Normal view

Token CC Canton Naik pada Malam Natal karena Institusi Dorong Narasi Privasi

25 December 2025 at 07:31

Token CC milik Canton menjadi altcoin top gainer di pasar kripto pada Malam Natal, naik lebih dari 25% dalam 24 jam meski likuiditas saat liburan sangat tipis dan sentimen pasar cenderung bearish. Reli ini mendorong CC melewati aset utama dan koin privasi lainnya.

Kenaikan harga ini bukan karena hype retail atau spekulasi musiman. Sebaliknya, ini mencerminkan narasi institusi yang makin kuat tentang tokenisasi real-world asset (RWA) dan kejelasan regulasi—dua tema yang makin penting menjelang akhir tahun.

Altcoin Top Gainer di Pasar Kripto Malam Natal 2025 | Sumber: CoinGecko

Tokenisasi institusional mendorong reli token Canton

Di pusat reli ini, ada Canton Network, yaitu blockchain layer-1 dengan fitur privasi yang didesain khusus untuk lembaga keuangan yang diatur.

Berbeda dengan chain DeFi publik, Canton memungkinkan institusi untuk bertransaksi di chain tanpa membocorkan data sensitif. Hal ini menjadi kebutuhan utama bagi bank, lembaga kliring, dan manajer aset.

Token utilitas milik Canton, CC, digunakan untuk biaya transaksi, keamanan jaringan, dan insentif validator. Nilai token ini lebih banyak terikat pada penggunaan institusi daripada aktivitas retail.

Karena itu, pergerakan harga sangat sensitif terhadap perkembangan infrastruktur pada level dasar.

Momentum makin meningkat setelah DTCC (Depository Trust & Clearing Corporation) mengonfirmasi kemajuan tokenisasi surat utang pemerintah AS yang dikelola DTC di Canton Network.

Minting and using U.S. Treasuries on Canton is coming in 2026, enabling tokenized USTs to be exchanged in near-real-time with stablecoins and other digital assets – all with the privacy and controls regulated markets demand.

A major unlock for global collateral mobility to… pic.twitter.com/XnvdprRq7X

— Canton Network (@CantonNetwork) December 17, 2025

Inisiatif ini muncul setelah lampu hijau regulasi dari SEC AS, yang mengeluarkan non-action letter agar DTCC bisa lanjut membangun infrastruktur tokenisasi secara live.

Perkembangan ini menjadi salah satu dukungan regulasi paling jelas untuk obligasi AS berbasis blockchain.

Akibatnya, pasar mulai menilai ulang Canton sebagai infrastruktur inti, bukan sekadar proyek blockchain spekulatif.

Pada awal Desember, Canton juga memperkuat stack RWA lewat kemitraan bersama RedStone, yang kini menjadi penyedia oracle utama mereka.

Integrasi ini menghadirkan feed harga real-time yang sesuai regulasi untuk aset yang sudah ditokenisasi, sehingga jembatani pasar institusi dan DeFi tanpa mengorbankan privasi.

Serangkaian perkembangan ini menempatkan Canton sebagai layer settlement aset finansial tradisional senilai triliunan dollar.

Estimasi industri menunjukkan lebih dari US$300 miliar volume transaksi harian sudah mengalir melalui aplikasi yang dibangun di atas jaringan ini.

Grafik Harga Mingguan Token CC Canton | Sumber: CoinGecko

Yang penting, reli ini terjadi saat likuiditas pasar sangat rendah karena libur. Situasi ini memperkuat lonjakan harga, sekaligus menunjukkan di mana arus modal terkonsentrasi jelang 2026: pada infrastruktur tokenisasi yang taat aturan.

Sementara pasar kripto secara umum masih berhati-hati, performa CC menyoroti perbedaan yang makin kentara.

I’ve come to realize $CC is useless. Also it seems to be inflationary with never ending supply.

Is what I’m hearing often in comments. Let’s clarify.@CantonNetwork has implemented something called BME (Burn-Mint-Equilibrium).

1) Equilibrium in Practice:
• Annual target:… https://t.co/kMAuMCAh7q

— Heslin Kim (@HeslinKim) December 24, 2025

Investor sekarang makin membedakan antara token spekulatif dan protokol yang terhubung langsung ke adopsi keuangan yang teregulasi.

Pada Malam Natal, Canton masuk pada kategori kedua—dan pasar pun merespons dengan cepat.

Orang Amerika Ingin Aset Kripto untuk Natal—Meski Inflasi Menekan Anggaran

25 December 2025 at 05:43

Orang Amerika merasakan tekanan biaya hidup yang lebih tinggi, tapi mereka tidak mundur dari aset kripto.

Sebuah survei pengeluaran liburan terbaru dari Visa Inc. menunjukkan minat yang semakin besar terhadap aset digital sebagai hadiah, walaupun inflasi terus membatasi pendapatan yang bisa digunakan dan membuat konsumen tetap berhati-hati. Kontras ini menyoroti perubahan yang lebih dalam tentang bagaimana rumah tangga beradaptasi saat uang terasa makin ketat.

Inflasi mulai turun, tapi anggaran masih terasa ketat

Inflasi sudah mulai turun dari puncaknya setelah pandemi, tapi harga-harga tetap tinggi untuk kebutuhan pokok seperti tempat tinggal, makanan, asuransi, dan utilitas.

Upah secara umum mengikuti laju inflasi, sehingga daya beli tidak turun tajam. Meski begitu, marginnya sangat tipis.

Setelah memenuhi kebutuhan utama, banyak rumah tangga kini punya ruang yang lebih sedikit untuk investasi atau belanja tambahan dibandingkan sebelum 2022.

US energy inflation is accelerating:

CPI energy prices jumped +4.2% YoY in November, the fastest pace since February 2023.

This marks the 2nd-consecutive acceleration, following a +2.8% YoY increase in September.

The surge was driven by fuel oil, electricity, and utility gas… pic.twitter.com/nXS30Km6fI

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 23, 2025

Kondisi ini memang tidak menghentikan belanja sama sekali. Tapi, kebiasaannya jadi berubah. Konsumen berbelanja lebih awal, membandingkan harga dengan lebih ketat, dan memanfaatkan teknologi supaya setiap US$1 bisa lebih bermanfaat.

Kepercayaan finansial masih rapuh, tapi aktivitas ekonomi tetap berjalan. Sikap hati-hati ini terlihat jelas dalam cara orang membelanjakan uang—dan apa yang mereka pilih untuk dibeli.

Pertumbuhan Lapangan Kerja AS dari Tahun ke Tahun | Sumber: X/Jed Kolko

Aset kripto muncul sebagai hadiah “lean budget”

Survei Visa pada bulan Desember menemukan bahwa 28% orang Amerika akan antusias menerima aset kripto sebagai hadiah liburan atau hadiah Natal, bahkan angka ini melonjak jadi 45% di antara Gen Z.

Daya tariknya bukan masalah kemewahan. Ini mencerminkan preferensi terhadap aset yang terasa fleksibel, berbasis digital, dan berpotensi punya nilai jangka panjang.

Di saat yang sama, 47% pembelanja AS melaporkan menggunakan alat AI untuk membantu membeli hadiah, utamanya untuk mencari inspirasi dan membandingkan harga. Hal ini menandakan pola pikir konsumen yang lebih fokus pada efisiensi daripada kemewahan.

Could crypto replace holiday cash? More than one-in-four US adults, and nearly half of Gen-Z adults, say they would be excited to receive cryptocurrency as a gift, according to a survey from Visa and Morning Consult https://t.co/xhU2SfJpch pic.twitter.com/RUtS7aKSMP

— Reuters (@Reuters) December 5, 2025

Pembeli muda jadi pelopor perubahan ini. Responden Gen Z menunjukkan adopsi yang lebih tinggi terhadap pembayaran dengan aset kripto, penggunaan wallet digital, autentikasi biometrik, dan belanja lintas negara dibanding kelompok usia lainnya.

Bagi mereka, aset kripto sudah menjadi bagian alami dari identitas keuangan digital yang lebih luas.

Data menunjukkan, berbagi hadiah aset kripto tidak menggantikan kebutuhan pokok. Sebaliknya, aset ini menggantikan barang-barang konsumsi tradisional di saat konsumen jadi semakin selektif.

Apa Artinya untuk Ekonomi AS

Kombinasi inflasi yang mulai mereda dan tekanan anggaran yang masih terus ada menunjukkan ekonomi yang hati-hati tapi stabil.

Orang Amerika tidak menyerah, tapi mereka beradaptasi. Belanja tetap lanjut, meski kini lebih condong pada alat dan aset yang memberikan efisiensi, pilihan, atau potensi keuntungan di masa depan.

Penerimaan aset kripto sebagai hadiah yang makin meluas—meski pendapatan bebas makin ketat—menandakan normalisasi budaya, bukan sekadar spekulasi berlebihan.

Hal ini juga membantu menjelaskan kenapa aset digital tetap menarik minat meskipun dalam periode ekonomi yang dibatasi.

Bagi pasar, pesannya jelas. Inflasi memang menurun, tapi kepercayaan belum sepenuhnya pulih.

Di celah tersebut, teknologi dan aset alternatif mengisi peran yang sebelumnya diisi oleh konsumsi tradisional.

Orang Amerika mungkin merasa tertekan secara keuangan, namun mereka tetap berani—walau dengan hati-hati—bertaruh pada masa depan.

Otoritas India Bongkar Penipuan Aset Kripto Antar Negara Bagian yang Berjalan Selama 10 Tahun

25 December 2025 at 04:44

Direktorat Penegakan Hukum (ED) India telah melakukan penggerebekan terkoordinasi di 21 lokasi di Karnataka, Maharashtra, dan Delhi sebagai bagian dari penyelidikan yang semakin meluas terkait skema penipuan aset kripto besar-besaran yang diduga telah beroperasi hampir satu dekade.

Penggeledahan terjadi pada 18 Desember sesuai Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang (PMLA). Penggerebekan ini menargetkan tempat tinggal dan kantor yang terkait dengan 4th Bloc Consultants beserta rekanannya.

Apakah Ini Pengungkapan Kasus Kripto Terbesar di India?

Pihak berwenang menyatakan bahwa kelompok ini menjalankan platform investasi aset kripto palsu yang telah menipu investor dari India maupun luar negeri dengan iming-iming keuntungan yang sangat tinggi.

Menurut ED, kasus ini bermula dari laporan polisi (FIR) dan informasi intelijen dari Kepolisian Negara Bagian Karnataka.

Penyidik menduga para pelaku membuat situs web yang tampak profesional dan sangat mirip dengan platform perdagangan aset kripto global yang sah, lengkap dengan dashboard, saldo akun, dan riwayat transaksi.

BREAKING: 🇮🇳 ED raids 21 locations across Karnataka, Maharashtra and Delhi in a major crypto investment fraud case.

• Movable and immovable properties in India and abroad identified

• Multiple crypto wallet addresses identified

• Investigation ongoing pic.twitter.com/WoDyxfO7A1

— Crypto India (@CryptooIndia) December 23, 2025

Tapi, platform-platform ini ternyata hanya kedok saja. Pejabat menyatakan sangat sedikit atau bahkan nyaris tidak ada aktivitas perdagangan nyata di dalamnya.

