Reading view

How the UK Could Make Stablecoins a Core Part of Payments in 2026

The UK’s Financial Conduct Authority (FCA) has outlined its priorities for 2026, signaling a strong push to support growth, innovation, and technological adoption in the financial sector. In a letter to Prime Minister Keir Starmer, the FCA emphasized plans to finalize rules for digital assets, advance UK-issued stablecoins, and strengthen the country’s digital finance infrastructure.

The letter details the regulator’s pro-growth agenda, including initiatives to:

  • Oversee digital asset markets and provide clear guidance for crypto firms.
  • Enable asset managers to tokenize funds and adopt faster, more efficient payment systems.
  • Streamline authorizations for new and scaling firms, improving access to capital and supporting competition in payments and investment markets.

“This endorsement of stablecoins and digital finance infrastructure reflects a broader transition toward a more accessible, real-time, and interoperable financial system,” said Will Beeson, co-founder of UK challenger bank Allica and former head of Standard Chartered’s digital asset platform. “Clear regulatory guidance will help UK firms compete globally and support real-world crypto use cases, especially for small and medium-sized businesses.”

The FCA’s 2026 plans also include overseeing the launch of variable recurring payments, supporting SME lending through open finance, and advancing the tokenization of funds. These measures are part of a wider strategy to maintain the UK’s position as a leading financial hub while keeping pace with rapid technological change.

UK Chancellor of the Exchequer Rachel Reeves and Treasury officials have welcomed the FCA’s approach, which aims to provide clarity for firms while fostering innovation and maintaining market integrity.

Building on the FCA’s 2026 initiatives, the UK government is preparing to bring all cryptocurrency firms under the existing financial regulatory framework from October 2027, with legislation expected to be introduced in Parliament shortly.

According to Reuters, the bill will largely follow draft legislation published in April, which outlines rules covering crypto exchanges, custody providers, and stablecoin issuers. A Treasury spokesperson confirmed that the legislation is intended to extend the UK’s current financial services rules to the crypto sector, rather than creating an entirely new regulatory regime.

If passed, the legislation would represent a major milestone for the UK’s digital asset industry, providing long-awaited regulatory clarity for both domestic and international firms.


UK Aligns With US-Style Regulatory Approach

By integrating crypto firms into its existing financial services framework, the UK is adopting an approach similar to the United States. This diverges from the European Union’s Markets in Crypto-Assets (MiCA) regime, which was designed specifically for the crypto industry and came into force earlier this year.

Under the proposed framework, crypto businesses will need to comply with standards already applied to traditional financial institutions, including governance, consumer protection, and market integrity rules.

Chancellor Rachel Reeves emphasized that the legislation aims to provide “clear rules of the road” for the industry while keeping “dodgy actors” out of the market.

Industry insiders have welcomed the clarity provided by both the FCA’s 2026 priorities and the upcoming 2027 legislation. However, experts warn that over-regulation could push innovative firms to other markets.

“These measures are positive steps to strengthen the UK’s position in global digital finance,” said Will Beeson. “But regulators must balance oversight with flexibility to avoid deterring growth in a fast-evolving market. Proportionality and pace will be key to ensuring firms can adapt without being forced into an ‘overnight upgrade.’”

The post How the UK Could Make Stablecoins a Core Part of Payments in 2026 appeared first on BeInCrypto.

  •  

Bagaimana Inggris Bisa Menjadikan Stablecoin Sebagai Bagian Utama Pembayaran pada 2026

Financial Conduct Authority (FCA) Inggris telah menetapkan prioritas mereka untuk tahun 2026, menandakan dorongan kuat untuk mendukung pertumbuhan, inovasi, dan adopsi teknologi di sektor keuangan. Dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Keir Starmer, FCA menegaskan rencana untuk merampungkan aturan terkait aset digital, mendorong stablecoin yang diterbitkan di Inggris, dan memperkuat infrastruktur keuangan digital di negara tersebut.

Surat tersebut merinci agenda regulator yang pro-pertumbuhan, termasuk inisiatif untuk:

  • Mengawasi pasar aset digital dan memberikan panduan yang jelas untuk perusahaan kripto.
  • Memungkinkan manajer aset melakukan tokenisasi dana dan mengadopsi sistem pembayaran yang lebih cepat serta efisien.
  • Menyederhanakan proses otorisasi untuk perusahaan baru dan perusahaan yang sedang berkembang, sehingga akses ke modal menjadi lebih mudah dan mendorong persaingan di pasar pembayaran serta investasi.

