Reading view

5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Foto: Sugo

Teknologi.id – Industri music streaming telah memasuki fase evolusi terbarunya pada tahun 2025. Layanan-layanan utama di pasar global kini tidak lagi hanya bersaing dalam hal kuantitas lagu, tetapi secara agresif berfokus pada kualitas audio yang melampaui standar CD dan fitur personalisasi yang didukung kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI). Kini, pendengar musik bisa menikmati kualitas suara jernih, playlist yang disusun oleh AI, hingga katalog lagu yang semakin lengkap, mengubah pengalaman mendengarkan dari sekadar hiburan menjadi pengalaman audiophile yang mendalam.

Bagi konsumen yang mencari platform terbaik, memilih di antara berbagai opsi canggih ini membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai keunggulan dan fokus spesifik masing-masing layanan. Berikut adalah analisis lima layanan streaming musik terbaik yang mendominasi pasar global di tahun ini.

5 Pilihan Utama Layanan Streaming di Tahun 2025

1. Spotify — Rajanya Rekomendasi Musik yang Didukung AI

Foto: Britannica

Spotify mempertahankan statusnya sebagai pilihan paling populer dan layanan music streaming dengan jangkauan terluas. Dominasi ini bukan hanya berkat katalog musik globalnya yang sangat besar, tetapi terutama didorong oleh algoritma personalisasi yang dianggap paling akurat dan unggul di pasar. Spotify telah memosisikan dirinya sebagai pionir dalam memanfaatkan AI untuk pemetaan selera musik pengguna.

Dengan algoritma cerdas, Spotify mampu menganalisis kebiasaan mendengarkan, waktu mendengarkan, dan konteks lagu (misalnya, tempo dan genre) untuk menghadirkan playlist otomatis yang berkualitas tinggi. Fitur ikoniknya, seperti Discover Weekly dan Daily Mix, telah berevolusi menjadi alat yang sangat adaptif.

Di tahun 2025, integrasi AI semakin diperdalam melalui fitur-fitur seperti DJ AI yang berfungsi sebagai penyiar radio pribadi, menyajikan lagu dan insight dengan suara yang disintesis, dan Fitur Blend untuk menggabungkan selera musik antar pengguna. Inilah yang membuat Spotify sangat cocok untuk pendengar kasual, pencinta playlist, dan pemburu lagu baru yang memprioritaskan kemudahan penemuan musik.

Baca juga: Spotify Wrapped 2025 Resmi Rilis! Begini Cara Akses Clubs dan Pesta Musikmu

2. Apple Music — Kualitas Suara Lossless & Spatial Audio Sebagai Standar Baru

Foto: Milwaukee

Apple Music telah mengambil jalur yang tegas, memposisikan dirinya sebagai juara dalam hal kualitas audio maksimal. Sejak memperkenalkan dukungan Lossless Audio dan Spatial Audio dengan Dolby Atmos, Apple Music secara efektif menarik komunitas audiophile dan pengguna yang memiliki perangkat audio premium.

Lossless Audio memungkinkan streaming musik tanpa kompresi yang merusak, sehingga kualitas suara yang didengar setara dengan kualitas CD atau bahkan master recording studio. Apple menawarkan kualitas ini tanpa biaya tambahan, menjadikannya nilai jual yang sangat kuat. Sementara itu, Spatial Audio memberikan dimensi baru dengan menciptakan pengalaman mendengarkan yang imersif, di mana suara terasa datang dari berbagai sudut 360 derajat.

Keunggulan lain Apple Music adalah sinkronisasi mulus di dalam ekosistem Apple. Bagi pengguna iPhone, iPad, dan AirPods, kualitas suara yang stabil dan integrasi hardware-software yang optimal menjadikan Apple Music pilihan ideal. Layanan ini adalah jawaban bagi audiophile dan siapa pun yang mengutamakan kejernihan dan detail suara di atas segalanya.

Baca juga: Apple Music Replay 2025 Telah Hadir, Apa Saja Yang Baru?

3. YouTube Music — Sinergi Konten Video dan Audio

Foto: MLD

YouTube Music menonjol karena aset uniknya: integrasi mendalam dengan katalog video masif YouTube. Platform ini memungkinkan pengguna tidak hanya mendengarkan jutaan track audio, tetapi juga menikmati video musik resmi, pertunjukan live performance, hingga remix, cover, dan konten user-generated yang seringkali tidak tersedia di layanan streaming musik murni lainnya.

Fleksibilitas untuk beralih antara mode audio dan video menjadikannya pilihan unik. Rekomendasi playlist di YouTube Music juga diperkaya oleh data preferensi tontonan pengguna di YouTube. Dengan begitu, platform ini menjadi sangat berharga bagi penggemar video musik dan penikmat konten live yang ingin menggabungkan pengalaman streaming audio dan visual dalam satu aplikasi. Kemudahannya dalam menemukan lagu-lagu langka atau versi tidak resmi juga menjadi daya tarik tersendiri.

4. Tidal — Pilihan Premium untuk Penggemar Hi-Fi Sejati

Foto: Octavio

Tidal didirikan dengan filosofi yang berpusat pada artis (Artist-first platform) dan komitmen terhadap kualitas audio yang paling tinggi. Tidal dikenal secara spesifik karena menawarkan kualitas Hi-Fi dan Master Quality Authenticated (MQA). Kualitas MQA ini diklaim mereproduksi suara setara dengan master yang dibuat di studio rekaman, menjadikannya pilihan niche bagi para profesional audio dan pendengar yang sangat kritis terhadap kualitas.

Dengan koleksi musik eksklusif dan dukungan fitur immersive audio tingkat tinggi, Tidal secara eksplisit menargetkan segmen pasar premium. Layanan ini didesain untuk memaksimalkan pengalaman mendengarkan melalui perangkat audio kelas atas. Oleh karena itu, Tidal adalah pilihan utama bagi pecinta audio profesional dan pengguna headphone atau speaker premium yang dapat sepenuhnya merasakan perbedaan detail dalam resolusi tinggi.

5. Amazon Music Unlimited — Ultra HD dan Integrasi Smart Home

Foto: Amazon Music

Amazon Music Unlimited (AMU) mungkin kurang menonjol di pasar Asia, tetapi di pasar global, ia adalah pesaing yang tangguh. AMU menawarkan kualitas audio yang setara dengan layanan streaming musik Apple Music, dengan dukungan Ultra HD dan 3D Audio, serta koleksi lebih dari 100 juta lagu. 

Keunggulan unik AMU adalah integrasi mulus dengan ekosistem Alexa. Bagi pengguna yang memiliki perangkat smart home Amazon Echo, AMU menawarkan pengalaman kontrol suara yang sangat lancar dan intuitif. Kualitas Ultra HD AMU setara dengan Lossless Audio di Apple Music, menjadikannya alternatif stabil dan berkualitas tinggi. Layanan ini sangat ideal bagi pengguna smart home Amazon dan mereka yang mencari kualitas audio mumpuni di luar ekosistem dominan lainnya.

Kemenangan Berada di Tangan Pengguna

Tahun 2025 membuktikan bahwa persaingan layanan music streaming telah bergeser dari sekadar harga dan katalog menjadi pertarungan antara Personalisasi Pintar (AI) dan Kualitas Audio Absolut. Spotify memenangkan personalisasi, Apple Music memenangkan kejernihan lossless bagi pengguna smartphone dominan, sementara Tidal memenangkan audiophile sejati. Keputusan layanan terbaik kini sepenuhnya ada di tangan pengguna, tergantung pada prioritas mereka: apakah mereka mencari kemudahan discoverability, kualitas studio, atau sinergi konten visual.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

  •  

Waspada! Smartphone di Usia 12 Tahun Picu Depresi, Obesitas, dan Gangguan Tidur

Foto: BenWagenaar

Teknologi.id – Keputusan krusial orang tua mengenai kapan waktu yang tepat untuk memberikan smartphone kepada anak kini dihadapkan pada bukti ilmiah yang semakin mengkhawatirkan. Sebuah studi besar terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Pediatrics di Amerika Serikat menemukan adanya asosiasi yang kuat antara kepemilikan smartphone pada usia 12 tahun dengan peningkatan signifikan risiko depresi, obesitas, dan pola tidur yang terganggu pada anak remaja.

Riset yang melibatkan lebih dari 10.500 anak ini menjadi alarm keras bagi orang tua dan pembuat kebijakan, menegaskan bahwa smartphone tidak lagi bisa dipandang hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai faktor penting yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental remaja di awal masa perkembangan mereka.

Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu! 5 Aplikasi Parental Control untuk Pantau Aktivitas Online Anak

Data yang Memicu Kekhawatiran dari Studi Pediatrics

Studi ini dirancang secara observasional, membandingkan kondisi kesehatan peserta yang telah memiliki smartphone dengan mereka yang belum memilikinya pada usia 12 tahun. Data statistik yang diperoleh tim peneliti menunjukkan perbedaan yang substansial antara kedua kelompok tersebut, mengungkap jurang kesehatan yang semakin lebar di era digital.

1. Risiko Depresi Meningkat:

Penelitian menemukan korelasi jelas terkait kesehatan mental. Sebanyak 6,5% dari anak usia 12 tahun yang sudah memiliki smartphone telah didiagnosis menderita depresi. Angka ini secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hanya 4,5% dari kelompok anak yang tidak memiliki ponsel. Selisih persentase ini menyoroti perlunya kewaspadaan terhadap dampak perangkat genggam terhadap kondisi psikologis remaja. 

2. Asosiasi dengan Obesitas Lebih Tinggi:

Tingkat obesitas juga menunjukkan peningkatan yang patut dicermati. Sebanyak 18% pengguna smartphone dilaporkan mengalami obesitas, sementara pada kelompok tanpa ponsel, angkanya relatif lebih rendah, yakni 12%. Asosiasi ini mengindikasikan bahwa gaya hidup sedentary (kurang gerak) yang sering dikaitkan dengan penggunaan perangkat bergerak berkorelasi erat dengan masalah berat badan. 

3. Gangguan Kualitas Tidur yang Parah:

Dampak yang paling mencolok terlihat pada pola tidur. Sebanyak 47% anak yang memiliki ponsel melaporkan tidur kurang dari sembilan jam per malam. Durasi ini dianggap kurang dari waktu tidur minimal yang direkomendasikan untuk remaja seusia mereka. Angka ini melonjak tajam dibandingkan kelompok tanpa smartphone, di mana hanya 31% yang mengalami kurang tidur. Gangguan tidur ini sering dikaitkan dengan paparan cahaya layar di malam hari yang mengganggu produksi melatonin. 

Baca juga: Ini Tips dan Trik Membatasi Anak Bermain Gadget Tanpa Perlu Marah ke Anak!

Foto: Getty Image

Dampak Seiring Bertambahnya Usia

Studi ini tidak berhenti di usia 12 tahun. Ketika peneliti meninjau anak-anak yang baru mendapatkan smartphone saat mereka memasuki usia 13 tahun, kelompok ini juga mulai menunjukkan peningkatan dalam masalah kesehatan dan kualitas tidur. Meskipun begitu, perubahan pada risiko obesitas di kelompok yang baru mendapat smartphone pada usia 13 tahun ini tidak dilaporkan signifikan seperti perubahan pada risiko kesehatan mental dan tidur.

Ran Barzilay, seorang Psikiater Anak dan Remaja di Children's Hospital of Philadelphia, yang terlibat dalam penelitian ini, menekankan pentingnya peran smartphone sebagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam kesehatan remaja.

“Temuan kami menunjukkan kita perlu memandang smartphone sebagai faktor penting dalam kesehatan remaja, sehingga keputusan memberi anak ponsel harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya pada hidup dan kesehatan mereka,” ujar Barzilay, sebagaimana dikutip dari ScienceAlert.

Menjaga Keseimbangan dan Aktivitas Fisik

Para ilmuwan yang terlibat dalam studi ini juga mengakui bahwa smartphone tidak selamanya berdampak buruk. Mereka mencatat bahwa beberapa penelitian menunjukkan smartphone memiliki manfaat, seperti membantu anak memperluas koneksi sosial, mendukung pembelajaran, hingga menjadi sarana komunikasi penting bagi keluarga.

Namun, pesan kunci dari studi ini adalah pentingnya keseimbangan. Ran Barzilay menyoroti pentingnya aktivitas fisik sebagai perlindungan kesehatan.

"Penting bagi anak muda untuk memiliki waktu jauh dari ponsel agar bisa melakukan aktivitas fisik, yang dapat melindungi dari obesitas dan meningkatkan kesehatan mental dalam jangka panjang," tegas Barzilay.

Penelitian ini bersifat observasional, yang artinya ia menemukan asosiasi yang kuat antar variabel tetapi tidak secara definitif menentukan hubungan sebab-akibat. Meskipun demikian, asosiasi yang ditemukan dinilai cukup kuat untuk ditelaah lebih lanjut dan menjadi dasar peringatan bagi orang tua.

Sebagai langkah lanjutan, para peneliti berencana memperluas riset dengan melihat variabel-variabel penggunaan smartphone yang lebih spesifik, termasuk durasi total penggunaan smartphone, jenis aplikasi yang paling sering digunakan, serta dampak jangka panjang selama masa remaja. Studi ini berfungsi sebagai pengingat krusial bahwa di era perangkat digital, kesehatan anak remaja semakin erat kaitannya dengan keputusan penggunaan teknologi yang bijak dan terstruktur.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Bosan Tulisan WA Biasa? Ubah Gaya & Warna Pesanmu Jadi Super Unik!

Foto: Gemini

Teknologi.id – Dalam lanskap komunikasi digital yang semakin menuntut personalisasi, aplikasi pesan instan WhatsApp (WA) sering dianggap kaku karena keterbatasan opsi format teksnya. Secara default, pengguna hanya dapat memanfaatkan format dasar seperti tebal (*teks*), miring (_teks_), ~coret~ (~teks~), dan monospace (teks). Keterbatasan ini mendorong munculnya permintaan tinggi akan solusi kreatif untuk membuat pesan lebih menarik dan berbeda, khususnya dengan mengubah gaya huruf secara drastis atau bahkan menampilkan ilusi warna.

Solusi atas tantangan ini telah ditemukan melalui pemanfaatan website font generator atau alat pihak ketiga online. Metode ini telah menjadi trik populer yang memungkinkan pengguna melampaui batas default aplikasi, mengubah teks biasa menjadi karakter Unicode unik yang kemudian dapat disalin dan ditempelkan ke dalam ruang chat WhatsApp.

Baca juga: Meta Tendang ChatGPT & Copilot dari WhatsApp, Pengguna Hanya Bisa Pakai Meta AI

Peran Kunci Karakter Unicode dalam Kustomisasi

Fenomena kustomisasi tulisan di WhatsApp ini bertumpu pada standar Unicode. Unicode adalah standar pengkodean karakter internasional yang memberikan nomor unik untuk setiap karakter, terlepas dari platform, program, atau bahasa. Ketika sebuah font generator menghasilkan teks "unik," sebenarnya ia mengubah huruf alfabet standar (misalnya, A, B, C) menjadi simbol atau glyph Unicode alternatif yang, secara visual, terlihat seperti gaya font yang berbeda (misalnya, 𝓐, 𝕭, Ⓒ).

Kelebihan utama metode ini adalah universalitasnya. Karena menggunakan karakter Unicode yang sudah diakui dan didukung oleh hampir semua sistem operasi modern (Android dan iOS), teks yang diubah tersebut akan terlihat sama di perangkat pengirim maupun penerima, menjadikannya solusi efektif tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan yang berisiko.

Foto: Gemini

Panduan Tiga Langkah Menggunakan Font Generator

Untuk membuat tulisan Anda menjadi unik (termasuk huruf tebal dekoratif, gaya tulisan tangan, atau ilusi teks berwarna), prosesnya hanya membutuhkan tiga langkah sederhana menggunakan alat font generator daring.

