Reading view

Resmi! ChatGPT Siapkan "Adult Mode" 2026, Bisa Bahas Topik Erotika


Foto: Gemini

Teknologi.id – Selama tiga tahun terakhir, pengguna ChatGPT mengenal chatbot ini sebagai asisten pintar yang sopan, namun sangat kaku. Jika Anda mencoba memancing pembicaraan ke arah topik yang sensitif atau vulgar, AI ini akan segera memasang "tembok moral" dan menolak menjawab dengan alasan kebijakan keamanan. Namun, citra "bersih dan suci" tersebut akan segera berubah drastis.

Dalam langkah yang mengejutkan industri teknologi, OpenAI memutuskan untuk melonggarkan dasi mereka. Perusahaan ini sedang bersiap untuk merangkul sisi lain dari interaksi manusia yang selama ini mereka hindari: percakapan dewasa.

Berdasarkan laporan Kompas Tekno hari ini, Selasa (16/12/2025), "OpenAI dikabarkan tengah menyiapkan fitur baru bertajuk “adult mode” untuk chatbot AI bikinannya, ChatGPT." Langkah ini menandai perubahan filosofi besar-besaran di tubuh OpenAI, yang sebelumnya dikenal paling ketat dalam menyensor konten.

Jadwal Rilis: Awal Tahun Depan

Para pengguna yang penasaran tidak perlu menunggu terlalu lama. Petinggi OpenAI telah memberikan ancer-ancer waktu yang spesifik mengenai kapan fitur kontroversial ini akan bisa dicicipi oleh publik. 

Laporan tersebut mengutip sumber dari The Verge yang menyatakan, "Fidji Simo, CEO of Applications OpenAI, mengungkapkan bahwa fitur adult mode di ChatGPT ini bakal meluncur pada kuartal pertama 2026 atau sekitar bulan Januari hingga Maret."

Ini berarti hanya dalam hitungan minggu atau bulan dari sekarang (mengingat saat ini Desember 2025), ChatGPT akan memiliki kepribadian ganda: satu versi untuk umum yang aman, dan satu lagi versi khusus yang lebih "nakal" atau bebas.

Baca juga: ChatGPT Jadi Papan Iklan? Uji Coba Iklan Promosi OpenAI Mulai Menuai Pro dan Kontra

Apa Itu "Adult Mode"?

Pertanyaan terbesar di benak publik adalah: seberapa bebas mode ini? Apakah ini berarti ChatGPT akan berubah menjadi liar tanpa kendali? Jawabannya adalah fleksibilitas terkontrol. "Sesuai namanya, adult mode dirancang sebagai mode khusus yang hanya dapat diakses oleh pengguna dewasa terverifikasi," tulis laporan itu.

Perbedaan utamanya terletak pada filter penyensoran. Jika di mode biasa AI akan menolak membahas topik tabu, maka, "Di ChatGPT mode dewasa, pengguna diyakini bakal mendapatkan batasan konten yang lebih longgar dibandingkan ChatGPT versi standar."

Selama ini, pengguna sering merasa frustrasi karena ChatGPT terlalu protektif, bahkan untuk topik diskusi orang dewasa yang sah. "Selama ini, OpenAI menerapkan kebijakan ketat terhadap konten sensitif dan dewasa di ChatGPT. Permintaan semacam itu kerap ditolak atau dijawab sangat normatif, meski diajukan oleh pengguna dewasa."

Dengan mode baru ini, OpenAI berjanji akan memberikan pengalaman yang berbeda. Meskipun rincian teknisnya belum dibuka sepenuhnya, arahnya sudah jelas: "Yang jelas, adult mode ChatGPT ini bakal bisa merespons topik-topik sensitif dan erotika dengan pendekatan yang lebih terbuka dan realistis."

Kata kunci "erotika" dan "realistis" di sini mengindikasikan bahwa AI tidak akan lagi malu-malu kucing dalam membahas seksualitas atau tema dewasa lainnya, selama dalam koridor hukum.

Foto: Mashable Midle East

Perang AI: Efek Elon Musk

Perubahan haluan ini tidak terjadi di ruang hampa. Persaingan bisnis menjadi salah satu pendorong utamanya. OpenAI tampaknya "panas" melihat pesaing mereka, xAI milik Elon Musk, yang lebih dulu menawarkan kebebasan berekspresi tanpa sensor ketat.

Laporan Kompas Tekno menyoroti fakta ini: "Sebelum OpenAI, xAI, perusahaan kecerdasan buatan milik Elon Musk, sudah lebih dulu merilis fitur spicy mode di Grok Imagine, tools AI AI yang memungkinkan pengguna membuat gambar dan video dari teks (text-to-image) atau foto (image-to-video)."

Grok milik Musk telah menarik banyak pengguna karena keberaniannya menabrak batas tabu. "Lewat spicy mode, pengguna Grok Image bisa membuat konten yang mengandung unsur seksual, seperti semi-nudity." Melihat tren ini, OpenAI tampaknya menyadari bahwa jika mereka terus "munafik" atau terlalu kaku, mereka akan ditinggalkan oleh segmen pengguna yang menginginkan interaksi AI tanpa filter moral yang berlebihan.

Baca juga: Elon Musk Klaim Optimus Akan Kuasai Ekonomi, Apakah Kita Menuju Dunia Tanpa Uang?

Filosofi Baru: Menganggap Dewasa sebagai Dewasa

Pergeseran ini juga didorong oleh pandangan pribadi Sam Altman, pendiri OpenAI. Ia ingin mengembalikan otonomi kepada pengguna. Alih-alih mendikte apa yang boleh dan tidak boleh dibaca oleh orang dewasa, Altman memilih pendekatan yang lebih demokratis.

"CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya menegaskan bahwa perusahaan ingin mulai “memperlakukan pengguna dewasa sebagai orang dewasa”, tanpa mengorbankan aspek keamanan," kutip laporan tersebut. Implikasinya jelas: "Artinya, sejumlah pembatasan konten yang selama ini diterapkan secara umum berpotensi dilonggarkan, tetapi hanya untuk akun yang lolos verifikasi usia."

Tantangan Terbesar: Verifikasi Usia

Tentu saja, fitur ini membawa risiko besar: bagaimana jika anak-anak mengaksesnya? Di sinilah OpenAI mempertaruhkan reputasi teknologinya. Mereka tidak ingin sekadar menggunakan metode kuno seperti "klik tombol jika Anda berusia 18+". Mereka sedang membangun penjaga gerbang digital yang canggih.

"Untuk mewujudkan hal tersebut, OpenAI tengah mengembangkan model prediksi usia berbasis AI yang mampu mengidentifikasi apakah seorang pengguna merupakan remaja atau orang dewasa," jelas laporan itu.

Sistem ini tidak hanya pasif, tetapi aktif memantau pola interaksi untuk mendeteksi usia pengguna. "Sistem ini dirancang agar ChatGPT dapat secara otomatis menyesuaikan pengamanan dan pembatasan konten, khususnya bagi pengguna berusia di bawah 18 tahun."

Saat ini, teknologi tersebut sedang dalam tahap pengujian serius. "Simo mengungkapkan bahwa OpenAI sudah mulai menguji sistem prediksi usia ini di sejumlah negara. Pengujian dilakukan untuk memastikan model mampu mengenali pengguna remaja secara akurat, sekaligus tidak keliru mengklasifikasikan pengguna dewasa sebagai anak-anak."

Tahun 2026 akan menjadi tahun di mana batas-batas etika AI diuji kembali. Dengan peluncuran Adult Mode, OpenAI mencoba menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi bagi orang dewasa dan perlindungan bagi anak-anak. Apakah fitur ini akan sukses atau justru memicu kontroversi baru? Kita lihat saja nanti di kuartal pertama tahun depan. Satu hal yang pasti, ChatGPT yang kita kenal sekarang akan segera menjadi lebih "berani".

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Demi Roblox, Warga Siberia Berani Protes Kremlin: Jangan Sentuh Game Kami!

Foto: Reuters

Teknologi.id – Di tengah dinginnya suhu musim dingin Siberia, puluhan warga Rusia memilih turun ke jalan dengan hati yang panas. Pemicunya bukan kenaikan harga pangan atau isu politik tingkat tinggi, melainkan hilangnya akses ke dunia kotak-kotak imajinatif yang dicintai jutaan anak di seluruh dunia: Roblox.

Peristiwa ini menandai babak baru dalam ketegangan antara kebebasan digital warga sipil dan kontrol ketat pemerintah Rusia di era konflik global saat ini. Apa yang terjadi di Siberia akhir pekan lalu bukan sekadar protes soal game, melainkan jeritan frustrasi terhadap isolasi digital yang kian mencekik.

Berdasarkan laporan CNBC Indonesia, Senin (15/12/2025), gelombang protes ini terjadi di lokasi yang jauh dari pusat kekuasaan Kremlin. "Puluhan orang berkumpul pada Minggu (14/12) waktu setempat di Tomsk, Siberia. Mereka berdemo untuk melawan larangan Rusia yang memblokir platform game populer Roblox asal Amerika Serikat (AS)."

Alasan Pemblokiran: Moralitas atau Politik?

Keputusan untuk mematikan akses Roblox tidak terjadi secara mendadak. Pemerintah Rusia, melalui badan pengawas komunikasinya, telah mengeluarkan vonis mati bagi platform tersebut awal bulan ini.

"Pengawas komunikasi Rusia Roskomnadzor pada 3 Desember lalu mengumumkan pemblokiran Roblox karena dinilai konten-kontennya tak pantas dan bisa berdampak negatif terhadap pengembangan moral anak," tulis laporan tersebut. 

Narasi "perlindungan anak" menjadi senjata utama pemerintah. Ada kekhawatiran nyata di kalangan orang dewasa mengenai keamanan platform tersebut. Laporan itu mencatat bahwa, "Beberapa orang tua dan guru Rusia mengatakan mereka khawatir Roblox memungkinkan anak-anak untuk mengakses konten seksual dan berkomunikasi dengan orang dewasa."

Kekhawatiran ini sebenarnya bukan hal baru dan tidak eksklusif terjadi di Rusia. Faktanya, "Roblox, yang berkantor pusat di San Mateo, California, telah dilarang oleh beberapa negara termasuk Irak dan Turki karena kekhawatiran tentang predator yang mengeksploitasi platform tersebut untuk melecehkan anak-anak."

Namun, di mata para pengunjuk rasa dan pengamat internasional, langkah Rusia ini memiliki aroma politis yang lebih menyengat dibandingkan sekadar kepedulian pada keselamatan anak.

Baca juga: Roblox Diblokir Rusia, Gara-gara Konten LGBT dan Isu Ekstremis

"Jangan Sentuh Roblox Kami"

Aksi di Tomsk menjadi simbol perlawanan yang unik. Kota pendidikan dan riset ini berani bersuara lantang. "Tomsk yang berjarak 2.900 km di timur Moskow, menunjukkan perlawanan. Puluhan orang dengan berani berkumpul sembari membawa poster yang menunjukkan dukungan untuk Roblox."

Di tengah hamparan salju, pesan-pesan protes mereka tertangkap kamera. Salah satu slogan yang paling menohok menyinggung isolasi digital yang sedang dibangun pemerintah Vladimir Putin. "'Jangan sentuh Roblox' dan 'Roblox adalah korban Tirai Besi digital' terpampang di poster yang dibawa para pendemo di Taman Vladimir Vysotsky, menurut foto-foto yang diberikan oleh penyelenggara protes."

Istilah "Tirai Besi Digital" menggambarkan situasi di mana internet Rusia semakin terputus dari jaringan global, menciptakan ekosistem tertutup yang mudah dikontrol. Rasa frustrasi warga terhadap ketidakberdayaan mereka melawan kebijakan negara juga tumpah dalam tulisan di poster lainnya. "'Larangan dan pemblokiran adalah satu-satunya yang dapat Anda lakukan,' bunyi salah satu poster."

Suasana protes digambarkan cukup damai namun penuh simbolisme. "Foto-foto tersebut menunjukkan sekitar 25 orang berdiri melingkar di salju, sambil memegang plakat."

Foto: Reuters

Perang Informasi dan Budaya Barat

Pemblokiran Roblox tidak bisa dilihat sebagai kasus yang berdiri sendiri. Ini adalah bagian dari strategi besar Moskow dalam mengendalikan arus informasi selama masa konflik. Platform asing sering kali dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.

Laporan CNBC Indonesia menjelaskan konteks ini dengan gamblang: "Para pejabat Rusia mengatakan mereka membutuhkan sensor untuk membela diri terhadap 'perang informasi' canggih yang dilancarkan oleh kekuatan Barat, dan apa yang mereka anggap sebagai budaya Barat yang dekaden yang merusak nilai-nilai 'tradisional' Rusia."

Roblox, sebagai produk budaya pop Amerika Serikat, otomatis masuk dalam radar target. Sebelumnya, raksasa media sosial lain sudah lebih dulu tumbang. "Moskow telah memblokir dan membatasi banyak platform media sosial seperti Snapchat, Facebook, Instagram, WhatsApp, dan YouTube, sembari mendistribusikan narasi yang sejalan dengan kepetingan negara melalui jaringan media sosial dan media konvensional Rusia."

Baca juga: Roblox Lolos dari Ancaman Blokir, Komitmen Lindungi Anak di Indonesia

Efektivitas Blokir Dipertanyakan

Ironisnya, di era digital, upaya memblokir akses sering kali menjadi permainan kucing-kucingan yang sia-sia. Generasi muda Rusia yang melek teknologi dengan cepat menemukan jalan tikus untuk kembali bermain.

"Di Rusia, larangan terhadap Roblox telah memicu perdebatan tentang sensor, keselamatan anak dalam kaitannya dengan teknologi, dan bahkan efektivitas sensor di dunia digital di mana anak-anak dapat melewati banyak larangan hanya dengan beberapa klik."

Alat utamanya adalah VPN (Virtual Private Network). "Banyak warga Rusia hanya menghindari larangan dengan menggunakan VPN (Virtual Private Network), meskipun beberapa anak muda Rusia mempertanyakan logika larangan jika dapat dengan mudah dilewati."

Hal ini memunculkan pertanyaan kritis: jika anak-anak masih bisa mengaksesnya lewat jalur belakang, apakah larangan ini efektif melindungi mereka? Atau justru hanya mematikan industri kreatif lokal dan membatasi kebebasan berekspresi? Para demonstran juga menyoroti minimnya substitusi lokal yang memadai, dengan "mempertanyakan mengapa hanya ada sedikit alternatif Rusia untuk aplikasi yang telah dilarang oleh negara."

Respon Roblox

Pihak Roblox sendiri telah berupaya menangkis tuduhan bahwa platform mereka tidak aman. Meskipun belum memberikan komentar langsung pasca-demo terbaru ini, posisi mereka sudah jelas sejak awal pelarangan.

"Perusahaan tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar. Ketika larangan Rusia diberlakukan, Roblox mengatakan bahwa mereka memiliki 'komitmen yang mendalam terhadap keselamatan' dan menyediakan 'perlindungan bawaan yang ketat untuk membantu menjaga keamanan pengguna'."

Protes di Siberia adalah mikrokosmos dari ketegangan yang lebih besar di Rusia. Di satu sisi, ada pemerintah yang ingin membentengi warganya dari pengaruh "Barat" dan bahaya daring. Di sisi lain, ada warga yang merasa hak digitalnya dirampas satu per satu, mengubah internet yang seharusnya bebas menjadi penjara digital. Apakah suara dari salju Siberia ini akan didengar oleh Kremlin? Sejarah mencatat bahwa Rusia jarang melunak soal sensor, namun keberanian warga untuk "ngamuk" demi sebuah game menunjukkan bahwa batas kesabaran publik mulai diuji.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)


  •  

Era Baru Android: Google Ubah Tradisi, Rilis OS Besar Dua Kali Setahun

Foto: Google

Teknologi.id – Selama lebih dari satu dekade, pengguna Android telah terbiasa dengan siklus tahunan yang bisa ditebak: Google mengumumkan versi Android baru di pertengahan tahun (biasanya saat acara Google I/O), lalu merilis versi finalnya ke publik pada kuartal ketiga atau keempat (sekitar Agustus hingga Oktober). Tradisi ini seolah sudah menjadi "hukum alam" di ekosistem robot hijau.

