Normal view

Received — 13 December 2025 Crypto News & Update

Prediksi Mingguan Bitcoin: The Fed Umumkan Kebijakan Baru, Tapi Belum Berhasil Meyakinkan Trader BTC

13 December 2025 at 09:50

Bitcoin (BTC) masih bergerak di fase konsolidasi terbaru, berada di sekitar US$90.000 pada waktu publikasi hari Jumat, karena investor mencerna keputusan hati-hati The Fed soal pemangkasan suku bunga Desember dan dampaknya pada aset berisiko.

Pergerakan harga BTC mendekati garis tren turun kunci yang bisa menentukan arah selanjutnya. Sementara itu, arus institusi ke exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot menunjukkan masuknya dana yang ringan, dan Strategy menambah lebih banyak BTC ke cadangan treasury mereka.

Tone kebijakan The Fed picu konsolidasi pada Bitcoin

Harga Bitcoin memulai minggu dengan positif, memperpanjang pemulihan akhir pekan di paruh pertama minggu tersebut dan bertahan di atas US$92.600 pada hari Selasa.

namun, momennya melunak pada hari Rabu, dengan BTC ditutup di US$92.015 setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

Sesuai perkiraan banyak pihak, The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. tapi, rapat FOMC memberi sinyal kemungkinan jeda pada bulan Januari.

Menambah suasana hati-hati, para pembuat kebijakan hanya memproyeksikan pemotongan suku bunga satu langkah kecil untuk pandangan keseluruhan tahun 2026, sama seperti proyeksi bulan September, sehingga ekspektasi pasar soal dua kali pemotongan suku bunga pun menurun dan menambah tekanan jangka pendek pada aset berisiko.

Nada hati-hati The Fed, ditambah pendapatan Oracle yang mengecewakan, mendorong aksi risk-off untuk sementara waktu.

Semua faktor ini membebani aset berisiko, di mana aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini turun ke level terendah US$89.260 sebelum akhirnya rebound dan ditutup di atas US$92.500 pada hari Kamis.

Dengan tidak adanya rilis data besar dari AS, pasar kripto kini akan memperhatikan pidato anggota FOMC dan sentimen risiko yang lebih luas untuk menentukan arah

menjelang akhir pekan.

BTC kemungkinan akan bergerak konsolidasi dalam waktu dekat kecuali ada katalis kuat yang muncul.

Ketidakpastian Rusia-Ukraina membatasi momentum risk-on

Dari aspek geopolitik, Presiden AS Donald Trump “sangat frustrasi” dengan Rusia dan Ukraina, dan ia tak mau ada pembicaraan lagi, ucap juru bicaranya pada hari Kamis.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa AS mendorong negaranya untuk menyerahkan wilayah ke Rusia sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang yang hampir berlangsung empat tahun tersebut.

Ketegangan geopolitik yang masih terjadi dan negosiasi damai yang buntu ini terus membebani sentimen risiko global, sehingga minat mengambil risiko pun terbatas dan Bitcoin pun bergerak konsolidasi sejauh pekan ini.

Permintaan institusional mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan

Permintaan institusi untuk Bitcoin menunjukkan tanda-tanda perbaikan ringan.

Berdasarkan data SoSoValue, exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot yang terdaftar di AS mencatat arus masuk total sebesar US$237,44 juta hingga hari Kamis, setelah sebelumnya tercatat arus keluar ringan US$87,77 juta seminggu sebelumnya, menandakan minat investor institusi mulai sedikit meningkat.

namun, arus masuk mingguan ini masih terbilang kecil dibandingkan pertengahan September. Agar BTC bisa melanjutkan pemulihan, arus dana masuk ETF harus semakin besar.

Grafik Arus Bersih Masuk Total ETF Bitcoin Spot | Sumber: SoSoValue 

Dari sisi korporat, Strategy Inc. (MSTR) mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka membeli 10.624 Bitcoin senilai US$962,7 juta pada periode 1–7 Desember dengan rata-rata harga US$90.615.

Perusahaan kini memiliki 660.624 BTC, senilai US$49,35 miliar. Strategy masih punya kapasitas besar untuk menghimpun modal tambahan, sehingga masih mungkin mengakumulasi Bitcoin dalam skala besar ke depannya.

Data on-chain menunjukkan tekanan jual mulai mereda

Laporan mingguan CryptoQuant pada hari Rabu menyoroti bahwa tekanan jual atas Bitcoin mulai mereda.

Laporan tersebut menerangkan bahwa deposit ke exchange berkurang seiring pemain besar menurunkan transfer mereka ke exchange.

Grafik di bawah ini memperlihatkan porsi deposit total dari pemain besar telah turun dari rata-rata 24 jam tertinggi 47% di pertengahan November menjadi 21% pada hari Rabu.

Pada saat bersamaan, rata-rata deposit juga turun 36% dari 1,1 BTC pada 22 November menjadi 0,7 BTC.

Arus Bitcoin di Exchange | Sumber: CryptoQuant

CryptoQuant menyimpulkan jika tekanan jual tetap rendah, reli pemulihan bisa mendorong Bitcoin kembali ke US$99.000. Level ini adalah batas bawah Trader On-chain Realized Price bands, yaitu resistance harga di masa bear market.

Setelah level ini, resistance harga kunci berikutnya ada di US$102.000 (rata-rata pergerakan satu tahun) dan US$112.000 (Trader On-chain Realized price).

Rentang Harga Realisasi Trader Bitcoin

Laporan riset Copper juga menunjukkan sikap optimistis terhadap Bitcoin. Laporan tersebut menyarankan bahwa siklus empat tahun BTC belumlah berakhir; melainkan telah digantikan.

Sejak peluncuran exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot, Bitcoin memperlihatkan siklus Cost-Basis Return yang berulang, seperti yang ditampilkan pada grafik di bawah ini.

Harga Bitcoin USD Vs Biaya Dasar ETF

Fadi Aboualfa, Kepala Riset di Copper, menyampaikan kepada FXStreet bahwa “Sejak ETF spot diluncurkan, Bitcoin bergerak dalam mini-siklus yang berulang di mana harga turun ke biaya dasarnya lalu rebound sekitar 70%.”

Saat ini BTC diperdagangkan dekat biaya dasarnya di kisaran US$84.000, sehingga pola ini mengisyaratkan potensi kenaikan melampaui US$140.000 dalam 180 hari ke depan.

Jika biaya dasar naik 10-15%, seperti pada siklus sebelumnya, maka premium yang terjadi di puncak sebelumnya menghasilkan target kisaran antara US$138.000 sampai US$148.000.

Reli Santa Bitcoin di Depan Mata?

Bitcoin mengalami penurunan sebesar 17,67% di bulan November, yang mengecewakan trader karena mereka berharap reli berdasarkan performa historis yang kuat untuk bulan tersebut (lihat data CoinGlass di bawah).

Desember secara historis menjadi bulan positif untuk raja aset kripto ini, dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,55%.

Imbal Hasil Bulanan Bitcoin | Sumber: CoinGlass

Jika melihat data kuartal, kuartal keempat (Q4) biasanya menjadi periode terbaik untuk BTC, dengan rata-rata imbal hasil mencapai 77,38%.

tetapi, kinerja dalam tiga bulan terakhir di tahun 2025 sejauh ini belum memuaskan, karena tercatat mengalami penurunan sebesar 19% hingga saat ini.

Apakah BTC sedang membentuk bottom?

Grafik mingguan Bitcoin menunjukkan harga menemukan support di sekitar Exponential Moving Average (EMA) 100-mingguan di US$85.809, di mana tercatat dua candle hijau berturut-turut setelah empat minggu koreksi yang dimulai sejak akhir Oktober.

Pada pekan ini, BTC diperdagangkan sedikit menguat dan bertahan di atas US$92.400.

Jika BTC melanjutkan pemulihannya, reli bisa berlanjut menuju EMA 50-mingguan di US$99.182.

Pada grafik mingguan, nilai Relative Strength Index (RSI) berada di angka 40, mengarah naik serta menandakan tekanan bearish mulai mereda. Untuk memperkuat reli pemulihan, RSI sebaiknya bergerak di atas level netral 50.

Grafik mingguan BTC/USDT

Pada grafik harian, harga Bitcoin tertahan di level 61,8% Fibonacci retracement pada US$94.253 (yang ditarik dari harga terendah April di US$74.508 sampai rekor tertinggi sepanjang masa di US$126.199 pada Oktober) pada hari Rabu.

namun, pada hari Kamis, BTC kembali naik setelah melakukan retest di level psikologis US$90.000.

Jika BTC mampu menembus descending trendline (yang ditarik dengan menghubungkan beberapa titik tertinggi sejak awal Oktober) dan ditutup di atas level resistance US$94.253

maka reli bisa berlanjut menuju level psikologis US$100.000.

Pada grafik harian, Relative Strength Index (RSI) stabil di kisaran netral 50, yang menandakan tidak ada momentum signifikan ke salah satu arah dalam jangka pendek.

Agar momentum bullish berlanjut, RSI perlu bergerak di atas level netral tersebut.

Sementara itu, Moving Average Convergence Divergence (MACD) menunjukkan bullish crossover di akhir November dan masih bertahan, sehingga mendukung pandangan optimistis.

Grafik Harian BTC/USDT

Jika BTC kembali melanjutkan koreksi turun, support utama pertama berada di US$85.569, yang sejajar dengan level Fibonacci retracement 78,6%.

BTCC Exchange Wins Best Centralized Exchange (Community Choice) at BeInCrypto 100 Awards 2025

13 December 2025 at 15:33

BTCC, the world’s longest-serving cryptocurrency exchange, has been named Best Centralized Exchange in the Community Choice category at The BeInCrypto 100 Awards 2025. The award was announced during a live virtual ceremony on December 10, 2025.

The BeInCrypto 100 Awards is an annual event celebrating the leaders, products and initiatives shaping the future of Web3, organized by BeInCrypto, a reputable independent news and media platform, in partnership with Binance Square. In the “Best Centralized Exchanges” category, BTCC received the highest number of votes from global cryptocurrency users.

“Winning the community vote for ‘Best Centralized Exchange’ is incredibly meaningful,” said Aaryn Ling, Head of Branding at BTCC. “This award reflects the trust that our 10 million users place in BTCC every day. It validates our 14-year commitment to transparency, security, and putting our community first.”

A Track Record That Speaks for Itself

BTCC’s recognition is supported by strong operational metrics throughout 2025. The platform now offers over 400 futures trading pairs and more than 460 spot trading pairs, providing comprehensive access to the latest and most popular markets for over 10 million global users. In Q3 2025 alone, BTCC achieved a record of $1.15 trillion in both futures and spot trading volume, marking 20% quarter-over-quarter growth.

Underpinning these achievements is BTCC’s 14-year security record. Since its founding in 2011, the exchange has maintained a zero-incident track record with no security breaches, a rare distinction in an industry where trust and security are paramount.

The BeInCrypto award caps a year of industry recognition for BTCC. The exchange earned triple honors from FXEmpire in 2025 as the Lowest Fee Crypto Exchange, Best Fiat-to-Crypto Trading Platform, and Best Crypto Exchange in the USA. BTCC’s growing mainstream presence is further reflected in its partnership with NBA All-Star Jaren Jackson Jr., the 2023 Defensive Player of the Year, as global brand ambassador, connecting the mass public audience with crypto accessibility.

Community Celebration: 10M USDT Flagship Campaign and Giveaway

To celebrate this milestone, BTCC is launching a flagship trading competition with a 10 million USDT prize pool, one of the largest reward pools offered by any exchange in recent industry history. The competition invites traders worldwide to compete for significant rewards. Stay tuned to BTCC’s official X account for complete campaign details.

Additionally, BTCC is thanking the community with a special giveaway for their continued support, offering 1,000 USDT to 10 winners. Full details are now available on BTCC’s X account (@BTCCexchange).

Looking ahead to 2026, BTCC plans to expand its spot and futures offerings, introduce new platform features, and deepen its engagement with communities worldwide, building on this year’s momentum to deliver even greater value to its growing global user base.

About BTCC

Founded in 2011, BTCC is a leading global cryptocurrency exchange serving over 10 million users across 100+ countries. Partnered with 2023 Defensive Player of the Year and 2x NBA All-Star Jaren Jackson Jr. as global brand ambassador, BTCC delivers secure, accessible crypto trading services with an unmatched user experience.

Official website | X

The post BTCC Exchange Wins Best Centralized Exchange (Community Choice) at BeInCrypto 100 Awards 2025 appeared first on BeInCrypto.

Bitcoin Weekly Forecast: Fed Delivers, Yet Fails to Impress BTC Traders

13 December 2025 at 09:50

Bitcoin (BTC) continues to trade within the recent consolidation phase, hovering around $90,000 at the time of writing on Friday, as investors digest the Federal Reserve’s (Fed) cautious December rate cut and its implications for risk assets. 

BTC price action approaches a key descending trendline that could determine its next directional move. Meanwhile, institutional flows into Spot Bitcoin ETFs showed mild inflows, and Strategy added more BTC to its treasury reserve.

Fed’s Policy Tone Triggers Consolidation in Bitcoin

Bitcoin price started the week on a positive note, extending its weekend recovery during the first half of the week and holding above $92,600 on Tuesday. 

However, momentum softened on Wednesday, with BTC closing at $92,015 after the Federal Open Market Committee (FOMC) meeting. 

In a widely expected move, the Fed lowered interest rates by 25 basis points. But the FOMC meeting signaled a likely pause in January. 

Adding to the cautious tone, policymakers projected only a one-quarter-percentage-point cut for the overall 2026 outlook. This was the same outlook as in September, which tempered market expectations of two rate cuts and contributed to short-term pressure on risk assets. 