Alih-alih, para penipu aset kripto ini justru memutar dana investor dalam skema yang menyerupai Ponzi klasik atau multi-level marketing.

Untuk membangun kepercayaan, para pelaku diduga menyalahgunakan foto komentator aset kripto terkemuka dan tokoh publik lainnya tanpa seizin mereka.

Pada awalnya, investor pertama menerima imbal hasil kecil guna membangun rasa percaya. Setelah itu, mereka didorong untuk menanamkan dana lebih besar dan mengajak orang lain bergabung melalui bonus rujukan.

Ketika skema ini berkembang, para promotor sangat bergantung pada media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Telegram untuk mencari korban baru.

Pihak ED meyakini jaringan ini menargetkan investor di India dan luar negeri.

Penyidik mengatakan hasil kejahatan dicuci menggunakan jaringan rumit wallet aset kripto, rekening bank luar negeri yang tidak diungkap, perusahaan cangkang, dan saluran hawala.

Penipu juga mengalihkan dana melalui transfer aset kripto peer-to-peer sebelum kemudian diuangkan atau disimpan di rekening bank.

Selama penggerebekan, ED menemukan beberapa alamat wallet aset kripto yang diduga dikendalikan pelaku, beserta aset bergerak maupun tidak bergerak yang mereka beli menggunakan dana hasil kejahatan, baik di India maupun luar negeri.

Pihak berwenang juga menemukan sejumlah entitas asing yang digunakan untuk menyembunyikan jejak uang.

Menariknya, pejabat yakin operasi ini sudah berlangsung setidaknya sejak 2015. Para pelaku terus beradaptasi supaya tetap lolos dari pengawasan, seiring semakin ketatnya perhatian pada pasar aset kripto.

Penyelidikan ini masih terus berjalan.

Jim Cramer Jadi Sangat Bearish pada Bitcoin dan Trader pun Memantau dengan Seksama

25 December 2025 at 03:10

Pendapat terbaru Jim Cramer tentang Bitcoin kini 100% bearish, menurut data pelacakan sentimen dari Unbias.

Perubahan ini langsung menarik perhatian para trader aset kripto, bukan karena Cramer yang menentukan arah Bitcoin, melainkan karena prediksi-prediksi Cramer kini menjadi indikator sentimen informal di pasar.

Narasi Inverse Cramer Sedang Berlangsung Penuh?

Data menunjukkan bahwa tiga prediksi terbaru Cramer tentang Bitcoin semuanya bearish, sehingga prospeknya dalam waktu dekat masuk kategori “perma-bear” menurut Unbias.

Prediksi Bitcoin Jim Cramer | Sumber: Unbias

Secara historis, momen seperti ini sering memicu diskusi di berbagai kanal sosial aset kripto, karena komentar Cramer kerap menimbulkan narasi “Inverse Cramer” yang sudah populer.

Pergeseran ini terjadi saat Bitcoin bergerak di kisaran pertengahan US$80.000-an.

Sejak crash pada 10 Oktober, pergerakan harga tetap tidak menentu dan cenderung defensif.

Banyak analis menggambarkan pasar bergerak dalam rentang tertentu, dengan resistance di area sekitar US$90.000–US$93.000 serta support struktural mendekati US$81.000–US$85.000.

Kegagalan untuk kembali ke level harga yang lebih tinggi sebelum akhir tahun cukup membebani sentimen jangka pendek.

Semua tanda mengarah ke bear market Bitcoin?

Indikator pasar juga memperkuat nada hati-hati tersebut. Crypto Fear & Greed Index belum lama ini turun ke level Extreme Fear, yang mencerminkan sikap menghindari risiko, bukan aksi beli panik.

Pada saat bersamaan, exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot mencatat arus keluar (outflow) berturut-turut menjelang pekan Natal, yang menandakan minat institusi berkurang karena investor mulai mengamankan profit dan menata ulang portofolio menjelang akhir tahun.

ETF Bitcoin AS Terus Alami Outflow | Sumber: SoSoValue

Dalam situasi seperti itu, pergeseran bearish dari Cramer terasa sesuai dengan suasana pasar saat ini — tapi inilah yang membuat pandangannya tetap menonjol di kalangan komunitas Bitcoin.

Sebagai pembawa acara Mad Money yang sudah lama, Jim Cramer kini menjadi referensi budaya di kalangan para trader aset kripto.

Pernyataan tegas dan sikap jangka pendeknya sering kali bertolak belakang dengan siklus alami Bitcoin, sehingga komentarnya lebih sering dipandang sebagai sinyal kontra melalui meme ketimbang analisis konvensional.

BREAKING: Jim Cramer is 100% bearish on Bitcoin.

Merry Christmas 🎄 pic.twitter.com/qDr2Yx2U8X

— Ki Young Ju (@ki_young_ju) December 24, 2025

Polanya terus berulang melewati berbagai siklus pasar. Ketika Cramer tampak yakin pada satu arah, para trader aset kripto seringkali menganggapnya sebagai titik ekstrem sentimen, bukan prediksi akurat.

Menjelang pekan Tahun Baru, para analis memperkirakan likuiditas akan tipis dan volatilitas tinggi. Arah Bitcoin mungkin akan sangat bergantung pada apakah arus ETF mulai stabil dan harga bisa kembali merebut level US$90.000 setelah posisi terkait opsi terselesaikan.

Untuk sementara, opini bearish 100% dari Cramer sepertinya lebih menunjukkan kehati-hatian pasar menyongsong tahun 2026, bukan soal fundamental Bitcoin itu sendiri.

Canton’s CC Token Jumps on Christmas Eve as Institutions Drive the Privacy Narrative

25 December 2025 at 07:31

Canton’s CC token emerged as the top gainer in the crypto market on Christmas Eve, rising more than 25% in 24 hours despite thin holiday liquidity and broadly bearish sentiment. The rally pushed CC ahead of major assets and privacy coins.

The move was not driven by retail hype or seasonal speculation. Instead, it reflected a growing institutional narrative around real-world asset (RWA) tokenization and regulatory clarity—two themes that have gained traction into year-end.

Top Gainers in the Crypto Market on Christmas Eve 2025. Source: CoinGecko

Institutional Tokenization Fuels Canton Token Rally

At the center of the rally is Canton Network, a privacy-enabled Layer-1 blockchain designed specifically for regulated financial institutions. 

Unlike public DeFi chains, Canton allows institutions to transact on-chain while keeping sensitive data private. This is a key requirement for banks, clearing houses, and asset managers.

Canton’s utility token, CC, is used for transaction fees, network security, and validator incentives. Its value is tied less to retail activity and more to institutional usage

That’s why price moves are highly sensitive to infrastructure-level developments.

Momentum accelerated after DTCC (Depository Trust & Clearing Corporation) confirmed progress on tokenizing DTC-custodied US Treasury securities on the Canton Network. 

Minting and using U.S. Treasuries on Canton is coming in 2026, enabling tokenized USTs to be exchanged in near-real-time with stablecoins and other digital assets – all with the privacy and controls regulated markets demand.

A major unlock for global collateral mobility to… pic.twitter.com/XnvdprRq7X

— Canton Network (@CantonNetwork) December 17, 2025

The initiative follows a regulatory green light from the US SEC, which issued a non-action letter allowing DTCC to proceed with live tokenization infrastructure.

That development marked one of the clearest regulatory endorsements yet for on-chain Treasuries. 

As a result, markets began repricing Canton as core infrastructure rather than a speculative blockchain project.

Earlier in December, Canton also deepened its RWA stack through a partnership with RedStone, which became its primary oracle provider. 

The integration enables real-time, compliant price feeds for tokenized assets, bridging institutional markets with DeFi without compromising privacy.

Together, these developments position Canton as a settlement layer for trillions of dollars in traditional financial assets. 

Industry estimates place more than $300 billion in daily transaction volume already flowing through applications built on the network.

Canton CC Token Weekly Price Chart. Source: CoinGecko

Importantly, the rally came during a low-liquidity holiday session. That context amplified the move but also highlighted where capital is concentrating ahead of 2026: compliant tokenization infrastructure.

While broader crypto markets remain cautious, CC’s performance underscored a growing divergence. 

I’ve come to realize $CC is useless. Also it seems to be inflationary with never ending supply.

Is what I’m hearing often in comments. Let’s clarify.@CantonNetwork has implemented something called BME (Burn-Mint-Equilibrium).

1) Equilibrium in Practice:
• Annual target:… https://t.co/kMAuMCAh7q

— Heslin Kim (@HeslinKim) December 24, 2025

Investors are increasingly differentiating between speculative tokens and protocols tied directly to regulated financial adoption.

On Christmas Eve, Canton sat firmly in the latter camp—and the market reacted accordingly.

The post Canton’s CC Token Jumps on Christmas Eve as Institutions Drive the Privacy Narrative appeared first on BeInCrypto.

Americans Want Crypto for Christmas—Even as Inflation Squeezes Budgets

25 December 2025 at 05:43

Americans are feeling the pressure of higher living costs, but they are not stepping away from crypto. 

A new holiday spending survey from Visa Inc. shows a growing appetite for digital assets as gifts, even as inflation continues to limit disposable income and keep consumers cautious. The contrast highlights a deeper shift in how households adapt when money feels tight.

Inflation Is Cooling, but Budgets Still Feel Tight

Inflation has eased from its post-pandemic peak, but prices remain elevated across essentials such as housing, food, insurance, and utilities. 

Wages have broadly kept pace with inflation, preventing a sharp drop in purchasing power. Still, the margin is thin. 

After covering necessities, many households have less flexibility for investing or discretionary spending than they did before 2022.

US energy inflation is accelerating:

CPI energy prices jumped +4.2% YoY in November, the fastest pace since February 2023.

This marks the 2nd-consecutive acceleration, following a +2.8% YoY increase in September.

The surge was driven by fuel oil, electricity, and utility gas… pic.twitter.com/nXS30Km6fI

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 23, 2025

This environment has not stopped spending outright. Instead, it has changed behavior. Consumers shop earlier, compare prices more aggressively, and rely on technology to stretch each dollar further. 

Financial confidence remains fragile, but economic participation continues. That caution shows up clearly in how people spend—and what they choose to buy.

US Job Growth Over the Years. Source: X/Jed Kolko

Crypto Emerges as a “Lean Budget” Gift

Visa’s December survey reveals that 28% of Americans would be excited to receive crypto as a holiday or Christmas gift, a figure that jumps to 45% among Gen Z

The appeal is not about luxury. It reflects a preference for assets that feel flexible, digital-first, and potentially long-term in value.

At the same time, 47% of US shoppers reported using AI tools to assist with holiday purchases, primarily to find gift ideas and compare prices. This signals a consumer mindset focused on optimization rather than excess.

Could crypto replace holiday cash? More than one-in-four US adults, and nearly half of Gen-Z adults, say they would be excited to receive cryptocurrency as a gift, according to a survey from Visa and Morning Consult https://t.co/xhU2SfJpch pic.twitter.com/RUtS7aKSMP

— Reuters (@Reuters) December 5, 2025

Younger shoppers lead the shift. Gen Z respondents show higher adoption of crypto payments, digital wallets, biometric authentication, and cross-border shopping than any other age group. 

