Reading view

Terbongkar! Jalur Tikus DeepSeek Dapat Chip Nvidia via Singapura & Malaysia

Foto: Securityweek

Teknologi.id – Misteri di balik kebangkitan mendadak DeepSeek, perusahaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) asal China yang baru-baru ini mengguncang Silicon Valley, mulai terkuak. Di tengah ketatnya sanksi ekspor teknologi yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS), banyak pihak bertanya-tanya: Bagaimana mungkin sebuah startup China bisa melatih model AI sekelas dunia tanpa akses resmi ke perangkat keras tercanggih?

Jawabannya ternyata melibatkan operasi klandestin yang rumit, "pusat data hantu", dan jalur penyelundupan yang melintasi negara-negara tetangga Indonesia. Sebuah laporan investigasi mengejutkan mengungkapkan bahwa DeepSeek diduga kuat menggunakan ribuan chip Nvidia canggih yang diselundupkan melalui Singapura dan Malaysia, mengakali blokade teknologi Washington dengan cara yang licin dan terorganisir.

Modus Operandi: Pusat Data Palsu di Negeri Tetangga

Laporan yang pertama kali diangkat oleh The Information dan dikutip oleh Kompas Tekno ini memaparkan taktik "Kuda Troya" yang digunakan oleh perantara DeepSeek. Karena AS melarang penjualan langsung chip AI berkinerja tinggi (seperti Nvidia H100 atau seri Blackwell terbaru) ke China, para perantara ini tidak mengirim barang langsung ke Beijing atau Shanghai.

Sebaliknya, mereka mendirikan pusat data palsu (fake data centers) atau perusahaan cangkang di negara-negara yang tidak terkena sanksi ketat, khususnya Singapura dan Malaysia. Secara administratif, pembelian chip tersebut terlihat legal. Perusahaan "lokal" di Asia Tenggara memesan server AI untuk kebutuhan riset atau bisnis lokal.

Namun, begitu server-server mahal tersebut tiba dan lolos dari pemeriksaan bea cukai setempat, fungsi aslinya sebagai pusat data tidak pernah dijalankan. Dalam hitungan hari atau minggu, server-server tersebut dibongkar (dismantled). Komponen paling berharga di dalamnya, yakni unit pemroses grafis (GPU) buatan Nvidia, dicopot satu per satu.

Baca juga: DeepSeek V3.2 Speciale, Model AI China yang Lampaui Gemini 3.0 Pro

Koper, Kargo Kecil, dan Pasar Gelap

Setelah dicopot dari rak server, chip-chip seharga puluhan ribu dolar per unit tersebut memulai perjalanan klandestin mereka menuju China. Laporan menyebutkan bahwa ribuan GPU ini diselundupkan dalam partai kecil untuk menghindari deteksi.

Metodenya beragam, mulai dari penggunaan jasa kurir perorangan yang membawa komponen di dalam koper bagasi pesawat, hingga pengiriman kargo komersial yang disamarkan sebagai barang elektronik umum. Jalur perdagangan bebas dan tingginya volume logistik di Asia Tenggara dimanfaatkan sebagai celah yang sempurna.

Sesampainya di China, komponen-komponen selundupan ini dirakit kembali menjadi kluster supercomputer raksasa. Inilah "dapur pacu" rahasia yang memungkinkan DeepSeek melatih model bahasa besar (Large Language Model/LLM) mereka, DeepSeek-V3, yang kinerjanya diklaim setara dengan GPT-4 milik OpenAI namun dengan biaya latihan yang jauh lebih murah.


Foto: Reuters

Skala Operasi: Puluhan Ribu Unit H100

Dugaan skala penyelundupan ini sangat masif. Beberapa sumber industri memperkirakan DeepSeek berhasil mengumpulkan hingga 50.000 unit prosesor Nvidia H100 melalui berbagai jalur pasar gelap (black market).

Sebagai konteks, satu unit Nvidia H100 di pasar legal dibanderol sekitar USD 25.000 hingga USD 30.000. Di pasar gelap China, harganya bisa melonjak dua hingga tiga kali lipat. Fakta bahwa DeepSeek mampu mendanai operasi ini menunjukkan betapa vitalnya chip tersebut bagi ambisi AI nasional China.

Keberadaan 50.000 chip ini menjawab keraguan para analis Barat. Sebelumnya, banyak yang skeptis bagaimana China bisa terus berinovasi di bidang AI tanpa perangkat keras terbaru. Ternyata, tembok sanksi AS tidak sepenuhnya kedap air; ia bocor di wilayah Asia Tenggara.

Nvidia Membantah, AS Geram

Menanggapi laporan panas ini, Nvidia segera mengeluarkan bantahan. Raksasa teknologi yang dipimpin Jensen Huang tersebut menyatakan bahwa klaim DeepSeek menggunakan puluhan ribu chip selundupan adalah "mengada-ada". Nvidia menegaskan komitmennya untuk mematuhi seluruh regulasi ekspor AS dan berjanji akan menyelidiki setiap indikasi penyalahgunaan rantai pasok.

Namun, bagi pemerintah AS, laporan ini adalah tamparan keras. Departemen Perdagangan AS di bawah administrasi Biden telah berupaya keras memutus akses China terhadap teknologi AI canggih karena kekhawatiran akan penggunaannya untuk militer dan spionase.

Terbongkarnya jalur Singapura-Malaysia ini berpotensi memicu konsekuensi diplomatik dan ekonomi baru. AS diprediksi akan memperketat pengawasan ekspor ke negara-negara Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan teknologi di kawasan ASEAN mungkin akan menghadapi prosedur kepatuhan (compliance) yang jauh lebih rumit dan ketat di masa depan, karena AS tidak ingin wilayah ini menjadi "pintu belakang" bagi China.

Baca juga: Nvidia Boleh Ekspor Chip AI ke China, Trump Ambil Risiko Besar atau Strategi Cerdas?

Implikasi bagi Industri AI Global

Kasus DeepSeek ini membuktikan satu hal: dalam perang teknologi, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Sanksi ekonomi mungkin memperlambat, tetapi tidak serta-merta menghentikan aliran teknologi, terutama ketika permintaan pasar begitu tinggi dan keuntungan finansial dari penyelundupan begitu menggiurkan.

Bagi Indonesia dan negara ASEAN lainnya, isu ini menjadi peringatan untuk lebih waspada terhadap arus barang teknologi tinggi yang melintasi perbatasan. Posisi strategis sebagai hub logistik global kini membawa risiko terseret ke dalam pusaran konflik geopolitik antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Sementara itu, di laboratorium rahasia di China, mesin-mesin selundupan itu terus bekerja siang malam, melatih kecerdasan buatan yang siap menantang dominasi Barat.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Speaker Gaming Murah! Black Shark Rilis Speaker Magnetik RGB Cuma 300 Ribuan

Foto: Blackshark

Teknologi.id – Bagi para mobile gamer dan penikmat konten multimedia, kualitas suara dari speaker bawaan ponsel sering kali terasa kurang memuaskan. Suara yang cempreng (tinny), bass yang tidak terasa, hingga posisi lubang speaker yang sering tertutup tangan saat bermain game adalah masalah klasik. Menjawab keluhan tersebut, produsen perangkat gaming ternama, Black Shark, baru saja merilis solusi cerdas yang menggabungkan estetika, fungsi, dan portabilitas: Black Shark Magnetic Bluetooth Speaker.

Perangkat audio mungil ini bukan sekadar speaker eksternal biasa. Ia dirancang dengan mekanisme magnetik canggih yang memungkinkannya menempel langsung di punggung smartphone, memberikan pengalaman audio yang lebih immersive tanpa perlu memegang perangkat tambahan atau menggunakan kabel yang merepotkan.

Desain Futuristik: Magnet N52 dan Lampu RGB

Daya tarik utama dari perangkat ini adalah desainnya yang sangat fungsional. Black Shark menggunakan material premium yang memadukan logam dan ABS yang kokoh. Di balik kerangkanya, tertanam cincin magnet N52 yang sangat kuat.

Magnet N52 adalah salah satu grade magnet neodymium terkuat yang tersedia secara komersial. Kekuatan ini menjamin speaker dapat menempel dengan pakem di punggung ponsel, bahkan saat pengguna bergerak aktif atau ponsel digoyangkan saat bermain game yang intens. Fitur ini jelas terinspirasi dari mekanisme MagSafe pada iPhone, namun Black Shark membuatnya kompatibel secara luas. Bagi ponsel Android yang belum memiliki fitur magnetik bawaan, speaker ini tetap bisa digunakan dengan bantuan stiker cincin magnet tambahan.

Tidak lengkap rasanya jika perangkat gaming tanpa lampu warna-warni. Black Shark menyematkan cincin lampu RGB yang dinamis pada bodi speaker. Lampu ini dapat berkedip mengikuti irama musik atau efek suara dalam game, menciptakan atmosfer visual yang seru, terutama saat dimainkan di ruangan gelap.

Baca juga: Speaker Baru Samsung Bisa Berfungsi Sebagai Bingkai Foto

Fungsi Ganda: Audio Booster Sekaligus Kickstand

Salah satu fitur paling cerdas dari desain fisik speaker ini adalah kemampuannya berfungsi sebagai penyangga ponsel (phone stand).

Saat ditempelkan di bagian tengah atau bawah punggung ponsel, bodi speaker yang cukup tebal dapat menopang ponsel dalam posisi miring. Ini sangat berguna bagi pengguna yang gemar menonton film, serial Netflix, atau video YouTube sambil makan atau bekerja, tanpa perlu memegang ponsel terus-menerus. Posisi horizontal (landscape) menjadi lebih stabil dan sudut pandang layar menjadi lebih ergonomis.

Foto: Blackshark

Spesifikasi Audio: Kecil tapi Menggelegar

Jangan tertipu oleh ukurannya yang ringkas. Black Shark Magnetic Bluetooth Speaker dibekali dengan spesifikasi audio yang serius. Jantung suaranya berasal dari driver full-range berukuran 1,45 inci yang mampu menyemburkan daya keluaran sebesar 4 watt.

Untuk ukuran speaker portabel sekecil ini, daya 4 watt tergolong cukup besar. Black Shark mengklaim perangkat ini mampu menghasilkan tingkat kekerasan suara hingga 90 dB. Ini berarti suara ledakan dalam game PUBG Mobile atau dentuman bass lagu EDM akan terdengar jauh lebih nendang dibandingkan speaker internal ponsel flagship sekalipun.

Kualitas suara ini diperkuat dengan teknologi DSP (Digital Signal Processing) Pro 2.0. Algoritma ini bekerja secara real-time untuk memproses sinyal audio, mengurangi distorsi pada volume tinggi, dan meningkatkan respons frekuensi rendah (bass) serta kejernihan vokal (treble). Hasilnya adalah profil suara yang seimbang, jernih, dan bertenaga.

Konektivitas Masa Depan: Bluetooth 6.0

Salah satu kejutan terbesar dari perangkat ini adalah penggunaan standar konektivitas nirkabel terbaru, yakni Bluetooth 6.0.

Di saat banyak perangkat high-end masih berkutat di Bluetooth 5.3 atau 5.4, Black Shark melangkah lebih maju. Bluetooth 6.0 menawarkan keunggulan signifikan dalam hal kecepatan transfer data, stabilitas koneksi, dan efisiensi daya. Bagi gamer, ini berarti latensi (jeda suara) yang sangat rendah. Suara langkah kaki musuh atau tembakan akan terdengar sinkron dengan visual di layar, menghilangkan delay yang sering menjadi kelemahan speaker Bluetooth konvensional.

Selain itu, speaker ini mendukung fitur TWS (True Wireless Stereo) Pairing. Jika pengguna membeli dua unit speaker ini, keduanya dapat dihubungkan secara nirkabel untuk menciptakan sistem suara stereo kiri-kanan (left-right channel) yang sesungguhnya, memberikan efek ruang yang jauh lebih luas.

Baca juga: Cara Hubungkan Ponsel ke Lebih dari Satu Speaker Bluetooth

Baterai Awet dan Harga Terjangkau

Untuk mendukung sesi bermain game maraton, Black Shark menanamkan baterai berkapasitas 750 mAh. Berdasarkan pengujian internal, baterai ini mampu bertahan antara 6 hingga 16 jam pemutaran musik non-stop, tergantung pada tingkat volume dan penggunaan lampu RGB. Pengisian daya juga sudah menggunakan port modern USB Type-C, dengan waktu pengisian penuh sekitar 2,5 jam.

Yang paling menarik adalah harganya. Di pasar China, Black Shark Magnetic Bluetooth Speaker dibanderol hanya 129 Yuan atau setara dengan Rp280.000 - Rp300.000. Harga ini tergolong sangat agresif mengingat fitur-fitur premium yang ditawarkannya (Magnet N52, RGB, Bluetooth 6.0).

Meskipun saat ini baru tersedia di pasar domestik China, antusiasme penggemar teknologi global sangat tinggi. Mengingat popularitas merek Black Shark di Indonesia, besar kemungkinan aksesori unik ini akan segera masuk ke pasar tanah air melalui jalur distributor resmi maupun importir umum dalam waktu dekat.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Mendunia! Lagu Indo "Stecu Stecu" Kalahkan Coldplay di Top Chart TikTok

Foto: Gemini

Teknologi.id – Siapa sangka, irama musik lokal yang lahir dari kreativitas anak bangsa di Indonesia Timur mampu mengguncang panggung musik dunia dan mengalahkan nama-nama raksasa industri hiburan global? Tahun 2025 menjadi saksi sejarah baru bagi industri musik tanah air. Sebuah lagu dengan judul unik, "Stecu Stecu", karya musisi Faris Adam, secara mengejutkan berhasil menembus daftar prestisius "Global Top 20 Songs 2025" yang dirilis oleh platform video pendek raksasa, TikTok.

Prestasi ini bukan kaleng-kaleng. Lagu yang kental dengan nuansa elektronik lokal yang catchy ini menempati peringkat ke-8 di seluruh dunia. Posisi ini secara otomatis menempatkan "Stecu Stecu" di atas karya musisi legendaris dunia. Lagu "Sparks" milik band ikonik asal Inggris, Coldplay, harus puas berada di posisi ke-15, sementara lagu hits "Ocean Eyes" dari penyanyi fenomenal Billie Eilish tertahan di posisi ke-12.

Fenomena "Stecu": Dari Lokal Menjadi Global

Keberhasilan "Stecu Stecu" adalah anomali yang menyenangkan dalam industri musik global yang biasanya didominasi oleh pop Barat atau K-Pop. Lagu ini menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang berhasil masuk ke dalam jajaran elit tersebut di tahun 2025.

Judul "Stecu" sendiri diambil dari istilah gaul atau slang lokal yang merupakan singkatan dari "Stelan Cuek". Istilah ini menggambarkan sikap santai, percaya diri, dan tidak mempedulikan omongan orang lain—sebuah filosofi yang mungkin sangat resonan dengan Generasi Z di seluruh dunia.

Faris Adam, sang kreator yang berasal dari Maluku Utara, berhasil meramu musik yang melampaui batasan bahasa. Meskipun liriknya berbahasa Indonesia (dengan dialek lokal), beat atau ketukan lagunya memiliki daya tarik universal. Irama yang menghentak namun asyik dibuat bergoyang ini menjadi bensin utama bagi viralitasnya di TikTok.

Baca juga: 5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Mengapa Bisa Mengalahkan Coldplay?

