Solana masih kesulitan untuk pulih setelah penurunan harga baru-baru ini, dengan SOL tetap tertahan di bawah resistance US$130. Altcoin ini memang menunjukkan upaya untuk stabil, namun momentumnya masih rapuh.
Berbeda dengan reli sebelumnya yang dipicu oleh arus masuk baru, pergerakan berikutnya nampaknya bergantung kepada holder Solana saat ini, bukan dari pemain baru di pasar.
Beberapa holder Solana tunjukkan ketahanan
Data on-chain memperlihatkan tanda-tanda awal stabilisasi. Chaikin Money Flow menunjukkan kenaikan tajam dalam beberapa hari terakhir. Meskipun indikator ini masih di bawah garis nol, pergerakan naik tersebut menandakan arus keluar modal mulai melambat.
Perubahan ini sangat penting bagi peluang pemulihan Solana. Arus keluar yang menurun sering kali mendahului terjadinya arus masuk. Jika tekanan beli mulai melebihi tekanan jual, harga SOL bisa merespons dengan cepat. Peningkatan CMF secara berkelanjutan akan memberi sinyal bahwa kepercayaan holder saat ini mulai kembali.
Ingin wawasan token lain seperti ini? Daftar Newsletter Crypto Harian Editor Harsh Notariya di sini.
Indikator makro memperlihatkan gambaran yang lebih hati-hati. Jumlah alamat Solana baru menurun tajam dalam beberapa sesi terakhir. Alamat baru turun dari 6.077.000 menjadi 5.390.000, atau turun sebesar 11,3% dalam sepuluh hari.
Penurunan partisipasi di jaringan menandakan minat spekulasi juga melemah. Investor baru nampaknya masih ragu, dengan alasan insentif jangka pendek yang terbatas. Kurangnya permintaan baru ini menjadikan peran holder saat ini lebih penting untuk menjaga stabilitas harga dan setiap potensi pemulihan.
Pada waktu publikasi, Solana diperdagangkan di dekat US$126 dan masih di bawah level resistance US$130. Aksi harga saat ini lebih ke konsolidasi daripada sebuah breakout. Target terdekat SOL adalah merebut kembali US$130, yang bisa menandai perubahan momentum jangka pendek.
Arus keluar yang menurun meningkatkan peluang terjadinya rebound. Jika holder saat ini terus akumulasi dan arus masuk mulai muncul, tekanan beli bisa mendorong harga SOL ke arah US$130. Namun, kenaikan yang bertahan di atas level itu butuh dukungan berkelanjutan, bukan hanya lonjakan spekulasi sesaat.
Risiko penurunan masih ada jika sentimen memburuk. Gelombang jual baru bisa menekan Solana turun ke bawah support US$123. Jika harga jebol di level ini, US$118 bisa menjadi target penurunan berikutnya. Kehilangan support tersebut akan menghapus pandangan bullish dan mempertegas kelemahan jangka pendek.
Sebuah koalisi yang terdiri dari lebih dari 125 perusahaan aset kripto dan kelompok advokasi telah meluncurkan serangan terkoordinasi terhadap pelobi perbankan AS. Grup ini mencakup perusahaan kripto besar seperti Coinbase, Gemini, dan Kraken.
Langkah ini meningkatkan pertarungan besar mengenai siapa yang berhak untuk membayar bunga atas simpanan stablecoin.
Mengapa bank berupaya melobi agar GENIUS Act diubah
namun, saat ini ada celah yang memungkinkan platform pihak ketiga, seperti exchange aset kripto, untuk menyalurkan hasil dari stablecoin ini kepada pengguna.
Lobi perbankan berpendapat jika platform fintech yang tidak teregulasi diizinkan menawarkan hasil tinggi pada token setara kas, maka hal tersebut bisa menimbulkan risiko sistemik bagi arsitektur keuangan tradisional.
Di dalam pemaparan bersama Capitol Hill, mereka memperingatkan bahwa mempertahankan aturan saat ini dapat memicu arus keluar modal besar-besaran. Mereka memperkirakan potensi arus keluar simpanan hingga US$6,6 triliun dari bank komersial ke platform aset digital.
Pergeseran sebesar itu, ujar mereka, akan mengikis basis modal yang digunakan bank untuk mendukung kredit hipotek dan pinjaman bisnis. Akibatnya, bank harus mengurangi penyaluran kredit dan menaikkan biaya pinjaman bagi rumah tangga Amerika.
“Membuka kembali isu ini sebelum GENIUS Act diimplementasi akan melemahkan kepastian yang menjadi ciri kerangka regulasi hasil keputusan Kongres dan membawa risiko tidak perlu terhadap upaya penguatan struktur pasar secara luas. Ini juga akan mengisyaratkan bahwa kompromi yang baru saja disahkan pun tetap bisa segera dinegosiasi ulang, sehingga mencederai prediktabilitas yang diandalkan pasar, konsumen, dan inovator,” terang koalisi tersebut.
Koalisi kripto juga menepis kekhawatiran bank soal stabilitas dan menilainya hanya sebagai upaya protektif agar tetap memonopoli simpanan berbunga rendah.
Para penandatangan surat itu menjelaskan bahwa bank hanya ingin melindungi margin keuntungan mereka dengan mencegah konsumen mengakses imbal hasil 4% yang sekarang tersedia di pasar Treasury.
“Program rewards stablecoin memungkinkan platform berbagi nilai langsung kepada pengguna, sehingga rumah tangga bisa menikmati manfaat dari lingkungan suku bunga tinggi alih-alih menanggung kerugian akibat inflasi,” papar perusahaan kripto tersebut.