For them, crypto fits naturally into a broader digital financial identity.

The data suggests crypto gifting is not crowding out essentials. Instead, it replaces traditional discretionary items at a time when consumers remain selective.

What This Says About the US Economy

The combination of easing inflation and persistent budget pressure points to a cautious but stable economy. 

Americans are not retreating, but they are adapting. Spending continues, yet it leans toward tools and assets that promise efficiency, optionality, or future upside.

Crypto’s growing acceptance as a gift—despite tighter disposable income—signals cultural normalization rather than speculative exuberance. 

It also helps explain why digital assets continue to attract interest even during periods of economic restraint.

For markets, the message is clear. Inflation may be cooling, but confidence has not fully returned. 

In that gap, technology and alternative assets are filling a role that traditional consumption no longer does.

Americans may feel stretched, but they are still betting—carefully—on the future.

The post Americans Want Crypto for Christmas—Even as Inflation Squeezes Budgets appeared first on BeInCrypto.

Indian Authorities Bust Multi-State Crypto Scam Running for 10 Years

25 December 2025 at 04:44

India’s Enforcement Directorate (ED) has carried out coordinated raids at 21 locations across Karnataka, Maharashtra, and Delhi as part of a widening probe into a large-scale crypto scam that allegedly operated for nearly a decade.

The searches were conducted on December 18 under the Prevention of Money Laundering Act (PMLA). It targeted residential and office premises linked to 4th Bloc Consultants and its associates. 

India’s Largest Crypto Bust Yet?

Authorities say the group ran fake crypto investment platforms that duped both Indian and foreign investors by promising unusually high returns.

According to the ED, the case originated from a police FIR and intelligence inputs from the Karnataka State Police. 

Investigators allege the accused created professional-looking websites that closely mimicked legitimate global crypto trading platforms, complete with dashboards, account balances, and transaction histories.

BREAKING: 🇮🇳 ED raids 21 locations across Karnataka, Maharashtra and Delhi in a major crypto investment fraud case.

• Movable and immovable properties in India and abroad identified

• Multiple crypto wallet addresses identified

• Investigation ongoing pic.twitter.com/WoDyxfO7A1

— Crypto India (@CryptooIndia) December 23, 2025

However, these platforms were largely a façade. Officials say there was little or no real trading activity. 

Instead, the crypto scammers recycled investors’ funds in a structure resembling a classic Ponzi or multi-level marketing scheme.

To build credibility, the operators allegedly misused photographs of well-known crypto commentators and public figures without consent. 

Early investors were paid small returns to gain trust. Later, they were encouraged to invest larger sums and recruit new participants through referral bonuses.

As the scheme expanded, promoters relied heavily on social media platforms. This included Facebook, Instagram, WhatsApp, and Telegram to attract victims. 

The ED believes the network targeted investors in India and overseas.

Investigators say the proceeds of crime were laundered through a complex web of crypto wallets, undisclosed foreign bank accounts, shell companies, and hawala channels. 

Scammers also moved the funds via peer-to-peer crypto transfers before being converted into cash or parked in bank accounts.

During the raids, the ED identified several crypto wallet addresses allegedly controlled by the accused, along with movable and immovable assets acquired in India and abroad using illicit funds.

Authorities also flagged multiple foreign entities used to conceal the money trail.

Notably, officials believe the operation dates back to at least 2015. The scammers evolved over time to evade detection as scrutiny of crypto markets increased.

The investigation remains ongoing.

The post Indian Authorities Bust Multi-State Crypto Scam Running for 10 Years appeared first on BeInCrypto.

Jim Cramer Turns Fully Bearish on Bitcoin and Traders are Watching Closely

25 December 2025 at 03:10

Jim Cramer’s latest Bitcoin stance has flipped to 100% bearish, according to sentiment-tracking data from Unbias. 

The shift immediately caught the attention of crypto traders, not because Cramer commands Bitcoin’s direction, but because his calls have become an informal sentiment indicator inside the market.

Inverse Cramer Narrative In Full Flow?

Data shows that Cramer’s last three Bitcoin predictions were all bearish, pushing his near-term outlook into what Unbias categorizes as “perma-bear” territory. 

Jim Cramer Bitcoin Prediction. Source: Unbias

Historically, such moments tend to spark discussion across crypto social channels, where Cramer’s commentary often triggers the well-known “Inverse Cramer” narrative.

This latest turn comes as Bitcoin trades in the mid-$80,000 range.

Since the October 10 crash, price action has remained choppy and defensive. 

Analysts broadly describe the market as range-bound, with resistance near $90,000–$93,000 and structural support closer to $81,000–$85,000

The failure to reclaim higher levels before year-end has weighed on short-term sentiment.

All Signs Point to a Bitcoin Bear Market?

Market indicators reinforce that cautious tone. The Crypto Fear & Greed Index recently slipped into Extreme Fear, reflecting risk aversion rather than panic buying. 

At the same time, spot Bitcoin ETFs recorded consecutive daily outflows into the Christmas week, signaling reduced institutional appetite as investors lock in profits and rebalance portfolios ahead of year-end.

US Bitcoin ETFs Continue to Bleed. Source: SoSoValue

Against that backdrop, Cramer’s bearish shift fits the prevailing mood — but it also explains why his views remain so visible in Bitcoin circles. 

As the long-time host of Mad Money, Jim Cramer has become a cultural reference point for crypto traders. 

His emphatic, short-term calls often clash with Bitcoin’s cycle-driven nature, turning his commentary into a meme-driven contrarian signal rather than conventional analysis.

BREAKING: Jim Cramer is 100% bearish on Bitcoin.

Merry Christmas 🎄 pic.twitter.com/qDr2Yx2U8X

— Ki Young Ju (@ki_young_ju) December 24, 2025

That dynamic has persisted through multiple market cycles. When Cramer grows confident in one direction, crypto traders often treat it as a sentiment extreme rather than a forecast.

Looking ahead to the New Year’s week, analysts expect thin liquidity and heightened volatility. Bitcoin’s direction may hinge on whether ETF flows stabilize and whether price can reclaim the $90,000 level after options-related positioning clears. 

Until then, Cramer’s 100% bearish read may say less about Bitcoin’s fundamentals — and more about how cautious the market feels heading into 2026.

The post Jim Cramer Turns Fully Bearish on Bitcoin and Traders are Watching Closely appeared first on BeInCrypto.

Mengapa Perak Bisa Mengungguli Emas dan Bitcoin pada 2026

24 December 2025 at 07:30

Perak menjadi salah satu aset utama dengan performa terkuat di tahun 2025, bahkan jauh mengungguli emas dan Bitcoin.

Reli perak ini bukan hanya didorong spekulasi semata. Kondisi ini justru mencerminkan perpaduan langka pergeseran ekonomi makro, permintaan industri, dan tekanan geopolitik, yang bisa terus berlangsung hingga 2026.

Performa Silver di 2025 dalam Konteks

Menjelang akhir Desember 2025, harga perak diperdagangkan mendekati US$71 per ons, naik lebih dari 120% sepanjang tahun. Harga emas juga naik sekitar 60% di periode yang sama, sedangkan Bitcoin justru ditutup sedikit turun setelah sempat bergerak volatil dan mencapai puncak pada Oktober.

Harga perak memulai 2025 di kisaran US$29 per ons lalu terus naik stabil sepanjang tahun. Lonjakan makin kencang pada paruh kedua tahun seiring defisit pasokan melebar dan permintaan industri naik di luar perkiraan.

Grafik Harga Perak di 2025 | Sumber: BullionVault

Emas juga menguat signifikan, bergerak dari kisaran US$2.800 ke atas US$4.400 per ons, didukung oleh turunnya yield riil dan permintaan dari bank sentral.

Meskipun begitu, performa perak jauh melampaui emas, sesuai dengan kecenderungan historisnya yang memang sering menguat lebih tinggi di setiap siklus komoditas logam mulia.

Grafik Harga Emas di 2025 | Sumber: BullionVault

Bitcoin justru memilih jalur berbeda. Harga Bitcoin melonjak ke rekor mendekati US$126.000 pada awal Oktober, tapi kemudian berbalik turun tajam hingga akhir Desember hanya berada di kisaran US$87.000.

Berbeda dengan logam mulia, Bitcoin gagal menjadi aset lindung yang diincar saat terjadi aksi risk-off di akhir tahun.

Kondisi ekonomi makro mendukung aset keras

Ada beberapa faktor ekonomi makro yang menopang perak sepanjang tahun 2025. Yang paling utama, kebijakan moneter global mulai melonggar. The Fed AS telah menurunkan suku bunga berkali-kali hingga akhir tahun, sehingga yield riil turun dan dollar melemah.

Bersamaan itu, kekhawatiran soal inflasi juga belum terselesaikan. Kombinasi seperti ini secara historis memang menguntungkan aset nyata, khususnya yang memiliki nilai moneter sekaligus industri.

Berbeda dengan emas, perak dapat manfaat langsung dari ekspansi ekonomi. Di tahun 2025, peran ganda ini jadi sangat menentukan.

This is a 50-Yr chart of Silver futures
The red arrow marks my 1st trade in Silver
The $50 level rejected Silver in 1981 and 2011
The price has now sliced above $50
Corrections should find support in the low $50s
Upside targets exist at $87 and eventually $200-plus$SI_F pic.twitter.com/sz076mdeP1

— Peter Brandt (@PeterLBrandt) December 13, 2025

Permintaan Industri Jadi Penggerak Utama

Reli perak makin kuat karena didorong oleh permintaan fisik, bukan arus investasi belaka. Penggunaan industri telah menyumbang sekitar setengah dari total konsumsi perak, bahkan porsinya kini terus tumbuh.

Transisi energi punya peran besar. Sektor tenaga surya tetap menjadi sumber permintaan baru terbesar, dan elektrifikasi di sektor transportasi maupun infrastruktur justru menambah beban pada pasokan perak yang sudah ketat.

Pasar perak global membukukan defisit tahunan kelima secara beruntun pada tahun 2025. Pasokan sulit bertambah karena sebagian besar produksi perak hanya sebagai produk sampingan pertambangan logam dasar, bukan dari proyek khusus perak.

Most of silver demand is industrial and those users don't care if the price is 5x, because silver is only a small part of their products.

Industrial demand (mainly solar) continues to rise.

Also retail demand in Asia is now INCREASING along with rising prices.

— GoldSilver HQ (@GoldSilverHQ) December 23, 2025

Kendaraan Listrik Tambah Permintaan Struktural

Mobil listrik telah meningkatkan kebutuhan perak secara signifikan di tahun 2025. Setiap mobil listrik membutuhkan 25 hingga 50 gram perak, atau sekitar 70% lebih banyak dibanding kendaraan bermesin pembakaran.

Dengan penjualan mobil listrik global naik dua digit setiap tahun, permintaan perak untuk otomotif mencapai puluhan juta ons per tahun.

Infrastruktur pengisian daya menambah tren ini. Pengisi daya cepat berdaya tinggi memerlukan kilogram perak untuk komponen elektronik dan konektornya.