Pertanyaan besar yang muncul di benak banyak orang adalah: Bagaimana mungkin lagu lokal bisa mengalahkan Coldplay dalam hal metrik viralitas? Jawabannya terletak pada algoritma dan kultur penggunaan TikTok itu sendiri.

  1. Kekuatan "Sound" untuk Konten: Di TikTok, popularitas sebuah lagu tidak ditentukan oleh kompleksitas lirik atau ketenaran penyanyinya, melainkan oleh seberapa "enak" lagu tersebut digunakan sebagai latar video. "Stecu Stecu" memiliki struktur looping yang sempurna untuk konten berdurasi 15 hingga 60 detik.
  2. Versatilitas Penggunaan: Berbeda dengan lagu Coldplay yang mungkin lebih cocok untuk konten galau atau sinematik, "Stecu Stecu" bersifat serbaguna (versatile). Lagu ini digunakan oleh jutaan kreator konten dari Amerika, Eropa, hingga Asia untuk berbagai jenis video: mulai dari dance challenge, transisi makeup, video memasak, hingga video komedi (meme).
  3. Efek Domino FYP: Ketika sebuah lagu mulai dipakai secara masif di satu negara, algoritma TikTok "For You Page" (FYP) akan mendorongnya ke negara lain. Pengguna di Brasil atau Jepang mungkin tidak tahu arti kata "Stecu", tetapi mereka menikmati energinya. Inilah yang membuat lagu ini meledak secara organik tanpa kampanye pemasaran global yang mahal.

Foto: TikTok

Kebangkitan Musik Indonesia Timur 

Kesuksesan Faris Adam juga menyoroti potensi besar dari kancah musik Indonesia Timur. Selama beberapa tahun terakhir, lagu-lagu dari wilayah ini—yang sering kali mengusung genre House Music lokal, Funkot, atau Remix—kerap menjadi viral di media sosial nasional. Namun, menembus pasar global di peringkat 8 dunia adalah pencapaian tertinggi sejauh ini. 

Hal ini membuktikan bahwa selera musik dunia semakin inklusif dan terdesentralisasi. "Sound of Indonesia" kini memiliki tempat tersendiri. Fenomena ini mirip dengan bagaimana musik Reggaeton dari Amerika Latin atau Afrobeats dari Afrika mengambil alih tangga lagu dunia beberapa tahun lalu. Kini, giliran irama khas Nusantara yang mendapatkan panggungnya.

Baca juga: Fitur Baru TikTok: Shared Collections & Shared Feeds untuk Kolaborasi Konten

Dampak Bagi Industri Musik Tanah Air

Laporan TikTok ini memberikan angin segar dan motivasi luar biasa bagi para kreator musik independen di Indonesia. Kasus "Stecu Stecu" membuktikan bahwa Anda tidak perlu rekaman di studio mahal di Jakarta atau Los Angeles untuk didengar dunia. Kreativitas yang autentik, dipadukan dengan pemahaman akan tren digital, bisa membawa seorang musisi dari daerah untuk bersanding—bahkan mengungguli—pemenang Grammy Awards.

Ke depannya, fenomena ini diprediksi akan memicu gelombang baru eksplorasi musik lokal. Produser musik dunia mungkin akan mulai melirik talenta-talenta dari Indonesia untuk kolaborasi, mencari "bumbu" unik yang bisa membuat karya mereka viral di platform media sosial. Bagi Faris Adam dan "Stecu Stecu", peringkat ke-8 dunia bukan sekadar angka. Itu adalah pernyataan tegas bahwa Indonesia ada di peta musik digital dunia, dan kita tidak datang hanya untuk meramaikan, tetapi untuk memimpin tren. Coldplay mungkin memiliki stadion, tetapi di layar ponsel miliaran manusia tahun 2025, Faris Adam adalah rajanya.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Siap-Siap Mahal! Tarif Ojol Bakal Disesuaikan Ikuti Kenaikan BBM & UMR

Foto: Universitas Gadjah Mada

Teknologi.id – Kabar penting bagi jutaan pengguna setia layanan transportasi daring (online) di Indonesia. Era tarif lama ojek online (ojol) yang telah berlaku selama setengah dekade terakhir tampaknya akan segera berakhir. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi memberikan sinyal kuat bahwa penyesuaian tarif ojol kini bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah urgensi yang sedang dalam tahap pematangan regulasi.

Langkah ini diambil sebagai respons atas dinamika ekonomi yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, di mana biaya hidup dan operasional terus merangkak naik, sementara pendapatan dasar mitra pengemudi relatif stagnan. Pemerintah menyadari bahwa membiarkan tarif tidak berubah lebih lama lagi berpotensi memicu gejolak sosial di kalangan pengemudi yang merupakan tulang punggung ekonomi gig di Indonesia.

Akhir Penantian 5 Tahun: Mengapa Harus Naik Sekarang?

Dalam sebuah diskusi bertajuk "Sinergi Ekosistem Transportasi Digital" yang digelar di Jakarta Selatan, Utomo Harmawan, Kasubdit Angkutan Tidak dalam Trayek Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, mengungkapkan fakta yang menjadi dasar keputusan ini. Ia menyoroti bahwa sudah sekitar 4 hingga 5 tahun tidak ada revisi tarif ojol yang signifikan.

"Pasti tarif akan kita sesuaikan, karena memang sejak ditetapkan yang 4-5 tahun yang lalu belum ada perubahan," tegas Utomo.

Selama periode stagnasi tersebut, Indonesia telah melewati berbagai gelombang ekonomi, mulai dari pemulihan pasca-pandemi, inflasi, hingga fluktuasi harga energi. Ketidakseimbangan antara pendapatan pengemudi dengan biaya operasional harian inilah yang selama ini memicu berbagai aksi demonstrasi dan keresahan di kalangan asosiasi pengemudi ojol. Kemenhub menilai, revisi tarif adalah langkah korektif yang tidak bisa ditunda lagi untuk menjaga keberlangsungan ekosistem ini.

Baca juga: Tarif Ojol Naik, Gojek Buka Suara: Komitmen Ikuti Regulasi dan Jaga Ekosistem

Rumus Baru: UMR + BBM = Tarif Baru

Lantas, berapa besar kenaikannya dan apa landasannya? Kemenhub membocorkan bahwa skema tarif baru ini tidak diputuskan secara sembarangan. Pemerintah sedang menyusun formula yang mempertimbangkan dua variabel makro ekonomi utama:

  1. Kenaikan Upah Minimum Regional (UMR): Kenaikan upah buruh dan pekerja formal setiap tahunnya menjadi tolok ukur daya beli dan standar hidup layak. Tarif ojol harus disesuaikan agar pendapatan bersih pengemudi tetap relevan dengan standar hidup di masing-masing daerah operasional.
  2. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM): Sebagai komponen biaya operasional terbesar bagi pengemudi, fluktuasi harga BBM memiliki dampak langsung terhadap pendapatan bersih ("uang dapur") yang dibawa pulang.

"Kami sepakat dan di regulasi kami ini kita sudah menyusun penyusunan tarif berdasarkan kenaikan harga UMR dan kenaikan harga BBM," jelas Utomo. Dengan memasukkan kedua komponen ini, diharapkan tarif baru nanti akan lebih fair atau adil bagi mitra pengemudi tanpa memberatkan konsumen secara berlebihan.

Foto: Kontan

PR untuk Aplikator: Algoritma "Anti-Macet"

Selain urusan dompet, Kemenhub juga menyoroti aspek teknis operasional yang selama ini dikeluhkan masyarakat umum: kemacetan di titik penjemputan. Fenomena "lautan jaket hijau/kuning" di stasiun KRL atau pusat perbelanjaan sering kali menjadi biang kerok kemacetan lalu lintas.

Kemenhub secara spesifik "menentil" peran aplikator (seperti Gojek, Grab, Maxim, dll) yang disebut sebagai "Mak Comblang"—pihak yang mempertemukan pengemudi dan penumpang. Pemerintah meminta aplikator untuk tidak hanya fokus pada transaksi, tetapi juga bertanggung jawab atas ketertiban umum melalui teknologi.

Utomo menantang para perusahaan teknologi ini untuk memodifikasi algoritma mereka. Tujuannya adalah memecah konsentrasi massa di satu titik.

"Apakah algoritmanya tidak bisa mengarahkan penumpang berjalan 20-30 meter ke titik yang lebih longgar?" tanyanya. Ide ini sederhana namun berdampak besar: aplikasi bisa menyarankan titik jemput yang sedikit bergeser dari kerumunan utama, sehingga arus lalu lintas tetap lancar dan keselamatan penumpang maupun pengemudi lebih terjamin. Ini menuntut perubahan perilaku penumpang untuk mau berjalan sedikit demi kenyamanan bersama.

Baca juga: Maxim Aplikasi Transportasi Online Terpercaya Indonesia

Perlindungan Sosial: JKK dan JKM

Di sisi lain, payung hukum untuk kesejahteraan pengemudi juga sedang diperkuat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya telah membocorkan bahwa aturan baru ojol nantinya tidak hanya bicara soal tarif, tetapi juga perlindungan sosial.

Pemerintah sedang merumuskan regulasi yang mewajibkan adanya Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Ini adalah langkah maju untuk memanusiakan profesi ojol yang memiliki risiko kecelakaan tinggi di jalan raya. Dengan adanya jaminan ini, diharapkan mitra pengemudi memiliki jaring pengaman sosial yang lebih kuat, setara dengan pekerja formal lainnya.

Kesimpulannya, tahun 2026 kemungkinan besar akan menjadi tahun perubahan besar bagi industri ojek online di Indonesia. Konsumen harus bersiap dengan penyesuaian harga, sementara pengemudi bisa sedikit bernapas lega dengan potensi pendapatan dan perlindungan yang lebih baik. Pemerintah kini memegang peran kunci sebagai wasit untuk memastikan keseimbangan baru ini tidak merugikan salah satu pihak.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Desa Swiss Rata dengan Tanah! Kisah Blatten Lolos dari Maut Berkat Data Sains Presisi

Foto: Reuters

Teknologi.id – Apa yang terjadi di lembah Pegunungan Alpen, Swiss, baru-baru ini adalah sebuah paradoks yang mencengangkan dunia. Di satu sisi, sebuah bencana alam dahsyat benar-benar terjadi sesuai skenario terburuk: sebuah desa pegunungan yang indah hancur total, lenyap terkubur di bawah ribuan ton es, batu, dan lumpur dalam sekejap mata. Namun, di sisi lain, peristiwa ini dirayakan sebagai kemenangan terbesar umat manusia melawan kekuatan alam.

Desa Blatten, yang terletak di kanton Valais, Swiss bagian selatan, kini tinggal nama. Pada akhir Mei 2025, runtuhan masif dari Gletser Birch menerjang wilayah tersebut, meratakan rumah, kandang ternak, dan infrastruktur sejarah yang telah berdiri ratusan tahun. Namun, di tengah kehancuran fisik yang total tersebut, nyaris tidak ada korban jiwa yang jatuh dari kalangan penduduk. Sebanyak 300 warga desa, beserta hewan ternak mereka, berhasil lolos dari maut berkat satu hal: kepercayaan penuh pada peringatan dini sains.

Detik-Detik "Kiamat Kecil" di Valais

Bencana itu datang dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga, menyerupai ledakan bom. Jutaan meter kubik material—campuran es glasial yang keras, batuan granit, dan tanah—meluncur deras dari lereng gunung, menyapu dasar lembah dengan kekuatan yang tak terbayangkan.

Christophe Lambiel, seorang spesialis geologi pegunungan tinggi dan gletser dari Lausanne University, menggambarkan kejadian tersebut kepada stasiun TV Swiss RTS sebagai "skenario terburuk yang menimbulkan bencana." Awan debu raksasa membubung tinggi, menyelimuti pegunungan dan lembah, menciptakan pemandangan yang mencekam mirip dampak ledakan nuklir.

Citra satelit dan rekaman drone pascabencana memperlihatkan pemandangan yang memilukan: area yang dulunya adalah permukiman asri kini berubah menjadi hamparan puing kelabu setebal puluhan meter yang memanjang hingga 1,6 kilometer. Sungai Lonza, nadi kehidupan lembah tersebut, terbendung oleh material longsor, menciptakan danau baru yang kini menjadi ancaman sekunder bagi wilayah di hilirnya.

Baca juga: Misteri Sungai Hilang di Tanah Datar: Ahli Ungkap Peran Sinkhole dan Karst

Foto: Associated Press

Kunci Keselamatan: Evakuasi Sebelum Bencana

Bagaimana mungkin sebuah desa bisa lenyap tanpa menelan korban massal penduduknya? Jawabannya terletak pada sistem mitigasi bencana Swiss yang sangat disiplin dan canggih.

Jauh sebelum gletser itu runtuh, para ahli geologi dan glasiologi Swiss telah memantau pergerakan Gletser Birch dengan teknologi radar dan laser presisi tinggi. Mereka mendeteksi adanya percepatan pergerakan es dan peningkatan frekuensi longsoran batu kecil dari lereng gunung. Data ini diterjemahkan sebagai "lampu merah": struktur gletser sedang menuju titik jenuh dan keruntuhan total tak terelakkan.

Merespons data ini, otoritas lokal tidak membuang waktu. Pada tanggal 19 Mei 2025—lebih dari sepekan sebelum puncak bencana terjadi—perintah evakuasi total dikeluarkan.

Proses evakuasi dilakukan dengan presisi militer. Tidak hanya manusia, pemerintah Swiss juga memikirkan aset berharga warga. Helikopter dikerahkan untuk mengangkut sapi, domba, dan kambing yang sedang merumput di lereng-lereng bukit ke tempat aman. Jalan akses menuju desa ditutup total, dan sistem keamanan dipasang untuk memastikan tidak ada turis atau warga yang nekat kembali ke zona merah.

Ketika gletser akhirnya runtuh, desa itu sudah menjadi kota hantu. Keputusan tegas untuk mengevakuasi seluruh populasi terbukti menjadi pembeda antara tragedi kemanusiaan dan kerugian materi semata.

Sinyal Bahaya dari Perubahan Iklim

Peristiwa di Blatten bukan sekadar bencana lokal, melainkan peringatan keras mengenai dampak nyata perubahan iklim global. Pegunungan Alpen di Eropa memanas dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Kenaikan suhu menyebabkan permafrost—lapisan tanah dan batuan yang membeku secara permanen dan berfungsi sebagai "lem" perekat gunung—mencair. Ketika permafrost meleleh, lereng gunung kehilangan stabilitasnya. Batuan menjadi rapuh, dan gletser yang menyusut kehilangan pijakannya, menyebabkan mereka rentan runtuh (kolaps) dalam volume masif.

"Para ilmuwan tahu sesuatu akan terjadi, berkat semakin seringnya terjadi longsoran batu dari lereng gunung ke gletser," ujar Lambiel. Fenomena ini diperkirakan akan semakin sering terjadi di wilayah pegunungan seluruh dunia, dari Alpen hingga Himalaya.

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun

Pelajaran Mahal untuk Dunia

Kehancuran Desa Blatten meninggalkan duka mendalam bagi warganya yang kehilangan tempat tinggal dan kenangan leluhur. Namun, di balik puing-puing tersebut, tersimpan pelajaran berharga tentang pentingnya integrasi antara sains, kebijakan publik, dan kepatuhan masyarakat.

