Normal view

Received yesterday — 20 December 2025

Jepang Perketat, Amerika Longgarkan: Bank Sentral Mana yang Sebenarnya Pengaruhi Pasar Saat Ini? | Berita Kripto AS

19 December 2025 at 23:54

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—ringkasan penting untuk perkembangan paling utama di dunia aset kripto hari ini.

Siapkan kopi karena Morning Briefing kali ini tidak hanya soal suku bunga. Kita juga akan membahas soal leverage, funding, dan pihak mana di Pasifik yang sebenarnya paling menentukan irama risiko aset ketika kebijakan berlawanan arah. Satu bank sentral melonggarkan kebijakan (AS), sedangkan yang lain mengetatkan (Jepang). Ketegangan di antara keduanya mulai mengubah likuiditas global dengan cara-cara yang tidak langsung terlihat di satu grafik atau candle harga.

Berita Kripto Hari Ini: Jepang Naikkan Suku Bunga, namun The Fed Turunkan, yang Mana Lebih Berdampak Kuat?

Pada saat ini, pasar global berada di persimpangan jalan, di tengah perbedaan kebijakan yang jarang terjadi dan sangat penting. Di satu sisi, The Fed AS sudah memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan yang melambat. Sebaliknya, Bank of Japan (BOJ) justru bergerak ke arah sebaliknya, menaikkan suku bunga ke level yang belum terlihat selama tiga dekade terakhir.

Pertanyaan yang dihadapi investor sekarang bukan lagi apakah langkah-langkah ini penting, tetapi kebijakan mana yang akhirnya lebih berpengaruh untuk likuiditas global, mata uang, dan pasar kripto.

Pada 19 Desember, BOJ menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,75%, level tertinggi sejak 1995. Ini menandai satu langkah lagi meninggalkan kebijakan moneter super longgar selama puluhan tahun. Para analis makro melihat langkah ini lebih dari sekadar perubahan kecil.

🚨 BREAKING: 🇯🇵 BOJ DELIVERS THE HIKE

Rates raised 25 bps to 0.75%, marking a 30-year high.

Japan’s era of ultra-easy money keeps fading.

This is a major global LIQUIDITY shift… watch yen and risk assets closely. 👀 pic.twitter.com/vfciRH84WJ

— Wise Advice (@wiseadvicesumit) December 19, 2025

Berbeda dengan pemangkasan suku bunga The Fed yang bersifat siklus dan dirancang untuk menghaluskan perlambatan ekonomi, pengetatan di Jepang bersifat struktural. Selama hampir 30 tahun, suku bunga Jepang yang mendekati nol telah menjadi salah satu sumber leverage murah terbesar di dunia.

Bahkan sedikit kenaikan sekarang membawa konsekuensi besar karena mengganggu strategi pendanaan yang selama ini mengakar di berbagai pasar global.

Dampak langsungnya paling terlihat di pasar mata uang. Meskipun kenaikan suku bunga ini bersejarah, yen sempat melemah karena Gubernur Kazuo Ueda hanya memberikan penjelasan terbatas soal kecepatan pengetatan di masa depan.

Reuters menyebutkan bahwa nilai yen turun karena BOJ “tetap samar soal arah pengetatan.” Hal ini memperlihatkan bahwa forward guidance, bukan hanya kenaikan suku bunga itu sendiri, tetap sangat penting.

Meski demikian, para analis berpendapat jalur transmisi utamanya ada di tempat lain: yen carry trade, seperti yang dilaporkan dalam US Crypto News terbaru.

Saat yield Jepang naik dan selisih suku bunga AS–Jepang menyempit, meminjam yen untuk mendanai posisi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi jadi makin mahal.

Fed cut rates, but the message mattered more than the cut. Their dot plot now shows fewer cuts ahead. That flipped expectations from “easy money coming” to “higher for longer.” At the same time, BOJ hike expectations strengthened the yen → yen carry trades started unwinding →… pic.twitter.com/eSaJLWQajg

— Dmytro V7 🇺🇦 (@V7Dmytro) December 16, 2025

Di sinilah perbedaan antara Tokyo dan Washington menjadi sangat penting:

  • Pemangkasan suku bunga The Fed biasanya secara bertahap mendukung pasar dengan melonggarkan kondisi kredit.
  • Berbeda dengan itu, pengetatan dari BOJ memaksa pasar untuk langsung mengubah posisi karena biaya leverage meningkat.

Pasar kripto selama ini merasakan dampak tersebut lebih cepat dibandingkan aset tradisional. Siklus pengetatan BOJ sebelumnya sering bersamaan dengan penurunan harga Bitcoin tajam sebesar 20–30% ketika likuiditas mengetat dan carry trade terurai.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Pola ini membuat kestabilan Bitcoin belakangan menjadi sangat mencolok. Pada waktu publikasi, BTC berada di harga US$88.035, naik hampir 1% dalam 24 jam terakhir.

Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

“History shows every prior tightening triggered 20–30% Bitcoin drops as yen carry trades unwound and liquidity tightened. Yet with the hike fully priced in and BTC holding around $85k–$87k, this could be the dip buyers have been waiting for,” tulis analis Blueblock.

Meski begitu, ketahanan di puncak pasar kripto tidak menghilangkan risiko di tempat lain. Altcoin, yang jauh lebih sensitif terhadap kondisi likuiditas, tetap terpapar jika pengetatan di Jepang masih berlanjut.

Faktanya, pejabat BOJ secara terbuka sudah menyatakan kesediaannya terus mengetatkan kebijakan jika pertumbuhan upah dan inflasi masih kuat. Analis dari ING dan Bloomberg telah memperingatkan bahwa walaupun kenaikan berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu dekat, arahnya sudah jelas.

Dampaknya bagi pasar global sangat jelas. Pemangkasan suku bunga dari The Fed mungkin memberikan dukungan dalam jangka panjang, tapi keluarnya Jepang dari kebijakan super longgar justru menghantam langsung fondasi leverage dunia. Jika BOJ terus di jalur ini, pengaruhnya ke likuiditas, mata uang, dan kripto bisa jadi lebih besar dari pelonggaran AS, setidaknya dalam waktu dekat.

Chart Hari Ini

Fed Fund Rates vs BOJ Policy Rate
Fed Fund Rates vs BOJ Policy Rate

Alpha dalam Ukuran Kecil

Berikut rangkuman berita aset kripto AS lainnya yang perlu kamu pantau hari ini:

Gambaran Umum Pre-market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan 18 DesemberRingkasan Pre-Market
Strategy (MSTR)US$158,24US$163,97 (+3,62%)
Coinbase (COIN)US$239,20US$246,00 (+2,84%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$22,51US$22,95 (+1,95%)
MARA Holdings (MARA)US$9,69US$9,87 (+1,86%)
Riot Platforms (RIOT)US$13,38US$13,73 (+2,62%)
Core Scientific (CORZ)US$14,56US$15,04 (+3,30%)
Perlombaan pembukaan pasar saham kripto: Google Finance

US$1 miliar pada 2026? Analis lirik ownership coin sebagai inovasi governance berikutnya di aset kripto

19 December 2025 at 22:00

Ownership coin siap mengubah tata kelola terdesentralisasi pada 2026, dengan para analis memprediksi setidaknya satu proyek bakal melampaui kapitalisasi pasar US$1 miliar.

Beda dari governance token saat ini, ownership coin menggabungkan hak ekonomi, hak hukum, serta hak tata kelola sekaligus dalam satu aset. Inovasi ini bisa menyelesaikan masalah lama yang selama bertahun-tahun jadi tantangan bagi decentralized autonomous organization (DAO).

Perbedaan Ownership Coin dan Governance Token Tradisional

Token governance DAO tradisional umumnya cuma menyediakan hak suara, tanpa kekuatan ekonomi nyata maupun pertanggungjawaban hukum di dalam organisasi terdesentralisasi. Keterbatasan ini membuat investasi berisiko dan memperlemah tujuan tata kelola yang sepenuhnya terdesentralisasi.

Ownership coin menghadirkan perubahan besar pada desainnya. Menurut riset dari Galaxy Digital, token ini menyatukan kekuatan ekonomi, hukum, serta tata kelola di satu aset digital yang bisa ditegakkan secara hukum. Pendekatan terpadu ini bertujuan memperbaiki isu pertanggungjawaban yang sudah lama dihadapi DAO sejak awal kemunculannya.

Galaxy Digital menyebut model ini sebagai pembentukan “perusahaan digital”, di mana tata kelola onchain punya kekuatan hukum, bukan sekadar konsensus sosial.

Dengan begitu, para holder token memperoleh kendali nyata dan dapat ditegakkan atas organisasi digital yang punya aset konkret. Inovasi tersebut membuka jalan menuju entitas on-chain yang diakui secara hukum serta mengelola diri sendiri.

MetaDAO termasuk yang pertama menerapkan kerangka tersebut, menggunakan prinsip futarchy, yaitu sistem tata kelola yang memakai prediction market alih-alih pemungutan suara langsung.

Proyek ini diluncurkan di Solana pada November 2023, dan mengambil keputusan lewat aktivitas di prediction market, bukan metode voting tradisional.

Laporan Messari Sebut AVICI Sebagai Top Performer

Laporan Messari Theses menempatkan ownership coin sebagai peluang investasi utama pada 2026. Laporan tersebut menyoroti AVICI sebagai pemenang terbesar dalam setahun terakhir yang menunjukkan potensi pertumbuhan sektor ini.

We are so back!

The Messari Theses for 2026 is live and available for free.

Jump into the full report now ⬇️ pic.twitter.com/HA3za2QktZ

— Messari (@MessariCrypto) December 18, 2025

AVICI memperlihatkan retensi holder yang kuat serta distribusi yang cukup luas, walau harga tokennya fluktuatif. Per Desember 2025, token ini tercatat punya 12.752 holder dan konsentrasi rendah di kalangan holder besar.

Analis crypto_iso membagikan bahwa AVICI dimulai dengan 4.000 holder dan naik menjadi 13.300 hanya dalam 45 hari.

Saat harga turun tajam 65%, AVICI hanya kehilangan 600 holder atau sekitar 21% dari laju pertumbuhan awalnya. Rata-rata, di masa puncaknya koin ini menambah 200 holder per hari, sementara saat penurunan rata-ratanya kehilangan 43 holder harian. Angka-angka ini menunjukkan komunitas yang tangguh meski ada fluktuasi pasar.

Yes for sure.

Here is an interesting datapoint on the holder front.$Avici is still sitting at 12.7k holders which is pretty impressive because if you think about the net number given a drawdown of 65% it's strong. I think it started with around 4k holders or so day 1 and in 45… pic.twitter.com/pTnn9pItjf

— CryptoISO (@crypto_iso) December 18, 2025
Table comparing ownership coin holder metrics
AVICI terdepan dalam jumlah dan distribusi holder di antara ownership coin (crypto_iso)

Sektor Masih Dalam Tahap Awal, tapi Menawarkan Potensi Pertumbuhan

Pangsa pasar ownership coin kini dipandang sebagai wilayah baru dengan potensi besar, sebab belum ada satu pun proyek yang menembus fully diluted valuation US$1 miliar. Banyak investor menilai ini sebagai peluang meraih keuntungan signifikan yang belum tergarap.

“My biggest bet for 2026 are ownership coins. They are in early stage right now, not a single coin above 1B mcap. Opportunity right in front of you,” tulis analis Anglio.

Banyak pembahasan di media sosial menobatkan 2026 sebagai “tahun ownership coin.” Gabungan inovasi asli dengan peluang masuk awal inilah yang menarik minat baik dari investor ritel maupun institusi.

Ownership coin berpotensi mengatasi hambatan yang menghalangi pertumbuhan dan investasi DAO. Sistem tata kelola onchain yang mengikat secara hukum bisa membuat organisasi asli blockchain beroperasi seperti bisnis sebenarnya.

Langkah ini bisa berpengaruh pada pembentukan modal, perlindungan investor, dan perkembangan tata kelola terdesentralisasi.

Walaupun begitu, pasar ini masih sangat dini. Mayoritas proyek ownership coin masih dalam tahap pengembangan dan kejelasan hukum untuk entitas hybrid semacam ini pun berbeda-beda di tiap wilayah. Apakah inovasi ini dapat mewujudkan cita-cita organisasi onchain yang mengelola diri sendiri sangat bergantung pada implementasi yang berhasil di tahun 2026.

Apa Sinyal Indikator Historis 100% Akurat untuk Bitcoin pada Desember?

19 December 2025 at 19:19

Bitcoin mungkin sedang mendekati salah satu titik balik paling penting dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu metrik valuasi utama, BTC Yardstick, saat ini menunjukkan -1,6 standar deviasi di bawah rata-rata jangka panjangnya, menandakan undervalued terdalam aset kripto pelopor ini sejak fase terendah bear market 2022.

Secara historis, level ini sering muncul bersamaan dengan titik dasar siklus utama, termasuk pada tahun 2011, 2017, 2020, dan 2022.

BTC Yardstick Tunjukkan BTC Paling Undervalued dalam Beberapa Tahun Terakhir

Yardstick mengukur harga pasar Bitcoin terhadap biaya dan daya yang dibutuhkan untuk menjaga keamanannya. Hal ini mencakup infrastruktur mining serta pengeluaran operasionalnya.