The Banksters are trying to prohibit platforms like @Gemini, @coinbase, and @krakenfx from offering stablecoin rewards to you. The GENIUS Act already settled this issue with an elegant compromise — stablecoin issuers cannot offer rewards, but intermediary platforms like Gemini,… https://t.co/QpdiQfaD0X
Tyler Winklevoss, co-founder Gemini, juga secara terbuka mengkritisi manuver lobi bank dengan menyebutnya sebagai upaya untuk “memperdebatkan kembali isu legislatif yang sudah selesai.”
XRP kesulitan untuk mempertahankan pemulihan dalam beberapa hari terakhir, karena harga terus gagal menembus resistance kunci. Meskipun begitu, perilaku investor mulai berubah.
Holder besar nampaknya mulai meningkatkan kepemilikan, menandakan kepercayaan yang makin besar bahwa harga saat ini mungkin menjadi titik masuk yang menarik.
Holder XRP Menunjukkan Kepercayaan Diri
Data on-chain menunjukkan adanya peningkatan akumulasi whale secara signifikan. Alamat yang menyimpan antara 100 juta hingga 1 miliar XRP telah menambah sekitar 330 juta token selama 48 jam terakhir.
Akumulasi ini nilainya sekitar US$642 juta, sehingga permintaan dari investor besar pun kembali meningkat.
Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa XRP whale memanfaatkan harga yang sedang turun, bukan malah keluar dari posisi mereka. Akumulasi saat fase konsolidasi sering menunjukkan ekspektasi pemulihan.
Permintaan seperti ini bisa memberikan dukungan struktur, sehingga risiko penurunan berkurang dan peluang reli berkelanjutan meningkat.
Ingin insight token lainnya? Daftar ke Daily Crypto Newsletter Editor Harsh Notariya di sini.
Indikator makro juga makin mendukung prospek positif. Liveliness XRP menurun selama seminggu terakhir, menandakan perpindahan koin yang berkurang. Tren ini menunjukkan holder jangka panjang mulai beralih dari perilaku jual.
Angka liveliness yang lebih rendah biasanya merefleksikan pola akumulasi atau penahanan aset. Bahkan jeda dari aksi jual holder jangka panjang bisa membantu menstabilkan pergerakan harga.
Penyebaran distribusi yang berkurang membantu menahan volatilitas jangka pendek, sehingga kondisi pemulihan makin membaik saat permintaan baru masuk ke pasar.
Pada waktu publikasi, XRP diperdagangkan di kisaran US$1,94, sedikit di bawah tren turun satu bulan yang telah menahan kenaikan harga. Target pemulihan terdekat ada di US$2,02. Jika bisa tembus di atas level ini, maka tren akan menunjukkan kekuatan baru dan prospek perbaikan.
Akumulasi dari whale dan tekanan jual holder jangka panjang yang menurun memberikan peluang bullish. Jika faktor ini bertahan, XRP bisa bergerak melewati US$2,02 dan lanjut ke US$2,20. Aksi tersebut akan menandai breakout jelas dari tren turun saat ini.
Risiko penurunan tetap ada jika tekanan jual kembali mendominasi. Jika momentum gagal bertahan, XRP bisa terkoreksi ke kisaran US$1,85. Jika pelemahan makin dalam, support di US$1,79 berada dalam risiko. Jika level tersebut hilang, maka skenario bullish akan batal dan risiko penurunan jadi lebih besar dalam waktu dekat.
HBAR milik Hedera masih bergerak di bawah tekanan karena tren turun yang terus berlanjut membatasi setiap upaya kenaikan. Berbagai usaha breakout telah gagal sehingga altcoin ini belum berhasil mencapai level yang lebih tinggi.
Kondisi pasar yang lebih luas juga ikut menambah tekanan sehingga HBAR kesulitan menguat walau sempat stabil sesaat di sekitar zona support utama.
Hedera Menghadapi Tren Bearish
Indikator teknikal menunjukkan momentum bearish yang semakin kuat. Squeeze Momentum Indicator rilis di awal pekan lalu, memicu volatilitas yang semakin tinggi. Alih-alih naik, indikator ini justru menyebabkan harga turun tajam sehingga memperkuat sentimen negatif di kalangan trader jangka pendek.
Histogram dari indikator ini terus semakin dalam di wilayah bearish. Pola ini menandakan tekanan jual masih sangat dominan. Momentum penurunan yang makin kuat membuat peluang pemulihan harga HBAR semakin kecil karena trader merasa ragu untuk masuk kembali di tengah lemahnya konfirmasi teknikal.
Pandangan makro untuk HBAR sangat berkaitan dengan performa Bitcoin. Saat ini, altcoin tersebut punya korelasi cukup kuat dengan BTC sebesar 0,79. Hubungan ini menunjukkan bahwa pergerakan harga HBAR cenderung meniru pergerakan Bitcoin, bukan bergerak secara mandiri.
Kondisi Bitcoin yang belum pulih juga memberi dampak besar buat HBAR. Kalau BTC lemah, aset kripto lain yang punya korelasi tinggi biasanya mengalami tekanan serupa. Jika Bitcoin belum bisa reli dalam waktu lama, kemampuan HBAR untuk breakout dari tren turun akan tetap terbatas oleh lemahnya sentimen pasar secara umum.
Korelasi HBAR Dengan Bitcoin | Sumber: TradingView
Harga HBAR Bisa Mengalami Penurunan Lebih Lanjut
Pada waktu publikasi, HBAR diperdagangkan di area US$0,111, sedikit di atas support US$0,110. Token ini sempat turun 24,5% di awal pekan lalu setelah gagal keluar dari tren turun yang sudah berjalan sebulan lebih. Pergerakan harga saat ini memperlihatkan upaya stabilisasi dengan hati-hati, bukan tanda pembalikan tren naik.
