Reading view

Bukan Sekadar Chat, WhatsApp Bisa Scan Dokumen dan Terintegrasi Meta

Foto: CNBC Indonesia

Teknologi.id - WhatsApp selama ini dikenal sebagai aplikasi pesan instan yang digunakan oleh miliaran orang di seluruh dunia. Namun, perkembangan teknologi komunikasi menuntut aplikasi ini untuk terus beradaptasi. Kini, WhatsApp tidak hanya menjadi sarana percakapan, tetapi juga menghadirkan fitur-fitur yang mendukung produktivitas. Salah satu inovasi terbaru adalah pemindaian dokumen langsung dari aplikasi, tanpa perlu mengunduh perangkat lunak tambahan.

Fitur ini menjadi relevan karena kebutuhan masyarakat terhadap pengelolaan dokumen digital semakin meningkat. Menurut laporan The Bridge Chronicle, WhatsApp menghadirkan teknologi deteksi otomatis yang mampu mengenali bidang dokumen sehingga hasilnya menyerupai pemindaian profesional.

Cara Menggunakan Fitur Pemindaian Dokumen

Foto: Teknologi.id

Fitur pemindaian dokumen di WhatsApp dirancang agar mudah digunakan oleh semua kalangan. Prosesnya sederhana, tetapi hasilnya efektif: 

  1. Buka aplikasi WhatsApp dan pilih ruang obrolan tujuan.
  2. Klik ikon attachment, lalu pilih Document.
  3. Pilih opsi Scan Document.
  4. Arahkan kamera ke dokumen, biarkan sistem mendeteksi bidang.
  5. Edit hasil pemindaian sesuai kebutuhan: potong, putar, atau ubah warna.
  6. Simpan hasilnya, lalu kirim dalam format PDF.

Dengan langkah tersebut, pengguna dapat mengirim dokumen resmi secara cepat dan rapi. Hal ini membedakan fitur pemindaian dari sekadar mengambil foto dokumen, karena sistem WhatsApp mampu menyesuaikan bidang dokumen secara otomatis.

Baca Juga: Meta Dorong ChatGPT dan Copilot, WhatsApp Hanya Gunakan Meta AI

Fitur Yang Terus Beradaptasi

Meta, induk perusahaan WhatsApp, terus menambahkan inovasi agar aplikasi ini menjadi pusat aktivitas digital.

  • 1. Efek Kamera

  • WhatsApp kini menghadirkan 30 efek kamera yang dapat digunakan untuk mempercantik foto maupun video sebelum dikirimkan melalui ruang obrolan. Kehadiran fitur ini bukan sekadar tambahan estetika, melainkan untuk memperkaya komunikasi visual. Dengan adanya efek kamera, pengguna dapat menyesuaikan suasana pesan yang ingin disampaikan, baik untuk keperluan pribadi maupun profesional.

    Efek kamera ini mencakup beragam pilihan, mulai dari filter warna, latar belakang kreatif, hingga efek khusus yang dapat menambah daya tarik visual. Hal ini memungkinkan pengguna mengekspresikan kreativitas secara lebih bebas, sekaligus menjadikan percakapan digital terasa lebih hidup dan interaktif.

    2. Stiker Selfie

    Fitur stiker selfie memberikan kesempatan bagi pengguna untuk menghadirkan ekspresi diri dalam bentuk stiker yang unik. Pengguna Android sudah dapat memanfaatkan fitur ini dengan cara sederhana seperti, membuka pembuat stiker, memilih opsi kamera, mengambil foto selfie, lalu mengubahnya menjadi stiker personal.

    Stiker selfie ini dapat digunakan untuk memperkuat identitas digital pengguna, karena setiap stiker mencerminkan ekspresi asli yang diambil langsung dari wajah mereka. Fitur ini akan segera tersedia bagi pengguna iOS, sehingga seluruh ekosistem WhatsApp dapat menikmati pengalaman yang sama.

    3. Berbagi Stiker

    Selain membuat stiker, WhatsApp kini juga memungkinkan pengguna untuk membagikan stiker secara langsung kepada orang lain. Fitur ini memperkaya pengalaman percakapan, karena stiker bukan lagi sekadar elemen visual yang statis, melainkan bagian dari interaksi sosial yang dinamis. 