The Fed’s cautious tone, combined with disappointing Oracle earnings, contributed to a brief risk-off move. 

All these factors weighed on riskier assets, with the largest cryptocurrency by market capitalization sliding to a low of $89,260 before rebounding and finishing above $92,500 on Thursday. 

With no major US data releases ahead, crypto markets will now look to FOMC member speeches and broader risk sentiment for direction

at the end of the week. 

BTC is likely to consolidate in the near term unless a significant catalyst emerges. 

Russia-Ukraine Uncertainty Limits Risk-on Momentum 

On the geopolitical front, US President Donald Trump is “extremely frustrated” with Russia and Ukraine, and he doesn’t want any more talk, his spokeswoman said on Thursday. 

Earlier, Ukrainian President Volodymyr Zelenskyy said that the US was pushing the country to cede land to Russia as part of an agreement to end a nearly four-year war. 

These lingering geopolitical tensions and stalled peace talks continue to weigh on global risk sentiment, limiting risk-on appetite and contributing to Bitcoin’s consolidation so far this week

Institutional Demand Sees Mild Signs of Improvement 

Institutional demand for Bitcoin shows mild signs of improvement. 

According to SoSoValue data, US-listed spot Bitcoin ETFs recorded a total inflow of $237.44 million through Thursday, following a mild outflow of $87.77 million a week earlier, signaling that institutional investor interest improved somewhat. 

However, these weekly inflows remain small relative to those observed in mid-September. For BTC to continue its recovery, the ETF inflows should intensify. 

Total Bitcoin Spot ETF Net Inflow Chart. Source: SoSoValue 

On the corporate front, Strategy Inc. (MSTR) announced on Monday that it purchased 10,624 Bitcoin for $962.7 million between December 1 and 7 at an average price of $90,615. 

The firm currently holds 660,624 BTC, valued at $49.35 billion. Strategy still retains substantial capacity to raise additional capital, potentially allowing for further large-scale Bitcoin accumulation. 

On-Chain Data Shows Easing Selling Pressure 

CryptoQuant’s weekly report on Wednesday highlights that selling pressure on Bitcoin is beginning to ease.

The report notes that exchange deposits eased as large players reduced their transfers to exchanges. 

The graph below shows that the share of total deposits from large players has declined from a 24-hour average high of 47% in mid-November to 21% as of Wednesday. 

At the same time, the average deposit has declined by 36%, from 1.1 BTC in November 22 to 0.7 BTC. 

Bitcoin Exchange Flows. Source: CryptoQuant

CryptoQuant concludes that, if selling pressure remains low, a relief rally could push Bitcoin back to $99,000. This level is the lower band of the Trader On-chain Realized Price bands, which is a price resistance during bear markets. 

After this level, the key price resistances are $102,000 (one-year moving average) and $112,000 (the Trader On-chain Realized price).

Bitcoin Trader’s Realized Price Bands

The Copper Research report also signaled optimism about Bitcoin. The report suggests that BTC’s four-year cycle hasn’t died; it has been replaced. 

Since the launch of spot ETFs, Bitcoin has exhibited repeatable Cost-Basis Return Cycles, as shown in the graph below.

Bitcoin USD Price Vs ETF Cost Basis

Fadi Aboualfa, Head of Research at Copper, told FXStreet that “Since spot ETFs launched, Bitcoin has moved in repeatable mini-cycles where it pulls back to its cost basis and then rebounds by around 70%. 

With BTC now trading near its $84,000 cost basis, this pattern suggests a move north of $140,000 in the next 180 days. 

If the cost basis rises 10-15%, as in prior cycles, the resulting premium seen at past peaks produces a target range of $138,000 to $148,000. 

Bitcoin Santa Rally Ahead? 

Bitcoin posted a 17.67% loss in November, disappointing traders who had anticipated a rally based on its strong historical returns for the month (see CoinGlass data below). 

December has historically been a positive month for the king crypto, delivering an average return of 4.55%.

Bitcoin Monthly Returns. Source: CoinGlass

Looking at quarterly data, the fourth quarter (Q4) has been the best quarter for BTC in general, with an average return of 77.38%. 

Still, the performance in the last three months of 2025 has been underwhelming so far, posting for now a 19% loss.

Is BTC Setting a Bottom? 

Bitcoin’s weekly chart shows the price finding support around the 100-week Exponential Moving Average (EMA) at $85,809, posting two consecutive green candles following a four-week correction that began in late October. 

As of this week, BTC is trading slightly higher, holding above $92,400. 

If BTC continues its recovery, it could extend the rally toward the 50-week EMA at $99,182.

The Relative Strength Index (RSI) on the weekly chart reads 40, pointing upward and indicating fading bearish momentum. For the recovery rally to be sustained, the RSI should move above the neutral level of 50. 

BTC/USDT weekly chart 

On the daily chart, Bitcoin’s price was rejected at the 61.8% Fibonacci retracement level at $94,253 (drawn from the April low of $74,508 to the all-time high of $126,199 set in October) on Wednesday. 

However, on Thursday, BTC rebounded after retesting its $90,000 psychological level. 

If BTC breaks above the descending trendline (drawn by connecting multiple highs since early October) and closes above the $94,253

resistance level, it could extend the rally toward the $100,000 psychological level. 

The Relative Strength Index (RSI) on the daily chart is stable near the neutral 50 level, suggesting the lack of near-term momentum in either side. 

For the bullish momentum to be sustained, the RSI should move above the neutral level. 

Meanwhile, the Moving Average Convergence Divergence (MACD) showed a bullish crossover at the end of November, which remains intact, supporting the bullish thesis. 

BTC/USDT Daily Chart 

If BTC were to resume its downward correction, the first key support is at $85,569, which aligns with the 78.6% Fibonacci retracement level.

The post Bitcoin Weekly Forecast: Fed Delivers, Yet Fails to Impress BTC Traders appeared first on BeInCrypto.

Bitcoin Alami Pemisahan Satu Tahun Penuh dari Saham untuk Pertama Kali dalam Lebih dari Satu Dekade

13 December 2025 at 09:20

Bitcoin telah memutus korelasi jangka panjangnya dengan saham, menandai tahun penuh pertama perbedaan arah dengan pasar saham selama lebih dari satu dekade.

Perubahan ini menunjukkan ada jarak yang makin lebar antara aset kripto dan pasar tradisional, sehingga banyak yang mempertanyakan peran Bitcoin dalam siklus saat ini.

Pemisahan Pasar yang Bersejarah

Bitcoin dan saham secara historis biasanya bergerak sejalan. Namun sekarang hubungan tersebut sepertinya sudah pecah.

Berdasarkan data dari Bloomberg, S&P 500 naik lebih dari 16% tahun ini sedangkan Bitcoin turun 3%, yang berarti ini adalah perbedaan arah pertama kali sejak 2014.

BREAKING: Bitcoin is headed for its first full-year split from stocks in over a decade, marking the first time since 2014 equities rallied while crypto fell. pic.twitter.com/Ns25xJ2KV2

— Short Squeez (@shortsqueeznews) December 7, 2025

Perpecahan yang jelas seperti ini memang cukup jarang terjadi, bahkan di dunia aset kripto, sehingga peran Bitcoin di kancah pasar global kini kembali jadi sorotan. Perbedaan ini juga menantang anggapan bahwa optimisme regulasi dan partisipasi institusi pasti akan otomatis menghasilkan performa yang terus meningkat.

Kondisi ini jadi makin mencolok melihat situasi pasar yang lebih luas, di mana saham-saham kecerdasan buatan melonjak, belanja modal naik pesat, dan investor kembali ke saham. Sementara itu, aset defensif tradisional juga mendapat perhatian lebih, menandakan investor sedang melakukan alokasi ulang, bukan benar-benar mengambil risiko tinggi.

Tekanan khusus di dunia aset kripto, termasuk likuidasi paksa dan anjloknya partisipasi dari retail, sangat memperparah performa buruk Bitcoin. Posisi yang tersapu miliaran dolar menyebabkan penurunan makin dalam, sehingga koreksi yang awalnya kecil berubah menjadi penarikan industri secara besar-besaran.

Seiring sinyal-sinyal ini bertambah, sentimen pasar pun melemah, memicu perdebatan apakah ini adalah koreksi biasa atau justru perubahan struktural yang lebih besar.

Koreksi Normal atau Ada Hal Lain?

Selama ini, Bitcoin memang dikenal sebagai aset yang bergerak berdasarkan momentum, tapi gagalnya pergerakan naik yang berkelanjutan memperlihatkan bahwa kepemimpinan pasar aset berisiko sudah berpindah ke tempat lain.

Aliran dana masuk ke exchange-traded fund (ETF) Bitcoin saat ini melambat, dukungan dari tokoh-tokoh penting juga makin jarang terdengar, dan indikator teknikal utama justru mulai menunjukkan kelemahan kembali.

Pergerakan harga mencerminkan semakin turunnya kepercayaan pasar. Bitcoin masih kesulitan untuk kembali bangkit sejak harga puncak di bulan Oktober mendekati US$126.000 dan sekarang justru melayang di kisaran US$90.000, menegaskan bahwa perpecahan ini lebih disebabkan oleh hilangnya keyakinan bukan hanya volatilitas jangka pendek semata.

Meskipun saat ini terjadi perpecahan, periode waktu yang lebih panjang membuat narasi jadi lebih rumit. 

Dalam jangka waktu beberapa tahun, Bitcoin masih menunjukkan performa yang lebih unggul dibanding saham, sehingga perbedaan arah yang terjadi belakangan ini boleh jadi hanya cerminan dari kelebihan kenaikan sebelumnya yang kini mulai turun dan bukan benar-benar akhir dari tren

Dari sudut pandang tersebut, performa buruk Bitcoin saat ini masih bisa masuk dalam kategori koreksi biasa di dalam siklus pasar bullish yang lebih besar, meski tajam berbeda secara tahunan.

Di Balik Perang Dingin Kripto Putin: Cara Rusia Menghindari Sanksi Barat pada 2025

13 December 2025 at 07:29

Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung hampir 4 tahun. Sanksi Barat awalnya bertujuan untuk mengisolasi Rusia secara finansial. Tapi, sanksi ini justru memaksa Rusia untuk beradaptasi.

Pada tahun 2025, BeInCrypto mulai mendokumentasikan bagaimana Rusia dan aktor-aktor yang terkait dengan Rusia membangun kembali jalur pembayaran dengan menggunakan aset kripto. Yang muncul bukan hanya satu exchange atau satu token, tapi sebuah sistem tangguh yang dirancang agar bisa bertahan dari pembekuan, penyitaan, ataupun keterlambatan penegakan hukum.

Investigasi ini merekonstruksi sistem tersebut secara kronologis, berdasarkan analisis forensik on-chain dan wawancara dengan para penyidik yang melacak aliran dana itu.

Tanda Peringatan Pertama Bukan Tindak Kriminal

Pertanda awal tidak mengarah ke ransomware atau pasar gelap di darknet. Sinyal utamanya justru ke perdagangan.

Pemerintah mulai mempertanyakan bagaimana aliran uang melintasi perbatasan untuk kebutuhan impor, bagaimana barang dual-use dibayar, dan bagaimana transaksi bisa terjadi tanpa peran bank.

Bersamaan dengan itu, data on-chain menunjukkan OTC desk Rusia mengalami lonjakan aktivitas. Exchange yang menjadi tempat likuiditas OTC dari Rusia juga melihat volume yang meningkat tajam, terutama di Asia.

Sementara itu, grup Telegram dan forum di darknet secara terbuka membahas cara menghindari sanksi. Percakapan ini tidak tersembunyi, melainkan menjelaskan metode praktis untuk memindahkan nilai melintasi perbatasan tanpa melibatkan bank.

Caranya sangat sederhana. OTC desk menerima rubel di dalam negeri, kadang dalam bentuk tunai. Setelah itu, mereka menerbitkan stablecoin atau aset kripto. Lalu aset kripto itu digunakan untuk menyelesaikan pembayaran di luar negeri, agar bisa diubah ke mata uang lokal di negara tujuan.

Garantex jalankan pusat pencucian aset kripto Rusia

Garantex memegang peran penting dalam ekosistem ini. Exchange ini menjadi pusat likuiditas bagi OTC desk, para migran, dan pembayaran terkait perdagangan.

Rusia Menggunakan Proxy UEA untuk Hindari Sanksi

Bahkan setelah sanksi awal, Garantex tetap berinteraksi dengan exchange yang resmi di luar negeri. Aktivitas ini terus berjalan selama beberapa bulan.

Saat penegakan hukum akhirnya meningkat, orang-orang memperkirakan akan terjadi gangguan besar. Tapi yang terjadi justru adalah persiapan matang.

“Bahkan orang-orang yang meninggalkan Rusia tetap menggunakan Garantex untuk memindahkan uang mereka ke luar. Kalau kamu ingin pindah ke tempat seperti Dubai, ini jadi salah satu cara utama transfer dana setelah jalur perbankan tradisional terputus. Bagi banyak warga Rusia yang ingin pergi dari negaranya, Garantex jadi jalan keluar yang praktis. Ini adalah salah satu dari sedikit cara yang masih bisa digunakan untuk memindahkan uang ke luar negeri setelah bank dan SWIFT sudah tidak bisa diandalkan lagi,” ujar Lex Fisun, CEO Global Ledger

Penyitaan Memicu Perebutan Cadangan

Pada hari saat infrastruktur Garantex disita di bulan Maret 2025, sebuah wallet Ethereum yang terhubung langsung dengan Garantex dengan cepat mengkonsolidasikan lebih dari 3.200 ETH. Dalam hitungan jam, hampir seluruh saldo itu dipindahkan ke Tornado Cash.