1. Masukkan dan Modifikasi Teks (The Input Phase)

Proses ini dimulai dengan mengunjungi salah satu website font generator populer yang tersedia di internet (misalnya, Lingojam, Gypu, atau Coolsymbol). Website-website ini biasanya menyediakan antarmuka sederhana:

  • Akses Situs: Buka website font generator pilihan Anda melalui browser ponsel atau desktop.
  • Ketik Teks: Masukkan teks atau pesan yang ingin Anda kirimkan ke kolom input yang tersedia di halaman situs.
  • Pilih Gaya: Setelah Anda mengetik, alat tersebut secara otomatis akan memproses teks menjadi ratusan variasi gaya huruf unik. Gulir ke bawah dan pilih format tulisan yang paling menarik dan sesuai dengan tujuan Anda. Beberapa generator bahkan menawarkan fitur untuk menggabungkan teks dengan simbol-simbol dekoratif (aesthetic).

2. Salin Teks Unik (The Copy Phase)

Setelah menemukan gaya font yang diinginkan, Anda hanya perlu menyalin hasilnya: 

Salin Hasil: Tekan atau klik tombol Salin (Copy) yang tersedia di sebelah teks yang dimodifikasi, atau blok teks tersebut secara manual dan gunakan fungsi salin pada perangkat Anda.

Keakuratan Unicode: Pastikan seluruh teks telah tersalin dengan benar, termasuk simbol-simbol Unicode dekoratif yang mungkin menyertai huruf tersebut.

3. Tempel dan Kirim di WhatsApp (The Output Phase)

Langkah terakhir adalah membawa hasil modifikasi dari browser kembali ke aplikasi WhatsApp: Buka WhatsApp:

  • Buka aplikasi WhatsApp dan pilih ruang chat (individu atau grup) tempat Anda ingin mengirim pesan. 
  • Tempel Teks: Tempelkan (paste) tulisan unik yang sudah Anda salin tadi ke kolom pengetikan pesan.
  • Kirim: Setelah memastikan tampilan tulisan sesuai, kirimkan pesan tersebut. Pesan akan terlihat oleh penerima dalam format unik yang Anda pilih, tanpa perlu melakukan setting atau instalasi font khusus.

Baca juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Baru Mirip Instagram Notes, Begini Cara Kerjanya

Dampak dan Kewaspadaan Penggunaan Pihak Ketiga

Popularitas penggunaan font generator ini menunjukkan tren peningkatan personalisasi dalam komunikasi sehari-hari. Pesan yang dihiasi font unik cenderung lebih menarik perhatian, terutama dalam grup chat yang ramai, dan memungkinkan pengguna menyampaikan nada emosi atau vibe tertentu yang tidak bisa diwakili oleh teks standar.

Namun, penting bagi pengguna untuk berhati-hati saat menggunakan alat pihak ketiga. Walaupun website font generator umumnya aman (karena hanya memproses teks dan tidak meminta akses data pribadi), pengguna harus menghindari pengunduhan aplikasi font changer yang meminta izin berlebihan ke sistem ponsel. Aplikasi semacam itu berpotensi melanggar kebijakan privasi dan keamanan data pengguna.

Selain itu, pertimbangkan juga faktor kompatibilitas minor. Meskipun sebagian besar font Unicode didukung, ada kemungkinan kecil font yang sangat dekoratif atau baru tidak terbaca dengan baik pada perangkat yang sudah ketinggalan zaman. Dalam kasus ini, font yang tidak didukung dapat muncul sebagai kotak-kotak kosong atau tanda tanya, yang justru mengurangi keindahan pesan.

Kesimpulannya, dengan memanfaatkan kecanggihan Unicode dan kemudahan akses website font generator yang tersedia, pengguna WhatsApp kini memiliki kendali penuh untuk menyuntikkan kreativitas dan gaya unik ke dalam setiap percakapan mereka, menjadikan chatting bukan hanya tentang informasi, tetapi juga tentang seni berekspresi.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Apa Arti Sebenarnya dari Istilah "Yapping" yang Kembali Viral Ini?

Foto: Gemini 

Teknologi.id – Dalam lautan kosakata dan tren yang bergerak cepat di media sosial, satu istilah kuno kini bangkit kembali dan merebut perhatian generasi digital: "Yapping." Kata yang awalnya merujuk pada suara gonggongan anjing ini, kini menjadi slang populer, terutama di TikTok dan X (sebelumnya Twitter), digunakan untuk mendeskripsikan perilaku berbicara secara berlebihan, mengoceh, atau berceloteh panjang lebar tanpa henti.

Fenomena yapping tidak hanya sekadar tren linguistik yang tiba-tiba muncul; ia adalah cerminan menarik tentang bagaimana platform digital berfungsi sebagai inkubator budaya dan bahasa, menghidupkan kembali kata-kata lawas dan memberinya makna kontekstual yang baru. Kebangkitan kata ini menyoroti pergeseran semantik dan dinamika sosial dalam komunikasi online.

Asal Usul Slang yang Melampaui Abad

Meskipun bagi banyak pengguna muda istilah "yapping" terasa baru, akar kata "yap" telah tertanam jauh dalam sejarah bahasa Inggris. Menurut catatan Oxford English Dictionary, kata benda 'yap' pertama kali muncul pada tahun 1600-an untuk mendeskripsikan suara yang dikeluarkan oleh anjing kecil, yakni gonggongan yang melengking atau bising.

Seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran semantik yang menarik. Pada tahun 1800-an, 'yap' bertransformasi menjadi kata kerja yang mulai diterapkan untuk menggambarkan celotehan atau omongan manusia yang bertele-tele. Sylvia Sierra, seorang profesor linguistik di Syracuse University, menjelaskan bahwa pergeseran makna ini menunjukkan adaptasi bahasa terhadap perilaku manusia. Kata ini bahkan sempat digunakan oleh para rapper ikonik seperti Jay-Z dan Nas dalam lagu-lagu mereka pada era 1990-an, menandakan bahwa "yap" telah lama menjadi bagian dari bahasa informal Amerika.

"Menurut saya, karena TikTok adalah platform yang sebagian besar isinya adalah orang berbicara, 'yapping' menjadi kata kerja yang pas dan sudah tersedia untuk diterapkan pada perilaku berbahasa di platform ini," ujar Sierra, menyoroti kecocokan istilah tersebut dengan konten yang didominasi oleh monolog dan curhatan panjang.

Baca juga: Mengapa Mimpi Kehilangan Topi Berakibat Buruk?

Foto: Gemini 

Makna Ganda di Era Digital

Popularitas istilah "yapping" meroket tajam pada pertengahan tahun 2023. Penggunaannya di media sosial memiliki dua sisi makna yang kontras:

1. Konotasi Negatif: Meremehkan Omongan Berlebihan

Penggunaan paling umum dari yapping adalah untuk mengolok-olok atau meremehkan seseorang yang dianggap terlalu banyak bicara, omongannya tidak jelas, atau omong kosong. Frasa yang sering viral adalah "What is bro yapping about?" (Orang ini lagi ngoceh apa sih?). Frasa ini biasanya dilontarkan di kolom komentar video yang dianggap terlalu panjang, filler (penuh kata-kata tidak penting), atau gagal menyampaikan poin utama. 

Misalnya, di bawah video TikTok yang panjang, kita sering menemukan komentar sarkastik seperti, "ibuku sudah yapping selama 16 tahun," atau "guruku yapping 6 jam setiap hari," menunjukkan bahwa pengguna mengasosiasikan yapping dengan omelan atau kuliah yang membosankan dan tak berujung.

2. Konotasi Positif: Merayakan Curhatan dan Berbicara

Menariknya, istilah ini juga telah diadopsi dan dirayakan sebagai julukan yang memberdayakan diri. Banyak pengguna, terutama perempuan, yang kini mengidentifikasi diri sebagai "yapper girl" (cewek yang suka ngoceh) dan menyebut video curhatan atau monolog panjang mereka sebagai "sesi yapping." Mereka mengubah istilah yang berpotensi merendahkan menjadi bentuk apresiasi diri terhadap kemampuan atau kegemaran mereka berbicara. 

Fenomena ini mengingatkan pada bukti linguistik bahwa "yap" di masa lalu terkadang secara spesifik menyasar celotehan perempuan untuk merendahkan mereka. Namun, pengguna media sosial saat ini, dengan kesadaran akan sejarah istilah tersebut, justru merayakan aspek positifnya. Ini tercermin dalam komentar-komentar romantis di X, seperti, "Salah satu hobi favoritku hanyalah mendengarkan pacarku yapping," menunjukkan bahwa yapping kini dapat berarti pembicaraan intim, jujur, dan berharga di mata orang terdekat.

Baca juga: Jensen Huang: Ibu Ajari Saya Bahasa Inggris Meski Tak Bisa Bahasa Itu

Masa Depan Bahasa di Tangan Digital

Noël Wolf, seorang ahli bahasa dan budaya dari platform belajar bahasa Babbel, berpendapat bahwa kebangkitan kembali kata-kata lama seperti yapping adalah hal yang tak terhindarkan di era digital.

"Platform-platform ini adalah tempat berkembang biaknya inovasi bahasa, di mana influencer maupun pengguna biasa sama-sama memperkenalkan dan mempopulerkan ekspresi baru atau menghidupkan kembali yang lama," jelas Wolf. Menurutnya, budaya anak muda memainkan peran vital dalam memengaruhi tren bahasa online, membentuk slang yang mencerminkan pengalaman budaya unik mereka.

Yapping kini menjadi bukti nyata bahwa bahasa adalah entitas yang hidup dan terus berevolusi, merespons kebutuhan komunikasi dari generasi ke generasi. Istilah ini bukan sekadar kata konyol yang viral, tetapi sebuah penanda tentang bagaimana komunikasi digital, meme, dan tren online kini menjadi kekuatan utama yang membentuk leksikon kita. Seiring perkembangan teknologi dan interaksi virtual yang semakin dominan, para ahli bahasa memperkirakan bahwa kita akan melihat lebih banyak lagi kata-kata dan frasa dari masa lalu yang "di-meme-kan" dan dilahirkan kembali dengan makna yang sama sekali baru di ruang siber.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Tolak Serahkan Hadiah GPU RTX 5060, Anak Magang Pilih Tinggalkan Perusahaan

Foto: Gemini

Teknologi.id – Sebuah kisah perselisihan yang melibatkan aset teknologi dan etika perusahaan baru-baru ini menjadi viral di media sosial Tiongkok. Kasus ini berpusat pada seorang karyawan magang muda di sebuah perusahaan teknologi di Shanghai yang dipaksa untuk menyerahkan hadiah yang ia menangkan—yaitu kartu grafis (GPU) Nvidia GeForce RTX 5060—kepada manajemen perusahaan. Alih-alih tunduk pada tekanan, anak magang tersebut mengambil keputusan yang mengejutkan: ia memilih mengundurkan diri (resign) dari pekerjaannya demi mempertahankan hak atas hadiah pribadinya tersebut.

Insiden ini telah memicu perdebatan sengit mengenai batas antara aset perusahaan dan keberuntungan individu, menyoroti praktik-praktik manajemen yang dianggap serakah dan merugikan karyawan di tingkat bawah.

Foto: Lampost

Hadiah Durian Runtuh dari Perjalanan Dinas

Peristiwa ini bermula pada 14 November lalu. Karyawan magang yang identitasnya tidak disebutkan tersebut ditugaskan oleh perusahaannya untuk melakukan perjalanan dinas ke luar kota guna menghadiri acara tahunan Nvidia Roadshow. Karena ini merupakan perjalanan dinas, seluruh biaya akomodasi dan transportasi ditanggung penuh oleh perusahaan.

Di tengah acara tersebut, seperti layaknya acara promosi teknologi besar, diadakan sesi undian atau giveaway. Karyawan magang tersebut, yang mungkin hanya mencoba peruntungannya, berpartisipasi dalam undian tersebut. Dewi fortuna ternyata berpihak kepadanya; ia berhasil memenangkan hadiah utama, yaitu satu unit GPU Nvidia GeForce RTX 5060.

Bagi seorang anak magang, hadiah berupa komponen hardware premium ini adalah "durian runtuh." Di pasaran, GPU RTX 5060 memiliki nilai yang cukup tinggi, diperkirakan mencapai sekitar 3.000 yuan atau setara dengan Rp6,7 juta. Nilai ini tentu signifikan, jauh melebihi potensi gaji bulanan seorang karyawan magang.

Baca juga: Nvidia Rilis RTX 5090D V2 Khusus China, Spesifikasi Dipangkas Demi Patuh Regulasi AS

Tuntutan Aneh dari Manajemen Perusahaan

Sayangnya, euforia kemenangan itu hanya bertahan singkat. Begitu kembali ke kantor, kabar mengenai hadiah yang dimenangkan oleh anak magang tersebut telah "dicium" oleh manajemen dan departemen keuangan.

Alih-alih memberikan selamat, pihak perusahaan, termasuk tim Human Resources (HR) dan petinggi, mulai menekan sang karyawan magang. Mereka menuntut agar kartu grafis Nvidia RTX 5060 itu diserahkan kepada perusahaan.

Argumen yang dilontarkan oleh manajemen perusahaan cukup kontroversial. Mereka mengklaim bahwa hadiah tersebut secara hukum adalah "aset perusahaan." Dasar klaim mereka adalah: tanpa tiket perjalanan dinas yang dibiayai oleh perusahaan, karyawan tersebut tidak akan pernah bisa menghadiri acara Nvidia Roadshow dan, akibatnya, tidak akan pernah memenangkan undian. Oleh karena itu, hadiah tersebut dianggap sebagai hasil dari investasi dan fasilitas yang diberikan perusahaan.

Anak magang tersebut, yang merasa tuntutan itu tidak masuk akal, menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Ia berargumen bahwa memenangkan undian adalah hasil dari keberuntungan pribadinya semata, bukan bagian dari tugas pekerjaan yang telah ditentukan atau produk dari kinerja yang ia berikan selama di perusahaan.

Ultimatum dan Keputusan Tegas untuk Mundur

Situasi dengan cepat memanas dan menjadi tegang. Petinggi perusahaan turun tangan, mencecar si anak magang dengan tekanan psikologis. Puncaknya, staf HR mengeluarkan ultimatum keras: jika anak magang tetap menolak menyerahkan kartu grafis tersebut, ia dipersilakan untuk "mencari perusahaan lain," secara efektif mengancam status magangnya. 

Di bawah tekanan yang tidak etis tersebut, si karyawan magang tidak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan. Malam itu juga, ia mengajukan surat pengunduran diri. Ia memilih kehilangan status magangnya, yang mungkin hanya memberikan upah minimum, daripada harus melepaskan hak pribadinya atas barang senilai jutaan rupiah. Ia meninggalkan perusahaan dengan membawa serta Nvidia GeForce RTX 5060 miliknya.

Warganet Membela dan Opini Hukum Menguatkan

Kisah ini dengan cepat menyebar dan menjadi trending topic di media sosial Tiongkok. Reaksi warganet hampir serentak: mayoritas berdiri di belakang anak magang tersebut. Mereka mengecam perusahaan tersebut sebagai entitas yang "serakah" dan "konyol" karena meributkan barang seharga 3.000 yuan dari seorang karyawan level magang.

Salah satu komentar sarkas yang paling banyak mendapat dukungan merangkum keanehan logika perusahaan: "Jika karyawan itu justru kena denda 50.000 yuan karena melanggar lalu lintas saat perjalanan dinas, apakah perusahaan mau bertanggung jawab dan membayarkannya?"

Baca juga: Bos Nvidia ‘Manusia Rp 2.600 Triliun’ Semprot Karyawan yang Enggan Pakai AI

Secara hukum, posisi anak magang ini juga dinilai kuat. Seorang pengacara yang dimintai pendapatnya menegaskan bahwa hadiah yang didapat dari undian atau lotre melekat pada individu yang memenangkan, bukan pada entitas yang mungkin membiayai perjalanannya. Kecuali jika kontrak kerja secara spesifik mencantumkan klausul mengenai "hadiah undian" yang secara eksplisit harus diserahkan kepada perusahaan, manajemen tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk menyita barang tersebut.