    Dengan berbagi stiker, pengguna dapat memperluas koleksi stiker mereka, sekaligus menciptakan percakapan yang lebih ekspresif. Hal ini memperkuat ikatan sosial antar pengguna, menjadikan komunikasi digital lebih menyenangkan dan penuh warna.

    4. Reaksi Cepat

    WhatsApp juga menambahkan fitur reaksi cepat yang memungkinkan pengguna memberikan respons instan terhadap pesan teks. Caranya sederhana: cukup melakukan double tap pada teks, maka emoji yang sering digunakan akan muncul secara otomatis. 

    Fitur ini menghemat waktu dan memudahkan pengguna dalam mengekspresikan emosi tanpa harus membuka menu emoji secara manual. Dengan demikian, percakapan menjadi lebih efisien, sekaligus tetap ekspresif.

    Baca Juga: Wajah Baru Meta Serupa Semua, Kamu Harus Cek Sekarang!

    5. Terhubung Satu Konten Instagram-Facebook

    Salah satu inovasi penting adalah integrasi WhatsApp dengan Account Center milik Meta. Melalui fitur ini, status WhatsApp dapat secara otomatis diunggah ke Instagram dan Facebook Stories.

    Integrasi ini memberikan keuntungan besar bagi pengguna yang aktif di berbagai platform media sosial. Mereka tidak perlu lagi mengunggah konten berulang kali di aplikasi berbeda. Hal ini menghemat waktu, menjaga konsistensi pesan, dan memperluas jangkauan audiens.

    Menuju Konsep Super App

    Apakah WhatsApp sedang menuju konsep super app?. Dengan pemindaian dokumen, integrasi lintas platform, dan fitur kreatif seperti stiker selfie, WhatsApp semakin menyerupai aplikasi serba guna. 

    Super app adalah aplikasi yang menggabungkan berbagai layanan dalam satu ekosistem, mulai dari komunikasi, produktivitas, hingga hiburan. Jika tren ini berlanjut, WhatsApp berpotensi menjadi pusat aktivitas digital yang menyatukan berbagai kebutuhan pengguna.


    Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


    (dim/sa)



    •  

    China Raup US$65 Miliar dari Ekspor Baterai dan Dominasi Rantai Pasok Energi Dunia

    Industri Baterai China Jadi Mesin Uang Baru Energi Global. Industri baterai China kini menjelma sebagai salah satu motor penggerak utama ekonomi global. Sepanjang 2025, ekspor baterai penyimpanan energi dan kendaraan listrik (EV) menembus angka lebih dari US$65 miliar atau sekitar Rp1.090 triliun. Angka ini bukan sekadar pencapaian ekonomi, melainkan bukti nyata bahwa China berhasil menempatkan dirinya sebagai pemain dominan dalam sektor energi bersih yang semakin vital bagi dunia.

    Menurut laporan Ember, baterai telah menjadi ekspor teknologi bersih paling menguntungkan sejak 2022, bahkan melampaui panel surya yang sebelumnya mendominasi. Fakta ini menunjukkan bahwa baterai bukan lagi sekadar komponen pendukung kendaraan listrik, melainkan komoditas strategis yang menopang transisi energi global.

    Permintaan Global dan Dominasi China

    Lonjakan ekspor ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan internasional, terutama dari kawasan Eropa dan Timur Tengah. Negara-negara di dua kawasan tersebut tengah gencar mengembangkan energi terbarukan, khususnya tenaga angin dan surya. Namun, energi terbarukan memiliki kelemahan mendasar: sifatnya yang intermiten. 

    Di sinilah baterai penyimpanan energi memainkan peran krusial. Dengan teknologi penyimpanan, listrik yang dihasilkan dari angin dan surya dapat disimpan dan digunakan saat produksi menurun. Hal ini menjadikan baterai sebagai solusi strategis untuk menjaga pasokan listrik tetap stabil.