Pemerintah Swiss menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi pemantauan bencana dan keberanian mengambil keputusan tidak populer (seperti evakuasi paksa) adalah investasi nyawa. Warga Blatten kini menjadi pengungsi iklim di negeri mereka sendiri, namun mereka hidup untuk menceritakan kisah tersebut.

Bagi negara rawan bencana lainnya, termasuk Indonesia, model mitigasi Swiss ini menjadi standar emas. Bahwa bencana alam mungkin tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya terhadap nyawa manusia bisa diminimalisasi jika kita mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh alam melalui data para ilmuwan. Kini, tantangan selanjutnya bagi otoritas Swiss adalah menangani bendungan alami yang terbentuk di Sungai Lonza agar tidak jebol dan memicu banjir bandang susulan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Gila! Kereta Nirkabel China Angkut Beban Setara 3 Menara Eiffel Sekaligus

Foto: iStockphoto

Teknologi.id – China kembali menegaskan dominasinya sebagai pemimpin global dalam teknologi infrastruktur perkeretaapian. Negeri Tirai Bambu baru saja menorehkan sejarah baru dengan keberhasilan uji coba sistem kereta api barang "nirkabel" yang fenomenal. Dalam demonstrasi yang mencengangkan dunia logistik, rangkaian kereta ini mampu mengangkut muatan total seberat 35.000 ton—sebuah bobot yang setara dengan 3,5 kali berat Menara Eiffel di Paris.

Uji coba yang dilakukan di Jalur Kereta Api Baoshen, Inner Mongolia, pada Senin (8/12) ini bukan sekadar pameran kekuatan mesin, melainkan pembuktian validitas teknologi "Virtual Coupling" atau pengaitan virtual. Teknologi ini memungkinkan lokomotif-lokomotif raksasa beroperasi dalam satu konvoi yang terkoordinasi sempurna tanpa saling terhubung secara fisik menggunakan rantai atau tuas mekanis konvensional.

Mengubah Paradigma: Dari Rantai Besi ke Sinyal Digital

Selama hampir dua abad sejarah perkeretaapian, prinsip dasar menggerakkan gerbong tidak berubah: satu lokomotif menarik rangkaian gerbong yang saling terkait dengan pengait besi yang berat dan kaku. Namun, sistem baru yang dikembangkan oleh China Shenhua Energy Company (anak usaha BUMN pertambangan CHN Energy) ini meruntuhkan dogma tersebut.

Teknologi ini menghubungkan tujuh rangkaian kereta barang secara nirkabel. Alih-alih kaitan besi, "lem" yang menyatukan mereka adalah aliran data digital berkecepatan tinggi dan sinyal nirkabel yang presisi.

Dalam uji coba tersebut, tujuh kereta berjalan beriringan dengan jarak yang jauh lebih rapat daripada standar keselamatan konvensional, namun tetap menjaga sinkronisasi sempurna. Ketika lokomotif pemimpin mempercepat laju, enam kereta di belakangnya merespons secara real-time. Begitu pula saat pengereman; semua unit mengerem secara bersamaan, menghilangkan risiko tabrakan beruntun (telescoping) yang menjadi mimpi buruk dalam operasi kereta barang berat.

Baca juga: Rahasia China Sukses Bikin Kereta Hyperloop Melaju hingga 1.000 km/h

Foto: TribunNews

Efisiensi Brutal: Tingkatkan Kapasitas 50% Tanpa Bangun Rel Baru

Motivasi utama di balik inovasi radikal ini adalah efisiensi ekonomi dan infrastruktur. China, dengan wilayah yang luas dan industri manufaktur yang masif, menghadapi tantangan logistik yang terus membengkak. Data menunjukkan negara ini mengangkut lebih dari 3 miliar ton barang hanya dalam tiga kuartal pertama tahun ini.

Membangun jalur rel baru untuk mengakomodasi lonjakan volume ini membutuhkan biaya triliunan dolar dan waktu bertahun-tahun. Di sinilah teknologi "kereta nirkabel" menjadi solusi jenius.

Menurut laporan stasiun televisi negara CCTV, teknologi ini mampu meningkatkan kapasitas angkutan barang hingga 50 persen di jalur yang sudah ada. Bagaimana caranya?

  1. Memangkas Jarak Antar-Kereta: Dalam sistem konvensional, kereta barang berat membutuhkan jarak pengereman (headway) yang sangat panjang—bisa mencapai beberapa kilometer—untuk alasan keamanan. Dengan virtual coupling, karena pengereman dilakukan serentak secara elektronik, jarak aman antar-kereta bisa dipangkas drastis.
  2. Mengurai Kemacetan Stasiun: Teknologi ini juga meningkatkan kapasitas "tenggorokan" (throat) stasiun, yaitu area masuk dan keluar yang sering menjadi titik kemacetan (bottleneck). Kereta bisa masuk dan keluar dalam formasi rapat, mempercepat perputaran logistik.

Penguasaan Teknologi Kontrol Kelompok 

CHN Energy dengan bangga mengklaim bahwa pencapaian ini menjadikan China sebagai negara pertama di dunia yang "menguasai sistem kontrol operasi kereta api berkelompok."

Sistem kontrol ini bekerja dengan memanfaatkan komunikasi train-to-ground (kereta ke stasiun pengendali) dan train-to-train (antar-kereta). Algoritma cerdas mengintegrasikan data kecepatan relatif dan jarak absolut secara instan. Ini memungkinkan kereta beradaptasi secara dinamis terhadap perubahan topografi jalur (tanjakan/turunan) dan kecepatan, sesuatu yang sangat sulit dilakukan dengan pengait mekanis yang memiliki keterbatasan fisik dan risiko putus jika beban terlalu berat.

Sebuah studi dari Universitas Central South di Changsha yang diterbitkan dalam jurnal Mathematics menyebutkan bahwa inovasi seperti memperpendek interval waktu keberangkatan adalah cara paling efektif untuk menghemat biaya operasional jangka panjang dibandingkan ekspansi fisik.

Baca juga: AgiBot A2 Pecahkan Rekor Dunia! Robot Humanoid China Jalan 106 KM Nonstop 3 Hari

Implikasi Masa Depan: Standar Baru Logistik Global?

Keberhasilan uji coba di Inner Mongolia ini bukan hanya kemenangan bagi sektor pertambangan batu bara China, tetapi juga sinyal bagi masa depan logistik global. Jika teknologi ini diterapkan pada jalur sutra baru (Belt and Road Initiative) atau layanan China Railway Express yang menghubungkan Asia dan Eropa, kecepatan dan volume pengiriman barang lintas benua akan meningkat pesat.

Bayangkan konvoi kereta logistik yang panjangnya berkilo-kilometer, melesat melintasi benua tanpa satu pun sambungan besi, dikendalikan oleh "tangan tak terlihat" berupa sinyal digital. China baru saja membuktikan bahwa masa depan itu bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan realitas yang sedang diuji di atas rel hari ini.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Laporan Cloudflare 2025: Indonesia "Sarang Hacker" Terbesar di Dunia

Foto: Gemini

Teknologi.id  Reputasi digital Indonesia kembali menjadi sorotan dunia, namun kali ini bukan karena prestasi inovasi atau pertumbuhan ekonomi digitalnya. Sebuah laporan keamanan siber terbaru dari penyedia layanan infrastruktur web global, Cloudflare, menempatkan Indonesia pada posisi puncak yang tidak diinginkan: Sumber Serangan DDoS Terbesar di Dunia.

Data yang dirilis dalam Laporan Ancaman DDoS Kuartal III (Q3) 2025 ini mengejutkan banyak pihak. Selama setahun penuh, sejak kuartal ketiga tahun 2024, Indonesia secara konsisten menduduki peringkat pertama, mengungguli negara-negara yang selama ini dikenal memiliki aktivitas siber agresif seperti Rusia, China, dan India.

Data Statistik: Dominasi Serangan dari Nusantara

Foto: Cloudflare

Distributed Denial of Service (DDoS) adalah jenis serangan siber di mana pelaku membanjiri server target dengan lalu lintas internet palsu agar situs atau layanan tersebut lumpuh dan tidak bisa diakses.

Menurut laporan Cloudflare, volume lalu lintas serangan yang berasal dari alamat IP (Internet Protocol) Indonesia sangat masif. Peta ancaman global Cloudflare menyusun daftar 10 negara sumber serangan terbesar sebagai berikut:

  1. Indonesia (Posisi bertahan sejak Q3 2024)
  2. Thailand (Melonjak naik 8 peringkat)
  3. Bangladesh (Naik drastis 14 peringkat)
  4. Ecuador (Naik 3 peringkat)
  5. Rusia (Naik 1 peringkat)
  6. Vietnam (Naik 2 peringkat)
  7. India (Naik 32 peringkat)
  8. Hong Kong (Turun 5 peringkat)
  9. Singapura (Turun 7 peringkat)
  10. Ukraina (Turun 5 peringkat)

"Indonesia merupakan sumber serangan DDoS terbesar, dan telah menduduki peringkat pertama di dunia selama setahun penuh," tulis Cloudflare dalam laporannya. 

Fakta bahwa tiga negara Asia Tenggara (Indonesia, Thailand, Vietnam) berada di posisi 6 besar menunjukkan pergeseran tren aktivitas botnet global ke kawasan ini.

Baca juga: Cloudflare dan Komdigi Gelar Audiensi, Ini Hasilnya untuk PSE Lingkup Privat

Mengapa Indonesia? Analisis "Sarang Hacker"

Istilah "Sarang Hacker" dalam konteks laporan ini perlu dipahami dengan cermat. Menjadi sumber serangan terbesar tidak serta-merta berarti semua pelakunya adalah warga negara Indonesia yang duduk di depan komputer melakukan peretasan (hacking) aktif.

Para pakar keamanan siber menilai tingginya angka ini disebabkan oleh lemahnya keamanan perangkat internet di Indonesia. Jutaan perangkat yang terhubung ke internet—mulai dari router Wi-Fi rumahan, CCTV (IP Camera), hingga perangkat Internet of Things (IoT) lainnya—sering kali memiliki keamanan yang sangat rendah (misalnya, masih menggunakan password bawaan pabrik).

Perangkat-perangkat rentan ini kemudian diretas dan "diperbudak" oleh sindikat penjahat siber global untuk membentuk Botnet (jaringan robot). Botnet inilah yang digunakan untuk melancarkan serangan DDoS ke target di seluruh dunia. Jadi, alamat IP serangan terdeteksi berasal dari Indonesia, meskipun pengendali utamanya bisa saja berada di belahan dunia lain. Namun, hal ini tetap mencerminkan rapuhnya higienitas keamanan siber nasional.

Foto: Perpustakaan Universitas Brawijaya

Tren Serangan Global 2025: AI dan Perang Dagang

Selain dominasi Indonesia, laporan Cloudflare juga menyoroti tren target serangan yang berubah di tahun 2025.

  1. Sektor AI Jadi Sasaran Empuk: Seiring dengan booming teknologi kecerdasan buatan, serangan terhadap perusahaan AI melonjak drastis. Pada September 2025 saja, lalu lintas DDoS ke platform AI naik hingga 347% month-over-month (MoM). Serangan ini diduga dipicu oleh motif persaingan bisnis, protes terhadap regulasi AI, atau sekadar upaya mengganggu infrastruktur teknologi masa depan.
  2. Dampak Geopolitik: Ketegangan dagang antara Uni Eropa dan China, terutama terkait tarif kendaraan listrik (EV) dan mineral tanah jarang, berimbas langsung ke dunia maya. Sektor Pertambangan, Mineral & Logam serta Industri Otomotif mengalami lonjakan serangan siber yang signifikan sepanjang kuartal ketiga.

Baca juga: Komdigi Ancam Blokir Cloudflare di Indonesia, Ini Penyebabnya

Total Serangan yang Mengkhawatirkan

Secara keseluruhan, skala ancaman siber global terus meningkat. Sepanjang Q3 2025, sistem otomatis Cloudflare berhasil memblokir 8,3 juta serangan DDoS. Jika dirata-rata, ada sekitar 3.780 serangan per jam yang terjadi di jaringan mereka. Angka ini mewakili peningkatan 15% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ) dan lonjakan 40% dibandingkan tahun lalu (YoY). 

Laporan ini menjadi "alarm merah" bagi pemerintah Indonesia, Kementerian Kominfo, dan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara). Status sebagai "Juara 1 Sumber Serangan Siber" bukanlah prestasi, melainkan indikator kerentanan infrastruktur digital nasional yang mendesak untuk diperbaiki melalui edukasi literasi digital dan regulasi keamanan perangkat IoT yang lebih ketat.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Canggih! Spotify Siapkan Fitur Bikin Playlist Pakai Perintah Teks AI

Foto: The Verge

Teknologi.id Spotify kembali menggebrak industri streaming musik global dengan inovasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Setelah sukses besar dengan fitur "AI DJ" yang memberikan pengalaman mendengarkan seperti radio personal, raksasa streaming asal Swedia ini dilaporkan sedang mengembangkan fitur baru yang disebut "Prompted Playlists".

Fitur ini menjanjikan perubahan fundamental dalam cara pengguna menemukan dan mengumpulkan musik. Jika selama ini kita harus mencari lagu satu per satu atau mengandalkan playlist statis buatan editor, kini pengguna cukup "berbicara" dengan AI melalui teks untuk mendapatkan daftar putar yang dikurasi secara instan dan sangat personal.

Apa Itu "Prompted Playlists"?

Prompted Playlists adalah fitur generatif di mana pengguna dapat memasukkan deskripsi, suasana hati, atau skenario spesifik ke dalam kolom teks. AI Spotify kemudian akan menerjemahkan perintah tersebut menjadi sebuah playlist utuh.

Mekanismenya mirip dengan bagaimana kita menggunakan ChatGPT atau alat GenAI lainnya, tetapi khusus untuk musik. Pengguna tidak lagi terbatas pada pencarian genre atau artis. Mereka bisa mengetikkan perintah yang sangat spesifik dan kontekstual, seperti:

  • "Lagu-lagu sendu untuk menemani hujan di sore hari."
  • "Tren workout intens dengan nuansa hip-hop tahun 2000-an."
  • "Musik latar instrumental untuk fokus belajar tapi tidak membosankan."

Kecerdasan buatan Spotify tidak hanya mengambil kata kunci dari perintah tersebut, tetapi juga menggabungkannya dengan profil selera pengguna. Artinya, jika dua orang mengetikkan perintah yang sama persis (misalnya "Lagu patah hati"), hasil playlist yang didapatkan akan berbeda, disesuaikan dengan sejarah mendengarkan dan preferensi artis masing-masing pengguna.

Foto: Spotify

Pergeseran dari Pasif ke Aktif-Interaktif

Selama satu dekade terakhir, Spotify dikenal sebagai raja algoritma rekomendasi berkat fitur ikonik seperti Discover Weekly dan Daily Mix. Namun, fitur-fitur tersebut bersifat pasif; pengguna hanya menerima apa yang disajikan sistem.

Dengan hadirnya "Prompted Playlists", Spotify menawarkan kendali lebih besar kepada pengguna (user-driven personalization). Ini menjembatani kesenjangan antara kurasi manual yang melelahkan dan rekomendasi algoritma yang terkadang terasa acak. AI di sini berfungsi sebagai asisten kurator pribadi yang memahami konteks bahasa manusia yang kompleks.

