Normal view

Imbal Hasil Obligasi Jepang Sentuh 1,98%: Perubahan Suku Bunga BOJ Pengaruhi Emas, Perak, dan Bitcoin

18 December 2025 at 17:20

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun melonjak menjadi 1,98% pada Desember 2025, yaitu level tertinggi sejak 1990-an. Kondisi ini terjadi saat pasar menunggu pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada 19 Desember.

Lonjakan ini telah memicu reli global pada logam mulia, dengan harga emas naik 135% dan perak melesat 175% sejak awal 2023. Sementara itu, Bitcoin sedang tertekan karena penjualan paksa makin intensif di exchange Asia, sehingga memperlihatkan perbedaan reaksi pasar terhadap perubahan suku bunga Jepang.

Imbal hasil obligasi Jepang capai 1,98%

Selama beberapa dekade, Jepang mempertahankan suku bunga hampir nol yang mendukung likuiditas global lewat yen carry trade.

Investor meminjam yen dengan bunga rendah untuk berinvestasi di seluruh dunia pada aset dengan yield lebih tinggi, sehingga mengekspor suku bunga sangat rendah.

Kenaikan sebesar 25 basis poin yang diperkirakan, sehingga suku bunga naik menjadi 0,75%, mungkin tampak kecil secara nominal, tapi kecepatan perubahan lebih penting daripada tingkat suku bunganya.

BOJ Interest Rate Probabilities
Probabilitas Suku Bunga BOJ | Sumber: Polymarket

“Carry trade berisiko: Tidak ada yang tahu kapan konsekuensi nyata akan muncul, tapi perubahan yang terus berlanjut ini sepertinya akan menguras likuiditas pasar, sehingga bisa memicu efek berantai lewat margin call dan aksi deleveraging paksa lainnya,” peringatkan CEO i3 Invest, Guilherme Tavares.

Analis menilai aksi BOJ ini bukan sekadar penyesuaian domestik.

“Saat imbal hasil Jepang bergerak, modal global langsung memperhatikan. Emas dan perak tidak merespons pada kabar inflasi. Mereka sedang mengantisipasi risiko neraca keuangan negara. Jepang sekarang bukan lagi negara pinggiran. Jepang adalah pusat perhatian,” teriang Simon Hou-Vangsaae Reseke.

Harga emas dan perak melonjak di tengah kenaikan risiko negara berdaulat

Logam mulia terus mengikuti pergerakan imbal hasil Jepang. Menurut Global Market Investor, emas dan perak bergerak hampir sejalan dengan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang. Ini menunjukkan bahwa logam mulia digunakan sebagai lindung nilai utama terhadap naiknya biaya utang pemerintah.

Harga Emas dan Perak Mengikuti Obligasi 10T Jepang | Sumber: Global Markets Investor di X

“Bukan soal yield-nya sendiri, melainkan apa arti pergerakannya — risiko utang negara yang naik, likuiditas global makin ketat, dan ada ketidakpastian soal kepercayaan pada mata uang. Emas merespons sebagai proteksi, dan perak mengikuti dengan volatilitas yang lebih besar,” komentar analis EndGame Macro.

Pasa perak menunjukkan tanda mania spekulatif. Dana China Silver Futures baru-baru ini diperdagangkan 12% di atas harga fisik logam yang menjadi acuannya, menandakan permintaan eksposur leverage telah melampaui aset dasarnya.

⚠️ Silver market mania is an UNDERSTATEMENT:

The China Silver Futures Fund was trading +12% above the actual value of the silver it is supposed to track

Investors are buying the fund much faster than the silver behind is rising, a sign of SPECULATION. 👇https://t.co/8kAngXV9CH

— Global Markets Investor (@GlobalMktObserv) December 17, 2025

Investor makin memposisikan emas dan perak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi makro yang lebih luas, bukan hanya sekadar inflasi.

Bitcoin Mengalami Tekanan karena Carry Trade Mulai Dibuka

Di sisi lain, harga Bitcoin semakin tertekan karena likuiditas yen yang semakin ketat.

“Exchange di Asia terus mengalami aksi jual spot yang konsisten. Cadangan miner menurun — akibat penjualan paksa, bukan pilihan…Holder jangka panjang Asia sepertinya sedang distribusi…Harga akan tetap berat sampai pasokan paksa benar-benar terserap,” tulis CryptoRus, sambil mengutip XWIN Research Japan.

Institusi AS terus membeli, karena Coinbase Premium masih positif, tapi likuidasi paksa di Asia dan penurunan hashrate Bitcoin sebanyak 8% turut menambah tekanan ke bawah.

Bitcoin Price and Coinbase Premium
Harga Bitcoin dan Coinbase Premium | Sumber: CryptoQuant

Perubahan suku bunga BOJ sebelumnya kerap bertepatan dengan penurunan besar BTC, sehingga para trader kini waspada pada risiko penurunan lanjutan ke area US$70.000.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Reaksi yang berbeda antara logam mulia dan Bitcoin menyoroti perbedaan dalam posisi risiko. Emas dan perak menarik arus dana safe haven di tengah meningkatnya risiko kedaulatan, sementara Bitcoin mengalami tekanan harga akibat likuidasi.