Insiden ini menjadi pengingat pahit tentang pentingnya batasan etika dalam hubungan kerja. Keputusan berani si anak magang untuk melepaskan kesempatan kerja daripada menyerahkan hak pribadinya disambut sebagai kemenangan moral kecil melawan serakahnya korporasi.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Jaminan Netflix Usai Akuisisi $82,7 M: Film Warner Bros Tetap Tayang di Bioskop

Foto: Gemini

Teknologi.id – Netflix, raksasa streaming global, berada di ambang salah satu kesepakatan terbesar dalam sejarah media: akuisisi studio legendaris Warner Bros. dengan nilai yang dikabarkan mencapai $82,7 miliar. Di tengah kekhawatiran yang meluas di kalangan pemilik bioskop dan pelaku industri film tradisional, Co-CEO Netflix, Ted Sarandos, secara publik menegaskan komitmennya bahwa film-film Warner Bros. akan tetap memiliki jadwal rilis di bioskop meskipun kepemilikan telah berpindah tangan.

Pernyataan ini, yang disampaikan dalam konferensi dengan investor pada hari Jumat, mencoba meredakan ketegangan yang muncul sejak kabar akuisisi Netflix terhadap Warner Bros. Discovery (WBD) mencuat ke permukaan. Namun, jaminan Netflix datang dengan catatan penting: model perilisan tradisional—terutama exclusive theatrical window yang panjang—dinilai "sudah tidak lagi ramah bagi konsumen", mengisyaratkan bahwa perubahan besar dalam strategi distribusi film tidak dapat dielakkan.

Baca juga: Netflix Resmi Akuisisi Raksasa Streaming WarnerBros dengan Harga Rp 1.380 Triliun!

Komitmen Jangka Pendek dan Fleksibilitas Jangka Panjang

Sarandos menjelaskan bahwa komitmen Netflix untuk mempertahankan sistem Warner Bros. yang sudah berjalan adalah langkah awal yang strategis. Ini mencakup penghormatan terhadap siklus perilisan film yang dimulai dari penayangan di layar lebar. Ia menekankan bahwa Netflix sendiri bukanlah musuh bioskop; sepanjang tahun 2025 saja, Netflix telah merilis sekitar 30 film di bioskop.

Namun, yang membedakan Netflix dari studio tradisional adalah durasi penayangan. Film-film Netflix di bioskop biasanya memiliki window yang jauh lebih singkat sebelum berpindah ke platform streaming. Hal ini sejalan dengan pandangan Sarandos bahwa "jendela" penayangan harus berevolusi menjadi lebih fleksibel. Evolusi ini bertujuan agar penonton dapat menikmati film favorit mereka lebih cepat melalui platform pilihan, daripada harus menunggu berbulan-bulan setelah film turun layar dari bioskop.

"Kami tidak menentang penayangan film di layar lebar," ujar Sarandos. "Namun, kami percaya bahwa window eksklusif yang terlalu panjang adalah sistem yang ketinggalan zaman dan tidak efisien dalam melayani konsumen modern yang menuntut akses instan."

Foto: Sean O’Kane

Model Bisnis Netflix yang Kontroversial

Netflix selama ini dikenal dengan model bisnisnya yang mengutamakan perilisan langsung di layanan streaming. Penayangan di bioskop, seperti yang terjadi pada film-film kandidat penghargaan seperti Jay Kelly, Frankenstein karya Guillermo del Toro, atau A House of Dynamite garapan Kathryn Bigelow, seringkali hanya bersifat terbatas dan bertujuan untuk memenuhi persyaratan festival atau ajang penghargaan (seperti Oscar). Bahkan, Netflix juga mengoperasikan dan memiliki beberapa bioskop bersejarah, termasuk Paris Theater di New York dan Egyptian Theatre di Los Angeles, yang secara teknis mendukung klaim mereka tentang dukungan terhadap layar lebar, meskipun skalanya kecil.

Tahun depan, ambisi Netflix di bioskop akan semakin jelas dengan rencana merilis film besar seperti Narnia: The Magician's Nephew karya Greta Gerwig di jaringan IMAX. Aksi ini menunjukkan bahwa Netflix mengakui nilai pengalaman sinematik yang premium, namun tetap memegang kendali penuh atas durasi dan waktu transisi ke streaming.

Reaksi Keras dari Industri Bioskop

Meskipun Netflix menjanjikan akan menghormati kesepakatan teater Warner Bros., reaksi dari para pelaku industri bioskop sangat skeptis dan cenderung negatif.

Kelompok pameran film terbesar di AS, Cinema United, segera menyatakan kekhawatiran besar. Mereka menilai akuisisi ini dapat menjadi ancaman eksistensial bagi masa depan bisnis bioskop, baik jaringan besar maupun teater independen yang sangat bergantung pada jadwal rilis studio besar. Cinema United berpendapat bahwa model bisnis utama Netflix tidak secara inheren mendukung keberlangsungan penayangan teater karena fokus utamanya adalah memindahkan konten secepat mungkin ke layanan langganan. Mereka bahkan mendesak regulator untuk mengkaji dampak akuisisi ini secara serius, mempertimbangkan potensi monopoli konten yang dapat menekan nilai pengalaman layar lebar.

Kekhawatiran para pemilik bioskop ini semakin diperkuat oleh pernyataan Sarandos tahun lalu, yang sempat menyebut bahwa sebagian besar masyarakat tidak memiliki akses mudah menuju bioskop. Komentar tersebut dinilai oleh banyak pihak sebagai bentuk meremehkan nilai pengalaman menonton kolektif di layar lebar, yang merupakan inti dari budaya bioskop.

Baca juga: Kalender Bioskop 2026: Dominasi Sekuel, Live-Action, dan Comeback Ikonik!

Masa Depan yang Tak Terhindarkan

Dengan kekayaan intelektual (IP) yang masif dari Warner Bros, seperti semesta DC, Harry Potter, dan Lord of the Rings, di tangan Netflix, masa depan distribusi film berada di persimpangan jalan. Warner Bros. selama ini merupakan salah satu studio yang paling berkomitmen pada jadwal theatrical window tradisional. Jika Netflix benar-benar menerapkan model perilisan yang lebih fleksibel, studio-studio besar lainnya kemungkinan akan tertekan untuk mengikuti, mempercepat transisi film dari bioskop ke streaming.

Yang pasti, akuisisi senilai $82,7 miliar ini akan mengubah lanskap media selamanya. Komitmen Netflix saat ini mungkin menenangkan pasar dalam jangka pendek, tetapi isyarat kuat tentang perlunya "evolusi" dalam window penayangan menunjukkan bahwa perubahan mendasar dalam cara kita mengonsumsi film akan segera tiba. Industri bioskop harus bersiap untuk beradaptasi dengan era baru, di mana batas antara layar lebar dan layanan streaming menjadi semakin kabur.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Gebrakan TikTok: ByteDance Gandeng ZTE, Lahirkan Smartphone AI yang Ludes Instan

Foto: Times Bull

Teknologi.id – Raksasa teknologi yang berbasis di Tiongkok dan pemilik platform global TikTok, ByteDance, telah mengguncang pasar smartphone dengan perilisan perangkat AI pertamanya. Berkolaborasi dengan ZTE, ByteDance meluncurkan sebuah prototipe teknik bernama ZTE Nubia M153 yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) secara mendalam, dan hasilnya sungguh fenomenal: ponsel tersebut dilaporkan habis terjual dalam waktu singkat pada hari pertama peluncurannya di Tiongkok.

Peristiwa ini menandai sebuah momen penting di industri teknologi konsumen, menunjukkan pergeseran paradigma yang jelas, di mana nilai jual utama sebuah smartphone tidak lagi terletak pada kekuatan hardware atau desain fisik, melainkan pada kecanggihan dan kemampuan software AI yang tertanam di dalamnya. Keberhasilan kolaborasi antara perusahaan software besar dan produsen hardware ini menjadi bukti terbaru keunggulan Tiongkok dalam memadukan kemampuan AI generatif dengan perangkat genggam.

Antusiasme Konsumen dan Lonjakan Harga Sekunder ZTE Nubia M153, meskipun diposisikan sebagai prototipe teknik dengan ketersediaan terbatas dan hanya tersedia melalui pemesanan online, mendapatkan sambutan yang sangat hangat. Ponsel ini dengan cepat habis terjual pada Senin (1/12) malam, segera setelah diluncurkan. Antusiasme ini didorong oleh keinginan konsumen untuk mencoba perangkat yang diklaim dapat mengubah fundamental cara mereka menggunakan ponsel.

Prototipe ini dibanderol dengan harga yang relatif premium untuk sebuah prototipe, yakni 3.499 yuan (sekitar Rp8,2 juta). Namun, kelangkaan pasokan segera memicu gejolak harga di pasar sekunder. Di Xianyu, pasar loak online milik Alibaba Group Holding, ponsel tersebut dijual kembali dengan harga mencapai 4.999 yuan, melonjak tajam hingga 43 persen di atas harga aslinya. Lonjakan harga yang signifikan ini bukan sekadar cerminan kelangkaan, tetapi juga indikasi kuat bahwa pasar bersedia membayar mahal untuk inovasi AI yang terintegrasi penuh.

ByteDance dan ZTE tidak merilis detail jumlah unit yang tersedia untuk dibeli, namun respons pasar memaksa layanan pelanggan untuk meminta pembeli mengajukan permintaan jumlah ponsel yang ingin dibeli, menyiratkan bahwa produksi selanjutnya akan disesuaikan secara dinamis berdasarkan permintaan pasar yang melonjak.

Baca juga: TikTok Hadirkan Fitur Nearby Feed, Pengguna Kini Bisa Jelajahi Konten Lokal

Foto: SCMP

Doubao: Kekuatan AI di Tingkat Sistem Operasi

Kunci sukses utama dari Nubia M153 adalah Doubao, asisten mobile AI interaktif yang dikembangkan oleh ByteDance dan diintegrasikan langsung pada tingkat sistem operasi. Integrasi mendalam ini memungkinkan Doubao untuk melampaui kemampuan asisten suara tradisional, menjadikannya mitra digital yang benar-benar cerdas dan kontekstual.

Demonstrasi video menunjukkan kemampuan Doubao yang sangat canggih dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari:

  • Pemesanan dan Layanan Cerdas: Doubao dapat melakukan tugas praktis seperti memesan restoran atau layanan lain hanya melalui perintah suara, tanpa pengguna harus membuka dan menavigasi berbagai aplikasi secara manual.
  • Pengeditan Gambar Real-Time: Asisten ini mampu melakukan manipulasi visual, seperti menghapus pejalan kaki yang tidak diinginkan dari sebuah foto, sebuah fungsi yang biasanya memerlukan perangkat lunak pengeditan khusus.
  • Perbandingan Belanja Otomatis: Doubao dapat mengidentifikasi harga terendah untuk produk yang sama di berbagai aplikasi belanja yang berbeda, dan bahkan menginisiasi proses pembelian setelah mendapatkan persetujuan pengguna.
  • Pemahaman Visual: Doubao mampu menceritakan narasi atau konteks dari sebuah gambar yang dilihatnya, menunjukkan pemahaman konteks yang lebih mendalam dibandingkan pengenalan objek biasa.

Fungsionalitas ini menempatkan Doubao sebagai perwujudan nyata dari konsep AI companion di perangkat seluler, sebuah janji yang telah lama diusung oleh industri teknologi. 

Pergeseran Fokus: Software Mengalahkan Hardware

Kolaborasi ByteDance dan ZTE ini menandai momen penting dalam sejarah pemasaran smartphone. Untuk pertama kalinya, poin penjualan utama sebuah perangkat baru adalah perangkat lunaknya. ZTE, yang sebelumnya berbasis di Shenzhen, telah berjuang untuk mempertahankan relevansinya di pasar smartphone yang didominasi oleh merek-merek besar. Namun, kemitraannya dengan raksasa software seperti ByteDance telah memberikan angin segar, membuktikan bahwa inovasi AI dapat menjadi katalis kebangkitan kembali.

Fenomena ini menunjukkan bahwa konsumen mulai memprioritaskan pengalaman pengguna yang didukung AI revolusioner dibandingkan peningkatan spesifikasi kamera atau kecepatan chip yang inkremental. Pasar kini berfokus pada seberapa cerdas dan efisien ponsel dapat membantu kehidupan penggunanya.

Baca juga: ByteDance Rilis Seedream 4.0: AI Multimodal Open-Source Penantang Google Nano Banana

Tantangan ke Depan Bagi ByteDance

Meskipun sukses di hari pertama, analis industri menyoroti tantangan besar yang dihadapi ByteDance. Morgan Stanley, dalam laporannya, menyebutkan prospek asisten AI ByteDance "terlihat menantang."

Alasannya terletak pada integrasi AI di tingkat sistem operasi yang justru dapat "melemahkan daya tawar produsen perangkat asli (OEM) dalam rantai pasokan." Perusahaan smartphone besar dengan kemampuan teknologi kuat, seperti Apple (dengan Apple Intelligence), Huawei, dan Xiaomi, cenderung akan mengembangkan asisten AI mereka sendiri secara mandiri daripada bermitra dengan entitas luar.

Manajer Riset IDC China, Guo Tianxiang, juga sepakat, memprediksi bahwa ByteDance akan kesulitan membentuk kolaborasi mendalam dengan produsen smartphone besar. Dengan demikian, ByteDance mungkin akan terbatas hanya mendukung produsen yang lebih kecil, seperti ZTE Nubia, yang secara tradisional belum pernah masuk ke dalam lima besar pasar lokal.

Namun demikian, debut ZTE Nubia M153 yang laku keras telah menunjukkan kepada dunia bahwa ByteDance adalah pemain serius dalam perlombaan AI mobile. Ini adalah upaya terbarunya untuk menavigasi pasar smartphone, dan meski tantangan dengan OEM (Original Equipment Manufacturer) besar masih menghadang, pasar telah memberikan suara mereka: masa depan smartphone adalah Kecerdasan Buatan.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Kejutan Rockstar! RDR Mobile Resmi Rilis Eksklusif di Katalog Netflix Games

Foto: Netflix

Teknologi.id – Kabar gembira datang bagi komunitas gamer global, khususnya para penggemar game klasik. Rockstar Games, pengembang di balik waralaba legendaris Grand Theft Auto (GTA) dan Red Dead Redemption, secara resmi membawa petualangan wild west ikonik Red Dead Redemption (RDR) ke perangkat seluler. Mulai 2 Desember 2025, game yang awalnya dirilis pada tahun 2010 ini dapat dimainkan di smartphone dan tablet berbasis Android dan iOS.

Namun, ada satu detail penting yang membuat perilisan ini unik: Red Dead Redemption tidak dijual terpisah di App Store atau Play Store. Game epik ini hadir sebagai bagian dari katalog Netflix Games, yang berarti untuk memainkannya, gamer harus memiliki akun berlangganan layanan streaming film tersebut.

Langkah strategis Rockstar bekerja sama dengan Netflix Games ini menunjukkan perubahan besar dalam model distribusi game premium. Dengan memanfaatkan basis pelanggan global Netflix yang masif, Red Dead Redemption dapat menjangkau lebih banyak pemain dari sebelumnya, menawarkan petualangan John Marston ke mana pun mereka pergi.

Petualangan Penuh Darah John Marston di Layar Genggam

Red Dead Redemption versi mobile ini bukan sekadar adaptasi, melainkan porting lengkap yang membawa seluruh kisah orisinal ke perangkat genggam. Gamer akan kembali mengikuti perjalanan sang protagonis, John Marston, seorang mantan penjahat yang dipaksa bekerja sama dengan agen pemerintah untuk mengubur masa lalu kelamnya dengan memburu anggota gengnya yang tersisa.