Langkah itu sangat penting. Tornado Cash memang tidak untuk pencairan, tapi digunakan untuk memutus jejak transaksi.

Grafik Konsolidasi Cadangan ETH dan Transfer ke Tornado Cash. Sumber: Global Ledger

Beberapa hari setelah itu, cadangan Bitcoin yang sudah lama tidur mulai bergerak. Wallet yang tidak disentuh sejak 2022 mulai mengkonsolidasikan BTC. Ini bukan aksi jual panik, melainkan pengelolaan aset treasury di tengah tekanan.

Grafik Aktivasi Kembali Cadangan BTC

Jadi, terbukti aset di luar kendali stablecoin masih bisa diakses kapan saja.

Penerus muncul hampir seketika

Saat akses ke Garantex perlahan menghilang, layanan baru mulai muncul.

Grinex diam-diam diluncurkan dan mulai mendukung USDT. Arus dana yang ditelusuri bergerak melalui TRON dan terkoneksi dengan infrastruktur yang berkaitan dengan Grinex. Pengguna melaporkan saldo mereka muncul kembali dengan nama baru.

“Sepertinya ini adalah rebranding paling mencolok yang pernah kami temui. Namanya hampir sama, websitenya juga mirip, dan pengguna yang kehilangan akses ke Garantex mendapati saldonya muncul kembali di Grinex,” terang Fisun kepada BeInCrypto.

Akhir Juli 2025, Garantex mengumumkan pembayaran kepada mantan pengguna dalam Bitcoin dan Ethereum secara terbuka. Data on-chain mengonfirmasi bahwa sistem ini sebenarnya sudah berjalan.

Setidaknya, crypto senilai US$25 juta sudah didistribusikan. Masih banyak lagi yang belum tersentuh.

Struktur pembayaran mengikuti pola yang jelas, dengan cadangan dicairkan lewat mixer, wallet agregasi, dan cross-chain bridge sebelum sampai ke pengguna.

Diagram Alur Pembayaran Tingkat Tinggi

Pencairan Ethereum Bergantung pada Kompleksitas

Pembayaran Ethereum memakai cara pengaburan yang disengaja. Dana berpindah lewat Tornado Cash, masuk ke protokol DeFi, lalu menyeberang ke beberapa chain. Transfer bergerak di antara Ethereum, Optimism, dan Arbitrum sebelum akhirnya masuk ke wallet pembayaran.

Meski strukturnya rumit, hanya sebagian kecil cadangan ETH yang sampai ke pengguna. Lebih dari 88% tetap tidak tersentuh, menandakan pembayaran masih pada tahap awal.

Pembayaran Bitcoin Menyingkap Kelemahan Lain

Pembayaran Bitcoin jauh lebih sederhana dan terpusat.

Penyelidik menemukan beberapa wallet pembayaran yang terhubung ke satu hub agregasi, yang menerima hampir 200 BTC. Hub ini tetap aktif selama beberapa bulan setelah penyitaan.

Hal yang lebih menarik adalah ke mana dana itu bergerak berikutnya.

Wallet sumber sering melakukan transaksi dengan alamat deposit milik salah satu exchange terpusat terbesar di dunia. Sisa transaksi (“change”) selalu kembali ke sana.

Mengapa Sanksi Barat Sulit Mengejar

Sanksi Barat tidak sepenuhnya absen. Sanksi datang terlambat, pelaksanaannya tidak merata, dan prosesnya berjalan lambat.

Saat Garantex benar-benar dihentikan, penyelidik sudah mencatat pergerakan dana senilai miliaran US$ melalui wallet mereka. 

Bahkan setelah sanksi diberlakukan, exchange tersebut tetap berinteraksi dengan platform terregulasi di luar negeri karena memanfaatkan jeda waktu antara penetapan sanksi, penerapan, dan update kepatuhan.

Masalah utamanya bukan tidak ada kewenangan hukum. Masalahnya adalah perbedaan kecepatan antara penegakan sanksi dengan infrastruktur kripto. Regulator bergerak dalam hitungan minggu atau bulan, sementara sistem kripto bisa memindahkan likuiditas hanya dalam hitungan jam.

“Sanksi hanya efektif di atas kertas. Masalahnya ada pada eksekusi. Miliaran dana masih bisa bergerak karena penegakan berjalan lambat, terpecah-pecah, dan sering tertinggal dari kecepatan sistem kripto beradaptasi. Masalahnya bukan sanksi tidak ada, tapi pelaksanaannya terlalu lambat untuk sistem yang bergerak secepat kripto,” tutur CEO Global Ledger. 

Kesenjangan tersebut memungkinkan Garantex beradaptasi. Wallet sering berpindah. Hot wallet berubah secara acak. Saldo yang tersisa dipindahkan dengan pola yang meniru aktivitas normal pada exchange sehingga sistem kepatuhan otomatis jadi kurang efektif.

Sektor swasta pun kesusahan mengejar. Bank dan exchange harus menyeimbangkan kewajiban kepatuhan dengan kecepatan transaksi, kenyamanan pelanggan, serta biaya operasional. 

Dalam situasi seperti itu, terekspos sanksi bisa lolos jika aktivitasnya tidak menimbulkan sinyal bahaya yang jelas.

Hingga Oktober 2025, infrastruktur pembayaran ini masih beroperasi. Cadangan dana masih tersedia. Jalur keluar tetap terbuka.

Ini bukanlah kehancuran sebuah exchange, melainkan evolusi dari suatu sistem.

Strategi kripto Rusia di 2025 menunjukkan bagaimana ekonomi yang terkena sanksi bisa tetap bertahan dengan membangun jalur paralel, menjaga likuiditas, dan mengubah rute ketika terblokir.

OCC setujui lima bank trust aset kripto saat klaim ‘debanking’ mendapat sorotan

13 December 2025 at 05:57

OCC hari ini memberikan persetujuan bersyarat kepada lima perusahaan berbasis aset digital untuk mendapatkan charter bank trust nasional, menandakan ekspansi yang terukur namun nyata dari perusahaan kripto ke dalam sistem perbankan federal.

Keputusan ini menantang klaim dari sebagian industri perbankan yang menyebut kripto tidak bisa mematuhi standar regulasi. Nampaknya, hal ini juga memperumit narasi industri kripto sendiri mengenai upaya bersama untuk memutus aksesnya dari layanan keuangan.

Lima perusahaan di balik persetujuan

Selain Ripple National Trust Bank, Office of the Comptroller of the Currency (OCC) juga memberikan persetujuan bersyarat kepada empat institusi lain yang berfokus pada aset digital, menandakan langkah regulasi yang lebih luas, bukan pengecualian semata.

Selain Ripple, OCC juga menyetujui permohonan trust bank de novo untuk First National Digital Currency Bank serta memberikan izin kepada Circle, BitGo, Fidelity Digital Assets, dan Paxos untuk beralih dari charter tingkat negara bagian.

🚨 JUST IN: The OCC just approved conditional national trust bank charters: Ripple. Paxos. BitGo. Fidelity Digital Assets. Circle.

A national trust charter means federal supervision, 50-state reach, and the credibility to custody assets for ETFs, treasuries, and institutions… pic.twitter.com/DWQyX6jKsm

— Simon Taylor (@sytaylor) December 12, 2025

Kelima persetujuan tersebut masih bersifat bersyarat, karena tiap institusi wajib memenuhi standar operasional, tata kelola, dan kepatuhan tertentu sebelum mendapatkan otorisasi final.

“Pendatang baru di sektor perbankan federal ini baik untuk konsumen, industri perbankan, dan ekonomi,” ujar OCC Comptroller Jonathan Gould dalam siaran pers. “Mereka memberikan akses ke produk, layanan, dan sumber kredit baru untuk konsumen, serta memastikan sistem perbankan yang dinamis, kompetitif, dan beragam.”

Faktor penyatu di antara perusahaan-perusahaan ini adalah model bisnis dan posisi regulasi mereka di dalam sistem keuangan.

Tidak ada dari mereka yang berniat beroperasi sebagai bank komersial penuh yang menawarkan produk simpanan atau pinjaman tradisional. Sebaliknya, mereka berfokus pada kustodi, penyelesaian transaksi, dan infrastruktur aset digital yang terutama ditujukan bagi klien institusi.

Bagi pemain mapan seperti Fidelity dan Paxos, charter nasional menyediakan satu pengawas federal dan otoritas di seluruh negeri. Pergeseran ini menggantikan pengawasan tingkat negara bagian yang terfragmentasi, sehingga pelibatan regulasi untuk operasi berskala institusi menjadi lebih sederhana.

Untuk pendatang baru seperti Ripple National Trust Bank dan First National Digital Currency Bank, persetujuan ini membuka akses federal tanpa eksposur sebagai bank konsumen.

Jika dilihat secara keseluruhan, persetujuan ini menunjukkan OCC tidak menutup akses untuk perusahaan kripto, melainkan memperjelas model bisnis mana yang berhak masuk.

Penjelasan Sengketa Debanking

Perdebatan tentang “debanking” kripto semakin memanas dalam beberapa tahun terakhir, yang sering kali digambarkan sebagai konfrontasi antara regulator, bank, dan perusahaan aset digital.

Pemimpin industri kripto berulang kali menyatakan bahwa bank, didorong oleh regulator, secara sistematis membatasi akses ke layanan keuangan dasar. Narasi ini semakin kuat dengan label “Operation Choke Point 2.0,” dengan membandingkan dengan tindakan keras regulasi di masa lalu yang erat dikaitkan dengan mantan Ketua SEC Gary Gensler.

Bank dan regulator membantah, mereka menegaskan bahwa keputusan yang dibuat didasarkan pada manajemen risiko, kepatuhan, dan pertimbangan reputasi, bukan karena ideologi.

Ketegangan tersebut muncul kembali pada hari Rabu, ketika OCC merilis temuan sementara dari tinjauan mereka terkait dugaan debanking oleh bank-bank terbesar di Amerika Serikat.

Debanking Memang Terjadi, tapi Terbatas

Pada tinjauan tanggal 10 Desember, OCC menyimpulkan bahwa antara tahun 2020 dan 2023, bank-bank terbesar di negara itu memang melakukan praktik debanking. 

Otoritas tersebut menyampaikan bahwa bank membuat pembedaan yang tidak semestinya di antara bisnis yang sah, sehingga membatasi akses atau melakukan peninjauan lebih ketat karena alasan reputasi.

The OCC is committed to ending efforts that weaponize finance. Read the OCC’s preliminary findings from its supervisory review of debanking activities at the nine largest national banks. https://t.co/pFMi7Rt8kh pic.twitter.com/XWfbCheo91

— OCC (@USOCC) December 10, 2025

Kegiatan aset digital disebutkan secara eksplisit sebagai salah satu sektor terdampak, bersama dengan industri senjata api, energi, hiburan dewasa, dan pinjaman payday.

Namun, kerangka penjelasan dari OCC lebih sempit dibandingkan retorika “Operation Choke Point 2.0” versi industri. Laporan ini berfokus pada kebijakan dan prosedur eskalasi yang dibuat oleh bank, bukan perintah terpusat agar bank memutus akses perusahaan kripto.

Perbedaan tersebut sangat penting untuk bagaimana debat yang sedang berkembang ini dipahami.

Banyak periode yang dikaji tumpang tindih dengan penurunan harga kripto 2022–2023 dan dampaknya terhadap sektor perbankan.

Tinjauan ini diterbitkan di bawah kepemimpinan Gould, yang diangkat awal tahun ini oleh Presiden Donald Trump. Gould menjelaskan temuan itu sebagai bagian dari upaya membatasi praktik keuangan yang “dipersenjatai” dan pengecualian karena risiko reputasi.

Dengan latar belakang ini, persetujuan bersyarat dari OCC untuk lima bank trust berbasis kripto memperumit klaim tentang eksklusi sistemik yang masih berlangsung.

Meski bank dan asosiasi perdagangan memperingatkan adanya ketidakseimbangan regulasi, persetujuan ini menandakan akses federal yang makin terbuka untuk model bank trust yang fokus pada kepatuhan.

Tether Bergerak untuk Membeli Juventus dalam Kesepakatan Aset Kripto di Dunia Olahraga

13 December 2025 at 04:47

Tether telah mengajukan proposal pasti dengan pembayaran tunai penuh untuk membeli seluruh 65,4% saham Exor di Juventus Football Club, klub paling sukses dalam sejarah sepak bola Italia dan juara Serie A sebanyak 36 kali.

Jika disetujui oleh regulator serta diterima oleh Exor, Tether menyatakan bahwa mereka akan melakukan penawaran tender publik untuk sisa saham dengan harga yang sama, seluruhnya didanai dari modal mereka sendiri. Perusahaan juga berkomitmen untuk menginvestasikan hingga €1 miliar guna mendukung dan mengembangkan klub setelah proses akuisisi selesai.

Apa Arti Kerja Sama Juventus bagi Tether

Proposal ini, yang diumumkan pada 12 Desember, menjadi salah satu langkah paling ambisius yang diambil perusahaan aset kripto di dunia olahraga elit. Hal ini menandakan pergeseran strategi Tether dari penerbit stablecoin murni menjadi investor modal jangka panjang di institusi tradisional.

Dalam pengumumannya, CEO Tether Paolo Ardoino mendeskripsikan Juventus sebagai simbol kedisiplinan, ketangguhan, serta kesinambungan—nilai-nilai yang ia sebut mencerminkan bagaimana Tether dibangun, ujar Ardoino.

JUST IN: Tether wants to acquire Italian football club Juventus.