Melihat situasi sekarang, HBAR sepertinya akan tetap bergerak di bawah level US$0,120. Jika tekanan bearish berlanjut, harga bisa saja turun menuju US$0,099. Pergerakan ke zona ini bakal memperpanjang kerugian sekaligus memperkuat tren turun yang mendominasi beberapa sesi perdagangan terakhir.
Alternatif bullish tergantung pada masuknya dana baru dari para investor. Jika minat beli meningkat, hal ini bisa membantu HBAR kembali ke level US$0,120 dan keluar dari struktur tren turun. Sementara itu, reli menuju US$0,125 secara konsisten akan membatalkan pandangan bearish dan menunjukkan kepercayaan pasar yang mulai pulih.
Para pengembang inti Ethereum telah mengungkapkan rencana untuk melakukan dua upgrade besar jaringan pada tahun 2026, dengan kode nama “Glamsterdam” dan “Hegota”.
Keputusan ini menandai langkah strategis berkelanjutan jaringan blockchain tersebut untuk mempercepat jadwal perilisan upgrade. Langkah ini bertujuan agar ada jadwal upgrade dua kali setahun secara teratur dan membuat posisi Ethereum lebih kompetitif melawan sejumlah rival berkapasitas transaksi tinggi.
Ethereum lakukan upgrade dua kali setahun agar bisa bersaing dengan rival berkecepatan tinggi
Menurut para pengembang, Glamsterdam akan berfokus pada perbaikan skalabilitas dan efisiensi secara langsung, terutama lewat optimasi gas dan penerapan “Enshrined Proposer-Builder Separation” (ePBS).
Sementara itu, para pengembang juga berencana untuk segera merampungkan daftar fitur penuh Glamsterdam setelah libur akhir tahun.
Di sisi lain, tahap kedua dari sprint 2026, yaitu “Hegota”, menyasar paruh kedua tahun tersebut.
Nama upgrade ini mencerminkan dua gabungan pembaruan, yaitu pembaruan layer eksekusi “Bogota” dengan pembaruan layer konsensus “Heze”.
Christine Kim, mantan Wakil Presiden di Galaxy Digital yang kini aktif memantau tata kelola protokol, menuturkan bahwa diskusi lingkup pembaruan Hegota akan dimulai pada panggilan All Core Developers tanggal 8 Januari.
Sesi-sesi ini akan menentukan fitur utama dari hard fork tersebut, dengan lingkup resmi yang diperkirakan rampung di akhir Februari.
Update Lain yang Sudah Direncanakan
Bersamaan dengan perubahan struktural ini, Ethereum Foundation secara agresif tengah mengarahkan ulang riset jangka panjangnya demi memperkuat keamanan jaringan.
Peneliti George Kadianakis mengonfirmasi bahwa tujuan jaringan ini ingin mencapai “keamanan terbukti 128-bit” di akhir tahun 2026. Standar kriptografi tersebut dianggap sangat penting untuk aplikasi finansial tingkat institusi.
“For zkEVMs, this isn’t academic. A soundness issue is not like other security issues. If an attacker can forge a proof, they can forge anything: mint tokens from nothing, rewrite state, steal funds. For an L1 zkEVM securing hundreds of billions of dollars, the security margin is not negotiable,” ucapnya .
Foundation tersebut mengaitkan inisiatif ini dengan sejumlah target khusus, termasuk integrasi “soundcalc” di bulan Februari lalu sinkronisasi penuh dengan hard fork Glamsterdam di bulan Mei.
Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan hambatan teknis yang saat ini masih membatasi adopsi massal Ethereum.
Untuk menjembatani hal ini, para pengembang pun menerapkan strategi guna menurunkan hambatan masuk dan menyesuaikan kemudahan aplikasi Ethereum layaknya aplikasi konsumen arus utama.
Zcash mencatat lonjakan tajam ke atas, naik 13% dalam 24 jam terakhir dan semakin mendekati level US$500.
Reli ini menunjukkan kepercayaan holder yang terus membaik dan momentum teknikal yang mendukung. Berbeda dengan banyak altcoin, ZEC mampu menjaga kekuatan relatif meski pasar secara keseluruhan masih tidak pasti.
Holder Zcash Nampaknya Mulai Ubah Sikap
Indikator momentum menyoroti sentimen Zcash yang semakin positif. Relative Strength Index (RSI) telah naik di atas level netral 50,0 dan masuk ke zona positif. Perubahan ini menempatkan ZEC di antara segelintir altcoin yang saat ini menunjukkan momentum bullish.
RSI di atas 50,0 menandakan pembeli mulai mengambil kendali. Posisi ini bisa membantu Zcash menahan tekanan bearish jangka pendek yang sedang melanda pasar secara luas. Bacaan momentum yang kuat biasanya mendukung kelanjutan tren, apalagi ketika permintaan dari holder tetap stabil.
Ingin insight token seperti ini? Daftar Newsletter Harian Crypto dari Editor Harsh Notariya di sini.
Indikator makro semakin memperkuat prospek positif ini. Chaikin Money Flow bergerak naik, menandakan arus keluar modal mulai melambat. Walaupun indikator ini masih berada di bawah garis nol, kenaikan yang terjadi menunjukkan tekanan jual mulai mereda.
Mengurangi arus keluar sangat penting pada fase pemulihan. Jika kondisi pasar tetap stabil, penurunan arus keluar itu bisa berubah menjadi arus masuk bersih. Pergeseran ini akan mengkonfirmasi keyakinan yang meningkat serta memberikan likuiditas yang dibutuhkan untuk menjaga tren naik ZEC tetap berlanjut.