“BTC Yardstick di –1,6σ = Bitcoin sangat undervalued. Momen lain yang serupa: dasar bear market 2022, titik bawah crash COVID 2020, base sebelum blow-off 2017, dasar bear market 2011…Semua kejadian tersebut selalu bersamaan dengan akumulasi kuat…Titik bawahnya pun selalu di situ!” tulis analis Gert van Lagen dalam sebuah postingan.

BTC Yardstick indicator showing historical undervaluation signals
Indikator BTC Yardstick pada titik dasar utama pasar, atribusi kepada Gert van Lagen

Akumulasi whale Capai Level Tertinggi dalam Lebih dari Satu Dekade

Pada saat yang sama, sinyal undervalued ini muncul bersamaan dengan aktivitas akumulasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam 30 hari terakhir, whale BTC dan holder besar membeli 269.822 BTC, senilai sekitar US$23,3 miliar. Menurut data dari Glassnode, ini adalah akumulasi bulanan terbesar sejak 2011.

BITCOIN'S BIGGEST MONTHLY ACCUMULATION IN 13 YEARS

Whales purchased 269,822 BTC, worth approximately $23.3 billion, in just 30 days.

– Glassnode Data pic.twitter.com/6FPfhFhfh4

— Kashif Raza (@simplykashif) December 18, 2025

“Akumulasi terbesar dalam 13 tahun. Siklus 4 tahunan sudah mati; kini masuk Supercycle,” tulis analis kripto Kyle Chasse.

Sebagian besar pembelian ini terjadi pada wallet yang memegang antara 100 sampai 1.000 BTC. Hal ini menunjukkan bahwa baik individu dengan kekayaan besar maupun institusi yang lebih kecil sedang memposisikan diri untuk kemungkinan rebound pasar.

Sentimen Pasar setelah Koreksi Kecil Bitcoin, Saat Frustrasi Menjadi Peluang

Meskipun akumulasi dan undervalued tercatat rekor, harga Bitcoin masih mengalami tekanan turun tahun ini. Menurut analis ETF Bloomberg Eric Balchunas, penurunan belakangan ini masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan lonjakan sebelumnya.

I get that this year is a drag but consider Bitcoin was up 468%(!!) in the two years prior to this year. That's 138% ann, 8x US stocks. That is sooo much excess return beyond normalcy (even for btc, thank you ETFs!). All that happened this year is you gave back a tiny bit of the… https://t.co/oQ4EuUt64A

— Eric Balchunas (@EricBalchunas) December 18, 2025

Peluncuran exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot pada awal 2024 mendorong reli sebelumnya, membawa aset ini ke rekor tertinggi mendekati US$69.000 pada Maret 2024.

Secara keseluruhan, Bitcoin mencatatkan pengembalian 155,42% di tahun 2023 dan 121,05% di tahun 2024 sebelum mengalami penurunan sebesar 7% selama tahun berjalan ini. Ini mengisyaratkan bahwa penurunan saat ini bisa saja menjadi koreksi alami setelah reli besar-besaran.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Analis menyampaikan bahwa reli pasar biasanya tidak dimulai ketika harapan sedang tinggi, melainkan ketika para investor sudah lelah.

“Kita sekarang sudah tidak takut lagi, tapi sudah lelah. Lelah menunggu. Lelah percaya. Tapi dengarkan, reli pasar tidak dimulai selama harapan masih tinggi; justru saat orang-orang sudah lelah, frustrasi, dan nyaris menyerah,” tulis analis Ash Crypto.

Kombinasi valuasi terendah sepanjang sejarah, akumulasi whale tertinggi, dan penurunan leverage mengindikasikan bahwa Bitcoin mungkin sudah mendekati titik balik siklus berikutnya.

Walaupun timing-nya masih belum pasti, indikator-indikator ini menunjukkan adanya peluang unik bagi investor jangka panjang.

Japan Tightens, America Eases: Which Central Bank Really Moves Markets Now? | US Crypto News

19 December 2025 at 23:54

Welcome to the US Crypto News Morning Briefing—your essential rundown of the most important developments in crypto for the day ahead.

Grab a coffee because today’s Morning Briefing isn’t just about interest rates. It’s about leverage, funding, and which side of the Pacific really sets the rhythm for risk assets when the policy paths split. As one central bank eases (the US), the other tightens (Japan). The tension between the two is beginning to reshape global liquidity in ways that don’t show up in a single chart or price candle.

Crypto News of the Day: Japan Raises Interest Rates, But the Fed Cuts, Which Side Has A Stronger Impact?

Global markets are at an impasse, amid a rare and consequential policy divergence. On the one hand, the US Federal Reserve has begun cutting interest rates to support slowing growth. In contrast, the Bank of Japan (BOJ) is moving in the opposite direction, raising rates to levels not seen in three decades.

The question facing investors is no longer whether these moves matter, but which one ultimately carries more weight for global liquidity, currencies, and crypto markets.

On December 19, the BOJ raised its policy rate by 25 basis points to 0.75%, the highest level since 1995. This marks another step away from decades of ultra-loose monetary policy. Macro analysts see the move as more than a routine adjustment.

🚨 BREAKING: 🇯🇵 BOJ DELIVERS THE HIKE

Rates raised 25 bps to 0.75%, marking a 30-year high.

Japan’s era of ultra-easy money keeps fading.

This is a major global LIQUIDITY shift… watch yen and risk assets closely. 👀 pic.twitter.com/vfciRH84WJ

— Wise Advice (@wiseadvicesumit) December 19, 2025

Unlike the Federal Reserve’s rate cuts, which are cyclical and designed to smooth economic slowdowns, Japan’s tightening is structural. For nearly 30 years, near-zero Japanese rates anchored one of the world’s most important sources of cheap leverage.

Even modest increases now carry outsized consequences because they disrupt funding strategies deeply embedded across global markets.

The immediate impact was most visible in currency markets. Despite the historic hike, the yen initially weakened as Governor Kazuo Ueda offered limited clarity on the pace of future tightening.

Reuters noted that the currency slipped as the BOJ “stays vague on tightening path.” This highlights how forward guidance, not just the hike itself, remains critical.

Still, analysts argue the real transmission channel lies elsewhere: the yen carry trade, as reported in a recent US Crypto News publication.

As Japanese yields rise and the US–Japan rate gap narrows, borrowing yen to fund higher-yielding positions becomes increasingly expensive.

Fed cut rates, but the message mattered more than the cut. Their dot plot now shows fewer cuts ahead. That flipped expectations from “easy money coming” to “higher for longer.” At the same time, BOJ hike expectations strengthened the yen → yen carry trades started unwinding →… pic.twitter.com/eSaJLWQajg

— Dmytro V7 🇺🇦 (@V7Dmytro) December 16, 2025

This is where the divergence between Tokyo and Washington becomes critical:

  • Fed cuts tend to support markets gradually by easing credit conditions.
  • BOJ tightening, by contrast, forces immediate repositioning as leverage costs rise.

Crypto markets have historically experienced this impact more quickly than traditional assets. Previous BOJ tightening cycles coincided with sharp Bitcoin drawdowns of 20–30% as liquidity tightened and carry trades unwound.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

That pattern has made Bitcoin’s recent stability stand out. As of this writing, BTC was trading for $88,035, up by almost 1% in the last 24 hours.

Bitcoin (BTC) Price Performance. Source: BeInCrypto

“History shows every prior tightening triggered 20–30% Bitcoin drops as yen carry trades unwound and liquidity tightened. Yet with the hike fully priced in and BTC holding around $85k–$87k, this could be the dip buyers have been waiting for,” wrote analyst Blueblock.

However, resilience at the top of the crypto market does not eliminate risk elsewhere. Altcoins, which are far more sensitive to liquidity conditions, remain exposed if Japanese tightening continues.

Indeed, BOJ officials have openly signaled willingness to keep tightening if wage growth and inflation remain durable. Analysts at ING and Bloomberg have warned that while further hikes may not be imminent, the direction of travel is clear.

The implication for global markets is stark. Fed cuts may provide broad support over time, but Japan’s retreat from ultra-easy policy strikes directly at the foundation of global leverage.If the BOJ continues down this path, its influence on liquidity, currencies, and crypto could outweigh US easing, at least in the near term.

Chart of the Day

Fed Fund Rates vs BOJ Policy Rate
Fed Fund Rates vs BOJ Policy Rate

Byte-Sized Alpha

Here’s a summary of more US crypto news to follow today:

Crypto Equities Pre-Market Overview

CompanyAt the Close of December 18Pre-Market Overview
Strategy (MSTR)$158.24$163.97 (+3.62%)
Coinbase (COIN)$239.20$246.00 (+2.84%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)$22.51$22.95 (+1.95%)
MARA Holdings (MARA)$9.69$9.87 (+1.86%)
Riot Platforms (RIOT)$13.38$13.73 (+2.62%)
Core Scientific (CORZ)$14.56$15.04 (+3.30%)
Crypto equities market open race: Google Finance

The post Japan Tightens, America Eases: Which Central Bank Really Moves Markets Now? | US Crypto News appeared first on BeInCrypto.

$1 Billion by 2026? Analysts Eye Ownership Coins as Crypto’s Next Governance Game-Changer

19 December 2025 at 22:00

Ownership coins are set to transform decentralized governance in 2026, with analysts forecasting that at least one project will surpass a $1 billion market cap.

Unlike current governance tokens, ownership coins combine economic, legal, and governance rights in one asset. This development could solve longstanding issues that have challenged decentralized autonomous organizations (DAOs) for years.

How Ownership Coins Differ From Traditional Governance Tokens

Traditional DAO governance tokens generally offer only voting rights, lacking real economic power or legal accountability within decentralized organizations. This limitation introduces investment risks and weakens the goal of truly decentralized governance.

Ownership coins offer a major shift in design. According to research from Galaxy Digital, these tokens unite economic, legal, and governance rights within a legally enforceable digital asset. This integrated approach aims to fix accountability issues that have affected DAOs since their start.

Galaxy Digital describes this model as creating “digital companies” in which onchain governance holds legal weight rather than relying only on social consensus.

Token holders thus gain meaningful and enforceable control over digital organizations with tangible assets. This innovation creates a path toward legally recognized, self-governed on-chain entities.

MetaDAO was among the first to use this framework, applying futarchy principles, a governance system using prediction markets instead of direct votes.

The project launched on Solana in November 2023, guiding decisions with trading in prediction markets rather than traditional voting methods.

Messari Report Identifies AVICI as Top Performer

The Messari Theses report positions ownership coins as a major investment opportunity for 2026. It spotlights AVICI as the biggest winner over the past year, highlighting the sector’s growth prospects.

We are so back!

The Messari Theses for 2026 is live and available for free.

Jump into the full report now ⬇️ pic.twitter.com/HA3za2QktZ

— Messari (@MessariCrypto) December 18, 2025

AVICI has shown strong holder retention and broad distribution, despite price volatility. As of mid-December 2025, the token counted 12,752 holders and maintained a low concentration among large holders.

Analyst crypto_iso shared that AVICI began with 4,000 holders and reached 13,300 within 45 days.

During a steep 65% price decline, AVICI lost only 600 holders, just 21% of its initial growth rate. On average, the coin added 200 holders per day at its peak and lost about 43 per day during the downturn. These numbers signal community resilience despite market fluctuation.

Yes for sure.

Here is an interesting datapoint on the holder front.$Avici is still sitting at 12.7k holders which is pretty impressive because if you think about the net number given a drawdown of 65% it's strong. I think it started with around 4k holders or so day 1 and in 45… pic.twitter.com/pTnn9pItjf

— CryptoISO (@crypto_iso) December 18, 2025
Table comparing ownership coin holder metrics
AVICI leads in holder count and distribution among ownership coins (crypto_iso)

Sector Remains Early-Stage, Offering Potential for Growth

The ownership coin market is viewed as a new frontier with substantial upside, as no project yet has exceeded a $1 billion fully diluted valuation. Many investors see this as untapped potential for significant gains.

“My biggest bet for 2026 are ownership coins. They are in early stage right now, not a single coin above 1B mcap. Opportunity right in front of you,” wrote analyst Anglio.

Much of the discourse on social media calls 2026 the “year of the ownership coin.” The blend of authentic innovation and early entry point is attracting interest from retail and institutional investors alike.

Ownership coins may solve barriers that have limited DAO growth and investment. Their legally binding onchain governance systems can let blockchain-native organizations function as true business entities.

This step could impact capital formation, investor protection, and the development of decentralized governance.

Nevertheless, this market is still in its infancy. Most ownership coin projects remain under development, and legal clarity for these hybrid entities varies across regions. Whether this innovation can fulfill the aspiration of self-governing onchain organizations will depend on successful implementation in 2026.

The post $1 Billion by 2026? Analysts Eye Ownership Coins as Crypto’s Next Governance Game-Changer appeared first on BeInCrypto.

What Does a 100% Accurate Historical Indicator Signal for Bitcoin in December?

19 December 2025 at 19:19

Bitcoin may be approaching one of its most pivotal turning points in years. A leading valuation metric, the BTC Yardstick, currently reads -1.6 standard deviations below its long-term mean, signaling the pioneer crypto’s deepest undervaluation since the 2022 bear market low.

Historically, this level has coincided with major cycle bottoms, including 2011, 2017, 2020, and 2022.

BTC Yardstick Shows Strongest Undervaluation in Years

The Yardstick measures Bitcoin’s market price against the cost and power required to secure its network. This includes mining infrastructure and operational expenditures.