Namun, Google memutuskan untuk mengubah permainan. Dalam sebuah pengumuman yang mengejutkan industri seluler, raksasa teknologi asal Mountain View tersebut memastikan bahwa masa depan pembaruan Android akan berjalan lebih cepat dan lebih agresif.

Berdasarkan laporan Kompas Tekno, Senin (15/12/2025), strategi baru ini resmi diterapkan. "Google ubah jadwal update Android jadi dua kali setahun."

Perubahan ini bukan sekadar penambahan jadwal, melainkan pergeseran fundamental dalam cara Google, pengembang aplikasi, dan produsen ponsel (smartphone) bekerja sama dalam menghadirkan inovasi ke tangan pengguna.

Jadwal Baru: Mayor di Awal, Minor di Akhir

Mulai saat ini, kita tidak akan lagi melihat satu rilis raksasa di akhir tahun. Google membagi siklus hidup Android menjadi dua babak utama dalam satu tahun kalender.

Laporan tersebut merinci pembagian waktu ini dengan jelas. "Rilis Utama (Mayor): Dijadwalkan pada kuartal II (sekitar April-Juni) dengan fitur besar dan perubahan API yang signifikan."

Pergeseran rilis utama ke Kuartal II (Q2) ini adalah perubahan terbesar. Biasanya, bulan-bulan tersebut hanya diisi oleh versi beta. Kini, versi stabil dengan perubahan antarmuka dan fitur inti akan hadir lebih awal. Ini berarti pengguna bisa menikmati fitur-fitur "besar" tanpa harus menunggu hingga akhir tahun.

Lalu, apa yang terjadi di akhir tahun? "Rilis Minor: Dijadwalkan pada kuartal IV (sekitar Oktober-Desember) yang fokus pada penyempurnaan fitur, perbaikan bug, dan pembaruan sistem QPR (Quarterly Platform Release)."

Jadi, alih-alih merilis sistem baru, akhir tahun akan didedikasikan untuk "bersih-bersih" dan optimalisasi. Rilis kuartal keempat ini tidak akan membawa perubahan drastis yang bisa merusak kompatibilitas aplikasi, melainkan lebih kepada pemolesan kinerja.

Baca juga: Update Terbaru Google Translate: AI, Streak, Sampai Live Translate

Foto: TECHPP

Mengapa Google Melakukan Ini?

Langkah drastis ini diambil bukan tanpa alasan kuat. Salah satu motivasi utamanya adalah sinkronisasi dengan peluncuran perangkat keras (hardware).

Selama ini, ada kesenjangan waktu yang canggung. Google merilis Android baru di bulan September/Oktober, sementara banyak pabrikan ponsel (seperti Samsung atau Xiaomi) merilis ponsel flagship mereka di awal tahun. Akibatnya, ponsel canggih yang rilis di awal tahun sering kali masih menggunakan versi Android tahun lalu.

Dengan memindahkan rilis utama ke Kuartal II, Google ingin menyelaraskan software mereka dengan siklus produksi chipset dan ponsel baru. Laporan Kompas Tekno mencatat bahwa tujuan utamanya adalah, "Memberikan waktu lebih bagi produsen ponsel (seperti Samsung, Xiaomi, Oppo) untuk menyesuaikan antarmuka mereka dan mengurangi fragmentasi versi Android."

Dengan jadwal baru ini, diharapkan ketika ponsel-ponsel canggih meluncur di pertengahan atau akhir tahun, mereka sudah langsung dibekali dengan Android versi terbaru "out of the box", tanpa perlu menunggu pembaruan berbulan-bulan kemudian.

Keuntungan Bagi Pengguna: Inovasi Lebih Cepat

Bagi kita sebagai pengguna akhir, apa dampak langsungnya? Jawabannya adalah kecepatan akses inovasi.

"Dampak: Pengguna akan mendapatkan fitur baru lebih cepat tanpa harus menunggu siklus tahunan yang panjang," tulis laporan tersebut.

Di era AI (Artificial Intelligence) yang bergerak sangat cepat saat ini, menunggu satu tahun untuk mendapatkan fitur baru terasa terlalu lama. Dengan siklus dua kali setahun, Google bisa menyuntikkan fitur-fitur kecerdasan buatan terbaru atau perbaikan keamanan krusial dengan lebih responsif.

Jika sebelumnya pengguna harus menunggu Android 15 ke Android 16 untuk melihat perubahan, kini di antara itu akan ada pembaruan "setengah babak" yang membawa penyegaran, mirip dengan cara permainan video game merilis season baru.

Baca juga: Google Kenalkan Fitur Autospatialization, Mampu Sulap Konten 2D Menjadi 3D

Tantangan Bagi Pengembang Aplikasi

Meskipun menguntungkan pengguna dan produsen ponsel, perubahan ini memberikan pekerjaan rumah tambahan bagi para developer aplikasi. Mereka kini harus lebih sigap.

Karena "Rilis Utama (Mayor)... dengan fitur besar dan perubahan API yang signifikan" dimajukan ke pertengahan tahun, pengembang harus melakukan pengujian kompatibilitas aplikasi mereka lebih awal dari biasanya. Jika tidak, aplikasi mereka berisiko crash atau tidak berjalan optimal pada sistem operasi baru yang rilis lebih cepat.

Namun, Google menjanjikan bahwa rilis kedua di Kuartal IV tidak akan menyulitkan. Karena bersifat minor dan fokus pada "pembaruan sistem QPR (Quarterly Platform Release)," pembaruan ini tidak akan mengubah cara kerja sistem secara radikal, sehingga pengembang tidak perlu merombak ulang kode aplikasi mereka dua kali dalam setahun.

Era Baru Android

Keputusan Google untuk mengubah jadwal rilis menjadi dua kali setahun menandakan kedewasaan sistem operasi ini. Android tidak lagi sekadar software eksperimental, melainkan platform matang yang harus beradaptasi dengan kecepatan industri perangkat keras yang ganas. Tahun 2025 dan seterusnya akan menjadi masa transisi yang menarik. Kita akan melihat apakah janji "mengurangi fragmentasi" benar-benar terwujud, atau apakah produsen ponsel justru akan kewalahan mengejar dua tenggat waktu dalam satu tahun. Satu hal yang pasti, bagi pengguna setia Android, ponsel Anda akan terasa "baru" lebih sering daripada sebelumnya. Bersiaplah untuk notifikasi update sistem yang lebih rutin mulai tahun depan!

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Wajib Update! iOS 26.2 Rilis Bawa Patch Keamanan Krusial dan AI Podcast

Foto: MacRumors

Teknologi.id – Bagi pengguna iPhone, notifikasi pembaruan perangkat lunak di pagi hari adalah sebuah rutinitas yang dinanti sekaligus dipertanyakan: "Apakah update kali ini layak diunduh?" Jawabannya untuk hari ini adalah: mutlak "Ya".

Apple kembali menyapa penggunanya menjelang akhir tahun dengan merilis pembaruan sistem operasi terbaru mereka. Berdasarkan laporan Kompas Tekno hari ini, Selasa (16/12/2025), raksasa teknologi asal Cupertino tersebut telah melepas iOS 26.2 ke publik.

Laporan tersebut mengonfirmasi ketersediaannya: "Apple resmi merilis pembaruan/update sistem operasi iOS 26.2 untuk pengguna iPhone 11 dan yang lebih baru."

Bagi Anda yang berada di Tanah Air, tidak perlu menunggu antrean server global yang lama. "Pantauan KompasTekno saat berita ini ditayangkan, update iOS 26.2 sudah tersedia bagi pengguna di Indonesia."

Fokus pada Stabilitas, Bukan Sekadar Gimmick

Berbeda dengan pembaruan mayor (seperti dari iOS 25 ke 26) yang biasanya merombak tampilan secara total, versi "titik dua" (x.2) biasanya difokuskan pada penyempurnaan pengalaman pengguna. Namun, jangan salah sangka, pembaruan ini sangat krusial.

Artikel tersebut mencatat poin penting ini: "Meski bersifat pembaruan minor, iOS 26.2 dinilai penting karena fokus pada stabilitas sistem dan perlindungan keamanan pengguna."

Pembaruan ini hadir serentak untuk ekosistem Apple lainnya. Laporan menyebutkan bahwa, "Apple resmi merilis iOS 26.2, iPadOS 26.2, dan WatchOS 26.2," memastikan integrasi yang mulus antar-perangkat Anda.

Fitur Baru: Kendali Tampilan Lebih Luas

Salah satu keluhan pengguna iPhone selama ini adalah kustomisasi yang terbatas. Di iOS 26.2, Apple mulai mendengarkan masukan tersebut, terutama terkait estetika layar kunci (Lock Screen).

"Apple kini memberi opsi tambahan bagi pengguna untuk mengatur tingkat transparansi elemen antarmuka, khususnya di layar kunci (lock screen), agar tampilan lebih nyaman dan mudah dibaca."

Fitur ini sangat berguna bagi mereka yang menggunakan wallpaper foto dengan detail rumit. Dengan mengatur transparansi jam atau widget, tulisan tidak akan lagi bertabrakan dengan objek utama pada foto latar belakang Anda.

Foto: MacRumors

Hiburan Cerdas: AI Masuk ke Podcast

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus menjadi fokus pengembangan Apple. Kali ini, aplikasi bawaan Apple Podcasts mendapatkan sentuhan teknologi pintar tersebut untuk memudahkan pendengar. "Podcast juga memperoleh pembaruan dengan hadirnya penandaan bab otomatis berbasis kecerdasan buatan (AI)."

Bagaimana cara kerjanya? Sistem akan "mendengarkan" konten audio dan memecahnya secara cerdas. "Fitur ini memungkinkan episode podcast dibagi ke dalam beberapa segmen secara otomatis, sehingga memudahkan pendengar menavigasi isi podcast." Ini adalah fitur yang sangat membantu, terutama bagi penikmat podcast berdurasi panjang yang ingin langsung melompat ke topik tertentu tanpa harus menggeser slider durasi secara manual.

Sementara itu, bagi pecinta musik, ada kabar gembira bagi Anda yang sering bepergian ke area susah sinyal atau ingin menghemat kuota data. "Di sektor hiburan, Apple Music mendapatkan peningkatan berupa dukungan lirik lagu secara offline. Dengan fitur ini, pengguna tetap dapat mengakses lirik tanpa koneksi internet, termasuk lirik yang disinkronkan dengan irama lagu."

Baca juga: Benarkah iOS Lebih Aman daripada Android? Ini Fakta Keamanan Terbarunya!

Foto: MacRumors

AirDrop yang Lebih Aman

AirDrop adalah fitur andalan pengguna Apple, namun sering kali menjadi celah privasi ketika orang asing mengirimkan gambar yang tidak pantas (fenomena cyber-flashing) di tempat umum. Apple menutup celah "kenakalan" ini di iOS 26.2 dengan mekanisme verifikasi baru.

"AirDrop di iOS 26.2 kini dilengkapi mekanisme berbagi yang lebih aman. Pengguna dapat mengirim file ke perangkat lain yang bukan kontak dengan menggunakan kode satu kali, sehingga mengurangi risiko pengiriman data ke perangkat yang tidak diinginkan." Dengan sistem kode satu kali (one-time code), Anda tidak akan lagi menerima kiriman fail misterius dari orang tak dikenal di kereta atau kafe, kecuali Anda memberikan kode verifikasi tersebut secara sadar.

Peningkatan Produktivitas

Aplikasi produktivitas bawaan juga tak luput dari perbaikan. Pengguna yang merasa animasi iPhone mereka mulai terasa lambat mungkin akan merasakan perbedaan signifikan setelah melakukan update ini.

Laporan Kompas Tekno menyebutkan: "Apple juga menambahkan sejumlah penyempurnaan kecil pada aplikasi bawaan, seperti Pengingat (Reminders), serta meningkatkan kelancaran animasi dan respons antarmuka sistem."

Baca juga: Bocoran Besar Apple: iPhone Lipat, Chip A20, dan Jadwal Rilis Baru

Alasan Terpenting: Keamanan Data Anda

Di atas semua fitur baru yang menarik tersebut, alasan utama Anda harus segera menekan tombol "Install Now" adalah keamanan. Dunia siber semakin berbahaya, dan peretas terus mencari celah di sistem operasi lawas.

Apple memberikan peringatan serius melalui pembaruan ini. "Di sisi keamanan, iOS 26.2 membawa patch keamanan penting yang menutup puluhan celah sistem, termasuk beberapa kerentanan yang dilaporkan telah dimanfaatkan dalam serangan siber."

Kalimat "telah dimanfaatkan dalam serangan siber" (atau sering disebut zero-day exploit) berarti celah tersebut sudah diketahui oleh peretas dan sedang aktif digunakan untuk menyerang korban. Dengan menunda update, Anda membiarkan pintu rumah digital Anda terbuka lebar.

Cara Melakukan Update

Proses pembaruan sangat mudah dan tidak memakan waktu lama jika koneksi internet Anda stabil. Sesuai panduan dari laporan tersebut:

"Pengguna iPhone bisa melakukan update melalui menu Pengaturan > Umum > Pembaruan Perangkat Lunak."

Pastikan baterai Anda di atas 50% atau sambungkan ke pengisi daya saat melakukan instalasi. Mengingat pentingnya tambalan keamanan yang dibawa, sangat disarankan untuk tidak menunda pembaruan ini. "Apple pun menganjurkan seluruh pengguna iPhone yang kompatibel untuk segera melakukan pembaruan."

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Trik Jitu: 4 Cara Lihat Status WhatsApp Orang Lain Tanpa Ketahuan

Foto: WhatsApp

Teknologi.id – Pernahkah Anda merasa penasaran dengan aktivitas teman, kolega, atau mungkin mantan pacar yang dibagikan melalui Status WhatsApp, namun enggan ketahuan kalau Anda sedang "kepo"? Situasi ini sering dialami banyak pengguna aplikasi perpesanan terpopuler di dunia ini.

Status WhatsApp, fitur yang diadopsi dari konsep Instagram Stories, memungkinkan pengguna berbagi foto, video, atau teks yang akan hilang setelah 24 jam. Secara default, fitur ini dirancang transparan. "Status WhatsApp, sama seperti Instagram, bisa melihat siapa saja yang telah mengintip story tersebut. Fitur tersebut dapat dilihat oleh mereka yang sama-sama telah menyimpan kontak kita, begitu juga sebaliknya," tulis laporan CNBC Indonesia.

Namun, bagi mereka yang menjunjung tinggi privasi—atau sekadar ingin memantau tanpa meninggalkan jejak—ada kabar baik. Sebenarnya, ada celah-celah pintar yang bisa dimanfaatkan. Namun sebenarnya kita bisa menyembunyikan informasi telah melihat Status seseorang. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Foto: BijakBersosmed

4 metode ampuh melihat status WhatsApp

1. Cara Paling Umum, Matikan Centang Biru: Ini adalah metode paling populer dan resmi disediakan oleh WhatsApp, meskipun banyak pengguna yang lupa bahwa fungsinya berlaku dua arah.

Jika Anda mematikan "Laporan Dibaca" (tanda centang biru), maka Anda tidak akan tahu siapa yang membaca pesan Anda, tetapi sebagai gantinya, orang lain juga tidak akan tahu jika Anda melihat status mereka.

"Cara ini sebenarnya digunakan untuk mematikan informasi apakah seseorang telah melihat dan membaca pesan yang dikirim. Selain itu juga bisa menyembunyikan kita yang melihat Status seseorang," jelas panduan tersebut.