Harga Zcash saat ini berada di kisaran US$438 pada waktu publikasi, dengan kenaikan 13% dalam satu hari. Kini harga sedang menguji zona resistance US$442. Menembus level ini sangat penting agar reli saat ini dapat berlanjut.
Sinyal teknis bullish mendukung potensi kenaikan lebih lanjut. Jika indikator momentum tetap positif dan arus modal relatif stabil, ZEC dapat melaju menuju US$500. Gerakannya hanya memerlukan kenaikan sebesar 13,8% dari level saat ini, sehingga target itu secara teknikal cukup realistis jika kondisi mendukung.
Risiko pergerakan turun tetap ada jika resistance tetap bertahan. Gagal menembus US$442 atau jika tekanan jual muncul kembali dapat menarik harga ZEC turun ke area support US$403. Jika menembus level tersebut, sentimen bullish akan melemah dan membuka potensi koreksi lebih dalam ke kisaran US$370.
Seorang trader aset kripto kehilangan US$50 juta dalam USDT milik Tether setelah menjadi korban serangan “address poisoning” yang sangat canggih.
Pada 20 Desember, perusahaan keamanan blockchain Scam Sniffer melaporkan bahwa serangan ini bermula setelah korban mengirim transaksi uji coba kecil senilai US$50 ke alamat wallet miliknya sendiri.
Bagaimana skema address poisoning terjadi
Trader memang biasa menggunakan langkah pencegahan standar seperti ini untuk memastikan mereka mengirim dana ke alamat yang benar.
— Scam Sniffer | Web3 Anti-Scam (@realScamSniffer) December 20, 2025
Alamat palsu ini dirancang agar cocok dengan alamat tujuan di awal dan akhir deretan karakter alfanumerik. Perbedaan terletak hanya di bagian tengah, sehingga sangat sulit dideteksi sekilas.
Penyerang lalu mengirim sejumlah aset kripto yang sangat kecil dari alamat spoofing tersebut ke wallet korban.
Transaksi tersebut secara efektif menempatkan alamat palsu tadi ke dalam riwayat transaksi terbaru korban, di mana banyak tampilan wallet hanya memperlihatkan bagian alamat yang telah dipersingkat.
Mengandalkan tampilan singkat itu, korban menyalin alamat tersebut dari riwayat transaksi tanpa mengecek seluruh deretan karakter. Alhasil, alih-alih mengirim dana ke wallet pribadi yang aman, trader tersebut justru mengirim langsung 49.999.950 USDT ke penyerang.
Penyerang Mencoba Menyamarkan Jejak Transaksi | Sumber: Slowmist
Penyerang kemudian mengonversi dana tersebut menjadi sekitar 16.680 ETH.
Untuk semakin menyamarkan jejak transaksi, pelaku kemudian mendepositkan ETH ke Tornado Cash. Layanan mixing terdesentralisasi ini memang dirancang agar hubungan alamat pengirim dan penerima menjadi sulit dilacak.
Korban tawarkan bounty US$1.000.000
Dalam upaya memulihkan aset, korban mengirim pesan on-chain yang menawarkan bounty white-hat senilai US$1 juta jika penyerang mengembalikan 98% dana yang dicuri.
“We have officially filed a criminal case. With the assistance of law enforcement, cybersecurity agencies, and multiple blockchain protocols, we have already gathered substantial and actionable intelligence regarding your activities,” ujar pesan tersebut .
Pesan itu juga memperingatkan bahwa korban akan melakukan tindakan hukum “tanpa henti” jika penyerang tidak menggubris dalam waktu 48 jam.
“If you fail to comply: We will escalate the matter through legal and international law enforcement channels. Your identity will be uncovered and shared with the appropriate authorities. We will relentlessly pursue criminal and civil action until full justice is served. This is not a request. You are being given one final chance to avoid irreversible consequences,” terang korban.
Insiden ini menegaskan adanya kerentanan yang terus berulang pada sistem wallet digital yang menampilkan informasi transaksi — dan bagaimana penyerang mengeksploitasi perilaku pengguna, bukan celah di kode blockchain.
Analis keamanan telah berulang kali memperingatkan bahwa praktik penyedia wallet yang memangkas panjang alamat demi kepraktisan dan desain antarmuka justru menciptakan risiko besar yang berkelanjutan.
Jika masalah ini tidak segera diatasi, para penyerang hampir pasti akan terus memanfaatkan kebiasaan pengguna yang hanya mengecek beberapa karakter awal dan akhir dari sebuah alamat.
Senator Cynthia Lummis, politisi Senat AS yang paling dikenal mendukung aset kripto, mengumumkan pada 19 Desember bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi pada 2026.
Keputusan ini menjadi tenggat yang pasti untuk agenda legislasinya, sehingga menciptakan dua tahun terakhir untuk memperjuangkan regulasi aset digital sebelum ia meninggalkan jabatannya pada Januari 2027.
Rencana Pensiun Lummis Menambah Tekanan untuk Mengatur Hukum Aset Kripto
Lummis menyebut bahwa ritme kerja yang “melelahkan” dalam beberapa sidang terakhir menjadi alasan utama keputusannya. “Saya adalah legislator yang taat, namun saya merasa seperti pelari jarak pendek di dalam maraton,” tulisnya, sambil mengakui bahwa ia tidak memiliki stamina lagi untuk masa jabatan enam tahun berikutnya.