“BTC Yardstick at –1.6σ = Bitcoin is insanely undervalued. Other occurrences: 2022 bear market low, 2020 COVID crash bottom, 2017 pre-blow-off base, 2011 bear market bottom…All occurrences coincided with strong accumulation…Bottom was in as well!” wrote analyst Gert van Lagen in a post.

BTC Yardstick indicator showing historical undervaluation signals
BTC Yardstick indicator at major market bottoms, attributed to Gert van Lagen

Whale Accumulation Hits Highest Levels in Over a Decade

Meanwhile, the undervaluation signal coincides with unprecedented accumulation activity. Over the past 30 days, BTC whales and large holders purchased 269,822 BTC, worth approximately $23.3 billion. According to Glassnode data, this is the largest monthly accumulation since 2011.

BITCOIN'S BIGGEST MONTHLY ACCUMULATION IN 13 YEARS

Whales purchased 269,822 BTC, worth approximately $23.3 billion, in just 30 days.

– Glassnode Data pic.twitter.com/6FPfhFhfh4

— Kashif Raza (@simplykashif) December 18, 2025

“Largest accumulation in 13 years. The 4-year cycle is dead; the Supercycle is here,” wrote crypto analyst Kyle Chasse.  

The bulk of this buying occurred in wallets holding between 100 and 1,000 BTC. This suggests that both high-net-worth individuals and smaller institutions are positioning for a potential market rebound.

Market Sentiment After Bitcoin’s Minor Correction As Frustration Breeds Opportunity

Despite the record accumulation and undervaluation, Bitcoin’s price has faced downward pressure this year. According to Bloomberg ETF analyst Eric Balchunas, recent losses are modest relative to prior gains.

I get that this year is a drag but consider Bitcoin was up 468%(!!) in the two years prior to this year. That's 138% ann, 8x US stocks. That is sooo much excess return beyond normalcy (even for btc, thank you ETFs!). All that happened this year is you gave back a tiny bit of the… https://t.co/oQ4EuUt64A

— Eric Balchunas (@EricBalchunas) December 18, 2025

The launch of spot Bitcoin ETFs in early 2024 contributed to previous surges, driving the asset to its then-record highs near $69,000 in March 2024.

Overall, Bitcoin returned 155.42% in 2023 and 121.05% in 2024 before experiencing an 7% decline year-to-date. This suggests the current dip may be a natural correction after exceptional gains.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Bitcoin (BTC) Price Performance. Source: TradingView

Analysts note that market rallies often begin not when hope is high, but when investors are weary.

“We are not scared anymore, we are tired. Tired of waiting. Tired of believing. But listen, market rallies don’t start when hope is high; it’s when people are tired, frustrated, and ready to give up,” wrote analyst Ash Crypto.

The convergence of historically low valuation, record whale accumulation, and declining leverage suggests that Bitcoin may be nearing another cyclical inflection point.

While timing remains uncertain, these indicators highlight a unique window of potential opportunity for long-term investors.

The post What Does a 100% Accurate Historical Indicator Signal for Bitcoin in December? appeared first on BeInCrypto.

Received before yesterday

Gugatan hukum US$4 miliar klaim Jump Trading bantu rekayasa kejatuhan Terraform

19 December 2025 at 15:02

Administrator yang mengawasi likuidasi Terraform Labs telah mengajukan gugatan senilai US$4 miliar terhadap perusahaan high-frequency trading Jump Trading. Mereka menuduh market maker itu diam-diam memanipulasi harga dan berkontribusi pada runtuhnya ekosistem kripto Do Kwon yang dulunya sangat dominan.

Gugatan ini muncul kurang dari satu minggu setelah hakim menjatuhkan hukuman kepada Do Kwon berupa 15 tahun penjara federal karena melakukan penipuan kripto senilai US$40 miliar.

Terraform Labs Estate Minta US$4 Miliar dari Jump Trading

Dalam gugatan itu, Jump Trading, co-founder William DiSomma, dan mantan kepala divisi kripto Jump, Kanav Kariya, turut disebutkan. Mereka diduga memperoleh keuntungan secara tidak sah yang terkait dengan gagalnya TerraUSD (UST).

Mengutip dokumen pengadilan, The Wall Street Journal melaporkan bahwa pihak estate Terraform Labs mengklaim Jump melakukan intervensi trading secara besar-besaran dan tidak diungkapkan demi menjaga harga UST tetap stabil saat beberapa kali mengalami depegging pada 2021 dan 2022.

Alih-alih menstabilkan sistem, administrator berpendapat bahwa aksi tersebut justru menciptakan ilusi kepercayaan pasar. Pada akhirnya, hal itu menyembunyikan kelemahan struktural yang membuat kehancuran Terra menjadi semakin parah.

Poin utama dalam gugatan ini adalah tuduhan bahwa Jump secara agresif membeli UST setiap kali stablecoin algoritmik tersebut turun di bawah patokan US$1. Pembelian ini diduga menciptakan permintaan secara artificial dan menyesatkan pelaku pasar agar percaya bahwa mekanisme peg bekerja sebagaimana mestinya.

Pihak estate menegaskan bahwa Jump tidak bertindak sebagai penyedia likuiditas yang netral. Sebaliknya, Jump memanfaatkan posisi pasar serta pengetahuan internalnya untuk meraup keuntungan dari volatilitas yang mereka kelola.

Dalam dokumen pengajuan, Jump disebut meraup sekitar US$1 miliar lewat strategi ini, dengan memanfaatkan pengaturan token khusus dan keuntungan trading. Sementara itu, investor ritel tetap tidak mengetahui adanya dukungan di belakang layar ini.

Saat Terra akhirnya kolaps pada Mei 2022 dan mengakibatkan kerugian hingga sekitar US$40 miliar di UST dan LUNA, gugatan tersebut menyatakan bahwa ilusi stabilitas di awal justru memperparah kerusakan.

Perlu dicatat bahwa ini bukan pertama kalinya Jump Trading dikaitkan dengan tuduhan manipulasi. Pada Oktober 2024, pengembang game FractureLabs juga menggugat Jump Trading atas dugaan manipulasi kripto.

“Jump then systematically liquidated its DIO holdings, generating millions of dollars in revenue for itself,” Bloomberg reported, citing an excerpt in the lawsuit.

Vonis Do Kwon Sorot Lagi Kekuatan Pasar Jump Trading

Tindakan hukum ini muncul di tengah maraknya pemberitaan baru soal runtuhnya Terra. Ini mengikuti vonis terbaru untuk Do Kwon, 15 tahun penjara atas kasus penipuan terkait proyek tersebut.

Beberapa hari setelah keputusan itu, sejumlah pengamat pasar secara terbuka berspekulasi bahwa ada pemain institusional lain yang mungkin juga akan menghadapi tuntutan hukum, dengan Whale Calls menyinggung nama Jump Trading.

When jump trading ? https://t.co/yowAZA1DAw

— WhaleCalls (@whalecalls) December 11, 2025

Selain tuduhan utama, kasus ini juga menyoroti kemampuan teknologi Jump Trading yang luar biasa canggih.

Keunggulan Teknologi Jump Trading dan Perannya dalam Gugatan Hukum

Jump secara luas dikenal sebagai salah satu perusahaan high-frequency trading paling canggih di dunia. Sejumlah laporan industri menunjukkan bahwa Jump rela mengeluarkan biaya sangat besar demi mendapatkan keunggulan selisih waktu, termasuk membeli menara microwave eks milik NATO agar transmisi perdagangan lintas Atlantik bisa lebih cepat beberapa milidetik.

Pada 2018, Jump juga bekerja sama dengan perusahaan seperti Citadel untuk membangun kabel fiber-optik bawah laut “Go West”, menghubungkan Chicago dan Tokyo agar akses ke pasar Futures global menjadi lebih cepat.

Menurut ulasan dari Colin Wu, kemampuan Jump dalam mengolah data quote berada di level yang jauh berbeda dibanding para pesaing lain. Hal ini menunjukkan kekuatan asimetris yang bisa dimiliki perusahaan trading besar di pasar konvensional maupun kripto.

Keunggulan teknologi itu kini ikut menjadi bagian dari konteks luas gugatan ini. Meski tidak ada tuduhan penggunaan infrastruktur ilegal, dalam gugatan disebutkan bahwa skala dan kecanggihan Jump sukses memperbesar dampak transaksinya pada UST. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan soal keadilan, transparansi, dan integritas pasar.

Jika gugatan ini berhasil, dampaknya bisa sangat luas. Putusan yang memenangkan estate Terraform Labs bisa memperjelas batas legal antara aktivitas market making yang sah dan manipulasi di pasar kripto, sehingga dapat mengubah cara perusahaan trading besar beroperasi.

Kasus ini juga bisa berujung pada hukuman finansial besar, di mana dana yang dipulihkan kemungkinan akan dipakai untuk mengganti kerugian kreditur dan korban kolapsnya Terra.

Jump Trading belum memberikan komentar publik terkait gugatan ini pada waktu publikasi, tapi mereka diperkirakan akan memberikan pembelaan keras.

Seiring proses pengumpulan bukti berjalan, kasus ini mungkin bisa memberikan gambaran langka soal mekanisme pasar maker di industri kripto yang selama ini tertutup. Lebih jauh dari itu, kasus ini juga berpotensi menjadi tonggak bagi industri dalam menegakkan akuntabilitas.

BOJ Naikkan Suku Bunga ke 0,75%, tapi Bitcoin Tetap Stabil—Apakah Ketengan Aset Kripto Ini Menjadi Peringatan atau Peluang?

19 December 2025 at 14:36

Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,75% pada 19 Desember. Ini adalah level tertinggi dalam hampir 30 tahun dan menegaskan langkah bertahap Jepang keluar dari kebijakan moneter ultra-longgar.

Meski terjadi perubahan bersejarah dan adanya peringatan soal potensi pengetatan likuiditas global, Bitcoin tetap tenang dan hanya naik kurang dari 1%, lalu bertahan di kisaran US$87.000.

BOJ Naikkan Suku Bunga Lagi Sebesar 25 Basis Poin – Kenapa Bitcoin Masih Stabil?

Reaksi yang datar ini bertolak belakang dengan sejarah. Siklus kenaikan suku bunga BOJ sebelumnya seringkali bertepatan dengan aksi jual tajam di pasar kripto, terutama saat yen carry trade terurai dan likuiditas global menyusut.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Kali ini, para trader nampaknya tidak khawatir, menandakan bahwa pasar sudah sepenuhnya mengantisipasi langkah ini jauh sebelum pengumuman. Sebagian besar pelaku pasar memang memperkirakan keputusan ini.

BOJ Interest Rate Probabilities
Probabilitas Suku Bunga BOJ | Sumber: Polymarket

Kenaikan suku bunga di Jepang ini menjadi tanda simbolis berakhirnya puluhan tahun suku bunga mendekati nol yang menjadikan yen sebagai dasar di pasar pendanaan global. Biaya pinjaman yen yang murah selama ini mendukung penggunaan leverage di saham, obligasi, dan aset kripto.

Seiring yield Jepang naik dan gap dengan suku bunga global jadi makin kecil, carry trade tersebut jadi kurang menarik sehingga berpotensi memaksa investor melepas posisi berisiko. Tapi, respons tenang Bitcoin menunjukkan pasar memang sudah siap menghadapi situasi ini.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

Menurut analis, fokus utama sebenarnya bukan pada kenaikan suku bunganya saja, tapi justru pada langkah-langkah berikutnya.

“Markets are pricing in a near-certain 25 basis point hike, marking the highest Japanese policy rate in about 30 years. While the hike itself is largely anticipated, the real focus is on Governor Ueda’s forward guidance during the press conference—signals of future hikes could amplify effects,” tulis analis Marty Party.

Panduan ke depan dari BOJ ini bisa sangat penting. BOJ mengisyaratkan bahwa mereka siap kembali menaikkan suku bunga, bahkan bisa ke 1% atau lebih pada akhir 2026 jika ada pertumbuhan upah dan inflasi yang terus berlanjut.

Suku bunga acuan BOJ naik dari mendekati 0% jadi 0,75% pada Desember 2025, akhiri puluhan tahun kebijakan ultra-longgar | Sumber: Wise Advice via X

Perkembangan ini tetap memberi tekanan pada aset berisiko, walaupun langkah awal dari BOJ tidak memicu volatilitas besar.

Bitcoin Tetap Kuat, sementara Altcoin Menghadapi Tekanan Likuiditas yang Berkepanjangan

Para analis berpendapat bahwa ketahanan Bitcoin bisa jadi sinyal bullish. Blueblock menunjukkan pola historis dan menyoroti perbedaan reaksi kali ini.

“The BOJ just hiked rates to 0.75%, ending decades of ultra-loose policy and narrowing the gap with global yields. History shows that every prior tightening has triggered 20–30% Bitcoin drops as yen carry trades unwind and liquidity tightens. Yet with the hike fully priced in and BTC holding around $85k–$87k, this could be the dip buyers have been waiting for,” tulis analis tersebut.

Nampaknya, tidak semua segmen pasar kripto akan seberuntung Bitcoin. Altcoin, yang biasanya lebih sensitif terhadap perubahan likuiditas, tetap rentan jika BOJ mempercepat pengetatan kebijakan.

Prospek suku bunga tinggi hingga 2026 menandakan tantangan berat yang berlangsung lama, bukan sekadar tekanan sementara.