Berikut langkah-langkahnya:

  • "Masuk ke WhatsApp"
  • "Pilih ikon titik tiga pada pojok kanan atas"
  • "Pilih setelan atau setting"
  • "Pilih Privasi"
  • "Setelah itu tap pada laporan dibaca atau read receipt untuk dinonaktifkan."

Catatan: Jika Anda mengaktifkan kembali fitur ini, nama Anda mungkin akan muncul kembali di daftar penonton jika status tersebut belum kedaluwarsa (belum 24 jam).

2. Mode Ninja, Lihat Saat Offline: Trik kedua ini memanfaatkan mekanisme caching atau penyimpanan sementara aplikasi. WhatsApp biasanya mengunduh status secara otomatis di latar belakang saat Anda terhubung ke internet, bahkan sebelum Anda membukanya.

Anda bisa memanfaatkan jeda ini. "Anda juga bisa melihat Status dalam keadaan offline. Jadi tidak akan masuk dalam daftar yang telah melihat Status seseorang," saran artikel tersebut.

Caranya sangat sederhana namun butuh ketelitian waktu: "Untuk melakukannya, matikan semua koneksi internet dari seluler hingga Wifi. Berikutnya buka WhatsApp dan masuk ke tab Status, terakhir pilih Status yang ingin kita lihat."

Setelah melihat, pastikan Anda menutup aplikasi WhatsApp sepenuhnya (hapus dari recent apps) sebelum menyalakan kembali internet agar sistem tidak mengirimkan sinyal "telah dilihat" ke server.

Baca juga: Akhirnya! WhatsApp di Apple Watch Kini Bisa Baca, Balas, dan Kirim Pesan Suara Penuh

3. Trik Pengguna PC, Mode Incognito: Bagi Anda yang lebih sering menggunakan WhatsApp Web di komputer kantor atau laptop pribadi, fitur privasi browser bisa menjadi sekutu Anda. 

Mode penyamaran (Incognito) memastikan tidak ada data sesi yang tersimpan permanen. "Mode ini adalah saat riwayat penelusuran dan cookie tidak akan disimpan. Saat menggunakannya maka Anda tidak akan terlihat secara langsung," ungkap laporan itu. Namun, perlu dicatat bahwa "metode ini hanya bisa digunakan pada WhatsApp Web."

Langkah-langkahnya adalah:

  • "Buka browser di komputer atau laptop dalam mode incognito"
  • "Buka WhatsApp Web dan pindai kode QR"
  • "Setelah login, kamu dapat melihat status orang lain tanpa terdeteksi"

Trik ini efektif karena sesi Anda dianggap terisolasi, meskipun efektivitasnya bisa bervariasi tergantung pembaruan sistem keamanan WhatsApp terbaru.

4. Cara "Hacker" Android, Masuk ke Folder Tersembunyi: Ini adalah cara yang paling teknis namun paling aman karena Anda bahkan tidak perlu membuka aplikasi WhatsApp sama sekali. Trik ini khusus untuk pengguna ponsel Android yang memiliki akses ke sistem file. 

 "Cara terakhir ini hanya bisa digunakan untuk pengguna Android. Folder Status sendiri adalah tempat menyimpan seluruh status dalam WhatsApp," jelas CNBC Indonesia.

Setiap status foto atau video yang dimuat di HP Anda sebenarnya tersimpan sebagai file biasa di memori internal, hanya saja disembunyikan.

Untuk mengaksesnya: "Buka pengelola folder apa saja. Masuk ke folder Penyimpanan Internal/WhatsApp/Media/.Status atau Android > media > com.whatsapp > WhatsApp > Media > Statuses, dari sana Anda bisa melihat smeua status yang dibagikan."

Dengan cara ini, Anda melihat file aslinya langsung dari galeri tersembunyi, sehingga server WhatsApp tidak pernah mencatat aktivitas "melihat" di dalam aplikasi.

Baca juga: Bikin Chatting Jadi Lebih Praktis: 7 Fitur Tersembunyi WhatsApp yang Jarang Diketahui

Privasi di era digital sering kali menjadi pilihan. WhatsApp memberikan opsi transparansi, namun pengguna cerdas selalu punya cara untuk menjaga anonimitas mereka. Apakah Anda memilih cara mudah dengan mematikan centang biru, atau cara teknis dengan mengintip folder sistem, pastikan gunakan trik ini dengan bijak dan etis. Selamat mencoba!

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Paradoks Pasar Kripto: BTC Ritel Panik, Hedge Fund Malah Naikkan Porsi Aset

Foto: Advokai

Teknologi.id – Pasar kripto kembali menunjukkan wajah aslinya yang penuh volatilitas. Di awal pekan ini, Senin (15/12/2025), layar monitor para trader didominasi warna merah membara. Momentum bullish yang sempat digadang-gadang akan meledak pasca-keputusan The Fed, nyatanya tertahan oleh tembok realitas.

Namun, di tengah kepanikan ritel yang melihat portofolionya menyusut, terjadi sebuah anomali besar. Para pemain kelas kakap—institusi keuangan global dan hedge fund—justru diam-diam meningkatkan posisi mereka di pasar aset digital ini. Mengapa mereka berani masuk saat harga sedang tertekan?

Raja Kripto Tumbang di Bawah US$ 90.000

Sorotan utama pasar tertuju pada Bitcoin (BTC). Aset digital terbesar di dunia ini gagal mempertahankan benteng pertahanan psikologisnya. Setelah berjuang keras di akhir pekan, Bitcoin akhirnya menyerah.

Berdasarkan laporan CNBC Indonesia, "Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin terkoreksi -0,93% dan diperdagangkan di kisaran US$89.540,27."

Penurunan ini bukan sekadar angka, melainkan sinyal teknikal yang cukup meresahkan bagi pedagang jangka pendek. "Secara teknikal, penutupan di bawah US$90.000 memang menjadi sinyal bearish jangka pendek," tulis laporan tersebut.

Efek domino pun tak terelakkan. Kejatuhan Bitcoin menyeret mayoritas altcoin ke zona merah. Solana (SOL) dan Cardano (ADA), dua proyek blockchain yang biasanya tangguh, terpantau melemah masing-masing -1,58% dan -1,93%. Para investor tampaknya memilih untuk menekan tombol panic button atau sekadar mengamankan profit (cash out) sementara waktu.

TRON: Sang Pemberontak di Tengah Badai

Namun, tidak semua aset ikut tenggelam. Di tengah lesunya pasar, TRON (TRX) muncul sebagai anomali yang mengejutkan. Aset besutan tokoh kontroversial Justin Sun ini justru bergerak melawan arus pasar global.

Laporan mencatat bahwa TRX berhasil mencatatkan kenaikan harian sebesar +2,28% ke level US$0,2798. Kenaikan ini bukan tanpa alasan. "Performa TRX yang solid ini didorong oleh fundamental jaringan yang kuat, di mana tingginya volume transaksi stablecoin menjadikannya aset defensif pilihan saat pasar sedang tidak menentu," jelas analisis pasar.

Baca juga: “Uptober” Kembali: Bitcoin Melonjak Hampir 12% dan Dekati Rekor Tertinggi

Mengapa Institusi Tetap "Bullish"?

Pertanyaan besarnya adalah: Jika pasar sedang lesu, mengapa narasi besarnya justru menyebutkan bahwa tahun 2025 adalah tahunnya institusi masuk ke kripto?

Jawabannya terletak pada data jangka panjang, bukan fluktuasi harian. Laporan dari Reuters pada November lalu mengungkapkan fakta mengejutkan. "Lebih dari separuh hedge fund di dunia kini telah masuk ke pasar kripto," tulis laporan tersebut.

Angka spesifiknya pun sangat meyakinkan. Berdasarkan survei dari Alternative Investment Management Association (AIMA) yang melibatkan 122 investor kelas berat, "Sebanyak 55% hedge fund global kini memegang aset terkait kripto."

Angka ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berada di angka 47%. Secara rata-rata, para manajer investasi ini mengalokasikan sekitar 7% portofolionya ke aset kripto.

Faktor Trump dan Kepastian Regulasi

Apa yang membuat para manajer dana yang biasanya konservatif ini tiba-tiba berani mengambil risiko? Faktor utamanya adalah perubahan iklim politik dan regulasi di Amerika Serikat.

Dukungan dari Presiden AS, Donald Trump, terhadap industri kripto menjadi katalis utama. Kebijakan yang lebih ramah terhadap aset digital membuat institusi merasa lebih aman untuk menaruh uang klien mereka di sana.

Laporan tersebut mengutip, "Tahun lalu menandai titik balik bagi regulasi kripto di AS. AS tampaknya mulai membangun fondasi untuk stabilitas regulasi jangka panjang."

Baca juga: Didorong Kebijakan Pro-Kripto, Bitcoin Cetak Rekor di Era Trum

Foto: The Daiy Record

Bahaya Tersembunyi: Derivatif dan Spekulasi

Meskipun minat masuk tinggi, cara institusi bermain di pasar kripto berbeda dengan investor ritel biasa. Mereka tidak sembarangan membeli koin di bursa (spot market).

Sebanyak 67% dari hedge fund tersebut memilih berinvestasi melalui instrumen derivatif. Instrumen ini memungkinkan mereka untuk "berspekulasi terhadap pergerakan harga tanpa harus memegang aset dasar."

Namun, strategi ini bukannya tanpa risiko. Laporan CNBC menyoroti insiden flash crash pada bulan Oktober lalu yang mengungkap betapa rapuhnya pasar akibat penggunaan leverage (daya ungkit) yang berlebihan oleh para pemain besar ini.

Pasar kripto di tahun 2025 menyajikan sebuah paradoks. Di satu sisi, harga Bitcoin sedang tertekan di bawah US$ 90.000, membuat investor ritel cemas. Di sisi lain, arus uang institusi justru mengalir deras, didorong oleh kepastian hukum di AS dan adopsi mainstream.

Bagi investor bijak, ini adalah sinyal untuk tidak hanya melihat pergerakan harga harian, tetapi memahami ke mana arah uang besar (smart money) sedang bergerak. Apakah koreksi ini adalah awal kehancuran atau justru kesempatan diskon terakhir sebelum institusi mengambil alih sepenuhnya? Hanya waktu yang akan menjawab.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Bocoran Besar Apple: iPhone Lipat, Chip A20, dan Jadwal Rilis Baru

Foto: 9TO5Mac

Teknologi.id – Bagi para penggemar setia produk Apple (Apple Fanboy), tahun-tahun mendatang tampaknya akan menjadi periode paling radikal dalam sejarah perusahaan. Setelah bertahun-tahun mempertahankan siklus rilis yang dapat diprediksi dan desain "batangan" (candybar) yang ikonik, raksasa teknologi asal Cupertino ini dikabarkan siap merombak total strategi mereka.

Laporan terbaru mengungkap bahwa Apple sedang mempersiapkan perubahan bentuk yang drastis, termasuk peluncuran iPhone lipat (foldable) pertama mereka dan pergeseran jadwal rilis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

iPhone Lipat: Mimpi yang Menjadi Nyata (dan Mahal)

Foto: MacRumors

Isu mengenai "iPhone Fold" sudah berhembus lama, namun kini detailnya semakin konkret. Berbeda dengan pesaing utamanya yang sudah merilis generasi ke-6 atau ke-7 ponsel lipat, Apple memilih menunggu momen yang tepat. Bocoran terbaru menyebutkan bahwa Apple akhirnya akan terjun ke pasar ini pada akhir 2026 atau awal 2027.

Desain yang diusung bukanlah model buku (seperti Galaxy Z Fold), melainkan model clamshell atau cangkang kerang yang lebih compact, serupa dengan model "Flip". Namun, ada harga fantastis yang harus dibayar untuk inovasi ini.

Menurut laporan yang dikutip dari CNBC Indonesia, "Harga perangkat itu diprediksi senilai US$ 2.000 atau sekitar Rp33,2 juta."

Angka ini menempatkan iPhone lipat jauh di atas harga rata-rata ponsel flagship saat ini, menjadikannya barang mewah sejati. Selain harga, spesifikasi teknisnya pun mulai terkuak. Perangkat ini tidak hanya sekadar layar yang ditekuk, tetapi memiliki pendekatan unik pada kamera dan keamanan biometrik.

Laporan tersebut merinci bahwa "iPhone lipat model clamshell itu akan memiliki dua kamera belakang, satu kamera di setiap layar (karena layar terpisah)."

Menariknya, karena keterbatasan teknis pada layar yang terpisah tersebut, fitur Face ID yang selama ini menjadi andalan kemungkinan akan absen. Sebagai gantinya, Apple diprediksi akan kembali menggunakan Touch ID yang mungkin disematkan di tombol samping atau di bawah layar.

Jadwal Rilis yang "Pecah Kongsi"

Foto: Poskota

Selama lebih dari satu dekade, September adalah "bulan suci" bagi Apple, di mana seluruh jajaran iPhone baru—mulai dari yang termurah hingga termahal—diluncurkan bersamaan. Namun, tradisi ini dikabarkan akan berakhir pada siklus iPhone 18.

Apple berencana memisahkan peluncuran model "Pro" dengan model dasar. Alasannya berkaitan dengan kompleksitas rantai pasok dan teknologi pengemasan chip terbaru. Berdasarkan bocoran jadwal, "iPhone 18 Pro dan 18 Pro Max dijadwalkan rilis pada September 2026."

Kedua model premium ini akan menjadi yang pertama mencicipi prosesor super canggih A20. Chipset ini dikabarkan menggunakan metode pengemasan baru yang revolusioner untuk performa dan efisiensi daya yang belum pernah ada sebelumnya.

Lantas, bagaimana dengan model standar? Konsumen harus bersabar lebih lama. "iPhone 18 dan 18e serta iPhone Air 2 (untuk menggantikan iPhone 17 Air) baru akan dirilis pada 2027," tulis laporan tersebut.

Keterlambatan ini disebabkan karena model dasar belum akan menggunakan kemasan chip A20 yang sama dengan varian Pro di tahun 2026, demi menekan biaya produksi.

Baca juga: iPhone Air Jadi yang Paling Anjlok: Turun Hingga 47% Hanya dalam 10 Pekan

Kamera "Variable Aperture" dan Desain Kaca Baru

Selain bentuk lipat, lini iPhone 18 Pro juga akan membawa pembaruan signifikan pada sektor fotografi. Salah satu fitur yang paling dinanti adalah bukan kamera variabel (variable aperture) pada kamera utama.

Fitur ini memungkinkan lensa kamera melebar atau menyempit secara fisik untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk, mirip dengan kamera profesional DSLR. Ini akan memberikan kontrol luar biasa bagi pengguna dalam mengatur depth of field (efek bokeh) dan performa di kondisi minim cahaya.

Dari sisi estetika, bagian belakang ponsel juga mendapat sentuhan baru. Desain potongan kaca belakang akan dibuat lebih menyatu, menghilangkan kesan "tonjolan tajam" yang selama ini dikeluhkan sebagian pengguna.

iPhone 17e: Pembuka Jalan di Awal 2026

Foto: Prabumulij

Sebelum semua kegilaan teknologi itu terjadi di akhir 2026, Apple akan melakukan pemanasan. Di awal tahun 2026, Apple diprediksi akan merilis iPhone 17e.

Ponsel ini diposisikan sebagai perangkat entry-level atau versi murah, kemungkinan besar menggantikan posisi iPhone SE yang sudah mulai usang. Ini memberikan opsi bagi konsumen yang ingin masuk ke ekosistem Apple tanpa harus menunggu siklus peluncuran utama di akhir tahun.

Baca juga: iPhone Fold Diprediksi Jadi HP Lipat Termahal, Harganya Tembus Rp38 Juta!