Juventus is a 36-time domestic league champion, making it the most successful club in Italian football history. pic.twitter.com/l1yncxgW9L

— BeInCrypto (@beincrypto) December 12, 2025

Dari sisi bisnis, akuisisi ini akan memberi Tether kendali atas merek olahraga yang diakui secara global, memperluas jejak mereka di luar infrastruktur keuangan ke bidang media, hiburan, dan ekonomi penggemar di seluruh dunia.

Berbeda dengan sponsor jangka pendek atau kemitraan fan token, kepemilikan menempatkan Tether di pusat tata kelola serta strategi jangka panjang klub.

Tether Akan Investasi €1 Miliar di Juventus Jika Akuisisi Sukses.

Langkah ini juga menguatkan klaim Tether bahwa mereka beroperasi dari posisi kesehatan neraca keuangan yang kuat, karena mampu menggelontorkan miliaran modal tanpa pendanaan eksternal.

Bagian dari Strategi Ekspansi yang Lebih Luas

Proposal Juventus ini mengikuti rangkaian aksi profil tinggi dari Tether dan USDT dalam beberapa pekan terakhir.

Baru-baru ini, Tether telah memperoleh pengakuan regulasi untuk USDT sebagai Token Acuan Fiat di ADGM Abu Dhabi, memperluas penggunaan stablecoin berlisensi ini di berbagai blockchain.

Pada saat yang sama, perusahaan juga tengah mengeksplorasi tokenisasi sahamnya sendiri, menandakan keterbukaan pada struktur perusahaan baru yang dibangun di atas teknologi blockchain.

Lebih dari sekadar keuangan, Tether juga terjun ke bidang AI, robotika, dan teknologi konsumen berfokus privasi, mendukung perusahaan robotik dan meluncurkan produk kesehatan serta AI yang berorientasi privasi.

Semua perkembangan ini menunjukkan bahwa Tether tengah menjalankan strategi diversifikasi jauh melampaui penerbitan stablecoin, sementara

Juventus dan Aset Kripto: Bukan Pertama Kali Terhubung

Juventus sendiri bukan pendatang baru di dunia aset kripto.

Klub ini sebelumnya telah meluncurkan fan token $JUV di platform Chiliz dan Socios, yang memungkinkan penggemar untuk ikut serta dalam polling dan inisiatif interaktif. Juventus juga telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan aset kripto sebagai sponsor, termasuk perjanjian branding yang dipimpin exchange dalam beberapa musim terakhir.

Fan Token JUV Melonjak Setelah Pengumuman Tether. Sumber: CoinGecko

namun, proposal Tether jauh melampaui sekadar kemitraan kripto sebelumnya. Jika terealisasi, langkah ini berarti perusahaan aset digital akan memegang kendali operasional penuh—suatu langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk klub sekelas Juventus.

Transaksi ini masih menunggu penerimaan dari Exor, perjanjian hukum yang pasti, serta persetujuan dari regulator. Jika seluruh syarat tersebut terpenuhi, Tether berencana untuk melanjutkan dengan penawaran tender publik untuk sisa saham.

Apakah Jane Street Menyebabkan Dump Bitcoin Jam 10 Pagi Lagi Hari Ini?

13 December 2025 at 02:23

Klaim bahwa perusahaan trading Wall Street, Jane Street, memicu “dump” Bitcoin setiap hari pukul 10 pagi kembali muncul pada 12 Desember, setelah BTC mengalami penurunan tajam di hari itu.

Spekulasi di media sosial kembali menyorot trader institusi dan market maker ETF. Tapi, jika melihat data lebih dalam, cerita ini sebenarnya lebih kompleks.

Apa Itu Narasi “Jane Street 10 a.m.”?

Teori tersebut menyatakan bahwa Bitcoin sering kali mengalami aksi jual sekitar pukul 9:30–10:00 pagi ET, saat pasar saham AS dibuka. Nama Jane Street sering disebut karena perusahaan ini merupakan market maker besar dan peserta resmi untuk exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di AS.

Klaim tersebut menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan ini sengaja menurunkan harga untuk memicu likuidasi, lalu membeli kembali di harga lebih murah. Sejauh ini, tidak ada regulator, exchange, atau sumber data yang pernah mengonfirmasi adanya aktivitas terkoordinasi seperti itu.

BREAKING: The 10am manipulation is back.

Bitcoin dropped $2,000 in 35 minutes and wiped out $40 billion from its market cap.

$132 million worth of longs have been liquidated in the past 60 minutes.

This is getting ridiculous. https://t.co/0DRTFfL08r pic.twitter.com/RByT4CWF65

— Bull Theory (@BullTheoryio) December 12, 2025

Data Futures Bitcoin tidak menunjukkan adanya aksi dump agresif

Bitcoin bergerak sideways hari ini selama pembukaan pasar AS, dengan pergerakan sempit di kisaran US$92.000–US$93.000. Tidak ada aksi jual mendadak atau tidak wajar tepat pada pukul 10 pagi ET.

Penurunan tajam justru terjadi setelahnya, mendekati waktu tengah hari di AS. Harga BTC sempat turun di bawah US$90.000 sebelum stabil lagi, sehingga menunjukkan tekanan terjadi lebih lambat, bukan tepat saat pasar dibuka.

Open Interest Bitcoin futures di berbagai exchange mayor tetap relatif stabil. Total open interest hampir tidak berubah sepanjang hari, sehingga tidak tampak adanya kenaikan besar posisi short baru.

Di CME, yang menjadi pasar utama bagi trading institusi, open interest justru turun sedikit. Pola ini biasanya menandakan pengurangan risiko atau hedging, bukan penjualan agresif satu arah.

Total Open Interest BTC Futures | Sumber: CoinGlass

Jika memang ada perusahaan trading besar yang mengatur dump secara terkoordinasi, biasanya akan terlihat lonjakan tajam atau penurunan ekstrem pada open interest. Tapi, hal itu tidak tampak di data hari ini.

Likuidasi Menjelaskan Pergerakan

Data likuidasi justru memberikan penjelasan lebih jelas. Dalam 24 jam terakhir, total likuidasi aset kripto melampaui US$430 juta, dan mayoritas berasal dari posisi long.

Hanya untuk Bitcoin saja, lebih dari US$68 juta posisi terlikuidasi, sedangkan likuidasi Ethereum bahkan lebih tinggi lagi. Ini menunjukkan adanya pembersihan leverage di seluruh pasar, bukan hanya kejadian khusus Bitcoin.

Likuidasi Kripto pada 12 Desember | Sumber: CoinGlass

Jika harga turun di bawah level penting, likuidasi paksa dapat mempercepat penurunan. Sering kali, kondisi ini menyebabkan harga anjlok tajam tanpa harus ada satu penjual utama yang mendominasi pasar.

Paling penting, exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di AS mencatat arus keluar US$77 juta pada 11 Desember, setelah dua hari berturut-turut mengalami arus masuk stabil. Efek guncangan harga hari ini mayoritas tercermin dari peristiwa tersebut.

Arus Masuk Harian ETF Bitcoin AS | Sumber: SoSoValue

Tidak Ada Satu Exchange yang Memimpin Sell-Off

Pergerakan ini tersebar di berbagai exchange seperti Binance, CME, OKX, dan Bybit. Tidak ada bukti tekanan jual terkonsentrasi pada satu exchange atau satu instrumen saja.

Hal ini penting karena manipulasi terkoordinasi biasanya meninggalkan jejak yang jelas. Namun, kejadian ini justru menunjukkan adanya partisipasi luas lintas pasar dan konsisten dengan aksi unwind risiko secara otomatis.

Mengapa Narasi Jane Street Terus Kembali

Volatilitas Bitcoin sering terkonsentrasi di jam perdagangan AS karena aktivitas ETF, rilis data ekonomi makro, dan penyesuaian portofolio institusi. Faktor struktural seperti ini bisa membuat pergerakan harga tampak berpola.

Jane Street Bots already entered Polymarket xD

While most traders chase narratives, one Polymarket account turned 15-minute crypto prediction windows into a mechanical profit engine.

Trader didn't build a sophisticated arbitrage bot.

He found something simpler, momentum lag on… pic.twitter.com/KHUJog4u6C

— gemchanger (@gemchange_ltd) December 12, 2025

Keterlibatan Jane Street sebagai market maker ETF memang membuatnya jadi sasaran spekulasi. Tapi, market maker sebenarnya hanya melakukan hedging dan manajemen inventori, bukan menyerang harga secara satu arah.

Peristiwa hari ini pun menunjukkan pola yang sudah umum di pasar kripto: leverage menumpuk, harga tergelincir, likuidasi terjadi berantai, dan narasi pun bermunculan.

Apakah Ripple Menjadi Bank Baik atau Buruk untuk XRP?

13 December 2025 at 01:43

Ripple telah menerima persetujuan bersyarat untuk lisensi perbankan federal, yang bisa memungkinkan mereka beroperasi di bawah regulasi perbankan AS. Jika lisensi ini diberikan, Ripple dapat beroperasi sebagai lembaga keuangan yang diatur secara federal sesuai hukum perbankan AS.

Persetujuan ini memperkuat posisi Ripple di bidang pembayaran lintas negara serta infrastruktur penyelesaian aset digital di pasar keuangan yang diatur. Tapi, perkembangan ini mungkin tidak langsung memberikan dampak signifikan terhadap harga pasar XRP.

OCC Buka Jalur Charter Federal

Office of the Comptroller of the Currency (OCC) telah membuka jalur bagi Ripple untuk mendirikan Ripple National Trust Bank.

Agar bisa menerima persetujuan penuh, Ripple masih harus memenuhi sejumlah persyaratan regulasi dan operasional dari OCC sebelum perizinan benar-benar diberikan.

HUGE news! @Ripple just received conditional approval from the @USOCC to charter Ripple National Trust Bank. This is a massive step forward – first for $RLUSD, setting the highest standard for stablecoin compliance with both federal (OCC) & state (NYDFS) oversight.

To the…

— Brad Garlinghouse (@bgarlinghouse) December 12, 2025

Meski sudah mendapat persetujuan, Ripple nantinya tidak akan beroperasi seperti bank tradisional seperti Bank of America atau JPMorgan Chase. Bank trust secara hukum tidak boleh menerima simpanan publik atau menawarkan produk pinjaman konvensional seperti kredit untuk konsumen.

Jadi, Ripple National Trust Bank akan lebih fokus menyediakan layanan kustodian, penyelesaian, dan manajemen aset digital.

Walaupun ada keterbatasan, persetujuan ini menjadi tonggak regulasi penting bagi strategi operasional jangka panjang perusahaan. Berbeda dari lisensi pengirim uang tingkat negara bagian yang membatasi cakupan operasi secara geografis, charter federal memungkinkan cakupan regulasi ke seluruh AS.

Persetujuan seperti ini bisa memengaruhi sentimen pasar secara luas, tapi dukungannya terutama pada pengembangan infrastruktur serta adopsi institusional.

CEO Brad Garlinghouse secara terbuka mengakui keputusan ini, sekaligus menyinggung kritik lama dari kelompok lobi industri perbankan terhadap perusahaan aset kripto, ujar Garlinghouse.

3 Altcoin yang Perlu Dipantau Akhir Pekan Ini | 13 – 14 Desember

13 December 2025 at 00:00

Pasar aset kripto mengalami kenaikan selama 24 jam terakhir, dan para trader sekarang mencari altcoin yang patut diwaspadai, karena pergerakan di akhir pekan biasanya lebih tajam. Beberapa proyek menunjukkan permintaan baru setelah mendapatkan update, beberapa lainnya sedang membangun momentum di grafik, dan ada yang sudah mendekati level penting yang bisa menentukan tren selanjutnya.

Daftar yang dikurasi BeInCrypto ini menyoroti tiga setup yang menonjol menjelang akhir pekan — masing-masing dengan alasan berbeda.

Keeta (KTA)

KTA naik sekitar 36% selama 24 jam terakhir. Lonjakan ini terjadi setelah peluncuran anchor fiat baru Keeta, yang memudahkan pengguna memindahkan uang antar rekening bank dan stablecoin dengan penundaan lebih minimal. Upgrade itu menambah kegunaan di dunia nyata, sehingga para trader bisa mengamati Keeta secara saksama sepanjang akhir pekan ini.

Ingin mendapatkan insight token lainnya seperti ini? Daftar di Newsletter Crypto Harian Editor Harsh Notariya di sini.

(1/3) We’re excited to announce that Bridge @Stablecoin is now live as the first Fiat Anchor on Keeta Network!

Bridge enables seamless movement between fiat and stablecoins, allowing users to deposit or withdraw directly to and from their bank accounts with speed and… pic.twitter.com/TlMKn1Ikod

— Keeta (@KeetaNetwork) December 11, 2025

Pada grafik 12 jam, Keeta sudah breakout di atas US$0,32. Level penting berikutnya ada di US$0,36, yang sebelumnya menolak reli terakhir. Jika bisa menutup candle di atasnya, pergerakan menuju US$0,43 bisa terbuka.

Upaya breakout ini mendapatkan dukungan langka dari indikator warna volume Wyckoff, yang didasarkan pada kekuatan jual dan beli secara sederhana.

Batang hijau menandakan pembeli sepenuhnya mengendalikan pasar, batang merah menandakan penjual yang menguasai pergerakan, batang biru menandakan pembeli mulai mendominasi, dan batang kuning menandakan penjual kembali menguat. Untuk pertama kalinya sejak akhir November, Keeta mencetak dua batang hijau kuat. Pergeseran ini memberi isyarat bahwa permintaan nyata mendukung breakout, bukan hanya lonjakan jangka pendek.

