Normal view

Bunga Utang AS Capai US$1T: Pemicu Tersembunyi Adopsi Stablecoin

24 December 2025 at 09:45

Pembayaran bunga utang nasional pemerintah federal AS melampaui US$1 triliun untuk pertama kalinya pada tahun fiskal 2025. Pengeluaran bunga kini melebihi belanja pertahanan dan Medicare—hal ini baru terjadi pertama kali dalam sejarah Amerika.

Analis Wall Street dan pengguna media sosial sama-sama menyebut “Weimar” sebagai peringatan saat kekhawatiran krisis fiskal meningkat. Sementara itu, Departemen Keuangan AS sedang memposisikan stablecoin sebagai alat strategis untuk menyerap membanjirnya utang pemerintah yang terus bertambah.

Angka-angka: Krisis yang Nampak Jelas

Pada tahun fiskal 2020, pembayaran bunga bersih berjumlah US$345 miliar. Pada 2025, angka itu hampir tiga kali lipat menjadi US$970 miliar—unggul sekitar US$100 miliar dari belanja pertahanan. Jika menghitung semua bunga atas utang publik, angkanya melampaui US$1 triliun untuk pertama kalinya.

Sumber: US Congressional Budget Office via KobeissiLetter

Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office) memproyeksikan total pembayaran bunga gabungan selama dekade berikutnya akan mencapai US$13,8 triliun—hampir dua kali lipat jumlah yang disesuaikan inflasi dalam dua dekade terakhir.

The Committee for a Responsible Federal Budget mengingatkan bahwa jika terjadi skenario alternatif di mana tarif dinyatakan ilegal dan ketentuan sementara dari undang-undang terbaru menjadi permanen, biaya bunga bisa mencapai US$2,2 triliun pada 2035—naik 127% dari level saat ini.

Mengapa Ini Belum Pernah Terjadi

Rasio utang terhadap PDB sudah mencapai 100%, sebuah ambang yang tidak pernah tercapai sejak Perang Dunia II. Pada 2029, rasio ini akan melampaui puncak tahun 1946 sebesar 106% dan terus naik hingga 118% pada 2035.

Yang paling mengkhawatirkan adalah sifat krisis yang semakin memperparah dirinya sendiri. Pemerintah federal meminjam sekitar US$2 triliun setiap tahun, di mana sekitar setengahnya hanya untuk membayar bunga utang yang sudah ada. Analis CRFB Chris Towner memperingatkan soal potensi “spiral utang”: “If the people who loan us money get worried we’re not going to pay it all back, we could see higher interest rates—which means we have to borrow more to pay interest,” komentar Chris Towner, analis CRFB.

Pertama Kali Dalam SejarahTahunSignifikansi
Bunga melebihi belanja pertahanan2024Pertama sejak Perang Dunia II
Bunga melebihi Medicare2024Pembayaran utang kini jadi pengeluaran kesehatan terbesar
Utang mencapai 100% dari PDB2025Pertama kali sejak setelah Perang Dunia II
Utang melewati rekor puncak 1946 (106%)2029Akan melampaui rekor sepanjang sejarah
Sumber: BeInCrypto

Reaksi pasar: “Weimar” dan “Buy Gold”

Media sosial langsung ramai melihat proyeksi ini. “The trajectory is unsustainable if unchanged,” tulis salah satu pengguna. Pengguna lain membagikan kata “weimar”—merujuk pada hiperinflasi Jerman tahun 1920-an. “The debt service era,” ujar pengguna lain, merangkum perasaan bahwa Amerika sudah memasuki babak baru.

Kebanyakan warganet justru menyarankan berpindah ke aset kuat—emas, perak, dan properti. Yang menarik, hampir tidak ada yang membahas Bitcoin, yang menunjukkan mentalitas “gold bug” tradisional masih menguasai sentimen pasar ritel.

Dampak pada Pasar

Dalam waktu dekat, penerbitan surat utang Treasury yang melonjak menyerap likuiditas pasar. Dengan yield bebas risiko mendekati 5%, saham dan aset kripto menghadapi tantangan besar secara struktural. Dalam jangka menengah, tekanan fiskal bisa mempercepat pengetatan regulasi dan pajak kripto.