Era Baru Apple

Jika semua bocoran ini akurat, maka 2026 dan 2027 akan menjadi tahun pertaruhan besar bagi Tim Cook dan timnya. Memecah jadwal rilis berisiko membingungkan konsumen, dan membanderol ponsel lipat seharga Rp33 juta adalah langkah berani di tengah ekonomi global yang tidak pasti.

Namun, satu hal yang pasti: Apple tidak lagi sekadar memoles produk lama. Mereka sedang bersiap untuk mengubah bentuk fisik dan cara kita memandang sebuah smartphone sekali lagi. Bagi Anda yang berniat ganti ponsel, mungkin menabung mulai sekarang untuk menyambut tahun 2026 adalah keputusan bijak.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Telkomsel Rilis Paket Nataru: 70 GB + Netflix Cs Cuma Rp150 Ribu

Foto: Simpati

Teknologi.id – Momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) selalu identik dengan waktu berkualitas bersama keluarga. Bagi sebagian orang, liburan akhir tahun berarti perjalanan mudik yang panjang atau sekadar bersantai di rumah menghabiskan sisa cuti. Memahami kebutuhan digital masyarakat yang melonjak drastis di musim liburan—terutama untuk hiburan streaming film dan serial—Telkomsel melalui brand legendarisnya, Simpati, meluncurkan amunisi baru yang sangat menggoda.

Memanfaatkan momentum tanggal cantik 12.12 pada Jumat kemarin, operator seluler pelat merah ini resmi merilis program bertajuk "Nonton Pasti Simpati". Program ini menawarkan paket data jumbo dengan harga yang kompetitif, dirancang khusus untuk memanjakan para penikmat konten digital agar tidak mati gaya saat liburan.

Paket Jumbo: 70 GB + Akses Netflix dan Kawan-kawan

Daya tarik utama dari peluncuran ini adalah paket bundling yang sangat agresif. Telkomsel menawarkan kuota data sebesar 70 GB dengan masa aktif 30 hari. Namun, yang membuatnya terasa "murah" adalah penyertaan akses berlangganan ke berbagai platform streaming premium.

Dengan merogoh kocek sebesar Rp150.000, pelanggan tidak hanya mendapatkan kuota internet besar, tetapi juga langsung mendapatkan akses langganan ke Netflix, ShortMax, WeTV, Prime Video, dan Vision+. Ini adalah strategi bundling "All-in-One" yang jarang ditemukan, mengingat biasanya langganan platform tersebut harus dibayar secara terpisah yang jika ditotal harganya bisa jauh lebih mahal.

Tak hanya itu, fleksibilitas juga diberikan kepada pelanggan untuk memilih akses tambahan sesuai selera mereka, mulai dari Vidio, Viu, IQIYI, Disney+, hingga YouTube Premium.

Baca juga: Langganan ChatGPT Go Kini Bisa Lewat Telkomsel, Mulai Rp 50 Ribu/Bulan!

Opsi Hemat: Paket "Seru Nonton"

Bagi pelanggan yang memiliki anggaran lebih terbatas namun tetap ingin menikmati hiburan tanpa batas, Telkomsel juga menyediakan opsi kedua bernama Paket Seru Nonton.

Dibanderol dengan harga Rp105.000, paket ini memberikan kuota sebesar 40 GB. Meskipun kuotanya lebih kecil, benefit akses streaming-nya tetap melimpah. Pelanggan paket ini mendapatkan pilihan akses berlangganan ke berbagai layanan seperti Viu, IQIYI, Catchplay, Vidio, WeTV, Noice, Prime Video, Vision+, dan ShortMax.

Bahkan, untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas, varian paket ini juga tersedia mulai dari harga Rp25.000, dengan tetap menawarkan opsi kuota hingga 70 GB tergantung pada konfigurasi yang dipilih pengguna.

Strategi Mengikat Pelanggan Lewat Konten

Langkah Telkomsel ini bukan sekadar perang harga kuota, melainkan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas penggunaan data pelanggan. Di era digital saat ini, pengguna tidak hanya butuh koneksi, tetapi juga konten yang relevan.

Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Adhi Putranto, Vice President SIMPATI Product Marketing Telkomsel, menjelaskan visi di balik peluncuran produk ini. Ia menekankan pentingnya memberikan konteks pada konektivitas yang dimiliki pelanggan.

"Jadi target kami adalah meningkatkan konektasi pelanggan yang memiliki konteks dan mengakses layanan," ujar Adhi Putranto, sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia.

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa Telkomsel ingin pelanggannya tidak sekadar menghabiskan kuota untuk scrolling media sosial tanpa arah, melainkan menikmati layanan hiburan berkualitas tinggi yang membutuhkan bandwidth stabil dan kuota besar.

Baca juga: Cara Beli Kuota Internet Anti Hangus Telkomsel, Lengkap dengan Harga 2025

Gaet Duta Sheila on 7 Jadi Wajah Baru

Untuk memperkuat pesan kampanye ini, Telkomsel tidak main-main dalam aspek pemasaran. Mereka menggandeng sutradara video klip ternama, Dimas Djayadiningrat, untuk menggarap video iklan "Nonton Pasti Simpati". Sentuhan artistik Dimas diharapkan mampu memberikan kesan premium namun tetap fun pada produk ini.

Kejutan lainnya adalah penunjukan Duta Modjo, vokalis kharismatik dari band Sheila on 7, sebagai Brand Ambassador terbaru Simpati. Pemilihan Duta dinilai sangat tepat karena sosoknya yang lintas generasi—dicintai oleh Gen X, Milenial, hingga Gen Z—serta citranya yang sederhana namun berkualitas, sangat pas dengan branding Simpati.

Duta sendiri mengungkapkan hubungan personalnya dengan brand tersebut yang sudah terjalin sejak lama. "Jadi bagian dari Simpati hari ini adalah kebanggaan buat saya. Semoga langkah ini bisa bikin kita semua sama-sama lebih berdaya dan bisa terus maju bareng ke arah yang lebih baik," ujar Duta dalam kesempatan yang sama.

Foto: Referensia.id

Cara Mendapatkan Paket

Bagi Anda yang tertarik untuk mengaktifkan paket ini guna persiapan liburan Nataru, Telkomsel menyediakan berbagai saluran pembelian yang mudah diakses.

Pelanggan bisa membeli paket "Nonton Pasti Simpati" melalui:

  • Situs resmi Telkomsel.
  • Aplikasi MyTelkomsel. Kode UMB *363#.
  • Gerai fisik GraPARI dan outlet mitra.
  • E-commerce dan mobile banking.
  • Asisten virtual Veronika.

Dengan ketersediaan kuota besar dan akses hiburan lengkap, perjalanan mudik yang macet atau malam pergantian tahun di rumah tampaknya tidak akan membosankan bagi para pengguna Telkomsel tahun ini. 

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Terbongkar! Jalur Tikus DeepSeek Dapat Chip Nvidia via Singapura & Malaysia

Foto: Securityweek

Teknologi.id – Misteri di balik kebangkitan mendadak DeepSeek, perusahaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) asal China yang baru-baru ini mengguncang Silicon Valley, mulai terkuak. Di tengah ketatnya sanksi ekspor teknologi yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS), banyak pihak bertanya-tanya: Bagaimana mungkin sebuah startup China bisa melatih model AI sekelas dunia tanpa akses resmi ke perangkat keras tercanggih?

Jawabannya ternyata melibatkan operasi klandestin yang rumit, "pusat data hantu", dan jalur penyelundupan yang melintasi negara-negara tetangga Indonesia. Sebuah laporan investigasi mengejutkan mengungkapkan bahwa DeepSeek diduga kuat menggunakan ribuan chip Nvidia canggih yang diselundupkan melalui Singapura dan Malaysia, mengakali blokade teknologi Washington dengan cara yang licin dan terorganisir.

Modus Operandi: Pusat Data Palsu di Negeri Tetangga

Laporan yang pertama kali diangkat oleh The Information dan dikutip oleh Kompas Tekno ini memaparkan taktik "Kuda Troya" yang digunakan oleh perantara DeepSeek. Karena AS melarang penjualan langsung chip AI berkinerja tinggi (seperti Nvidia H100 atau seri Blackwell terbaru) ke China, para perantara ini tidak mengirim barang langsung ke Beijing atau Shanghai.

Sebaliknya, mereka mendirikan pusat data palsu (fake data centers) atau perusahaan cangkang di negara-negara yang tidak terkena sanksi ketat, khususnya Singapura dan Malaysia. Secara administratif, pembelian chip tersebut terlihat legal. Perusahaan "lokal" di Asia Tenggara memesan server AI untuk kebutuhan riset atau bisnis lokal.

Namun, begitu server-server mahal tersebut tiba dan lolos dari pemeriksaan bea cukai setempat, fungsi aslinya sebagai pusat data tidak pernah dijalankan. Dalam hitungan hari atau minggu, server-server tersebut dibongkar (dismantled). Komponen paling berharga di dalamnya, yakni unit pemroses grafis (GPU) buatan Nvidia, dicopot satu per satu.

Baca juga: DeepSeek V3.2 Speciale, Model AI China yang Lampaui Gemini 3.0 Pro

Koper, Kargo Kecil, dan Pasar Gelap

Setelah dicopot dari rak server, chip-chip seharga puluhan ribu dolar per unit tersebut memulai perjalanan klandestin mereka menuju China. Laporan menyebutkan bahwa ribuan GPU ini diselundupkan dalam partai kecil untuk menghindari deteksi.

Metodenya beragam, mulai dari penggunaan jasa kurir perorangan yang membawa komponen di dalam koper bagasi pesawat, hingga pengiriman kargo komersial yang disamarkan sebagai barang elektronik umum. Jalur perdagangan bebas dan tingginya volume logistik di Asia Tenggara dimanfaatkan sebagai celah yang sempurna.

Sesampainya di China, komponen-komponen selundupan ini dirakit kembali menjadi kluster supercomputer raksasa. Inilah "dapur pacu" rahasia yang memungkinkan DeepSeek melatih model bahasa besar (Large Language Model/LLM) mereka, DeepSeek-V3, yang kinerjanya diklaim setara dengan GPT-4 milik OpenAI namun dengan biaya latihan yang jauh lebih murah.


Foto: Reuters

Skala Operasi: Puluhan Ribu Unit H100

Dugaan skala penyelundupan ini sangat masif. Beberapa sumber industri memperkirakan DeepSeek berhasil mengumpulkan hingga 50.000 unit prosesor Nvidia H100 melalui berbagai jalur pasar gelap (black market).

Sebagai konteks, satu unit Nvidia H100 di pasar legal dibanderol sekitar USD 25.000 hingga USD 30.000. Di pasar gelap China, harganya bisa melonjak dua hingga tiga kali lipat. Fakta bahwa DeepSeek mampu mendanai operasi ini menunjukkan betapa vitalnya chip tersebut bagi ambisi AI nasional China.

Keberadaan 50.000 chip ini menjawab keraguan para analis Barat. Sebelumnya, banyak yang skeptis bagaimana China bisa terus berinovasi di bidang AI tanpa perangkat keras terbaru. Ternyata, tembok sanksi AS tidak sepenuhnya kedap air; ia bocor di wilayah Asia Tenggara.

Nvidia Membantah, AS Geram

Menanggapi laporan panas ini, Nvidia segera mengeluarkan bantahan. Raksasa teknologi yang dipimpin Jensen Huang tersebut menyatakan bahwa klaim DeepSeek menggunakan puluhan ribu chip selundupan adalah "mengada-ada". Nvidia menegaskan komitmennya untuk mematuhi seluruh regulasi ekspor AS dan berjanji akan menyelidiki setiap indikasi penyalahgunaan rantai pasok.

Namun, bagi pemerintah AS, laporan ini adalah tamparan keras. Departemen Perdagangan AS di bawah administrasi Biden telah berupaya keras memutus akses China terhadap teknologi AI canggih karena kekhawatiran akan penggunaannya untuk militer dan spionase.

Terbongkarnya jalur Singapura-Malaysia ini berpotensi memicu konsekuensi diplomatik dan ekonomi baru. AS diprediksi akan memperketat pengawasan ekspor ke negara-negara Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan teknologi di kawasan ASEAN mungkin akan menghadapi prosedur kepatuhan (compliance) yang jauh lebih rumit dan ketat di masa depan, karena AS tidak ingin wilayah ini menjadi "pintu belakang" bagi China.

Baca juga: Nvidia Boleh Ekspor Chip AI ke China, Trump Ambil Risiko Besar atau Strategi Cerdas?

Implikasi bagi Industri AI Global

Kasus DeepSeek ini membuktikan satu hal: dalam perang teknologi, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Sanksi ekonomi mungkin memperlambat, tetapi tidak serta-merta menghentikan aliran teknologi, terutama ketika permintaan pasar begitu tinggi dan keuntungan finansial dari penyelundupan begitu menggiurkan.

Bagi Indonesia dan negara ASEAN lainnya, isu ini menjadi peringatan untuk lebih waspada terhadap arus barang teknologi tinggi yang melintasi perbatasan. Posisi strategis sebagai hub logistik global kini membawa risiko terseret ke dalam pusaran konflik geopolitik antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Sementara itu, di laboratorium rahasia di China, mesin-mesin selundupan itu terus bekerja siang malam, melatih kecerdasan buatan yang siap menantang dominasi Barat.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Speaker Gaming Murah! Black Shark Rilis Speaker Magnetik RGB Cuma 300 Ribuan

Foto: Blackshark

Teknologi.id – Bagi para mobile gamer dan penikmat konten multimedia, kualitas suara dari speaker bawaan ponsel sering kali terasa kurang memuaskan. Suara yang cempreng (tinny), bass yang tidak terasa, hingga posisi lubang speaker yang sering tertutup tangan saat bermain game adalah masalah klasik. Menjawab keluhan tersebut, produsen perangkat gaming ternama, Black Shark, baru saja merilis solusi cerdas yang menggabungkan estetika, fungsi, dan portabilitas: Black Shark Magnetic Bluetooth Speaker.

Perangkat audio mungil ini bukan sekadar speaker eksternal biasa. Ia dirancang dengan mekanisme magnetik canggih yang memungkinkannya menempel langsung di punggung smartphone, memberikan pengalaman audio yang lebih immersive tanpa perlu memegang perangkat tambahan atau menggunakan kabel yang merepotkan.

Desain Futuristik: Magnet N52 dan Lampu RGB

Daya tarik utama dari perangkat ini adalah desainnya yang sangat fungsional. Black Shark menggunakan material premium yang memadukan logam dan ABS yang kokoh. Di balik kerangkanya, tertanam cincin magnet N52 yang sangat kuat.

Magnet N52 adalah salah satu grade magnet neodymium terkuat yang tersedia secara komersial. Kekuatan ini menjamin speaker dapat menempel dengan pakem di punggung ponsel, bahkan saat pengguna bergerak aktif atau ponsel digoyangkan saat bermain game yang intens. Fitur ini jelas terinspirasi dari mekanisme MagSafe pada iPhone, namun Black Shark membuatnya kompatibel secara luas. Bagi ponsel Android yang belum memiliki fitur magnetik bawaan, speaker ini tetap bisa digunakan dengan bantuan stiker cincin magnet tambahan.

Tidak lengkap rasanya jika perangkat gaming tanpa lampu warna-warni. Black Shark menyematkan cincin lampu RGB yang dinamis pada bodi speaker. Lampu ini dapat berkedip mengikuti irama musik atau efek suara dalam game, menciptakan atmosfer visual yang seru, terutama saat dimainkan di ruangan gelap.

Baca juga: Speaker Baru Samsung Bisa Berfungsi Sebagai Bingkai Foto

Fungsi Ganda: Audio Booster Sekaligus Kickstand

Salah satu fitur paling cerdas dari desain fisik speaker ini adalah kemampuannya berfungsi sebagai penyangga ponsel (phone stand).