BOJ’s December 2025 policy decision raised rates to 0.75% with guidance for further tightening
Keputusan kebijakan BOJ di Desember 2025 menaikkan suku bunga ke 0,75% disertai panduan untuk pengetatan lebih lanjut | Sumber: Money Ape on X

“BOJ signals it is ready to hike further, potentially 1% or higher by late 2026, depending on wage growth and sustained inflation. NO MERCY FOR ALTCOINS,” komentar Money Ape.

Stabilitas Bitcoin mencerminkan pasar yang sudah punya banyak waktu untuk bersiap atas keputusan BOJ. Apakah ketahanan itu bisa bertahan, lebih bergantung pada seberapa agresif Jepang akan melanjutkan kebijakan pengetatan setelah kenaikan Desember itu, bukan hanya pada kenaikannya saja. Selain itu, adaptasi likuiditas global terhadap berakhirnya salah satu kebijakan penyangga moneter terlama juga akan sangat menentukan.

Rp53 Triliun Opsi Kripto Kedaluwarsa Hari Ini, Apa Efeknya ke Pasar?

19 December 2025 at 14:20

Lebih dari US$3,16 miliar (sekitar Rp52,92 triliun) opsi Bitcoin dan Ethereum akan kedaluwarsa pada Jumat pukul 08.00 UTC (15.00 WIB) di Deribit. Peristiwa ini menjadi penyelesaian derivatif besar terakhir sebelum libur Natal.

Dengan likuiditas pasar yang cenderung menipis menjelang musim liburan dan posisi trader yang terkonsentrasi di sekitar level harga krusial, pelaku pasar terlihat memilih bersikap defensif sambil menunggu katalis yang lebih jelas sebelum mengambil posisi arah tertentu.

Apa yang Bisa Trader Antisipasi saat Opsi Bitcoin US$3 Miliar Kedaluwarsa?

Bitcoin menyumbang porsi terbesar dari total kedaluwarsa hari ini, dengan nilai nosional sekitar US$2,69 miliar (sekitar Rp45 triliun). Pada waktu publikasi, BTC diperdagangkan di US$87.194, naik 0,54% dalam 24 jam terakhir.

Level maximum pain untuk opsi Bitcoin berada di US$88.000, menempatkan harga spot tipis di bawah harga strike tersebut. Maximum pain merupakan titik di mana jumlah kontrak opsi yang berakhir tanpa nilai berada pada level tertinggi.

Sementara itu, data open interest menunjukkan sikap pasar yang relatif seimbang namun condong defensif. Open interest call Bitcoin tercatat 17.506 kontrak, sementara put mencapai 13.309 kontrak, menghasilkan total 30.815 kontrak dengan rasio put-to-call 0,76.

Expiring Bitcoin Options
Opsi Bitcoin yang Segera Kedaluwarsa | Sumber: Deribit

Meskipun opsi call masih unggul secara jumlah, konsentrasi posisi di sekitar US$88.000 membatasi ruang naik kecuali harga spot mampu menembus level tersebut secara meyakinkan. Analis Deribit menyoroti kondisi ini dalam pembaruan pasar mereka:

“Open interest BTC terkonsentrasi di sekitar 88K, dengan posisi put sedikit lebih berat, mengarah pada kedaluwarsa yang relatif terkendali kecuali harga spot keluar dari kisaran,” tulis Deribit.

Pernyataan tersebut memperkuat pandangan bahwa Bitcoin berpotensi tetap bergerak sideways hingga proses penyelesaian kontrak selesai, terutama di tengah kehati-hatian pra-liburan.

Lebih dari US$470 Juta Opsi Ethereum Kedaluwarsa Hari Ini

Ethereum menghadirkan dinamika yang berbeda. Sekitar US$473 juta (sekitar Rp7,9 triliun) opsi ETH akan kedaluwarsa hari ini. Pada waktu publikasi, ETH diperdagangkan di US$2.928, naik 3,37% dalam 24 jam terakhir.

Level maximum pain Ethereum berada di US$3.100, membuat harga spot saat ini berada cukup jauh di bawah strike utama tersebut.

Struktur open interest ETH juga terlihat lebih seimbang, dengan 78.524 kontrak call berhadapan dengan 83.547 kontrak put, menghasilkan rasio put-to-call 1,06 dan total 162.071 kontrak.

Expiring Ethereum Options
Opsi Ethereum yang Segera Kedaluwarsa | Sumber: Deribit

Tidak seperti Bitcoin, posisi opsi Ethereum tersebar di rentang strike yang lebih luas. Ini mencerminkan ketidakpastian arah jangka pendek yang lebih besar.

“Positioning ETH lebih terdistribusi di berbagai strike, dengan minat bullish yang terlihat di atas 3,4K. Ini menjaga kemungkinan pergerakan harga yang lebih besar jika volatilitas kembali meningkat,” terang analis Deribit.

Para analis menambahkan bahwa struktur posisi ini mendorong sikap menunggu hingga penyelesaian kontrak pada 08.00 UTC (15.00 WIB), alih-alih memaksakan arah pasar tanpa katalis yang jelas.

Fokus Mulai Bergeser ke Akhir Desember dan Awal 2026

Di luar kedaluwarsa hari ini, perhatian pasar mulai tertuju ke kontrak 26 Desember dan awal 2026.

“Open interest put 85K untuk 26 Desember kini sekitar 15.000 kontrak (nosional US$1,25 miliar) di Deribit. Bear dan FUD saat ini menguasai posisi ATM di 86K,” catat Deribit Insights.

Pada saat yang sama, taruhan kenaikan jangka pendek nampak lebih terbatas. Analis mencatat, “Condor call di atas 100K untuk 26 Desember senilai US$1,75 miliar kini terasa sebagai taruhan yang cukup jauh.”

Meski demikian, perspektif jangka panjang masih menunjukkan bias konstruktif. Arus posisi terbaru tetap mengindikasikan ekspektasi bullish menuju 2026, menandakan bahwa kehati-hatian jangka pendek tidak sepenuhnya menghapus optimisme struktural.

Menjelang kedaluwarsa opsi terakhir sebelum Natal, Bitcoin dan Ethereum tampak terjebak di antara kehati-hatian jangka pendek dan ekspektasi bullish jangka panjang. Arah berikutnya masih belum terkonfirmasi.

Trader dan investor berpotensi menghadapi volatilitas tambahan, yang dapat diperparah oleh keputusan suku bunga Bank of Japan (BOJ). Namun, pasar biasanya kembali menemukan keseimbangan setelah pelaku menyesuaikan posisi dengan kondisi makro dan likuiditas terbaru.

Bagaimana pendapat Anda tentang opsi BTC dan ETH yang kedaluwarsa ini dan efeknya ke pasar? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

$4 Billion Lawsuit Claims Jump Trading Helped Engineer Terraform’s Collapse

19 December 2025 at 15:02

The administrator overseeing the wind-down of Terraform Labs has filed a $4 billion lawsuit against high-frequency trading firm Jump Trading. They accuse the market maker of secretly manipulating prices and contributing to the collapse of Do Kwon’s once-dominant crypto ecosystem.

It comes barely a week after the judge issued Do Kwon his sentence, a 15-year term in federal prison for orchestrating a $40 billion crypto fraud.

Terraform Labs Estate Seeks $4 Billion From Jump Trading

The complaint names Jump Trading, co-founder William DiSomma, and former head of its crypto division, Kanav Kariya. It alleges unlawful profiteering tied to the failure of TerraUSD (UST).

Citing court filings, The Wall Street Journal reports that the Terraform Labs estate claims Jump conducted undisclosed, large-scale trading interventions to prop up UST during multiple de-pegging episodes in 2021 and 2022.

Rather than stabilizing the system, the administrator argues these actions created a false sense of market confidence. In turn, this masked structural weaknesses that ultimately made Terra’s collapse more severe.

At the center of the lawsuit is the claim that Jump aggressively purchased UST whenever the algorithmic stablecoin fell below its $1 peg. These purchases allegedly inflated demand artificially, misleading market participants into believing the peg mechanism was functioning as designed.

The estate argues that Jump was not acting as a neutral liquidity provider. Instead, it exploited its market position and inside knowledge to extract profits from the volatility it helped manage.

The filing alleges that Jump earned roughly $1 billion through these strategies, benefiting from preferential token arrangements and trading advantages. Meanwhile, retail investors remained unaware of the behind-the-scenes support.

When Terra ultimately unraveled in May 2022, triggering an estimated $40 billion wipeout across UST and LUNA, the lawsuit claims the earlier illusion of stability magnified the damage.

It is worth mentioning that this is not the first time Jump Trading is linked to manipulation allegations. In October 2024, game developer FractureLabs filed a lawsuit against Jump Trading over crypto manipulation claims

“Jump then systematically liquidated its DIO holdings, generating millions of dollars in revenue for itself,” Bloomberg reported, citing an excerpt in the lawsuit.

Do Kwon’s Sentencing Puts Fresh Spotlight on Jump Trading’s Market Power

The legal action arrives amid renewed headlines of Terra’s collapse. It follows Do Kwon’s recent sentencing to 15 years in prison over fraud charges related to the project.

In the days following that ruling, some market observers publicly speculated that additional institutional players could face legal exposure, with Whale Calls citing Jump Trading.

When jump trading ? https://t.co/yowAZA1DAw

— WhaleCalls (@whalecalls) December 11, 2025

Beyond the immediate allegations, the case highlights Jump Trading’s formidable technological capabilities.

Jump Trading’s Technological Edge and Its Role in the Lawsuit

Jump is widely regarded as one of the most sophisticated high-frequency trading firms globally. Industry reporting has highlighted its willingness to spend vast sums to gain marginal speed advantages, including the acquisition of a microwave tower previously used by NATO to shave milliseconds off transatlantic trade transmission times.

In 2018, Jump also partnered with firms such as Citadel to build the “Go West” undersea fiber-optic cable, connecting Chicago and Tokyo and enabling faster access to global futures markets.

According to commentary from Colin Wu, Jump’s quote data processing capabilities are considered to be on a vastly different scale from those of many competitors. This reflects the asymmetric power that large trading firms can wield in both traditional and crypto markets.

That technological edge now forms part of the broader context of the lawsuit. While the complaint does not allege the use of illegal infrastructure, it argues that Jump’s scale and sophistication amplified the market impact of its UST trades. This raises questions about fairness, disclosure, and market integrity.

If successful, the case could have far-reaching implications. A ruling in favor of the Terraform Labs estate may establish a clearer legal boundary between legitimate market making and manipulation in crypto markets, potentially reshaping how large trading firms operate.

It could also lead to substantial financial penalties, with any recovered funds likely directed toward compensating creditors and victims of the Terra collapse.

Jump Trading has not publicly commented on the lawsuit as of the time of publication, but is expected to mount a vigorous defense.

As discovery continues, the case may offer rare insight into the opaque mechanics of crypto market making. Beyond that, it could mark a watershed moment in the industry’s ongoing reckoning with accountability.

The post $4 Billion Lawsuit Claims Jump Trading Helped Engineer Terraform’s Collapse appeared first on BeInCrypto.

BOJ Raises Interest Rates to 0.75%, But Bitcoin Stands Unshaken—Is the Crypto Calm a Warning or Opportunity?

19 December 2025 at 14:36

The Bank of Japan (BOJ) raised its policy interest rate by 25 basis points to 0.75% on December 19. It marks its highest level in nearly 30 years, reinforcing the country’s gradual exit from ultra-easy monetary policy.

Yet despite the historic shift and warnings of a global liquidity squeeze, Bitcoin showed little reaction, rising just under 1% and holding in the $87,000 range.

BOJ Just Raised Interest Rates Another 25 Basis Points – Why Did Bitcoin Hold Steady?

The muted response stands in contrast to history. Previous BOJ tightening cycles have often coincided with sharp sell-offs in crypto markets, particularly as yen carry trades unwind and global liquidity tightens.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

This time, however, traders appeared unfazed, suggesting the move had been fully priced in well ahead of the announcement. Market participants had largely anticipated the decision.

BOJ Interest Rate Probabilities
BOJ Interest Rate Probabilities. Source: Polymarket

Japan’s rate increase represents a symbolic break from decades of near-zero interest rates that made the yen a cornerstone of global funding markets. Cheap yen borrowing fueled leverage across equities, bonds, and cryptocurrencies.

As Japanese yieds rise and narrow the gap with global rates, those trades become less attractive, potentially forcing investors to unwind risk positions. Still, Bitcoin’s calm reaction suggests markets were prepared.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Bitcoin (BTC) Price Performance. Source: BeInCrypto

According to analysts, however, the focus was never the hike itself, but what comes next.

“Markets are pricing in a near-certain 25 basis point hike, marking the highest Japanese policy rate in about 30 years. While the hike itself is largely anticipated, the real focus is on Governor Ueda’s forward guidance during the press conference—signals of future hikes could amplify effects,” wrote analyst Marty Party.

That forward guidance may prove crucial. The BOJ has signaled it remains prepared to raise rates further, potentially to 1% or higher by late 2026, depending on wage growth and sustained inflation.

BOJ policy rate climbing from near 0% to 0.75% in December 2025, ending decades of ultra-easy policy. Source: Wise Advice via X

That outlook keeps pressure on risk assets, even if the initial move failed to trigger volatility.

Bitcoin Holds Firm as Altcoins Face a Prolonged Liquidity Squeeze

Analysts argue that Bitcoin’s resilience could be a bullish sign. Blueblock pointed to historical patterns, noting the divergence from past reactions.