Fitur ini dinilai sebagai langkah strategis Spotify untuk membedakan dirinya di pasar streaming yang semakin sesak. Pesaing utama seperti Apple Music dan YouTube Music juga gencar berinvestasi dalam alat rekomendasi pintar, namun integrasi Generative AI (GenAI) langsung ke dalam pembuatan playlist dianggap sebagai game-changer yang membuat pengalaman pengguna menjadi jauh lebih dinamis.

Baca juga: 9 Smart Strategies to Increase Spotify Followers and Build Lasting Credibility

Ekspansi Video Musik: Menantang Dominasi YouTube

Selain berita mengenai AI, laporan tersebut juga menyoroti langkah agresif Spotify di sektor visual. Spotify mengumumkan perluasan akses video musik penuh bagi pelanggan Premium di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Kanada.

Langkah ini merupakan tantangan langsung terhadap dominasi YouTube di ranah video musik. Spotify menyadari bahwa audio saja tidak lagi cukup untuk menahan atensi pengguna Gen Z yang terbiasa dengan rangsangan visual. Dengan menghadirkan video musik resmi di dalam aplikasi, Spotify ingin menjadi "one-stop shop" bagi penggemar musik, sehingga mereka tidak perlu keluar aplikasi dan beralih ke YouTube hanya untuk melihat visual artis favorit mereka.

Baca juga: 5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Masa Depan Streaming Adalah Hiper-Personalisasi

Kombinasi antara "Prompted Playlists" berbasis AI dan ekspansi konten video menunjukkan visi masa depan Spotify di tahun 2025: Hiper-personalisasi. Musik tidak lagi sekadar didengarkan, tetapi dikontekstualisasikan sesuai momen spesifik pengguna.

Meski fitur Prompted Playlists ini masih dalam tahap pengembangan dan pengujian beta, antusiasme komunitas teknologi sangat tinggi. Jika berhasil diimplementasikan dengan mulus, fitur ini akan mengubah standar industri. Kita tidak lagi perlu menghabiskan waktu berjam-jam menyusun lagu untuk pesta atau perjalanan jauh; cukup ketik satu kalimat, dan biarkan AI menjadi DJ pribadi Anda. Bagi Spotify, ini adalah cara untuk memastikan pengguna tetap setia di tengah persaingan harga dan fitur yang semakin ketat dengan Apple dan Amazon.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News.

(WN/ZA)

  •  

Parah! Harga Ponsel Android Kelas Menengah Terancam Naik Drastis

Foto: Shopee

Teknologi.id – Industri smartphone global sedang menghadapi fase anomali yang diprediksi akan mengubah peta persaingan dalam dua tahun ke depan. Menurut laporan terbaru dari firma riset ternama International Data Corporation (IDC), pasar smartphone global, setelah didorong oleh momentum kuat dari beberapa pemain kunci, kini diproyeksikan melambat secara signifikan. Yang lebih mengkhawatirkan, perlambatan ini justru dibarengi dengan ancaman kenaikan harga jual, terutama pada segmen ponsel Android kelas menengah.

Laporan Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker oleh IDC menunjukkan bahwa meskipun tahun 2025 ditutup dengan pertumbuhan tipis sebesar 1,5% (mencapai total pengiriman 1,25 miliar unit), prospek untuk tahun 2026 jauh lebih suram. IDC bahkan merevisi proyeksi pertumbuhan tahun depan dari yang semula 1,2% menjadi hanya 0,9%, sebuah angka yang sangat mendekati stagnasi. Perlambatan ini memberikan sinyal bahwa konsumen global mulai "malas" atau menunda siklus pembelian smartphone baru mereka.

Kekuatan Apple Menopang Pasar di Tengah Perlambatan

Pertumbuhan tipis yang terjadi di tahun 2025 sebagian besar ditopang oleh kinerja yang luar biasa dari Apple. Laporan IDC menyebutkan bahwa kinerja raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) ini membaik lebih cepat pada kuartal terakhir tahun ini. Apple diproyeksikan mencatatkan rekor pengiriman pada tahun 2025, dengan estimasi lebih dari 247 juta unit, didorong oleh "kesuksesan fenomenal seri iPhone 17."

Direktur Riset Senior Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker IDC, Nabila Popal, menyoroti bahwa permintaan yang besar terhadap seri iPhone 17 bahkan tercatat di China, pasar terbesar Apple. Pada Oktober dan November, seri iPhone 17 berhasil mengamankan pangsa pasar lebih dari 20%, memaksa IDC merevisi proyeksi pertumbuhan Apple di China pada Kuartal IV dari 9% menjadi 17% secara tahunan.

Namun, ketergantungan pertumbuhan global pada satu brand ini menunjukkan adanya kerentanan. Proyeksi perlambatan di tahun 2026 sebagian besar dipicu oleh faktor-faktor yang tidak terhindarkan, termasuk kekurangan komponen global dan adanya penyesuaian siklus produk Apple yang krusial.

Foto: Gemini

Ancaman Kenaikan Harga Ponsel Android

Inilah bagian yang paling paradoks: di saat pertumbuhan pasar melambat, IDC memperingatkan bahwa harga smartphone justru terancam naik. Kenaikan harga ini didorong oleh krisis komponen global, khususnya kekurangan memori.

Masalah kekurangan memori global yang tengah berlangsung diperkirakan akan membatasi pasokan komponen vital bagi produksi smartphone dan, akibatnya, menaikkan harga. Dampak dari kenaikan harga komponen ini tidak merata, melainkan secara spesifik akan memukul segmen yang paling sensitif terhadap harga: ponsel Android kelas bawah dan menengah.

Segmen ini sangat bergantung pada efisiensi biaya untuk tetap kompetitif. Kenaikan biaya produksi memori akan memaksa vendor ponsel Android untuk memilih strategi sulit dalam rangka melindungi margin keuntungan dan pangsa pasar mereka:

  1. Kenaikan Harga Jual: Pilihan paling langsung adalah membebankan kenaikan biaya komponen kepada konsumen, yang secara langsung akan menaikkan harga jual produk Android kelas menengah.
  2. Penyesuaian Portofolio: Vendor mungkin akan mengurangi produksi model yang berorientasi harga rendah dan lebih memilih model yang lebih mahal (high-margin). Strategi ini membantu menyeimbangkan kerugian akibat biaya komponen yang melonjak, tetapi akan semakin mempersulit konsumen yang mencari ponsel terjangkau.

Siklus Produk Apple dan Dampaknya di 2026

Perlambatan pertumbuhan di tahun 2026 juga diperparah oleh strategi internal Apple. Laporan tersebut menyebut adanya kabar mengenai pergeseran model Apple dari musim gugur 2026 menjadi awal 2027. Penyesuaian siklus produk ini akan menyebabkan pengiriman perangkat iOS diprediksi akan turun hingga 4,2% tahun depan. Mengingat peran besar Apple sebagai penopang pasar, perubahan internal ini memberikan efek riak yang cukup besar terhadap proyeksi pertumbuhan smartphone global secara keseluruhan, menurunkannya hingga di bawah 1%.

Kesimpulannya, pasar smartphone berada di persimpangan jalan. Konsumen cenderung mempertahankan perangkat lama mereka lebih lama, menunjukkan adanya fatigue inovasi. Sementara itu, faktor eksternal seperti krisis komponen memori dan penyesuaian strategi brand raksasa justru mendorong harga naik. Kondisi ini menciptakan tantangan besar, terutama bagi vendor Android yang harus berjuang keras mempertahankan pelanggan yang semakin sensitif terhadap harga di tengah biaya produksi yang terus meningkat.

  •  

Misteri Sungai Hilang di Tanah Datar: Ahli Ungkap Peran Sinkhole dan Karst

Foto: Freepick

Teknologi.id – Media sosial di Indonesia, khususnya Sumatera Barat, baru-baru ini dihebohkan oleh video viral yang memperlihatkan fenomena alam yang janggal dan mengkhawatirkan: sebuah sungai yang alirannya tiba-tiba menghilang di tengah jalur. Peristiwa ini terjadi di Jorong Gantiang, Nagari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, dan menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat setempat, mengingat wilayah tersebut baru saja dilanda rangkaian bencana hidrometeorologi.

Pada bagian hulu, aliran sungai tampak normal dan deras. Namun, di titik tertentu pada bagian bawah, air seolah lenyap ditelan bumi, meninggalkan dasar sungai yang kering. Warga menduga kuat bahwa air sungai tersebut tersedot masuk ke rongga atau celah baru yang terbentuk di dasar sungai, sebuah indikasi adanya pergerakan geologis yang mendadak.

Menanggapi kehebohan ini, para ahli geologi angkat bicara, memberikan penjelasan ilmiah yang menenangkan sekaligus menyerukan kewaspadaan. Fenomena yang terlihat aneh bagi mata awam ini ternyata adalah gejala geologis yang umum terjadi pada struktur batuan tertentu, meskipun kemunculannya yang tiba-tiba dan besar menjadi penyebab kekhawatiran.

Kawasan Karst dan Pelarutan Batuan Kapur

Ade Edward, ahli geologi sekaligus pakar mitigasi bencana geologi dan vulkanologi, menegaskan bahwa fenomena hilangnya aliran sungai secara tiba-tiba ini kemungkinan besar berkaitan erat dengan karakteristik geologi lokal.

"Nah, kalau ada sungai yang airnya hilang, ya itu biasanya terjadi pada daerah-daerah kawasan bukit kapur. Kawasan bukit kapur itu kan mudah mengalami pelarutan," jelas Ade Edward, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Patahan Sumatera Institute, di Kota Padang.

Secara ilmiah, bukit kapur membentuk kawasan yang dikenal sebagai karst. Kawasan karst memiliki komposisi batuan yang sangat rentan terhadap proses pelarutan kimiawi oleh air hujan yang bersifat sedikit asam. Proses pelarutan ini, yang berlangsung selama ribuan hingga jutaan tahun, menciptakan jaringan luas berupa celah, lorong, dan gua di bawah permukaan tanah.

Ketika air sungai mengalir melintasi kawasan karst, ia mencari jalur dengan resistensi paling rendah. Seiring waktu, tekanan air yang terus-menerus dan pelarutan batuan kapur dapat membuka atau memperlebar rongga-rongga tersebut. Dalam kasus di Tanah Datar ini, adanya hujan ekstrem dan pergerakan tanah pascabencana hidrometeorologi diduga kuat menjadi pemicu yang mempercepat pembukaan celah tersebut secara mendadak.

Baca juga: Ekspedisi OceanX–BRIN Ungkap Misteri Gunung Laut Sulawesi yang Jarang Diteliti

Foto: Liputan6

Identifikasi Fenomena: Sinkhole dan Sungai Bawah Tanah

Hilangnya aliran sungai yang viral ini, menurut Ade Edward, merupakan manifestasi dari fenomena geologis yang dikenal sebagai sinkhole atau runtuhan tanah. Sinkhole terbentuk ketika lapisan tanah di permukaan runtuh atau tersedot ke dalam rongga kosong yang ada di bawahnya. Dalam kasus sungai, tekanan air yang deras menemukan celah yang baru terbuka atau melebar, menyebabkan air langsung 'tersedot' masuk dan membentuk sistem sungai bawah tanah.

Ini adalah proses alami dalam sistem hidrologi karst. Sungai yang tiba-tiba menghilang tersebut tidak benar-benar lenyap, melainkan berpindah jalur dari permukaan menuju saluran bawah tanah. Air ini akan muncul kembali di tempat lain—biasanya disebut mata air karst—setelah menempuh jarak tertentu di dalam rongga bumi.

Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun 

Potensi Bahaya dan Kebutuhan Kaji Cepat

Meskipun fenomena ini dapat dijelaskan secara ilmiah, Ade Edward memberikan peringatan serius mengenai risiko yang mengancam keselamatan warga.

"Fenomena ini dapat membahayakan warga, terutama jika terdapat permukiman di jalur aliran bawah tanah yang baru terbentuk," sebutnya.

Jika sinkhole terbentuk di bawah area pemukiman, risiko runtuhan tanah menjadi sangat tinggi. Struktur tanah di atas rongga menjadi tidak stabil, dan air sungai yang mengalir di bawahnya dapat mengikis pondasi batuan secara perlahan, berpotensi menyebabkan amblesan atau runtuhan besar.

Oleh karena itu, pakar mitigasi bencana ini menekankan pentingnya kaji cepat di lapangan. Penelitian mendesak ini diperlukan untuk memastikan secara tepat pemicu hilangnya air sungai dan memetakan jalur aliran air bawah tanah yang baru terbentuk. Pemetaan ini krusial untuk menentukan zona berbahaya dan mengambil langkah mitigasi yang tepat, termasuk kemungkinan relokasi jika permukiman berada tepat di atas jalur sinkhole aktif.

Fenomena 'sungai hilang' di Tanah Datar ini menjadi pengingat penting bagi Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Barat yang secara geologis sangat aktif dan kompleks. Interaksi antara geologi karst yang rentan, curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim, dan pergerakan tanah membutuhkan kewaspadaan dan perencanaan mitigasi bencana berbasis ilmu geologi yang lebih intensif, agar kejadian alam yang langka ini tidak berujung pada bencana bagi masyarakat.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(WN/ZA)

  •  

5 Raja Streaming Musik 2025: Siapa Juara Lossless dan Siapa Jagoan AI?

Foto: Sugo

Teknologi.id – Industri music streaming telah memasuki fase evolusi terbarunya pada tahun 2025. Layanan-layanan utama di pasar global kini tidak lagi hanya bersaing dalam hal kuantitas lagu, tetapi secara agresif berfokus pada kualitas audio yang melampaui standar CD dan fitur personalisasi yang didukung kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI). Kini, pendengar musik bisa menikmati kualitas suara jernih, playlist yang disusun oleh AI, hingga katalog lagu yang semakin lengkap, mengubah pengalaman mendengarkan dari sekadar hiburan menjadi pengalaman audiophile yang mendalam.

Bagi konsumen yang mencari platform terbaik, memilih di antara berbagai opsi canggih ini membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai keunggulan dan fokus spesifik masing-masing layanan. Berikut adalah analisis lima layanan streaming musik terbaik yang mendominasi pasar global di tahun ini.

5 Pilihan Utama Layanan Streaming di Tahun 2025

1. Spotify — Rajanya Rekomendasi Musik yang Didukung AI

Foto: Britannica

Spotify mempertahankan statusnya sebagai pilihan paling populer dan layanan music streaming dengan jangkauan terluas. Dominasi ini bukan hanya berkat katalog musik globalnya yang sangat besar, tetapi terutama didorong oleh algoritma personalisasi yang dianggap paling akurat dan unggul di pasar. Spotify telah memosisikan dirinya sebagai pionir dalam memanfaatkan AI untuk pemetaan selera musik pengguna.

Dengan algoritma cerdas, Spotify mampu menganalisis kebiasaan mendengarkan, waktu mendengarkan, dan konteks lagu (misalnya, tempo dan genre) untuk menghadirkan playlist otomatis yang berkualitas tinggi. Fitur ikoniknya, seperti Discover Weekly dan Daily Mix, telah berevolusi menjadi alat yang sangat adaptif.

Di tahun 2025, integrasi AI semakin diperdalam melalui fitur-fitur seperti DJ AI yang berfungsi sebagai penyiar radio pribadi, menyajikan lagu dan insight dengan suara yang disintesis, dan Fitur Blend untuk menggabungkan selera musik antar pengguna. Inilah yang membuat Spotify sangat cocok untuk pendengar kasual, pencinta playlist, dan pemburu lagu baru yang memprioritaskan kemudahan penemuan musik.