    Kebutuhan akan stabilitas energi tidak hanya terkait rumah tangga atau industri, tetapi juga pusat data kecerdasan buatan (AI). Data center AI membutuhkan pasokan listrik yang konsisten dan besar. Tanpa penyimpanan energi yang andal, operasional pusat data berisiko terganggu, sehingga menghambat perkembangan teknologi AI yang kini menjadi tulang punggung inovasi global.

    Baca Juga: Trump Beri Lampu Hijau Nvidia Untuk Ekspor Chip ke China!

    Permintaan baterai global meningkat seiring ekspansi data center dan transisi energi. UBS memprediksi instalasi penyimpanan energi baterai global naik 25% pada 2026, sementara Badan Energi Internasional memperkirakan investasi global dalam fasilitas penyimpanan baterai mencapai US$66 miliar tahun ini.

    China mendominasi pasar ini dengan enam dari sepuluh pemasok sel baterai terbesar dunia, termasuk CATL, BYD, HiTHIUM, CALB, dan REPT BATTERO. Hanya AESC dari Jepang yang masuk jajaran 10 besar di luar China. Dominasi ini menunjukkan betapa kuatnya posisi China dalam rantai pasok energi bersih global.

    Data Center AI, Pendorong Permintaan Baru

    Ledakan kebutuhan energi dari data center AI di Amerika Serikat menjadi faktor penting. Analis UBS, Yishu Yan, menegaskan bahwa menggabungkan tenaga surya dengan penyimpanan energi adalah satu-satunya solusi untuk memenuhi kebutuhan daya data center AI. 

    Permintaan energi yang sangat besar dari pusat data AI membuat penyimpanan baterai menjadi tulang punggung. Tanpa solusi ini, pertumbuhan AI akan terhambat oleh keterbatasan energi fosil seperti gas dan nuklir yang tidak akan banyak berkembang dalam lima tahun ke depan.

    Mesin Uang Baru

    China Ekspor baterai China mencapai rekor US$66,7 miliar dalam 10 bulan pertama 2025. Angka ini menjadikan baterai sebagai mesin uang baru, melampaui ekspor fotovoltaik surya. Konsultan Infolink memperkirakan pengiriman sel penyimpanan energi global dapat meningkat hingga 800 gigawatt-jam, naik 33–43% dari tahun sebelumnya. 

    Pertumbuhan ekspor penyimpanan energi bahkan lebih cepat dibandingkan baterai EV, yakni 51,4% vs 40,6%. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan energi kini menjadi fokus utama, bukan sekadar pelengkap kendaraan listrik.

    Baca Juga: Diam-Diam AS Gunakan Teknologi dari China

    Kebijakan dan Subsidi Pemerintah

    Dominasi China tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah yang mewajibkan pengembang energi angin dan surya menambahkan sistem penyimpanan. Dengan demikian, China kini memiliki 40% armada penyimpanan energi baterai global, melampaui kapasitas pembangkit listrik tenaga air konvensional. Subsidi dan reformasi industri juga mempercepat adopsi teknologi ini, menjadikan China sebagai pusat inovasi sekaligus pemasok utama dunia. 

    Apa China Bisa Mendominasi Lebih Lama?

    Meski mendominasi, produsen China menghadapi risiko dari kebijakan proteksi negara lain. Amerika Serikat, misalnya, membatasi proyek yang menerima kredit pajak investasi jika melibatkan entitas asing, termasuk China. Hal ini berpotensi menghambat ekspansi di pasar AS. 

    Namun, dengan basis produksi yang kuat dan permintaan global yang terus meningkat, China tetap berada di posisi strategis untuk memimpin transisi energi bersih dunia.

    Industri baterai China bukan hanya soal angka ekspor, tetapi juga tentang strategi global. Dengan ekspor miliaran dolar, dominasi pemasok sel baterai, serta dukungan kebijakan pemerintah, China telah menjadikan baterai sebagai mesin uang baru sekaligus senjata strategis dalam transisi energi.


    Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


    (dim/sa)



    •  

    Pakar Jelaskan Penyebab Salju Turun di Gurun Arab Saudi

    Salju di Arab Saudi, Gurun Mendadak Berubah Menjadi Permukaan Putih. Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan iklim gurun yang kering dan panas. Namun, pada Desember 2025, cuaca ekstrem melanda kawasan utara dan memicu turunnya salju di beberapa wilayah. Pusat Meteorologi Nasional Saudi (NCM) memperkirakan fenomena ini akan terus berlanjut, dengan kemungkinan salju turun di area utara Riyadh. 

    Salah satu lokasi yang menjadi sorotan adalah Jabal Al-Lawz, gunung setinggi 2.580 meter di wilayah Tabuk. Gunung yang berarti “Gunung Almond” ini viral di media sosial karena puncaknya tertutup salju tebal, menciptakan pemandangan yang jarang terlihat di Jazirah Arab.

    Lokasi Tabuk, Gerbang Utara Jazirah Arab

    Kota Tabuk, yang terletak di barat laut Arab Saudi dekat perbatasan Yordania, dikenal sebagai “Gerbang Utara” Jazirah Arab. Pada 17 Desember 2025, kawasan ini mengalami hujan salju lebat yang disertai kabut dan angin kencang. Suhu di Jabal Al-Lawz bahkan turun hingga minus 4 derajat Celsius, menjadikan pegunungan tersebut mirip daerah musim dingin di negara empat musim. 

    Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian warga lokal, tetapi juga wisatawan yang datang untuk menikmati suasana unik gurun bersalju. Banyak penduduk memanfaatkan momen tersebut untuk berfoto dan merasakan pengalaman musim dingin yang jarang terjadi di kawasan Timur Tengah. 

    Baca juga: Benarkah Headphone Bluetooth Berbahaya bagi Otak? Ini Penjelasan Ahli

    Penyebab Turunnya Salju di Gurun

    Saudi Gazette melaporkan, salju di Arab Saudi terjadi karena adanya sistem cuaca bertekanan rendah yang menyapu kawasan Timur Tengah. Kondisi ini membawa kelembapan dan udara dingin secara bersamaan, sehingga memicu terbentuknya salju di dataran tinggi. Ahli meteorologi menegaskan bahwa pola turunnya salju serupa umum terjadi selama transisi musiman, terutama di musim dingin. Wilayah utara, barat, dan barat daya Arab Saudi sering mengalami kondisi cuaca yang berfluktuasi, sehingga memungkinkan terjadinya hujan salju.

    Salju di Gurun, Tidak Sepenuhnya Langka

    Seorang astronom dari Taif Astronomical Sundial, Mohammed bin Reddah Al Thaqafi, menjelaskan bahwa turunnya salju di Arab Saudi bukanlah hal yang sepenuhnya langka. Menurutnya, fenomena ini memang terjadi secara berkala selama bulan-bulan musim dingin, khususnya di wilayah utara dengan dataran tinggi. 

    Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Arab Saudi dikenal dengan iklim gurun, faktor geografis dan atmosfer tertentu dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan terbentuknya salju.

    Dampak Sosial dan Wisata

    Salju Tabuk dan Jabal Al-Lawz membawa dampak sosial yang cukup besar. Banyak warga lokal dan wisatawan berbondong-bondong menuju lokasi untuk menikmati suasana dingin yang jarang terjadi. Bahkan, beberapa kawasan di Tabuk dan Hail sempat menjadi arena spontan bagi warga untuk bermain salju dan berski. 

    Salju yang turun di Tabuk dan Jabal Al-Lawz meningkatkan daya tarik wisata Arab Saudi. Tanah gurun yang berubah menjadi putih bersalju memberikan pengalaman unik bagi pengunjung, sekaligus memperkuat citra Tabuk sebagai destinasi musim dingin yang berbeda.

    Iklim dan Perubahan Cuaca

    Turunnya salju di Arab Saudi pada akhir tahun 2025 menjadi fenomena alam yang menyita perhatian publik. Peristiwa ini terasa mengejutkan karena terjadi di wilayah yang selama ini dikenal beriklim gurun, panas, dan kering. Namun, kondisi ekstrem tersebut sekaligus membuka ruang diskusi lebih luas mengenai dinamika iklim di kawasan Timur Tengah serta kaitannya dengan perubahan iklim global. 