KTA Price Analysis
Analisis Harga KTA | Sumber: TradingView

Jika tren beli berlanjut dan Keeta menutup candle di atas US$0,36, maka jalan menuju US$0,43 semakin terbuka. Tapi jika batang berubah biru atau kuning lagi, aksi ambil untung bisa muncul. Dalam skenario ini, US$0,27 menjadi support utama. Jika harga menembus di bawahnya, support berikutnya di US$0,21, yang bisa membuat tren jangka pendek kembali lemah.

Keeta tetap menjadi salah satu altcoin yang wajib dipantau akhir pekan ini karena upgrade fundamental serta kekuatan beli yang meningkat saat ini selaras dengan setup breakout di atas US$0,36.

Solana (SOL)

Solana mengalami kenaikan sekitar 6% dalam 24 jam terakhir, didorong oleh kabar stabil dari acara Breakpoint yang sedang berlangsung. Update paling mencolok adalah JPMorgan yang menggunakan Solana untuk menerbitkan commercial paper yang sudah ditokenisasi. Kasus penggunaan institusional seperti ini menjaga minat meski di grafik masih ada tantangan. Karena itu, SOL menjadi salah satu altcoin utama yang perlu diperhatikan dua hari ke depan.

Day 1 of Breakpoint 2025 is in the books.

Today, the global Solana community gathered in Abu Dhabi to witness an institutional convergence of Wall Street giants, sovereign wealth, DeFi, and internet capital markets.

📰 Headlines:

@jpmorgan arranged U.S. commercial paper… pic.twitter.com/ERjhSxJbM3

— Solana (@solana) December 11, 2025

Antara 7 hingga 11 Desember, Solana membentuk higher low sedangkan RSI membuat lower low. RSI melacak kecepatan jual dan beli. Ketika harga naik sementara RSI turun, muncul hidden bullish divergence. Biasanya, ini mengisyaratkan tekanan jual mulai melemah bahkan sebelum momentum positif terlihat di grafik.

Pantulan tersebut membawa Solana kembali mendekati US$146, di mana level itu sudah menahan reli-reli sejak 14 November. Jika harga bisa menutup daily candle di atas area ini akhir pekan, maka kekuatan terkonfirmasi dan jalur menuju US$171 akan terbuka. Solana hanya butuh kenaikan sekitar 5% untuk menguji breakout tersebut, level yang sangat mungkin dijangkau jika pembeli mulai agresif.

Solana Price Analysis
Analisis Harga Solana | Sumber: TradingView

Jika US$146 gagal ditembus lagi, zona koreksi tetap di sekitar US$127. Level ini sudah menjadi lantai kuat sejak 2 Desember. Jika harga turun di bawahnya, setup akan melemah, tapi selama hidden bullish divergence belum hilang, Solana masih berpeluang retest ke level lebih tinggi.

Saat ini, Solana masuk daftar pantauan akhir pekan karena baik grafik maupun arus berita dari Breakpoint sama-sama memberikan peluang uji ke US$146.

Chainlink (LINK)

Chainlink naik sekitar 4% dalam 24 jam terakhir. Coinbase yang menetapkan CCIP LINK sebagai jembatan default menjadi hal penting karena hal itu bisa meningkatkan penggunaan nyata. Jika makin banyak aset wrapped yang berpindah chain dengan CCIP, permintaan terhadap LINK bisa meningkat dalam jangka panjang.

COINBASE $COIN SELECTS CHAINLINK $LINK CCIP AS EXCLUSIVE INTEROPERABILITY PROVIDER FOR ALL COINBASE WRAPPED ASSETS

— The Wolf Of All Streets (@scottmelker) December 11, 2025

Crossover EMA tengah terbentuk di grafik 12 jam. EMA atau exponential moving average memberi bobot lebih pada harga terbaru. Crossover bullish terjadi saat EMA lebih kecil (periode 20) naik di atas EMA lebih panjang (periode 50). Para trader memakai crossover ini sebagai sinyal momentum sederhana. Artinya, pembeli jangka pendek mulai mengambil kendali.

LINK sudah bergerak di atas kedua EMA tersebut. Hal ini menandakan pembeli kini memegang kendali menjelang akhir pekan. Jika crossover EMA 20/50 benar-benar terjadi, LINK bisa mencoba dorongan singkat. Area pertama yang harus dilewati adalah US$14,23. LINK hanya butuh sekitar 1,2% untuk menutup candle 12 jam di atas area itu. Jika move tersebut berhasil, target berikutnya adalah US$14,99 dan kemudian US$16,78.

LINK Price Analysis
Analisis Harga LINK | Sumber: TradingView

Jika crossover gagal, risiko akan kembali turun. Support kunci ada di US$13,37. Jika harga turun di bawah level ini, maka bisa menuju ke US$12,44 dan setelah itu US$11,75. Saat ini, grafik dan berita Coinbase CCIP saling mendukung. Kombinasi inilah yang membuat LINK menjadi salah satu token utama yang perlu diperhatikan akhir pekan ini.

CEO Plume, Chris Yin, Ungkap Alasan RWA Jadi Salah Satu Sisi Cerah di Aset Kripto

12 December 2025 at 22:00

Ketika pasar kripto secara umum masih mengalami tekanan, real-world assets (RWA) justru menjadi salah satu sektor yang masih menarik minat berkelanjutan. Pasar ini sudah tumbuh lebih dari 150% tahun ini. Selain itu, Chris Yin, co-founder sekaligus CEO Plume, memperkirakan nilainya bisa naik 10x hingga 20x lipat—baik secara nilai maupun jumlah adopsi pengguna—dalam satu tahun ke depan, bahkan jika perhitungannya konservatif.

Dalam wawancara dengan BeInCrypto, Yin menjelaskan mengapa RWA kini semakin diminati di tengah kondisi pasar seperti sekarang. Ia juga memaparkan alasan mengapa sektor ini akan tetap menjadi fokus utama di siklus pasar berikutnya.

Mengapa investor memilih RWA pada 2025

Pada kuartal keempat, pasar aset kripto secara umum menghadapi tekanan besar, membuat banyak pelaku memilih keluar dari pasar. Di tengah situasi ini, sektor RWA tetap mampu menarik minat baik dari investor ritel maupun institusi.

Data dari RWA.xyz menunjukkan jumlah holder aset RWA meningkat 103,7% dalam satu bulan terakhir. Ini menandakan keterlibatan yang kian bertambah meski sentimen pasar sedang lesu.

RWA Holder Growth
Pertumbuhan Holder RWA | Sumber: RWA.xyz

Menurut co-founder Plume,

“Pasar RWA didorong minat dari berbagai sektor terhadap aset on-chain yang terhubung dengan dunia nyata. Ada tingkat kepastian tertentu, karena kita berada di fase yang bukan benar-benar bear, juga bukan bullish,”

Dengan kondisi ekonomi secara umum yang masih lesu, Yin menegaskan bahwa investor kini makin hati-hati terhadap volatilitas dan keberlanjutan hasil (yield) di pasar decentralized finance. Sebaliknya, RWA kini semakin dipandang sebagai sumber hasil yang lebih stabil.

Kinerja yield DeFi yang tertekan serta ketidakpastian ekonomi membuat instrumen treasury atau kredit privat yang sudah ditokenisasi kini mulai tampak lebih menarik jika melihat dari sisi risiko dan potensi hasil.

Ia juga menyoroti pertumbuhan stablecoin yang sangat pesat tahun ini sebagai bukti perubahan pasar ke arah stabilitas. Hal ini khususnya berlaku bagi partisipan institusional.

“Dengan stablecoin menjadi dasar onboarding RWA, langkah logis berikutnya adalah hadirnya yield coin serta peluang yield untuk RWA. Orang-orang menginginkan aset berkualitas tinggi yang memberikan yield aman, konsisten, dan andal. Stablecoin membawa orang masuk, peluang yield yang mendatangkan institusi dan ritel ke aset ini,” tutur Yin kepada BeInCrypto.

Karena makin banyak investor memilih stabilitas, Yin juga mengakui bahwa salah satu kekhawatiran terbesar terkait RWA adalah anggapan bahwa sektor ini membawa tambahan risiko KYC dan kepatuhan.

Meski begitu, ia berpendapat bahwa tokenisasi justru dapat memperkuat kontrol regulasi. Ini dimungkinkan karena proses verifikasi identitas, hak akses, dan pembatasan transfer bisa diprogram secara langsung di tingkat aset.

Daripada mengandalkan proses kepatuhan off-chain yang terpecah-pecah, penerbit bisa langsung mengatur aturan main di token melalui pengecekan kelayakan real-time, pelaporan otomatis, dan jejak audit yang tidak bisa diubah.

RWA Diprediksi Tetap Jadi Tema Utama Pasar di Siklus Berikutnya

Walaupun RWA tetap terus diminati tahun ini, Yin menyebut sektor ini sepertinya akan terus menjadi fokus baik untuk finansial tradisional maupun decentralized finance pada siklus pasar berikutnya.

Ia menuturkan bahwa saat ini mayoritas nilai RWA masih terpusat pada T-bill yang ditokenisasi. Akan tetapi, seiring pasar kian matang, Yin memperkirakan adopsi kredit privat bakal meningkat bersamaan dengan semakin bervariasinya aset alternatif lainnya.

Aset-aset tersebut bisa saja termasuk eksposur terhadap kepemilikan mineral seperti minyak. Selain itu, juga bisa berupa GPU, infrastruktur energi, hingga sumber daya dunia nyata lainnya.

“Yang akan keluar sebagai pemenang adalah mereka yang mampu mengenali peluang baru ini, bukan mereka yang cuma mengulangi apa yang selama ini sudah berhasil,” komentar eksekutif tersebut.

Sementara itu, bulan lalu Coinbase Ventures menyoroti RWA perpetual sebagai salah satu kategori yang aktif mereka cari untuk didanai tahun 2026, menandakan kepercayaan yang besar. Yin juga mengungkapkan bahwa perusahaannya selalu optimistis terhadap RWA perpetual.

Menurut Yin, perpetual sering menghasilkan volume perdagangan yang jauh lebih tinggi dibanding spot, karena menawarkan pengalaman pengguna yang jauh lebih baik. Ia menjelaskan bahwa perps mudah digunakan sehingga peserta bisa mengambil posisi harga dengan mudah dan memanfaatkan leverage.

“Kami selalu mengatakan di Plume bahwa cara agar RWA on-chain bisa maksimal adalah dengan membuat RWA benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna on-chain dengan menempatkan RWA dalam UX yang sudah familier untuk pelaku kripto. Untuk spot, caranya dengan membuatnya permissionless, composable, dan liquid—dan inilah yang kami lakukan melalui protokol RWA yield Nest di Plume. Cara lain pelaku kripto berinteraksi dengan aset adalah lewat perps, oleh karena itu kami sangat optimistis dan antusias terhadap format ini dan potensinya untuk RWA,” terang dia.

Yin juga menyoroti semakin banyaknya inovasi di bidang hasil dunia nyata. Ia menyebut inovasi ini sedang mengubah cara akses dan perdagangan yield secara on-chain.

Sebagai contoh, Yin menyebut Pendle, di mana pemisahan antara pokok dan yield pada protokol tersebut membawa struktur pasar baru bagi arus kas RWA yang sudah ditokenisasi.

Di luar protokol tertentu, Yin mengatakan RWA juga mulai mendapatkan momentum di berbagai ekosistem blockchain.

“Gelombang RWA di Solana menunjukkan apa yang terjadi ketika yield bisa diakses secara cepat, bisa diprogram, dan dapat dijangkau jutaan pengguna,” ucapnya.

Yin menambahkan bahwa kecepatan dan kapasitas Solana membuatnya jadi salah satu dari sedikit jaringan yang bisa mendukung operasi yield frekuensi tinggi dalam skala besar. Kemampuan ini makin penting seiring dengan transformasi RWA dari instrumen passive income jadi ekonomi yield yang lebih aktif dan mudah diperdagangkan.

“Eksperimen yang terjadi di sana terasa seperti gambaran dari babak berikutnya sektor RWA. Alat yang membawa RWA masuk ke onchain dengan cara yang benar-benar crypto native adalah area yang menarik. Jadi, RWA perps memang jadi salah satu kategori, tapi juga ada berbagai kelas aset baru seperti kartu olahraga atau pokemon bersama Tradible, serta primitive keuangan baru seperti asuransi bersama Cork, dan masih banyak lagi,” ucapnya.

Bersamaan dengan ekspansi ini, Yin menegaskan bahwa penyelarasan regulasi dan legislasi akan tetap jadi prioritas utama. Ia menjelaskan bahwa proyek yang serius soal kepatuhan kemungkinan akan muncul sebagai pemenang jangka panjang, apalagi pemerintah dan institusi besar kini makin menuntut adanya perlindungan regulasi yang terintegrasi dan standar yang jelas untuk penerbitan aset on-chain.

Apa yang Bisa Diharapkan dari Sektor RWA di 2026

Melihat ke depan, Yin mengidentifikasi tiga pendorong pertumbuhan utama yang ia perkirakan bakal membawa sektor RWA ke level baru dalam 12 bulan ke depan. Pertama, ia menyoroti adopsi dan pertumbuhan dari bawah ke atas dalam RWA.

Yin mengungkapkan bahwa nilai RWA telah meningkat lebih dari tiga kali lipat selama setahun terakhir. Selain itu, jumlah holder RWA pun melonjak lebih dari tujuh kali lipat.

“Mainnet Plume yang hadir berhasil menggandakan jumlah holder RWA secara keseluruhan, dan menurut saya pertumbuhan itu terus berakselerasi hanya di kalangan para crypto native karena RWA sendiri masih bagian kecil dari total market cap crypto native,” terang dia.