“The BOJ just hiked rates to 0.75%, ending decades of ultra-loose policy and narrowing the gap with global yields. History shows that every prior tightening has triggered 20–30% Bitcoin drops as yen carry trades unwind and liquidity tightens. Yet with the hike fully priced in and BTC holding around $85k–$87k, this could be the dip buyers have been waiting for,” the analyst wrote.

However, not all corners of the crypto market are expected to fare as well. Altcoins, which are typically more sensitive to shifts in liquidity, remain vulnerable if Japanese tightening accelerates.

The prospect of higher rates through 2026 suggests a prolonged headwind rather than a one-off shock.

BOJ’s December 2025 policy decision raised rates to 0.75% with guidance for further tightening
BOJ’s December 2025 policy decision raised rates to 0.75% with guidance for further tightening. Source: Money Ape on X

“BOJ signals it is ready to hike further, potentially 1% or higher by late 2026, depending on wage growth and sustained inflation. NO MERCY FOR ALTCOINS,” commented Money Ape.

Bitcoin’s stability reflects a market that had ample time to prepare for the BOJ’s decision. Whether that resilience holds will depend less on the December hike itself and more on how aggressively Japan continues its path of tightening. It will also hinge on how global liquidity adapts to the end of one of its longest-running monetary backstops.

The post BOJ Raises Interest Rates to 0.75%, But Bitcoin Stands Unshaken—Is the Crypto Calm a Warning or Opportunity? appeared first on BeInCrypto.

$3.16 Billion Crypto Options Expiry Puts Bitcoin and Ethereum’s Next Move in Question

19 December 2025 at 13:26

Over $3.16 billion worth of Bitcoin and Ethereum options are set to expire on Friday at 08:00 UTC on Deribit, marking the final major derivatives settlement before Christmas.

With liquidity thinning out as the holiday period approaches and positioning tightly clustered around key price levels, traders appear cautious, waiting for a clearer catalyst before committing to a direction.

What to Expect as Nearly $3 Billion Bitcoin Options Expire

Bitcoin accounts for the bulk of the expiry, with roughly $2.69 billion in notional value rolling off. At the time of writing, BTC was trading at $87,194, representing a 0.54% increase over the past 24 hours.

The max pain level for today’s expiring Bitcoin options sits at $88,000, placing the spot price just below the strike. This is where the greatest number of options expire worthless.

Meanwhile, open interest data suggests a relatively balanced but slightly defensive stance. Bitcoin call open interest stands at 17,506 contracts, compared with 13,309 puts, resulting in a total open interest of 30,815 contracts and a put-to-call ratio of 0.76.

Expiring Bitcoin Options
Expiring Bitcoin Options. Source: Deribit

While calls still dominate numerically, the concentration of positioning near $88,000 points to limited upside momentum unless the spot decisively breaks higher. Deribit analysts highlighted this dynamic in a market update.

“BTC open interest is concentrated around 88K, with slightly heavier put positioning, pointing to a relatively contained expiry unless spot breaks range,” they wrote.  

The commentary reinforces the view that Bitcoin could remain range-bound through settlement, especially amid pre-holiday caution.

Over $470 Million Ethereum Options Expire Today: What Investors Should Know

Ethereum presents a different setup. Approximately $473 million in ETH options are expiring, with the asset trading at $2,928, representing a 3.37% increase in the last 24 hours. ETH’s max pain level is higher, at $3,100, leaving spot price meaningfully below the key strike.

Ethereum’s open interest profile is more evenly split, with 78,524 call contracts versus 83,547 puts. This results in a put-to-call ratio of 1.06 and a total open interest of 162,071 contracts.

Expiring Ethereum Options
Expiring Ethereum Options. Source: Deribit

Unlike Bitcoin, ETH positioning is spread across a wider range of strikes, indicating greater uncertainty about the near-term direction.

“ETH positioning is more distributed across strikes, with notable upside interest above 3.4K, keeping larger moves in play if volatility reaccelerates,” Deribit analysts indicated.

The analysts added that positioning suggests patience into settlement, which happens at 08:00 UTC today, with traders waiting for a clearer catalyst rather than forcing direction.

Beyond today’s options expiry, attention is already shifting to December 26 and early 2026 positioning.

“December 26 85k Put OI now ~15k ($1.25bn notional) on Deribit, and bears+FUD currently in control with ATM 86k,” Deribit Insights noted.

At the same time, upside bets appear less aggressive in the near term, with analysts observing that “the Dec26 100k+ $1.75bn Call condor feels a distant punt now.”

However, longer-dated flows tell a more constructive story, with recent flows continuing to show upside bias into 2026. According to the analysts, this suggests that while short-term sentiment remains cautious, longer-horizon traders are still positioning for a renewed bullish phase.

As the final options expiry before Christmas approaches, both Bitcoin and Ethereum appear caught between near-term restraint and longer-term optimism, leaving their next decisive move unresolved.

Traders and investors may experience some volatility, which the BOJ’s interest rate decision could exacerbate. However, markets tend to stabilize as traders adjust to new market conditions.

The post $3.16 Billion Crypto Options Expiry Puts Bitcoin and Ethereum’s Next Move in Question appeared first on BeInCrypto.

Ethereum Dip Pressures BitMine, but Tom Lee and Ark Keep Buying | US Crypto News

18 December 2025 at 23:08

Welcome to the US Crypto News Morning Briefing—your essential rundown of the most important developments in crypto for the day ahead.

Grab a coffee as BitMine’s bold Ethereum strategy is back in focus with market pressure building and investor nerves fraying. Losses are mounting, the stock is sliding, and yet influential buyers are quietly stepping in, setting up a familiar crypto standoff between conviction and caution.

Crypto News of the Day: Losses Mount at BitMine, Yet Tom Lee and Ark Double Down on Ethereum

BitMine’s aggressive Ethereum treasury strategy is coming under renewed scrutiny as prolonged unrealized losses weigh on investor sentiment and its stock continues to slide.

Shares of BitMine (BMNR), widely described as the world’s largest Ethereum treasury company, have fallen sharply in recent sessions. The stock closed Wednesday at $29.32, down 6.59% on the day and roughly 24% over the past five days,

BitMine (BMNR) Stock Performance
BitMine (BMNR) Stock Performance. Source: Google Finance

The reflects market unease around both broader market weakness and BitMine’s mounting unrealized losses on ETH holdings.

Yet even as concerns grow around downside exposure, some of crypto’s most influential bulls are doubling down. This highlights a widening divide over Ethereum’s role in institutional treasury strategies.

Despite the drawdown, BitMine Chairman Tom Lee appears unfazed. On-chain data flagged by Arkham Intelligence indicates that Lee has continued to accumulate Ethereum at scale.

“Tom Lee just bought another $140 million ETH. Two fresh wallets just received $140.58 million ETH from FalconX. Their acquisition behavior matches BitMine’s prior purchase patterns. Tom Lee continues to buy the dip,” wrote Arkham.

The activity reinforces BitMine’s long-standing thesis that Ethereum remains structurally undervalued and is positioned to benefit from regulatory clarity, institutional adoption, and the expansion of on-chain use cases. This holds despite near-term price action telling a different story.

Cathie Wood’s Ark Invest is also signaling conviction. According to trade filings, Ark purchased $10.56 million worth of BitMine shares on Wednesday across three of its exchange-traded funds.

🚨ARK BUYS MORE CRYPTO STOCKS!

Ark Invest bought $10.56M of BitMine, $5.9M of Coinbase, and $8.85M of Bullish on Wednesday.

Cathie Wood says a “real break” in inflation is coming in 2026. pic.twitter.com/lW8AWfuISC

— Coin Bureau (@coinbureau) December 18, 2025

The buy followed an additional $17 million purchase earlier in the week, bringing Ark’s recent accumulation to nearly $28 million.

Ark Expands Crypto Equity Exposure as Treasury Strategies Split

Ark’s buying spree extended beyond BitMine. The firm also added $5.9 million in Coinbase shares and $8.85 million worth of Bullish, leaning into crypto equities that have broadly been trending lower. Coinbase fell 3.33% on Wednesday to $244.19, while Bullish slipped 1.89% to $42.15.

Coinbase (COIN) Stock Performance
Coinbase (COIN) Stock Performance. Source: Google Finance

The moves reflect Wood’s broader macro-outlook. The Ark Invest CEO, Cathie Wood, has repeatedly argued that easing inflation and improving liquidity conditions could set the stage for a renewed crypto rally.

BitMine’s leadership mirrors that optimism. The company has continued purchasing ether weekly during the downturn, with Lee previously stating that regulatory and legislative shifts in Washington, combined with rising institutional engagement, mean “the best days for crypto” are still ahead.

Nonetheless, not everyone shares that view. Analyst Samson Mow has taken the opposite approach, opting for a clean break from Ethereum exposure.

“I’ve decided to liquidate all BitMine Ethereum holdings and pivot to a Bitcoin-only treasury strategy,” wrote Mow.

Mow’s decision highlights a growing philosophical split within crypto treasuries: whether diversification into Ethereum represents strategic foresight or unnecessary risk.

For BitMine, that debate is no longer theoretical, and as unrealized losses persist, Lee and Ark’s conviction may not be rewarded soon, unless tides turn. In the same way, Ethereum’s volatility continues to test the limits of institutional patience.

Chart of the Day

Ethereum Treasury Companies. Source: StrategicETHReserve.xyz

Byte-Sized Alpha

Here’s a summary of more US crypto news to follow today:

Crypto Equities Pre-Market Overview

CompanyAt the Close of December 17Pre-Market Overview
Strategy (MSTR)$160.38$162.80 (+1.51%)
Coinbase (COIN)$244.19$250.37 (+2.53%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)$22.81$23.11 (+1.31%)
MARA Holdings (MARA)$9.93$10.03 (+1.01%)
Riot Platforms (RIOT)$12.96$13.07 (+0.85%)
Core Scientific (CORZ)$13.57$14.00 (+3.17%)
Crypto equities market open race: Google Finance

The post Ethereum Dip Pressures BitMine, but Tom Lee and Ark Keep Buying | US Crypto News appeared first on BeInCrypto.

Ethereum Turun, BitMine Tertekan, tapi Tom Lee dan Ark Tetap Beli | Berita Kripto AS

18 December 2025 at 23:08

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—rangkuman penting untuk perkembangan utama dunia aset kripto hari ini.

Siapkan kopi Anda, karena strategi Ethereum berani dari BitMine kembali jadi sorotan, saat tekanan pasar meningkat dan investor makin khawatir. Kerugian makin menumpuk, harga saham menurun, tapi pembeli berpengaruh diam-diam masuk, menciptakan kondisi klasik kripto antara keyakinan dan kehati-hatian.

Berita Aset Kripto Hari Ini: Kerugian di BitMine Meningkat, tapi Tom Lee dan Ark Tetap Percaya pada Ethereum

Strategi treasury Ethereum yang agresif dari BitMine kembali mendapat sorotan, karena kerugian belum terealisasi yang terus berlanjut membebani sentimen investor dan harga sahamnya pun terus turun.

Saham BitMine (BMNR), yang dikenal luas sebagai perusahaan treasury Ethereum terbesar di dunia, anjlok tajam dalam beberapa sesi terakhir. Sahamnya ditutup pada hari Rabu di level US$29,32, turun 6,59% dalam sehari dan sekitar 24% selama lima hari terakhir,

BitMine (BMNR) Stock Performance
Performa Saham BitMine (BMNR) | Sumber: Google Finance

Hal ini mencerminkan kecemasan pasar terhadap kelemahan pasar secara luas sekaligus kerugian belum terealisasi BitMine atas kepemilikan ETH mereka.

Meskipun kekhawatiran meningkat terkait potensi penurunan, beberapa bull paling berpengaruh di dunia kripto justru menambah posisi mereka. Kondisi ini menyoroti perbedaan pandangan yang makin lebar soal peran Ethereum di strategi treasury institusi.

Meski terjadi penurunan, Ketua BitMine Tom Lee nampak tetap tenang. Data on-chain yang dicatat Arkham Intelligence memperlihatkan bahwa Lee terus mengakumulasi Ethereum dalam jumlah besar.

“Tom Lee just bought another $140 million ETH. Two fresh wallets just received $140.58 million ETH from FalconX. Their acquisition behavior matches BitMine’s prior purchase patterns. Tom Lee continues to buy the dip,” tulis Arkham.

Aksi ini kembali menegaskan keyakinan lama BitMine bahwa Ethereum masih undervalued secara struktural dan berpotensi diuntungkan dari kejelasan regulasi, adopsi institusi, dan ekspansi kasus penggunaan on-chain. Walaupun, pergerakan harga jangka pendek menggambarkan cerita yang berbeda.

Ark Invest dari Cathie Wood juga menunjukkan keyakinan. Berdasarkan laporan transaksi, Ark telah membeli saham BitMine senilai US$10,56 juta pada hari Rabu melalui tiga exchange-traded fund mereka.

🚨ARK BUYS MORE CRYPTO STOCKS!

Ark Invest bought $10.56M of BitMine, $5.9M of Coinbase, and $8.85M of Bullish on Wednesday.

Cathie Wood says a “real break” in inflation is coming in 2026. pic.twitter.com/lW8AWfuISC

— Coin Bureau (@coinbureau) December 18, 2025

Pembelian ini mengikuti tambahan pembelian senilai US$17 juta di awal minggu, sehingga total akumulasi terbaru Ark mendekati US$28 juta.