Baca juga: Spotify Wrapped 2025 Resmi Rilis! Begini Cara Akses Clubs dan Pesta Musikmu

2. Apple Music — Kualitas Suara Lossless & Spatial Audio Sebagai Standar Baru

Foto: Milwaukee

Apple Music telah mengambil jalur yang tegas, memposisikan dirinya sebagai juara dalam hal kualitas audio maksimal. Sejak memperkenalkan dukungan Lossless Audio dan Spatial Audio dengan Dolby Atmos, Apple Music secara efektif menarik komunitas audiophile dan pengguna yang memiliki perangkat audio premium.

Lossless Audio memungkinkan streaming musik tanpa kompresi yang merusak, sehingga kualitas suara yang didengar setara dengan kualitas CD atau bahkan master recording studio. Apple menawarkan kualitas ini tanpa biaya tambahan, menjadikannya nilai jual yang sangat kuat. Sementara itu, Spatial Audio memberikan dimensi baru dengan menciptakan pengalaman mendengarkan yang imersif, di mana suara terasa datang dari berbagai sudut 360 derajat.

Keunggulan lain Apple Music adalah sinkronisasi mulus di dalam ekosistem Apple. Bagi pengguna iPhone, iPad, dan AirPods, kualitas suara yang stabil dan integrasi hardware-software yang optimal menjadikan Apple Music pilihan ideal. Layanan ini adalah jawaban bagi audiophile dan siapa pun yang mengutamakan kejernihan dan detail suara di atas segalanya.

Baca juga: Apple Music Replay 2025 Telah Hadir, Apa Saja Yang Baru?

3. YouTube Music — Sinergi Konten Video dan Audio

Foto: MLD

YouTube Music menonjol karena aset uniknya: integrasi mendalam dengan katalog video masif YouTube. Platform ini memungkinkan pengguna tidak hanya mendengarkan jutaan track audio, tetapi juga menikmati video musik resmi, pertunjukan live performance, hingga remix, cover, dan konten user-generated yang seringkali tidak tersedia di layanan streaming musik murni lainnya.

Fleksibilitas untuk beralih antara mode audio dan video menjadikannya pilihan unik. Rekomendasi playlist di YouTube Music juga diperkaya oleh data preferensi tontonan pengguna di YouTube. Dengan begitu, platform ini menjadi sangat berharga bagi penggemar video musik dan penikmat konten live yang ingin menggabungkan pengalaman streaming audio dan visual dalam satu aplikasi. Kemudahannya dalam menemukan lagu-lagu langka atau versi tidak resmi juga menjadi daya tarik tersendiri.

4. Tidal — Pilihan Premium untuk Penggemar Hi-Fi Sejati

Foto: Octavio

Tidal didirikan dengan filosofi yang berpusat pada artis (Artist-first platform) dan komitmen terhadap kualitas audio yang paling tinggi. Tidal dikenal secara spesifik karena menawarkan kualitas Hi-Fi dan Master Quality Authenticated (MQA). Kualitas MQA ini diklaim mereproduksi suara setara dengan master yang dibuat di studio rekaman, menjadikannya pilihan niche bagi para profesional audio dan pendengar yang sangat kritis terhadap kualitas.

Dengan koleksi musik eksklusif dan dukungan fitur immersive audio tingkat tinggi, Tidal secara eksplisit menargetkan segmen pasar premium. Layanan ini didesain untuk memaksimalkan pengalaman mendengarkan melalui perangkat audio kelas atas. Oleh karena itu, Tidal adalah pilihan utama bagi pecinta audio profesional dan pengguna headphone atau speaker premium yang dapat sepenuhnya merasakan perbedaan detail dalam resolusi tinggi.

5. Amazon Music Unlimited — Ultra HD dan Integrasi Smart Home

Foto: Amazon Music

Amazon Music Unlimited (AMU) mungkin kurang menonjol di pasar Asia, tetapi di pasar global, ia adalah pesaing yang tangguh. AMU menawarkan kualitas audio yang setara dengan layanan streaming musik Apple Music, dengan dukungan Ultra HD dan 3D Audio, serta koleksi lebih dari 100 juta lagu. 

Keunggulan unik AMU adalah integrasi mulus dengan ekosistem Alexa. Bagi pengguna yang memiliki perangkat smart home Amazon Echo, AMU menawarkan pengalaman kontrol suara yang sangat lancar dan intuitif. Kualitas Ultra HD AMU setara dengan Lossless Audio di Apple Music, menjadikannya alternatif stabil dan berkualitas tinggi. Layanan ini sangat ideal bagi pengguna smart home Amazon dan mereka yang mencari kualitas audio mumpuni di luar ekosistem dominan lainnya.

Kemenangan Berada di Tangan Pengguna

Tahun 2025 membuktikan bahwa persaingan layanan music streaming telah bergeser dari sekadar harga dan katalog menjadi pertarungan antara Personalisasi Pintar (AI) dan Kualitas Audio Absolut. Spotify memenangkan personalisasi, Apple Music memenangkan kejernihan lossless bagi pengguna smartphone dominan, sementara Tidal memenangkan audiophile sejati. Keputusan layanan terbaik kini sepenuhnya ada di tangan pengguna, tergantung pada prioritas mereka: apakah mereka mencari kemudahan discoverability, kualitas studio, atau sinergi konten visual.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

  •  

Waspada! Smartphone di Usia 12 Tahun Picu Depresi, Obesitas, dan Gangguan Tidur

Foto: BenWagenaar

Teknologi.id – Keputusan krusial orang tua mengenai kapan waktu yang tepat untuk memberikan smartphone kepada anak kini dihadapkan pada bukti ilmiah yang semakin mengkhawatirkan. Sebuah studi besar terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Pediatrics di Amerika Serikat menemukan adanya asosiasi yang kuat antara kepemilikan smartphone pada usia 12 tahun dengan peningkatan signifikan risiko depresi, obesitas, dan pola tidur yang terganggu pada anak remaja.

Riset yang melibatkan lebih dari 10.500 anak ini menjadi alarm keras bagi orang tua dan pembuat kebijakan, menegaskan bahwa smartphone tidak lagi bisa dipandang hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai faktor penting yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental remaja di awal masa perkembangan mereka.

Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu! 5 Aplikasi Parental Control untuk Pantau Aktivitas Online Anak

Data yang Memicu Kekhawatiran dari Studi Pediatrics

Studi ini dirancang secara observasional, membandingkan kondisi kesehatan peserta yang telah memiliki smartphone dengan mereka yang belum memilikinya pada usia 12 tahun. Data statistik yang diperoleh tim peneliti menunjukkan perbedaan yang substansial antara kedua kelompok tersebut, mengungkap jurang kesehatan yang semakin lebar di era digital.

1. Risiko Depresi Meningkat:

Penelitian menemukan korelasi jelas terkait kesehatan mental. Sebanyak 6,5% dari anak usia 12 tahun yang sudah memiliki smartphone telah didiagnosis menderita depresi. Angka ini secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hanya 4,5% dari kelompok anak yang tidak memiliki ponsel. Selisih persentase ini menyoroti perlunya kewaspadaan terhadap dampak perangkat genggam terhadap kondisi psikologis remaja. 

2. Asosiasi dengan Obesitas Lebih Tinggi:

Tingkat obesitas juga menunjukkan peningkatan yang patut dicermati. Sebanyak 18% pengguna smartphone dilaporkan mengalami obesitas, sementara pada kelompok tanpa ponsel, angkanya relatif lebih rendah, yakni 12%. Asosiasi ini mengindikasikan bahwa gaya hidup sedentary (kurang gerak) yang sering dikaitkan dengan penggunaan perangkat bergerak berkorelasi erat dengan masalah berat badan. 

3. Gangguan Kualitas Tidur yang Parah:

Dampak yang paling mencolok terlihat pada pola tidur. Sebanyak 47% anak yang memiliki ponsel melaporkan tidur kurang dari sembilan jam per malam. Durasi ini dianggap kurang dari waktu tidur minimal yang direkomendasikan untuk remaja seusia mereka. Angka ini melonjak tajam dibandingkan kelompok tanpa smartphone, di mana hanya 31% yang mengalami kurang tidur. Gangguan tidur ini sering dikaitkan dengan paparan cahaya layar di malam hari yang mengganggu produksi melatonin. 

Baca juga: Ini Tips dan Trik Membatasi Anak Bermain Gadget Tanpa Perlu Marah ke Anak!

Foto: Getty Image

Dampak Seiring Bertambahnya Usia

Studi ini tidak berhenti di usia 12 tahun. Ketika peneliti meninjau anak-anak yang baru mendapatkan smartphone saat mereka memasuki usia 13 tahun, kelompok ini juga mulai menunjukkan peningkatan dalam masalah kesehatan dan kualitas tidur. Meskipun begitu, perubahan pada risiko obesitas di kelompok yang baru mendapat smartphone pada usia 13 tahun ini tidak dilaporkan signifikan seperti perubahan pada risiko kesehatan mental dan tidur.

Ran Barzilay, seorang Psikiater Anak dan Remaja di Children's Hospital of Philadelphia, yang terlibat dalam penelitian ini, menekankan pentingnya peran smartphone sebagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam kesehatan remaja.

“Temuan kami menunjukkan kita perlu memandang smartphone sebagai faktor penting dalam kesehatan remaja, sehingga keputusan memberi anak ponsel harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya pada hidup dan kesehatan mereka,” ujar Barzilay, sebagaimana dikutip dari ScienceAlert.

Menjaga Keseimbangan dan Aktivitas Fisik

Para ilmuwan yang terlibat dalam studi ini juga mengakui bahwa smartphone tidak selamanya berdampak buruk. Mereka mencatat bahwa beberapa penelitian menunjukkan smartphone memiliki manfaat, seperti membantu anak memperluas koneksi sosial, mendukung pembelajaran, hingga menjadi sarana komunikasi penting bagi keluarga.

Namun, pesan kunci dari studi ini adalah pentingnya keseimbangan. Ran Barzilay menyoroti pentingnya aktivitas fisik sebagai perlindungan kesehatan.

"Penting bagi anak muda untuk memiliki waktu jauh dari ponsel agar bisa melakukan aktivitas fisik, yang dapat melindungi dari obesitas dan meningkatkan kesehatan mental dalam jangka panjang," tegas Barzilay.

Penelitian ini bersifat observasional, yang artinya ia menemukan asosiasi yang kuat antar variabel tetapi tidak secara definitif menentukan hubungan sebab-akibat. Meskipun demikian, asosiasi yang ditemukan dinilai cukup kuat untuk ditelaah lebih lanjut dan menjadi dasar peringatan bagi orang tua.

Sebagai langkah lanjutan, para peneliti berencana memperluas riset dengan melihat variabel-variabel penggunaan smartphone yang lebih spesifik, termasuk durasi total penggunaan smartphone, jenis aplikasi yang paling sering digunakan, serta dampak jangka panjang selama masa remaja. Studi ini berfungsi sebagai pengingat krusial bahwa di era perangkat digital, kesehatan anak remaja semakin erat kaitannya dengan keputusan penggunaan teknologi yang bijak dan terstruktur.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Bosan Tulisan WA Biasa? Ubah Gaya & Warna Pesanmu Jadi Super Unik!

Foto: Gemini

Teknologi.id – Dalam lanskap komunikasi digital yang semakin menuntut personalisasi, aplikasi pesan instan WhatsApp (WA) sering dianggap kaku karena keterbatasan opsi format teksnya. Secara default, pengguna hanya dapat memanfaatkan format dasar seperti tebal (*teks*), miring (_teks_), ~coret~ (~teks~), dan monospace (teks). Keterbatasan ini mendorong munculnya permintaan tinggi akan solusi kreatif untuk membuat pesan lebih menarik dan berbeda, khususnya dengan mengubah gaya huruf secara drastis atau bahkan menampilkan ilusi warna.

Solusi atas tantangan ini telah ditemukan melalui pemanfaatan website font generator atau alat pihak ketiga online. Metode ini telah menjadi trik populer yang memungkinkan pengguna melampaui batas default aplikasi, mengubah teks biasa menjadi karakter Unicode unik yang kemudian dapat disalin dan ditempelkan ke dalam ruang chat WhatsApp.

Baca juga: Meta Tendang ChatGPT & Copilot dari WhatsApp, Pengguna Hanya Bisa Pakai Meta AI

Peran Kunci Karakter Unicode dalam Kustomisasi

Fenomena kustomisasi tulisan di WhatsApp ini bertumpu pada standar Unicode. Unicode adalah standar pengkodean karakter internasional yang memberikan nomor unik untuk setiap karakter, terlepas dari platform, program, atau bahasa. Ketika sebuah font generator menghasilkan teks "unik," sebenarnya ia mengubah huruf alfabet standar (misalnya, A, B, C) menjadi simbol atau glyph Unicode alternatif yang, secara visual, terlihat seperti gaya font yang berbeda (misalnya, 𝓐, 𝕭, Ⓒ).

Kelebihan utama metode ini adalah universalitasnya. Karena menggunakan karakter Unicode yang sudah diakui dan didukung oleh hampir semua sistem operasi modern (Android dan iOS), teks yang diubah tersebut akan terlihat sama di perangkat pengirim maupun penerima, menjadikannya solusi efektif tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan yang berisiko.

Foto: Gemini

Panduan Tiga Langkah Menggunakan Font Generator

Untuk membuat tulisan Anda menjadi unik (termasuk huruf tebal dekoratif, gaya tulisan tangan, atau ilusi teks berwarna), prosesnya hanya membutuhkan tiga langkah sederhana menggunakan alat font generator daring.

1. Masukkan dan Modifikasi Teks (The Input Phase)

Proses ini dimulai dengan mengunjungi salah satu website font generator populer yang tersedia di internet (misalnya, Lingojam, Gypu, atau Coolsymbol). Website-website ini biasanya menyediakan antarmuka sederhana:

  • Akses Situs: Buka website font generator pilihan Anda melalui browser ponsel atau desktop.
  • Ketik Teks: Masukkan teks atau pesan yang ingin Anda kirimkan ke kolom input yang tersedia di halaman situs.
  • Pilih Gaya: Setelah Anda mengetik, alat tersebut secara otomatis akan memproses teks menjadi ratusan variasi gaya huruf unik. Gulir ke bawah dan pilih format tulisan yang paling menarik dan sesuai dengan tujuan Anda. Beberapa generator bahkan menawarkan fitur untuk menggabungkan teks dengan simbol-simbol dekoratif (aesthetic).

2. Salin Teks Unik (The Copy Phase)

Setelah menemukan gaya font yang diinginkan, Anda hanya perlu menyalin hasilnya: 

Salin Hasil: Tekan atau klik tombol Salin (Copy) yang tersedia di sebelah teks yang dimodifikasi, atau blok teks tersebut secara manual dan gunakan fungsi salin pada perangkat Anda.

Keakuratan Unicode: Pastikan seluruh teks telah tersalin dengan benar, termasuk simbol-simbol Unicode dekoratif yang mungkin menyertai huruf tersebut.

3. Tempel dan Kirim di WhatsApp (The Output Phase)

Langkah terakhir adalah membawa hasil modifikasi dari browser kembali ke aplikasi WhatsApp: Buka WhatsApp:

  • Buka aplikasi WhatsApp dan pilih ruang chat (individu atau grup) tempat Anda ingin mengirim pesan. 
  • Tempel Teks: Tempelkan (paste) tulisan unik yang sudah Anda salin tadi ke kolom pengetikan pesan.
  • Kirim: Setelah memastikan tampilan tulisan sesuai, kirimkan pesan tersebut. Pesan akan terlihat oleh penerima dalam format unik yang Anda pilih, tanpa perlu melakukan setting atau instalasi font khusus.

