk membuktikan bahwa ekspansi pesat dapat berjalan tanpa mengulang kesalahan yang pernah mengguncang industri aset kripto.

  •  

Akankah Peralihan AI Hut 8 Milik Keluarga Trump Membalikkan Penurunan Sahamnya Secara Permanen?

Perusahaan Bitcoin miner, Hut 8, mengumumkan pada hari Rabu perjanjian sewa data center AI senilai US$7 miliar dengan penyedia infrastruktur cloud, Fluidstack. Langkah ini semakin memperkuat tren yang berkembang di mana para Bitcoin miner mulai beralih ke infrastruktur AI.

Setelah pengumuman tersebut, saham Hut 8 langsung melonjak, mengakhiri periode panjang performa saham yang volatil, serta mencerminkan minat baru dari para investor.

Di Balik Sewa AI Bersejarah Hut 8

Kesepakatan ini mencakup kapasitas komputasi AI sebesar 245 megawatt di kampus River Bend milik Hut 8 di Louisiana, dengan masa sewa dasar selama 15 tahun.

Perjanjian ini juga mencakup tiga opsi perpanjangan masing-masing selama lima tahun, sehingga nilai total kontrak bisa meningkat hingga sekitar US$17,7 miliar selama masa berlaku penuh. Selain itu, penyedia infrastruktur Fluidstack memperoleh hak prioritas untuk menyewa hingga 1.000 megawatt tambahan seiring dengan ekspansi kampus tersebut.

At first glance, this $HUT deal looks like one of the strongest AI/HPC colocation deals disclosed so far:

🟠 ~$28–29M contract value per MW (high end of the peer set)
🟠 ~$1.85M guided NOI per MW-yr (peers typically disclosed ARR, not NOI)
🟠 15-yr base term + guidance to ~85%… https://t.co/eMa2Qoqnn7 pic.twitter.com/TgSPIR1rJ0

— matthew sigel, recovering CFA (@matthew_sigel) December 17, 2025

Selain dari sewa awal, perjanjian ini menjadi bagian dari kolaborasi yang lebih luas antara Hut 8 dan pengembang AI Anthropic yang nantinya bisa berkembang hingga kapasitas 2,3 gigawatt.

Google yang dimiliki oleh Alphabet memberikan jaminan keuangan untuk masa sewa awal ini, mempertegas urgensi dari penyedia cloud besar dalam mengamankan pasokan energi jangka panjang untuk kebutuhan AI yang boros energi.

Hut 8 memperkirakan proyek ini akan menghasilkan pendapatan operasi bersih sekitar US$6,9 miliar selama masa sewa awal.

Para investor merespons secara positif, dengan saham Hut 8 melesat sekitar 20% dalam perdagangan pre-market setelah pengumuman tersebut.

Langkah ini menyoroti upaya perusahaan untuk menstabilkan bisnisnya, sekaligus mencerminkan tren yang lebih luas di kalangan Bitcoin miner yang mulai beralih ke komputasi AI demi menjaga relevansi jangka panjang mereka.

Bitcoin miner Menghadapi Reset Struktural

Sepanjang tahun ini, Bitcoin mining menjadi bisnis yang semakin menantang secara struktural. Naiknya tingkat kesulitan jaringan, lonjakan hash rate secara berkala, biaya energi yang makin tinggi, serta lingkungan pasca-halving terus menekan margin keuntungan.

Akibatnya, banyak miner yang terdaftar di bursa dan tetap menjadi operator murni Bitcoin kesulitan untuk memberikan pendapatan yang konsisten atau narasi pertumbuhan yang jelas. Oleh karena itu, semakin banyak dari mereka yang mulai mendiversifikasi operasi ke bidang lain, tidak hanya fokus pada mining saja.

Hit 8 5-Day Price Performance. Source: Yahoo Finance.
Performa Harga Hut 8 dalam 5 Hari | Sumber: Yahoo Finance.

Pada saat yang sama, pertumbuhan pesat artificial intelligence mendorong lonjakan permintaan atas daya komputasi. Karena Bitcoin miner sudah mengendalikan akses listrik skala besar dan infrastruktur industri, beralih ke data center AI menjadi strategi yang praktis dan semakin diperlukan.

Hut 8 menyadari latar belakang yang lebih luas ini, apalagi sahamnya sempat sulit mencapai stabilitas dalam beberapa minggu terakhir akibat volatilitas harga Bitcoin yang meningkat.

  •  
❌