Saat ditempelkan di bagian tengah atau bawah punggung ponsel, bodi speaker yang cukup tebal dapat menopang ponsel dalam posisi miring. Ini sangat berguna bagi pengguna yang gemar menonton film, serial Netflix, atau video YouTube sambil makan atau bekerja, tanpa perlu memegang ponsel terus-menerus. Posisi horizontal (landscape) menjadi lebih stabil dan sudut pandang layar menjadi lebih ergonomis.

Foto: Blackshark

Spesifikasi Audio: Kecil tapi Menggelegar

Jangan tertipu oleh ukurannya yang ringkas. Black Shark Magnetic Bluetooth Speaker dibekali dengan spesifikasi audio yang serius. Jantung suaranya berasal dari driver full-range berukuran 1,45 inci yang mampu menyemburkan daya keluaran sebesar 4 watt.

Untuk ukuran speaker portabel sekecil ini, daya 4 watt tergolong cukup besar. Black Shark mengklaim perangkat ini mampu menghasilkan tingkat kekerasan suara hingga 90 dB. Ini berarti suara ledakan dalam game PUBG Mobile atau dentuman bass lagu EDM akan terdengar jauh lebih nendang dibandingkan speaker internal ponsel flagship sekalipun.

Kualitas suara ini diperkuat dengan teknologi DSP (Digital Signal Processing) Pro 2.0. Algoritma ini bekerja secara real-time untuk memproses sinyal audio, mengurangi distorsi pada volume tinggi, dan meningkatkan respons frekuensi rendah (bass) serta kejernihan vokal (treble). Hasilnya adalah profil suara yang seimbang, jernih, dan bertenaga.

Konektivitas Masa Depan: Bluetooth 6.0

Salah satu kejutan terbesar dari perangkat ini adalah penggunaan standar konektivitas nirkabel terbaru, yakni Bluetooth 6.0.

Di saat banyak perangkat high-end masih berkutat di Bluetooth 5.3 atau 5.4, Black Shark melangkah lebih maju. Bluetooth 6.0 menawarkan keunggulan signifikan dalam hal kecepatan transfer data, stabilitas koneksi, dan efisiensi daya. Bagi gamer, ini berarti latensi (jeda suara) yang sangat rendah. Suara langkah kaki musuh atau tembakan akan terdengar sinkron dengan visual di layar, menghilangkan delay yang sering menjadi kelemahan speaker Bluetooth konvensional.

Selain itu, speaker ini mendukung fitur TWS (True Wireless Stereo) Pairing. Jika pengguna membeli dua unit speaker ini, keduanya dapat dihubungkan secara nirkabel untuk menciptakan sistem suara stereo kiri-kanan (left-right channel) yang sesungguhnya, memberikan efek ruang yang jauh lebih luas.

Baca juga: Cara Hubungkan Ponsel ke Lebih dari Satu Speaker Bluetooth

Baterai Awet dan Harga Terjangkau

Untuk mendukung sesi bermain game maraton, Black Shark menanamkan baterai berkapasitas 750 mAh. Berdasarkan pengujian internal, baterai ini mampu bertahan antara 6 hingga 16 jam pemutaran musik non-stop, tergantung pada tingkat volume dan penggunaan lampu RGB. Pengisian daya juga sudah menggunakan port modern USB Type-C, dengan waktu pengisian penuh sekitar 2,5 jam.

Yang paling menarik adalah harganya. Di pasar China, Black Shark Magnetic Bluetooth Speaker dibanderol hanya 129 Yuan atau setara dengan Rp280.000 - Rp300.000. Harga ini tergolong sangat agresif mengingat fitur-fitur premium yang ditawarkannya (Magnet N52, RGB, Bluetooth 6.0).

Meskipun saat ini baru tersedia di pasar domestik China, antusiasme penggemar teknologi global sangat tinggi. Mengingat popularitas merek Black Shark di Indonesia, besar kemungkinan aksesori unik ini akan segera masuk ke pasar tanah air melalui jalur distributor resmi maupun importir umum dalam waktu dekat.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Mendunia! Lagu Indo "Stecu Stecu" Kalahkan Coldplay di Top Chart TikTok

Foto: Gemini

Teknologi.id – Siapa sangka, irama musik lokal yang lahir dari kreativitas anak bangsa di Indonesia Timur mampu mengguncang panggung musik dunia dan mengalahkan nama-nama raksasa industri hiburan global? Tahun 2025 menjadi saksi sejarah baru bagi industri musik tanah air. Sebuah lagu dengan judul unik, "Stecu Stecu", karya musisi Faris Adam, secara mengejutkan berhasil menembus daftar prestisius "Global Top 20 Songs 2025" yang dirilis oleh platform video pendek raksasa, TikTok.

Prestasi ini bukan kaleng-kaleng. Lagu yang kental dengan nuansa elektronik lokal yang catchy ini menempati peringkat ke-8 di seluruh dunia. Posisi ini secara otomatis menempatkan "Stecu Stecu" di atas karya musisi legendaris dunia. Lagu "Sparks" milik band ikonik asal Inggris, Coldplay, harus puas berada di posisi ke-15, sementara lagu hits "Ocean Eyes" dari penyanyi fenomenal Billie Eilish tertahan di posisi ke-12.

Fenomena "Stecu": Dari Lokal Menjadi Global

Keberhasilan "Stecu Stecu" adalah anomali yang menyenangkan dalam industri musik global yang biasanya didominasi oleh pop Barat atau K-Pop. Lagu ini menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang berhasil masuk ke dalam jajaran elit tersebut di tahun 2025.

Judul "Stecu" sendiri diambil dari istilah gaul atau slang lokal yang merupakan singkatan dari "Stelan Cuek". Istilah ini menggambarkan sikap santai, percaya diri, dan tidak mempedulikan omongan orang lain—sebuah filosofi yang mungkin sangat resonan dengan Generasi Z di seluruh dunia.

Faris Adam, sang kreator yang berasal dari Maluku Utara, berhasil meramu musik yang melampaui batasan bahasa. Meskipun liriknya berbahasa Indonesia (dengan dialek lokal), beat atau ketukan lagunya memiliki daya tarik universal. Irama yang menghentak namun asyik dibuat bergoyang ini menjadi bensin utama bagi viralitasnya di TikTok.

Baca juga: 5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Mengapa Bisa Mengalahkan Coldplay?

Pertanyaan besar yang muncul di benak banyak orang adalah: Bagaimana mungkin lagu lokal bisa mengalahkan Coldplay dalam hal metrik viralitas? Jawabannya terletak pada algoritma dan kultur penggunaan TikTok itu sendiri.

  1. Kekuatan "Sound" untuk Konten: Di TikTok, popularitas sebuah lagu tidak ditentukan oleh kompleksitas lirik atau ketenaran penyanyinya, melainkan oleh seberapa "enak" lagu tersebut digunakan sebagai latar video. "Stecu Stecu" memiliki struktur looping yang sempurna untuk konten berdurasi 15 hingga 60 detik.
  2. Versatilitas Penggunaan: Berbeda dengan lagu Coldplay yang mungkin lebih cocok untuk konten galau atau sinematik, "Stecu Stecu" bersifat serbaguna (versatile). Lagu ini digunakan oleh jutaan kreator konten dari Amerika, Eropa, hingga Asia untuk berbagai jenis video: mulai dari dance challenge, transisi makeup, video memasak, hingga video komedi (meme).
  3. Efek Domino FYP: Ketika sebuah lagu mulai dipakai secara masif di satu negara, algoritma TikTok "For You Page" (FYP) akan mendorongnya ke negara lain. Pengguna di Brasil atau Jepang mungkin tidak tahu arti kata "Stecu", tetapi mereka menikmati energinya. Inilah yang membuat lagu ini meledak secara organik tanpa kampanye pemasaran global yang mahal.

Foto: TikTok

Kebangkitan Musik Indonesia Timur 

Kesuksesan Faris Adam juga menyoroti potensi besar dari kancah musik Indonesia Timur. Selama beberapa tahun terakhir, lagu-lagu dari wilayah ini—yang sering kali mengusung genre House Music lokal, Funkot, atau Remix—kerap menjadi viral di media sosial nasional. Namun, menembus pasar global di peringkat 8 dunia adalah pencapaian tertinggi sejauh ini. 

Hal ini membuktikan bahwa selera musik dunia semakin inklusif dan terdesentralisasi. "Sound of Indonesia" kini memiliki tempat tersendiri. Fenomena ini mirip dengan bagaimana musik Reggaeton dari Amerika Latin atau Afrobeats dari Afrika mengambil alih tangga lagu dunia beberapa tahun lalu. Kini, giliran irama khas Nusantara yang mendapatkan panggungnya.

Baca juga: Fitur Baru TikTok: Shared Collections & Shared Feeds untuk Kolaborasi Konten

Dampak Bagi Industri Musik Tanah Air

Laporan TikTok ini memberikan angin segar dan motivasi luar biasa bagi para kreator musik independen di Indonesia. Kasus "Stecu Stecu" membuktikan bahwa Anda tidak perlu rekaman di studio mahal di Jakarta atau Los Angeles untuk didengar dunia. Kreativitas yang autentik, dipadukan dengan pemahaman akan tren digital, bisa membawa seorang musisi dari daerah untuk bersanding—bahkan mengungguli—pemenang Grammy Awards.

Ke depannya, fenomena ini diprediksi akan memicu gelombang baru eksplorasi musik lokal. Produser musik dunia mungkin akan mulai melirik talenta-talenta dari Indonesia untuk kolaborasi, mencari "bumbu" unik yang bisa membuat karya mereka viral di platform media sosial. Bagi Faris Adam dan "Stecu Stecu", peringkat ke-8 dunia bukan sekadar angka. Itu adalah pernyataan tegas bahwa Indonesia ada di peta musik digital dunia, dan kita tidak datang hanya untuk meramaikan, tetapi untuk memimpin tren. Coldplay mungkin memiliki stadion, tetapi di layar ponsel miliaran manusia tahun 2025, Faris Adam adalah rajanya.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Siap-Siap Mahal! Tarif Ojol Bakal Disesuaikan Ikuti Kenaikan BBM & UMR

Foto: Universitas Gadjah Mada

Teknologi.id – Kabar penting bagi jutaan pengguna setia layanan transportasi daring (online) di Indonesia. Era tarif lama ojek online (ojol) yang telah berlaku selama setengah dekade terakhir tampaknya akan segera berakhir. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi memberikan sinyal kuat bahwa penyesuaian tarif ojol kini bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah urgensi yang sedang dalam tahap pematangan regulasi.

Langkah ini diambil sebagai respons atas dinamika ekonomi yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, di mana biaya hidup dan operasional terus merangkak naik, sementara pendapatan dasar mitra pengemudi relatif stagnan. Pemerintah menyadari bahwa membiarkan tarif tidak berubah lebih lama lagi berpotensi memicu gejolak sosial di kalangan pengemudi yang merupakan tulang punggung ekonomi gig di Indonesia.

Akhir Penantian 5 Tahun: Mengapa Harus Naik Sekarang?

Dalam sebuah diskusi bertajuk "Sinergi Ekosistem Transportasi Digital" yang digelar di Jakarta Selatan, Utomo Harmawan, Kasubdit Angkutan Tidak dalam Trayek Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, mengungkapkan fakta yang menjadi dasar keputusan ini. Ia menyoroti bahwa sudah sekitar 4 hingga 5 tahun tidak ada revisi tarif ojol yang signifikan.

"Pasti tarif akan kita sesuaikan, karena memang sejak ditetapkan yang 4-5 tahun yang lalu belum ada perubahan," tegas Utomo.

Selama periode stagnasi tersebut, Indonesia telah melewati berbagai gelombang ekonomi, mulai dari pemulihan pasca-pandemi, inflasi, hingga fluktuasi harga energi. Ketidakseimbangan antara pendapatan pengemudi dengan biaya operasional harian inilah yang selama ini memicu berbagai aksi demonstrasi dan keresahan di kalangan asosiasi pengemudi ojol. Kemenhub menilai, revisi tarif adalah langkah korektif yang tidak bisa ditunda lagi untuk menjaga keberlangsungan ekosistem ini.

Baca juga: Tarif Ojol Naik, Gojek Buka Suara: Komitmen Ikuti Regulasi dan Jaga Ekosistem

Rumus Baru: UMR + BBM = Tarif Baru

Lantas, berapa besar kenaikannya dan apa landasannya? Kemenhub membocorkan bahwa skema tarif baru ini tidak diputuskan secara sembarangan. Pemerintah sedang menyusun formula yang mempertimbangkan dua variabel makro ekonomi utama:

  1. Kenaikan Upah Minimum Regional (UMR): Kenaikan upah buruh dan pekerja formal setiap tahunnya menjadi tolok ukur daya beli dan standar hidup layak. Tarif ojol harus disesuaikan agar pendapatan bersih pengemudi tetap relevan dengan standar hidup di masing-masing daerah operasional.
  2. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM): Sebagai komponen biaya operasional terbesar bagi pengemudi, fluktuasi harga BBM memiliki dampak langsung terhadap pendapatan bersih ("uang dapur") yang dibawa pulang.

"Kami sepakat dan di regulasi kami ini kita sudah menyusun penyusunan tarif berdasarkan kenaikan harga UMR dan kenaikan harga BBM," jelas Utomo. Dengan memasukkan kedua komponen ini, diharapkan tarif baru nanti akan lebih fair atau adil bagi mitra pengemudi tanpa memberatkan konsumen secara berlebihan.

Foto: Kontan

PR untuk Aplikator: Algoritma "Anti-Macet"

Selain urusan dompet, Kemenhub juga menyoroti aspek teknis operasional yang selama ini dikeluhkan masyarakat umum: kemacetan di titik penjemputan. Fenomena "lautan jaket hijau/kuning" di stasiun KRL atau pusat perbelanjaan sering kali menjadi biang kerok kemacetan lalu lintas.

Kemenhub secara spesifik "menentil" peran aplikator (seperti Gojek, Grab, Maxim, dll) yang disebut sebagai "Mak Comblang"—pihak yang mempertemukan pengemudi dan penumpang. Pemerintah meminta aplikator untuk tidak hanya fokus pada transaksi, tetapi juga bertanggung jawab atas ketertiban umum melalui teknologi.

Utomo menantang para perusahaan teknologi ini untuk memodifikasi algoritma mereka. Tujuannya adalah memecah konsentrasi massa di satu titik.

"Apakah algoritmanya tidak bisa mengarahkan penumpang berjalan 20-30 meter ke titik yang lebih longgar?" tanyanya. Ide ini sederhana namun berdampak besar: aplikasi bisa menyarankan titik jemput yang sedikit bergeser dari kerumunan utama, sehingga arus lalu lintas tetap lancar dan keselamatan penumpang maupun pengemudi lebih terjamin. Ini menuntut perubahan perilaku penumpang untuk mau berjalan sedikit demi kenyamanan bersama.

Baca juga: Maxim Aplikasi Transportasi Online Terpercaya Indonesia

Perlindungan Sosial: JKK dan JKM

Di sisi lain, payung hukum untuk kesejahteraan pengemudi juga sedang diperkuat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya telah membocorkan bahwa aturan baru ojol nantinya tidak hanya bicara soal tarif, tetapi juga perlindungan sosial.

Pemerintah sedang merumuskan regulasi yang mewajibkan adanya Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Ini adalah langkah maju untuk memanusiakan profesi ojol yang memiliki risiko kecelakaan tinggi di jalan raya. Dengan adanya jaminan ini, diharapkan mitra pengemudi memiliki jaring pengaman sosial yang lebih kuat, setara dengan pekerja formal lainnya.