Tetapi dalam jangka panjang, situasi ini menimbulkan paradoks bagi investor kripto. Seiring ketidakstabilan fiskal makin dalam, narasi Bitcoin sebagai “emas digital” semakin kuat. Semakin buruk kinerja keuangan tradisional, semakin kuat alasan untuk melirik aset di luar sistem konvensional.

Stablecoin: Krisis dan Solusi

Washington menemukan sekutu tak terduga dalam masalah fiskalnya. GENIUS Act, yang diteken pada Juli 2025, mewajibkan penerbit stablecoin untuk memiliki cadangan 100% dalam US dollar atau surat utang Treasury jangka pendek. Kebijakan ini secara efektif mengubah perusahaan stablecoin menjadi pembeli struktural utang pemerintah.

Menteri Keuangan Scott Bessent menyebut stablecoin sebagai “a revolution in digital finance” yang akan “lead to a surge in demand for US Treasuries,” terang Scott Bessent.

Standard Chartered memperkirakan penerbit stablecoin bakal membeli US$1,6 triliun surat utang negara dalam empat tahun—cukup untuk menyerap semua penerbitan baru selama periode jabatan kedua Trump. Jumlah ini melampaui kepemilikan Treasury Cina yang saat ini sebesar US$784 miliar, sehingga stablecoin berpotensi menjadi pembeli utama pengganti saat bank sentral asing mengurangi paparan terhadap utang AS.

Era Pembayaran Utang Dimulai

Krisis fiskal Amerika justru membuka peluang bagi aset kripto. Saat investor konvensional berebut ke emas, stablecoin diam-diam mulai menjadi infrastruktur penting di pasar utang AS. Sikap Washington yang merangkul regulasi stablecoin tidak semata soal inovasi—namun tentang bertahan hidup. Era pembayaran utang telah dimulai, dan kripto bisa jadi malah menjadi penerima manfaat yang tak terduga.

Investor Korea Sudah Realisasikan Keuntungan Tahun Ini, Kata BOK: Implikasi Global

24 December 2025 at 07:46

Laporan Stabilitas Keuangan terbaru dari Bank of Korea menunjukkan adanya perubahan besar perilaku di antara investor aset kripto Korea—dari akumulasi agresif menjadi strategi ambil untung, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya pada dinamika pasar global.

Ini berarti, walaupun Bitcoin sempat melewati harga US$100.000 tahun ini, investor Korea lebih memilih mencairkan keuntungan dibanding menambah pembelian.

Aktivitas trading besar di Korea mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan

Korea Selatan sudah lama menjadi pemain besar di pasar aset kripto dunia. Meskipun populasinya hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk dunia, pasangan trading won Korea (KRW) secara konsisten masuk dalam dua teratas mata uang fiat berdasarkan volume secara global, bahkan sering kali menyaingi atau melampaui US dollar pada masa-masa puncak.

namun, laporan BOK mengungkapkan perubahan nyata dalam perilaku investor. Walaupun tingkat perputaran pasar kripto Korea masih tinggi di angka 156,8%—jauh di atas rata-rata global sebesar 111,6%—namun sifat aktivitas itu sudah berubah. Alih-alih memburu reli harga, investor ritel Korea kini justru mengambil untung selama bull market 2025.

“Pasar aset kripto domestik menunjukkan tingkat perputaran tinggi karena mayoritas peserta adalah investor individu yang cenderung merealisasikan keuntungan lewat trading jangka pendek,” terang bank sentral.

Risiko Konsentrasi dan Kekhawatiran Struktur Pasar

Laporan itu juga menyoroti tingkat konsentrasi pasar yang sangat tinggi: 10% investor teratas menyumbang 91,2% dari total volume perdagangan antara tahun 2024 hingga Juni 2025, menurut data dari Otoritas Pengawas Keuangan. Konsentrasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi manipulasi harga oleh segelintir pemain saja.

Lingkungan regulasi unik di Korea—yang secara efektif melarang partisipasi korporasi dan melarang investor asing trading di exchange domestik—menghasilkan pasar yang nyaris dikuasai sepenuhnya oleh trader ritel. Tidak adanya market maker profesional juga menyebabkan keterbatasan likuiditas, terbukti saat harga Tether melonjak 5x di Bithumb saat pasar turun di bulan Oktober.

Dampak Riak Secara Global

Ketika trader Korea menarik diri, pasar global ikut terasa dampaknya. Data historis menunjukkan bahwa selama bull run 2017 dan 2021, exchange Korea seperti Upbit dan Bithumb sering menempati peringkat teratas volume global. Yang sering disebut “Kimchi Premium“—saat harga aset kripto di Korea lebih tinggi dibanding patokan internasional—selalu menjadi indikator kuat euforia trader ritel.