Kedua, Yin menyoroti semakin kuatnya dukungan dari institusi dan regulator. Menurutnya, pemerintah, institusi keuangan, dan perusahaan teknologi kini betul-betul fokus pada tokenisasi. Walaupun inisiatif seperti ini biasanya memerlukan waktu untuk terwujud, Yin percaya peluncuran akhirnya bisa membawa aset on-chain bernilai miliaran US$.

Terakhir, eksekutif Plume itu menyoroti kondisi ekonomi makro yang lebih luas sebagai angin segar struktural.

“Kondisi makro yang berjalan sekarang membuat orang baik di luar maupun di onchain terus mencari yield yang stabil, dan aset alternatif juga makin naik popularitasnya, yang keduanya membuka jalan untuk pertumbuhan RWA onchain yang lebih organik,” ujar dia kepada BeInCrypto.

Yin menyimpulkan bahwa tidak ada alasan kuat untuk memperkirakan momentum akan melambat, dengan banyaknya katalis yang ada saat ini. Menurut Yin,

“Melihat pertumbuhan nilai dan pengguna 10-20x lipat tahun depan pun sebetulnya masih angka minimal dari apa yang seharusnya kita harapkan.”

Karena itu, RWAs kini makin terlihat sebagai perubahan struktural, bukan cuma tren jangka pendek di 2026. Dengan adopsi yang meningkat, jenis aset yang makin luas, dan penyelarasan yang makin kuat, sektor ini nampaknya siap mengambil peran utama di fase pertumbuhan on-chain berikutnya.

Whale Hedera Borong 3,4 Miliar HBAR meski Harga Turun — Apa yang Mereka Lihat?

12 December 2025 at 20:00

Harga HBAR bergerak datar hari ini setelah turun tajam hampir 29% dalam sebulan terakhir. Saat ini, HBAR juga masih turun sekitar 6% selama seminggu terakhir. Tren pergerakannya terlihat lemah, tapi gambaran lebih dalam sebenarnya lebih rumit. Permintaan dari ritel masih lesu, namun whale telah menambah kepemilikan dalam jumlah besar selama dua hari terakhir.

Kombinasi antara kelemahan dan akumulasi ini mengisyaratkan adanya potensi pembentukan fondasi harga, walau aksi harga HBAR masih terlihat lemah.

Permintaan Lemah Bertemu Akumulasi Besar?

HBAR masih bergerak di dalam pola falling wedge. Wedge biasanya merupakan pola bullish, karena menandakan tekanan jual terus melemah seiring waktu. Tapi, di dalam wedge tersebut muncul sinyal yang lebih lemah. Pada rentang 7 Desember sampai 11 Desember, harga HBAR membentuk higher low sementara On-Balance Volume (OBV) justru mencetak lower low.

Dukungan Ritel Lemah | Sumber: TradingView

Ingin mendapatkan insight token seperti ini? Daftar ke Newsletter Crypto Harian Editor Harsh Notariya di sini.

OBV merupakan alat analisis volume kumulatif yang melacak apakah dana mengalir masuk atau keluar dari sebuah token. Jika harga membentuk higher low tapi OBV turun, artinya pembeli tidak cukup kuat untuk menopang harga naik. Hal ini memunculkan divergensi bearish meski di dalam pola bullish.

Namun whale justru bergerak berbeda. Akun yang memiliki minimal 10 juta HBAR naik dari 136,54 menjadi 149,49. Sementara, akun yang memiliki minimal 100 juta HBAR bertambah dari 40,65 menjadi 73,62. Hanya dengan menghitung batas minimal tersebut, whale telah menambah sekitar 3,42 miliar HBAR dalam waktu kurang dari 48 jam. Dengan harga saat ini, nilainya minimal setara dengan US$445 juta.

HBAR Whales In Action
Aksi Whale HBAR | Sumber: Hedera Watch

OBV sendiri hanya melacak volume yang diperdagangkan di exchange; sementara transfer besar di luar exchange ataupun pergerakan OTC/kustodian mungkin tidak tercermin pada OBV. Jadi, OBV bisa saja melewatkan sebagian aktivitas whale dan lebih menggambarkan minat dari kalangan ritel.

Kontradiksi ini menjadi bekal untuk pembahasan berikutnya, karena whale kemungkinan bereaksi terhadap sinyal yang lebih dalam.

Sinyal Berulang yang Mungkin Diperhatikan oleh Whale

Di antara tanggal 17 Oktober sampai 11 Desember, harga membentuk lower low sedangkan RSI (Relative Strength Index) menciptakan higher low. RSI mengukur kecepatan beli dan jual. Saat harga turun, tapi RSI naik, terbentuklah divergensi bullish standar. Divergensi semacam ini sering dikaitkan dengan pembalikan tren.

Divergensi yang sama pernah muncul sebelum harga rebound pada waktu sebelumnya. Pada 1 Desember dan 7 Desember, pola ini juga terlihat, dan HBAR naik masing-masing 15% dan 12% dari titik terendah. Setiap lonjakan itu tertahan di resistance, tapi kali ini divergensi terjadi berbarengan dengan akumulasi whale yang besar. Kombinasi ini membuat upaya pembalikan saat ini lebih signifikan jika dibanding peluang reversal sebelumnya di dalam wedge.

RSI Divergence
Divergensi RSI | Sumber: TradingView

Jika batas atas yang sebelumnya mengakhiri reli berhasil ditembus, maka divergensi ini bisa mengubah struktur tren secara keseluruhan dari bearish menjadi bullish. Whale sepertinya sedang mengantisipasi skenario ini.

Level Harga HBAR Paling Penting

Harga HBAR membutuhkan penutupan harian di atas US$0,159. Level ini belum pernah berhasil dilewati pada rebound-rebound sebelumnya. Jika harga berhasil breakout di atasnya, maka HBAR juga akan menembus garis tren atas wedge dan membuka peluang naik ke US$0,198 dan US$0,219.

Jika harga kembali melemah, US$0,122 menjadi level yang perlu diawasi. Penurunan di bawah level ini akan membawa HBAR ke batas bawah wedge. Namun garis ini lemah karena baru dua kali disentuh. Jika harga turun di bawah garis tersebut, pemulihan akan makin terhambat dan menandakan bahwa tekanan jual masih menguasai tren besar HBAR.

HBAR Price Analysis
Analisis Harga HBAR | Sumber: TradingView

Saat ini, OBV menunjukkan permintaan yang lemah, RSI menampilkan setup bullish, dan whale telah menambah sekitar 3,42 miliar HBAR di harga rendah. Jika HBAR bisa melewati US$0,159, akumulasi whale tersebut akan menjadi dorongan utama, bukan sekadar sinyal latar belakang saja.

CEO CryptoQuant Nyatakan Meme Coin “Dead,” tapi Banyak yang Masih Lihat Potensi Rebound

12 December 2025 at 19:55

CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, menyebut pasar meme coin “mati” karena data on-chain terbaru menunjukkan dominasi meme coin di pasar altcoin turun ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir.

Pernyataan ini memicu perdebatan di komunitas aset kripto. Ada yang menilai bahwa titik terendah sudah dekat, sementara yang lain melihat kerugian yang terus bertambah dan likuiditas yang menipis sebagai tanda penurunan serius.

Dominasi meme coin capai titik terendah sejak awal 2024

Data dari CryptoQuant menunjukkan dominasi meme coin di pasar altcoin terus turun sepanjang tahun ini. Dominasi itu mencapai puncaknya di sekitar 0,109 pada November 2024. Tapi, sekarang metrik tersebut turun ke 0,034, menyamai titik terendah Februari 2024. Penurunan ini menandakan pergeseran jelas dari token meme yang sifatnya spekulatif.

Memecoin markets are dead. pic.twitter.com/6kymLWH4JX

— Ki Young Ju (@ki_young_ju) December 11, 2025

Data CoinGecko juga menguatkan gambaran ini. Kapitalisasi pasar di sub-kategori meme coin melonjak membentuk puncak yang jelas di akhir 2024 dan awal 2025, lalu memasuki tren penurunan yang berkelanjutan. Dalam satu tahun terakhir, meme token teratas mencatatkan kerugian besar.

Performa Sektor Meme Coin | Sumber: CoinGecko

Dogecoin (DOGE) turun 66,3%, sedangkan Shiba Inu (SHIB) terperosok 71,3%. Kerugian paling besar terjadi pada Pepe (PEPE), yang anjlok 81,6%. Terakhir, Bonk (BONK) sudah kehilangan 76% nilainya selama periode yang sama.

Secara keseluruhan, pasar meme coin sudah turun 65,9% menurut data Artemis. Sektor meme coin Solana terutama yang terdampak paling parah. Joao Wedson, founder dan CEO Alphractal, mengamati bahwa,

“Meme coin dan altcoin di ekosistem Solana baru saja masuk ke fase terburuk — bagi banyak orang, aset tersebut memang sudah mati.”

Ia juga menambahkan bahwa altcoin berfokus pada pembayaran masih tetap tangguh, sehingga terlihat adanya perbedaan antara utilitas dan spekulasi.

Kenapa meme coin “mati”?

Para analis memaparkan beberapa alasan turunnya dominasi meme coin. Ada seorang trader yang menilai bahwa peluncuran dengan harga sangat murah dan tanpa perlindungan terhadap rug pull telah merusak kepercayaan, komunitas, juga menjadikan holding jangka panjang hilang, sehingga yang tersisa hanya aksi ambil untung jangka pendek.

“Kamu benar-benar bisa berterima kasih pada Pumpfun dan Alon soal ini.. Seharusnya tidak pernah semurah di bawah US$1 untuk meluncurkan meme coin tanpa perlindungan dari rug. Kita benar-benar kehilangan rasa komunitas dan semangat HODL karena sudah terlalu sering kena rug pull. Tidak ada yang percaya lagi, semua orang hanya ambil untung,” tulis DeFiApe di X.

Yang menarik, riset dari Solidus Labs menemukan 98,7% token yang diluncurkan di Pump.fun menampilkan tanda-tanda skema pump and dump. Dalam waktu yang sama, aktivitas di Raydium mengungkapkan sekitar 93% liquidity pool, atau sekitar 361.000 pool, punya indikasi yang biasanya terhubung dengan soft rug pull.

Memes used to be some of the best and most fun LPing opportunities in defi, just printing on low liq pools and high volatility

Now they're a huge liquidity sink with 8fig liquidity pools and 0 volume https://t.co/4yM1QNzJFP pic.twitter.com/jCrvOzwlWj

— Wazz (@WazzCrypto) December 11, 2025

Analis Mikko Ohtamaa juga menyampaikan bahwa sektor ini sudah terlalu penuh.

“Dunia ini tidak cukup punya perhatian untuk 25.000.000 meme coin. Bahkan dengan yang jadi pemenang pun, ‘investor’ tetap rugi…. Karena tidak ada investasi di meme coin, yang ada cuma ikut pump. Kamu membeli meme coin bukan untuk berinvestasi; tapi karena kamu berharap akan pump dan bisa jual di puncak. Kamu tidak peduli soal kejahatan, yang penting bisa ikut jadi bagian dari kejahatan itu,” komentar analis tersebut di X.

Apakah meme coin akan pulih?

Meski sentimen negatif mendominasi, ada juga yang masih yakin meme coin akan bangkit lagi. Mereka menunjukkan penurunan dominasi sebagai sinyal kemungkinan terbentuk titik terendah.

Time to buy the cockroaches and HODL 🪳🛒 https://t.co/8Na6R8ALGo

— Mel00nee (@Mel00nee) December 12, 2025

Gordon, komentator populer, berpendapat di X bahwa para pengkritik meme coin bersikap “sangat sempit pikiran dan IQ-nya rendah.” Ia menegaskan bahwa meme coin selama ini menjadi pendorong utama perhatian dan volume di dunia kripto serta memprediksi tren bangkit kembali di masa depan.

“Satu-satunya alasan kenapa ada perhatian pada aset kripto adalah karena meme coin. Satu-satunya alasan kenapa ada volume adalah karena meme coin. Meme coin tidak akan ke mana-mana dan mereka yang akan memimpin reli bull berikutnya,” klaimnya melalui tautan ini.

Saat ini, pasar meme coin sedang berada di persimpangan jalan. Apakah pemulihan atau penurunan berlanjut, semua akan bergantung pada kondisi pasar yang lebih luas, perubahan sentimen, dan kemampuan proyek-proyek asli untuk membedakan diri dari scam.

Litecoin Diabaikan Retail, Sementara Institusi Diam-Diam Akumulasi 3,7 Juta LTC

12 December 2025 at 19:43

Litecoin (LTC) belum berhasil keluar dari bayang-bayang tren turun panjangnya sejak 2021. Kinerja harga yang lemah membuat banyak investor ritel melupakan altcoin “pendahulu” ini.

Namun, laporan terbaru menunjukkan munculnya sinyal positif yang tumbuh secara diam-diam. Sinyal ini menjadi dasar para analis untuk memperkirakan bahwa harga mungkin akan segera breakout di atas US$100.

Institusi kumpulkan 3,7 juta LTC meski harga turun

Tahun ini, ketika perusahaan dan institusi menambah cadangan aset digital mereka serta meluncurkan crypto ETF, Litecoin juga ikut dalam tren ini.

Data dari Litecoin Register menunjukkan bahwa hingga akhir 2025, Treasury dan ETF memegang hampir 3,7 juta LTC. Nilai totalnya telah melebihi US$296 juta.

Total Treasury & ETF Holdings (LTC). Source: Litecoin Register
Total Treasury & ETF Holdings (LTC) | Sumber: Litecoin Register

“Saat ini lebih dari 3,7 juta Litecoin dipegang oleh 10 perusahaan publik dan dana investasi. Ada kenaikan satu juta LTC sejak Agustus 2025,” komentar Litecoin Foundation.