Berbeda dengan permintaan investasi yang cenderung naik-turun mengikuti siklus, konsumsi perak untuk mobil listrik bersifat struktural. Pertumbuhan produksi pun langsung berdampak pada peningkatan penyerapan fisik yang berkelanjutan.

Silver $71 today.
Just the beginning.
I completed a detailed analysis of Samsung's new battery technology. Production begins in 2027. (Confirmed by Samsung.) Approximately 1 kg of silver will be needed per EV. And Samsung's silver-carbon batteries will also be widely used across…

— HealthRanger (@HealthRanger) December 23, 2025

Pengeluaran pertahanan diam-diam memperketat pasokan

Permintaan dari sektor militer menjadi faktor yang kurang terlihat, tapi peranannya makin penting. Persenjataan modern sangat bergantung pada perak untuk sistem elektronik panduan, radar, komunikasi aman, hingga drone.

Satu rudal jelajah saja bisa mengandung ratusan ons perak yang langsung hancur saat digunakan. Permintaan dari sektor pertahanan pun jadi tidak bisa didaur ulang.

Pengeluaran militer dunia mencetak rekor tertinggi di 2024 dan masih terus naik selama 2025 di tengah perang di Ukraina dan Timur Tengah.

Eropa, Amerika Serikat, dan Asia semuanya meningkatkan pembelian amunisi canggih, sekaligus secara diam-diam menyerap perak fisik.

Guncangan Geopolitik Menguatkan Tren

Ketegangan geopolitik semakin memperkuat posisi perak. Konflik yang berkepanjangan mendorong penimbunan persediaan pertahanan, sedangkan fragmentasi perdagangan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pasokan bahan-bahan penting.

Berbeda dengan emas, perak berada di persimpangan kebijakan keamanan nasional dan industri. Beberapa pemerintah mulai mengklasifikasikan perak sebagai material strategis, yang mencerminkan perannya dalam teknologi sipil dan militer.

Dinamika ini menciptakan umpan balik langka: risiko geopolitik menaikkan permintaan investasi safe-haven sekaligus konsumsi industri yang nyata.

The rise in the price of gold and silver from 2001 through 2008 was a sign of a major Fed policy error and a harbinger of the 2008 financial crisis. The current rally that began in 2024 is signaling a bigger policy error that will have even more profound consequences for the U.S.

— Peter Schiff (@PeterSchiff) December 22, 2025

Mengapa 2026 bisa memperpanjang masa outperformance

Ke depannya, sebagian besar faktor yang mendorong harga perak di 2025 masih tetap ada. Adopsi kendaraan listrik terus meningkat. Ekspansi jaringan listrik dan investasi di energi terbarukan masih menjadi prioritas pemerintah. Anggaran pertahanan pun belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Pada saat yang sama, pasokan perak tetap terbatas. Proyek pertambangan baru memerlukan waktu lama dan daur ulang tidak mampu mengimbangi kehilangan industri yang terus meningkat dari pemakaian militer.

Emas mungkin masih akan berkinerja baik jika imbal hasil riil tetap rendah. Bitcoin bisa pulih jika selera risiko membaik. Tapi tidak ada yang menggabungkan perlindungan moneter sekaligus paparan langsung pada tren elektrifikasi global dan pengeluaran pertahanan seperti perak.

Kombinasi inilah yang membuat banyak analis melihat perak sebagai aset yang sangat menarik untuk 2026.

Looks like silver is going to be a shocker for most. While a significant group of investors is still in denial and do not realize that we are in a new realities constantly waiting for a pullback, silver keeps pushing higher and higher. My immediate target is $75 – 80. Let's wait… pic.twitter.com/ni35W0lIwd

— Rashad Hajiyev (@hajiyev_rashad) December 22, 2025

Reli perak di tahun 2025 bukan sekadar lonjakan spekulatif sesaat. Hal ini mencerminkan perubahan struktural mendalam dalam cara ekonomi global menggunakan logam ini.

Jika tren saat ini terus berlanjut, peran ganda perak sebagai lindung nilai moneter dan kebutuhan industri bisa saja membuatnya mengungguli baik emas maupun Bitcoin lagi di 2026.

Rusia Rencanakan Regulasi Baru Aset Kripto untuk 2026

24 December 2025 at 04:30

Bank Sentral Rusia memperkenalkan kerangka konseptual yang telah lama dinantikan untuk mengatur perdagangan aset kripto pada 23 Desember, menandai pergeseran besar dari pembatasan ad-hoc menuju pasar yang terstruktur dan berlisensi.

Dalam usulan tersebut, aset kripto dan stablecoin akan diakui secara legal sebagai nilai mata uang yang bisa dibeli dan dijual. Tapi, aset ini tetap dilarang sebagai alat pembayaran di dalam Rusia.

Apa yang Diperkenalkan Kerangka Baru Ini

Bank sentral sudah menyerahkan usulan legislatifnya kepada Pemerintah Rusia untuk ditinjau.

Pengumuman ini menjadi upaya terbesar sejauh ini untuk membawa aktivitas kripto di bawah pengawasan keuangan yang resmi, sambil tetap menjaga kontrol ketat terhadap risiko ritel dan arus modal.

Usulan ini menetapkan model investor dua tingkat, yaitu membedakan antara peserta ritel dan profesional.

Investor yang belum memenuhi syarat hanya diperbolehkan membeli aset kripto paling likuid saja, yang akan didefinisikan di aturan mendatang.

Akses akan mewajibkan tes pengetahuan risiko dan pembelian akan dibatasi maksimal 300.000 rubel per tahun.

Investor yang telah memenuhi syarat akan menghadapi lebih sedikit pembatasan. Mereka diperbolehkan membeli aset kripto apa saja kecuali token anonim yang smart contract-nya menyembunyikan data transaksi.

Batasan volume pembelian tidak berlaku, walaupun tes pengetahuan risiko tetap wajib dilakukan.

Bank sentral menekankan bahwa aset kripto tetap memiliki risiko yang tinggi, karena volatilitas, tidak ada dukungan dari negara, dan paparan terhadap sanksi.

Russia is leading Europe in crypto use, over $376B moved in a year, says Chainalysis.

While others talk about regulation, Russians are actually using crypto for real needs; trading, saving, and moving money fast.

Quiet adoption, big numbers. pic.twitter.com/2XcmYx8ioB

— Tom Tucker (@WhatzTheTicker) October 16, 2025

Perbedaan Hal Ini dengan Sikap Rusia Saat Ini

Sampai saat ini, kebijakan kripto Rusia masih terpecah-pecah. Kepemilikan dan perdagangan secara praktik dibolehkan, tapi tidak ada jalur pengaturan yang jelas.

Akses ritel berada di area abu-abu, perantara menghadapi ketidakpastian, dan penegakan hukum bergantung pada pembatasan informal daripada aturan pasar yang resmi.

Konsep baru ini meresmikan apa yang sebelumnya hanya ditoleransi, sambil sangat membatasi bagaimana investor ritel dapat terlibat.

Konsep ini juga memastikan bahwa Rusia akan mengatur aktivitas kripto menggunakan infrastruktur keuangan yang sudah ada, sehingga exchange, broker, dan manajer trust bisa tetap beroperasi memakai lisensi yang saat ini mereka miliki. Akan ada persyaratan tambahan untuk deposit dan layanan exchange yang khusus untuk kripto.

Kerangka aturan ini juga memperjelas regulasi lintas batas negara. Warga Rusia diperbolehkan membeli aset kripto di luar negeri menggunakan akun asing, dan transfer kripto ke luar negeri lewat perantara asal Rusia asalkan mereka memberitahu otoritas pajak.

Timeline dan Penegakan

Bank sentral menargetkan untuk merampungkan dasar hukum ini sebelum 1 Juli 2026. Mulai 1 Juli 2027, perantaraan kripto ilegal akan mendapat sanksi yang setara dengan hukuman atas aktivitas perbankan ilegal.

Pendekatan bertahap ini memberi waktu bagi pelaku pasar untuk menyesuaikan diri dengan aturan lisensi, pengungkapan, dan kepatuhan.

Bagaimana pendekatan Rusia dibandingkan secara global

AreaRusia (Konsep BoR)Uni Eropa (MiCA)Amerika Serikat
Status hukumAset investasi (“nilai mata uang”), bukan alat pembayaranPasar kripto yang diaturPemantauan federal & negara bagian terpecah
Akses ritelDibolehkan dengan tes dan batasan ketatDibolehkan melalui sistem pengungkapanLuas, tanpa batas federal
PerantaraLisensi yang ada + aturan khusus kriptoLisensi CASP wajibKerangka kerja lintas lembaga
StablecoinBisa diperdagangkan, dilarang untuk pembayaranSangat diaturHukum federal stablecoin sudah berlaku
Penegakan hukumBertahap, mulai 2027Sudah aktifPenegakan terus berjalan oleh lembaga

Secara umum, Rusia tidak meliberalisasi kripto seperti di negara Barat.

Sebaliknya, pemerintah memindahkan kripto keluar dari pasar abu-abu, memperketat pengawasan, membatasi eksposur investor ritel, dan menempatkan perdagangan kripto yang diatur sebagai perluasan dari sistem keuangan tradisional Rusia yang sudah ada.

Grup-Grup Cina Ubah Telegram Jadi Dark Web Penipuan Aset Kripto

24 December 2025 at 02:30

Jaringan berbahasa Mandarin yang beroperasi di Telegram kini menjadi tulang punggung ekonomi aset kripto ilegal terbesar di dunia.

Grup-grup ini sudah melampaui dark web dengan menggabungkan penipuan, rekayasa AI, serta pencucian uang ke dalam satu sistem yang berskala industri.

Pasar Telegram Kini Jauh Lebih Besar dari Para Raksasa Dark Web di Masa Lalu

Skalanya benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Data dari Elliptic menunjukkan Huione Guarantee, yang kemudian berganti nama menjadi Haowang Guarantee, memproses transaksi sebesar US$27 miliar dari tahun 2021 hingga 2025.

Angka itu mengalahkan setiap dark web market utama sepanjang sejarah.

Over recent years, we've supplied @okx with crypto threat intelligence via multiple channels, and their compliance progress is notable.

Data shows a significant decrease in risky USDT deposits from Huione&Tudou Guarantee.

We will continue monitoring this. @star_okx pic.twitter.com/f7zHpzra8j

— Bitrace (@Bitrace_team) October 15, 2025

Setelah Telegram melarang Huione pada bulan Mei, aktivitasnya pun berpindah. Kini ada dua market yang mendominasi:

  • Tudou Guarantee: sekitar US$1,1 miliar per bulan
  • Xinbi Guarantee: sekitar US$850 juta per bulan

Total volume bulanan gabungan kedua market ini kini sudah melampaui jumlah transaksi AlphaBay sepanjang sejarah operasinya.

Mengapa Telegram menggantikan dark web

Telegram menawarkan channel publik, sistem escrow seperti layanan penjaminan, dan jangkauan global secara instan. Pengguna bahkan tidak perlu Tor browser atau kemampuan teknis.