Ark Perluas Eksposur Saham Aset Kripto Sementara Strategi Treasury Terpecah

Aksi beli Ark tidak hanya di BitMine saja. Perusahaan ini juga menambah saham Coinbase senilai US$5,9 juta dan membeli Bullish senilai US$8,85 juta, memperkuat eksposur ke aset ekuitas kripto yang secara umum sedang menurun. Pada hari Rabu, saham Coinbase turun 3,33% ke US$244,19, sementara Bullish turun 1,89% ke US$42,15.

Coinbase (COIN) Stock Performance
Performa Saham Coinbase (COIN) | Sumber: Google Finance

Langkah-langkah ini mencerminkan pandangan makro yang lebih luas dari Wood. CEO Ark Invest, Cathie Wood, berulang kali menyatakan bahwa penurunan inflasi dan perbaikan likuiditas bisa menjadi fondasi untuk reli kripto berikutnya.

Pihak manajemen BitMine juga sejalan dengan sikap optimistis ini. Perusahaan tetap rutin membeli Ether setiap minggu selama periode penurunan, di mana Lee pernah menyatakan bahwa perubahan regulasi dan kebijakan di Washington serta meningkatnya minat institusi berarti “hari-hari terbaik bagi kripto” masih di depan.

Meski begitu, tidak semua pihak sependapat. Analis Samson Mow mengambil langkah sebaliknya dan memutuskan keluar total dari eksposur Ethereum.

“I’ve decided to liquidate all BitMine Ethereum holdings and pivot to a Bitcoin-only treasury strategy,” tulis Mow.

Keputusan Mow menyoroti perpecahan filosofi dalam manajemen treasury kripto: apakah diversifikasi ke Ethereum adalah langkah strategis atau malah menjadi risiko yang tidak perlu.

Bagi BitMine, perdebatan ini kini bukan hanya teori belaka; selama kerugian belum terealisasi terus terjadi, keyakinan Lee dan Ark belum tentu membuahkan hasil dalam waktu dekat—kecuali situasi pasar benar-benar berbalik. Di sisi lain, volatilitas Ethereum terus menguji kesabaran institusi.

Chart of the Day

Perusahaan Treasury Ethereum | Sumber: StrategicETHReserve.xyz

Alpha Ringkas

Berikut rangkuman berita aset kripto dari Amerika Serikat yang perlu kamu ikuti hari ini:

Gambaran Umum Pre-market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan 17 DesemberGambaran Pre-Market
Strategy (MSTR)US$160,38US$162,80 (+1,51%)
Coinbase (COIN)US$244,19US$250,37 (+2,53%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$22,81US$23,11 (+1,31%)
MARA Holdings (MARA)US$9,93US$10,03 (+1,01%)
Riot Platforms (RIOT)US$12,96US$13,07 (+0,85%)
Core Scientific (CORZ)US$13,57US$14,00 (+3,17%)
Persaingan pembukaan pasar ekuitas kripto | Sumber: Google Finance

Imbal Hasil Obligasi Jepang Sentuh 1,98%: Perubahan Suku Bunga BOJ Pengaruhi Emas, Perak, dan Bitcoin

18 December 2025 at 17:20

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun melonjak menjadi 1,98% pada Desember 2025, yaitu level tertinggi sejak 1990-an. Kondisi ini terjadi saat pasar menunggu pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada 19 Desember.

Lonjakan ini telah memicu reli global pada logam mulia, dengan harga emas naik 135% dan perak melesat 175% sejak awal 2023. Sementara itu, Bitcoin sedang tertekan karena penjualan paksa makin intensif di exchange Asia, sehingga memperlihatkan perbedaan reaksi pasar terhadap perubahan suku bunga Jepang.

Imbal hasil obligasi Jepang capai 1,98%

Selama beberapa dekade, Jepang mempertahankan suku bunga hampir nol yang mendukung likuiditas global lewat yen carry trade.

Investor meminjam yen dengan bunga rendah untuk berinvestasi di seluruh dunia pada aset dengan yield lebih tinggi, sehingga mengekspor suku bunga sangat rendah.

Kenaikan sebesar 25 basis poin yang diperkirakan, sehingga suku bunga naik menjadi 0,75%, mungkin tampak kecil secara nominal, tapi kecepatan perubahan lebih penting daripada tingkat suku bunganya.

BOJ Interest Rate Probabilities
Probabilitas Suku Bunga BOJ | Sumber: Polymarket

“Carry trade berisiko: Tidak ada yang tahu kapan konsekuensi nyata akan muncul, tapi perubahan yang terus berlanjut ini sepertinya akan menguras likuiditas pasar, sehingga bisa memicu efek berantai lewat margin call dan aksi deleveraging paksa lainnya,” peringatkan CEO i3 Invest, Guilherme Tavares.

Analis menilai aksi BOJ ini bukan sekadar penyesuaian domestik.

“Saat imbal hasil Jepang bergerak, modal global langsung memperhatikan. Emas dan perak tidak merespons pada kabar inflasi. Mereka sedang mengantisipasi risiko neraca keuangan negara. Jepang sekarang bukan lagi negara pinggiran. Jepang adalah pusat perhatian,” teriang Simon Hou-Vangsaae Reseke.

Harga emas dan perak melonjak di tengah kenaikan risiko negara berdaulat

Logam mulia terus mengikuti pergerakan imbal hasil Jepang. Menurut Global Market Investor, emas dan perak bergerak hampir sejalan dengan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang. Ini menunjukkan bahwa logam mulia digunakan sebagai lindung nilai utama terhadap naiknya biaya utang pemerintah.

Harga Emas dan Perak Mengikuti Obligasi 10T Jepang | Sumber: Global Markets Investor di X

“Bukan soal yield-nya sendiri, melainkan apa arti pergerakannya — risiko utang negara yang naik, likuiditas global makin ketat, dan ada ketidakpastian soal kepercayaan pada mata uang. Emas merespons sebagai proteksi, dan perak mengikuti dengan volatilitas yang lebih besar,” komentar analis EndGame Macro.

Pasa perak menunjukkan tanda mania spekulatif. Dana China Silver Futures baru-baru ini diperdagangkan 12% di atas harga fisik logam yang menjadi acuannya, menandakan permintaan eksposur leverage telah melampaui aset dasarnya.

⚠️ Silver market mania is an UNDERSTATEMENT:

The China Silver Futures Fund was trading +12% above the actual value of the silver it is supposed to track

Investors are buying the fund much faster than the silver behind is rising, a sign of SPECULATION. 👇https://t.co/8kAngXV9CH

— Global Markets Investor (@GlobalMktObserv) December 17, 2025

Investor makin memposisikan emas dan perak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi makro yang lebih luas, bukan hanya sekadar inflasi.

Bitcoin Mengalami Tekanan karena Carry Trade Mulai Dibuka

Di sisi lain, harga Bitcoin semakin tertekan karena likuiditas yen yang semakin ketat.

“Exchange di Asia terus mengalami aksi jual spot yang konsisten. Cadangan miner menurun — akibat penjualan paksa, bukan pilihan…Holder jangka panjang Asia sepertinya sedang distribusi…Harga akan tetap berat sampai pasokan paksa benar-benar terserap,” tulis CryptoRus, sambil mengutip XWIN Research Japan.

Institusi AS terus membeli, karena Coinbase Premium masih positif, tapi likuidasi paksa di Asia dan penurunan hashrate Bitcoin sebanyak 8% turut menambah tekanan ke bawah.

Bitcoin Price and Coinbase Premium
Harga Bitcoin dan Coinbase Premium | Sumber: CryptoQuant

Perubahan suku bunga BOJ sebelumnya kerap bertepatan dengan penurunan besar BTC, sehingga para trader kini waspada pada risiko penurunan lanjutan ke area US$70.000.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Reaksi yang berbeda antara logam mulia dan Bitcoin menyoroti perbedaan dalam posisi risiko. Emas dan perak menarik arus dana safe haven di tengah meningkatnya risiko kedaulatan, sementara Bitcoin mengalami tekanan harga akibat likuidasi.

Analis mencatat pemangkasan suku bunga The Fed di masa depan mungkin bisa menyeimbangkan dampak BOJ, tapi kecepatan perubahan kebijakan sangat penting.

Mengapa Level US$81.500 Kini Jadi Penentu Nasib Harga Bitcoin?

18 December 2025 at 16:35

Bitcoin saat ini bergerak di sekitar sebuah level yang bobotnya melampaui sekadar angka harga di headline. Sejumlah analis menyoroti zona yang merepresentasikan True Market Mean Price (TMMP), yakni harga rata-rata akumulasi on-chain investor non-miner, sebagai poros krusial dinamika pasar saat ini.

Menurut CryptoQuant, level ini telah menjelma menjadi retakan psikologis sekaligus struktural yang menguji apakah keyakinan investor masih cukup solid untuk menyerap pasokan yang muncul, atau justru mulai mengalami erosi.

Bitcoin di “Harga Keyakinan” saat US$81.500 Uji Keyakinan Pasar

Indikator on-chain mengindikasikan stres fase menengah siklus, sementara resistance teknikal masih menahan ruang kenaikan. Di sisi lain, komunitas analis nampak semakin terbelah. Kondisi ini akhirnya menciptakan kebuntuan rapuh antara dua kekuatan utama:

  • holder jangka panjang yang berupaya mempertahankan cost basis mereka, dan
  • penjual yang kian bersedia keluar dari pasar pada level impas.

Dalam lanskap ini, TMMP muncul sebagai batas utama Bitcoin. TMMP bukan sekadar indikator teknikal, melainkan jangkar psikologis kolektif yang menandai harga rata-rata masuknya modal riil ke dalam pasar.

Ketika Bitcoin diperdagangkan di sekitar level ini, investor dihadapkan pada dilema eksistensial pasar: bertahan di tengah ketidakpastian atau melepaskan posisi pada titik impas. Momen keputusan semacam ini kerap memperbesar tekanan pasar dan sering kali menjadi katalis bagi pergerakan besar berikutnya.

Analis CryptoQuant, Moreno, menyoroti US$81.500 sebagai TMMP, yakni titik di mana mayoritas modal efektif masuk ke pasar.

Who’s Still Willing to Hold?

“If Bitcoin holds above the TMMP ($81.5K) while AVIV stabilizes (0.8-0.9), it suggests investors are absorbing supply and defending their cost basis.

If price loses TMMP and AVIV continues to compress, it means profitability is fading, and… pic.twitter.com/XStWnGlXty

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) December 17, 2025

Secara historis, perdagangan di atas zona ini mendorong pembelian saat koreksi dan akumulasi berkelanjutan. Sebaliknya, kegagalan mempertahankannya sering kali mengubah level tersebut menjadi resistance aktif, karena investor memanfaatkan reli untuk keluar mendekati harga masuk mereka. Pola ini kembali terpantau pada kondisi saat ini.

“Ketika BTC diperdagangkan di atas level ini, investor umumnya berada dalam kondisi psikologis yang relatif nyaman. Namun saat harga kehilangan level tersebut, zona yang sama sering berbalik menjadi resistance, karena mereka yang membeli di sekitar cost basis memanfaatkan reli untuk keluar,” terang Moreno.

Ujian di sekitar US$81.500 kini menempatkan investor pada momen penentuan: bertahan dengan keyakinan, atau mengamankan posisi di titik impas.

Pengalaman siklus sebelumnya menegaskan signifikansi zona ini. Dalam bull market 2020–2021, TMMP berulang kali berfungsi sebagai support dinamis. Sebaliknya, pada 2022, level ini beralih peran menjadi resistance seiring terkikisnya kepercayaan pasar. Peran TMMP selanjutnya berpotensi menentukan arah jangka pendek Bitcoin.

Bitcoin's TMMP at $81,500 acts as critical support
TMMP Bitcoin di US$81.500 berperan sebagai support penting | Sumber: CryptoQuant

Rasio AVIV Tunjukkan Stres Keyakinan yang Berlangsung Senyap

Dimensi perilaku pasar semakin diperdalam oleh rasio AVIV, sebuah metrik on-chain yang membandingkan valuasi pasar aktif dengan valuasi terealisasi, dengan fokus pada profitabilitas investor. Tidak seperti indikator momentum, AVIV mencerminkan sentimen yang berakar pada keuntungan yang benar-benar terealisasi.

Saat ini, rasio AVIV mulai turun menuju rentang 0,8–0,9, sebuah zona yang secara historis diasosiasikan dengan transisi fase menengah siklus. Dalam fase ini, pasar umumnya tidak runtuh secara dramatis, namun juga gagal membangun tren yang tegas.

The AVIV ratio indicates mid-cycle compression
Rasio AVIV menunjukkan tekanan di tengah siklus | Sumber: CryptoQuant

“Jika Bitcoin mampu bertahan di atas TMMP (US$81.500) sementara AVIV stabil di kisaran 0,8–0,9, itu menunjukkan investor masih menyerap suplai dan mempertahankan cost basis mereka. Namun, jika harga kehilangan TMMP dan AVIV terus turun, hal itu menandakan profitabilitas memudar dan kepercayaan mulai melemah,” imbuh analis CryptoQuant.

Lingkungan semacam ini cenderung menekan pelaku pasar yang rapuh bukan melalui penurunan tajam, melainkan lewat stagnasi yang berkepanjangan. Seiring profit yang belum terealisasi terus tergerus, keyakinan diuji secara perlahan, membuka ruang bagi akumulasi ulang atau memaksa pasar mencari permintaan di level yang lebih rendah.