Kesimpulannya, tahun 2026 kemungkinan besar akan menjadi tahun perubahan besar bagi industri ojek online di Indonesia. Konsumen harus bersiap dengan penyesuaian harga, sementara pengemudi bisa sedikit bernapas lega dengan potensi pendapatan dan perlindungan yang lebih baik. Pemerintah kini memegang peran kunci sebagai wasit untuk memastikan keseimbangan baru ini tidak merugikan salah satu pihak.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Desa Swiss Rata dengan Tanah! Kisah Blatten Lolos dari Maut Berkat Data Sains Presisi

Foto: Reuters

Teknologi.id – Apa yang terjadi di lembah Pegunungan Alpen, Swiss, baru-baru ini adalah sebuah paradoks yang mencengangkan dunia. Di satu sisi, sebuah bencana alam dahsyat benar-benar terjadi sesuai skenario terburuk: sebuah desa pegunungan yang indah hancur total, lenyap terkubur di bawah ribuan ton es, batu, dan lumpur dalam sekejap mata. Namun, di sisi lain, peristiwa ini dirayakan sebagai kemenangan terbesar umat manusia melawan kekuatan alam.

Desa Blatten, yang terletak di kanton Valais, Swiss bagian selatan, kini tinggal nama. Pada akhir Mei 2025, runtuhan masif dari Gletser Birch menerjang wilayah tersebut, meratakan rumah, kandang ternak, dan infrastruktur sejarah yang telah berdiri ratusan tahun. Namun, di tengah kehancuran fisik yang total tersebut, nyaris tidak ada korban jiwa yang jatuh dari kalangan penduduk. Sebanyak 300 warga desa, beserta hewan ternak mereka, berhasil lolos dari maut berkat satu hal: kepercayaan penuh pada peringatan dini sains.

Detik-Detik "Kiamat Kecil" di Valais

Bencana itu datang dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga, menyerupai ledakan bom. Jutaan meter kubik material—campuran es glasial yang keras, batuan granit, dan tanah—meluncur deras dari lereng gunung, menyapu dasar lembah dengan kekuatan yang tak terbayangkan.

Christophe Lambiel, seorang spesialis geologi pegunungan tinggi dan gletser dari Lausanne University, menggambarkan kejadian tersebut kepada stasiun TV Swiss RTS sebagai "skenario terburuk yang menimbulkan bencana." Awan debu raksasa membubung tinggi, menyelimuti pegunungan dan lembah, menciptakan pemandangan yang mencekam mirip dampak ledakan nuklir.

Citra satelit dan rekaman drone pascabencana memperlihatkan pemandangan yang memilukan: area yang dulunya adalah permukiman asri kini berubah menjadi hamparan puing kelabu setebal puluhan meter yang memanjang hingga 1,6 kilometer. Sungai Lonza, nadi kehidupan lembah tersebut, terbendung oleh material longsor, menciptakan danau baru yang kini menjadi ancaman sekunder bagi wilayah di hilirnya.

Baca juga: Misteri Sungai Hilang di Tanah Datar: Ahli Ungkap Peran Sinkhole dan Karst

Foto: Associated Press

Kunci Keselamatan: Evakuasi Sebelum Bencana

Bagaimana mungkin sebuah desa bisa lenyap tanpa menelan korban massal penduduknya? Jawabannya terletak pada sistem mitigasi bencana Swiss yang sangat disiplin dan canggih.

Jauh sebelum gletser itu runtuh, para ahli geologi dan glasiologi Swiss telah memantau pergerakan Gletser Birch dengan teknologi radar dan laser presisi tinggi. Mereka mendeteksi adanya percepatan pergerakan es dan peningkatan frekuensi longsoran batu kecil dari lereng gunung. Data ini diterjemahkan sebagai "lampu merah": struktur gletser sedang menuju titik jenuh dan keruntuhan total tak terelakkan.

Merespons data ini, otoritas lokal tidak membuang waktu. Pada tanggal 19 Mei 2025—lebih dari sepekan sebelum puncak bencana terjadi—perintah evakuasi total dikeluarkan.

Proses evakuasi dilakukan dengan presisi militer. Tidak hanya manusia, pemerintah Swiss juga memikirkan aset berharga warga. Helikopter dikerahkan untuk mengangkut sapi, domba, dan kambing yang sedang merumput di lereng-lereng bukit ke tempat aman. Jalan akses menuju desa ditutup total, dan sistem keamanan dipasang untuk memastikan tidak ada turis atau warga yang nekat kembali ke zona merah.

Ketika gletser akhirnya runtuh, desa itu sudah menjadi kota hantu. Keputusan tegas untuk mengevakuasi seluruh populasi terbukti menjadi pembeda antara tragedi kemanusiaan dan kerugian materi semata.

Sinyal Bahaya dari Perubahan Iklim

Peristiwa di Blatten bukan sekadar bencana lokal, melainkan peringatan keras mengenai dampak nyata perubahan iklim global. Pegunungan Alpen di Eropa memanas dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Kenaikan suhu menyebabkan permafrost—lapisan tanah dan batuan yang membeku secara permanen dan berfungsi sebagai "lem" perekat gunung—mencair. Ketika permafrost meleleh, lereng gunung kehilangan stabilitasnya. Batuan menjadi rapuh, dan gletser yang menyusut kehilangan pijakannya, menyebabkan mereka rentan runtuh (kolaps) dalam volume masif.

"Para ilmuwan tahu sesuatu akan terjadi, berkat semakin seringnya terjadi longsoran batu dari lereng gunung ke gletser," ujar Lambiel. Fenomena ini diperkirakan akan semakin sering terjadi di wilayah pegunungan seluruh dunia, dari Alpen hingga Himalaya.

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun

Pelajaran Mahal untuk Dunia

Kehancuran Desa Blatten meninggalkan duka mendalam bagi warganya yang kehilangan tempat tinggal dan kenangan leluhur. Namun, di balik puing-puing tersebut, tersimpan pelajaran berharga tentang pentingnya integrasi antara sains, kebijakan publik, dan kepatuhan masyarakat.

Pemerintah Swiss menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi pemantauan bencana dan keberanian mengambil keputusan tidak populer (seperti evakuasi paksa) adalah investasi nyawa. Warga Blatten kini menjadi pengungsi iklim di negeri mereka sendiri, namun mereka hidup untuk menceritakan kisah tersebut.

Bagi negara rawan bencana lainnya, termasuk Indonesia, model mitigasi Swiss ini menjadi standar emas. Bahwa bencana alam mungkin tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya terhadap nyawa manusia bisa diminimalisasi jika kita mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh alam melalui data para ilmuwan. Kini, tantangan selanjutnya bagi otoritas Swiss adalah menangani bendungan alami yang terbentuk di Sungai Lonza agar tidak jebol dan memicu banjir bandang susulan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Gila! Kereta Nirkabel China Angkut Beban Setara 3 Menara Eiffel Sekaligus

Foto: iStockphoto

Teknologi.id – China kembali menegaskan dominasinya sebagai pemimpin global dalam teknologi infrastruktur perkeretaapian. Negeri Tirai Bambu baru saja menorehkan sejarah baru dengan keberhasilan uji coba sistem kereta api barang "nirkabel" yang fenomenal. Dalam demonstrasi yang mencengangkan dunia logistik, rangkaian kereta ini mampu mengangkut muatan total seberat 35.000 ton—sebuah bobot yang setara dengan 3,5 kali berat Menara Eiffel di Paris.

Uji coba yang dilakukan di Jalur Kereta Api Baoshen, Inner Mongolia, pada Senin (8/12) ini bukan sekadar pameran kekuatan mesin, melainkan pembuktian validitas teknologi "Virtual Coupling" atau pengaitan virtual. Teknologi ini memungkinkan lokomotif-lokomotif raksasa beroperasi dalam satu konvoi yang terkoordinasi sempurna tanpa saling terhubung secara fisik menggunakan rantai atau tuas mekanis konvensional.

Mengubah Paradigma: Dari Rantai Besi ke Sinyal Digital

Selama hampir dua abad sejarah perkeretaapian, prinsip dasar menggerakkan gerbong tidak berubah: satu lokomotif menarik rangkaian gerbong yang saling terkait dengan pengait besi yang berat dan kaku. Namun, sistem baru yang dikembangkan oleh China Shenhua Energy Company (anak usaha BUMN pertambangan CHN Energy) ini meruntuhkan dogma tersebut.

Teknologi ini menghubungkan tujuh rangkaian kereta barang secara nirkabel. Alih-alih kaitan besi, "lem" yang menyatukan mereka adalah aliran data digital berkecepatan tinggi dan sinyal nirkabel yang presisi.

Dalam uji coba tersebut, tujuh kereta berjalan beriringan dengan jarak yang jauh lebih rapat daripada standar keselamatan konvensional, namun tetap menjaga sinkronisasi sempurna. Ketika lokomotif pemimpin mempercepat laju, enam kereta di belakangnya merespons secara real-time. Begitu pula saat pengereman; semua unit mengerem secara bersamaan, menghilangkan risiko tabrakan beruntun (telescoping) yang menjadi mimpi buruk dalam operasi kereta barang berat.

Baca juga: Rahasia China Sukses Bikin Kereta Hyperloop Melaju hingga 1.000 km/h

Foto: TribunNews

Efisiensi Brutal: Tingkatkan Kapasitas 50% Tanpa Bangun Rel Baru

Motivasi utama di balik inovasi radikal ini adalah efisiensi ekonomi dan infrastruktur. China, dengan wilayah yang luas dan industri manufaktur yang masif, menghadapi tantangan logistik yang terus membengkak. Data menunjukkan negara ini mengangkut lebih dari 3 miliar ton barang hanya dalam tiga kuartal pertama tahun ini.

Membangun jalur rel baru untuk mengakomodasi lonjakan volume ini membutuhkan biaya triliunan dolar dan waktu bertahun-tahun. Di sinilah teknologi "kereta nirkabel" menjadi solusi jenius.

Menurut laporan stasiun televisi negara CCTV, teknologi ini mampu meningkatkan kapasitas angkutan barang hingga 50 persen di jalur yang sudah ada. Bagaimana caranya?

  1. Memangkas Jarak Antar-Kereta: Dalam sistem konvensional, kereta barang berat membutuhkan jarak pengereman (headway) yang sangat panjang—bisa mencapai beberapa kilometer—untuk alasan keamanan. Dengan virtual coupling, karena pengereman dilakukan serentak secara elektronik, jarak aman antar-kereta bisa dipangkas drastis.
  2. Mengurai Kemacetan Stasiun: Teknologi ini juga meningkatkan kapasitas "tenggorokan" (throat) stasiun, yaitu area masuk dan keluar yang sering menjadi titik kemacetan (bottleneck). Kereta bisa masuk dan keluar dalam formasi rapat, mempercepat perputaran logistik.

Penguasaan Teknologi Kontrol Kelompok 

CHN Energy dengan bangga mengklaim bahwa pencapaian ini menjadikan China sebagai negara pertama di dunia yang "menguasai sistem kontrol operasi kereta api berkelompok."

Sistem kontrol ini bekerja dengan memanfaatkan komunikasi train-to-ground (kereta ke stasiun pengendali) dan train-to-train (antar-kereta). Algoritma cerdas mengintegrasikan data kecepatan relatif dan jarak absolut secara instan. Ini memungkinkan kereta beradaptasi secara dinamis terhadap perubahan topografi jalur (tanjakan/turunan) dan kecepatan, sesuatu yang sangat sulit dilakukan dengan pengait mekanis yang memiliki keterbatasan fisik dan risiko putus jika beban terlalu berat.

Sebuah studi dari Universitas Central South di Changsha yang diterbitkan dalam jurnal Mathematics menyebutkan bahwa inovasi seperti memperpendek interval waktu keberangkatan adalah cara paling efektif untuk menghemat biaya operasional jangka panjang dibandingkan ekspansi fisik.

Baca juga: AgiBot A2 Pecahkan Rekor Dunia! Robot Humanoid China Jalan 106 KM Nonstop 3 Hari

Implikasi Masa Depan: Standar Baru Logistik Global?

Keberhasilan uji coba di Inner Mongolia ini bukan hanya kemenangan bagi sektor pertambangan batu bara China, tetapi juga sinyal bagi masa depan logistik global. Jika teknologi ini diterapkan pada jalur sutra baru (Belt and Road Initiative) atau layanan China Railway Express yang menghubungkan Asia dan Eropa, kecepatan dan volume pengiriman barang lintas benua akan meningkat pesat.

Bayangkan konvoi kereta logistik yang panjangnya berkilo-kilometer, melesat melintasi benua tanpa satu pun sambungan besi, dikendalikan oleh "tangan tak terlihat" berupa sinyal digital. China baru saja membuktikan bahwa masa depan itu bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan realitas yang sedang diuji di atas rel hari ini.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Laporan Cloudflare 2025: Indonesia "Sarang Hacker" Terbesar di Dunia

Foto: Gemini

Teknologi.id  Reputasi digital Indonesia kembali menjadi sorotan dunia, namun kali ini bukan karena prestasi inovasi atau pertumbuhan ekonomi digitalnya. Sebuah laporan keamanan siber terbaru dari penyedia layanan infrastruktur web global, Cloudflare, menempatkan Indonesia pada posisi puncak yang tidak diinginkan: Sumber Serangan DDoS Terbesar di Dunia.

Data yang dirilis dalam Laporan Ancaman DDoS Kuartal III (Q3) 2025 ini mengejutkan banyak pihak. Selama setahun penuh, sejak kuartal ketiga tahun 2024, Indonesia secara konsisten menduduki peringkat pertama, mengungguli negara-negara yang selama ini dikenal memiliki aktivitas siber agresif seperti Rusia, China, dan India.

Data Statistik: Dominasi Serangan dari Nusantara

Foto: Cloudflare

Distributed Denial of Service (DDoS) adalah jenis serangan siber di mana pelaku membanjiri server target dengan lalu lintas internet palsu agar situs atau layanan tersebut lumpuh dan tidak bisa diakses.

Menurut laporan Cloudflare, volume lalu lintas serangan yang berasal dari alamat IP (Internet Protocol) Indonesia sangat masif. Peta ancaman global Cloudflare menyusun daftar 10 negara sumber serangan terbesar sebagai berikut:

  1. Indonesia (Posisi bertahan sejak Q3 2024)
  2. Thailand (Melonjak naik 8 peringkat)
  3. Bangladesh (Naik drastis 14 peringkat)
  4. Ecuador (Naik 3 peringkat)
  5. Rusia (Naik 1 peringkat)
  6. Vietnam (Naik 2 peringkat)
  7. India (Naik 32 peringkat)
  8. Hong Kong (Turun 5 peringkat)
  9. Singapura (Turun 7 peringkat)
  10. Ukraina (Turun 5 peringkat)

"Indonesia merupakan sumber serangan DDoS terbesar, dan telah menduduki peringkat pertama di dunia selama setahun penuh," tulis Cloudflare dalam laporannya. 

Fakta bahwa tiga negara Asia Tenggara (Indonesia, Thailand, Vietnam) berada di posisi 6 besar menunjukkan pergeseran tren aktivitas botnet global ke kawasan ini.

Baca juga: Cloudflare dan Komdigi Gelar Audiensi, Ini Hasilnya untuk PSE Lingkup Privat

Mengapa Indonesia? Analisis "Sarang Hacker"

Istilah "Sarang Hacker" dalam konteks laporan ini perlu dipahami dengan cermat. Menjadi sumber serangan terbesar tidak serta-merta berarti semua pelakunya adalah warga negara Indonesia yang duduk di depan komputer melakukan peretasan (hacking) aktif.

Para pakar keamanan siber menilai tingginya angka ini disebabkan oleh lemahnya keamanan perangkat internet di Indonesia. Jutaan perangkat yang terhubung ke internet—mulai dari router Wi-Fi rumahan, CCTV (IP Camera), hingga perangkat Internet of Things (IoT) lainnya—sering kali memiliki keamanan yang sangat rendah (misalnya, masih menggunakan password bawaan pabrik).