Market ini meniru fitur khas dari darknet:

  • Sistem reputasi vendor
  • Layanan escrow dan penyelesaian sengketa
  • Penyelesaian dengan stablecoin
  • Rebranding cepat begitu terkena banned

Secara praktik, Telegram sudah menjadi “dark web tanpa hambatan.”

Be careful ⚠️⚠️⚠️

a FAKE telegram channel is trying to scam Smardex holders

There is NO V3 migration,
DO NOT FALL FOR SUCH SCAM

the official updates can ONLY be received through their website https://t.co/Ghz45GSSnI, their X: @SmarDex and their official TG (its link is in… pic.twitter.com/cESr07yx4e

— Crypto Feras  (@CryptoFeras) November 5, 2025

Pasar Penipuan Aset Kripto Mendukung Industri Penipuan Global

Market-market ini memang tidak memperjualbelikan narkoba atau senjata dalam jumlah besar, tapi mereka menjual infrastruktur penipuan.

Mayoritas pelanggan berasal dari industri pig-butchering scam. Penipuan berkedok asmara jangka panjang dan investasi mendatangkan sekitar US$10 miliar per tahun hanya dari korban di AS, berdasarkan data federal.

Operasi ini terpusat di Asia Tenggara dan banyak yang memanfaatkan pekerja yang diperdagangkan paksa dan ditahan di kompleks penipuan.

Market di Telegram menawarkan:

  • Layanan pencucian uang
  • Platform investasi palsu
  • Identitas curian
  • Alat telekomunikasi dan rekayasa sosial

Ekonomi penipuan dan market ini tumbuh saling terkait.

Alat Face-Swap AI Meningkatkan Aksi Penipuan

Pendorong utama pertumbuhan adalah artificial intelligence. Grup Telegram berbahasa Mandarin secara aktif menjual:

  • Perangkat lunak face-swap real-time
  • Alat kloning suara
  • Paket identitas deepfake

Alat-alat tersebut memudahkan penipu untuk menyamar sebagai orang nyata saat video call. Hal ini sangat meningkatkan tingkat kepercayaan dan konversi korban.

Analis keamanan menyebut fenomena ini sebagai industrialisasi rekayasa sosial. Penipuan sekarang bekerja sangat efisien seperti di pabrik.

Look at this, what appears to be a SCAM site that is fully AI generated.

What is the government doing to stop these? Nothing at all?

All that talent going toward scamming new crypto users… on Twitter, Telegram, etc.

www_youtube_com/@cryptotopstories <– SCAM!!!… pic.twitter.com/HG1w0Lkx3e

— Jae Kwon – "godfather of proof-of-stake" (@jaekwon) November 22, 2025

USDT adalah fondasi keuangan utama

Hampir seluruh transaksi menggunakan Tether (USDT). Tidak seperti aset kripto terdesentralisasi, USDT sebenarnya bisa dibekukan. Fitur itu tersedia namun hampir tidak pernah digunakan secara besar-besaran.

Akibatnya, stablecoin yang paling terpusat justru menjadi fondasi utama pasar aset kripto ilegal terbesar yang pernah ada. Ketergantungan ini memperbesar risiko pada penipuan, pencucian uang, hingga penipuan lintas negara.

Telegram sebelumnya sudah pernah menghapus market-market besar. Tapi, setiap kali market dihapus, penggantinya selalu muncul dalam hitungan minggu.

Kepemilikan market berpindah-pindah. Likuiditas pun langsung mengikuti.

Elliptic saat ini memantau sekitar 30 market Telegram berbahasa Mandarin. Seluruhnya memproses puluhan miliar dolar AS setiap tahun, dan mayoritasnya melalui aset kripto.

Tekanan penegakan hukum masih terpecah dan tidak konsisten.

Pada akhirnya, ini bukan lagi sekadar cerita kejahatan dunia maya yang ‘niche’.

Platform pesan publik sekarang memfasilitasi pembiayaan ilegal dalam skala global. Jaringan berbasis bahasa kini lebih signifikan daripada letak geografis; alat-alat digital juga pelan-pelan mengubah cara kerja ekonomi penipuan.

Akhirnya, ekosistem kriminal yang muncul sudah jauh lebih besar dibanding apapun yang pernah dibangun dark web — dan semuanya berjalan terbuka di depan mata.

Tanpa aksi bersama antara platform, stablecoin, dan aparat penegak hukum, sistem ini akan terus tumbuh makin besar.

Surprise Pertumbuhan PDB AS Isyaratkan Masalah untuk Altcoin, Bukan Bitcoin

24 December 2025 at 00:58

Laporan terbaru GDP AS memberikan sinyal ekonomi yang kuat—tapi untuk pasar aset kripto, terutama altcoin, ini bisa jadi kabar buruk.

Data yang dirilis pada 23 Desember menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan di Q3, memperkuat pandangan bahwa kondisi moneter bisa tetap ketat lebih lama. Sementara Bitcoin tetap cukup tahan, pasar aset kripto yang lebih luas mulai mengeluarkan sinyal peringatan.

Pertumbuhan PDB AS Lampaui Ekspektasi

Ekonomi AS tumbuh dengan laju tahunan sebesar 4,3% di Q3, jauh di atas prediksi pasar sebesar 3,3%, dan juga lebih tinggi dari data sebelumnya di 3,8%.

The year of the tariff is powering America’s economy as real GDP accelerated to a 4.3% annualized rate and exports rose to an 8.8% SAAR in the third quarter.

This is just the beginning of new era of economic prosperity thanks to President Trump’s trade program unlocking new… pic.twitter.com/kWeBtxQ7aN

— United States Trade Representative (@USTradeRep) December 23, 2025

Pada saat yang sama, inflasi inti PCE naik menjadi 2,9%, meningkat dari 2,6%, dan masih bertahan di atas target The Fed sebesar 2%.

Sementara itu, belanja konsumsi pribadi riil melonjak 3,5%, jauh melebihi ekspektasi sebesar 2,7%.

Sederhananya, warga Amerika masih belanja dengan agresif, dan tekanan inflasi sepertinya belum cukup reda bagi para pembuat kebijakan untuk mengklaim kemenangan.

Kenapa Pertumbuhan Kuat Bisa Jadi Masalah untuk Aset Kripto

Pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan mengurangi urgensi pemangkasan suku bunga.

Bila kita gabungkan dengan data CPI terbaru dan ekspektasi inflasi yang masih tinggi dari survei University of Michigan, laporan GDP ini memperkuat argumen untuk suku bunga tinggi yang lebih lama di 2026.

Bagi aset berisiko seperti aset kripto, hal ini penting karena:

  • Suku bunga tinggi meningkatkan imbal hasil dari uang tunai dan obligasi.
  • Likuiditas menjadi lebih selektif.
  • Aset spekulatif kesulitan menarik modal baru.

Kondisi ini biasanya memberikan tekanan pada altcoin lebih besar daripada Bitcoin.

The US economy has now been in an expansion for 65 months with annualized real GDP growth of 4.3% over that time.
The average expansion length since 1949: 67 months.
Longest: 128 months.
Shortest: 12 months. pic.twitter.com/QE6WnhhMA5

— Charlie Bilello (@charliebilello) December 23, 2025

Bitcoin Tetap Lebih Kuat Dibanding Altcoin

Reaksi pasar setelah rilis data GDP mencerminkan dinamika tersebut.

Bitcoin tetap relatif stabil di kisaran US$87.800, turun tipis dalam sehari tapi masih bertahan di level krusial. Kapitalisasi pasarnya tetap di atas US$1,75 triliun, menandakan tidak ada kepanikan jual besar-besaran.

Namun, altcoin tampil jauh lebih lemah:

  • Ethereum turun lebih dari 3% dalam satu hari.
  • Solana, Cardano, dan Dogecoin anjlok antara 3%–6%.
  • Token mid-cap dan small-cap mencatat kerugian lebih dalam dengan pemulihan yang lemah.

Perbedaan ini menyoroti peran Bitcoin sebagai penyerap likuiditas saat ketidakpastian ekonomi makro terjadi.

MACD Kripto Konfirmasi Tren Bearish yang Meluas

Indikator momentum juga memperkuat kekhawatiran ini.

Menurut MACD yang dinormalisasi dari CoinMarketCap, 68% aset kripto yang dipantau sekarang ada dalam momentum negatif. Rata-rata MACD pasar di angka –0,16, jelas menandakan wilayah bearish.

Sebagian besar aset di bawah kapitalisasi pasar US$10 miliar masih berada di zona negatif dalam.

Saat momentum melemah di seluruh pasar, modal biasanya berpindah ke aset yang lebih sedikit dan lebih likuid—dan lagi-lagi Bitcoin lebih diuntungkan dibanding altcoin.

Rata-rata MACD Pasar Kripto | Sumber: CoinMarketCap

Kenapa Altcoin Lebih Rentan

Altcoin sangat bergantung pada likuiditas murah, arus masuk ritel, dan sentimen risk-on. Pertumbuhan GDP yang kuat bersama inflasi yang membandel membuat ketiganya berkurang.

Dengan konsumen AS yang masih belanja tapi menghadapi biaya lebih tinggi, pendapatan yang bisa digunakan untuk investasi spekulatif bisa menyusut di awal 2026.

Sementara itu, institusi tetap berhati-hati di tengah risiko Bank of Japan dan ketidakpastian suku bunga global. Kombinasi faktor ini menciptakan lingkungan yang sulit untuk altcoin bertahan dalam reli.

Apa Artinya untuk Pasar Aset Kripto Menuju 2026

Laporan GDP tidak menandakan kehancuran aset kripto secara langsung. tapi ini meningkatkan kemungkinan konsolidasi jangka panjang atau tekanan turun, khususnya di luar Bitcoin.

Jika kondisi ekonomi makro tetap seperti sekarang:

  • Bitcoin mungkin lanjut bergerak sideways daripada anjlok.
  • Altcoin bisa mengalami koreksi berkepanjangan.
  • Kepemimpinan pasar mungkin semakin menyempit.

Secara keseluruhan, data ekonomi kuat dari AS tidak lagi bullish—tapi ini menjadi peringatan likuiditas.

Why Silver Could Outperform Gold and Bitcoin in 2026

24 December 2025 at 07:30

Silver emerged as one of the strongest-performing major assets in 2025, sharply outperforming both gold and Bitcoin. 

The rally was not driven by speculation alone. Instead, it reflected a rare convergence of macroeconomic shifts, industrial demand, and geopolitical pressure that could extend into 2026.

Silver’s 2025 Performance in Context

By late December 2025, silver traded near $71 per ounce, up more than 120% year-to-date. Gold rose roughly 60% over the same period, while Bitcoin ended the year slightly lower after a volatile run that peaked in October.

Silver price entered 2025 near $29 per ounce and climbed steadily through the year. Gains accelerated in the second half as supply deficits widened and industrial demand surprised to the upside.

Silver Price Chart In 2025. Source: BullionVault

Gold also rallied strongly, moving from roughly $2,800 to above $4,400 per ounce, supported by falling real yields and central-bank demand. 

However, silver outpaced gold by a wide margin, consistent with its historical tendency to amplify precious-metal cycles.