Baca juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Baru Mirip Instagram Notes, Begini Cara Kerjanya

Dampak dan Kewaspadaan Penggunaan Pihak Ketiga

Popularitas penggunaan font generator ini menunjukkan tren peningkatan personalisasi dalam komunikasi sehari-hari. Pesan yang dihiasi font unik cenderung lebih menarik perhatian, terutama dalam grup chat yang ramai, dan memungkinkan pengguna menyampaikan nada emosi atau vibe tertentu yang tidak bisa diwakili oleh teks standar.

Namun, penting bagi pengguna untuk berhati-hati saat menggunakan alat pihak ketiga. Walaupun website font generator umumnya aman (karena hanya memproses teks dan tidak meminta akses data pribadi), pengguna harus menghindari pengunduhan aplikasi font changer yang meminta izin berlebihan ke sistem ponsel. Aplikasi semacam itu berpotensi melanggar kebijakan privasi dan keamanan data pengguna.

Selain itu, pertimbangkan juga faktor kompatibilitas minor. Meskipun sebagian besar font Unicode didukung, ada kemungkinan kecil font yang sangat dekoratif atau baru tidak terbaca dengan baik pada perangkat yang sudah ketinggalan zaman. Dalam kasus ini, font yang tidak didukung dapat muncul sebagai kotak-kotak kosong atau tanda tanya, yang justru mengurangi keindahan pesan.

Kesimpulannya, dengan memanfaatkan kecanggihan Unicode dan kemudahan akses website font generator yang tersedia, pengguna WhatsApp kini memiliki kendali penuh untuk menyuntikkan kreativitas dan gaya unik ke dalam setiap percakapan mereka, menjadikan chatting bukan hanya tentang informasi, tetapi juga tentang seni berekspresi.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Apa Arti Sebenarnya dari Istilah "Yapping" yang Kembali Viral Ini?

Foto: Gemini 

Teknologi.id – Dalam lautan kosakata dan tren yang bergerak cepat di media sosial, satu istilah kuno kini bangkit kembali dan merebut perhatian generasi digital: "Yapping." Kata yang awalnya merujuk pada suara gonggongan anjing ini, kini menjadi slang populer, terutama di TikTok dan X (sebelumnya Twitter), digunakan untuk mendeskripsikan perilaku berbicara secara berlebihan, mengoceh, atau berceloteh panjang lebar tanpa henti.

Fenomena yapping tidak hanya sekadar tren linguistik yang tiba-tiba muncul; ia adalah cerminan menarik tentang bagaimana platform digital berfungsi sebagai inkubator budaya dan bahasa, menghidupkan kembali kata-kata lawas dan memberinya makna kontekstual yang baru. Kebangkitan kata ini menyoroti pergeseran semantik dan dinamika sosial dalam komunikasi online.

Asal Usul Slang yang Melampaui Abad

Meskipun bagi banyak pengguna muda istilah "yapping" terasa baru, akar kata "yap" telah tertanam jauh dalam sejarah bahasa Inggris. Menurut catatan Oxford English Dictionary, kata benda 'yap' pertama kali muncul pada tahun 1600-an untuk mendeskripsikan suara yang dikeluarkan oleh anjing kecil, yakni gonggongan yang melengking atau bising.

Seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran semantik yang menarik. Pada tahun 1800-an, 'yap' bertransformasi menjadi kata kerja yang mulai diterapkan untuk menggambarkan celotehan atau omongan manusia yang bertele-tele. Sylvia Sierra, seorang profesor linguistik di Syracuse University, menjelaskan bahwa pergeseran makna ini menunjukkan adaptasi bahasa terhadap perilaku manusia. Kata ini bahkan sempat digunakan oleh para rapper ikonik seperti Jay-Z dan Nas dalam lagu-lagu mereka pada era 1990-an, menandakan bahwa "yap" telah lama menjadi bagian dari bahasa informal Amerika.

"Menurut saya, karena TikTok adalah platform yang sebagian besar isinya adalah orang berbicara, 'yapping' menjadi kata kerja yang pas dan sudah tersedia untuk diterapkan pada perilaku berbahasa di platform ini," ujar Sierra, menyoroti kecocokan istilah tersebut dengan konten yang didominasi oleh monolog dan curhatan panjang.

Baca juga: Mengapa Mimpi Kehilangan Topi Berakibat Buruk?

Foto: Gemini 

Makna Ganda di Era Digital

Popularitas istilah "yapping" meroket tajam pada pertengahan tahun 2023. Penggunaannya di media sosial memiliki dua sisi makna yang kontras:

1. Konotasi Negatif: Meremehkan Omongan Berlebihan

Penggunaan paling umum dari yapping adalah untuk mengolok-olok atau meremehkan seseorang yang dianggap terlalu banyak bicara, omongannya tidak jelas, atau omong kosong. Frasa yang sering viral adalah "What is bro yapping about?" (Orang ini lagi ngoceh apa sih?). Frasa ini biasanya dilontarkan di kolom komentar video yang dianggap terlalu panjang, filler (penuh kata-kata tidak penting), atau gagal menyampaikan poin utama. 

Misalnya, di bawah video TikTok yang panjang, kita sering menemukan komentar sarkastik seperti, "ibuku sudah yapping selama 16 tahun," atau "guruku yapping 6 jam setiap hari," menunjukkan bahwa pengguna mengasosiasikan yapping dengan omelan atau kuliah yang membosankan dan tak berujung.

2. Konotasi Positif: Merayakan Curhatan dan Berbicara

Menariknya, istilah ini juga telah diadopsi dan dirayakan sebagai julukan yang memberdayakan diri. Banyak pengguna, terutama perempuan, yang kini mengidentifikasi diri sebagai "yapper girl" (cewek yang suka ngoceh) dan menyebut video curhatan atau monolog panjang mereka sebagai "sesi yapping." Mereka mengubah istilah yang berpotensi merendahkan menjadi bentuk apresiasi diri terhadap kemampuan atau kegemaran mereka berbicara. 

Fenomena ini mengingatkan pada bukti linguistik bahwa "yap" di masa lalu terkadang secara spesifik menyasar celotehan perempuan untuk merendahkan mereka. Namun, pengguna media sosial saat ini, dengan kesadaran akan sejarah istilah tersebut, justru merayakan aspek positifnya. Ini tercermin dalam komentar-komentar romantis di X, seperti, "Salah satu hobi favoritku hanyalah mendengarkan pacarku yapping," menunjukkan bahwa yapping kini dapat berarti pembicaraan intim, jujur, dan berharga di mata orang terdekat.

Baca juga: Jensen Huang: Ibu Ajari Saya Bahasa Inggris Meski Tak Bisa Bahasa Itu

Masa Depan Bahasa di Tangan Digital

Noël Wolf, seorang ahli bahasa dan budaya dari platform belajar bahasa Babbel, berpendapat bahwa kebangkitan kembali kata-kata lama seperti yapping adalah hal yang tak terhindarkan di era digital.

"Platform-platform ini adalah tempat berkembang biaknya inovasi bahasa, di mana influencer maupun pengguna biasa sama-sama memperkenalkan dan mempopulerkan ekspresi baru atau menghidupkan kembali yang lama," jelas Wolf. Menurutnya, budaya anak muda memainkan peran vital dalam memengaruhi tren bahasa online, membentuk slang yang mencerminkan pengalaman budaya unik mereka.

Yapping kini menjadi bukti nyata bahwa bahasa adalah entitas yang hidup dan terus berevolusi, merespons kebutuhan komunikasi dari generasi ke generasi. Istilah ini bukan sekadar kata konyol yang viral, tetapi sebuah penanda tentang bagaimana komunikasi digital, meme, dan tren online kini menjadi kekuatan utama yang membentuk leksikon kita. Seiring perkembangan teknologi dan interaksi virtual yang semakin dominan, para ahli bahasa memperkirakan bahwa kita akan melihat lebih banyak lagi kata-kata dan frasa dari masa lalu yang "di-meme-kan" dan dilahirkan kembali dengan makna yang sama sekali baru di ruang siber.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Tolak Serahkan Hadiah GPU RTX 5060, Anak Magang Pilih Tinggalkan Perusahaan

Foto: Gemini

Teknologi.id – Sebuah kisah perselisihan yang melibatkan aset teknologi dan etika perusahaan baru-baru ini menjadi viral di media sosial Tiongkok. Kasus ini berpusat pada seorang karyawan magang muda di sebuah perusahaan teknologi di Shanghai yang dipaksa untuk menyerahkan hadiah yang ia menangkan—yaitu kartu grafis (GPU) Nvidia GeForce RTX 5060—kepada manajemen perusahaan. Alih-alih tunduk pada tekanan, anak magang tersebut mengambil keputusan yang mengejutkan: ia memilih mengundurkan diri (resign) dari pekerjaannya demi mempertahankan hak atas hadiah pribadinya tersebut.

Insiden ini telah memicu perdebatan sengit mengenai batas antara aset perusahaan dan keberuntungan individu, menyoroti praktik-praktik manajemen yang dianggap serakah dan merugikan karyawan di tingkat bawah.

Foto: Lampost

Hadiah Durian Runtuh dari Perjalanan Dinas

Peristiwa ini bermula pada 14 November lalu. Karyawan magang yang identitasnya tidak disebutkan tersebut ditugaskan oleh perusahaannya untuk melakukan perjalanan dinas ke luar kota guna menghadiri acara tahunan Nvidia Roadshow. Karena ini merupakan perjalanan dinas, seluruh biaya akomodasi dan transportasi ditanggung penuh oleh perusahaan.

Di tengah acara tersebut, seperti layaknya acara promosi teknologi besar, diadakan sesi undian atau giveaway. Karyawan magang tersebut, yang mungkin hanya mencoba peruntungannya, berpartisipasi dalam undian tersebut. Dewi fortuna ternyata berpihak kepadanya; ia berhasil memenangkan hadiah utama, yaitu satu unit GPU Nvidia GeForce RTX 5060.

Bagi seorang anak magang, hadiah berupa komponen hardware premium ini adalah "durian runtuh." Di pasaran, GPU RTX 5060 memiliki nilai yang cukup tinggi, diperkirakan mencapai sekitar 3.000 yuan atau setara dengan Rp6,7 juta. Nilai ini tentu signifikan, jauh melebihi potensi gaji bulanan seorang karyawan magang.

Baca juga: Nvidia Rilis RTX 5090D V2 Khusus China, Spesifikasi Dipangkas Demi Patuh Regulasi AS

Tuntutan Aneh dari Manajemen Perusahaan

Sayangnya, euforia kemenangan itu hanya bertahan singkat. Begitu kembali ke kantor, kabar mengenai hadiah yang dimenangkan oleh anak magang tersebut telah "dicium" oleh manajemen dan departemen keuangan.

Alih-alih memberikan selamat, pihak perusahaan, termasuk tim Human Resources (HR) dan petinggi, mulai menekan sang karyawan magang. Mereka menuntut agar kartu grafis Nvidia RTX 5060 itu diserahkan kepada perusahaan.

Argumen yang dilontarkan oleh manajemen perusahaan cukup kontroversial. Mereka mengklaim bahwa hadiah tersebut secara hukum adalah "aset perusahaan." Dasar klaim mereka adalah: tanpa tiket perjalanan dinas yang dibiayai oleh perusahaan, karyawan tersebut tidak akan pernah bisa menghadiri acara Nvidia Roadshow dan, akibatnya, tidak akan pernah memenangkan undian. Oleh karena itu, hadiah tersebut dianggap sebagai hasil dari investasi dan fasilitas yang diberikan perusahaan.

Anak magang tersebut, yang merasa tuntutan itu tidak masuk akal, menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Ia berargumen bahwa memenangkan undian adalah hasil dari keberuntungan pribadinya semata, bukan bagian dari tugas pekerjaan yang telah ditentukan atau produk dari kinerja yang ia berikan selama di perusahaan.

Ultimatum dan Keputusan Tegas untuk Mundur

Situasi dengan cepat memanas dan menjadi tegang. Petinggi perusahaan turun tangan, mencecar si anak magang dengan tekanan psikologis. Puncaknya, staf HR mengeluarkan ultimatum keras: jika anak magang tetap menolak menyerahkan kartu grafis tersebut, ia dipersilakan untuk "mencari perusahaan lain," secara efektif mengancam status magangnya. 

Di bawah tekanan yang tidak etis tersebut, si karyawan magang tidak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan. Malam itu juga, ia mengajukan surat pengunduran diri. Ia memilih kehilangan status magangnya, yang mungkin hanya memberikan upah minimum, daripada harus melepaskan hak pribadinya atas barang senilai jutaan rupiah. Ia meninggalkan perusahaan dengan membawa serta Nvidia GeForce RTX 5060 miliknya.

Warganet Membela dan Opini Hukum Menguatkan

Kisah ini dengan cepat menyebar dan menjadi trending topic di media sosial Tiongkok. Reaksi warganet hampir serentak: mayoritas berdiri di belakang anak magang tersebut. Mereka mengecam perusahaan tersebut sebagai entitas yang "serakah" dan "konyol" karena meributkan barang seharga 3.000 yuan dari seorang karyawan level magang.

Salah satu komentar sarkas yang paling banyak mendapat dukungan merangkum keanehan logika perusahaan: "Jika karyawan itu justru kena denda 50.000 yuan karena melanggar lalu lintas saat perjalanan dinas, apakah perusahaan mau bertanggung jawab dan membayarkannya?"

Baca juga: Bos Nvidia ‘Manusia Rp 2.600 Triliun’ Semprot Karyawan yang Enggan Pakai AI

Secara hukum, posisi anak magang ini juga dinilai kuat. Seorang pengacara yang dimintai pendapatnya menegaskan bahwa hadiah yang didapat dari undian atau lotre melekat pada individu yang memenangkan, bukan pada entitas yang mungkin membiayai perjalanannya. Kecuali jika kontrak kerja secara spesifik mencantumkan klausul mengenai "hadiah undian" yang secara eksplisit harus diserahkan kepada perusahaan, manajemen tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk menyita barang tersebut.

Insiden ini menjadi pengingat pahit tentang pentingnya batasan etika dalam hubungan kerja. Keputusan berani si anak magang untuk melepaskan kesempatan kerja daripada menyerahkan hak pribadinya disambut sebagai kemenangan moral kecil melawan serakahnya korporasi.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Jaminan Netflix Usai Akuisisi $82,7 M: Film Warner Bros Tetap Tayang di Bioskop

Foto: Gemini

Teknologi.id – Netflix, raksasa streaming global, berada di ambang salah satu kesepakatan terbesar dalam sejarah media: akuisisi studio legendaris Warner Bros. dengan nilai yang dikabarkan mencapai $82,7 miliar. Di tengah kekhawatiran yang meluas di kalangan pemilik bioskop dan pelaku industri film tradisional, Co-CEO Netflix, Ted Sarandos, secara publik menegaskan komitmennya bahwa film-film Warner Bros. akan tetap memiliki jadwal rilis di bioskop meskipun kepemilikan telah berpindah tangan.