Kisah game ini dikenal karena kedalaman emosional, narasi yang kuat tentang penebusan, dan latar belakang Amerika di awal abad ke-20. Gamer akan melewati padang rumput yang luas, kota-kota yang kacau, hingga perbatasan Meksiko, semuanya dapat diakses melalui sentuhan jari.

Rockstar memastikan bahwa pengalaman bermain di perangkat seluler akan tetap imersif, meskipun detail mengenai penyesuaian kontrol layar sentuh belum diungkap secara rinci. Biasanya, porting game besar ke mobile menyertakan kontrol yang dapat disesuaikan atau dukungan penuh untuk controller eksternal.

Mode Undead Nightmare Turut Hadir

Selain mode cerita utama yang berfokus pada misi penebusan Marston, paket perilisan Red Dead Redemption di Netflix Games juga mencakup ekspansi populer yang sangat digemari penggemar, yaitu Undead Nightmare.

Mode Undead Nightmare menawarkan keseruan yang berbeda dari game aslinya. Alih-alih berburu penjahat, pemain akan kembali memerankan John Marston dalam upaya bertahan hidup di tengah invasi zombie yang melanda perbatasan Amerika. Premis yang disajikan dalam mode ini cukup pedih, di mana Marston harus menyaksikan keluarganya diserang dan terinfeksi mayat hidup, memaksanya untuk mencari obat dan menghadapi kekacauan supernatural.

Ekspansi ini menambahkan elemen horor dan fantasi yang unik ke dalam setting western yang realistis, menjamin jam bermain tambahan yang berbeda dan menegangkan bagi para gamer seluler.

Foto: Netflix

Baca juga: Game Keluarga Kini Bisa Dinikmati di Netflix dan Amazon Luna 

Syarat dan Spesifikasi Teknis yang Perlu Diperhatikan

Karena Red Dead Redemption adalah game konsol yang dimuat ke platform seluler, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh para gamer di Indonesia maupun global:

  1. Wajib Berlangganan Netflix: Syarat paling utama adalah harus memiliki akun dan status berlangganan yang aktif di Netflix. Game ini, seperti game eksklusif Netflix lainnya, dapat diunduh tanpa biaya tambahan dari App Store atau Play Store, tetapi verifikasi dan akses hanya akan diberikan kepada pengguna Netflix. Ini adalah nilai tambah besar bagi pelanggan Netflix yang mendapatkan game AAA (Triple-A) tanpa iklan dan tanpa in-app purchases.
  2. Kebutuhan Penyimpanan Internal yang Besar: Gamer juga diimbau untuk menyiapkan ruang penyimpanan internal yang lapang. Ketika diunduh, ukuran total game ini mencapai sekitar 6,88 GB. Proses pengunduhan dibagi menjadi dua tahap:
  • Unduhan Awal Aplikasi: Sekitar 3,08 GB dari App Store atau Play Store.
  • Unduhan File Tambahan: Sekitar 3,8 GB file tambahan yang harus diunduh di dalam game sebelum dapat dimainkan.

Kebutuhan penyimpanan yang besar ini menandakan kualitas dan cakupan game yang dibawa oleh Rockstar ke perangkat seluler tidak dikompromikan.

Baca juga: Wajib Tahu! Ini Daftar Lengkap Game Baru yang Rilis di Bulan Desember 2025

Rockstar Games, melalui pernyataan di situs resminya, menyatakan bahwa debut Red Dead Redemption di perangkat iOS dan Android kompatibel ini akan memungkinkan lebih banyak pemain untuk menikmati game klasik ini dan mengikuti petualangan Marston ke mana pun mereka pergi.

Langkah ini juga sekaligus memperkuat posisi Netflix sebagai pemain serius dalam industri gaming, tidak hanya sebagai wadah untuk game independen, tetapi juga sebagai platform eksklusif untuk game berkaliber tinggi dari pengembang kelas dunia seperti Rockstar.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Gantikan Meta Ray-Ban? Alibaba Rilis Kacamata AI Quark dengan Baterai 24 jam!

Foto: Alibaba

Teknologi.id – Raksasa teknologi Tiongkok, Alibaba, secara resmi menegaskan posisinya dalam perang gadget konsumen generasi berikutnya dengan meluncurkan Quark AI Smart Glasses di China. Peluncuran ini menempatkan Alibaba di garis depan persaingan kacamata pintar 'berotak' kecerdasan buatan, sebuah pasar yang saat ini tengah didominasi oleh Meta dengan Ray-Ban dan diincar oleh pemain besar lainnya seperti Apple.

Inovasi utama yang segera menarik perhatian dari produk Alibaba ini adalah sistem baterainya yang unik: sistem baterai ganda yang dapat dilepas pasang (hot-swappable). Keunggulan ini diklaim mampu menyuplai daya hingga 24 jam penggunaan. Kapabilitas baterai yang mudah ditukar ini merupakan diferensiasi penting yang tidak dimiliki oleh produk-produk pesaing utamanya, menjawab salah satu kelemahan terbesar wearable AI: daya tahan baterai.

Mengutip The Verge, Alibaba mengumumkan bahwa kacamata Quark AI hadir dalam dua varian untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berbeda:

Quark S1: Model unggulan (flagship).

Quark G1: Model yang berfokus pada gaya hidup (lifestyle).

Kedua varian ini tersedia dalam berbagai pilihan warna dan jenis lensa, memberikan opsi penyesuaian yang luas bagi konsumen.

Detail Teknis dan Harga 

Varian S1 dan G1 memiliki perbedaan signifikan, terutama pada teknologi tampilan yang digunakan. Alibaba menjelaskan bahwa perbedaan utama terletak pada lensa, di mana model S1 unggulan menggunakan layar micro-OLED yang jernih. Penggunaan layar micro-OLED pada model flagship menunjukkan upaya Alibaba untuk menawarkan kualitas visual yang superior, sebuah elemen krusial bagi pengalaman pengguna kacamata pintar.

Meskipun berbeda dalam tampilan, kedua model dibekali dengan komponen inti yang canggih untuk mendukung fungsi AI, termasuk:

  • Mikrofon berbasis bone conduction: Teknologi ini memungkinkan komunikasi suara yang jernih tanpa memerlukan earphone yang menutupi telinga.
  • Kamera internal: Untuk mengambil foto, merekam video, dan mendukung fungsi pengenalan visual berbasis AI.
  • Sistem Baterai Ganda yang Dapat Ditukar (Hot-Swappable): Ini adalah fitur andalan yang menjanjikan ketahanan daya hingga 24 jam. 

Dalam hal harga, Alibaba memposisikan Quark AI Smart Glasses pada rentang yang kompetitif, terutama untuk model lifestyle:

  • Quark S1 (Flagship): Harga jual dimulai dari 3.799 yuan (sekitar Rp 8,9 jutaan).
  • Quark G1 (Lifestyle): Harga jual dimulai dari 1.899 yuan (sekitar Rp 4,4 jutaan).

Harga model G1 yang relatif terjangkau dapat menjadi strategi Alibaba untuk menarik konsumen yang ingin menjajal teknologi kacamata pintar AI tanpa investasi besar, sekaligus memperluas penetrasi pasar.

Foto: Alibaba

Baca juga: Rokid Glasses: Kacamata Pintar AR dan MR dengan Harga Terjangkau

Integrasi AI Model Qwen dan Ekosistem Alibaba

Kekuatan utama kacamata Quark AI terletak pada otak kecerdasan buatan yang menggerakkannya. Kacamata ini ditenagai oleh model AI milik Alibaba sendiri, yaitu Qwen, yang merupakan salah satu model bahasa besar (Large Language Model/LLM) terkemuka di Tiongkok.

Integrasi Qwen, didukung oleh aplikasi pendamping, memungkinkan pengguna mengontrol kacamata ini melalui suara maupun sentuhan. Kacamata pintar ini bukan hanya alat perekam, tetapi asisten AI serbaguna yang terintegrasi erat dengan ekosistem digital Alibaba.

Alibaba menyatakan bahwa kacamata ini akan terintegrasi dengan berbagai aplikasi inti mereka, termasuk:

  • Alipay: Untuk pengenalan harga dan pembayaran instan.
  • Taobao: Untuk pengalaman belanja yang didukung visual dan AI.
  • Platform streaming musik populer Tiongkok: QQ Music dan NetEase Cloud Music.

Integrasi mendalam ini memungkinkan Quark AI untuk menyediakan layanan yang sangat praktis dan on-the-go, seperti terjemahan saat bepergian, pengenalan harga secara instan saat berbelanja, dukungan navigasi, hingga transkripsi rapat secara real-time. Fungsi-fungsi ini menunjukkan ambisi Alibaba untuk menjadikan kacamata pintar sebagai alat produktivitas dan gaya hidup yang esensial.

Perang Pasar Wearable AI Global

Peluncuran kacamata Quark AI menandai upaya serius Alibaba untuk mendobrak pasar teknologi wearable bertenaga AI, sebuah segmen yang diyakini perusahaan akan menjadi gadget konsumen berikutnya yang akan mendominasi pasar.

Saat ini, persaingan di pasar kacamata pintar AI sangat ketat. Meta dengan kacamata Ray-Ban saat ini dianggap sebagai pemimpin pasar yang jelas, berhasil menggabungkan fungsi perekaman dan desain yang modis. Namun, produk Meta juga menghadapi tantangan, seperti yang disoroti dalam berita terpisah mengenai kesulitan perbaikan layar Meta Ray-Ban Display jika rusak.

  • Sementara itu, pemain besar lainnya tengah berpacu untuk mengejar ketertinggalan:
    • Apple: Raksasa teknologi ini diperkirakan akan segera merilis produk wearable AI yang lebih canggih.
    • Sam Altman dan Jony Ive: Mantan Kepala Desain Apple, Jony Ive, bersama CEO OpenAI, Sam Altman, juga sedang mengembangkan proyek gadget AI yang dinilai akan mendefinisikan kembali kategori wearable.

    Baca juga: Samsung Luncurkan Galaxy XR, Saingan Serius Apple Vision Pro!

    Menurut laporan Bloomberg, Alibaba berencana untuk memperkenalkan model internasional dari kacamata Quark AI pada tahun depan. Meskipun target pasar globalnya belum diidentifikasi secara spesifik, langkah ini menunjukkan bahwa ambisi Alibaba melampaui pasar domestik Tiongkok.

    Dengan keunggulan baterai hot-swappable yang memecahkan masalah daya, integrasi AI Qwen yang kuat, dan harga yang kompetitif untuk model lifestyle, Alibaba Quark AI Smart Glasses siap menjadi penantang tangguh yang mengubah peta persaingan di pasar gadget AI global.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

    (WN/ZA)

    •  

    La Niña dan IOD Negatif Intai Indonesia, Waspada Banjir Awal Tahun!

    Foto: Nasa (SpacePlace)

    Teknologi.id – Masyarakat Indonesia diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan seiring dengan konfirmasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai kehadiran dua fenomena iklim signifikan yang secara simultan memengaruhi dinamika cuaca nasional. Fenomena La Niña Lemah dari Samudra Pasifik dan Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif dari Samudra Hindia dipastikan akan bertahan hingga awal tahun 2026, meningkatkan potensi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi di berbagai wilayah, dari barat hingga timur Indonesia.

    Konfirmasi kehadiran La Niña ini didasarkan pada analisis indeks El Niño Southern Oscillation (ENSO) yang tercatat sebesar -0,80 pada Dasarian III November. Angka tersebut menempatkan kondisi iklim dalam kategori La Niña Lemah. Menurut BMKG, kondisi La Niña ini diperkirakan akan tetap bertahan hingga memasuki awal tahun depan, dan baru akan berangsur melemah hingga mendekati fase netral pada periode Maret-April-Mei (MAM) 2026.

    Baca juga: Peduli Anak Korban Banjir, Komdigi Siapkan Posko Pemulihan Trauma di Sumatera

    Sinergi Anomali: La Niña di Timur, IOD Negatif di Barat

    Peningkatan curah hujan kali ini menjadi perhatian khusus karena didorong oleh dua anomali iklim yang bekerja secara sinergis, meskipun memengaruhi wilayah yang berbeda:

    Foto: Shutterstock

    1. Dampak dari La Niña (Pasifik)

    La Niña, yang ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan laut di Pasifik ekuator, secara umum membawa angin yang lebih kuat dan uap air yang lebih banyak ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. BMKG memperkirakan kondisi La Niña Lemah ini berpotensi memicu peningkatan curah hujan yang berada dalam kategori tinggi hingga sangat tinggi (yaitu, curah hujan melebihi 150 mm per dasarian).

    Wilayah yang diprediksi paling rentan terhadap peningkatan curah hujan akibat La Niña meliputi:

    • Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
    • Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
    • Sebagian wilayah Sulawesi Selatan.
    • Wilayah Maluku.
    • Papua Tengah dan sebagian kecil Papua Selatan.

    Peningkatan intensitas hujan di kawasan timur dan tengah ini menuntut mitigasi bencana yang lebih ketat, terutama di daerah yang memiliki topografi rentan terhadap banjir dan tanah longsor.

    2. Dampak dari IOD Negatif (Samudra Hindia)

    Di saat yang sama, wilayah Indonesia bagian barat tidak luput dari ancaman. Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) pada Dasarian III November tercatat berada di angka -0,36, menandakan fase IOD Negatif. Fenomena ini memiliki pengaruh yang bersifat lokal terhadap iklim Indonesia.

    IOD Negatif menunjukkan adanya aliran massa udara dari Samudra Hindia ke Indonesia bagian barat. Aliran udara kaya uap air inilah yang memicu potensi peningkatan curah hujan di kawasan barat. Meskipun diperkirakan IOD Negatif akan beralih ke fase netral setelah November, dampaknya pada periode transisi dan awal musim hujan tetap signifikan.

    Wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan tinggi akibat IOD Negatif meliputi:

    • Sebagian kecil Aceh dan sebagian Kalimantan Barat.
    • Sebagian Kepulauan Bangka Belitung.
    • Banten bagian Selatan.
    • Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian kecil Jawa Timur.
    • Sebagian besar Bali.

    Kombinasi pengaruh dari kedua samudra ini memastikan bahwa nyaris tidak ada wilayah di Indonesia yang luput dari ancaman curah hujan di atas normal pada periode menjelang dan awal tahun 2026.

    Baca juga: Menko Airlangga Sebut Banjir EV Buat Harga Mobil di Indonesia Turun

    Puncak Musim Hujan dan Peringatan Kesiapsiagaan BMKG

    Kekhawatiran terhadap dua anomali iklim ini semakin meningkat mengingat saat ini sebagian besar wilayah Indonesia (sekitar 75,3 persen dari total Zona Musim/ZOM) telah memasuki periode musim hujan. Fenomena La Niña dan IOD Negatif ini datang sebagai "penambah" intensitas di tengah musim yang secara alamiah memang sudah memiliki curah hujan tinggi.

    Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, memberikan penegasan mengenai tingkat dampak La Niña. Faisal memprediksi La Niña Lemah akan bertahan hingga Maret 2026. Namun, ia juga memberikan nuansa penting: "pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan."

    Meskipun dampaknya tidak terlalu dramatis seperti La Niña kategori kuat, Faisal menekankan bahwa curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai. Ini berarti, terlepas dari tingkat intensitas La Niña-nya, volume air hujan yang turun selama periode puncak musim hujan—yang terjadi di tengah pengaruh IOD Negatif dan La Niña Lemah—tetap membawa risiko besar.

    BMKG mengimbau pemerintah daerah di seluruh wilayah yang berpotensi terdampak untuk segera mengambil langkah mitigasi. Kesiapsiagaan harus difokuskan pada pengelolaan risiko banjir bandang di kawasan dataran rendah dan pesisir, serta risiko tanah longsor di wilayah perbukitan dan pegunungan. Masyarakat juga diminta aktif memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan menghindari aktivitas di daerah yang memiliki riwayat bencana hidrometeorologi selama musim hujan ini. Dengan adanya dua pemicu curah hujan ini, persiapan dini menjadi kunci untuk mengurangi kerugian akibat bencana yang diperkirakan akan berlangsung hingga kuartal pertama tahun depan.