Gold Price Chart In 2025. Source: BullionVault

Bitcoin followed a different path. It surged to a record near $126,000 in early October before reversing sharply, ending December near $87,000

Unlike metals, Bitcoin failed to hold safe-haven inflows during late-year risk-off moves.

Macro Conditions Favored Hard Assets

Several macroeconomic forces supported silver in 2025. Most importantly, global monetary policy shifted toward easing. The US Federal Reserve delivered multiple rate cuts by year-end, pushing real yields lower and weakening the dollar.

At the same time, inflation concerns remained unresolved. That combination historically favors tangible assets, particularly those with monetary and industrial value.

Unlike gold, silver benefits directly from economic expansion. In 2025, that dual role proved decisive.

This is a 50-Yr chart of Silver futures
The red arrow marks my 1st trade in Silver
The $50 level rejected Silver in 1981 and 2011
The price has now sliced above $50
Corrections should find support in the low $50s
Upside targets exist at $87 and eventually $200-plus$SI_F pic.twitter.com/sz076mdeP1

— Peter Brandt (@PeterLBrandt) December 13, 2025

Industrial Demand Became the Core Driver

Silver’s rally was increasingly anchored in physical demand rather than investment flows. Industrial usage accounts for roughly half of total silver consumption, and that share continues to grow.

The energy transition played a central role. Solar power remained the single largest source of new demand, while electrification across transport and infrastructure added further pressure to already tight supply.

Global silver markets recorded a fifth consecutive annual deficit in 2025. Supply struggled to respond, as most silver production comes as a byproduct of base-metal mining rather than primary silver projects.

Most of silver demand is industrial and those users don't care if the price is 5x, because silver is only a small part of their products.

Industrial demand (mainly solar) continues to rise.

Also retail demand in Asia is now INCREASING along with rising prices.

— GoldSilver HQ (@GoldSilverHQ) December 23, 2025

Electric Vehicles Added Structural Demand

Electric vehicles significantly increased silver consumption in 2025. Each EV uses 25 to 50 grams of silver, roughly 70% more than an internal-combustion vehicle.

With global EV sales rising at double-digit rates, automotive silver demand climbed into the tens of millions of ounces annually. 

Charging infrastructure amplified the trend. High-power fast chargers use kilograms of silver in power electronics and connectors.

Unlike cyclical investment demand, EV-related silver consumption is structural. Production growth directly translates into sustained physical offtake.

Silver $71 today.
Just the beginning.
I completed a detailed analysis of Samsung's new battery technology. Production begins in 2027. (Confirmed by Samsung.) Approximately 1 kg of silver will be needed per EV. And Samsung's silver-carbon batteries will also be widely used across…

— HealthRanger (@HealthRanger) December 23, 2025

Defense Spending Quietly Tightened Supply

Military demand became a less visible but increasingly important factor. Modern weapons systems rely heavily on silver for guidance electronics, radar, secure communications, and drones.

A single cruise missile can contain hundreds of ounces of silver, all of which is destroyed upon use. That makes defense demand non-recyclable.

Global military spending reached record highs in 2024 and continued rising in 2025 amid wars in Ukraine and the Middle East

Europe, the United States, and Asia all expanded procurement of advanced munitions, quietly absorbing physical silver.

Geopolitical Shocks Reinforced the Trend

Geopolitical tensions further strengthened silver’s case. Prolonged conflicts increased defense stockpiling, while trade fragmentation raised concerns about supply security for critical materials.

Unlike gold, silver sits at the intersection of national security and industrial policy. Several governments moved to classify silver as a strategic material, reflecting its role in both civilian and military technologies.

This dynamic created a rare feedback loop: geopolitical risk boosted both safe-haven investment demand and real industrial consumption.

The rise in the price of gold and silver from 2001 through 2008 was a sign of a major Fed policy error and a harbinger of the 2008 financial crisis. The current rally that began in 2024 is signaling a bigger policy error that will have even more profound consequences for the U.S.

— Peter Schiff (@PeterSchiff) December 22, 2025

Why 2026 Could Extend the Outperformance

Looking ahead, most of the drivers that powered silver price in 2025 remain in place. EV adoption continues to accelerate. Grid expansion and renewable investment remain policy priorities. Defense budgets show no signs of retreat.

At the same time, silver supply remains constrained. New mining projects face long lead times, and recycling cannot offset growing industrial losses from military use.

Gold may continue to perform well if real yields stay low. Bitcoin may recover if risk appetite improves. But neither combines monetary protection with direct exposure to global electrification and defense spending.

That combination explains why many analysts see silver as uniquely positioned for 2026.

Looks like silver is going to be a shocker for most. While a significant group of investors is still in denial and do not realize that we are in a new realities constantly waiting for a pullback, silver keeps pushing higher and higher. My immediate target is $75 – 80. Let's wait… pic.twitter.com/ni35W0lIwd

— Rashad Hajiyev (@hajiyev_rashad) December 22, 2025

Silver’s 2025 rally was not a one-off speculative spike. It reflected deep structural changes in how the global economy consumes the metal.

If current trends persist, silver’s dual role as a monetary hedge and industrial necessity could allow it to outperform both gold and Bitcoin again in 2026.

The post Why Silver Could Outperform Gold and Bitcoin in 2026 appeared first on BeInCrypto.

Russia Plans New Crypto Regulation for 2026

24 December 2025 at 04:30

The Central Bank of Russia unveiled a long-awaited conceptual framework to regulate crypto trading on December 23, marking a decisive shift from ad-hoc restrictions toward a structured, licensed market.

Under the proposal, cryptocurrencies and stablecoins will be legally recognized as currency values that can be bought and sold. However, they remain prohibited as a means of payment inside Russia. 

What the New Framework Introduces

The central bank submitted its legislative proposals to the Government of Russia for review.

The announcement marks the largest effort yet to bring crypto activity under formal financial supervision, while maintaining strict controls on retail risk and capital flows.

The proposal establishes a two-tier investor model, separating retail and professional participants.

Non-qualified investors will be allowed to purchase only the most liquid cryptocurrencies, as defined in future legislation. 

Access will require passing a mandatory risk-knowledge test, and purchases will be capped at 300,000 rubles per year.

Qualified investors will face fewer restrictions. They will be permitted to buy any cryptocurrency except anonymous tokens whose smart contracts conceal transaction data. 

Volume limits will not apply, although risk-awareness testing remains mandatory.

The central bank emphasized that cryptocurrencies remain high-risk instruments, citing volatility, lack of sovereign backing, and sanctions exposure.

Russia is leading Europe in crypto use, over $376B moved in a year, says Chainalysis.

While others talk about regulation, Russians are actually using crypto for real needs; trading, saving, and moving money fast.

Quiet adoption, big numbers. pic.twitter.com/2XcmYx8ioB

— Tom Tucker (@WhatzTheTicker) October 16, 2025

How This Differs From Russia’s Current Stance

Until now, Russia’s crypto policy has been fragmented. Ownership and trading were legal in practice but lacked a clear regulatory pathway. 

Retail access operated in a gray zone, intermediaries faced uncertainty, and enforcement relied on informal restrictions rather than explicit market rules.

The new concept formalizes what was previously tolerated, while sharply narrowing how retail investors can participate. 

It also confirms that Russia will regulate crypto activity through existing financial infrastructure, allowing exchanges, brokers, and trust managers to operate using their current licenses. Additional requirements will apply to crypto-specific depositaries and exchange services.

The framework also clarifies cross-border rules. Russian residents will be allowed to buy crypto abroad using foreign accounts and transfer crypto overseas through Russian intermediaries, provided they notify tax authorities.

Timeline and Enforcement

The central bank plans to finalize the legislative base by July 1, 2026. From July 1, 2027, illegal crypto intermediation will trigger liability comparable to penalties for illegal banking activity.

This phased approach gives market participants time to align with licensing, disclosure, and compliance requirements.

How Russia’s Approach Compares Globally

AreaRussia (BoR Concept)EU (MiCA)United States
Legal statusInvestment asset (“currency value”), not paymentRegulated crypto marketFragmented federal & state oversight
Retail accessAllowed with testing and strict capsAllowed via disclosure regimeBroad, no federal caps
IntermediariesExisting licenses + added crypto rulesMandatory CASP licensingMulti-agency framework
StablecoinsTradable, payment banHeavily regulatedFederal stablecoin law in place
EnforcementPhased, starts 2027Already activeOngoing agency enforcement

Overall, Russia is not liberalizing crypto in the Western sense. 

Instead, it is moving crypto out of the gray market, tightening supervision, limiting retail exposure, and positioning regulated crypto trading as an extension of its traditional financial system.

The post Russia Plans New Crypto Regulation for 2026 appeared first on BeInCrypto.

Chinese Groups Have Transformed Telegram into the Dark Web of Crypto Scams

24 December 2025 at 02:30

Chinese-language networks operating on Telegram have become the backbone of the world’s largest illicit crypto economy. 

These groups have surpassed the dark web in fusing scams, AI-driven deception, and money laundering into a single, industrial system.

Telegram Markets Now Dwarf Historical Dark Web Giants

The scale is unprecedented. Elliptic data shows Huione Guarantee, later rebranded as Haowang Guarantee, processed $27 billion between 2021 and 2025. 

That figure exceeds every major dark web market in history.

Over recent years, we've supplied @okx with crypto threat intelligence via multiple channels, and their compliance progress is notable.

Data shows a significant decrease in risky USDT deposits from Huione&Tudou Guarantee.

We will continue monitoring this. @star_okx pic.twitter.com/f7zHpzra8j

— Bitrace (@Bitrace_team) October 15, 2025

After Telegram banned Huione in May, activity migrated. Two markets now dominate:

  • Tudou Guarantee: roughly $1.1 billion per month
  • Xinbi Guarantee: roughly $850 million per month

Combined monthly volume now surpasses what AlphaBay processed over its entire lifetime.

Why Telegram Replaced the Dark Web

Telegram offers public channels, escrow-like systems, and instant global reach. Users need no Tor browser or technical knowledge.

Markets recreate classic darknet features:

  • Vendor reputation systems
  • Escrow and dispute resolution
  • Stablecoin settlement
  • Rapid rebranding after bans

In practice, Telegram has become a “dark web without friction.”

Be careful ⚠️⚠️⚠️

a FAKE telegram channel is trying to scam Smardex holders

There is NO V3 migration,
DO NOT FALL FOR SUCH SCAM

the official updates can ONLY be received through their website https://t.co/Ghz45GSSnI, their X: @SmarDex and their official TG (its link is in… pic.twitter.com/cESr07yx4e

— Crypto Feras  (@CryptoFeras) November 5, 2025

Crypto Scam Markets Feed a Global Fraud Industry

These markets do not sell drugs or weapons at scale, but they sell scam infrastructure.

The primary customer base is the pig-butchering scam industry. These long-term romance and investment scams generate roughly $10 billion annually from US victims alone, according to federal data.

Operations are concentrated in Southeast Asia. Many rely on trafficked labor held in scam compounds.

Telegram markets provide:

  • Money-laundering services
  • Fake investment platforms
  • Stolen identities
  • Telecom and social-engineering tools

The scam economy and the markets grow together.