Pernyataan ini, yang disampaikan dalam konferensi dengan investor pada hari Jumat, mencoba meredakan ketegangan yang muncul sejak kabar akuisisi Netflix terhadap Warner Bros. Discovery (WBD) mencuat ke permukaan. Namun, jaminan Netflix datang dengan catatan penting: model perilisan tradisional—terutama exclusive theatrical window yang panjang—dinilai "sudah tidak lagi ramah bagi konsumen", mengisyaratkan bahwa perubahan besar dalam strategi distribusi film tidak dapat dielakkan.

Baca juga: Netflix Resmi Akuisisi Raksasa Streaming WarnerBros dengan Harga Rp 1.380 Triliun!

Komitmen Jangka Pendek dan Fleksibilitas Jangka Panjang

Sarandos menjelaskan bahwa komitmen Netflix untuk mempertahankan sistem Warner Bros. yang sudah berjalan adalah langkah awal yang strategis. Ini mencakup penghormatan terhadap siklus perilisan film yang dimulai dari penayangan di layar lebar. Ia menekankan bahwa Netflix sendiri bukanlah musuh bioskop; sepanjang tahun 2025 saja, Netflix telah merilis sekitar 30 film di bioskop.

Namun, yang membedakan Netflix dari studio tradisional adalah durasi penayangan. Film-film Netflix di bioskop biasanya memiliki window yang jauh lebih singkat sebelum berpindah ke platform streaming. Hal ini sejalan dengan pandangan Sarandos bahwa "jendela" penayangan harus berevolusi menjadi lebih fleksibel. Evolusi ini bertujuan agar penonton dapat menikmati film favorit mereka lebih cepat melalui platform pilihan, daripada harus menunggu berbulan-bulan setelah film turun layar dari bioskop.

"Kami tidak menentang penayangan film di layar lebar," ujar Sarandos. "Namun, kami percaya bahwa window eksklusif yang terlalu panjang adalah sistem yang ketinggalan zaman dan tidak efisien dalam melayani konsumen modern yang menuntut akses instan."

Foto: Sean O’Kane

Model Bisnis Netflix yang Kontroversial

Netflix selama ini dikenal dengan model bisnisnya yang mengutamakan perilisan langsung di layanan streaming. Penayangan di bioskop, seperti yang terjadi pada film-film kandidat penghargaan seperti Jay Kelly, Frankenstein karya Guillermo del Toro, atau A House of Dynamite garapan Kathryn Bigelow, seringkali hanya bersifat terbatas dan bertujuan untuk memenuhi persyaratan festival atau ajang penghargaan (seperti Oscar). Bahkan, Netflix juga mengoperasikan dan memiliki beberapa bioskop bersejarah, termasuk Paris Theater di New York dan Egyptian Theatre di Los Angeles, yang secara teknis mendukung klaim mereka tentang dukungan terhadap layar lebar, meskipun skalanya kecil.

Tahun depan, ambisi Netflix di bioskop akan semakin jelas dengan rencana merilis film besar seperti Narnia: The Magician's Nephew karya Greta Gerwig di jaringan IMAX. Aksi ini menunjukkan bahwa Netflix mengakui nilai pengalaman sinematik yang premium, namun tetap memegang kendali penuh atas durasi dan waktu transisi ke streaming.

Reaksi Keras dari Industri Bioskop

Meskipun Netflix menjanjikan akan menghormati kesepakatan teater Warner Bros., reaksi dari para pelaku industri bioskop sangat skeptis dan cenderung negatif.

Kelompok pameran film terbesar di AS, Cinema United, segera menyatakan kekhawatiran besar. Mereka menilai akuisisi ini dapat menjadi ancaman eksistensial bagi masa depan bisnis bioskop, baik jaringan besar maupun teater independen yang sangat bergantung pada jadwal rilis studio besar. Cinema United berpendapat bahwa model bisnis utama Netflix tidak secara inheren mendukung keberlangsungan penayangan teater karena fokus utamanya adalah memindahkan konten secepat mungkin ke layanan langganan. Mereka bahkan mendesak regulator untuk mengkaji dampak akuisisi ini secara serius, mempertimbangkan potensi monopoli konten yang dapat menekan nilai pengalaman layar lebar.

Kekhawatiran para pemilik bioskop ini semakin diperkuat oleh pernyataan Sarandos tahun lalu, yang sempat menyebut bahwa sebagian besar masyarakat tidak memiliki akses mudah menuju bioskop. Komentar tersebut dinilai oleh banyak pihak sebagai bentuk meremehkan nilai pengalaman menonton kolektif di layar lebar, yang merupakan inti dari budaya bioskop.

Baca juga: Kalender Bioskop 2026: Dominasi Sekuel, Live-Action, dan Comeback Ikonik!

Masa Depan yang Tak Terhindarkan

Dengan kekayaan intelektual (IP) yang masif dari Warner Bros, seperti semesta DC, Harry Potter, dan Lord of the Rings, di tangan Netflix, masa depan distribusi film berada di persimpangan jalan. Warner Bros. selama ini merupakan salah satu studio yang paling berkomitmen pada jadwal theatrical window tradisional. Jika Netflix benar-benar menerapkan model perilisan yang lebih fleksibel, studio-studio besar lainnya kemungkinan akan tertekan untuk mengikuti, mempercepat transisi film dari bioskop ke streaming.

Yang pasti, akuisisi senilai $82,7 miliar ini akan mengubah lanskap media selamanya. Komitmen Netflix saat ini mungkin menenangkan pasar dalam jangka pendek, tetapi isyarat kuat tentang perlunya "evolusi" dalam window penayangan menunjukkan bahwa perubahan mendasar dalam cara kita mengonsumsi film akan segera tiba. Industri bioskop harus bersiap untuk beradaptasi dengan era baru, di mana batas antara layar lebar dan layanan streaming menjadi semakin kabur.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Gebrakan TikTok: ByteDance Gandeng ZTE, Lahirkan Smartphone AI yang Ludes Instan

Foto: Times Bull

Teknologi.id – Raksasa teknologi yang berbasis di Tiongkok dan pemilik platform global TikTok, ByteDance, telah mengguncang pasar smartphone dengan perilisan perangkat AI pertamanya. Berkolaborasi dengan ZTE, ByteDance meluncurkan sebuah prototipe teknik bernama ZTE Nubia M153 yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) secara mendalam, dan hasilnya sungguh fenomenal: ponsel tersebut dilaporkan habis terjual dalam waktu singkat pada hari pertama peluncurannya di Tiongkok.

Peristiwa ini menandai sebuah momen penting di industri teknologi konsumen, menunjukkan pergeseran paradigma yang jelas, di mana nilai jual utama sebuah smartphone tidak lagi terletak pada kekuatan hardware atau desain fisik, melainkan pada kecanggihan dan kemampuan software AI yang tertanam di dalamnya. Keberhasilan kolaborasi antara perusahaan software besar dan produsen hardware ini menjadi bukti terbaru keunggulan Tiongkok dalam memadukan kemampuan AI generatif dengan perangkat genggam.

Antusiasme Konsumen dan Lonjakan Harga Sekunder ZTE Nubia M153, meskipun diposisikan sebagai prototipe teknik dengan ketersediaan terbatas dan hanya tersedia melalui pemesanan online, mendapatkan sambutan yang sangat hangat. Ponsel ini dengan cepat habis terjual pada Senin (1/12) malam, segera setelah diluncurkan. Antusiasme ini didorong oleh keinginan konsumen untuk mencoba perangkat yang diklaim dapat mengubah fundamental cara mereka menggunakan ponsel.

Prototipe ini dibanderol dengan harga yang relatif premium untuk sebuah prototipe, yakni 3.499 yuan (sekitar Rp8,2 juta). Namun, kelangkaan pasokan segera memicu gejolak harga di pasar sekunder. Di Xianyu, pasar loak online milik Alibaba Group Holding, ponsel tersebut dijual kembali dengan harga mencapai 4.999 yuan, melonjak tajam hingga 43 persen di atas harga aslinya. Lonjakan harga yang signifikan ini bukan sekadar cerminan kelangkaan, tetapi juga indikasi kuat bahwa pasar bersedia membayar mahal untuk inovasi AI yang terintegrasi penuh.

ByteDance dan ZTE tidak merilis detail jumlah unit yang tersedia untuk dibeli, namun respons pasar memaksa layanan pelanggan untuk meminta pembeli mengajukan permintaan jumlah ponsel yang ingin dibeli, menyiratkan bahwa produksi selanjutnya akan disesuaikan secara dinamis berdasarkan permintaan pasar yang melonjak.

Baca juga: TikTok Hadirkan Fitur Nearby Feed, Pengguna Kini Bisa Jelajahi Konten Lokal

Foto: SCMP

Doubao: Kekuatan AI di Tingkat Sistem Operasi

Kunci sukses utama dari Nubia M153 adalah Doubao, asisten mobile AI interaktif yang dikembangkan oleh ByteDance dan diintegrasikan langsung pada tingkat sistem operasi. Integrasi mendalam ini memungkinkan Doubao untuk melampaui kemampuan asisten suara tradisional, menjadikannya mitra digital yang benar-benar cerdas dan kontekstual.

Demonstrasi video menunjukkan kemampuan Doubao yang sangat canggih dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari:

  • Pemesanan dan Layanan Cerdas: Doubao dapat melakukan tugas praktis seperti memesan restoran atau layanan lain hanya melalui perintah suara, tanpa pengguna harus membuka dan menavigasi berbagai aplikasi secara manual.
  • Pengeditan Gambar Real-Time: Asisten ini mampu melakukan manipulasi visual, seperti menghapus pejalan kaki yang tidak diinginkan dari sebuah foto, sebuah fungsi yang biasanya memerlukan perangkat lunak pengeditan khusus.
  • Perbandingan Belanja Otomatis: Doubao dapat mengidentifikasi harga terendah untuk produk yang sama di berbagai aplikasi belanja yang berbeda, dan bahkan menginisiasi proses pembelian setelah mendapatkan persetujuan pengguna.
  • Pemahaman Visual: Doubao mampu menceritakan narasi atau konteks dari sebuah gambar yang dilihatnya, menunjukkan pemahaman konteks yang lebih mendalam dibandingkan pengenalan objek biasa.

Fungsionalitas ini menempatkan Doubao sebagai perwujudan nyata dari konsep AI companion di perangkat seluler, sebuah janji yang telah lama diusung oleh industri teknologi. 

Pergeseran Fokus: Software Mengalahkan Hardware

Kolaborasi ByteDance dan ZTE ini menandai momen penting dalam sejarah pemasaran smartphone. Untuk pertama kalinya, poin penjualan utama sebuah perangkat baru adalah perangkat lunaknya. ZTE, yang sebelumnya berbasis di Shenzhen, telah berjuang untuk mempertahankan relevansinya di pasar smartphone yang didominasi oleh merek-merek besar. Namun, kemitraannya dengan raksasa software seperti ByteDance telah memberikan angin segar, membuktikan bahwa inovasi AI dapat menjadi katalis kebangkitan kembali.

Fenomena ini menunjukkan bahwa konsumen mulai memprioritaskan pengalaman pengguna yang didukung AI revolusioner dibandingkan peningkatan spesifikasi kamera atau kecepatan chip yang inkremental. Pasar kini berfokus pada seberapa cerdas dan efisien ponsel dapat membantu kehidupan penggunanya.

Baca juga: ByteDance Rilis Seedream 4.0: AI Multimodal Open-Source Penantang Google Nano Banana

Tantangan ke Depan Bagi ByteDance

Meskipun sukses di hari pertama, analis industri menyoroti tantangan besar yang dihadapi ByteDance. Morgan Stanley, dalam laporannya, menyebutkan prospek asisten AI ByteDance "terlihat menantang."

Alasannya terletak pada integrasi AI di tingkat sistem operasi yang justru dapat "melemahkan daya tawar produsen perangkat asli (OEM) dalam rantai pasokan." Perusahaan smartphone besar dengan kemampuan teknologi kuat, seperti Apple (dengan Apple Intelligence), Huawei, dan Xiaomi, cenderung akan mengembangkan asisten AI mereka sendiri secara mandiri daripada bermitra dengan entitas luar.

Manajer Riset IDC China, Guo Tianxiang, juga sepakat, memprediksi bahwa ByteDance akan kesulitan membentuk kolaborasi mendalam dengan produsen smartphone besar. Dengan demikian, ByteDance mungkin akan terbatas hanya mendukung produsen yang lebih kecil, seperti ZTE Nubia, yang secara tradisional belum pernah masuk ke dalam lima besar pasar lokal.

Namun demikian, debut ZTE Nubia M153 yang laku keras telah menunjukkan kepada dunia bahwa ByteDance adalah pemain serius dalam perlombaan AI mobile. Ini adalah upaya terbarunya untuk menavigasi pasar smartphone, dan meski tantangan dengan OEM (Original Equipment Manufacturer) besar masih menghadang, pasar telah memberikan suara mereka: masa depan smartphone adalah Kecerdasan Buatan.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

  •  

Kejutan Rockstar! RDR Mobile Resmi Rilis Eksklusif di Katalog Netflix Games

Foto: Netflix

Teknologi.id – Kabar gembira datang bagi komunitas gamer global, khususnya para penggemar game klasik. Rockstar Games, pengembang di balik waralaba legendaris Grand Theft Auto (GTA) dan Red Dead Redemption, secara resmi membawa petualangan wild west ikonik Red Dead Redemption (RDR) ke perangkat seluler. Mulai 2 Desember 2025, game yang awalnya dirilis pada tahun 2010 ini dapat dimainkan di smartphone dan tablet berbasis Android dan iOS.

Namun, ada satu detail penting yang membuat perilisan ini unik: Red Dead Redemption tidak dijual terpisah di App Store atau Play Store. Game epik ini hadir sebagai bagian dari katalog Netflix Games, yang berarti untuk memainkannya, gamer harus memiliki akun berlangganan layanan streaming film tersebut.

Langkah strategis Rockstar bekerja sama dengan Netflix Games ini menunjukkan perubahan besar dalam model distribusi game premium. Dengan memanfaatkan basis pelanggan global Netflix yang masif, Red Dead Redemption dapat menjangkau lebih banyak pemain dari sebelumnya, menawarkan petualangan John Marston ke mana pun mereka pergi.

Petualangan Penuh Darah John Marston di Layar Genggam

Red Dead Redemption versi mobile ini bukan sekadar adaptasi, melainkan porting lengkap yang membawa seluruh kisah orisinal ke perangkat genggam. Gamer akan kembali mengikuti perjalanan sang protagonis, John Marston, seorang mantan penjahat yang dipaksa bekerja sama dengan agen pemerintah untuk mengubur masa lalu kelamnya dengan memburu anggota gengnya yang tersisa.

Kisah game ini dikenal karena kedalaman emosional, narasi yang kuat tentang penebusan, dan latar belakang Amerika di awal abad ke-20. Gamer akan melewati padang rumput yang luas, kota-kota yang kacau, hingga perbatasan Meksiko, semuanya dapat diakses melalui sentuhan jari.

Rockstar memastikan bahwa pengalaman bermain di perangkat seluler akan tetap imersif, meskipun detail mengenai penyesuaian kontrol layar sentuh belum diungkap secara rinci. Biasanya, porting game besar ke mobile menyertakan kontrol yang dapat disesuaikan atau dukungan penuh untuk controller eksternal.

Mode Undead Nightmare Turut Hadir

Selain mode cerita utama yang berfokus pada misi penebusan Marston, paket perilisan Red Dead Redemption di Netflix Games juga mencakup ekspansi populer yang sangat digemari penggemar, yaitu Undead Nightmare.