“Dukungan terhadap stablecoin dan infrastruktur keuangan digital ini mencerminkan peralihan lebih luas menuju sistem keuangan yang lebih mudah diakses, real-time, dan saling terhubung,” ujar Will Beeson, co-founder bank challenger Inggris Allica sekaligus mantan kepala platform aset digital Standard Chartered. “Panduan regulasi yang jelas akan membantu perusahaan Inggris bersaing secara global dan mendukung penerapan aset kripto di dunia nyata, terutama untuk usaha kecil dan menengah.”

Rencana FCA tahun 2026 juga mencakup pengawasan peluncuran pembayaran berulang variabel, mendukung pinjaman UKM melalui open finance, dan mengembangkan tokenisasi dana. Langkah-langkah ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas agar Inggris tetap menjadi pusat keuangan terdepan dan selalu bisa mengikuti perubahan teknologi yang pesat.

Kanselir Keuangan Inggris Rachel Reeves beserta pejabat Treasury telah menyambut baik pendekatan FCA, yang bertujuan memberikan kejelasan bagi perusahaan sekaligus mendorong inovasi dan menjaga integritas pasar.

Melanjutkan inisiatif FCA untuk 2026, pemerintah Inggris sedang mempersiapkan seluruh perusahaan aset kripto agar masuk dalam kerangka regulasi keuangan yang berlaku mulai Oktober 2027, sementara undang-undangnya diperkirakan akan segera diajukan ke Parlemen.

Menurut Reuters, rancangan undang-undang tersebut sebagian besar mengikuti draf yang dirilis April lalu, yang merinci aturan untuk exchange aset kripto, penyedia kustodian, dan penerbit stablecoin. Juru bicara Treasury menegaskan bahwa undang-undang ini bertujuan memperluas peraturan jasa keuangan yang ada di Inggris ke sektor kripto, bukan membuat rezim regulasi baru sepenuhnya.

Jika disahkan, undang-undang ini akan menjadi tonggak penting bagi industri aset digital di Inggris karena akhirnya akan memberikan kejelasan regulasi yang selama ini dinantikan baik oleh perusahaan domestik maupun internasional.


Inggris Sejajarkan Pendekatan Regulasi dengan Gaya AS

Dengan mengintegrasikan perusahaan kripto ke dalam kerangka regulasi jasa keuangan yang sudah ada, Inggris mengambil pendekatan yang mirip dengan Amerika Serikat. Sementara itu, cara ini berbeda dari rezim Markets in Crypto-Assets (MiCA) Uni Eropa, yang dirancang secara khusus untuk industri aset kripto dan telah berlaku sejak awal tahun ini.

Dalam kerangka yang diusulkan, bisnis kripto nantinya wajib memenuhi standar yang juga berlaku untuk lembaga keuangan tradisional, seperti tata kelola, perlindungan konsumen, serta aturan integritas pasar.

Kanselir Rachel Reeves menegaskan bahwa undang-undang tersebut bertujuan memberikan “aturan yang jelas bagi industri” sambil tetap menjaga “para pelaku nakal” keluar dari pasar.

Pemangku kepentingan industri telah menyambut kejelasan yang diberikan oleh prioritas FCA untuk 2026 dan undang-undang baru tahun 2027. tapi, para ahli memperingatkan bahwa regulasi yang berlebihan berpotensi membuat perusahaan inovatif pindah ke pasar lain.

“Langkah-langkah ini adalah kemajuan positif untuk memperkuat posisi Inggris di keuangan digital global,” ucap Will Beeson. “tapi regulator juga perlu menyeimbangkan pengawasan dengan fleksibilitas, agar pertumbuhan di pasar yang terus berkembang pesat tidak terhambat. Proporsionalitas dan kecepatan akan menjadi kunci agar perusahaan bisa beradaptasi tanpa dipaksa ‘upgrade semalaman’.”

  •  

Standard Chartered Sounds Alarm: A Major Bitcoin Buyer Has Disappeared

Standard Chartered has lowered its long-term Bitcoin (BTC) price forecasts, warning that a key pillar of recent demand, corporate Bitcoin buying, is likely over.

The bank now believes future gains in Bitcoin will be driven by a single source: exchange-traded fund (ETF) inflows, a shift that could slow the pace of upside in the years ahead.