Resistance Teknikal Perkuat Market Sideways saat Debat Makro Menguat

Dari sisi harga, Bitcoin sejauh ini belum menawarkan pelepasan tekanan. Aset ini berulang kali gagal menembus level pembukaan tahunan, memperkuat kehati-hatian di kalangan trader momentum dan pelaku teknikal.

Kegagalan merebut kembali level tersebut memperdalam persepsi bahwa potensi kenaikan masih kecil dalam waktu dekat.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Kebuntuan teknikal ini mencerminkan perpecahan ideologis yang lebih luas di pasar. Holder veteran, banyak di antaranya ditempa oleh puncak 2021 dan crash 70% setelahnya, terlihat semakin responsif terhadap sinyal teknikal dan model siklus.

“Mengapa Bitcoin tidak pump? Karena 50% menjual (OG yang trauma 2021, investor teknikal yang menatap RSI, penggemar siklus empat tahunan yang menanti bear dua tahun pasca-halving) sementara 50% lainnya membeli, yakni investor fundamental, TradFi, dan bank. Pertarungan epik hingga amunisi penjual pun habis,” tulis analis PlanB.

Sebaliknya, pelaku institusional dan keuangan tradisional terlihat relatif tidak terlalu terikat pada siklus jangka pendek. Akumulasi mereka yang berlangsung stabil telah membantu menyerap pasokan yang beredar. Hanya saja, hingga kini itu masih belum cukup kuat untuk mendorong pasar keluar dari rentang konsolidasi yang membelenggu pergerakan harga.

Menambah lapisan ketidakpastian, analis makro Luke Gromen baru-baru ini mengungkap bahwa ia telah menjual mayoritas kepemilikan Bitcoin-nya di sekitar US$95.000. Gromen menautkan keputusannya pada kerusakan teknikal jangka panjang serta kekhawatiran sistemik yang kian mengemuka.

Keputusan tersebut, yang ia sampaikan melalui podcast Swan Bitcoin’s No Second Best, mempertebal narasi bearish pada saat profitabilitas investor sudah berada dalam tekanan.

Gromen menyoroti melemahnya momentum jangka panjang, gagalnya Bitcoin mencetak level tertinggi baru terhadap emas, serta memuncaknya kekhawatiran akan kerapuhan struktur pasar global menjelang 2026.

“Bitcoin is telling us the first half of 2026 is gonna be ugly.” — Luke Gromen

One of the most respected macro voices just turned bearish.
He didn’t just warn — he sold. Is this capitulation?

💥 New episode of No Second Best! 👇 pic.twitter.com/VKnSa3BcSr

— Swan (@Swan) December 16, 2025

Meski para pembawa acara Swan Bitcoin menyanggah kesimpulan tersebut, aksi jual itu sendiri telah menggema di kalangan investor, terutama mereka yang menyaksikan keyakinan pasar mulai goyah di dekat area support krusial.

Keluar masuknya figur berprofil tinggi kerap membawa bobot psikologis yang tidak proporsional, khususnya pada fase ketika harga tertekan dan indikator on-chain mengisyaratkan menyusutnya profitabilitas.

Akankah Keyakinan Mampu Bertahan?

Bitcoin kini berada di sebuah persimpangan yang lebih ditentukan oleh keteguhan keyakinan ketimbang euforia. Jika harga mampu bertahan di atas US$81.500 sembari rasio AVIV berangsur stabil, hal itu akan mengindikasikan bahwa investor masih bersedia mempertahankan cost basis mereka, sebuah prasyarat penting bagi kelanjutan tren naik.

Sebaliknya, bila gagal mempertahankan level tersebut maka berpotensi menimbulkan konsekuensi mahal. Penurunan tegas di bawah TMMP, disertai tekanan AVIV lanjutan, akan menandakan bahwa keyakinan semata tidak lagi memadai, memaksa pasar untuk mencari permintaan pada level yang lebih rendah.

Bagaimana pendapat Anda tentang nasib harga Bitcoin yang bergantung pada level US$81,5K di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Prediksi Kripto ke-11 dari Bitwise Mungkin Tak Bertahan—James Seyffart Peringatkan

18 December 2025 at 15:41

Pasar exchange-traded fund (ETF) aset kripto di AS semakin mendekati titik krusial. Prediksi Bitwise Asset Management untuk 2026 memperkirakan akan ada lebih dari 100 ETF baru yang terhubung dengan kripto, didorong oleh standar listing yang dipermudah oleh SEC yang mulai berlaku sejak Oktober 2025.

Sementara prospek menunjukkan rekor harga tertinggi baru untuk Bitcoin, Ethereum, dan Solana, analis ETF Bloomberg James Seyffart memperingatkan bahwa mungkin akan terjadi guncangan besar karena sektor ini jadi penuh sesak.

Bitwise Bagikan 11 Prediksi Aset Kripto untuk 2026

Bitwise membuat 10 prediksi untuk tahun 2026, mencakup pasar kripto dan ETF yang akan dipantau oleh para investor. Menurut manajer dana indeks aset kripto itu:

  • Bitcoin, Ethereum, dan Solana akan mencetak rekor harga tertinggi baru
  • Bitcoin akan mematahkan siklus empat tahun dan mencetak rekor harga tertinggi baru
  • Bitcoin akan jadi kurang volatil dibanding Nvidia.
  • ETF akan membeli lebih dari 100% pasokan baru Bitcoin, Ethereum, dan Solana karena permintaan institusi yang semakin meningkat.
  • Saham terkait kripto akan mengalahkan saham teknologi.
  • Open Interest di Polymarket akan mencetak rekor tertinggi baru, melampaui level pemilu 2024.
  • Stablecoin akan disalahkan karena mengacaukan mata uang negara berkembang.
  • Onchain vaults akan melipatgandakan asset under management (AUM).
  • Ethereum dan Solana akan mencetak rekor tertinggi baru (jika CLARITY Act disahkan).
  • Setengah dana abadi universitas Ivy League akan berinvestasi di kripto.
  • Lebih dari 100 ETF kripto akan diluncurkan di AS.
  • Korelasi Bitcoin dengan saham akan turun.

Gelombang Likuidasi ETF Bisa Terjadi pada 2026, kata James Seyffart

Prediksi kesebelas berhasil menarik perhatian, dan jadi kekhawatiran khusus para analis. Lonjakan peluncuran ETF kripto ini terjadi karena perubahan regulasi besar.

Pada September 2025, SEC memperkenalkan standar listing umum untuk komoditas trust shares, termasuk aset kripto.

“[Sejumlah exchange terkemuka] telah mengajukan perubahan aturan kepada SEC untuk mengadopsi standar listing umum bagi Commodity-Based Trust Shares. Setiap perubahan aturan ini… melewati tahap pemberitahuan dan komentar. Perintah ini menyetujui Proposal dengan proses percepatan,” ujar dokumen SEC itu.

Perubahan ini memungkinkan ETF untuk listing tanpa peninjauan satu per satu, yang mengurangi keterlambatan dan ketidakpastian.

Bitwise memprediksi kejelasan regulasi ini akan mendorong adopsi institusi dan aliran dana segar ke ETF kripto pada 2026.

2026 PREDICTION: More than 100 crypto-linked ETFs will launch in the U.S.⁰⁰In October 2025, the SEC published generic listing standards, allowing ETF issuers to launch crypto ETFs under a general set of rules. A clearer regulatory roadmap in 2026 is why we see the stage being… pic.twitter.com/rQbcWe6JE4

— Bitwise (@BitwiseInvest) December 17, 2025

“Saya setuju 100% dengan Bitwise di sini,” tutur Seyffart. “Saya juga pikir kita akan melihat banyak likuidasi di produk ETP kripto. Mungkin terjadi di akhir 2026, tapi kemungkinan besar sebelum akhir 2027. Para penerbit melemparkan BANYAK produk sekaligus ke pasar.”

Dominasi ETF Bitcoin dan Saturasi Altcoin

Data Bloomberg menunjukkan saat ini ada 90 ETP kripto yang mengelola dana sebesar US$153 miliar, dengan 125 pengajuan produk yang masih antre. Bitcoin mendominasi dengan US$125 miliar di 60 produk, sementara Ethereum menempati urutan kedua dengan US$22 miliar di 25 ETF.

Altcoin seperti XRP dan Solana masih tergolong niche, masing-masing baru ada 11–13 produk dan punya aset US$1,5–US$1,6 miliar, menandakan risiko kejenuhan pasar yang mulai meningkat.

The state of crypto ETFs/ETPs
Kondisi ETF/ETP Kripto | Sumber: James Seyffart dari Bloomberg di X

Dengan pasar yang akan banjir produk baru, para analis memperkirakan akan terjadi persaingan ketat dalam memperebutkan modal investor. namun, tren historis memperlihatkan perlunya kehati-hatian, karena sekitar 40% ETF yang diluncurkan sejak 2010 berakhir ditutup, biasanya karena kurang aset atau volume transaksi rendah.

Shakeout ETF Kripto yang Akan Datang: Pemenang, Pecundang, dan Munculnya Aset ‘Zombie’

Peringatan Seyffart mencerminkan kekhawatiran umum bahwa ekspansi cepat biasanya diikuti konsolidasi. ETF kripto yang gagal menarik dana kelolaan (AUM), membedakan strategi, atau membangun kanal distribusi yang kuat bisa cepat tutup.

Produk dengan strategi paparan khusus, fitur pendapatan, atau profil risiko yang disesuaikan bisa punya peluang bertahan lebih lama.

Chris Matta, CEO Liquid Collective, juga menyoroti isu ini dalam konteks proyek “zombie”, yaitu aset kripto dengan kapitalisasi pasar di atas US$1 miliar tapi minim pengembangan ekosistem.

“Mungkin kegagalan mempertahankan ETF di pasar tradisional justru jadi sinyal lebih kuat dan menghasilkan perbedaan kinerja makin besar antara aset kripto aktif dan yang mati,” ucap Matta.

Jadi, investor yang masuk ke sektor ETF perlu benar-benar selektif. Likuiditas perdagangan, akurasi pelacakan harga, struktur biaya, dan kredibilitas penerbit menjadi hal penting untuk membedakan produk yang berkelanjutan dengan yang kemungkinan besar akan gagal.

Sementara itu, prediksi bullish Bitwise menunjukkan bahwa ETF utama yang terkait aset besar mungkin akan terus menikmati aliran dana institusi yang konsisten.

Gelombang likuidasi yang diperkirakan terjadi pada akhir 2027 sepertinya akan mengubah sektor ini, karena modal akan terkonsentrasi pada produk-produk terkuat.

Walaupun proses ini mengganggu, pada akhirnya bisa memperkuat pasar exchange-traded fund (ETF) aset kripto di AS dengan cara:

  • Menghilangkan produk yang lemah,
  • Memperjelas pilihan untuk investor, dan
  • Menyoroti strategi yang berbeda dan unik.

Pertanyaannya tetap sama: di sektor ETF yang semakin padat, produk mana yang akan bertahan dan mana yang akan menjadi bagian dari deretan aset “zombie” kripto yang terlupakan?

Putar Haluan, Peter Brandt Kini Mengaku Bearish pada Harga XRP

18 December 2025 at 20:26

Trader veteran Peter Brandt mengambil sikap bearish pada harga XRP. Ia memperingatkan bahwa token tersebut kemungkinan tengah membentuk pola double-top klasik. Pandangan ini muncul di tengah upaya Ripple yang justru semakin agresif mendorong ekspansi ekosistem melalui ekspansi stablecoin multichain serta pengembangan perangkat institusional bagi holder XRP.

Nada hati-hati Brandt muncul pada saat narasi fundamental XRP terlihat semakin solid. Kondisi ini menciptakan jurang yang kian lebar antara sinyal teknikal jangka pendek dan perkembangan adopsi jangka panjang.

Brandt Soroti Risiko Double-Top pada Harga XRP

Chartist alias analis grafik senior ini menyoroti apa yang ia anggap sebagai setup teknikal berpotensi bearish pada grafik harga XRP. Menurut Brandt, XRP terlihat sedang membentuk double-top. Ini adalah pola pembalikan yang lazim muncul ketika sebuah aset gagal menembus level resistance setelah dua kali percobaan.

XRP chart showing potential double top pattern
Grafik harga XRP menyoroti potensi formasi double-top | Sumber: Peter Brandt di X

Dalam analisis teknikal, pola double-top kerap menandakan melemahnya momentum bullish. Juga, ini bisa menjadi pendahulu koreksi yang lebih dalam apabila mendapat konfirmasi lanjutan.

“Saya sudah tahu sebelumnya bahwa semua Riplost XRP akan terus mengingatkan saya soal posting ini — tanya saja apakah saya peduli. Ini adalah potensi double-top,” ujar Brandt lewat unggahannya.

Harga XRP sendiri tengah bergerak dalam fase konsolidasi setelah reli yang perkasa pada akhir 2024. Sehingga ini membuat ketahanan level support menjadi fokus utama pelaku pasar.

Meski demikian, Brandt juga mengakui bahwa pola tersebut masih berpotensi gagal.

“Tentu saja ini bisa gagal, dan saya akan menghadapinya jika itu terjadi. Namun untuk saat ini, implikasinya bearish. Suka atau tidak, ini harus dihadapi,” tambahnya.