    Para ahli meteorologi menegaskan bahwa turunnya salju di wilayah utara Arab Saudi bukanlah hal yang sepenuhnya baru. Kawasan dataran tinggi seperti Tabuk dan Jabal Al-Lawz memang memiliki karakteristik atmosfer yang memungkinkan terbentuknya salju pada musim dingin. Meski demikian, intensitas dan cakupan salju kali ini dianggap cukup besar sehingga menimbulkan perhatian khusus. Suhu yang turun hingga minus 4 derajat Celsius di gurun pasir menjadi bukti nyata betapa ekstremnya kondisi cuaca yang terjadi.

    Foto: Science Feedback

    Fenomena ini menunjukkan bahwa sistem atmosfer di kawasan Timur Tengah sangat dinamis. Perubahan tekanan udara, pergerakan massa udara dingin, serta kelembapan yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang tidak biasa.Peristiwa ini juga dikaitkan dengan isu perubahan iklim, di mana pola cuaca ekstrem semakin sering muncul di berbagai belahan dunia.

    Baca juga: Misteri Sungai Hilang di Tanah Datar: Ahli Ungkap Peran Sinkhole dan Karst

    Diskusi mengenai salju di Arab Saudi memperkuat pandangan bahwa iklim adalah sistem yang terus berubah dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa bahkan wilayah gurun sekalipun dapat mengalami kondisi cuaca yang tidak terduga. Bagi para peneliti, fenomena ini membuka peluang untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai interaksi antara iklim regional dan tren perubahan iklim global. Dengan demikian, turunnya salju di Arab Saudi tidak hanya menjadi peristiwa unik yang viral di media sosial, tetapi juga sebuah fenomena ilmiah yang menegaskan pentingnya pemahaman mendalam tentang dinamika atmosfer. Hal ini sekaligus menekankan perlunya kesadaran global terhadap dampak perubahan iklim, yang dapat memunculkan fenomena ekstrem di tempat-tempat yang sebelumnya dianggap mustahil.


    Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


    (dim/sa)


    •  

    Ekonomi Antariksa 5% PDB, Indonesia Bangun Bandar Antariksa di Biak

     Pembangunan Bandar Antariksa Nasional di Pulau Biak merupakan amanah strategis negara untuk memperkuat kemandirian dalam akses ke antariksa. 

    Landasan hukum pembangunan ini sangat jelas. Sejak lahirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, pemerintah telah menegaskan komitmen untuk mengembangkan teknologi antariksa. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan 2016–2040, serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2023 yang menekankan aspek technology safeguard.

    Dengan regulasi yang kokoh, pembangunan bandar antariksa bukan sekadar proyek ambisius, melainkan bagian dari strategi jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045. BRIN menegaskan bahwa regulasi turunan sedang diformulasikan agar implementasi pembangunan dapat segera dilakukan. 

    Baca Juga: BRIN Kebut Riset 6G Melalui Sub-THz dan Cloud Cerdas

    Pulau Biak Lokasi Strategis di Garis Khatulistiwa

    Mengapa Pulau Biak dipilih sebagai lokasi peluncuran roket? Letaknya yang berada dekat garis khatulistiwa menjadikannya aset strategis bagi Indonesia dalam mewujudkan ambisi antariksa. Posisi geografis ini memberikan keuntungan yang tidak dimiliki banyak negara lain. 

    Peluncuran roket dari wilayah khatulistiwa memungkinkan roket memanfaatkan rotasi bumi yang lebih cepat. Semakin dekat sebuah lokasi dengan khatulistiwa, semakin besar dorongan alami yang diberikan oleh rotasi bumi terhadap roket yang diluncurkan. Dorongan tambahan ini berarti roket membutuhkan lebih sedikit bahan bakar untuk mencapai orbit, sehingga biaya peluncuran dapat ditekan secara signifikan.