    Baca berita dan artikel lainnya di Googe News

    (WN/ZA)

    •  

    Grok Imagine Rilis! AI Baru Elon Musk Bikin Gambar & Video 15 Detik, Plus Spicy Mode


    Foto: Getty Image

    Teknologi.id – Kompetisi di arena Artificial Intelligence (AI) generatif kembali memanas. xAI, perusahaan kecerdasan buatan yang didirikan oleh Elon Musk, resmi meluncurkan senjata terbarunya: Grok Imagine, fitur ini hadir sebagai AI yang mampu menciptakan gambar (text-to-image) dan video (image-to-video) hanya dari input teks atau foto yang diunggah pengguna. Peluncuran Grok Imagine secara langsung menempatkan xAI sebagai kompetitor serius bagi raksasa AI lain, seperti OpenAI dengan Sora dan Google DeepMind dengan Veo.

    Grok Imagine memperkenalkan beberapa keunggulan teknis yang menantang pesaingnya. Salah satu keunggulan utamanya adalah kemampuan menghasilkan video dengan durasi hingga 15 detik lengkap dengan audio. Durasi ini jauh lebih panjang dibandingkan model sekelasnya, seperti Google Veo 3 yang hanya mampu membuat video 8 detik.

    Namun, yang paling menarik sekaligus kontroversial dari peluncuran ini adalah filosofi "kebebasan" yang diusung oleh xAI, yang diwujudkan melalui fitur khusus bernama "spicy mode".

    Foto: Timothy Beck Werth

    Kebebasan Konten dan Spicy Mode

    Pendekatan Grok Imagine, terutama dengan fitur spicy mode, sangat berbeda dari model-model AI arus utama lainnya seperti ChatGPT, Gemini, atau bahkan Sora yang cenderung menerapkan batasan konten yang ketat terhadap output yang sensitif. Elon Musk dan xAI, melalui filosofi freedom-first, justru menawarkan ruang eksplorasi yang lebih longgar bagi pengguna.

    Spicy mode adalah mode khusus yang memungkinkan pengguna bereksplorasi hingga ke ranah sensitif, termasuk konten yang tergolong NSFW (Not Safe For Work) atau semi-ketelanjangan. Konten ini merujuk pada materi yang mengandung unsur seksual, kekerasan, atau hal sensitif lainnya yang tidak pantas dibuka di lingkungan kerja atau publik. 

    Dalam praktiknya, pengguna dapat mengetik prompt atau mengunggah gambar untuk menghasilkan foto atau video yang eksplisit. Kompas.com mencatat bahwa meskipun xAI tetap memasang moderasi internal, di mana beberapa gambar yang dianggap terlalu eksplisit akan otomatis diburamkan, beberapa konten sensitif lainnya dapat lolos dari saringan.

    Langkah ini adalah perpanjangan dari pendekatan xAI sebelumnya, yang pernah merilis karakter anime AI dengan mode yang serupa. Filosofi freedom-first yang diusung Musk bertujuan menunjukkan bahwa batasan konten pada Grok Imagine lebih longgar dibandingkan rivalnya seperti Meta, OpenAI, atau Google.

    Baca juga: Elon Musk Punya Rp 7.800 Triliun, tapi Hidupnya Sederhana Seperti Orang Biasa

    Kontroversi dan Potensi Penyalahgunaan

    Keputusan xAI untuk merilis spicy mode sontak menimbulkan kekhawatiran yang meluas terkait potensi penyalahgunaan teknologi ini. Kekhawatiran terbesar berpusat pada pembuatan deepfake dan eksploitasi visual terhadap figur publik.

    Meskipun xAI mengklaim telah membatasi penggunaan wajah tokoh terkenal tertentu, seperti Donald Trump dan Taylor Swift, sistem tersebut masih bisa menghasilkan output yang ambigu atau mendekati kontroversial. Langkah ini telah memicu reaksi keras di beberapa negara. Misalnya, Turkiye dilaporkan telah memblokir konten Grok AI milik Elon Musk, menunjukkan adanya resistensi regulasi terhadap kebijakan konten yang sangat longgar ini.

    Kontroversi ini menempatkan Grok Imagine tidak hanya dalam persaingan teknologi, tetapi juga dalam perdebatan etika dan regulasi AI global. Di satu sisi, Musk ingin menjunjung tinggi kebebasan berekspresi; di sisi lain, alat ini berisiko menjadi senjata bagi pembuat konten berbahaya dan disinformasi. 

    Cara Menggunakan Grok Imagine dan Ketersediaan

    Grok Imagine saat ini tersedia secara eksklusif bagi pengguna yang berlangganan paket tertinggi, yaitu SuperGrok Heavy dan Premium+ melalui aplikasi Grok di iOS, serta pengguna Heavy di aplikasi Android. Ketersediaan yang terbatas ini bertujuan untuk menguji pasar dan memastikan sistem berjalan stabil sebelum rilis yang lebih luas.

    Bagi pengguna yang sudah berlangganan, KompasTekno merangkum langkah-langkah mudah untuk menggunakan Grok Imagine:

    1. Membuat Gambar (Text-to-Image)

    • Buka aplikasi Grok (iOS/Android). 
    • Pilih tab “Imagine” atau tekan tombol “Create Image”.
    • Masukkan prompt teks, unggah gambar, atau bahkan gunakan fitur suara untuk mendeskripsikannya.
    • Grok akan menghasilkan gambar utama bersama beberapa variasi. Gambar ini dapat disimpan, dibagikan, atau dijadikan bahan untuk membuat video.

    2. Membuat Video dari Gambar (Image-to-Video)

    • Dari Gambar Hasil Grok: Klik gambar yang baru dibuat, lalu pilih opsi “Make Video”. Pengguna akan disajikan pilihan mode: Normal, Fun, Custom, dan Spicy. Setelah memilih mode yang diinginkan, video hingga 15 detik lengkap dengan audio akan otomatis diproses.
    • Dari Gambar Sendiri: Tekan ikon “+” di bagian bawah aplikasi, lalu unggah gambar dari galeri Anda. Grok akan secara otomatis membuat video dari gambar yang diunggah.

    Baca juga: Klaim Siap Saingi Wikipedia, Ternyata Grokipedia Bergantung pada Sumber yang Sama

    Peluncuran Grok Imagine dengan keunggulan durasi 15 detik dan fitur spicy mode yang kontroversial menegaskan ambisi Elon Musk untuk menjadi kekuatan dominan di dunia AI. Sementara model AI lain fokus pada sinematik dan pembatasan konten, Grok memilih jalur berbeda, mengutamakan kebebasan pengguna, bahkan jika itu harus memicu perdebatan etika yang sengit. Persaingan antara Grok, Sora, dan Veo kini tidak hanya tentang kualitas visual, tetapi juga tentang filosofi yang mendasari pengembangan teknologi AI.

    Baca artikel dan berita lainnya di Google News

    (WN/ZA)

    •  

    Spotify Wrapped 2025 Resmi Rilis! Begini Cara Akses Clubs dan Pesta Musikmu

    Foto: Spotify

    Teknologi.id – Penantian para pencinta musik di Indonesia telah berakhir. Platform streaming musik global, Spotify, secara resmi meluncurkan fitur rekap musik tahunan yang paling ditunggu-tunggu, Spotify Wrapped 2025. Mulai Rabu (3/12/2025), fitur kilas balik ini sudah dapat diakses oleh pengguna di seluruh dunia, termasuk Indonesia, menawarkan pengalaman mendengarkan yang lebih mendalam, personal, dan, untuk pertama kalinya, sangat sosial.

    Tahun ini, Spotify menghadirkan sejumlah pembaruan signifikan yang dirancang untuk memberikan insight yang lebih kontekstual, mengubah Wrapped dari sekadar ringkasan pribadi menjadi momen perayaan komunitas. Dua fitur baru yang paling menonjol adalah Wrapped Party dan Clubs.

    Ekspansi Sosial: Wrapped Party dan Clubs

    Setiap tahun, fitur baru Spotify Wrapped selalu menjadi sorotan utama, dan 2025 tidak terkecuali. Spotify memperkenalkan Wrapped Party, sebuah fitur inovatif yang memungkinkan pengguna merayakan dan membandingkan Wrapped mereka secara langsung bersama teman-teman.

    Fitur Wrapped Party memungkinkan interaksi langsung antar pengguna. Pengguna dapat membandingkan kebiasaan mendengarkan mereka, melihat seberapa besar kecocokan selera musik yang dimiliki, dan berinteraksi menggunakan ikon emoji. Selain itu, fitur ini juga memberikan berbagai award unik yang telah disesuaikan dengan pola mendengarkan masing-masing individu. Beberapa award yang tersedia antara lain "The Forever Young Award", "Life of the Party", dan "The Absolute Chaos Award".


    Foto: Spotify

    Wrapped Party dapat diakses melaluiWrapped Hub di aplikasi Spotify, atau setelah pengguna menyelesaikan rangkaian Wrapped pribadi mereka. Ini menandai upaya Spotify untuk mengubah pengalaman mendengarkan yang biasanya soliter menjadi acara komunal, memanfaatkan momen akhir tahun untuk meningkatkan interaksi sosial di dalam platform.

    Selain Wrapped Party, Spotify juga memperkenalkan fitur Clubs (atau Listening Clubs). Melalui fitur ini, pengguna akan dikelompokkan ke dalam salah satu dari enam klub berbeda berdasarkan karakter dan suasana musik yang paling sering mereka dengarkan sepanjang tahun. Setiap klub mewakili gaya mendengarkan tertentu, seperti:

    • Full Charge Crew, yang mencerminkan karakter pengguna yang identik dengan lagu-lagu berenergi tinggi.
    • Cloud State Society, bagi pengguna yang lebih sering memilih lagu bernuansa tenang dan relaksasi.

    Fitur Clubs ini memberikan identitas unik kepada pengguna, menciptakan rasa kebersamaan di antara mereka yang memiliki selera musik yang serupa, melampaui sekadar genre atau artis teratas.

    Baca juga: Harga Langganan Spotify Terbaru di Indonesia 2025, Mulai Rp 39 Ribuan

    Insight Lebih Dalam: Listening Age dan Archive

    Spotify Wrapped 2025 juga membawa beberapa fitur insight yang lebih mendalam mengenai kebiasaan mendengarkan:

    • Listening Archive: Fitur baru ini memberikan setidaknya lima insight unik berdasarkan pola mendengarkan harian pengguna, memberikan gambaran personal mengenai hari-hari paling berkesan dalam perjalanan musik mereka.
    • Listening Age: Fitur ini menawarkan perspektif unik, membandingkan selera musik pengguna dengan orang lain dalam kelompok usia mereka.

    Fitur Klasik yang Tetap Hadir

    Meskipun banyak pembaruan, beberapa fitur klasik yang disukai pengguna tetap dihadirkan dan diperbarui:

    • Top Songs and Accompanying Playlist: Pengguna dapat melihat lima lagu teratas mereka dan mendapatkan playlist yang dipersonalisasi, Your Top Songs 2025.
    • Top Genres: Daftar genre yang mendominasi tahun pengguna.
    • Top Song Quiz: Kuis interaktif untuk menebak lagu nomor satu yang paling sering didengarkan.
    • Top Artist Sprint: Memvisualisasikan bagaimana peringkat lima artis teratas pengguna bergeser dari bulan ke bulan.
    • Top Artists: Daftar artis teratas.

    Foto: Spotify

    Fitur-fitur ini, ditambah dengan kehadiran podcast dan audiobook dalam rekap, menjadikan Wrapped sebagai rangkuman menyeluruh dari konsumsi audio digital pengguna selama satu tahun penuh.

    Cara Akses Spotify Wrapped 2025 di Indonesia

    Bagi pengguna di Indonesia yang sudah tidak sabar untuk melihat "rapor" musik mereka, Kompas.com telah merinci cara mengaksesnya:

    1. Perbarui Aplikasi: Langkah pertama dan terpenting adalah memastikan bahwa aplikasi Spotify di perangkat seluler Anda (baik Android maupun iOS) sudah dalam versi terbaru.
    2. Buka Aplikasi: Buka aplikasi Spotify.
    3. Cari Wrapped Hub: Fitur Spotify Wrapped 2025 biasanya akan muncul sebagai banner atau tab di bagian atas halaman Home aplikasi.
    4. Akses Langsung: Pengguna juga dapat mencari Wrapped Hub melalui kolom pencarian di aplikasi atau mengaksesnya melalui tautan khusus (namun disarankan mengakses langsung melalui aplikasi untuk pengalaman terbaik).

    Baca juga: Apple Music Replay 2025 Telah Hadir, Apa Saja Yang Baru?

    Syarat Minimal: Untuk dapat menerima Wrapped yang dipersonalisasi, pengguna harus memiliki riwayat mendengarkan yang cukup dari awal tahun hingga menjelang akhir tahun, termasuk mendengarkan beberapa artis dan lagu dalam durasi tertentu.

    Peluncuran Spotify Wrapped 2025 ini memperkuat posisi Spotify sebagai pemimpin dalam menyediakan pengalaman streaming musik yang tidak hanya kaya fitur, tetapi juga emosional dan interaktif. Dengan inovasi seperti Wrapped Party dan Clubs, Spotify berhasil mengubah momen kilas balik pribadi menjadi fenomena budaya global yang dirayakan bersama-sama. Pengguna di Indonesia diimbau untuk segera memperbarui aplikasi mereka dan bersiap untuk membagikan selera musik unik mereka di media sosial.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News  

    (WN/ZA) 

    •  

    Apple Music Replay 2025 Telah Hadir, Apa Saja Yang Baru?

    Foto: dock.Unsplash

    Teknologi.id – Penantian pengguna setia Apple Music di seluruh dunia berakhir sudah. Fitur kilas balik akhir tahun yang paling ditunggu, Apple Music Replay 2025, telah resmi diluncurkan secara penuh, tersedia mulai 2 Desember 2025. Mengakhiri spekulasi tanggal rilis yang memanas, Apple kini menyajikan pengalaman recap yang tidak hanya visual dan shareable, tetapi juga lebih mendalam dengan penambahan kategori statistik baru yang secara spesifik menyoroti kebiasaan dan loyalitas mendengarkan musik pengguna. 

    Peluncuran Replay 2025 ini menegaskan komitmen Apple untuk bersaing secara ketat dengan platform streaming lain dalam menyajikan data akhir tahun yang menarik dan personal. Jika tahun-tahun sebelumnya Replay berfokus pada metrik dasar, tahun ini Apple menambah dimensi emosional dan histori pada ringkasan tersebut.

    Inovasi Metrik: Bukan Sekadar Angka

    Seperti biasa, fitur Replay tahunan ini menyoroti lagu, artis, dan album terbaik pengguna sepanjang 2025, lengkap dengan metrik kunci yang selalu menjadi tolok ukur: total menit mendengarkan (Total Listening Time), jumlah artis yang diputar, rekor artis yang paling lama didengarkan, dan genre favorit. 