Bitcoin’s Pullback ‘Painful but Normal’

In a new note, Standard Chartered’s Head of Digital Asset Research, Geoff Kendrick, said the bank is pushing back its timeline for Bitcoin reaching $500,000 and lowering its year-end price targets for 2026 through 2029.

“While the recent Bitcoin price decline has been rapid, we think it is within expected bounds. However, further corporate buying of Bitcoin is unlikely, as valuations no longer support it. This leaves ETF buying, which may be slower than earlier expected, to drive price gains from here. We lower our year-end price forecasts for 2026-29 and push out our $500,000 forecast to 2030. Not a crypto winter, just a cold breeze,” Kendrick said.

Bitcoin’s recent price action has unsettled investors, but Standard Chartered argues the sell-off fits historical patterns rather than signalling a structural downturn.

Kendrick noted that Bitcoin has fallen around 36% from its all-time high on October 6, a decline comparable to other drawdowns seen since the launch of US spot Bitcoin ETFs.

“The recent price action in Bitcoin (BTC) has been challenging, but the decline, while rapid, falls within ‘normal’ expectations,” Kendrick stated, adding that similar pullbacks have occurred over the past two years.

The timing of the peak has fuelled renewed fears of a crypto winter, with Bitcoin topping roughly 18 months after the April 2024 halving, a pattern seen in past cycles.

“The timing of the recent losses, the 6 October high was reached 18 months after the April 2024 ‘halving’ of Bitcoin supply, has fed the narrative of a ‘crypto winter’,” Kendrick added.

However, Standard Chartered rejects the idea that the traditional halving-driven cycle still dominates Bitcoin’s price behaviour.

“We do not share the view that the halving cycle is still valid. Rather, we think longer-term ETF buyers are a much more important price driver,” he noted.


Corporate Bitcoin Buying Losing Steam

The more concerning signal, according to Standard Chartered, is the apparent end of aggressive Bitcoin accumulation by listed digital asset treasury companies (DATs).

Kendrick said valuations no longer justify further expansion by these firms, which have played an increasingly visible role in driving demand over the past year.

“That said, price action has forced us to recalibrate our Bitcoin price forecasts. Specifically, we think buying by Bitcoin digital asset treasury companies (DATs) is likely over, as valuations, as measured by mNAVs, the commonly used valuation metric for these companies, no longer support further Bitcoin DAT expansion,” he mentioned

While the bank does not expect widespread selling from these companies, it also does not expect them to underpin prices going forward.

“We expect a consolidation rather than outright selling, but DAT buying is unlikely to provide further support,” Kendrick said.


ETF Inflows Will Be A Key Support

With corporate Bitcoin buying fading, Kendrick believes the next phase of Bitcoin’s price trajectory depends almost entirely on ETFs.

“As a result, we think that future Bitcoin price increases will effectively be driven by one leg only, ETF buying,” he remarked.

That shift has prompted Standard Chartered to delay its most bullish projections.

“We therefore lower our year-end price forecasts for 2026-29 and expect Bitcoin to reach our long-term price forecast of $500,000 only in 2030 (versus 2028 previously),” Kendrick highlighted.

Still, the bank maintains its long-term optimism, just on a longer timeline.

“We still think this target is attainable, as portfolio optimisation between Bitcoin and gold continues to show that global portfolios are underweight Bitcoin. Investment access and decision-making by investment committees take time, but we expect them to drive large Bitcoin gains eventually,” he added.

The post Standard Chartered Sounds Alarm: A Major Bitcoin Buyer Has Disappeared appeared first on BeInCrypto.

  •  

Standard Chartered Memberi Peringatan: Pembeli Utama Bitcoin Telah Menghilang

Standard Chartered telah menurunkan perkiraan harga jangka panjang Bitcoin (BTC), memperingatkan bahwa salah satu pilar utama permintaan baru-baru ini, pembelian Bitcoin oleh perusahaan, kemungkinan telah berakhir.

Bank tersebut kini percaya bahwa kenaikan di masa depan pada Bitcoin akan didorong oleh satu sumber: arus masuk exchange-traded fund (ETF), pergeseran ini bisa memperlambat laju kenaikan di tahun-tahun mendatang.


Koreksi Bitcoin ‘Menyakitkan tapi Normal’

Dalam catatan baru, Kepala Riset Aset Digital Standard Chartered, Geoff Kendrick, mengatakan bahwa bank tersebut menunda jadwal Bitcoin mencapai US$500.000 dan menurunkan target harga akhir tahun untuk 2026 hingga 2029.