Perangkat-perangkat rentan ini kemudian diretas dan "diperbudak" oleh sindikat penjahat siber global untuk membentuk Botnet (jaringan robot). Botnet inilah yang digunakan untuk melancarkan serangan DDoS ke target di seluruh dunia. Jadi, alamat IP serangan terdeteksi berasal dari Indonesia, meskipun pengendali utamanya bisa saja berada di belahan dunia lain. Namun, hal ini tetap mencerminkan rapuhnya higienitas keamanan siber nasional.

Foto: Perpustakaan Universitas Brawijaya

Tren Serangan Global 2025: AI dan Perang Dagang

Selain dominasi Indonesia, laporan Cloudflare juga menyoroti tren target serangan yang berubah di tahun 2025.

  1. Sektor AI Jadi Sasaran Empuk: Seiring dengan booming teknologi kecerdasan buatan, serangan terhadap perusahaan AI melonjak drastis. Pada September 2025 saja, lalu lintas DDoS ke platform AI naik hingga 347% month-over-month (MoM). Serangan ini diduga dipicu oleh motif persaingan bisnis, protes terhadap regulasi AI, atau sekadar upaya mengganggu infrastruktur teknologi masa depan.
  2. Dampak Geopolitik: Ketegangan dagang antara Uni Eropa dan China, terutama terkait tarif kendaraan listrik (EV) dan mineral tanah jarang, berimbas langsung ke dunia maya. Sektor Pertambangan, Mineral & Logam serta Industri Otomotif mengalami lonjakan serangan siber yang signifikan sepanjang kuartal ketiga.

Baca juga: Komdigi Ancam Blokir Cloudflare di Indonesia, Ini Penyebabnya

Total Serangan yang Mengkhawatirkan

Secara keseluruhan, skala ancaman siber global terus meningkat. Sepanjang Q3 2025, sistem otomatis Cloudflare berhasil memblokir 8,3 juta serangan DDoS. Jika dirata-rata, ada sekitar 3.780 serangan per jam yang terjadi di jaringan mereka. Angka ini mewakili peningkatan 15% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ) dan lonjakan 40% dibandingkan tahun lalu (YoY). 

Laporan ini menjadi "alarm merah" bagi pemerintah Indonesia, Kementerian Kominfo, dan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara). Status sebagai "Juara 1 Sumber Serangan Siber" bukanlah prestasi, melainkan indikator kerentanan infrastruktur digital nasional yang mendesak untuk diperbaiki melalui edukasi literasi digital dan regulasi keamanan perangkat IoT yang lebih ketat.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Canggih! Spotify Siapkan Fitur Bikin Playlist Pakai Perintah Teks AI

Foto: The Verge

Teknologi.id Spotify kembali menggebrak industri streaming musik global dengan inovasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Setelah sukses besar dengan fitur "AI DJ" yang memberikan pengalaman mendengarkan seperti radio personal, raksasa streaming asal Swedia ini dilaporkan sedang mengembangkan fitur baru yang disebut "Prompted Playlists".

Fitur ini menjanjikan perubahan fundamental dalam cara pengguna menemukan dan mengumpulkan musik. Jika selama ini kita harus mencari lagu satu per satu atau mengandalkan playlist statis buatan editor, kini pengguna cukup "berbicara" dengan AI melalui teks untuk mendapatkan daftar putar yang dikurasi secara instan dan sangat personal.

Apa Itu "Prompted Playlists"?

Prompted Playlists adalah fitur generatif di mana pengguna dapat memasukkan deskripsi, suasana hati, atau skenario spesifik ke dalam kolom teks. AI Spotify kemudian akan menerjemahkan perintah tersebut menjadi sebuah playlist utuh.

Mekanismenya mirip dengan bagaimana kita menggunakan ChatGPT atau alat GenAI lainnya, tetapi khusus untuk musik. Pengguna tidak lagi terbatas pada pencarian genre atau artis. Mereka bisa mengetikkan perintah yang sangat spesifik dan kontekstual, seperti:

  • "Lagu-lagu sendu untuk menemani hujan di sore hari."
  • "Tren workout intens dengan nuansa hip-hop tahun 2000-an."
  • "Musik latar instrumental untuk fokus belajar tapi tidak membosankan."

Kecerdasan buatan Spotify tidak hanya mengambil kata kunci dari perintah tersebut, tetapi juga menggabungkannya dengan profil selera pengguna. Artinya, jika dua orang mengetikkan perintah yang sama persis (misalnya "Lagu patah hati"), hasil playlist yang didapatkan akan berbeda, disesuaikan dengan sejarah mendengarkan dan preferensi artis masing-masing pengguna.

Foto: Spotify

Pergeseran dari Pasif ke Aktif-Interaktif

Selama satu dekade terakhir, Spotify dikenal sebagai raja algoritma rekomendasi berkat fitur ikonik seperti Discover Weekly dan Daily Mix. Namun, fitur-fitur tersebut bersifat pasif; pengguna hanya menerima apa yang disajikan sistem.

Dengan hadirnya "Prompted Playlists", Spotify menawarkan kendali lebih besar kepada pengguna (user-driven personalization). Ini menjembatani kesenjangan antara kurasi manual yang melelahkan dan rekomendasi algoritma yang terkadang terasa acak. AI di sini berfungsi sebagai asisten kurator pribadi yang memahami konteks bahasa manusia yang kompleks.

Fitur ini dinilai sebagai langkah strategis Spotify untuk membedakan dirinya di pasar streaming yang semakin sesak. Pesaing utama seperti Apple Music dan YouTube Music juga gencar berinvestasi dalam alat rekomendasi pintar, namun integrasi Generative AI (GenAI) langsung ke dalam pembuatan playlist dianggap sebagai game-changer yang membuat pengalaman pengguna menjadi jauh lebih dinamis.

Baca juga: 9 Smart Strategies to Increase Spotify Followers and Build Lasting Credibility

Ekspansi Video Musik: Menantang Dominasi YouTube

Selain berita mengenai AI, laporan tersebut juga menyoroti langkah agresif Spotify di sektor visual. Spotify mengumumkan perluasan akses video musik penuh bagi pelanggan Premium di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Kanada.

Langkah ini merupakan tantangan langsung terhadap dominasi YouTube di ranah video musik. Spotify menyadari bahwa audio saja tidak lagi cukup untuk menahan atensi pengguna Gen Z yang terbiasa dengan rangsangan visual. Dengan menghadirkan video musik resmi di dalam aplikasi, Spotify ingin menjadi "one-stop shop" bagi penggemar musik, sehingga mereka tidak perlu keluar aplikasi dan beralih ke YouTube hanya untuk melihat visual artis favorit mereka.

Baca juga: 5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Masa Depan Streaming Adalah Hiper-Personalisasi

Kombinasi antara "Prompted Playlists" berbasis AI dan ekspansi konten video menunjukkan visi masa depan Spotify di tahun 2025: Hiper-personalisasi. Musik tidak lagi sekadar didengarkan, tetapi dikontekstualisasikan sesuai momen spesifik pengguna.

Meski fitur Prompted Playlists ini masih dalam tahap pengembangan dan pengujian beta, antusiasme komunitas teknologi sangat tinggi. Jika berhasil diimplementasikan dengan mulus, fitur ini akan mengubah standar industri. Kita tidak lagi perlu menghabiskan waktu berjam-jam menyusun lagu untuk pesta atau perjalanan jauh; cukup ketik satu kalimat, dan biarkan AI menjadi DJ pribadi Anda. Bagi Spotify, ini adalah cara untuk memastikan pengguna tetap setia di tengah persaingan harga dan fitur yang semakin ketat dengan Apple dan Amazon.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Parah! Harga Ponsel Android Kelas Menengah Terancam Naik Drastis

Foto: Shopee

Teknologi.id – Industri smartphone global sedang menghadapi fase anomali yang diprediksi akan mengubah peta persaingan dalam dua tahun ke depan. Menurut laporan terbaru dari firma riset ternama International Data Corporation (IDC), pasar smartphone global, setelah didorong oleh momentum kuat dari beberapa pemain kunci, kini diproyeksikan melambat secara signifikan. Yang lebih mengkhawatirkan, perlambatan ini justru dibarengi dengan ancaman kenaikan harga jual, terutama pada segmen ponsel Android kelas menengah.

Laporan Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker oleh IDC menunjukkan bahwa meskipun tahun 2025 ditutup dengan pertumbuhan tipis sebesar 1,5% (mencapai total pengiriman 1,25 miliar unit), prospek untuk tahun 2026 jauh lebih suram. IDC bahkan merevisi proyeksi pertumbuhan tahun depan dari yang semula 1,2% menjadi hanya 0,9%, sebuah angka yang sangat mendekati stagnasi. Perlambatan ini memberikan sinyal bahwa konsumen global mulai "malas" atau menunda siklus pembelian smartphone baru mereka.

Kekuatan Apple Menopang Pasar di Tengah Perlambatan

Pertumbuhan tipis yang terjadi di tahun 2025 sebagian besar ditopang oleh kinerja yang luar biasa dari Apple. Laporan IDC menyebutkan bahwa kinerja raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) ini membaik lebih cepat pada kuartal terakhir tahun ini. Apple diproyeksikan mencatatkan rekor pengiriman pada tahun 2025, dengan estimasi lebih dari 247 juta unit, didorong oleh "kesuksesan fenomenal seri iPhone 17."

Direktur Riset Senior Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker IDC, Nabila Popal, menyoroti bahwa permintaan yang besar terhadap seri iPhone 17 bahkan tercatat di China, pasar terbesar Apple. Pada Oktober dan November, seri iPhone 17 berhasil mengamankan pangsa pasar lebih dari 20%, memaksa IDC merevisi proyeksi pertumbuhan Apple di China pada Kuartal IV dari 9% menjadi 17% secara tahunan.

Namun, ketergantungan pertumbuhan global pada satu brand ini menunjukkan adanya kerentanan. Proyeksi perlambatan di tahun 2026 sebagian besar dipicu oleh faktor-faktor yang tidak terhindarkan, termasuk kekurangan komponen global dan adanya penyesuaian siklus produk Apple yang krusial.

Foto: Gemini

Ancaman Kenaikan Harga Ponsel Android

Inilah bagian yang paling paradoks: di saat pertumbuhan pasar melambat, IDC memperingatkan bahwa harga smartphone justru terancam naik. Kenaikan harga ini didorong oleh krisis komponen global, khususnya kekurangan memori.

Masalah kekurangan memori global yang tengah berlangsung diperkirakan akan membatasi pasokan komponen vital bagi produksi smartphone dan, akibatnya, menaikkan harga. Dampak dari kenaikan harga komponen ini tidak merata, melainkan secara spesifik akan memukul segmen yang paling sensitif terhadap harga: ponsel Android kelas bawah dan menengah.

Segmen ini sangat bergantung pada efisiensi biaya untuk tetap kompetitif. Kenaikan biaya produksi memori akan memaksa vendor ponsel Android untuk memilih strategi sulit dalam rangka melindungi margin keuntungan dan pangsa pasar mereka:

  1. Kenaikan Harga Jual: Pilihan paling langsung adalah membebankan kenaikan biaya komponen kepada konsumen, yang secara langsung akan menaikkan harga jual produk Android kelas menengah.
  2. Penyesuaian Portofolio: Vendor mungkin akan mengurangi produksi model yang berorientasi harga rendah dan lebih memilih model yang lebih mahal (high-margin). Strategi ini membantu menyeimbangkan kerugian akibat biaya komponen yang melonjak, tetapi akan semakin mempersulit konsumen yang mencari ponsel terjangkau.

Siklus Produk Apple dan Dampaknya di 2026

Perlambatan pertumbuhan di tahun 2026 juga diperparah oleh strategi internal Apple. Laporan tersebut menyebut adanya kabar mengenai pergeseran model Apple dari musim gugur 2026 menjadi awal 2027. Penyesuaian siklus produk ini akan menyebabkan pengiriman perangkat iOS diprediksi akan turun hingga 4,2% tahun depan. Mengingat peran besar Apple sebagai penopang pasar, perubahan internal ini memberikan efek riak yang cukup besar terhadap proyeksi pertumbuhan smartphone global secara keseluruhan, menurunkannya hingga di bawah 1%.

Kesimpulannya, pasar smartphone berada di persimpangan jalan. Konsumen cenderung mempertahankan perangkat lama mereka lebih lama, menunjukkan adanya fatigue inovasi. Sementara itu, faktor eksternal seperti krisis komponen memori dan penyesuaian strategi brand raksasa justru mendorong harga naik. Kondisi ini menciptakan tantangan besar, terutama bagi vendor Android yang harus berjuang keras mempertahankan pelanggan yang semakin sensitif terhadap harga di tengah biaya produksi yang terus meningkat.

  •  

Misteri Sungai Hilang di Tanah Datar: Ahli Ungkap Peran Sinkhole dan Karst

Foto: Freepick

Teknologi.id – Media sosial di Indonesia, khususnya Sumatera Barat, baru-baru ini dihebohkan oleh video viral yang memperlihatkan fenomena alam yang janggal dan mengkhawatirkan: sebuah sungai yang alirannya tiba-tiba menghilang di tengah jalur. Peristiwa ini terjadi di Jorong Gantiang, Nagari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, dan menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat setempat, mengingat wilayah tersebut baru saja dilanda rangkaian bencana hidrometeorologi.

Pada bagian hulu, aliran sungai tampak normal dan deras. Namun, di titik tertentu pada bagian bawah, air seolah lenyap ditelan bumi, meninggalkan dasar sungai yang kering. Warga menduga kuat bahwa air sungai tersebut tersedot masuk ke rongga atau celah baru yang terbentuk di dasar sungai, sebuah indikasi adanya pergerakan geologis yang mendadak.

Menanggapi kehebohan ini, para ahli geologi angkat bicara, memberikan penjelasan ilmiah yang menenangkan sekaligus menyerukan kewaspadaan. Fenomena yang terlihat aneh bagi mata awam ini ternyata adalah gejala geologis yang umum terjadi pada struktur batuan tertentu, meskipun kemunculannya yang tiba-tiba dan besar menjadi penyebab kekhawatiran.

Kawasan Karst dan Pelarutan Batuan Kapur

Ade Edward, ahli geologi sekaligus pakar mitigasi bencana geologi dan vulkanologi, menegaskan bahwa fenomena hilangnya aliran sungai secara tiba-tiba ini kemungkinan besar berkaitan erat dengan karakteristik geologi lokal.

"Nah, kalau ada sungai yang airnya hilang, ya itu biasanya terjadi pada daerah-daerah kawasan bukit kapur. Kawasan bukit kapur itu kan mudah mengalami pelarutan," jelas Ade Edward, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Patahan Sumatera Institute, di Kota Padang.

Secara ilmiah, bukit kapur membentuk kawasan yang dikenal sebagai karst. Kawasan karst memiliki komposisi batuan yang sangat rentan terhadap proses pelarutan kimiawi oleh air hujan yang bersifat sedikit asam. Proses pelarutan ini, yang berlangsung selama ribuan hingga jutaan tahun, menciptakan jaringan luas berupa celah, lorong, dan gua di bawah permukaan tanah.

Ketika air sungai mengalir melintasi kawasan karst, ia mencari jalur dengan resistensi paling rendah. Seiring waktu, tekanan air yang terus-menerus dan pelarutan batuan kapur dapat membuka atau memperlebar rongga-rongga tersebut. Dalam kasus di Tanah Datar ini, adanya hujan ekstrem dan pergerakan tanah pascabencana hidrometeorologi diduga kuat menjadi pemicu yang mempercepat pembukaan celah tersebut secara mendadak.