Perubahan perilaku menuju strategi ambil untung saat ini mungkin berkontribusi pada laju reli 2025 yang lebih moderat dibanding siklus sebelumnya. Karena investor ritel Korea tidak lagi menjadi penopang besar bid secara agresif, buku order global kehilangan salah satu sumber tekanan beli penting di fase akumulasi utama.

Perubahan ini juga tidak terjadi sendirian. Laporan BOK sebelumnya menyebutkan melambatnya pasar aset kripto domestik karena pasar saham lokal sedang booming. KOSPI melonjak lebih dari 70% sepanjang tahun dan menjadi indeks utama dengan kinerja terbaik di dunia, dipicu oleh saham terkait AI seperti Samsung Electronics dan SK Hynix.

Volume trading harian di platform aset kripto utama Korea turun lebih dari 80% dari puncaknya pada 2024, karena investor lokal mengalihkan modal ke saham dan ETF leverage AS. “Ke mana semua investor ritel Korea di dunia kripto? Jawabannya: Ke pasar saham di sebelah,” ujar analis AB Kuai Dong.

Jalur Berbeda: Korea vs. Adopsi Institusi Secara Global

Perbedaannya sangat nyata jika dibandingkan dengan tren pasar global. Saat Korea masih didominasi ritel, pasar internasional justru semakin cepat institusionalisasi sejak SEC menyetujui exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot pada Januari 2024. Produk ini telah menarik arus masuk bersih lebih dari US$54 miliar, dengan IBIT milik BlackRock sendiri mengelola aset lebih dari US$50 miliar.

Laporan BOK mengakui adanya perbedaan tersebut, dengan menyebut bahwa pasar aset kripto global kini kian berkorelasi dengan saham tradisional—terutama di masa tekanan ekonomi makro atau perubahan kebijakan moneter. Korelasi Bitcoin dan S&P 500 naik secara signifikan sejak 2020, seiring meningkatnya partisipasi institusi, adopsi oleh treasury korporasi, dan menjamurnya ETF.

Sebaliknya, pasar Korea relatif masih terisolasi dari dinamika global tersebut. Bank sentral menjelaskan situasi ini karena konsentrasi investor ritel yang tinggi, keterbatasan likuiditas, serta kontrol modal yang membatasi peluang arbitrase.

Apa Selanjutnya: Institusionalisasi di Depan Mata

Laporan itu menyimpulkan bahwa keunikan pasar Korea ini mungkin akan berkurang seiring adanya reformasi regulasi. Pemerintah mulai memperbolehkan yayasan nirlaba menjual aset kripto sejak Juni dan kini sudah mengizinkan investor profesional trading dalam skema percontohan. Diskusi juga masih berlangsung terkait kemungkinan persetujuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot.

BOK memproyeksikan, bila institusi keuangan dan investor asing diizinkan berpartisipasi, maka mekanisme market making yang benar bisa terbentuk dan kendala likuiditas akan berkurang. Peningkatan keterlibatan institusi juga akan membuat volatilitas volume perdagangan mengecil dan tingkat perputaran turun secara bertahap.

Meski begitu, bank sentral turut mengingatkan sejumlah risiko. “Saat korporasi dan investor asing yang punya keunggulan informasi serta modal besar masuk ke pasar, harga aset kripto domestik bisa jadi lebih sensitif pada perubahan permintaan-penawaran,” papar laporan itu, sambil menegaskan perlunya pemantauan ketat selama masa transisi.

Kesimpulan

Pasar aset kripto Korea kini berada di titik penting. Pergeseran dari pembelian agresif menuju strategi ambil untung menandakan kematangan investor, tapi juga menghilangkan salah satu sumber momentum pasar global. Seiring berkembangnya kerangka kelembagaan dan regulasi makin terbuka, dampak Korea pada dinamika aset kripto dunia mungkin akan beralih dari volume ritel semata menjadi arus modal yang lebih canggih.

Untuk saat ini, era di mana trader ritel Korea mampu mendorong reli global sendirian sepertinya mulai memudar—sebuah perubahan yang dapat membentuk ulang pola sentimen pasar pada siklus yang akan datang.

❌