    Efisiensi energi ini bukan hanya soal penghematan, tetapi juga membuka peluang untuk membawa muatan yang lebih besar. Satelit, instrumen penelitian, atau bahkan kargo komersial dapat diluncurkan dengan kapasitas optimal. Dengan demikian, Biak memiliki potensi untuk menjadi salah satu lokasi peluncuran roket paling kompetitif di dunia.

    Ekonomi Antariksa Peluang 5% dari PDB Dunia

    Ekonomi antariksa global yang diperkirakan mencapai 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia menunjukkan betapa besar potensi yang dapat diraih Indonesia apabila mampu mengembangkan industri antariksa secara mandiri. Angka tersebut menandakan bahwa antariksa bukan lagi sekadar ranah penelitian ilmiah, melainkan telah berkembang menjadi sektor ekonomi yang menjanjikan dengan nilai strategis tinggi. Kehadiran Bandar Antariksa Nasional di Biak menjadi langkah penting agar Indonesia dapat mengambil bagian dalam arus besar ekonomi global ini. 

    Pembangunan bandar antariksa di Biak diharapkan memberikan multiplier effect yang nyata bagi daerah dan nasional. Dampak pertama adalah penciptaan lapangan kerja baru. Kehadiran industri antariksa akan membuka peluang bagi tenaga ahli di bidang rekayasa, teknisi, insinyur, serta tenaga pendukung di sektor logistik, kesehatan, dan keamanan. Hal ini akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya di Papua, sekaligus memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

    Tahapan Peluncuran Roket Dari Desain hingga PascaPeluncuran

    BRIN menjelaskan bahwa tahapan peluncuran mencakup: 

    • Desain dan manufaktur roket.
    • Verifikasi kesiapan dan keputusan go/no go.
    • Pengajuan NOTAM (Notice to Air Missions) dan NOTMAR (Notice to Mariners) untuk membuka ruang udara dan laut.
    • Sosialisasi kepada masyarakat.
    • Transportasi roket dan peralatan ground station.
    • Persiapan roket hingga pelaksanaan peluncuran.
    • Tahapan pascapeluncuran.

    Seluruh proses ini menekankan aspek keselamatan, keamanan, dan koordinasi lintas instansi. Dengan prosedur yang ketat, Indonesia memastikan bahwa setiap peluncuran roket tidak hanya berhasil secara teknis, tetapi juga aman bagi masyarakat dan lingkungan.

    Baca Juga: Meta Keluarga Mango Sebagai Pesaing Game Changer AI VIsual!

    Infrastruktur Penunjang Landasan Roket 

    Foto: Brin

    Pembangunan bandar antariksa tidak bisa berdiri sendiri. BRIN menegaskan perlunya dukungan infrastruktur dasar, antara lain: 

    • Akses kelistrikan yang stabil.
    • Jaringan telekomunikasi modern.
    • Fasilitas kesehatan berstandar internasional.
    • Sistem logistik dan keamanan yang terintegrasi.

    Dengan infrastruktur tersebut, Biak tidak hanya menjadi pusat peluncuran roket, tetapi juga ekosistem antariksa terpadu yang mendukung riset, industri, dan diplomasi.

    Indonesia Emas 2045, Antariksa sebagai Pilar Masa Depan 

    Visi Indonesia Emas 2045 menargetkan Indonesia sebagai negara maju dengan daya saing global. Pembangunan bandar antariksa menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan visi tersebut. 

    Kepala BRIN, Arif Satria, menegaskan bahwa proyek ini akan memperkuat posisi Indonesia di tingkat global, khususnya dalam pengembangan ekonomi antariksa, lingkungan antariksa, dan keamanan antariksa. Dengan target pembukaan lahan di Biak mulai tahun 2026, Indonesia menegaskan komitmennya untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi antariksa, tetapi juga produsen dan penyedia layanan peluncuran.

    Pembangunan Bandar Antariksa Nasional di Biak adalah langkah berani Indonesia untuk memasuki era baru. Dengan dukungan regulasi, keunggulan geografis, potensi ekonomi global, serta visi jangka panjang, proyek ini diharapkan menjadi ikon kemandirian teknologi dan ekonomi antariksa Indonesia.


    Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


    (dim/sa)




    •  
    ❌