    Namun, inovasi sesungguhnya terletak pada tiga kategori baru yang diperkenalkan Apple tahun ini, menandakan pergeseran fokus dari sekadar "apa yang Anda dengarkan" menjadi "bagaimana Anda mendengarkan":

    1. Kategori 'Discovery': Fitur ini dirancang untuk memuaskan rasa penasaran pengguna tentang seberapa jauh mereka menjelajah Kategori Discovery menyoroti secara spesifik artis-artis baru yang baru ditemukan dan didengarkan oleh pengguna pada tahun 2025. Ini akan menjadi metrik kebanggaan bagi mereka yang gemar mencari talenta baru dan keluar dari zona nyaman musik mereka. 
    2. Kategori 'Loyalty': Ini adalah fitur apresiasi bagi kesetiaan. Kategori Loyalty menyoroti artis-artis yang secara konsisten terus didengarkan pengguna dari tahun ke tahun. Metrik ini membedakan antara artis yang hanya populer sesaat dengan artis yang benar-benar menjadi soundtrack kehidupan pengguna selama bertahun-tahun.
    3. Kategori 'Back': Kategori 'Back' menawarkan nostalgia yang unik. Fitur ini menyoroti artis-artis atau lagu-lagu yang kembali ke rotasi mendengarkan pengguna setelah lama tidak diputar. Ini menunjukkan adanya comeback emosional terhadap musik lama yang mungkin sempat terlupakan.

    Baca juga: YouTube & YouTube Music Down Global Pagi Ini, Pengguna Alami Error "Server [503]"

    Penambahan kategori ini membuat Apple Music Replay 2025 menjadi pengalaman yang lebih kaya, memungkinkan pengguna untuk menceritakan kisah musik mereka secara lebih holistik, dari eksplorasi artis baru hingga mempertahankan kecintaan abadi.

    Foto: Apple

    Akses Mudah dan All Time Replay

    Apple telah memastikan akses ke fitur Replay tahunan ini sangat mudah. Pengguna hanya perlu membuka aplikasi Apple Music mereka dan navigasi ke tab Home. Dashboard khusus untuk Replay 2025 akan tersedia di sana, menawarkan highlight reel visual yang dapat dibagikan di media sosial dalam format story-style.

    Selain rekap tahunan, pengguna juga memiliki akses penuh ke All Time Replay playlist. Playlist ini menampilkan ringkasan aktivitas mendengarkan musik pengguna sejak pertama kali mereka berlangganan Apple Music. Dengan adanya Replay All Time, data tahun 2025 berfungsi sebagai bagian dari narasi musik seumur hidup pengguna di platform tersebut.

    Pemberdayaan untuk Komunitas Musisi

    Dampak peluncuran Replay 2025 tidak terbatas pada konsumen saja. Fitur ini juga menjadi alat yang sangat berharga bagi komunitas musisi dan artis.

    Melalui Apple Music for Artists, musisi dapat mengakses metrik yang sangat detail yang terakumulasi selama setahun. Data ini mencakup rangkuman kinerja dari tahun ke tahun, total audiens, total menit mendengarkan secara global, serta rincian pendengar berdasarkan negara dan kota. Informasi ini esensial bagi perencanaan tur, strategi pemasaran, dan memahami demografi serta loyalitas penggemar mereka.

    Dengan kemampuan untuk melihat secara langsung siapa pendengar paling setia (Loyalty), artis kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang inti basis penggemar mereka. Demikian pula, data Discovery dapat membantu mereka mengukur efektivitas promosi album baru atau strategi playlist untuk menarik pendengar baru. 

    Baca juga: Janjikan Donasi: Apple Ulurkan Bantuan Bencana Alam Asia, Termasuk Indonesia

    Persiapan dan Antisipasi

    Peluncuran tepat waktu ini mengakhiri spekulasi yang memuncak di media sosial. Kini, pengguna dapat mulai membagikan kartu statistik mereka, membandingkan total menit mendengarkan, dan bersaing secara fun dengan teman-teman mereka. 

    Untuk memastikan data Replay Anda akurat dan lengkap, Apple selalu mengingatkan pengguna untuk memastikan fitur "Use Listening History" telah diaktifkan di pengaturan aplikasi. Tanpa izin ini, Apple tidak dapat merekam history streaming yang diperlukan untuk menyusun rekap yang komprehensif.

    Dengan Apple Music Replay 2025, pengalaman kilas balik musik kini melampaui sekadar daftar lagu teratas. Ia menjadi cerminan sejati dari perjalanan musik pengguna selama setahun penuh, dipenuhi dengan penemuan baru, kesetiaan abadi, dan momen nostalgia yang membawa artis lama kembali ke playlist harian mereka. Tahun 2025 sekali lagi membuktikan bahwa data musik adalah bahasa universal yang merayakan kisah pribadi setiap pendengar.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News



    (WN/ZA)


    •  

    Timnas MLBB Indonesia Siap Bawa Pulang Emas IESF WEC 2025

    Teknologi.id – Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI) secara resmi melepas kontingen Tim Nasional Esports Indonesia yang akan berlaga di panggung global IESF World Esports Championship (WEC) 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pelepasan yang berlangsung pada 2 Desember 2025 ini menandai puncak dari pemusatan latihan nasional (Pelatnas) intensif berbasis sports science yang telah berjalan sejak Mei 2025.

    Timnas Esports Indonesia, khususnya di nomor Mobile Legends: Bang-Bang (MLBB), membawa misi tunggal dan ambisius: mempertahankan dan menegaskan status Indonesia sebagai kekuatan utama esports dunia dengan mengincar medali emas di kategori Pria dan Wanita.

    Kepala Badan Tim Nasional Esports Indonesia, Brigjen Pol Wishnu Buddhaya, dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025), menekankan pentingnya partisipasi ini. "Keikutsertaan Timnas esports Indonesia di IESF 2025 adalah manifestasi semangat bela negara. Para atlet ini garda terdepan untuk menunjukkan Indonesia bangsa pemenang dengan talenta unggul dan berdaya saing tinggi," ujar Wishnu.

    Pelatnas dan Konsistensi Sports Science

    Proses pembentukan timnas kali ini dikenal sangat ketat. Pelatnas yang dipimpin oleh PB ESI berfokus pada pendekatan sports science, memastikan para atlet tidak hanya unggul dalam skill teknis bermain game, tetapi juga memiliki kesiapan fisik, mental, dan yang terpenting, kerja sama tim yang solid.

    Indonesia memiliki rekam jejak yang mengesankan di kancah IESF. Setelah sukses menjadi juara umum pada IESF 2022, prestasi tersebut diulang kembali pada tahun 2024 dengan perolehan emas dari MLBB Women, perunggu dari MLBB Men, dan posisi kelima di cabang PUBG Mobile.

    Namun, menurut Wishnu, tantangan untuk mempertahankan gelar selalu jauh lebih berat. "Negara lain sudah mempelajari strategi kita. Namun dengan persiapan matang dan mentalitas juara, kami yakin timnas siap mencetak sejarah," tambahnya, memupuk optimisme jelang keberangkatan.

    Kepala Pelatih Timnas, Richard Permana, yang bertanggung jawab memimpin proses persiapan, turut meminta dukungan seluruh masyarakat Indonesia. "Dukungan kalian akan menjadi bahan bakar semangat para atlet untuk membawa pulang emas untuk Indonesia," ucapnya.

    Detail Pertandingan dan Pembagian Grup

    Timnas Esports Indonesia untuk nomor MLBB dijadwalkan akan mulai bertanding sejak 3 hingga 7 Desember 2025. Mereka akan berhadapan dengan perwakilan terbaik dari total 19 negara yang turut serta dalam nomor MLBB Men’s dan Women’s. Seluruh tim dalam dua kategori tersebut akan memperebutkan total hadiah (Total Prize Pool) senilai 100.000 USD.

    Pembagian Grup Timnas Indonesia:

    • MLBB Men’s,Grup C lawan di fase grupnya yaitu "Kazakhstan, Rumania, dan Peru"
    • MLBB Women’s,Grup B lawan di fase grupnya yaitu "Uzbekistan dan Turki"

    Format pertandingan yang akan diterapkan adalah Best of Three (BO3) pada tahap Group Stage dan Playoff, dan akan meningkat menjadi Best of Five (BO5) pada babak Grand Final.

    Daftar Atlet dan Pelatih yang Berangkat

    Indonesia mengirimkan line-up terbaik, yang merupakan perpaduan talenta-talenta unggulan. Team Liquid ID dan Team Vitality terpilih sebagai wakil resmi Indonesia di IESF WEC 2025.

    Mobile Legends: Men (Team Liquid ID)Atlet:

    • Aldhia Fahmi Aranda
    • Christian Widy Wardhana Hartono
    • Leonardo Prasetyo Agung
    • Yehezkiel Wiseman Hamonangan
    • Yonathan Cin

    Pelatih:

    • Doly Van Pelo Sihotang

    Mobile Legends: Women (Team Vitality) 

    Atlet: 

    • Cindy Laurent Siswanto
    • Michelle Denise Siswanto
    • Venny Lim
    • Viorelle Valencia Chen
    • Vivi Indrawaty

    Pelatih:

    • Ilyas Rahmanda

    Target Emas dan Keyakinan Pelatih

    Keyakinan akan perolehan medali emas disuarakan lantang oleh Wakil Ketua Bidang Prestasi PB ESI, Richard Permana. Ia menilai performa kedua tim wakil Indonesia sedang berada di puncak.

    "Kami yakin tim MLBB pria bisa membawa pulang medali emas. Performanya terus naik sejak MPL musim ini. Sedangkan untuk MLBB kategori wanita, Team Vitality sudah tiga kali juara internasional berturut-turut. Tahun ini targetnya tetap emas," tegas Richard. Konsistensi dan disiplin menjadi kunci utama dalam Pelatnas tahun ini.

    Baca juga: Raja dari Segala Raja Bergerak! RRQ Hoshi Bawa Roster Inti ke Games of the Future

    Sinergi Industri dan Federasi

    Pelepasan ini juga menjadi momen untuk menegaskan kolaborasi erat antara PB ESI dengan pengembang game, Moonton Games. Dukungan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kesiapan atlet dan mempertegas komitmen Indonesia dalam membangun ekosistem esports kelas dunia.

    Martinus H. Manurung, Kepala Pengembangan Bisnis ID Esports Moonton Games, menyoroti peran penting sinergi ini. "Kami berkomitmen menciptakan ekosistem sehat dan berkelanjutan. Dengan MPL (Mobile Legends Professional League) dan MDL (Mobile Legends Development League), kami membantu pembinaan pemain baru agar bisa menembus panggung dunia," jelasnya.

    Kolaborasi antara federasi (governing body) dan industri (game developer) ini memastikan adanya jalur pembinaan berkelanjutan, di mana talenta-talenta terbaik dari kompetisi domestik dapat diseleksi secara optimal untuk mewakili nama bangsa di ajang internasional sekelas IESF.

    Turnamen IESF WEC 2025 di Kuala Lumpur, yang berlangsung hingga 7 Desember 2025, akan menjadi penentu apakah persiapan matang selama berbulan-bulan mampu membawa pulang medali emas yang ditargetkan. Seluruh mata fans esports Indonesia kini tertuju ke Malaysia, menunggu sejarah baru yang akan dicetak oleh para pahlawan esports Merah Putih.

    Baca juga: ByteDance Lepas Moonton, Mobile Legends Bisa Jadi Milik Perusahaan Saudi?


    Baca berita daan artikel lainnya di Google News

    (WN/ZA)

    •  

    200 CCTV AI Ditebar di Bandung: Korlantas Ubah Pelanggaran Jadi Tilang ETLE Otomatis

    Foto: Antara Foto

    Teknologi.id – Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri resmi menancapkan tonggak sejarah baru dalam modernisasi penegakan hukum dan manajemen lalu lintas di Indonesia. Sebanyak 200 unit kamera pengawas (CCTV) yang sepenuhnya berbasis Akal Imitasi (Artificial Intelligence/AI) kini telah tersebar di berbagai ruas jalan strategis Kota Bandung, Jawa Barat. Proyek ini bukan sekadar penambahan kamera biasa, melainkan proyek percontohan (pilot project) untuk implementasi Smart Road Safety Policing yang ditargetkan meluas ke seluruh Nusantara.

    Kepala Korlantas Polri, Irjen Pol Agus, saat peresmian di Polrestabes Bandung, Rabu (12/11), menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian integral dari upaya Polri dalam memperkuat pelayanan publik berbasis digital dan mendukung terwujudnya konsep Smart City.

    "Pendekatan Road Safety Policing ini kami terapkan agar aktivitas lalu lintas di Bandung berlangsung aman, tertib, dan lancar. Bandung adalah kota wisata sekaligus ikon Jawa Barat, sehingga pengelolaan lalu lintasnya harus modern, terintegrasi, dan berorientasi pada keselamatan masyarakat," ujar Irjen Pol Agus.

    Kekuatan Artificial Intelligence di Jalan Raya

    Pemasangan 200 CCTV berbasis AI ini jauh melampaui fungsi pengawasan biasa. Teknologi AI yang disematkan memungkinkan sistem untuk menganalisis dan merespons kondisi lalu lintas secara cerdas dan real-time. Sistem ini memiliki kemampuan analitik yang multi-fungsi, meliputi:

    1. Analisis Kepadatan Arus: Mampu memprediksi dan menganalisis volume kendaraan untuk mencegah penumpukan yang berujung kemacetan.
    2. Deteksi Dini Kemacetan: Memberikan peringatan secara otomatis kepada petugas ketika potensi kemacetan terdeteksi berdasarkan pola pergerakan kendaraan yang abnormal.
    3. Identifikasi Pelanggaran: Secara langsung mendeteksi berbagai jenis pelanggaran lalu lintas, mulai dari menerobos lampu merah, tidak menggunakan helm, hingga pelanggaran batas kecepatan.
    4. Pemetaan Data Kerawanan: Sistem ini dilengkapi dengan Sistem Pemetaan Data Kerawanan Kamseltibcarlantas yang berfungsi sebagai basis data prediktif. Dengan menganalisis data historis dan kondisi aktual (seperti jumlah kendaraan normal di akhir pekan atau titik-titik rawan kecelakaan), Korlantas dapat mengambil keputusan dan menempatkan sumber daya secara lebih efektif berbasis data.

    Irjen Pol Agus menyoroti bahwa penerapan teknologi AI di sektor lalu lintas ini merupakan tonggak penting bagi Polri dalam memperkuat pelayanan publik. "Penerapan ini adalah bukti bahwa Polri terus berupaya memperbarui diri dengan teknologi terbaru demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat," tambahnya.

    Baca juga: Kenapa Anda Butuh Jasa Pasang CCTV Terpercaya?

    Integrasi ETLE dan Penegakan Hukum Salah satu target utama dari sistem ini adalah mendukung penegakan hukum melalui Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE). Korlantas Polri secara konsisten mendorong kebijakan bahwa 95% penegakan hukum dilakukan melalui ETLE, dan hanya 5% yang dilakukan secara manual.

    Dengan terhubungnya 200 CCTV AI ini langsung ke sistem Smart City Bandung dan rencana perluasan integrasi ke sistem ETLE, proses penilangan akan menjadi lebih akurat, transparan, dan minim intervensi manusia, sesuai dengan visi Presisi Polri.

    "Dengan adanya kamera dan smart city ini, kami mengimbau masyarakat Bandung untuk tertib berlalu lintas—gunakan helm, patuhi aturan, dan jaga keselamatan bersama," tegas Kakorlantas.

    `

    Foto: Antara Foto

    Sinergi Smart City dan Bantuan Investigasi Kriminal

    Keunggulan lain dari proyek ini adalah aspek integrasi data antarlembaga. Layanan Smart Road Safety Policing ini sudah terhubung dengan sistem layanan darurat 110 Polri. Ke depan, Korlantas berencana memperluas integrasinya dengan sistem keamanan publik milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan Polrestabes Bandung.

    Kakorlantas menekankan bahwa integrasi CCTV milik pemerintah daerah menjadi bagian dari komitmen Korlantas untuk mendukung Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan berbagi sumber daya demi pelayanan prima kepada masyarakat.

    Lebih dari sekadar lalu lintas, sistem AI ini juga memiliki peran vital dalam fungsi keamanan kota. Irjen Pol Agus menjelaskan bagaimana sistem ini dapat membantu penyelidikan tindak kejahatan.