Baca juga: Ekspedisi OceanX–BRIN Ungkap Misteri Gunung Laut Sulawesi yang Jarang Diteliti

Foto: Liputan6

Identifikasi Fenomena: Sinkhole dan Sungai Bawah Tanah

Hilangnya aliran sungai yang viral ini, menurut Ade Edward, merupakan manifestasi dari fenomena geologis yang dikenal sebagai sinkhole atau runtuhan tanah. Sinkhole terbentuk ketika lapisan tanah di permukaan runtuh atau tersedot ke dalam rongga kosong yang ada di bawahnya. Dalam kasus sungai, tekanan air yang deras menemukan celah yang baru terbuka atau melebar, menyebabkan air langsung 'tersedot' masuk dan membentuk sistem sungai bawah tanah.

Ini adalah proses alami dalam sistem hidrologi karst. Sungai yang tiba-tiba menghilang tersebut tidak benar-benar lenyap, melainkan berpindah jalur dari permukaan menuju saluran bawah tanah. Air ini akan muncul kembali di tempat lain—biasanya disebut mata air karst—setelah menempuh jarak tertentu di dalam rongga bumi.

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun 

Potensi Bahaya dan Kebutuhan Kaji Cepat

Meskipun fenomena ini dapat dijelaskan secara ilmiah, Ade Edward memberikan peringatan serius mengenai risiko yang mengancam keselamatan warga.

"Fenomena ini dapat membahayakan warga, terutama jika terdapat permukiman di jalur aliran bawah tanah yang baru terbentuk," sebutnya.

Jika sinkhole terbentuk di bawah area pemukiman, risiko runtuhan tanah menjadi sangat tinggi. Struktur tanah di atas rongga menjadi tidak stabil, dan air sungai yang mengalir di bawahnya dapat mengikis pondasi batuan secara perlahan, berpotensi menyebabkan amblesan atau runtuhan besar.

Oleh karena itu, pakar mitigasi bencana ini menekankan pentingnya kaji cepat di lapangan. Penelitian mendesak ini diperlukan untuk memastikan secara tepat pemicu hilangnya air sungai dan memetakan jalur aliran air bawah tanah yang baru terbentuk. Pemetaan ini krusial untuk menentukan zona berbahaya dan mengambil langkah mitigasi yang tepat, termasuk kemungkinan relokasi jika permukiman berada tepat di atas jalur sinkhole aktif.

Fenomena 'sungai hilang' di Tanah Datar ini menjadi pengingat penting bagi Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Barat yang secara geologis sangat aktif dan kompleks. Interaksi antara geologi karst yang rentan, curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim, dan pergerakan tanah membutuhkan kewaspadaan dan perencanaan mitigasi bencana berbasis ilmu geologi yang lebih intensif, agar kejadian alam yang langka ini tidak berujung pada bencana bagi masyarakat.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(WN/ZA)

  •  

5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Foto: Sugo

Teknologi.id – Industri music streaming telah memasuki fase evolusi terbarunya pada tahun 2025. Layanan-layanan utama di pasar global kini tidak lagi hanya bersaing dalam hal kuantitas lagu, tetapi secara agresif berfokus pada kualitas audio yang melampaui standar CD dan fitur personalisasi yang didukung kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI). Kini, pendengar musik bisa menikmati kualitas suara jernih, playlist yang disusun oleh AI, hingga katalog lagu yang semakin lengkap, mengubah pengalaman mendengarkan dari sekadar hiburan menjadi pengalaman audiophile yang mendalam.

Bagi konsumen yang mencari platform terbaik, memilih di antara berbagai opsi canggih ini membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai keunggulan dan fokus spesifik masing-masing layanan. Berikut adalah analisis lima layanan streaming musik terbaik yang mendominasi pasar global di tahun ini.

5 Pilihan Utama Layanan Streaming di Tahun 2025

1. Spotify — Rajanya Rekomendasi Musik yang Didukung AI

Foto: Britannica

Spotify mempertahankan statusnya sebagai pilihan paling populer dan layanan music streaming dengan jangkauan terluas. Dominasi ini bukan hanya berkat katalog musik globalnya yang sangat besar, tetapi terutama didorong oleh algoritma personalisasi yang dianggap paling akurat dan unggul di pasar. Spotify telah memosisikan dirinya sebagai pionir dalam memanfaatkan AI untuk pemetaan selera musik pengguna.

Dengan algoritma cerdas, Spotify mampu menganalisis kebiasaan mendengarkan, waktu mendengarkan, dan konteks lagu (misalnya, tempo dan genre) untuk menghadirkan playlist otomatis yang berkualitas tinggi. Fitur ikoniknya, seperti Discover Weekly dan Daily Mix, telah berevolusi menjadi alat yang sangat adaptif.

Di tahun 2025, integrasi AI semakin diperdalam melalui fitur-fitur seperti DJ AI yang berfungsi sebagai penyiar radio pribadi, menyajikan lagu dan insight dengan suara yang disintesis, dan Fitur Blend untuk menggabungkan selera musik antar pengguna. Inilah yang membuat Spotify sangat cocok untuk pendengar kasual, pencinta playlist, dan pemburu lagu baru yang memprioritaskan kemudahan penemuan musik.

Baca juga: Spotify Wrapped 2025 Resmi Rilis! Begini Cara Akses Clubs dan Pesta Musikmu

2. Apple Music — Kualitas Suara Lossless & Spatial Audio Sebagai Standar Baru

Foto: Milwaukee

Apple Music telah mengambil jalur yang tegas, memposisikan dirinya sebagai juara dalam hal kualitas audio maksimal. Sejak memperkenalkan dukungan Lossless Audio dan Spatial Audio dengan Dolby Atmos, Apple Music secara efektif menarik komunitas audiophile dan pengguna yang memiliki perangkat audio premium.

Lossless Audio memungkinkan streaming musik tanpa kompresi yang merusak, sehingga kualitas suara yang didengar setara dengan kualitas CD atau bahkan master recording studio. Apple menawarkan kualitas ini tanpa biaya tambahan, menjadikannya nilai jual yang sangat kuat. Sementara itu, Spatial Audio memberikan dimensi baru dengan menciptakan pengalaman mendengarkan yang imersif, di mana suara terasa datang dari berbagai sudut 360 derajat.

Keunggulan lain Apple Music adalah sinkronisasi mulus di dalam ekosistem Apple. Bagi pengguna iPhone, iPad, dan AirPods, kualitas suara yang stabil dan integrasi hardware-software yang optimal menjadikan Apple Music pilihan ideal. Layanan ini adalah jawaban bagi audiophile dan siapa pun yang mengutamakan kejernihan dan detail suara di atas segalanya.

Baca juga: Apple Music Replay 2025 Telah Hadir, Apa Saja Yang Baru?

3. YouTube Music — Sinergi Konten Video dan Audio

Foto: MLD

YouTube Music menonjol karena aset uniknya: integrasi mendalam dengan katalog video masif YouTube. Platform ini memungkinkan pengguna tidak hanya mendengarkan jutaan track audio, tetapi juga menikmati video musik resmi, pertunjukan live performance, hingga remix, cover, dan konten user-generated yang seringkali tidak tersedia di layanan streaming musik murni lainnya.

Fleksibilitas untuk beralih antara mode audio dan video menjadikannya pilihan unik. Rekomendasi playlist di YouTube Music juga diperkaya oleh data preferensi tontonan pengguna di YouTube. Dengan begitu, platform ini menjadi sangat berharga bagi penggemar video musik dan penikmat konten live yang ingin menggabungkan pengalaman streaming audio dan visual dalam satu aplikasi. Kemudahannya dalam menemukan lagu-lagu langka atau versi tidak resmi juga menjadi daya tarik tersendiri.

4. Tidal — Pilihan Premium untuk Penggemar Hi-Fi Sejati

Foto: Octavio

Tidal didirikan dengan filosofi yang berpusat pada artis (Artist-first platform) dan komitmen terhadap kualitas audio yang paling tinggi. Tidal dikenal secara spesifik karena menawarkan kualitas Hi-Fi dan Master Quality Authenticated (MQA). Kualitas MQA ini diklaim mereproduksi suara setara dengan master yang dibuat di studio rekaman, menjadikannya pilihan niche bagi para profesional audio dan pendengar yang sangat kritis terhadap kualitas.

Dengan koleksi musik eksklusif dan dukungan fitur immersive audio tingkat tinggi, Tidal secara eksplisit menargetkan segmen pasar premium. Layanan ini didesain untuk memaksimalkan pengalaman mendengarkan melalui perangkat audio kelas atas. Oleh karena itu, Tidal adalah pilihan utama bagi pecinta audio profesional dan pengguna headphone atau speaker premium yang dapat sepenuhnya merasakan perbedaan detail dalam resolusi tinggi.

5. Amazon Music Unlimited — Ultra HD dan Integrasi Smart Home

Foto: Amazon Music

Amazon Music Unlimited (AMU) mungkin kurang menonjol di pasar Asia, tetapi di pasar global, ia adalah pesaing yang tangguh. AMU menawarkan kualitas audio yang setara dengan layanan streaming musik Apple Music, dengan dukungan Ultra HD dan 3D Audio, serta koleksi lebih dari 100 juta lagu. 

Keunggulan unik AMU adalah integrasi mulus dengan ekosistem Alexa. Bagi pengguna yang memiliki perangkat smart home Amazon Echo, AMU menawarkan pengalaman kontrol suara yang sangat lancar dan intuitif. Kualitas Ultra HD AMU setara dengan Lossless Audio di Apple Music, menjadikannya alternatif stabil dan berkualitas tinggi. Layanan ini sangat ideal bagi pengguna smart home Amazon dan mereka yang mencari kualitas audio mumpuni di luar ekosistem dominan lainnya.

Kemenangan Berada di Tangan Pengguna

Tahun 2025 membuktikan bahwa persaingan layanan music streaming telah bergeser dari sekadar harga dan katalog menjadi pertarungan antara Personalisasi Pintar (AI) dan Kualitas Audio Absolut. Spotify memenangkan personalisasi, Apple Music memenangkan kejernihan lossless bagi pengguna smartphone dominan, sementara Tidal memenangkan audiophile sejati. Keputusan layanan terbaik kini sepenuhnya ada di tangan pengguna, tergantung pada prioritas mereka: apakah mereka mencari kemudahan discoverability, kualitas studio, atau sinergi konten visual.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

  •  

Waspada! Smartphone di Usia 12 Tahun Picu Depresi, Obesitas, dan Gangguan Tidur

Foto: BenWagenaar

Teknologi.id – Keputusan krusial orang tua mengenai kapan waktu yang tepat untuk memberikan smartphone kepada anak kini dihadapkan pada bukti ilmiah yang semakin mengkhawatirkan. Sebuah studi besar terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Pediatrics di Amerika Serikat menemukan adanya asosiasi yang kuat antara kepemilikan smartphone pada usia 12 tahun dengan peningkatan signifikan risiko depresi, obesitas, dan pola tidur yang terganggu pada anak remaja.

Riset yang melibatkan lebih dari 10.500 anak ini menjadi alarm keras bagi orang tua dan pembuat kebijakan, menegaskan bahwa smartphone tidak lagi bisa dipandang hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai faktor penting yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental remaja di awal masa perkembangan mereka.

Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu! 5 Aplikasi Parental Control untuk Pantau Aktivitas Online Anak

Data yang Memicu Kekhawatiran dari Studi Pediatrics

Studi ini dirancang secara observasional, membandingkan kondisi kesehatan peserta yang telah memiliki smartphone dengan mereka yang belum memilikinya pada usia 12 tahun. Data statistik yang diperoleh tim peneliti menunjukkan perbedaan yang substansial antara kedua kelompok tersebut, mengungkap jurang kesehatan yang semakin lebar di era digital.

1. Risiko Depresi Meningkat:

Penelitian menemukan korelasi jelas terkait kesehatan mental. Sebanyak 6,5% dari anak usia 12 tahun yang sudah memiliki smartphone telah didiagnosis menderita depresi. Angka ini secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hanya 4,5% dari kelompok anak yang tidak memiliki ponsel. Selisih persentase ini menyoroti perlunya kewaspadaan terhadap dampak perangkat genggam terhadap kondisi psikologis remaja. 

2. Asosiasi dengan Obesitas Lebih Tinggi:

Tingkat obesitas juga menunjukkan peningkatan yang patut dicermati. Sebanyak 18% pengguna smartphone dilaporkan mengalami obesitas, sementara pada kelompok tanpa ponsel, angkanya relatif lebih rendah, yakni 12%. Asosiasi ini mengindikasikan bahwa gaya hidup sedentary (kurang gerak) yang sering dikaitkan dengan penggunaan perangkat bergerak berkorelasi erat dengan masalah berat badan. 

3. Gangguan Kualitas Tidur yang Parah:

Dampak yang paling mencolok terlihat pada pola tidur. Sebanyak 47% anak yang memiliki ponsel melaporkan tidur kurang dari sembilan jam per malam. Durasi ini dianggap kurang dari waktu tidur minimal yang direkomendasikan untuk remaja seusia mereka. Angka ini melonjak tajam dibandingkan kelompok tanpa smartphone, di mana hanya 31% yang mengalami kurang tidur. Gangguan tidur ini sering dikaitkan dengan paparan cahaya layar di malam hari yang mengganggu produksi melatonin. 

Baca juga: Ini Tips dan Trik Membatasi Anak Bermain Gadget Tanpa Perlu Marah ke Anak!

Foto: Getty Image

Dampak Seiring Bertambahnya Usia

Studi ini tidak berhenti di usia 12 tahun. Ketika peneliti meninjau anak-anak yang baru mendapatkan smartphone saat mereka memasuki usia 13 tahun, kelompok ini juga mulai menunjukkan peningkatan dalam masalah kesehatan dan kualitas tidur. Meskipun begitu, perubahan pada risiko obesitas di kelompok yang baru mendapat smartphone pada usia 13 tahun ini tidak dilaporkan signifikan seperti perubahan pada risiko kesehatan mental dan tidur.

Ran Barzilay, seorang Psikiater Anak dan Remaja di Children's Hospital of Philadelphia, yang terlibat dalam penelitian ini, menekankan pentingnya peran smartphone sebagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam kesehatan remaja.

“Temuan kami menunjukkan kita perlu memandang smartphone sebagai faktor penting dalam kesehatan remaja, sehingga keputusan memberi anak ponsel harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya pada hidup dan kesehatan mereka,” ujar Barzilay, sebagaimana dikutip dari ScienceAlert.

Menjaga Keseimbangan dan Aktivitas Fisik

Para ilmuwan yang terlibat dalam studi ini juga mengakui bahwa smartphone tidak selamanya berdampak buruk. Mereka mencatat bahwa beberapa penelitian menunjukkan smartphone memiliki manfaat, seperti membantu anak memperluas koneksi sosial, mendukung pembelajaran, hingga menjadi sarana komunikasi penting bagi keluarga.

Namun, pesan kunci dari studi ini adalah pentingnya keseimbangan. Ran Barzilay menyoroti pentingnya aktivitas fisik sebagai perlindungan kesehatan.

"Penting bagi anak muda untuk memiliki waktu jauh dari ponsel agar bisa melakukan aktivitas fisik, yang dapat melindungi dari obesitas dan meningkatkan kesehatan mental dalam jangka panjang," tegas Barzilay.

Penelitian ini bersifat observasional, yang artinya ia menemukan asosiasi yang kuat antar variabel tetapi tidak secara definitif menentukan hubungan sebab-akibat. Meskipun demikian, asosiasi yang ditemukan dinilai cukup kuat untuk ditelaah lebih lanjut dan menjadi dasar peringatan bagi orang tua.

Sebagai langkah lanjutan, para peneliti berencana memperluas riset dengan melihat variabel-variabel penggunaan smartphone yang lebih spesifik, termasuk durasi total penggunaan smartphone, jenis aplikasi yang paling sering digunakan, serta dampak jangka panjang selama masa remaja. Studi ini berfungsi sebagai pengingat krusial bahwa di era perangkat digital, kesehatan anak remaja semakin erat kaitannya dengan keputusan penggunaan teknologi yang bijak dan terstruktur.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  
❌