AI Face-Swap Tools Supercharge Fraud

A key accelerant is artificial intelligence. Chinese-language Telegram groups actively sell:

  • Real-time face-swap software
  • Voice-cloning tools
  • Deepfake identity kits

These tools allow scammers to impersonate real people on video calls. They dramatically increase trust and conversion rates.

Threat analysts describe this as the industrialization of social engineering. Scams now operate with assembly-line efficiency.

Look at this, what appears to be a SCAM site that is fully AI generated.

What is the government doing to stop these? Nothing at all?

All that talent going toward scamming new crypto users… on Twitter, Telegram, etc.

www_youtube_com/@cryptotopstories <– SCAM!!!… pic.twitter.com/HG1w0Lkx3e

— Jae Kwon – "godfather of proof-of-stake" (@jaekwon) November 22, 2025

USDT Is the Financial Backbone

Nearly all transactions settle in Tether (USDT). Unlike decentralized cryptocurrencies, USDT can be frozen. That capability exists but is rarely used at scale.

As a result, the most centralized stablecoin underpins the largest illicit crypto markets ever recorded. This dependency concentrates risk across scams, money laundering, and cross-border fraud.

Telegram has removed major markets before. Each time, replacements emerged within weeks.

Ownership stakes shift between markets. Liquidity follows instantly.

Elliptic tracks roughly 30 Chinese-language Telegram markets today. Together, they move tens of billions of dollars annually, mostly through crypto. 

Enforcement pressure remains fragmented and inconsistent.

Overall, this is no longer a niche cybercrime story.

Public messaging platforms now host global illicit finance at scale. Language-based networks matter more than geography; tools are reshaping fraud economics.

The result is a criminal ecosystem larger than anything the dark web ever produced. And it operates in plain sight.

Without a coordinated platform, stablecoin, and law-enforcement action, this system will keep growing.

The post Chinese Groups Have Transformed Telegram into the Dark Web of Crypto Scams appeared first on BeInCrypto.

US GDP Surprise Signals Trouble for Altcoins, Not Bitcoin

24 December 2025 at 00:58

The latest US GDP report delivered a strong economic signal—but for crypto markets, especially altcoins, it may be bad news.

Data released on December 23 showed the US economy growing faster than expected in Q3, reinforcing the idea that monetary conditions may stay tighter for longer. While Bitcoin remains relatively resilient, broader crypto markets are flashing warning signs.

US GDP Growth Beats Expectations

The US economy expanded at an annualized rate of 4.3% in Q3, well above the market forecast of 3.3% and higher than the previous 3.8% reading.

The year of the tariff is powering America’s economy as real GDP accelerated to a 4.3% annualized rate and exports rose to an 8.8% SAAR in the third quarter.

This is just the beginning of new era of economic prosperity thanks to President Trump’s trade program unlocking new… pic.twitter.com/kWeBtxQ7aN

— United States Trade Representative (@USTradeRep) December 23, 2025

At the same time, core PCE inflation rose to 2.9%, up from 2.6%, remaining sticky above the Federal Reserve’s 2% target.

Also, Real personal consumption expenditures jumped 3.5%, far exceeding expectations of 2.7%.

In simple terms, Americans are still spending aggressively, and inflation pressures have not cooled enough for policymakers to declare victory.

Why Strong Growth Is a Problem for Crypto

Stronger-than-expected growth reduces the urgency for interest-rate cuts.

Combined with recent CPI data and still-elevated inflation expectations from the University of Michigan survey, the GDP report strengthens the case for higher-for-longer rates in 2026.

For risk assets like crypto, that matters because:

  • Higher rates increase the return on cash and bonds.
  • Liquidity becomes more selective.
  • Speculative assets struggle to attract new capital.

This environment historically pressures altcoins more than Bitcoin.

The US economy has now been in an expansion for 65 months with annualized real GDP growth of 4.3% over that time.
The average expansion length since 1949: 67 months.
Longest: 128 months.
Shortest: 12 months. pic.twitter.com/QE6WnhhMA5

— Charlie Bilello (@charliebilello) December 23, 2025

Bitcoin Holds Better Than Altcoins

Market reaction following the GDP release reflected this dynamic.

Bitcoin remained relatively stable near $87,800, down modestly on the day but still holding key structural levels. Its market cap stayed above $1.75 trillion, showing limited panic selling.

Altcoins, however, underperformed sharply:

  • Ethereum fell over 3% on the day.
  • Solana, Cardano, and Dogecoin dropped between 3%–6%.
  • Mid-cap and small-cap tokens saw deeper losses with weaker recoveries.

This divergence highlights Bitcoin’s role as a liquidity sink during macro uncertainty.

Crypto MACD Confirms Bearish Breadth

Momentum indicators reinforce the concern.

According to CoinMarketCap’s normalized MACD, 68% of tracked crypto assets are now in negative momentum. The average market MACD sits at –0.16, firmly in bearish territory.

Most assets below the $10 billion market-cap range remain deeply negative.

When momentum weakens across the market, capital tends to retreat toward fewer, more liquid assets—again favoring Bitcoin over altcoins.

Average Crypto MACD. Source: CoinMarketCap

Why Altcoins Are More Exposed

Altcoins rely heavily on cheap liquidity, retail inflows, and risk-on sentiment. Strong GDP growth combined with persistent inflation reduces all three.

With US consumers still spending but facing higher costs, disposable income for speculative investment may shrink in early 2026. 

Institutions, meanwhile, remain cautious amid Bank of Japan risks and global rate uncertainty. That combination creates a difficult environment for altcoins to sustain rallies.

What This Means For Crypto Markets Going Into 2026

The GDP report does not signal an immediate crypto crash. However, it raises the probability of prolonged consolidation or downside pressure, particularly outside Bitcoin.

If macro conditions remain unchanged:

  • Bitcoin may continue to range rather than collapse.
  • Altcoins could face extended drawdowns.
  • Market leadership may narrow further.

Overall, strong US economic data is no longer bullish—it is a liquidity warning.

The post US GDP Surprise Signals Trouble for Altcoins, Not Bitcoin appeared first on BeInCrypto.

Received — 21 December 2025 Crypto News & Update

SEC Finalizes Civil Judgments Against Key FTX and Alameda Executives

20 December 2025 at 07:43

The SEC has finalized civil settlements against three former senior executives at FTX and Alameda Research. 

This judgment formally closes a major chapter in the regulator’s case tied to the collapse of the crypto exchange.

Sam Bankman-Fried’s Associates Receive a Decade of Ban

In a statement released on December 18, the SEC said it has filed proposed final consent judgments against Caroline Ellison, former CEO of Alameda Research, Gary Wang, former chief technology officer of FTX, and Nishad Singh, former co-lead engineer at FTX. 

The judgments are subject to court approval.

ICYMI – Caroline Ellison was "quietly moved" from federal prison to "community confinement," after serving 11 months of her two year sentence, with online prison records listing an early release for Feb 2026 — BI pic.twitter.com/5HCAK5mQD2

— Disclose.tv (@disclosetv) December 18, 2025

The SEC confirms that FTX raised more than $1.8 billion from investors by portraying itself as a safe trading platform with strong protections for customer assets. 

Investors were also told that Alameda Research operated like any other customer on the exchange. But those claims were false.

In reality, FTX secretly gave Alameda special privileges. The trading firm was exempted from risk controls and granted a virtually unlimited line of credit backed by FTX customer deposits

This allowed Caroline Ellison to borrow and lose billions without facing liquidation.

The regulator alleges that Wang and Singh built the software code that enabled customer funds to be diverted from FTX to Alameda. 

Ellison, who ran Alameda, then used those funds for trading, venture investments, and loans to executives, including Sam Bankman-Fried, Wang, and Singh.

Ryan Salame tweets his court filing that his plea was based upon no federal charges against Michelle Bond

All FTX insiders – Caroline Ellison, Gary Wang, Nishad Singh, Daniel Friedberg, Sam Trabucco etc

Should have got 10-20 years prison

Other creditors feel the same way pic.twitter.com/ooZ9ILFPSD

— Sunil (FTX Creditor Champion) (@sunil_trades) August 26, 2025

Without admitting or denying the allegations, all three executives agreed to permanent injunctions barring them from violating key antifraud provisions of US securities law. They also accepted additional restrictions on their future professional roles.

Ellison consented to a 10-year ban from serving as an officer or director of a public company. 

Wang and Singh each agreed to 8-year bans as officers and directors

All three are also subject to 5-year conduct-based injunctions, allowing the SEC to act quickly if they reenter securities-related activities improperly.

Current Punishment Status as of December 2025

As of December 2025, Caroline Ellison has been moved to home confinement. Her release is expected in early 2026. 

Gary Wang, FTX’s former CTO and co-founder, received a criminal sentence of time served after cooperating extensively with federal prosecutors. He is currently on supervised release.

Nishad Singh, the former co-lead engineer at FTX, also received a time-served criminal sentence and remains on supervised release. 

The post SEC Finalizes Civil Judgments Against Key FTX and Alameda Executives appeared first on BeInCrypto.

SEC Finalisasi Putusan Perdata Terhadap Eksekutif Kunci FTX dan Alameda

20 December 2025 at 07:43

SEC telah merampungkan penyelesaian perdata terhadap tiga mantan eksekutif senior di FTX dan Alameda Research.

Keputusan ini secara resmi menutup salah satu babak besar dalam kasus regulator terkait runtuhnya exchange aset kripto tersebut.

Rekan Sam Bankman-Fried Dapat Sanksi Larangan Selama 10 Tahun

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 18 Desember, SEC menyampaikan bahwa mereka telah mengajukan usulan keputusan persetujuan akhir terhadap Caroline Ellison, mantan CEO Alameda Research, Gary Wang, mantan chief technology officer FTX, dan Nishad Singh, mantan co-lead engineer di FTX.

Keputusan ini masih menunggu persetujuan dari pengadilan.

ICYMI – Caroline Ellison was "quietly moved" from federal prison to "community confinement," after serving 11 months of her two year sentence, with online prison records listing an early release for Feb 2026 — BI pic.twitter.com/5HCAK5mQD2

— Disclose.tv (@disclosetv) December 18, 2025

SEC menegaskan bahwa FTX telah mengumpulkan lebih dari US$1,8 miliar dari investor dengan menggambarkan diri mereka sebagai platform trading yang aman serta memiliki perlindungan kuat untuk aset milik pelanggan.

Investor juga diberi tahu bahwa Alameda Research beroperasi seperti pelanggan biasa di exchange. Tapi, klaim tersebut ternyata tidak benar.

Kenyataannya, FTX diam-diam memberikan hak istimewa khusus kepada Alameda. Perusahaan trading itu dibebaskan dari kontrol risiko dan menerima fasilitas kredit tanpa batas yang dijamin oleh deposit pelanggan FTX.

Hal tersebut memungkinkan Caroline Ellison untuk meminjam dan kehilangan dana bernilai miliaran tanpa mengalami likuidasi.

Regulator menuduh bahwa Wang dan Singh membangun kode software yang memungkinkan dana pelanggan dialihkan dari FTX ke Alameda.