Thank you, Wyoming! Serving our state has been the honor of my life. – Cynthia Lummis pic.twitter.com/FoRTlHaHxI
Walaupun pemerintahan Trump telah membalikkan sejumlah kebijakan anti-kripto serta mendorong tujuan pro-kripto lewat aksi eksekutif, Senator Lummis menyambut langkah-langkah tersebut.
Namun ia juga selalu menegaskan, kemajuan yang bertahan lama harus lewat aturan yang dilembagakan oleh legislatif, bukan sekadar kebijakan dari keputusan eksekutif semata.
Karena itu, masa jabatannya terakhir ini akan fokus menjembatani celah antara perintah eksekutif yang bersifat sementara dengan hukum kongres yang bersifat tetap demi melindungi industri dari potensi pembalikan politik di masa depan.
“I look forward to throwing all my energy into bringing important legislation to [Trump’s] desk in 2026 and into retaining commonsense Republican control of the US Senate,” ujar Lummis.
Sementara itu, pengumuman ini langsung mendapat pujian dari para tokoh besar industri. Sebagian berpendapat kepergian Lummis akan meninggalkan kekosongan kepemimpinan kripto di Washington.
Collin McCune, Kepala Urusan Pemerintahan di a16z, menyoroti pengaruh Lummis secara nasional dan perannya mendorong legislasi kripto.
“Senator Lummis memperjuangkan Wyoming setiap hari selama bertahun-tahun. Selain itu, kepemimpinannya membuka ruang bagi inovator dan builder di seluruh negeri. Dunia kripto tidak mungkin seperti saat ini tanpa perjuangannya di Kongres,” tambahnya.
Arjun Sethi, co-CEO crypto exchange Kraken, memberikan ulasan mendalam terkait warisan Lummis, dan menyebut dirinya berjasa menjadikan Wyoming sebagai yurisdiksi pertama yang menerapkan pendekatan “berbasis pengetahuan teknis” pada aset digital.
Sethi memuji Lummis karena mengedepankan kerangka kerja yang sejalan dengan “realitas teknis” daripada asumsi lama. Ia mengatakan bahwa pendekatan ini membantu menciptakan kepastian operasional di berbagai pasar, baik pada Bitcoin sampai “aset memetik” yang baru muncul.
“Senator Lummis advocacy for Bitcoin and digital assets has been grounded, patient, and long term. Not performative. Not reactive. Focused on competitiveness, resilience, and ensuring the United States remains a place where open systems can be built and operated responsibly,” papar Sethi .
Dolar AS (US$) memasuki tahun baru di titik persimpangan. Setelah beberapa tahun mengalami kekuatan stabil berkat pertumbuhan ekonomi AS yang lebih unggul, kebijakan pengetatan agresif dari The Fed, serta seringnya muncul sentimen risiko global, kondisi yang selama ini mendorong apresiasi US$ secara menyeluruh mulai terkikis, namun belum runtuh.
Menurut FXStreet, tahun mendatang lebih tepat disebut sebagai fase transisi daripada perubahan rezim secara menyeluruh.
Tahun Transisi untuk US$
Skenario utama tahun 2026 adalah pelemahan moderat Greenback, dipimpin oleh mata uang yang high-beta dan undervalued, seiring selisih suku bunga semakin menyempit dan pertumbuhan global menjadi tidak terlalu timpang.
The Fed diprediksi akan lebih hati-hati dalam melonggarkan kebijakan, tapi syarat untuk pemangkasan suku bunga secara agresif masih sangat tinggi. Inflasi sektor jasa yang masih tinggi, pasar tenaga kerja yang tangguh, serta kebijakan fiskal yang ekspansif menjadi alasan mengapa normalisasi kebijakan moneter AS tidak terjadi dengan cepat.
Indeks US Dollar dalam Satu Dekade Terakhir | Sumber: Macro Trends
Di pasar FX, kondisi ini berarti peluang selektif, bukan bear market US Dollar secara keseluruhan.
Risiko dalam waktu dekat termasuk potensi ketegangan fiskal AS yang terulang kembali. Risiko shutdown lebih mungkin memicu volatilitas sesaat dan permintaan defensif terhadap US$ daripada mengubah tren US$ dalam jangka panjang.
Melihat lebih jauh, mendekati berakhirnya masa jabatan Ketua The Fed Jerome Powell pada Mei menjadi sumber ketidakpastian tambahan, karena pasar mulai mempertimbangkan apakah pergantian kepemimpinan di The Fed ke depan bisa membuat kebijakan beralih ke arah yang lebih dovish.
Secara umum, tahun mendatang bukan soal mengakhiri dominasi US Dollar, melainkan tentang menavigasi dunia di mana US$ tidak lagi terlalu tak tergantikan, namun tetap sangat dibutuhkan.
Dolar AS di 2025: Dari Exceptionalism ke Exhaustion?
Tahun lalu bukan ditandai satu guncangan besar, melainkan serangkaian peristiwa yang terus menguji—dan pada akhirnya menegaskan kembali—daya tahan US Dollar.
Tahun tersebut diawali oleh konsensus kuat bahwa pertumbuhan AS akan melambat dan The Fed segera beralih ke kebijakan yang lebih longgar.
Inflasi menjadi isu berulang kedua. Tekanan utama memang mereda, namun laju penurunannya tidak merata, terutama di sektor jasa.
Setiap kejutan kenaikan inflasi kembali memunculkan perdebatan tentang seberapa ketat kebijakan yang diperlukan, dan setiap kali hasilnya serupa: US Dollar menguat, serta pasar kembali diingatkan bahwa proses disinflasi belum selesai.
Geopolitik juga menjadi latar belakang yang konsisten. Ketegangan di Timur Tengah, perang di Ukraina, dan hubungan AS-Cina yang rapuh—terutama soal perdagangan—sering mengacaukan pasar.