“Meskipun penurunan harga Bitcoin baru-baru ini berlangsung cepat, kami pikir itu masih dalam batas yang diharapkan. Namun, pembelian Bitcoin oleh perusahaan lebih lanjut tidak mungkin, karena valuasi tidak lagi mendukungnya. Ini meninggalkan pembelian ETF, yang mungkin lebih lambat dari yang diharapkan sebelumnya, untuk mendorong kenaikan harga dari sini. Kami menurunkan perkiraan harga akhir tahun kami untuk 2026-29 dan menunda perkiraan US$500.000 kami hingga 2030. Bukan crypto winter, hanya angin dingin,” terang Kendrick.

Aksi harga Bitcoin baru-baru ini telah mengguncang investor. Namun, Standard Chartered berpendapat bahwa penjualan ini sesuai dengan pola historis dan bukan sinyal penurunan struktural.

Kendrick mencatat bahwa Bitcoin telah turun sekitar 36% dari all-time high pada 6 Oktober, penurunan ini sebanding dengan penurunan lainnya yang terlihat sejak peluncuran ETF Bitcoin spot di AS.

“Aksi harga Bitcoin (BTC) baru-baru ini menantang, tetapi penurunan, meskipun cepat, masih dalam ekspektasi ‘normal’,” ujar Kendrick, menambahkan bahwa koreksi serupa telah terjadi dalam dua tahun terakhir.

Waktu puncak ini telah memicu ketakutan baru akan crypto winter, dengan Bitcoin mencapai puncaknya sekitar 18 bulan setelah halving April 2024, pola yang terlihat dalam siklus sebelumnya.

“Waktu kerugian baru-baru ini, tertinggi 6 Oktober tercapai 18 bulan setelah ‘halving’ pasokan Bitcoin April 2024, telah memicu narasi ‘crypto winter’,” tambah Kendrick.

Namun, Standard Chartered menolak anggapan bahwa siklus yang digerakkan oleh halving secara tradisional masih mendominasi perilaku harga Bitcoin.

“Kami tidak berbagi pandangan bahwa siklus halving masih valid. Sebaliknya, kami berpikir pembeli ETF jangka panjang jauh lebih penting dalam mendorong harga,” papar dia.


Pembelian Bitcoin Korporat Kehilangan Tenaga

Sinyal yang lebih mengkhawatirkan, menurut Standard Chartered, adalah akhir yang nampaknya dari akumulasi agresif Bitcoin oleh perusahaan treasury aset digital yang terdaftar (DAT).

Kendrick mengatakan bahwa valuasi tidak lagi membenarkan ekspansi lebih lanjut oleh perusahaan-perusahaan ini, yang telah memainkan peran yang semakin terlihat dalam mendorong permintaan selama setahun terakhir.

“Meski begitu, aksi harga memaksa kami untuk mengkalibrasi ulang perkiraan harga Bitcoin kami. Secara spesifik, kami berpikir bahwa pembelian oleh perusahaan treasury aset digital Bitcoin (DAT) kemungkinan berakhir, karena valuasi, sebagaimana diukur oleh mNAVs, metrik valuasi yang biasa digunakan untuk perusahaan-perusahaan ini, tidak lagi mendukung ekspansi DAT Bitcoin lebih lanjut,” jelasnya.

Bank tersebut tidak mengharapkan penjualan yang meluas dari perusahaan-perusahaan ini, tetapi mereka juga tidak berharap hal ini akan menopang harga ke depannya.

“Kami mengharapkan konsolidasi daripada penjualan langsung, tetapi pembelian DAT tidak mungkin memberikan dukungan lebih lanjut,” tuturnya.


Aliran Masuk ETF Akan Menjadi Dukungan Utama

Dengan pembelian Bitcoin oleh perusahaan yang mulai memudar, Kendrick percaya fase berikutnya dari perjalanan harga Bitcoin sebagian besar bergantung pada ETF.

“Sebagai hasilnya, kami pikir kenaikan harga Bitcoin di masa depan akan secara efektif didorong oleh satu faktor saja, yaitu pembelian ETF,” ujarnya.

Pergeseran ini mendorong Standard Chartered untuk menunda proyeksi paling optimistis mereka.

“Kami oleh karena itu menurunkan perkiraan harga akhir tahun kami untuk 2026-29 dan mengharapkan Bitcoin mencapai perkiraan harga jangka panjang kami sebesar US$500.000 hanya pada tahun 2030 (dibandingkan dengan 2028 sebelumnya),” ujar Kendrick.