Ellison, yang mengepalai Alameda, kemudian menggunakan dana tersebut untuk trading, investasi ventura, dan memberikan pinjaman kepada para eksekutif, termasuk Sam Bankman-Fried, Wang, dan Singh.

Ryan Salame tweets his court filing that his plea was based upon no federal charges against Michelle Bond

All FTX insiders – Caroline Ellison, Gary Wang, Nishad Singh, Daniel Friedberg, Sam Trabucco etc

Should have got 10-20 years prison

Other creditors feel the same way pic.twitter.com/ooZ9ILFPSD

— Sunil (FTX Creditor Champion) (@sunil_trades) August 26, 2025

Tanpa mengakui ataupun menyangkal tuduhan, ketiga eksekutif tersebut telah setuju untuk menerima perintah permanen yang melarang mereka melanggar ketentuan utama anti-penipuan pada undang-undang sekuritas AS. Mereka juga menerima pembatasan tambahan pada peran profesional mereka di masa depan.

Ellison setuju menerima larangan selama 10 tahun untuk menjabat sebagai pejabat atau direktur di perusahaan publik.

Wang dan Singh masing-masing sepakat mendapatkan larangan 8 tahun sebagai pejabat dan direktur.

Ketiga orang tersebut juga dikenakan perintah pembatasan perilaku berbasis selama 5 tahun, sehingga SEC dapat bertindak dengan cepat apabila mereka kembali terlibat secara ilegal dalam aktivitas terkait sekuritas.

Status Hukuman Terkini per Desember 2025

Per Desember 2025, Caroline Ellison telah dipindahkan ke tahanan rumah. Ia diperkirakan bebas pada awal 2026.

Gary Wang, mantan CTO sekaligus co-founder FTX, menerima hukuman pidana berupa waktu yang sudah dijalani setelah berkontribusi banyak dalam membantu jaksa federal. Saat ini, ia masih berada dalam masa pembebasan dengan pengawasan.

Nishad Singh, mantan co-lead engineer FTX, juga menerima hukuman pidana berupa waktu yang telah dijalani dan saat ini tetap berada dalam pengawasan.

Received — 20 December 2025 Crypto News & Update

Inflasi Melambat, Kepercayaan Lemah: Apa Arti Data Konsumen Michigan untuk Bitcoin

20 December 2025 at 04:30

Data ekonomi AS terbaru memberikan sinyal yang jelas tapi juga penuh nuansa bagi pasar. Tekanan inflasi mulai mereda, namun konsumen masih merasakan beban. 

Bagi Bitcoin dan pasar aset kripto secara umum, kombinasi ini mengindikasikan kondisi ekonomi makro yang membaik, meskipun volatilitas jangka pendek masih akan membayangi.

Mengapa Ekspektasi Inflasi Lebih Penting dari Sentimen

Sentimen konsumen AS naik tipis ke 52,9 pada bulan Desember, sedikit lebih tinggi dari November namun tetap hampir 30% lebih rendah dibandingkan tahun lalu, mengutip data dari University of Michigan. 

Di saat yang sama, ekspektasi inflasi terus menurun. Ekspektasi jangka pendek turun ke angka 4,2%, sementara ekspektasi jangka panjang turun ke 3,2%.

The University of Michigan consumer sentiment index came in worse than expected at 52.9 in December. pic.twitter.com/yQ79MOBt5R

— Yahoo Finance (@YahooFinance) December 19, 2025

Bagi pasar, ekspektasi inflasi ini jauh lebih penting daripada tingkat kepercayaan diri konsumen.

Sentimen konsumen mengukur bagaimana perasaan masyarakat tentang keuangan dan ekonomi mereka. Sementara itu, ekspektasi inflasi mengukur apa yang mereka pikirkan tentang harga di masa depan. Bank sentral jauh lebih memperhatikan hal yang kedua.

Penurunan ekspektasi inflasi jangka pendek dan panjang mengindikasikan bahwa rumah tangga meyakini tekanan harga mulai mereda dan akan tetap terkendali. 

Kondisi ini mendukung tujuan The Fed untuk meredam inflasi tanpa menerapkan kebijakan yang terlalu ketat dalam jangka waktu lama.

Data ini hadir setelah laporan CPI bulan November yang memperlihatkan inflasi menurun lebih cepat dari perkiraan. Kedua laporan tersebut menegaskan pesan yang sama: inflasi mulai kehilangan momentumnya.

Who do you believe:

A. University of Michigan consumer confidence below COVID April 2020 and Lehman September 2008 levels.

B. CPI inflation data, skewed by bogus OER? pic.twitter.com/FFEWj0I7OE

— Lawrence McDonald (@Convertbond) December 19, 2025

Arti Penting untuk Suku Bunga dan Likuiditas

Ekspektasi inflasi yang menurun mengurangi kebutuhan suku bunga tinggi. Pasar cenderung bereaksi dengan memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih awal atau lebih dalam, meskipun pertumbuhan ekonomi masih lambat.

Bagi aset berisiko, termasuk kripto, ini penting karena:

  • Suku bunga yang lebih rendah menurunkan imbal hasil dari uang tunai dan obligasi
  • Imbal hasil riil cenderung turun
  • Kondisi keuangan perlahan melonggar

Secara historis, Bitcoin lebih responsif terhadap kondisi likuiditas daripada terhadap kepercayaan konsumen maupun pertumbuhan ekonomi.

Mengapa Kepercayaan Lemah Tidak Terlalu Berdampak pada Aset Kripto

Kepercayaan konsumen yang rendah mencerminkan tekanan biaya hidup, bukan karena permintaan yang anjlok. Orang-orang masih merasa terbebani, namun mereka tidak lagi terlalu khawatir harga akan naik tajam.

Pada dasarnya, pasar aset kripto tidak bergantung pada konsumsi masyarakat secara langsung seperti saham. Sebaliknya, pasar kripto merespons:

  • Ekspektasi suku bunga
  • Kekuatan Dollar
  • Likuiditas global

Hal ini membuat ekspektasi inflasi yang menurun menjadi hal yang positif bagi Bitcoin, walaupun kepercayaan konsumen masih lemah.

Mengapa Volatilitas Nampaknya Akan Terus Berlanjut

Kondisi seperti ini memang menguntungkan aset berisiko dalam jangka panjang, meski jalurnya tidaklah mulus.

Kepercayaan diri yang lemah menandakan pertumbuhan ekonomi masih rapuh. Hal ini membuat pasar lebih sensitif terhadap rilis data, strategi pelaku pasar, dan arus modal jangka pendek. Seperti yang terlihat setelah rilis laporan CPI, bahkan data makro yang positif bisa saja memicu pembalikan harga mendadak ketika leverage sedang tinggi.

Bagi Bitcoin sendiri, situasi ini biasanya menghasilkan:

  • Reaksi kuat terhadap berita makro
  • Gerakan harga yang tidak menentu
  • Reli yang lebih banyak didorong likuiditas ketimbang keyakinan

Melihat Ke Depan ke Januari 2026

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan latar makro yang konstruktif bagi kripto menjelang awal 2026. Tekanan inflasi mulai mereda, kebijakan mulai longgar, serta kondisi likuiditas semakin membaik.

Namun di sisi lain, kepercayaan diri yang lemah menjelaskan kenapa volatilitas pasar masih tinggi dan rentan mengalami penurunan mendadak.

Poin utamanya sederhana: kondisi makro untuk Bitcoin terus membaik, tapi pergerakan harga akan tetap ditentukan oleh arus dana, leverage, dan momentum, bukan hanya optimisme belaka.

Apakah Arthur Hayes Baru Saja Menjual Ethereum Senilai US$1,5 Juta?

20 December 2025 at 02:35

Arthur Hayes telah memindahkan 508,647 ETH, dengan nilai sekitar US$1,5 juta, ke Galaxy Digital, dan langkah ini memicu spekulasi baru bahwa veteran kripto tersebut sedang mengurangi eksposurnya.

Lewat langkah ini, banyak yang terkejut karena belakangan Hayes justru memaparkan salah satu thesis bullish terkuatnya untuk Ethereum.

Spekulasi Penjualan Ethereum oleh Arthur Hayes

Data on-chain menunjukkan transfer tersebut berasal dari wallet yang terhubung pada Hayes dan masuk ke alamat deposit Galaxy Digital. 

Transfer ke institusi tidak selalu berarti akan ada penjualan langsung. Tapi, biasanya pergerakan seperti ini berkaitan dengan penyediaan likuiditas atau proses eksekusi over-the-counter.

Arthur Hayes Kirim 508 ETH Ke Galaxy Digital | Sumber: Arkham

Transaksi ini terjadi ketika Ethereum diperdagangkan sedikit di bawah level psikologis penting US$3.000, setelah Desember yang bergejolak akibat outflow ETF dan reposisi di derivatif.

Meski begitu, Hayes masih memegang lebih dari 4.500 ETH.

Jadi, jika ada penjualan itu hanya bagian dari manajemen portofolio, bukan keluar sepenuhnya.

Waktu langkah ini juga menarik. Baru beberapa hari lalu, Hayes menyampaikan penjelasan terperinci soal masa depan institusional Ethereum, dengan meyakini bahwa pelaku keuangan besar akhirnya menerima batasan blockchain privat.

“You can’t have a private blockchain. You must have a public blockchain for security and real usage.”

Hayes menggambarkan stablecoin sebagai katalis yang membuat Ethereum dapat diterima oleh keuangan tradisional. Ia memperkirakan bahwa perbankan akan membangun lebih banyak infrastruktur Web3 di atas Ethereum, bukan melalui ledger khusus.

“You’re going to see large banks start doing crypto and Web3 using a public blockchain. I think the public blockchain will be Ethereum.”

Ia juga menyadari bahwa masalah privasi masih menjadi tantangan untuk adopsi institusi, namun menurutnya kendala ini akan terselesaikan di level aplikasi atau layer-2, dengan Ethereum tetap menjadi fondasi keamanan.

“They might build an L2 that has some sort of privacy features… but the substrate, the security layer, is still Ethereum.”

namun kondisi pasar masih campuran. Ethereum masih sulit mempertahankan reli di atas US$3.000 karena exchange-traded fund (ETF) ETH spot mencatat outflow besar pada pertengahan Desember, sementara volatilitas di pasar derivatif juga makin mengecil. Ini mengindikasikan kehati-hatian, bukan ketakutan. 

Pada level protokol, aktivitas pengguna terus berpindah ke rollup sehingga biaya transaksi tetap rendah, tapi pendapatan fee untuk core Ethereum jadi terbatas.

Hayes juga menyampaikan pandangan realistis tentang harapan valuasi, dengan memberi target jangka panjang, bukan prediksi jangka pendek.

“If ETH gets to $20,000, that’s about 50 Ethereum to make a million… by the end of the cycle, by the next presidential election.”

Saat ini, aktivitas on-chain Hayes menggambarkan posisi taktis, bukan perubahan keyakinan. Thesis dia masih kokoh: Ethereum akan unggul jika stablecoin dan keuangan institusi on-chain bisa berkembang besar. 

Namun market sepertinya masih menunggu narasi itu benar-benar terwujud sepenuhnya.

❌