Analis Lain Soroti Konteks Historis yang Bullish

Berbeda dengan Brandt, sejumlah analis justru menilai struktur saat ini dari sudut pandang yang lebih konstruktif. Analis Steph is Crypto menyoroti pola historis XRP di sekitar simple moving average (SMA) 50 pekan, dengan argumen bahwa siklus sebelumnya lebih mengarah pada kelelahan penurunan, bukan awal tren bearish besar.

“Di setiap siklus, ketika XRP turun ke bawah SMA 50 pekan dan bertahan di sana selama sekitar 50–84 hari, reli kuat selalu menyusul,” jelasnya.

Contoh historisnya mencakup:

  • reli 211% setelah 70 hari di bawah SMA pada 2017,
  • kenaikan 70% setelah 49 hari pada 2021,
  • lonjakan 850% setelah 84 hari pada 2024.

Saat ini, harga XRP telah berada sekitar 70 hari di bawah SMA 50 pekan, tepat di dalam rentang historis yang sama.

XRP historical performance relative to 50-week SMA
Reli historis XRP setelah waktu lama di bawah SMA 50-mingguan | Sumber: Steph_iscrypto

Analisis ini mengindikasikan bahwa struktur yang terlihat bearish secara terisolasi justru bisa selaras dengan fase bottom siklus. Hal ini mencerminkan perpecahan interpretasi teknikal yang kini mengemuka di pasar.

Ripple Perluas RLUSD ke Layer-2 di Tengah Perdebatan Teknikal

Sementara perdebatan teknikal memanas, Ripple terus memperluas fondasi ekosistemnya. Pada 16 Desember, Ripple mengumumkan bahwa stablecoin berbasis dolar AS miliknya, Ripple USD (RLUSD), akan berekspansi ke jaringan Optimism, Base, Ink, dan Unichain.

Ekspansi ini memanfaatkan standar Native Token Transfers (NTT) dari Wormhole untuk mendukung interoperabilitas multichain.

Sebelumnya, RLUSD diterbitkan di XRP Ledger dan Ethereum. Ekspansi ke layer-2 dirancang untuk meningkatkan skalabilitas, kelancaran pergerakan likuiditas, serta utilitas di sektor DeFi dan platform institusional.

Ripple menegaskan bahwa RLUSD diterbitkan di bawah trust charter dari New York Department of Financial Services (NYDFS). Langkah ini menjadikannya salah satu stablecoin paling teregulasi yang memasuki ekosistem L2.

Selain itu, Ripple juga telah mengajukan OCC charter di Amerika Serikat. Pun, baru-baru ini mengantongi pengakuan regulasi di Dubai dan Abu Dhabi.

Wormhole menambahkan bahwa holder XRP nantinya dapat menggunakan XRP bersama RLUSD sebagai pasangan likuiditas dan perdagangan utama di berbagai chain yang didukung, melalui penerbitan wrapped XRP (wXRP) untuk penggunaan lintas chain.

Enhanced utility is coming for $XRP

XRP holders can use XRP alongside $RLUSD as a premier trading and liquidity pair on supported chains, allowing businesses to facilitate payments and checkout options that let users buy, sell, or send digital assets. pic.twitter.com/DMcSWyQ2XV

— Wormhole (@wormhole) December 17, 2025

Perangkat Institusional XRP Terus Berkembang

Ekspansi juga terjadi di sisi institusional. Digital Wealth Partners baru-baru ini meluncurkan strategi trading XRP berbasis algoritma untuk akun pensiun yang memenuhi syarat, dengan kustodian berasuransi melalui Anchorage Digital.

Layanan ini memungkinkan investor bernilai tinggi mengakses trading XRP secara sistematis dalam kerangka akun teregulasi dan berinsentif pajak, mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mengintegrasikan kripto ke dalam struktur manajemen kekayaan tradisional.

Digital Wealth Partners Launches Algorithmic XRP Trading Strategy Powered by @tryarchpublic for Qualified Retirement Accountshttps://t.co/ro7ipgP48D

— Digital Wealth Partners (@DWP_advisors) December 16, 2025

Di tengah sinyal teknikal yang saling bertentangan, arah harga XRP ke depan kemungkinan akan ditentukan oleh apakah pola bearish pada grafik yang akan mendominasi, atau justru siklus historis serta ekspansi utilitas yang kembali mengambil alih kendali.

Bagaimana pendapat Anda tentang Peter Brandt yang putar haluan ke arah bearish atas harga XRP ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Posisi Long Bitcoin Whale di Bitfinex Melonjak 36%: Apa Artinya?

18 December 2025 at 13:23

Investor Bitcoin besar di Bitfinex kembali menjadi perhatian pasar. Analis yang memantau data posisi leverage menunjukkan posisi long margin Bitcoin yang dipegang oleh crypto whale melonjak tajam, hampir menyentuh level tertinggi seperti pada Maret 2024.

Peningkatan akumulasi ini terjadi meski partisipasi pasar secara umum sedang melandai, sehingga muncul pertanyaan mengenai sinyal apa yang ingin dikirimkan oleh para trader bermodal besar ini.

Apa Arti Rekor Tertinggi Posisi Long Crypto Whale di Bitfinex?

Menurut analis on-chain James Van Straten, whale di Bitfinex terus menambah posisi secara agresif.

“Whale Bitfinex terus menambah posisi margin long bitcoin, mendekati level tertinggi Maret 2024. 36% lebih tinggi dalam 3 bulan terakhir,” tulisnya di X (Twitter).

Data tersebut menunjukkan tren akumulasi yang konsisten sejak September, di mana eksposur long justru bertambah saat harga lemah, bukan ketika reli terjadi.

Pihak Bitfinex sendiri sepertinya mengakui aktivitas tersebut, dengan menyoroti bahwa trader besar dan berpengalaman sedang memasang posisi dengan keyakinan, sementara peserta yang lebih kecil memilih mengurangi risiko.

Whale moves 🐳https://t.co/1Zgcof54xV

— Bitfinex (@bitfinex) December 8, 2025

Perbedaan perilaku ini pun patut dicatat. Walau pergerakan harga Bitcoin memang masih cukup fluktuatif dalam beberapa minggu terakhir, akumulasi oleh whale malah semakin kuat.

TradingView chart showing BTCUSD long positions on Bitfinex
Posisi long Bitcoin Bitfinex hampir menyamai level tertinggi Maret 2024 | Sumber: btcjvs

Secara historis, posisi long Bitfinex ini sering dihubungkan dengan trader yang memanfaatkan leverage secara taktis. Mereka biasanya menambah posisi saat harga turun, bukan saat harga melonjak.

Menurut eksekutif kripto Samson Mow, dinamika saat ini memperlihatkan perpindahan koin dari penjual yang tidak sabaran ke holder jangka panjang.

“Whale Bitfinex ramai-ramai beli dari tangan-tangan lemah,” ujar dia, menyoroti kontras antara tekanan jual dari pihak lemah dan pembelian berkelanjutan oleh akun-akun besar.

Sinyal Kontrarian, tapi Bukan Alat Waktu

Metode pemantauan posisi long whale Bitfinex sudah lama dianggap sebagai salah satu indikator yang bisa memimpin dalam analisis teknikal. Tapi, interpretasinya perlu kehati-hatian.

Trader seperti ini punya pola yang tercatat jelas, yaitu menambah posisi long saat harga melemah dan mengurangi posisi saat harga menguat. Oleh karena itu, posisi long yang tinggi sering kali justru diikuti, bukan mendahului, reli harga.

Van Straten mengingatkan bahwa nilai utama dari sinyal ini lebih baik dipakai untuk memantau jika terjadi pembalikan tren, bukan sekadar pada level angkanya saja.

“Jangka pendek, begitu tren berbalik arah,” terang dia, yang menyiratkan bahwa penurunan posisi long tersebut di kemudian hari mungkin jauh lebih informatif daripada ukurannya saat ini.

Tidak semua pihak sepakat indikator ini selalu bisa diandalkan. Analis Parabear Nick mempertanyakan interpretasi berlebihan terhadap data whale bahkan menepis beberapa narasi bullish, di tengah klaim bahwa akumulasi whale saja sudah pasti membawa harga naik.

Kenyataannya, data sejarah justru mendukung pandangan lebih seimbang. Posisi long whale memang sempat menyentuh titik ekstrem di berbagai fase siklus sebelumnya, bahkan kadang bertahan tinggi selama beberapa bulan sebelum harga benar-benar bergerak signifikan.

Multi-year comparison of whale positioning versus Bitcoin price trends
Perbandingan posisi whale dan tren harga Bitcoin selama beberapa tahun | Sumber: Parabear Nick di X

Artinya, meski metrik ini dapat memberi gambaran tentang posisi dan sentimen, tetap perlu dievaluasi bersama indikator lain, seperti open interest, funding rate, dan likuiditas makro.

Peningkatan akumulasi saat ini terjadi bersamaan dengan tren penurunan open interest di pasar derivatif, menandakan partisipasi trader ritel dan jangka pendek semakin menurun.

Dalam kondisi seperti ini, konsentrasi leverage di kalangan whale jadi makin berarti. Dengan jumlah pelaku spekulasi yang berkurang, pemain besar lebih mudah menggerakkan harga di pasar.

Yang masih belum jelas adalah waktunya. Posisi long whale yang tinggi memang menandakan ekspektasi harga akan naik, tapi bukan berarti breakout akan segera terjadi.

Titik krusial baru akan terjadi jika dan ketika posisi besar ini mulai dilepas. Sejarah memperlihatkan, perubahan semacam itu kerap mendahului pergantian rezim pasar.

Japan’s Bond Yields Hit 1.98%: BOJ Rate Shift Impacts Gold, Silver, and Bitcoin

18 December 2025 at 17:20

Japan’s 10-year government bond yields surged to 1.98% in December 2025, the highest level since the 1990s. It comes as markets braced for the Bank of Japan’s (BOJ) policy meeting on December 19.

The move has triggered a global rally in precious metals, with gold and silver surging 135% and 175%, respectively, since early 2023. Meanwhile, Bitcoin is under pressure as forced selling intensifies across Asian exchanges, highlighting a divergence in market reactions to Japan’s rate shift.

Japan’s Bond Yields Hit 1.98%

For decades, Japan maintained near-zero interest rates, anchoring global liquidity through the yen carry trade.

Investors borrowed yen at a low rate to fund higher-yielding assets worldwide, effectively exporting ultra-low interest rates.

An expected 25-basis-point hike, raising the rate to 0.75%, may appear modest in absolute terms, but the pace of change matters more than the level.

BOJ Interest Rate Probabilities
BOJ Interest Rate Probabilities. Source: Polymarket

“Carry trade at risk: Nobody knows when the real consequences will materialize, but this continued shift will likely drain liquidity from markets, potentially causing a ripple effect through margin calls and other forced deleveraging,” warned Guilherme Tavares, CEO at i3 Invest.

Analysts see the BOJ move as more than a domestic adjustment.

“When Japan’s yields move, global capital pays attention. Gold and silver aren’t reacting to inflation headlines. They’re pricing sovereign balance sheet risk. Japan isn’t a sideshow anymore. It’s the fulcrum,” noted Simon Hou-Vangsaae Reseke.

Gold and Silver Prices Surge Amid Rising Sovereign Risk

Precious metals have been closely tracking Japanese yields. According to Global Market Investor, gold and silver are moving almost perfectly in line with Japanese government bond yields. This suggests that precious metals are being used as a primary hedge against the rising cost of government debt.

Gold and Silver Prices Tracking Japan’s 10Y Bond. Source: Global Markets Investor on X

“It’s not the yield itself, it’s what the move represents — rising sovereign risk, tighter global liquidity, and uncertainty about currency credibility. Gold responds as protection, and silver follows with more volatility,” commented analyst EndGame Macro.

The silver market is showing signs of speculative mania. The China Silver Futures Fund recently traded 12% above the physical metal it tracks, indicating that demand for leveraged exposure is outpacing the underlying asset.

⚠️ Silver market mania is an UNDERSTATEMENT:

The China Silver Futures Fund was trading +12% above the actual value of the silver it is supposed to track

Investors are buying the fund much faster than the silver behind is rising, a sign of SPECULATION. 👇https://t.co/8kAngXV9CH

— Global Markets Investor (@GlobalMktObserv) December 17, 2025

Investors are increasingly treating gold and silver as hedges against broader macro risks, rather than just inflation.

Bitcoin Faces Pressure as Carry Trades Unwind

Meanwhile, the Bitcoin price is feeling the strain of tightening yen liquidity.

“Asia-based exchanges have seen persistent spot selling. Miner reserves are falling — forced selling, not choice…Long-term Asian holders appear to be distributing…Price stays heavy until forced supply is cleared,” wrote CryptoRus, citing XWIN Research Japan.

US institutions continue buying, with the Coinbase Premium positive, but forced liquidations in Asia and an 8% drop in Bitcoin hashrate have added downward pressure.

Bitcoin Price and Coinbase Premium
Bitcoin Price and Coinbase Premium. Source: CryptoQuant

Past BOJ rate shifts have coincided with significant BTC declines, and traders are watching closely for further downside toward $70,000.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

The contrasting reactions of precious metals and Bitcoin highlight differences in risk positioning. Gold and silver are attracting safe-haven flows amid growing sovereign risk, while Bitcoin faces liquidation-driven price pressure.

Analysts note that future Fed rate cuts may offset the BOJ’s impacts, but the speed of the policy change is crucial.

The post Japan’s Bond Yields Hit 1.98%: BOJ Rate Shift Impacts Gold, Silver, and Bitcoin appeared first on BeInCrypto.

❌