Namun, bank tersebut tetap mempertahankan optimismenya dalam jangka panjang, hanya saja dengan garis waktu yang lebih panjang.

“Kami masih berpikir target ini dapat dicapai, karena optimisasi portofolio antara Bitcoin dan emas terus menunjukkan bahwa portofolio global kekurangan Bitcoin. Akses investasi dan pengambilan keputusan oleh komite investasi memerlukan waktu, tetapi kami berharap mereka nantinya akan mendorong kenaikan besar Bitcoin,” tambahnya.

  •  

Pikir BlackRock Optimistis pada Bitcoin? Arthur Hayes Bilang Tidak, Ini Alasannya

Arus masuk institusional ke dalam exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot menjadi salah satu cerita terbesar sejak peluncurannya tahun lalu. Dengan Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru pada 2025 dan aset ETF meningkat, banyak yang mengira para pemain besar Wall Street akhirnya “long Bitcoin.”

Tapi tidak begitu cepat, ujar Arthur Hayes.

Dalam sebuah email yang dikirim pada hari Senin, co-founder BitMEX berpendapat bahwa banyak aktivitas institusional di dalam IBIT milik BlackRock, yang masih merupakan ETF Bitcoin terbesar berdasarkan aset, tidak ada hubungannya dengan keyakinan jangka panjang. Sebaliknya, dia mengatakan, para pemain terbesar menjalankan perdagangan arbitrase sederhana.

“They Are Not Long Bitcoin”

Hayes menunjukkan bahwa pemegang terbesar ETF ini adalah hedge fund dan meja perdagangan bank, termasuk perusahaan seperti Goldman Sachs. Dia berpendapat bahwa mereka sebagian besar terlibat dalam apa yang dikenal sebagai perdagangan basis.

Berikut cara kerjanya:

  • Fund membeli saham ETF IBIT
  • Sekaligus melakukan short pada masa depan Bitcoin CME
  • Mengambil selisih hasil antara ETF dan masa depan (basis)
  • Menggunakan saham ETF sebagai jaminan untuk short futures

Menurut Hayes:

“Mereka tidak long Bitcoin. Mereka hanya bermain di kotak pasir kita untuk beberapa poin lebih dari Fed Funds.”

Ini menjadi semakin umum pada 2025 karena suku bunga AS turun, dengan Federal Reserve memangkas suku bunga tiga kali tahun ini, mengurangi hasil di pasar tradisional dan membuat peluang arbitrase menjadi lebih menarik.

Kenapa Inflow ETF Bisa Menyesatkan

Ketika basisnya cukup tinggi, hedge fund buru-buru melakukan perdagangan ini, menciptakan kesan arus masuk institusional yang besar.
Ketika basis menyempit, seperti yang terjadi beberapa kali sepanjang 2025, institusi yang sama membatalkan perdagangan tersebut, menyebabkan arus keluar ETF yang tajam.

Hayes mengatakan bahwa dinamika ini menciptakan ilusi berbahaya, dan ini berkembang seperti ini:

Ketika basis melonjak → arus masuk ETF meningkat → “Institutions are buying Bitcoin!”

Saat dasar runtuh → aliran keluar ETF melonjak → “Lembaga-lembaga membuang Bitcoin!”

Investor ritel sering salah memahami arus ini, yang dapat memperburuk volatilitas pasar.

Apa yang Berubah di 2025

Awal tahun ini, Bitcoin naik secara stabil meskipun likuiditas dollar menurun di bawah administrasi Trump yang baru dan penerbitan US Treasury mengalami lonjakan. Arus masuk ETF dan pembelian dari digital asset trust membantu mengimbangi penurunan likuiditas.

Namun Hayes berpendapat bahwa fase itu mungkin sudah berakhir.

  • Beberapa digital asset trust (DAT) diperdagangkan di bawah NAV musim gugur ini.
  • Perdagangan basis ETF menjadi kurang menarik karena spread futures menyempit.
  • Hedge fund telah mengurangi posisi mereka, memicu arus keluar yang mencolok di jaringan ETF selama berminggu-minggu.

Dengan semakin memudarnya pendorong permintaan artifisial tersebut, Hayes mengatakan Bitcoin akhirnya harus merespons lagi terhadap lingkungan ekonomi makro yang mendasar.