Mode Undead Nightmare menawarkan keseruan yang berbeda dari game aslinya. Alih-alih berburu penjahat, pemain akan kembali memerankan John Marston dalam upaya bertahan hidup di tengah invasi zombie yang melanda perbatasan Amerika. Premis yang disajikan dalam mode ini cukup pedih, di mana Marston harus menyaksikan keluarganya diserang dan terinfeksi mayat hidup, memaksanya untuk mencari obat dan menghadapi kekacauan supernatural.

Ekspansi ini menambahkan elemen horor dan fantasi yang unik ke dalam setting western yang realistis, menjamin jam bermain tambahan yang berbeda dan menegangkan bagi para gamer seluler.

Foto: Netflix

Baca juga: Game Keluarga Kini Bisa Dinikmati di Netflix dan Amazon Luna 

Syarat dan Spesifikasi Teknis yang Perlu Diperhatikan

Karena Red Dead Redemption adalah game konsol yang dimuat ke platform seluler, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh para gamer di Indonesia maupun global:

  1. Wajib Berlangganan Netflix: Syarat paling utama adalah harus memiliki akun dan status berlangganan yang aktif di Netflix. Game ini, seperti game eksklusif Netflix lainnya, dapat diunduh tanpa biaya tambahan dari App Store atau Play Store, tetapi verifikasi dan akses hanya akan diberikan kepada pengguna Netflix. Ini adalah nilai tambah besar bagi pelanggan Netflix yang mendapatkan game AAA (Triple-A) tanpa iklan dan tanpa in-app purchases.
  2. Kebutuhan Penyimpanan Internal yang Besar: Gamer juga diimbau untuk menyiapkan ruang penyimpanan internal yang lapang. Ketika diunduh, ukuran total game ini mencapai sekitar 6,88 GB. Proses pengunduhan dibagi menjadi dua tahap:
  • Unduhan Awal Aplikasi: Sekitar 3,08 GB dari App Store atau Play Store.
  • Unduhan File Tambahan: Sekitar 3,8 GB file tambahan yang harus diunduh di dalam game sebelum dapat dimainkan.

Kebutuhan penyimpanan yang besar ini menandakan kualitas dan cakupan game yang dibawa oleh Rockstar ke perangkat seluler tidak dikompromikan.

Baca juga: Wajib Tahu! Ini Daftar Lengkap Game Baru yang Rilis di Bulan Desember 2025

Rockstar Games, melalui pernyataan di situs resminya, menyatakan bahwa debut Red Dead Redemption di perangkat iOS dan Android kompatibel ini akan memungkinkan lebih banyak pemain untuk menikmati game klasik ini dan mengikuti petualangan Marston ke mana pun mereka pergi.

Langkah ini juga sekaligus memperkuat posisi Netflix sebagai pemain serius dalam industri gaming, tidak hanya sebagai wadah untuk game independen, tetapi juga sebagai platform eksklusif untuk game berkaliber tinggi dari pengembang kelas dunia seperti Rockstar.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

  •  

Gantikan Meta Ray-Ban? Alibaba Rilis Kacamata AI Quark dengan Baterai 24 jam!

Foto: Alibaba

Teknologi.id – Raksasa teknologi Tiongkok, Alibaba, secara resmi menegaskan posisinya dalam perang gadget konsumen generasi berikutnya dengan meluncurkan Quark AI Smart Glasses di China. Peluncuran ini menempatkan Alibaba di garis depan persaingan kacamata pintar 'berotak' kecerdasan buatan, sebuah pasar yang saat ini tengah didominasi oleh Meta dengan Ray-Ban dan diincar oleh pemain besar lainnya seperti Apple.

Inovasi utama yang segera menarik perhatian dari produk Alibaba ini adalah sistem baterainya yang unik: sistem baterai ganda yang dapat dilepas pasang (hot-swappable). Keunggulan ini diklaim mampu menyuplai daya hingga 24 jam penggunaan. Kapabilitas baterai yang mudah ditukar ini merupakan diferensiasi penting yang tidak dimiliki oleh produk-produk pesaing utamanya, menjawab salah satu kelemahan terbesar wearable AI: daya tahan baterai.

Mengutip The Verge, Alibaba mengumumkan bahwa kacamata Quark AI hadir dalam dua varian untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berbeda:

Quark S1: Model unggulan (flagship).

Quark G1: Model yang berfokus pada gaya hidup (lifestyle).

Kedua varian ini tersedia dalam berbagai pilihan warna dan jenis lensa, memberikan opsi penyesuaian yang luas bagi konsumen.

Detail Teknis dan Harga 

Varian S1 dan G1 memiliki perbedaan signifikan, terutama pada teknologi tampilan yang digunakan. Alibaba menjelaskan bahwa perbedaan utama terletak pada lensa, di mana model S1 unggulan menggunakan layar micro-OLED yang jernih. Penggunaan layar micro-OLED pada model flagship menunjukkan upaya Alibaba untuk menawarkan kualitas visual yang superior, sebuah elemen krusial bagi pengalaman pengguna kacamata pintar.

Meskipun berbeda dalam tampilan, kedua model dibekali dengan komponen inti yang canggih untuk mendukung fungsi AI, termasuk:

  • Mikrofon berbasis bone conduction: Teknologi ini memungkinkan komunikasi suara yang jernih tanpa memerlukan earphone yang menutupi telinga.
  • Kamera internal: Untuk mengambil foto, merekam video, dan mendukung fungsi pengenalan visual berbasis AI.
  • Sistem Baterai Ganda yang Dapat Ditukar (Hot-Swappable): Ini adalah fitur andalan yang menjanjikan ketahanan daya hingga 24 jam. 

Dalam hal harga, Alibaba memposisikan Quark AI Smart Glasses pada rentang yang kompetitif, terutama untuk model lifestyle:

  • Quark S1 (Flagship): Harga jual dimulai dari 3.799 yuan (sekitar Rp 8,9 jutaan).
  • Quark G1 (Lifestyle): Harga jual dimulai dari 1.899 yuan (sekitar Rp 4,4 jutaan).

Harga model G1 yang relatif terjangkau dapat menjadi strategi Alibaba untuk menarik konsumen yang ingin menjajal teknologi kacamata pintar AI tanpa investasi besar, sekaligus memperluas penetrasi pasar.

Foto: Alibaba

Baca juga: Rokid Glasses: Kacamata Pintar AR dan MR dengan Harga Terjangkau

Integrasi AI Model Qwen dan Ekosistem Alibaba

Kekuatan utama kacamata Quark AI terletak pada otak kecerdasan buatan yang menggerakkannya. Kacamata ini ditenagai oleh model AI milik Alibaba sendiri, yaitu Qwen, yang merupakan salah satu model bahasa besar (Large Language Model/LLM) terkemuka di Tiongkok.

Integrasi Qwen, didukung oleh aplikasi pendamping, memungkinkan pengguna mengontrol kacamata ini melalui suara maupun sentuhan. Kacamata pintar ini bukan hanya alat perekam, tetapi asisten AI serbaguna yang terintegrasi erat dengan ekosistem digital Alibaba.

Alibaba menyatakan bahwa kacamata ini akan terintegrasi dengan berbagai aplikasi inti mereka, termasuk:

  • Alipay: Untuk pengenalan harga dan pembayaran instan.
  • Taobao: Untuk pengalaman belanja yang didukung visual dan AI.
  • Platform streaming musik populer Tiongkok: QQ Music dan NetEase Cloud Music.

Integrasi mendalam ini memungkinkan Quark AI untuk menyediakan layanan yang sangat praktis dan on-the-go, seperti terjemahan saat bepergian, pengenalan harga secara instan saat berbelanja, dukungan navigasi, hingga transkripsi rapat secara real-time. Fungsi-fungsi ini menunjukkan ambisi Alibaba untuk menjadikan kacamata pintar sebagai alat produktivitas dan gaya hidup yang esensial.

Perang Pasar Wearable AI Global

Peluncuran kacamata Quark AI menandai upaya serius Alibaba untuk mendobrak pasar teknologi wearable bertenaga AI, sebuah segmen yang diyakini perusahaan akan menjadi gadget konsumen berikutnya yang akan mendominasi pasar.

Saat ini, persaingan di pasar kacamata pintar AI sangat ketat. Meta dengan kacamata Ray-Ban saat ini dianggap sebagai pemimpin pasar yang jelas, berhasil menggabungkan fungsi perekaman dan desain yang modis. Namun, produk Meta juga menghadapi tantangan, seperti yang disoroti dalam berita terpisah mengenai kesulitan perbaikan layar Meta Ray-Ban Display jika rusak.

  • Sementara itu, pemain besar lainnya tengah berpacu untuk mengejar ketertinggalan:
    • Apple: Raksasa teknologi ini diperkirakan akan segera merilis produk wearable AI yang lebih canggih.
    • Sam Altman dan Jony Ive: Mantan Kepala Desain Apple, Jony Ive, bersama CEO OpenAI, Sam Altman, juga sedang mengembangkan proyek gadget AI yang dinilai akan mendefinisikan kembali kategori wearable.

    Baca juga: Samsung Luncurkan Galaxy XR, Saingan Serius Apple Vision Pro!

    Menurut laporan Bloomberg, Alibaba berencana untuk memperkenalkan model internasional dari kacamata Quark AI pada tahun depan. Meskipun target pasar globalnya belum diidentifikasi secara spesifik, langkah ini menunjukkan bahwa ambisi Alibaba melampaui pasar domestik Tiongkok.

    Dengan keunggulan baterai hot-swappable yang memecahkan masalah daya, integrasi AI Qwen yang kuat, dan harga yang kompetitif untuk model lifestyle, Alibaba Quark AI Smart Glasses siap menjadi penantang tangguh yang mengubah peta persaingan di pasar gadget AI global.

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

    (WN/ZA)

    •  

    La Niña dan IOD Negatif Intai Indonesia, Waspada Banjir Awal Tahun!

    Foto: Nasa (SpacePlace)

    Teknologi.id – Masyarakat Indonesia diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan seiring dengan konfirmasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai kehadiran dua fenomena iklim signifikan yang secara simultan memengaruhi dinamika cuaca nasional. Fenomena La Niña Lemah dari Samudra Pasifik dan Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif dari Samudra Hindia dipastikan akan bertahan hingga awal tahun 2026, meningkatkan potensi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi di berbagai wilayah, dari barat hingga timur Indonesia.

    Konfirmasi kehadiran La Niña ini didasarkan pada analisis indeks El Niño Southern Oscillation (ENSO) yang tercatat sebesar -0,80 pada Dasarian III November. Angka tersebut menempatkan kondisi iklim dalam kategori La Niña Lemah. Menurut BMKG, kondisi La Niña ini diperkirakan akan tetap bertahan hingga memasuki awal tahun depan, dan baru akan berangsur melemah hingga mendekati fase netral pada periode Maret-April-Mei (MAM) 2026.

    Baca juga: Peduli Anak Korban Banjir, Komdigi Siapkan Posko Pemulihan Trauma di Sumatera

    Sinergi Anomali: La Niña di Timur, IOD Negatif di Barat

    Peningkatan curah hujan kali ini menjadi perhatian khusus karena didorong oleh dua anomali iklim yang bekerja secara sinergis, meskipun memengaruhi wilayah yang berbeda:

    Foto: Shutterstock

    1. Dampak dari La Niña (Pasifik)

    La Niña, yang ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan laut di Pasifik ekuator, secara umum membawa angin yang lebih kuat dan uap air yang lebih banyak ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. BMKG memperkirakan kondisi La Niña Lemah ini berpotensi memicu peningkatan curah hujan yang berada dalam kategori tinggi hingga sangat tinggi (yaitu, curah hujan melebihi 150 mm per dasarian).

    Wilayah yang diprediksi paling rentan terhadap peningkatan curah hujan akibat La Niña meliputi:

    • Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
    • Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
    • Sebagian wilayah Sulawesi Selatan.
    • Wilayah Maluku.
    • Papua Tengah dan sebagian kecil Papua Selatan.

    Peningkatan intensitas hujan di kawasan timur dan tengah ini menuntut mitigasi bencana yang lebih ketat, terutama di daerah yang memiliki topografi rentan terhadap banjir dan tanah longsor.

    2. Dampak dari IOD Negatif (Samudra Hindia)

    Di saat yang sama, wilayah Indonesia bagian barat tidak luput dari ancaman. Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) pada Dasarian III November tercatat berada di angka -0,36, menandakan fase IOD Negatif. Fenomena ini memiliki pengaruh yang bersifat lokal terhadap iklim Indonesia.

    IOD Negatif menunjukkan adanya aliran massa udara dari Samudra Hindia ke Indonesia bagian barat. Aliran udara kaya uap air inilah yang memicu potensi peningkatan curah hujan di kawasan barat. Meskipun diperkirakan IOD Negatif akan beralih ke fase netral setelah November, dampaknya pada periode transisi dan awal musim hujan tetap signifikan.

    Wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan tinggi akibat IOD Negatif meliputi:

    • Sebagian kecil Aceh dan sebagian Kalimantan Barat.
    • Sebagian Kepulauan Bangka Belitung.
    • Banten bagian Selatan.
    • Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian kecil Jawa Timur.
    • Sebagian besar Bali.

    Kombinasi pengaruh dari kedua samudra ini memastikan bahwa nyaris tidak ada wilayah di Indonesia yang luput dari ancaman curah hujan di atas normal pada periode menjelang dan awal tahun 2026.

    Baca juga: Menko Airlangga Sebut Banjir EV Buat Harga Mobil di Indonesia Turun

    Puncak Musim Hujan dan Peringatan Kesiapsiagaan BMKG

    Kekhawatiran terhadap dua anomali iklim ini semakin meningkat mengingat saat ini sebagian besar wilayah Indonesia (sekitar 75,3 persen dari total Zona Musim/ZOM) telah memasuki periode musim hujan. Fenomena La Niña dan IOD Negatif ini datang sebagai "penambah" intensitas di tengah musim yang secara alamiah memang sudah memiliki curah hujan tinggi.

    Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, memberikan penegasan mengenai tingkat dampak La Niña. Faisal memprediksi La Niña Lemah akan bertahan hingga Maret 2026. Namun, ia juga memberikan nuansa penting: "pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan."

    Meskipun dampaknya tidak terlalu dramatis seperti La Niña kategori kuat, Faisal menekankan bahwa curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai. Ini berarti, terlepas dari tingkat intensitas La Niña-nya, volume air hujan yang turun selama periode puncak musim hujan—yang terjadi di tengah pengaruh IOD Negatif dan La Niña Lemah—tetap membawa risiko besar.

    BMKG mengimbau pemerintah daerah di seluruh wilayah yang berpotensi terdampak untuk segera mengambil langkah mitigasi. Kesiapsiagaan harus difokuskan pada pengelolaan risiko banjir bandang di kawasan dataran rendah dan pesisir, serta risiko tanah longsor di wilayah perbukitan dan pegunungan. Masyarakat juga diminta aktif memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan menghindari aktivitas di daerah yang memiliki riwayat bencana hidrometeorologi selama musim hujan ini. Dengan adanya dua pemicu curah hujan ini, persiapan dini menjadi kunci untuk mengurangi kerugian akibat bencana yang diperkirakan akan berlangsung hingga kuartal pertama tahun depan.

    Baca berita dan artikel lainnya di Googe News

    (WN/ZA)

    •  
    ❌