    "Misalnya dalam kasus penemuan mayat atau tindak kriminal, sistem ini bisa mendeteksi siapa saja yang berada di lokasi melalui rekaman CCTV. Ini sangat membantu proses investigasi dan menjaga keamanan kota," jelasnya, menunjukkan manfaat ganda sistem ini bagi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

    Baca juga: Telkomsel Hadirkan IndiHome SMART Camera, Layanan CCTV Berbayar Cuma Rp 50 Ribu

    Target Perluasan Nasional

    Bandung, sebagai kota pionir, diharapkan menjadi model sukses yang dapat dicontoh kota-kota lain. Korlantas Polri telah mengkonfirmasi bahwa program serupa telah berjalan di beberapa kota besar lainnya seperti Bali, Yogyakarta, Solo, dan Medan.

    Target jangka pendek Korlantas adalah segera menerapkan sistem ini di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan terus memperluas jangkauan ke berbagai kota besar dan lokasi strategis di seluruh Indonesia. Visi akhir dari inisiatif ini adalah mewujudkan lalu lintas yang benar-benar cerdas, aman, tertib, dan lancar secara nasional, menjadikan Indonesia salah satu negara yang terdepan dalam penerapan teknologi Smart Road Safety.

    Proyek 200 CCTV AI di Bandung ini menjadi bukti nyata keseriusan Polri dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan keselamatan publik, mengubah cara lalu lintas dikelola, dan mendefinisikan ulang makna keamanan jalan raya di Indonesia.

    Baca berita daan artikel lainnya di Google News



    (WN/ZA)

    •  

    Gak Boleh Pakai Android, Militer Israel Wajib Pakai iPhone!


    Foto: Gemini

    Teknologi.id – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) baru-baru ini mengeluarkan kebijakan keamanan siber yang drastis, melarang penggunaan ponsel berbasis sistem operasi Android bagi perwira senior mereka untuk komunikasi resmi. Kebijakan revolusioner ini mewajibkan ratusan komandan IDF yang berpangkat Letnan Kolonel dan di atasnya untuk beralih menggunakan perangkat iPhone demi meminimalisir risiko penyusupan data sensitif militer. 

    Langkah ini, yang dilaporkan oleh media-media besar seperti Israel Army Radio dan dikonfirmasi oleh The Jerusalem Post, menunjukkan tingkat kekhawatiran yang mendalam di tubuh intelijen Israel terhadap ancaman siber dan upaya spionase yang terus meningkat dari kelompok musuh, khususnya Hamas dan Hezbollah.

    Transisi Paksa: Dari Android ke Ekosistem Apple

    Peraturan baru ini secara spesifik menargetkan jajaran perwira senior, memperluas mandat yang sebelumnya hanya berlaku untuk Kolonel hingga Kepala Staf Umum. Perluasan cakupan ini melibatkan ratusan personel tambahan yang kini berada di bawah pengawasan ketat terkait perangkat komunikasi mereka. Tujuannya tunggal: menciptakan lapisan keamanan digital yang hampir kedap air pada tingkat komando.

    Menurut laporan yang beredar, asumsi mendasar di balik kebijakan ini adalah penilaian bahwa ekosistem Apple, dengan kontrol perangkat keras dan lunak yang lebih ketat, menawarkan keamanan bawaan (inherent security) yang lebih unggul dibandingkan dengan sistem operasi Android yang lebih terbuka (open-source). Meskipun Android adalah platform yang paling banyak digunakan secara global, sifatnya yang terfragmentasi dan kustomisasi yang luas seringkali membuatnya rentan terhadap celah keamanan yang lebih banyak, terutama jika pembaruan keamanan tidak segera diterapkan oleh produsen perangkat.

    Baca juga: iPhone Fold Diprediksi Jadi HP Lipat Termahal, Harganya Tembus Rp38 Juta!

    Ancaman Honeypot dan Rekayasa Sosial

    Kekhawatiran utama yang mendorong kebijakan ini adalah maraknya serangan social engineering dan taktik 'honeypot' yang menargetkan personel militer Israel. Badan intelijen IDF telah berulang kali memperingatkan bahwa musuh menggunakan platform media sosial dan aplikasi pesan, seperti WhatsApp, untuk melancarkan serangan yang sangat terperinci.

    Dalam skenario honeypot, musuh sering kali menyamar sebagai individu yang menarik atau mengirimkan pesan yang memancing rasa penasaran untuk mendorong prajurit mengunduh malware atau mengungkap informasi rahasia. Serangan ini bukan hanya bertujuan mencuri data sensitif yang tersimpan di ponsel, seperti foto atau dokumen, tetapi yang lebih krusial, serangan ini dapat membahayakan operasi lapangan dengan melacak lokasi real-time pasukan Israel.

    Sebelum konflik regional saat ini, telah ada laporan mengenai upaya kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hezbollah memanfaatkan kerentanan komunikasi untuk mengumpulkan data dari pasukan di perbatasan Gaza. Pelarangan Android memungkinkan IDF untuk menerapkan protokol keamanan yang seragam dan ketat, serta memastikan pembaruan keamanan perangkat lunak (software update) dilakukan secara terpusat dan tepat waktu. Kemampuan Apple untuk mengontrol rantai pasokan perangkat lunak (iOS) secara vertikal dipandang sebagai keunggulan kunci dalam mitigasi risiko ini.

    Foto: Gil Cohen-Magen

    Pelatihan dan Pembatasan Penggunaan Pribadi

    Kebijakan pembatasan ini tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari upaya IDF yang lebih luas untuk memperketat disiplin digital di seluruh jajaran pasukannya. Sebagai pelengkap larangan perangkat keras, IDF juga meningkatkan program pelatihan internal dan simulasi.

    Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran perwira tinggi terhadap bahaya taktik rekayasa sosial dan pentingnya membatasi paparan terhadap media sosial. Peringatan keras diberikan tentang bahaya mengungkapkan lokasi atau informasi operasional melalui aplikasi perpesanan yang tidak aman. Dalam beberapa tahun terakhir, IDF bahkan telah melakukan skenario tiruan honeypot yang dikaitkan dengan Hezbollah untuk menguji ketahanan unit militer mereka dalam hal disiplin digital.

    Meskipun ponsel Android dilarang untuk komunikasi resmi atau tujuan operasional komando, penting untuk dicatat bahwa perwira dan prajurit IDF masih diperbolehkan menggunakan ponsel Android mereka untuk penggunaan pribadi. Namun, garis pemisah antara penggunaan pribadi dan operasional harus ditarik dengan sangat tegas untuk mencegah kebocoran informasi melalui jalur yang tidak terenkripsi atau rentan.

    Baca juga: Meta Masuk Dunia Militer: Teknologi VR dan AR Siap Dipakai Tentara AS

    Implikasi Keamanan dan Langkah Masa Depan

    Keputusan IDF untuk secara spesifik memilih iPhone dan meninggalkan Android dalam komunikasi operasional merupakan pengakuan eksplisit terhadap tantangan keamanan siber yang kompleks. Di masa depan, pedoman baru ini diperkirakan akan melarang penggunaan semua jenis telepon seluler militer yang tidak memenuhi standar keamanan ketat yang ditetapkan oleh IDF, termasuk kemungkinan pelarangan total terhadap perangkat yang rentan terhadap modifikasi atau sideloading aplikasi berbahaya.

    Langkah ini mengirimkan sinyal kuat kepada komunitas intelijen global mengenai pentingnya kontrol terpusat atas perangkat keras di lingkungan dengan risiko tinggi. Dengan mengikat perwira tinggi ke dalam ekosistem Apple yang terkelola, IDF bertujuan untuk membangun benteng digital yang lebih kuat, melindungi data strategis, dan pada akhirnya, menjaga keselamatan pasukan mereka di lapangan. Perang modern kini tidak hanya terjadi di medan tempur fisik, tetapi juga di garis depan digital, dan IDF baru saja menegaskan keseriusannya di front kedua ini.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News

    (WN)


    •  

    Inilah Rahasia Starlink dan Satria-1 Tetap Menyala Saat Sumatera Dihantam Banjir!

    Foto: Radar Banyuwangi

    Teknologi.id – Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera, khususnya Provinsi Sumatera Utara, menimbulkan kerugian besar, termasuk kelumpuhan jaringan telekomunikasi. Ketika ratusan menara Base Transceiver Station (BTS) terpaksa mati akibat infrastruktur darat yang rusak terendam air dan longsor, layanan internet satelit Starlink muncul sebagai penyelamat konektivitas darurat. 

    Perusahaan milik Elon Musk ini tidak hanya mampu mempertahankan layanannya berkat arsitektur jaringannya yang unik, tetapi juga memberikan respons kemanusiaan dengan menyediakan akses internet gratis bagi korban di wilayah terdampak hingga akhir Desember 2025. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mitigasi digital bersama pemerintah Indonesia, yang juga mengerahkan satelit nasional Satria-1 di 10 titik krusial yaitu adalah:

    1. Bandara Pinangsori/Dr. Fredric Lumban Tobing, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara.
    2. SMAN 1 Plus Matauli Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara.
    3. Dekat Masjid Baitul Gafur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
    4. Command Center, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
    5. Kantor Wali Kota Lhokseumawe, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
    6. Kota Langsa, Provinsi Aceh.
    7. Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.
    8. Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
    9. Jorong Bukik Malanca, Nagari Malalak Timur, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat.
    10. UPT BNPB Regional Sumatera Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

    Ilustrasi antena penerima sinyal internet satelit Satria-1. Foto: Komdigi

    Kelumpuhan Jaringan Darat Akibat Bencana

    Dampak bencana banjir di Sumatera Utara sangat signifikan terhadap sektor telekomunikasi. Dilaporkan, sebanyak 495 site atau sekitar 5,15 persen dari total 9.612 BTS di provinsi tersebut mati total. Gangguan masif ini segera memutus akses komunikasi ribuan warga di lokasi-lokasi terdampak, menghambat upaya koordinasi dan penyaluran informasi darurat. 

    Dalam situasi normal, sebagian besar layanan internet dan telepon seluler bergantung pada jaringan kabel serat optik dan menara BTS darat. Ketika infrastruktur fisik ini hancur atau terendam air, koneksi otomatis terputus. Inilah mengapa dalam setiap skenario bencana, kebutuhan akan teknologi komunikasi alternatif yang resilient (tahan banting) menjadi sangat mendesak.

    Baca juga: Gratiskan Starlink untuk Korban Banjir Sumatera, Elon Musk: Tak Etis Ambil Untung

    Anatomis Starlink: Sistem LEO Sebagai Kunci Ketahanan

    Kunci mengapa Starlink mampu tetap beroperasi saat jaringan darat lumpuh terletak pada arsitektur jaringannya yang sepenuhnya berbasis luar angkasa. Starlink menyelenggarakan akses internet melalui ribuan satelit Low Earth Orbit (LEO), yaitu satelit yang mengorbit dekat dengan Bumi, sekitar 550 km di atas permukaan.

    Sistem ini sangat berbeda dengan sistem jaringan konvensional:

    • Tidak Bergantung Kabel: Starlink tidak membutuhkan jaringan kabel serat optik atau menara telekomunikasi sebagai penghubung primer.
    • Koneksi Langsung: Internet ditransmisikan langsung dari satelit-satelit LEO di luar angkasa ke antena khusus (Dishy) yang dipasang di lokasi pengguna.
    • Bebas Gangguan Darat: Karena koneksi internet ditransmisikan dari angkasa, layanan Starlink relatif tidak terdampak oleh gangguan fisik seperti putusnya kabel, rusaknya menara, atau banjir di darat. Selama antena pengguna (terminal) dapat dipasang dan mendapatkan daya listrik, koneksi akan tetap terjalin melalui konstelasi satelit di atas.

    Dengan sekitar 10.000 satelit yang saat ini mengorbit rendah di Bumi, Starlink memiliki cakupan yang luas dan mampu menjangkau wilayah terpencil yang sulit terjamah oleh infrastruktur kabel optik, menjadikannya solusi ideal untuk bantuan bencana. 

    Respons Kemanusiaan: Akses Internet Gratis

    Selain keunggulan teknis, aspek kemanusiaan juga menjadi sorotan. Melalui akun X resminya, Starlink mengumumkan inisiatif memberikan layanan akses internet darurat gratis bagi pelanggan baru maupun lama di wilayah terdampak banjir Sumatera hingga akhir Desember 2025. 

    Keputusan ini mendapat apresiasi luas, sejalan dengan pernyataan yang menyebut bahwa "Tidak Etis Ambil Untung dari Bencana". Starlink juga menegaskan kolaborasi dengan pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), untuk mempercepat relokasi dan pemasangan terminal di wilayah yang mengalami kerusakan paling parah demi memulihkan akses komunikasi. Untuk memastikan bantuan ini tepat sasaran, Starlink menetapkan mekanisme akses:

    • Pelanggan Aktif: Layanan gratis diaktifkan secara otomatis.
    • Pelanggan Tertangguh/Dijeda: Koneksi dapat diaktifkan kembali secara gratis.
    • Pelanggan Baru di Wilayah Terdampak: Cukup membeli dan mengaktifkan perangkat, kemudian mengajukan tiket dukungan dengan mencantumkan keterangan "Dukungan Banjir Indonesia" untuk mendapatkan layanan tanpa biaya selama periode bantuan.

    Baca juga: Elon Musk Gratiskan Internet Starlink untuk Korban Banjir Sumatera

    Satria-1: Kekuatan Satelit Nasional Melengkapi

    Di saat yang sama, pemerintah Indonesia menunjukkan kesiapan infrastruktur angkasa nasional. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tidak sepenuhnya bergantung pada bantuan asing. Komdigi mengerahkan Satelit Republik Indonesia (Satria-1), satelit internet pertama milik Indonesia, sebagai penopang komunikasi vital.

    Satria-1 dikerahkan dengan memasang 10 titik layanan internet satelit darurat di lokasi-lokasi terdampak di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Satria-1 memang dirancang untuk menjangkau wilayah terpencil dan terdepan, serta teruji perannya sebagai tulang punggung komunikasi saat menghadapi kondisi darurat nasional. Dengan bersinerginya teknologi satelit global (Starlink) dan satelit nasional (Satria-1), upaya pemulihan komunikasi pascabencana di Sumatera dapat berjalan lebih cepat dan menyeluruh.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News

    (WN/ZA)

    •  

    Siap Terpesona: Meteor Gemilang & Solstis Lengkapi Langit Desember 2025

    Foto:  Hammock Universe

    Teknologi.id – Langit bulan Desember 2025 menawarkan perpisahan spektakuler untuk menutup kalender astronomi tahun ini. Para pengamat langit di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, akan dimanjakan dengan serangkaian fenomena langka dan memukau, mulai dari penampakan Supermoon terakhir tahun ini, hingga puncaknya, kehadiran "Raja Hujan Meteor" Geminid.

    Dikutip dari jadwal astronomi global, bulan yang identik dengan suasana akhir tahun ini dipadati oleh enam peristiwa penting. Peristiwa-peristiwa ini menjanjikan pemandangan terbaik, terutama bagi mereka yang berburu keindahan di lokasi yang minim polusi cahaya.

    Foto: VOI
    Enam Fenomena Langit Paling Menarik di Desember 2025

    1. Supermoon Penutup Tahun: The Cold Moon (4 Desember)

    Fenomena langit Desember 2025 akan dibuka dengan kehadiran Supermoon pada tanggal 4 Desember. Peristiwa ini terjadi ketika Bulan Purnama bertepatan atau sangat dekat dengan perigee—titik orbit terdekat Bulan dengan Bumi. Hasilnya, Bulan akan tampak sedikit lebih besar dan lebih terang dari biasanya di langit malam.

    Bulan purnama di awal Desember ini secara tradisional dikenal oleh suku-suku asli Amerika sebagai Cold Moon (Bulan Dingin) karena pada saat inilah suhu udara musim dingin mulai terasa di Belahan Bumi Utara, dan malam menjadi lebih panjang dan gelap. Fenomena ini juga sering disebut Long Nights Moon atau Moon Before Yule.