Di luar AS, tidak banyak yang mampu menantang kondisi ini: Eropa kesulitan membangun momentum, pemulihan Cina kurang meyakinkan, dan pertumbuhan yang relatif lambat di negara lain membatasi peluang pelemahan US Dollar yang bertahan lama.
Ada juga faktor Trump: Politik selama ini bukan pendorong utama arah US Dollar, melainkan pemicu volatilitas berulang.
Seperti tampak pada timeline di bawah, periode ketidakpastian kebijakan atau geopolitik biasanya menjadi saat-saat US Dollar mendapatkan manfaat dari statusnya sebagai aset safe haven.
Linimasa Trump
Menuju tahun 2026, pola ini sepertinya tidak akan berubah. Kepemimpinan Trump lebih berpotensi memengaruhi pasar FX melalui ledakan ketidakpastian seputar perdagangan, kebijakan fiskal, atau institusi, bukan melalui jalur kebijakan yang bisa diprediksi.
Kebijakan Federal Reserve: Pelonggaran Hati-hati, Bukan Perubahan Arah
Kebijakan The Fed masih menjadi jangkar paling penting bagi prospek US Dollar. Pasar makin yakin bahwa puncak suku bunga sudah lewat.
Meski begitu, ekspektasi tentang kecepatan dan kedalaman pelonggaran kebijakan masih berubah-berubah dan agak terlalu optimistis.
Inflasi memang melandai dengan jelas, tapi bagian akhir dari proses disinflasi ini berjalan lambat. Baik pertumbuhan CPI utama maupun inti masih di atas target 2,0% milik bank sentral.
Inflasi jasa tetap tinggi, pertumbuhan upah menurun sangat perlahan, dan kondisi keuangan sudah melonggar secara signifikan. Pasar tenaga kerja, walau tidak lagi panas, tetap kuat dibanding standar historis.
Performa Inflasi AS Sejak 2022
Dengan latar seperti ini, The Fed kemungkinan hanya memangkas suku bunga secara bertahap dan bersyarat, bukan mulai siklus pelonggaran yang agresif.
Dari sudut pandang FX, ini penting sebab selisih suku bunga tidak akan menyempit secepat yang diharapkan pasar saat ini.
Implikasinya, pelemahan US Dollar akibat pelonggaran dari The Fed kemungkinan akan terjadi secara teratur dan bukan secara ekstrem.
Dinamika Fiskal dan Siklus Politik
Kebijakan fiskal AS tetap menjadi hambatan yang sudah akrab untuk prospek Dollar. Defisit besar, penerbitan utang yang terus naik, dan lingkungan politik yang sangat terpolarisasi bukan lagi fenomena sementara dalam siklus; tapi sudah menjadi bagian dari lanskap ekonomi di Amerika Serikat.
Ada ketegangan yang jelas dalam situasi ini.
Di satu sisi, kebijakan fiskal yang ekspansif terus mendukung pertumbuhan, memperlambat terjadinya perlambatan ekonomi besar, dan secara tidak langsung menopang Dollar karena memperkuat performa ekonomi AS dibanding negara lain.
Namun di sisi lain, penerbitan Treasury yang meningkat terus-menerus memunculkan pertanyaan jelas tentang keberlanjutan utang dan berapa lama investor global akan tetap mau menyerap pasokan utang yang semakin bertambah.
Pasar sejauh ini sangat santai terhadap apa yang disebut “defisit kembar”. Permintaan atas aset Amerika Serikat tetap kuat, didorong oleh likuiditas, yield yang tinggi, dan ketiadaan alternatif yang kredibel dalam skala besar.
Politik menambah satu lapisan ketidakpastian lagi.
Tahun pemilu – dengan pemilu sela pada November 2026 – biasanya meningkatkan premi risiko dan memicu volatilitas jangka pendek di pasar forex.
Penutupan pemerintahan baru-baru ini menjadi contoh utama: meski operasi pemerintah AS kembali berjalan setelah 43 hari, masalah utama masih belum selesai.
Para legislator telah mendorong tenggat waktu pendanaan berikutnya ke 30 Januari, sehingga risiko kebuntuan masih tetap tinggi di radar para pelaku pasar.
Valuasi dan Posisi: Ramai, tapi Tidak Rusak
Dari sudut pandang valuasi, Dollar AS sudah tidak murah lagi, tapi juga tidak terlalu mahal. Namun, valuasi saja jarang menjadi pemicu andal bagi perubahan besar siklus Dollar.
Data posisi pasar memberikan gambaran yang lebih menarik: Posisi spekulatif sudah berbalik tajam, dengan net short USD saat ini berada di level tertinggi beberapa tahun. Artinya, sebagian pelaku pasar sudah mengambil posisi untuk pelemahan Dollar yang lebih lanjut.
Ini bukan berarti skenario bearish tidak mungkin terjadi, tapi situasi ini mengubah profil risikonya. Karena posisi semakin didominasi satu sisi, peluang penurunan Dollar yang berkelanjutan menjadi lebih sulit, sedangkan risiko reli akibat penutupan posisi short menjadi lebih besar.
Hal ini menjadi sangat penting, apalagi di tengah situasi yang masih rawan kejutan kebijakan maupun stres geopolitik.
Jika semua faktor ini digabungkan, valuasi yang relatif tinggi dan posisi short yang berat tidak mengindikasikan pasar bearish Dollar yang mulus. Sebaliknya, pergerakan Dollar nampaknya akan lebih tidak menentu, dengan periode pelemahan yang kerap terganggu oleh koreksi tajam dan terkadang kurang nyaman ke arah sebaliknya.