Grafik di atas memperlihatkan akumulasi yang konsisten selama satu tahun terakhir. Tren ini terus berlanjut meski LTC belum mencetak harga tertinggi baru di tahun 2025.

Holder utama yang tercatat di antaranya adalah Grayscale, Lite Strategy, dan Luxxfolio Holdings. Luxxfolio Holdings berniat mengumpulkan 1 juta LTC hingga 2026.

Selain itu, laporan “Silver Standard” dari LitVM menyoroti Litecoin sebagai blockchain dengan catatan uptime tertinggi di antara jaringan lama. Blockchain ini telah mempertahankan 100% uptime selama 12 tahun terakhir.

Blockchain Uptime Since Inception. Source: LitVM
Uptime Blockchain Sejak Awal | Sumber: LitVM

Uptime mengukur lamanya sebuah jaringan beroperasi secara berkesinambungan tanpa gangguan. Blockchain dengan uptime tinggi menunjukkan stabilitas, keamanan, dan keandalan sistem dalam memproses transaksi tanpa kegagalan teknis.

“Institusi menginginkan uang yang kuat. Mereka membutuhkan reliabilitas LTC selama 12 tahun terakhir,” ujar investor Creed.

Data fundamental memang tidak selalu memberikan dampak jangka pendek secara langsung. Tapi, sentimen jangka pendek dari pasar derivatif nampaknya sangat positif.

Binance top traders are rapidly increasing their $LTC long positions. pic.twitter.com/8iO72QaDfj

— CW (@CW8900) December 12, 2025

Trader papan atas di Binance dengan cepat meningkatkan posisi long LTC pada minggu kedua Desember. Perilaku mereka mengindikasikan ekspektasi bullish yang cukup kuat.

Hal-hal ini dapat menjelaskan mengapa beberapa investor lama masih percaya pada LTC. Seorang investor aset kripto yang aktif sejak 2015, Lucky, meyakini bahwa LTC akan segera pulih.

“Saya tidak melihat $LTC akan bertahan di bawah US$100 lebih lama lagi,” prediksi Lucky.

Litecoin price recovery scenario. Source: Lucky
Skenario Pemulihan Harga Litecoin | Sumber: Lucky

Saat ini, situasi LTC mirip dengan beberapa altcoin lain yang punya fundamental kuat namun pergerakan harga lambat, seperti XRP, XLM, LINK, dan INJ.

Pakar juga berpendapat bahwa hanya altcoin yang didukung oleh likuiditas dari DAT dan ETF yang bisa bertahan serta tumbuh secara berkelanjutan di fase pasar terbaru.

Bitcoin Bangun Kekuatan Jangka Pendek — US$95.000 Kini Jadi Level Penting

12 December 2025 at 19:33

Harga Bitcoin naik hampir 2% dalam 24 jam terakhir dan tetap stabil di atas US$92.200. Grafik harian masih terlihat lambat, tapi grafik 4 jam mulai menunjukkan kekuatan awal yang terbentuk.

Karena grafik jangka pendek lebih cepat menangkap perubahan, beberapa sesi berikutnya mungkin menentukan apakah Bitcoin akhirnya menguji US$95.000 — level yang para ahli yakini sangat penting untuk kenaikan harga BTC.

Kekuatan Jangka Pendek Mulai Terbentuk, tapi Tidak Tanpa Risiko

Bitcoin hampir membentuk bullish EMA crossover di grafik 4 jam. EMA adalah exponential moving average. EMA memberi bobot lebih pada harga terbaru, jadi trader memakainya untuk mendeteksi perubahan tren lebih awal. Bullish crossover terjadi ketika EMA yang lebih cepat naik melampaui EMA yang lebih lambat, menandakan momentum beli yang menguat. Saat ini, 50-EMA hampir naik melewati 100-EMA.

Jarak antara kedua EMA tersebut saat ini sangat menyempit. Jika crossover benar-benar terbentuk, Bitcoin semakin dekat ke US$95.700, yaitu resistance utama. Tapi Bull Bear Power, indikator yang menunjukkan siapa yang mengontrol lilin, telah melemah. Jika turun lagi, crossover mungkin gagal. Itu adalah risiko utama dalam jangka pendek.

Bullish BTC Chart
Grafik BTC Bullish | Sumber: TradingView

Ingin insight token seperti ini? Daftar Newsletter Crypto Harian Editor Harsh Notariya di sini.

Di sinilah komentar dari luar juga sejalan dengan grafik. Analis dari ekosistem kripto bisnis serba-ada B2BINPAY menyampaikan pandangan serupa khusus untuk BeInCrypto:

“Bitcoin sedang diperdagangkan di level US$92.000–US$93.000, tapi semua upaya menembus US$95.000 belum berhasil. Masih kurang pemicu untuk menembusnya dengan percaya diri.

…Jika itu terjadi, kita bisa melihat Bitcoin mencoba ke US$96 ribu. Jika pasar mampu bertahan di atas area ini, langkah selanjutnya bisa menuju US$100 ribu,” tambah mereka.

Pernyataan ini memperkuat pandangan bahwa US$95.000 adalah penghalang yang sebenarnya dan kekuatan jangka pendek perlu tetap kuat agar peluang naik di atas US$100.000 dapat muncul.

Dormansi Naik, dan Itu Bisa Jadi Pemicu

Spent Coins Age Band mengukur berapa banyak koin yang berpindah antar kelompok holder. Ketika angkanya turun, berarti koin lama tetap tidak bergerak (dormansi lebih tinggi). Hal ini menurunkan tekanan jual dan seringkali sejalan dengan pemulihan harga.

Angka metrik ini turun dari 24.100 pada 10 Desember menjadi 12.500 hari ini, turun hampir 50%. Penurunan serupa pernah memicu reli harga sebelumnya.

Dari 2 Desember hingga 9 Desember, jumlah koin yang digunakan turun dari 27.800 ke 9.200. Setelah itu, Bitcoin naik sekitar 5%.

Spent Coins Dropping Again
Spent Coins Turun Lagi | Sumber: Santiment

Antara 21 November hingga 24 November, jumlah koin yang digunakan turun. Bitcoin naik dari US$85.500 ke US$92.300, yaitu kenaikan 8% dalam beberapa hari berikutnya.

Penurunan saat ini memang lebih kecil, tapi polanya sama. Tingkat dormansi naik (jumlah koin yang digunakan menurun) bersamaan dengan upaya crossover pada EMA bisa menjadi kombinasi penting pada grafik jangka pendek.

Level Harga Bitcoin Jangka Pendek yang Perlu Dipantau Minggu Ini

Hambatan pertama pada grafik harga Bitcoin jangka pendek ada di US$93.300. Bitcoin belum pernah menutup candle 4 jam di atas level ini sejak 9 Desember. Jika berhasil melewatinya, jalur menuju US$94.300 bisa terbuka.

Jika EMA crossover selesai dan momentum tetap kuat, US$95.700 bisa tercapai. Ini adalah batas yang menentukan apakah Bitcoin bisa menargetkan area-area yang analis sebutkan.

Bitcoin Price Analysis
Analisis Harga Bitcoin | Sumber: TradingView

Support ada di US$90.800. Jika harga turun di bawah itu, US$89.300 akan kembali terlihat dan usaha menembus US$95.000 akan tertunda.

Saat ini, Bitcoin memiliki tiga faktor yang mendukung: potensi EMA crossover, aktivitas koin yang digunakan menurun, serta harga menekan resistance. Jika buyer mampu mempertahankan support dan tren metrik tetap berjalan, Bitcoin akhirnya bisa menguji US$95.000 (tepatnya US$95.700).

Bitcoin’s First Full-Year Split From Stocks in Over a Decade

13 December 2025 at 09:20

Bitcoin has broken from its long-standing correlation with equities, marking its first full-year divergence from stocks in over a decade.

The shift highlights a growing disconnect between crypto and traditional markets, raising questions about Bitcoin’s role in the current cycle.

A Historic Market Decoupling

Bitcoin and stocks have historically moved in tandem. However, that relationship appears to have fractured.

According to Bloomberg data, the S&P 500 has climbed more than 16% this year while Bitcoin is down 3%, marking the first such split since 2014.

BREAKING: Bitcoin is headed for its first full-year split from stocks in over a decade, marking the first time since 2014 equities rallied while crypto fell. pic.twitter.com/Ns25xJ2KV2

— Short Squeez (@shortsqueeznews) December 7, 2025

Such a clean break is unusual even by crypto standards, prompting renewed scrutiny of Bitcoin’s role within global markets. The divergence challenges expectations that regulatory optimism and institutional participation would automatically translate into sustained performance.

It is especially striking given the broader environment, where artificial intelligence stocks are soaring, capital spending is accelerating, and investors are pouring back into equities. At the same time, traditional defensive assets are attracting attention, suggesting investors are reallocating rather than broadly embracing risk.

Crypto-specific pressures, including forced liquidations and a sharp decline in retail participation, have materially exacerbated Bitcoin’s underperformance. Billions of unwound positions have amplified downside moves, turning what began as a correction into an industry retreat.

As these signals accumulate, market sentiment has weakened, sparking debate over whether this represents a routine correction or a more significant structural change.

Normal Pullback Or Something More?

Bitcoin has long behaved as a momentum-driven asset, but the breakdown in sustained upside suggests that leadership within risk markets has shifted elsewhere.

Inflows into Bitcoin ETFs have slowed, prominent endorsements have grown quieter, and key technical indicators are flashing renewed weakness.

Price action reflects that cooling confidence. Bitcoin has struggled to regain momentum since its October peak near $126,000 and is now hovering closer to $90,000, reinforcing the sense that this divergence is being driven by fading conviction rather than short-term volatility alone.

Despite the current divergence, longer time horizons complicate the narrative. 

On a multi-year basis, Bitcoin continues to outperform equities, suggesting the recent split may reflect earlier excess gains unwinding rather than a decisive break in trend. 

From that perspective, underperformance could still align with a normal pullback within a broader bull-market cycle, despite calendar-year contrasts.

The post Bitcoin’s First Full-Year Split From Stocks in Over a Decade appeared first on BeInCrypto.

Inside Putin’s Crypto Cold War: How Russia Evaded Western Sanctions In 2025

13 December 2025 at 07:29

The Russia-Ukraine war has waged on for nearly 4 years now. Western sanctions were meant to isolate Russia financially. Instead, they forced adaptation.

In 2025, BeInCrypto began documenting how Russia and Russia-linked actors rebuilt payment routes using crypto. What emerged was not a single exchange or token, but a resilient system designed to survive freezes, seizures, and enforcement delays.

This investigation reconstructs that system in chronological order, based on on-chain forensic analysis and interviews with investigators tracking the flows.

The First Warning Signs Were not Criminal

Early signals did not point to ransomware or darknet markets. They pointed to trade.

Authorities began asking new questions on how money crossed borders for imports, how dual-use goods were paid for, and how settlements occurred without banks. 

At the same time, on-chain data showed Russian OTC desks surging in activity. Exchanges hosting Russian OTC liquidity also saw volumes spike, especially in Asia.

Meanwhile, Telegram groups and darknet forums discussed sanctions evasion openly. These were not hidden conversations. They described practical methods for moving value across borders without banks.

The method was simple. OTC desks accepted rubles domestically, sometimes as cash. They issued stablecoins or crypto. That crypto then settled abroad, where it could be converted into local currency.

Garantex Operated Russia’s Crypto Laundering Hub

Garantex played a critical role in this ecosystem. It functioned as a liquidity hub for OTC desks, migrants, and trade-linked payments.

Russia Using a UAE Proxy for Sanction Evasion 

Even after early sanctions, it continued interacting with regulated exchanges abroad. That activity persisted for months.

When enforcement finally escalated, the expectation was disruption. What followed instead was preparation.

“Even people who were leaving Russia were still using Garantex to move their money out. If you were trying to relocate to places like Dubai, this became one of the main ways to transfer funds once traditional banking routes were cut off. For many Russians trying to leave the country, Garantex became a practical exit route. It was one of the few ways to move money abroad after banks and SWIFT were no longer an option,” said Lex Fisun, CEO of Global Ledger

The Seizure Triggered a Reserve Scramble

On the day Garantex’s infrastructure was seized in March 2025, a linked Ethereum wallet rapidly consolidated more than 3,200 ETH. Within hours, nearly the entire balance moved into Tornado Cash.

That move mattered. Tornado Cash does not facilitate payouts. It breaks transaction history.

ETH Reserve Consolidation and Tornado Cash Transfer Graphic. Source: Global Ledger

Days later, dormant Bitcoin reserves began moving. Wallets untouched since 2022 consolidated BTC. This was not panic selling. It was treasury management under pressure.

BTC Reserve Reactivation Chart

So, it was clear that assets outside stablecoin control remained accessible.

A Successor Appeared Almost Immediately

As access to Garantex faded, a new service emerged.

Grinex launched quietly and began supporting USDT. Traced flows passed through TRON and connected to Grinex-linked infrastructure. Users reported balances reappearing under the new name.

“It was probably the most obvious rebrand we’ve seen. The name was nearly the same, the website was nearly the same, and users who lost access to Garantex saw their balances reappear on Grinex,” Fisun told BeInCrypto. 

In late July 2025, Garantex publicly announced payouts to former users in Bitcoin and Ethereum. On-chain data confirmed the system was already live.

At least $25 million in crypto had been distributed. Much more remained untouched.

The payout structure followed a clear pattern where reserves were layered through mixers, aggregation wallets, and cross-chain bridges before reaching users.

High-Level Payout Flow Diagram

Ethereum Payouts Relied on Complexity

Ethereum payouts used deliberate obfuscation. Funds moved through Tornado Cash, then into a DeFi protocol, then across multiple chains. Transfers bounced between Ethereum, Optimism, and Arbitrum before landing in payout wallets.