    Peristiwa ini memiliki makna tersendiri karena ini adalah yang terakhir dari tiga supermoon yang terjadi sepanjang tahun 2025. Bagi para fotografer astronomi amatir, ini adalah kesempatan emas terakhir untuk mengabadikan pemandangan Bulan yang memukau dengan skala yang diperbesar.

    2. Raja Hujan Meteor Geminid (13-14 Desember)

    Puncak kegembiraan bagi para penggemar astronomi adalah kehadiran Hujan Meteor Geminid, yang secara luas dianggap sebagai "Raja Hujan Meteor" terbaik di langit tahunan. Meskipun berlangsung setiap tahun dari 7 hingga 17 Desember, puncaknya terjadi pada malam tanggal 13 dan pagi hari tanggal 14 Desember.

    Keistimewaan Geminid adalah kemampuannya menghasilkan hingga 120 meteor berwarna-warni per jam pada saat puncaknya. Fenomena ini unik karena, tidak seperti kebanyakan hujan meteor lain yang berasal dari komet, Geminid berasal dari puing-puing yang ditinggalkan oleh asteroid yang dikenal sebagai 3200 Phaethon, yang ditemukan pada tahun 1982.

    Meskipun Bulan kuartal kedua akan terbit dan berpotensi sedikit menghalangi pandangan terhadap meteor yang paling redup, jumlah meteor Geminid yang sangat banyak (tingkat Zenithal Hourly Rate—ZHR—yang tinggi) menjamin bahwa tontonan ini tetap akan menjadi suguhan yang mengesankan. Waktu pengamatan terbaik adalah dari lokasi yang gelap, jauh dari polusi cahaya kota, dan terutama setelah tengah malam, di mana meteor akan tampak memancar dari Rasi Bintang Gemini.

    Baca juga: Zodiak dan Astronomi: Perbedaan dan Persamaan dalam Kajian Ilmu Pengetahuan

    3. Merkurius pada Elongasi Barat Terbesar (7 Desember):

    Planet Merkurius akan mencapai elongasi barat terbesarnya, berjarak sekitar 20,7 derajat dari Matahari. Ini adalah waktu terbaik bagi pengamat untuk menemukan Merkurius, karena ia akan berada pada titik tertingginya di atas cakrawala di langit timur, tepat sebelum Matahari terbit.

    4. Titik Balik Matahari Desember (Solstice) (21 Desember):

    Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 Desember. Secara astronomis, ini adalah momen ketika Kutub Selatan Bumi miring ke arah Matahari, yang mencapai posisi paling selatan di langit. Fenomena ini menandai hari pertama musim dingin (winter solstice) di Belahan Bumi Utara dan hari pertama musim panas (summer solstice) di Belahan Bumi Selatan.

    5. Bulan Baru (New Moon) (20 Desember):

    Pada tanggal ini, Bulan berada di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam. Kondisi tanpa cahaya Bulan ini adalah waktu yang sempurna bagi para astronom amatir untuk mengamati objek redup di angkasa, seperti galaksi dan gugus bintang, karena langit akan mencapai kegelapan maksimal.


    6. Hujan Meteor Ursids (21-22 Desember):

    Sebagai penutup, hujan meteor minor Ursids akan mencapai puncaknya. Hujan ini, yang berasal dari puing-puing Komet Tuttle, biasanya hanya menghasilkan sekitar 5-10 meteor per jam. Namun, karena bulan sabit tipis akan terbenam lebih awal, langit akan cukup gelap untuk memberikan pertunjukan yang bagus. Meteor akan tampak memancar dari Rasi Bintang Ursa Minor.


    Baca juga: Ini Dia Beberapa Zodiak yang Cocok Jadi UI/UX Designer

    Dengan jadwal yang padat ini, bulan Desember 2025 dipastikan menjadi bulan paling menarik bagi komunitas pengamat langit, menutup tahun dengan pertunjukan keindahan alam semesta yang menakjubkan.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News

    (WN/ZA)


    •  

    Bapak AI Geoffrey Hinton: Semua Pekerjaan Manusia Dapat Digantikan oleh AI

    Foto: CIFAR

    Teknologi.id – Perdebatan tentang masa depan pekerjaan di tengah revolusi Kecerdasan Artifisial (AI) mencapai titik kritis. Kali ini, peringatan suram datang dari salah satu sosok paling dihormati di dunia riset AI, Geoffrey Hinton. Ilmuwan komputer asal Inggris yang kerap dijuluki "Bapak AI" ini baru-baru ini memaparkan prediksi yang mengkhawatirkan: semua pekerjaan manusia dapat digantikan oleh AI, sebuah skenario yang berpotensi menjungkirbalikkan tatanan sosial dan ekonomi global menjadi lebih buruk.

    Dalam sebuah diskusi dengan Senator Bernie Sanders di Universitas Georgetown, Hinton, yang merupakan pionir di balik teknik deep learning yang mendasari model AI generatif modern, tidak mengubah pendiriannya sejak ia mengundurkan diri dari Google pada tahun 2023. Keputusannya mundur tersebut ia lakukan karena ia menyesali karya hidupnya dan ingin berbicara secara terbuka tentang risiko teknologi yang ia bantu ciptakan.

    Mengapa Revolusi AI Berbeda?

    Hinton menjelaskan bahwa lonjakan implementasi AI saat ini berbeda secara fundamental dengan revolusi teknologi di masa lalu, seperti era industrialisasi atau digitalisasi awal. Dulu, ketika suatu sektor pekerjaan menghilang karena teknologi baru, pekerjaan-pekerjaan baru dengan kelas dan keterampilan yang berbeda tercipta untuk menampung tenaga kerja yang terdisrupsi.

    Namun, menurut Hinton, skenario tersebut tidak akan terjadi di era AI. Ia secara lugas menyatakan: "Orang-orang yang kehilangan pekerjaan tidak akan memiliki pekerjaan lain untuk dituju,". Logika Hinton sederhana: jika AI mencapai tingkat kecerdasan setara atau melampaui manusia—sebuah konsep yang dikenal sebagai Artificial General Intelligence (AGI)—maka pekerjaan apa pun yang mungkin dilakukan oleh manusia dapat dikerjakan dengan lebih efisien, lebih murah, dan tanpa henti oleh AI.

    Hinton yang bersama Yoshua Bengio dan Yann LeCun (yang juga dijuluki 'Bapak Baptis' AI) meraih Turing Award pada 2018 atas karya mereka pada jaringan saraf tiruan, kini menjadi suara paling lantang mengenai risiko eksistensial dan ekonomi dari perkembangan teknologi ini.

    Kritik Keras Terhadap Miliarder Teknologi

    Inti kritik Hinton tidak hanya terletak pada kemampuan teknis AI, tetapi juga pada motivasi ekonomi di baliknya. Ia secara konsisten memperingatkan bahwa industri AI tidak akan mampu meraup keuntungan besar kecuali dengan menggantikan tenaga kerja manusia.

    Dalam diskusinya, Hinton menargetkan para miliarder dan pemimpin teknologi yang memimpin perlombaan AI—termasuk nama-nama besar seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan Larry Ellison. Menurut Hinton, para pemimpin ini belum benar-benar memikirkan konsekuensi sosial ekonomi yang fatal: jika para pekerja kehilangan pekerjaan dan tidak dibayar, maka tidak ada yang akan membeli produk high-tech mereka. Prediksi ini menyoroti potensi paradoks AI—teknologi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi pasar justru dapat menghancurkan daya beli konsumen itu sendiri.

    Baca juga: Aman dari Robot dan AI: 8 Karier yang Tetap Eksis di Era Digital

    Jeda Menuju AGI Semakin Singkat

    Kekhawatiran Hinton diperparah oleh keyakinannya bahwa pencapaian Artificial General Intelligence (AGI)—sistem AI hipotetis yang memiliki tingkat kecerdasan setara atau melebihi manusia yang mampu melakukan berbagai macam tugas—sudah semakin dekat. Ini adalah target yang saat ini mati-matian dikejar oleh industri AI.

    Perkiraan waktu yang ia berikan pun terus menyusut. Pada tahun 2023, Hinton sempat memprediksi bahwa AGI mungkin membutuhkan waktu sekitar 20 hingga 50 tahun. Namun, kini ia merevisi pandangannya secara drastis: "Saya pikir mungkin 20 tahun atau kurang,". Jika perkiraan ini benar, dampaknya pada pasar kerja global akan terjadi dalam kurun waktu dua dekade, memaksa negara-negara untuk segera merumuskan kebijakan sosial baru.

    Ia bahkan menambahkan klaim yang mengejutkan: model AI terbaru saat ini, seperti GPT-5 dari OpenAI, sudah tahu ribuan kali lebih banyak dari manusia. Meskipun model-model ini belum memiliki kecerdasan yang terintegrasi (seperti manusia), basis pengetahuan masif mereka adalah fondasi yang siap untuk menguasai berbagai tugas berbasis informasi.

    Meskipun demikian, ada secercah harapan: hingga saat ini, banyak upaya untuk menggantikan pekerja dengan agen AI di lapangan, termasuk dalam peran dukungan pelanggan (customer support) yang diprediksi paling rentan, seringkali gagal. Ini menunjukkan bahwa, untuk saat ini, menggantikan pekerjaan bergaji rendah sekalipun tidak semudah yang diasumsikan teknologi, terutama karena faktor interaksi manusia, empati, dan pemecahan masalah yang tidak terstruktur.

    Peringatan Geoffrey Hinton ini berfungsi sebagai pengingat yang menyengat bagi para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis di seluruh dunia. Perlombaan menuju AGI tidak hanya membawa janji kemajuan teknologi, tetapi juga potensi risiko pengangguran massal yang memerlukan skema sosial ekonomi baru yang radikal, jauh sebelum AI sepenuhnya menggantikan peran manusia.

    Baca juga: World Robot Olympiad: Panggung Pelajar Global Pamerkan Talenta Robotika

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News

    (WN/ZA)

    •  

    Indonesia Kebut Riset 6G: BRIN Kembangkan Teknologi Sub-THz dan Cloud Cerdas

    Foto: 6G BRICKS

    Teknologi.id – Indonesia tidak ingin tertinggal dalam perlombaan telekomunikasi global menuju generasi keenam (6G). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini menjadi garda terdepan, secara aktif mengembangkan dua pilar teknologi kunci yang digadang-gadang akan menjadi fondasi utama bagi sistem komunikasi ultra-cepat generasi mendatang: perangkat sub-terahertz (sub-THz) berbasis optikal dan arsitektur jaringan cloud cerdas.

    Pengembangan ini merupakan respons terhadap prediksi eksplosif kebutuhan data. Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, Ken Paramayudha, menjelaskan bahwa teknologi telekomunikasi akan terus berevolusi hingga 6G, di mana kebutuhan akan kecepatan data diproyeksikan melonjak hingga seratus kali lebih cepat dibandingkan dengan generasi 5G. Lompatan kuantum ini menuntut inovasi radikal, terutama dalam pemanfaatan spektrum frekuensi baru dan kecerdasan jaringan.

    Inovasi Spektrum Sub-Terahertz (Sub-THz)

    Spektrum Sub-Terahertz (frekuensi di atas 100 GHz hingga 300 GHz) merupakan kandidat kuat untuk mewujudkan janji kecepatan ultra-tinggi 6G karena menawarkan lebar pita (bandwidth) yang masif. Namun, tantangan terbesarnya adalah membangun perangkat yang mampu menghasilkan sinyal pada frekuensi setinggi itu secara stabil dan efisien di lingkungan praktis.

    Tim peneliti BRIN mengatasi tantangan ini dengan menggunakan pendekatan difference frequency generation (DFG). Pendekatan ini memanfaatkan material optik non-linear yang diintegrasikan secara presisi ke dalam rectangular waveguide. Inovasi ini memungkinkan perangkat untuk menghasilkan continuous wave signal secara stabil pada temperatur ruangan. Praktikalitas ini sangat krusial untuk implementasi industri di masa depan.

    Dalam riset awal yang dilakukan, BRIN berhasil menunjukkan capaian signifikan: perangkat tersebut sukses memproduksi sinyal hingga frekuensi 100 GHz. Keberhasilan memproduksi sinyal pada frekuensi ini membuka peluang lebar untuk berbagai aplikasi ultra-cepat, antara lain:

    • High-speed optical-electrical conversion: Mengubah sinyal optik berkecepatan tinggi menjadi sinyal listrik.
    • Transmitter radio berbasis serat optik: Untuk pengiriman data dengan kecepatan masif melalui jaringan serat optik.
    • Komunikasi berkecepatan tinggi di lingkungan dengan kepadatan trafik data yang ekstrem.

    Integrasi teknologi fotonik dan microwave melalui desain resonansi dan simulasi CST lebih lanjut meningkatkan efisiensi penguatan sinyal, memposisikan riset BRIN sejajar dengan tren global dalam eksplorasi spektrum THz untuk Beyond 5G.

    Baca Juga: Cara Cek Rumah Masuk Jangkauan Internet Rakyat 100 Mbps Rp100 Ribu

    Foto: BRIN

    Jaringan Cloud Cerdas dan Deep Reinforcement Learning (DRL)

    Komunikasi 6G tidak hanya menuntut kecepatan, tetapi juga kecerdasan dan fleksibilitas jaringan yang belum pernah ada. Pilar kedua riset BRIN berfokus pada arsitektur jaringan cloud cerdas yang akan menjadi tulang punggung sistem 6G.

    Arief Indra Irawan, seorang PhD student yang terlibat dalam riset ini, menyoroti tantangan komunikasi cloud intelijen. Ia menekankan bahwa 6G akan menuntut konektivitas full-dimensional multi-access, yang mencakup integrasi tanpa batas antara komunikasi darat, udara (drone), dan satelit. Agar integrasi yang kompleks ini berjalan mulus, keputusan jaringan harus bersifat adaptif dan cerdas.

    Teknologi kunci yang didorong dalam pengembangan jaringan ini adalah Deep Reinforcement Learning (DRL). DRL adalah algoritma Kecerdasan Buatan (AI) yang memungkinkan jaringan untuk melakukan optimasi jangka panjang berdasarkan lingkungan operasional dan kondisi trafik yang berubah secara real-time.

    Pemanfaatan DRL akan memungkinkan jaringan 6G untuk:

    1. Penempatan Fungsi Layanan Otomatis: Secara cerdas menentukan lokasi fungsi layanan (seperti caching atau processing) demi efisiensi.
    2. Optimasi Jalur Komunikasi: Mengoptimalkan jalur komunikasi secara dinamis melintasi berbagai domain (darat, udara, satelit).
    3. Efisiensi dan Keamanan: Menjaga efisiensi pemrosesan data sambil memastikan keamanan data (privacy processing) dalam service function chaining (SFC).

    Baca Juga: Elon Musk Gratiskan Internet Starlink untuk Korban Banjir Sumatera

    Prospek Indonesia dalam Ekosistem Global 6G

    Kombinasi antara riset perangkat keras sub-terahertz dan pengembangan arsitektur jaringan cloud cerdas merupakan langkah strategis bagi Indonesia. Alih-alih hanya menunggu dan menjadi konsumen ketika teknologi 6G matang di rentang tahun 2030-2035, BRIN berupaya memposisikan Indonesia sebagai negara yang turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi intinya.

    Inovasi material, integrasi fotonik-microwave, virtualisasi, dan kecerdasan jaringan (network intelligence) adalah empat pilar yang diyakini BRIN akan mendefinisikan masa depan telekomunikasi. Dengan dukungan riset yang berkelanjutan ini, Indonesia memperkuat fondasi riset dan inovasi nasional agar siap secara teknologi dan kebijakan saat dunia memasuki babak komunikasi ultra-cepat 6G.

    Baca Juga: Satria-1 & Starlink Dikerahkan Pulihkan Komunikasi Banjir Aceh–Sumatera

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News

    (WN/ZA)

    •  
    ❌