Indeks Dollar AS Terhadap Posisi Bersih pada Open Interest
Geopolitik dan Dinamika Safe-Haven
Geopolitik masih menjadi salah satu sumber dukungan Dollar AS yang cenderung sepi namun andal.
Alih-alih satu guncangan geopolitik yang dominan, pasar kini menghadapi penumpukan risiko-risiko tambahan secara bertahap.
Ketegangan di Timur Tengah masih belum terselesaikan, perang di Ukraina terus membebani Eropa, dan hubungan AS dengan Cina pun masih rapuh. Ditambah lagi gangguan pada jalur perdagangan global serta peningkatan persaingan strategis, tingkat ketidakpastian di latar belakang tetap tinggi.
Semua situasi ini tidak berarti Dollar harus selalu naik permintaannya. Tapi jika seluruh risiko ini digabungkan, pola yang sama dapat terlihat: saat ketidakpastian naik dan permintaan likuiditas tiba-tiba meningkat, USD tetap mendapat manfaat secara tidak proporsional dari arus dana safe-haven.
Outlook untuk pasangan mata uang utama
● EUR/USD: Euro (EUR) seharusnya mendapat dukungan ketika kondisi siklus membaik dan ketakutan terkait energi mulai mereda. Tapi, tantangan struktural yang lebih dalam di Eropa belum banyak berubah. Pertumbuhan tren yang lemah, keterbatasan fleksibilitas fiskal, dan European Central Bank (ECB) yang sepertinya akan lebih dahulu melonggarkan kebijakan dibanding The Fed, semuanya membatasi potensi penguatan Euro.
● USD/JPY: Peralihan kebijakan moneter Jepang secara bertahap dari kebijakan ultra-longgar bisa membantu Yen Jepang (JPY) secara perlahan. Namun, selisih yield dengan Amerika Serikat masih lebar, dan risiko intervensi resmi juga tetap tinggi. Bersiaplah untuk volatilitas tinggi, risiko dua arah, dan pergerakan taktis tajam, bukan tren yang mulus dan berkelanjutan.
● GBP/USD: Pound Sterling (GBP) masih menghadapi kondisi sulit. Pertumbuhan trennya lemah, ruang fiskal yang terbatas, dan politik tetap menjadi sumber ketidakpastian. Valuasi sedikit membantu, namun Inggris masih kekurangan dorongan siklus yang jelas.
● USD/CNY: Pendekatan kebijakan Cina tetap fokus pada stabilitas, bukan reflasi. Tekanan depresiasi terhadap Renminbi (CNY) memang masih ada, tapi otoritas setempat tidak mungkin membiarkan pergerakan yang tajam atau tidak terkendali. Strategi ini membatasi risiko penguatan USD yang lebih luas merembet ke Asia, tapi juga menahan potensi penguatan mata uang pasar berkembang yang sangat terkait dengan siklus Cina.
● Commodity FX: Mata uang seperti Dollar Australia (AUD), Dollar Kanada (CAD), dan Krone Norwegia (NOK) berpotensi diuntungkan saat sentimen risiko membaik dan harga komoditas stabil. Tapi, keuntungan yang didapat kemungkinan tidak rata dan sangat sensitif terhadap data ekonomi dari Cina.
Skenario dan Risiko untuk 2026
Dalam skenario dasar (probabilitas 60%), Dollar secara perlahan kehilangan sebagian kekuatannya seiring selisih suku bunga makin menyempit dan pertumbuhan global tidak lagi terlalu timpang. Ini adalah skenario penyesuaian gradual, bukan pembalikan tajam.
Skenario lebih bullish untuk USD (sekitar 25%) bisa terjadi jika faktor-faktor lama kembali terulang: inflasi ternyata lebih melekat, pemangkasan suku bunga The Fed ditunda lebih jauh (atau malah tidak terjadi sama sekali), atau ada kejutan geopolitik yang kembali meningkatkan permintaan atas keamanan dan likuiditas.
Skenario bearish Dollar peluangnya lebih rendah, sekitar 15%. Skenario ini butuh pemulihan pertumbuhan global yang bersih serta siklus pelonggaran The Fed yang lebih tegas untuk mengikis keunggulan yield Dollar secara signifikan.
Satu sumber ketidakpastian lainnya berada di seputar The Fed sendiri. Dengan masa jabatan Chief Powell berakhir pada Mei, pelaku pasar sepertinya mulai fokus pada siapa pengganti berikutnya jauh sebelum pergantian tersebut benar-benar berlangsung.
Persepsi bahwa pengganti selanjutnya mungkin lebih dovish bisa perlahan menekan US Dollar karena membuat kepercayaan terhadap dukungan imbal hasil riil AS semakin berkurang. Seperti banyak hal terkait proyeksi saat ini, dampaknya sepertinya akan tidak merata dan juga sangat bergantung pada waktu, bukan berupa perubahan arah yang jelas.
Jika melihat secara keseluruhan, risikonya masih cenderung memicu episode-episode penguatan US Dollar, meski arah pergerakan jangka panjangnya perlahan menurun seiring waktu.
Analisis Teknikal US Dollar
Dari sisi teknikal, koreksi US Dollar baru-baru ini masih terlihat lebih sebagai jeda di dalam rentang harga yang lebih luas dibanding sebagai awal pembalikan tren yang tegas, setidaknya jika dilihat dengan kaca mata US Dollar Index.
Jika kita mundur ke grafik mingguan dan bulanan, gambaran situasinya jadi semakin jelas: DXY masih berada jauh di atas level sebelum pandemi, dengan pembeli terus muncul setiap kali ada tekanan dalam sistem.