Despite the complexity, only a fraction of the ETH reserves reached users. More than 88% remained untouched, indicating payouts were still in early stages.

Bitcoin Payouts Exposed a Different Weakness

Bitcoin payouts were simpler and more centralized.

Investigators identified multiple payout wallets linked to a single aggregation hub that received nearly 200 BTC. That hub remained active months after the seizure.

More revealing was where the funds touched next.

Source wallets repeatedly interacted with deposit addresses tied to one of the world’s largest centralized exchanges. The transaction “change” consistently routed back there.

Why Western Sanctions Struggled to Keep Up

Western sanctions were not absent. They were late, uneven, and slow to execute.

By the time Garantex was fully disrupted, investigators had already documented billions of dollars moving through its wallets. 

Even after sanctions were applied, the exchange continued interacting with regulated platforms abroad, exploiting delays between designation, enforcement, and compliance updates.

The core problem was not a lack of legal authority. It was the speed mismatch between sanctions enforcement and crypto infrastructure. While regulators operate on weeks or months, crypto systems reroute liquidity in hours.

“Sanctions work on paper. The problem is execution. Billions can still move because enforcement is slow, fragmented, and often lags behind how fast crypto systems adapt. The issue isn’t that sanctions don’t exist. It’s that they’re enforced too slowly for a system that moves at crypto speed,” said the Global Ledger CEO. 

That gap allowed Garantex to adapt. Wallets rotated frequently. Hot wallets changed unpredictably. Remaining balances were moved in ways that mimicked normal exchange activity, making automated compliance systems less effective.

The private sector struggled to keep up. Banks and exchanges balance compliance obligations against transaction speed, customer friction, and operational cost. 

In that environment, sanctioned exposure can slip through when activity does not trigger obvious red flags.

By October 2025, the payout infrastructure was still active. Reserves remained. Routes stayed open.

This was not the collapse of an exchange, rather he evolution of a system.

Russia’s crypto strategy in 2025 showed how a sanctioned economy adapts by building parallel rails, preserving liquidity, and rerouting when blocked.

The post Inside Putin’s Crypto Cold War: How Russia Evaded Western Sanctions In 2025 appeared first on BeInCrypto.

OCC Approves Five Crypto Trust Banks as ‘Debanking’ Claims Face Scrutiny

13 December 2025 at 05:57

The OCC today conditionally approved five digital asset-oriented companies for national trust bank charters, signaling a measured but tangible expansion of crypto firms into the federal banking system.

The decision challenges claims from parts of the banking industry that crypto cannot comply with regulatory standards. However, it also complicates the sector’s own narrative of a coordinated effort to cut it off from financial services.

The Five Firms Behind Approval

Alongside Ripple National Trust Bank, the Office of the Comptroller of the Currency (OCC) conditionally approved four additional digital asset-focused institutions, signaling a broader regulatory move rather than an isolated exception.

In addition to Ripple, the OCC approved a de novo trust bank application for First National Digital Currency Bank and authorized Circle, BitGo, Fidelity Digital Assets, and Paxos to convert from state charters.

🚨 JUST IN: The OCC just approved conditional national trust bank charters: Ripple. Paxos. BitGo. Fidelity Digital Assets. Circle.

A national trust charter means federal supervision, 50-state reach, and the credibility to custody assets for ETFs, treasuries, and institutions… pic.twitter.com/DWQyX6jKsm

— Simon Taylor (@sytaylor) December 12, 2025

All five approvals remain conditional, requiring each institution to meet specific operational, governance, and compliance standards before final authorization.

“New entrants into the federal banking sector are good for consumers, the banking industry and the economy,” said OCC Comptroller Jonathan Gould in a press release. “They provide access to new products, services and sources of credit to consumers, and ensure a dynamic, competitive and diverse banking system.”

The unifying factor across these firms is their business model and regulatory positioning within the financial system.

None of them intends to operate as a full-service commercial bank offering deposits or traditional lending products. Instead, they focus on custody, settlement, and digital asset infrastructure designed primarily for institutional clients.

For established players like Fidelity and Paxos, a national charter provides a single federal supervisor and nationwide authority. That shift replaces fragmented state-level oversight, simplifying regulatory engagement for institutional-scale operations.

For newer entrants such as Ripple National Trust Bank and First National Digital Currency Bank, the approvals open federal access without consumer banking exposure.

Taken together, the approvals suggest the OCC is not blocking crypto firms, but refining which models gain entry.

The Debanking Dispute Explained

The debate over crypto “debanking” has intensified over recent years, often framed as a standoff between regulators, banks, and digital asset firms.

Crypto industry leaders have repeatedly argued that banks, encouraged by regulators, systematically restricted access to basic financial services. This narrative gained traction under the label “Operation Choke Point 2.0,” drawing comparisons to past regulatory crackdowns closely attributed to former SEC Chair Gary Gensler.

Banks and regulators pushed back, arguing they made decisions based on risk management, compliance, and reputational concerns rather than ideology.

Those tensions resurfaced on Wednesday, when the OCC released preliminary findings from its review of alleged debanking by the largest US banks.

Debanking Was Real, But Limited

In its December 10 review, the OCC concluded that between 2020 and 2023, the nation’s largest banks engaged in debanking practices. 

The agency said banks made inappropriate distinctions among lawful businesses, restricting access or imposing heightened reviews driven by reputational concerns.

The OCC is committed to ending efforts that weaponize finance. Read the OCC’s preliminary findings from its supervisory review of debanking activities at the nine largest national banks. https://t.co/pFMi7Rt8kh pic.twitter.com/XWfbCheo91

— OCC (@USOCC) December 10, 2025

Digital asset activities were explicitly listed among the affected sectors, alongside firearms, energy, adult entertainment, and payday lending. 

However, the OCC’s framing is narrower than the industry’s “Operation Choke Point 2.0” rhetoric. The report focuses on bank-created policies and escalation processes, not a centralized directive ordering banks to cut off crypto firms. 

 That distinction matters for how this newly unfolding debate is interpreted.

Much of the period under review overlaps with the 2022–2023 crypto downturn and its spillover into banking. 

The review was released under Gould, who was appointed earlier this year by President Donald Trump. Gould framed the findings as part of an effort to limit “weaponized” finance and reputational-risk-driven exclusions.

Against that backdrop, the OCC’s conditional approvals for five crypto-oriented trust banks complicate claims of ongoing systemic exclusion. 

Even as banks and trade groups warn of regulatory asymmetry, the approvals indicate that federal access is expanding for compliance-focused trust bank models.

The post OCC Approves Five Crypto Trust Banks as ‘Debanking’ Claims Face Scrutiny appeared first on BeInCrypto.

Tether Moves to Buy Juventus in Landmark Crypto Sports Deal

13 December 2025 at 04:47

Tether has submitted a binding all-cash proposal to acquire Exor’s entire 65.4% stake in Juventus Football Club, the most successful club in Italian football history and a 36-time Serie A champion.

If approved by regulators and accepted by Exor, Tether said it would launch a public tender offer for the remaining shares at the same price, fully funded with its own capital. The company also committed to invest up to €1 billion to support and develop the club following completion.

What the Juventus Deal Means for Tether

The proposal, announced on December 12, marks one of the most ambitious moves yet by a crypto company into elite global sport. It signals a strategic shift for Tether from a pure stablecoin issuer to a long-term capital allocator in traditional institutions.

In the announcement, Tether CEO Paolo Ardoino described Juventus as a symbol of discipline, resilience, and continuity—values he said mirror how Tether has been built.

JUST IN: Tether wants to acquire Italian football club Juventus.

Juventus is a 36-time domestic league champion, making it the most successful club in Italian football history. pic.twitter.com/l1yncxgW9L

— BeInCrypto (@beincrypto) December 12, 2025

From a business perspective, the acquisition would give Tether control of a globally recognised sports brand, expanding its footprint beyond financial infrastructure into media, entertainment, and global fan economies. 

Unlike short-term sponsorships or fan token partnerships, ownership places Tether at the centre of governance and long-term strategy.

Tether Will Invest €1 Billion in Juvestus if the Deal Goes Through.

The move also reinforces Tether’s claim that it is operating from a position of strong balance-sheet health, able to deploy billions in capital without external financing.

Part of a Broader Expansion Strategy

The Juventus proposal follows a series of high-profile moves by Tether and USDT in recent weeks.

Tether recently secured regulatory recognition for USDT as an Accepted Fiat-Referenced Token in Abu Dhabi’s ADGM, expanding regulated use of the stablecoin across multiple blockchains.

At the same time, the company has explored tokenising its own equity, signalling openness to new corporate structures built on blockchain rails.

Beyond finance, Tether has also pushed into AI, robotics, and privacy-focused consumer technology, backing robotics firms and launching privacy-centric health and AI products.

Together, these developments point to a strategy of diversifying well beyond stablecoin issuance while

Juventus and Crypto: Not a First Connection

Juventus is no stranger to crypto involvement.

The club previously launched the $JUV fan token on the Chiliz and Socios platform, allowing fans to participate in polls and engagement initiatives. Juventus has also partnered with crypto companies as sponsors, including exchange-led branding deals in recent seasons.

JUV Fan Token Surges After Tether Announcement. Source: CoinGecko

However, Tether’s proposal goes far beyond past crypto partnerships. If completed, it would represent full operational control by a digital asset firm—an unprecedented step for a club of Juventus’ stature.

The transaction remains subject to Exor’s acceptance, definitive legal agreements, and regulatory approvals. If those conditions are met, Tether plans to proceed with a public tender offer for remaining shares.

The post Tether Moves to Buy Juventus in Landmark Crypto Sports Deal appeared first on BeInCrypto.

Did Jane Street Cause Another 10 a.m. Bitcoin Dump Today?

13 December 2025 at 02:23

Claims that Wall Street trading firm Jane Street triggers a daily 10 a.m. Bitcoin “dump” resurfaced on December 12, after BTC saw a sharp intraday drop. 

Social media speculation once again pointed to institutional traders and ETF market makers. A closer look at the data, however, tells a more nuanced story.

What is the “Jane Street 10 a.m.” Narrative?

The theory suggests Bitcoin often sells off around 9:30–10:00 a.m. ET, when US equity markets open. Jane Street is frequently named because it is a major market maker and an authorized participant for US spot Bitcoin ETFs.

The allegation claims these firms push prices lower to trigger liquidations, then buy back cheaper. However, no regulator, exchange, or data source has ever confirmed such coordinated activity.

BREAKING: The 10am manipulation is back.

Bitcoin dropped $2,000 in 35 minutes and wiped out $40 billion from its market cap.

$132 million worth of longs have been liquidated in the past 60 minutes.

This is getting ridiculous. https://t.co/0DRTFfL08r pic.twitter.com/RByT4CWF65

— Bull Theory (@BullTheoryio) December 12, 2025

Bitcoin Futures Data Doesn’t Show Aggressive Dumping

Bitcoin traded sideways today through the US market open, holding a tight range near $92,000–$93,000. There was no sudden or abnormal sell-off exactly at 10:00 a.m. ET.

The sharp drop came later in the session, closer to mid-day US hours. BTC briefly fell below $90,000 before stabilizing, suggesting delayed pressure rather than an open-driven move.

Bitcoin futures open interest across major exchanges remained broadly stable. Total open interest was nearly flat on the day, indicating no large buildup of new short positions.

On CME, the most relevant venue for institutional trading, open interest declined modestly. That pattern typically reflects risk reduction or hedging, not aggressive directional selling.

Total BTC Futures Open Interest. Source: CoinGlass

If a major proprietary firm were driving a coordinated dump, a sharp spike or collapse in open interest would normally appear. It did not.

Liquidations Explain the Move

Liquidation data provides a clearer explanation. Over the past 24 hours, total crypto liquidations exceeded $430 million, with long positions accounting for the majority.

Bitcoin alone saw more than $68 million in liquidations, while Ethereum liquidations were even higher. This indicates a leverage flush across the market, not a Bitcoin-specific event.

Crypto Liquidations on December 12. Source: CoinGlass

When prices slip below key levels, forced liquidations can accelerate declines. This often creates sharp drops without requiring a single dominant seller.

Most notably, US spot Bitcoin ETFs recorded $77 million outflow on December 11, after two days of steady inflow. Today’s brief price shock was largely reflected in this move. 

US Bitcoin ETFs Daily Inflow. Source: SoSoValue

No Single Venue Led the Sell-Off

The move was distributed across exchanges, including Binance, CME, OKX, and Bybit. There was no evidence of selling pressure concentrated on one venue or one instrument.

That matters because coordinated manipulation typically leaves a footprint. This event showed broad, cross-market participation consistent with automated risk unwinds.

Why the Jane Street Narrative Keeps Returning

Bitcoin volatility often clusters around US market hours due to ETF trading, macro data releases, and institutional portfolio adjustments. These structural factors can make price moves appear patterned.

Jane Street Bots already entered Polymarket xD

While most traders chase narratives, one Polymarket account turned 15-minute crypto prediction windows into a mechanical profit engine.

Trader didn't build a sophisticated arbitrage bot.

He found something simpler, momentum lag on… pic.twitter.com/KHUJog4u6C

— gemchanger (@gemchange_ltd) December 12, 2025

Jane Street’s visibility in ETF market making makes it an easy target for speculation. But market making involves hedging and inventory management, not directional price attacks.

Today’s move fits a familiar pattern in crypto markets. Leverage builds, price slips, liquidations cascade, and narratives follow.

The post Did Jane Street Cause Another 10 a.m. Bitcoin Dump Today? appeared first on BeInCrypto.

❌