“Bitcoin Must Fall” — Hayes tentang Tekanan Jangka Pendek

Menurut Hayes:

“Bitcoin harus turun untuk mencerminkan kekhawatiran jangka pendek saat ini bahwa likuiditas dollar akan menyusut atau tidak tumbuh secepat yang dijanjikan para politikus.”

Dengan kata lain:
ETF arus masuk mendorong Bitcoin naik saat likuiditas tidak membenarkannya.
Sekarang arus tersebut hilang, dan likuiditas masih penting. Pesannya untuk akhir 2025 adalah tegas:

  • Sebagian besar arus masuk ETF adalah arbitrase, bukan keyakinan institusional jangka panjang.
  • Pemegang terbesar BlackRock bukan long Bitcoin, mereka long basis.
  • Pembatalan perdagangan tersebut sekarang mempengaruhi harga Bitcoin.

Bagi investor ritel, pelajarannya sederhana:
Arus masuk ETF lebih memberi tahu Anda tentang kurva masa depan daripada keyakinan institusi.

  •  

Think BlackRock Is Bullish on Bitcoin? Arthur Hayes Says They’re Not, Here’s Why

Institutional inflows into spot Bitcoin ETFs have been one of the biggest storylines since their launch last year. With Bitcoin hitting new highs in 2025 and ETF assets surging, many assume big Wall Street players are finally “long Bitcoin.”

But not so fast, says Arthur Hayes.

In an email sent Monday, the BitMEX co-founder argues that much of the institutional activity inside BlackRock’s IBIT, still the largest Bitcoin ETF by assets, has nothing to do with long-term conviction. Instead, he says, the biggest players are running a straightforward arbitrage trade.

“They Are Not Long Bitcoin”

Hayes points to the ETF’s largest holders, hedge funds and bank trading desks, including firms like Goldman Sachs, and argues they are primarily engaged in what’s known as a basis trade.

Here’s how it works:

  • Funds buy IBIT ETF shares
  • Simultaneously short CME Bitcoin futures
  • Capture the yield difference between the ETF and futures (the basis)
  • Use the ETF shares as collateral for the futures short

According to Hayes:

“They are not long Bitcoin. They only play in our sandbox for a few extra points over Fed Funds.”

This has become even more common in 2025 as US rates have fallen, with the Federal Reserve cutting rates three times this year, reducing yields across traditional markets and making arbitrage opportunities more attractive.

Why ETF Inflows Can Be Misleading

When the basis is high enough, hedge funds rush into the trade, creating the appearance of large institutional inflows.
When the basis compresses, as it has several times throughout 2025, those same institutions unwind the trade, causing sharp ETF outflows.

Hayes says this dynamic creates a dangerous illusion, and it plays out like this:

When the basis spikes → ETF inflows surge → “Institutions are buying Bitcoin!”

When the basis collapses → ETF outflows spike → “Institutions are dumping Bitcoin!”

Retail investors often misinterpret these flows, which can amplify market volatility.

What Changed in 2025

Earlier this year, Bitcoin rose steadily even as dollar liquidity tightened under the incoming Trump administration and US Treasury issuance surged. ETF inflows and buying from digital asset trusts helped offset the liquidity drag.

But Hayes argues that that phase may be over.

  • Several digital asset trusts (DATs) have traded below NAV this autumn.
  • The ETF basis trade has become less attractive as futures spreads narrowed.
  • Hedge funds have reduced their positions, triggering noticeable outflows across the ETF complex for weeks at a time.

With those artificial demand drivers fading, Hayes says Bitcoin finally has to respond to the underlying macro environment again.

“Bitcoin Must Fall” — Hayes on Short-Term Pressure

According to Hayes:

“Bitcoin must fall to reflect the current short-term worry that dollar liquidity will contract or not grow as fast as the politicians promised.”

In other words:
ETF flows pushed Bitcoin up when liquidity didn’t justify it.
Now those flows are gone, and liquidity still matters. His message for late 2025 is blunt:

  • Most ETF inflows were arbitrage, not long-term institutional belief.
  • BlackRock’s biggest ‘holders’ aren’t long Bitcoin, they’re long the basis.
  • The unwind of those trades is now affecting Bitcoin’s price.

For retail investors, the lesson is simple:
ETF flows tell you more about the futures curve than institutional conviction.

The post Think BlackRock Is Bullish on Bitcoin? Arthur Hayes Says They’re Not, Here’s Why appeared first on BeInCrypto.

  •