Untuk sisi bawahnya, area penting pertama yang perlu dipantau ada di sekitar 96,30, yang mencatatkan posisi terendah sekitar tiga tahun terakhir. Jika harga benar-benar menembus ke bawah zona tersebut, maka moving average 200 bulan jangka panjang di atas 92,00 akan kembali jadi perhatian.
Di bawah itu, area di bawah 90,00—yang terakhir kali diuji di sekitar level terendah 2021—akan menjadi batas besar selanjutnya.
Untuk sisi atasnya, moving average 100 minggu di dekat 103,40 justru menjadi penghalang serius pertama. Jika berhasil menembus level tersebut,
maka pintu menuju area 110,00, terakhir dicapai pada awal Januari 2025, akan terbuka. Jika area ini bisa ditembus, puncak pasca-pandemi di sekitar 114,80—yang muncul pada akhir 2022—bisa mulai terlihat di depan mata.
Jika digabungkan, gambaran teknikal ini sangat cocok dengan cerita makro yang lebih luas. Masih ada peluang penurunan lebih lanjut, tapi sepertinya tidak akan berjalan mulus atau tanpa perlawanan.
Memang, secara teknikal, DXY sepertinya tetap akan berada dalam rentang tertentu, harus memperhatikan perubahan sentimen, dan rentan mengalami pergerakan balik yang tajam daripada penurunan satu arah yang jelas.
Grafik mingguan US Dollar Index (DXY)
Kesimpulan: Akhir dari Puncak, Bukan Akhir dari Privilege
Tahun mendatang sepertinya tidak akan menjadi akhir dari peran sentral US Dollar di sistem keuangan global.
Alih-alih, ini hanya menandai akhir dari periode yang sangat menguntungkan di mana pertumbuhan, kebijakan, dan geopolitik berjalan berpihak pada dolar AS.
Ketika faktor-faktor ini mulai perlahan seimbang kembali, Greenback kemungkinan akan kehilangan kekuatan, namun tidak akan kehilangan relevansi. Untuk investor dan pembuat kebijakan, tantangannya adalah membedakan antara koreksi siklus biasa dengan titik balik struktural.
Koreksi siklus jauh lebih mungkin terjadi dibanding perubahan yang sifatnya struktural.
SEC telah merampungkan penyelesaian perdata terhadap tiga mantan eksekutif senior di FTX dan Alameda Research.
Keputusan ini secara resmi menutup salah satu babak besar dalam kasus regulator terkait runtuhnya exchange aset kripto tersebut.
Rekan Sam Bankman-Fried Dapat Sanksi Larangan Selama 10 Tahun
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 18 Desember, SEC menyampaikan bahwa mereka telah mengajukan usulan keputusan persetujuan akhir terhadap Caroline Ellison, mantan CEO Alameda Research, Gary Wang, mantan chief technology officer FTX, dan Nishad Singh, mantan co-lead engineer di FTX.
Keputusan ini masih menunggu persetujuan dari pengadilan.
ICYMI – Caroline Ellison was "quietly moved" from federal prison to "community confinement," after serving 11 months of her two year sentence, with online prison records listing an early release for Feb 2026 — BI pic.twitter.com/5HCAK5mQD2
SEC menegaskan bahwa FTX telah mengumpulkan lebih dari US$1,8 miliar dari investor dengan menggambarkan diri mereka sebagai platform trading yang aman serta memiliki perlindungan kuat untuk aset milik pelanggan.
Investor juga diberi tahu bahwa Alameda Research beroperasi seperti pelanggan biasa di exchange. Tapi, klaim tersebut ternyata tidak benar.
Hal tersebut memungkinkan Caroline Ellison untuk meminjam dan kehilangan dana bernilai miliaran tanpa mengalami likuidasi.
Regulator menuduh bahwa Wang dan Singh membangun kode software yang memungkinkan dana pelanggan dialihkan dari FTX ke Alameda.
Ellison, yang mengepalai Alameda, kemudian menggunakan dana tersebut untuk trading, investasi ventura, dan memberikan pinjaman kepada para eksekutif, termasuk Sam Bankman-Fried, Wang, dan Singh.
Ryan Salame tweets his court filing that his plea was based upon no federal charges against Michelle Bond
All FTX insiders – Caroline Ellison, Gary Wang, Nishad Singh, Daniel Friedberg, Sam Trabucco etc
— Sunil (FTX Creditor Champion) (@sunil_trades) August 26, 2025
Tanpa mengakui ataupun menyangkal tuduhan, ketiga eksekutif tersebut telah setuju untuk menerima perintah permanen yang melarang mereka melanggar ketentuan utama anti-penipuan pada undang-undang sekuritas AS. Mereka juga menerima pembatasan tambahan pada peran profesional mereka di masa depan.
Ellison setuju menerima larangan selama 10 tahun untuk menjabat sebagai pejabat atau direktur di perusahaan publik.
Wang dan Singh masing-masing sepakat mendapatkan larangan 8 tahun sebagai pejabat dan direktur.
Ketiga orang tersebut juga dikenakan perintah pembatasan perilaku berbasis selama 5 tahun, sehingga SEC dapat bertindak dengan cepat apabila mereka kembali terlibat secara ilegal dalam aktivitas terkait sekuritas.
Gary Wang, mantan CTO sekaligus co-founder FTX, menerima hukuman pidana berupa waktu yang sudah dijalani setelah berkontribusi banyak dalam membantu jaksa federal. Saat ini, ia masih berada dalam masa pembebasan dengan pengawasan.
Nishad Singh, mantan co-lead engineer FTX, juga menerima hukuman pidana berupa waktu yang telah dijalani dan saat ini tetap berada dalam pengawasan.