Analis mencatat pemangkasan suku bunga The Fed di masa depan mungkin bisa menyeimbangkan dampak BOJ, tapi kecepatan perubahan kebijakan sangat penting.

Mengapa Level US$81.500 Kini Jadi Penentu Nasib Harga Bitcoin?

18 December 2025 at 16:35

Bitcoin saat ini bergerak di sekitar sebuah level yang bobotnya melampaui sekadar angka harga di headline. Sejumlah analis menyoroti zona yang merepresentasikan True Market Mean Price (TMMP), yakni harga rata-rata akumulasi on-chain investor non-miner, sebagai poros krusial dinamika pasar saat ini.

Menurut CryptoQuant, level ini telah menjelma menjadi retakan psikologis sekaligus struktural yang menguji apakah keyakinan investor masih cukup solid untuk menyerap pasokan yang muncul, atau justru mulai mengalami erosi.

Bitcoin di “Harga Keyakinan” saat US$81.500 Uji Keyakinan Pasar

Indikator on-chain mengindikasikan stres fase menengah siklus, sementara resistance teknikal masih menahan ruang kenaikan. Di sisi lain, komunitas analis nampak semakin terbelah. Kondisi ini akhirnya menciptakan kebuntuan rapuh antara dua kekuatan utama:

  • holder jangka panjang yang berupaya mempertahankan cost basis mereka, dan
  • penjual yang kian bersedia keluar dari pasar pada level impas.

Dalam lanskap ini, TMMP muncul sebagai batas utama Bitcoin. TMMP bukan sekadar indikator teknikal, melainkan jangkar psikologis kolektif yang menandai harga rata-rata masuknya modal riil ke dalam pasar.

Ketika Bitcoin diperdagangkan di sekitar level ini, investor dihadapkan pada dilema eksistensial pasar: bertahan di tengah ketidakpastian atau melepaskan posisi pada titik impas. Momen keputusan semacam ini kerap memperbesar tekanan pasar dan sering kali menjadi katalis bagi pergerakan besar berikutnya.

Analis CryptoQuant, Moreno, menyoroti US$81.500 sebagai TMMP, yakni titik di mana mayoritas modal efektif masuk ke pasar.

Who’s Still Willing to Hold?

“If Bitcoin holds above the TMMP ($81.5K) while AVIV stabilizes (0.8-0.9), it suggests investors are absorbing supply and defending their cost basis.

If price loses TMMP and AVIV continues to compress, it means profitability is fading, and… pic.twitter.com/XStWnGlXty

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) December 17, 2025

Secara historis, perdagangan di atas zona ini mendorong pembelian saat koreksi dan akumulasi berkelanjutan. Sebaliknya, kegagalan mempertahankannya sering kali mengubah level tersebut menjadi resistance aktif, karena investor memanfaatkan reli untuk keluar mendekati harga masuk mereka. Pola ini kembali terpantau pada kondisi saat ini.

“Ketika BTC diperdagangkan di atas level ini, investor umumnya berada dalam kondisi psikologis yang relatif nyaman. Namun saat harga kehilangan level tersebut, zona yang sama sering berbalik menjadi resistance, karena mereka yang membeli di sekitar cost basis memanfaatkan reli untuk keluar,” terang Moreno.

Ujian di sekitar US$81.500 kini menempatkan investor pada momen penentuan: bertahan dengan keyakinan, atau mengamankan posisi di titik impas.

Pengalaman siklus sebelumnya menegaskan signifikansi zona ini. Dalam bull market 2020–2021, TMMP berulang kali berfungsi sebagai support dinamis. Sebaliknya, pada 2022, level ini beralih peran menjadi resistance seiring terkikisnya kepercayaan pasar. Peran TMMP selanjutnya berpotensi menentukan arah jangka pendek Bitcoin.

Bitcoin's TMMP at $81,500 acts as critical support
TMMP Bitcoin di US$81.500 berperan sebagai support penting | Sumber: CryptoQuant

Rasio AVIV Tunjukkan Stres Keyakinan yang Berlangsung Senyap

Dimensi perilaku pasar semakin diperdalam oleh rasio AVIV, sebuah metrik on-chain yang membandingkan valuasi pasar aktif dengan valuasi terealisasi, dengan fokus pada profitabilitas investor. Tidak seperti indikator momentum, AVIV mencerminkan sentimen yang berakar pada keuntungan yang benar-benar terealisasi.

Saat ini, rasio AVIV mulai turun menuju rentang 0,8–0,9, sebuah zona yang secara historis diasosiasikan dengan transisi fase menengah siklus. Dalam fase ini, pasar umumnya tidak runtuh secara dramatis, namun juga gagal membangun tren yang tegas.

The AVIV ratio indicates mid-cycle compression
Rasio AVIV menunjukkan tekanan di tengah siklus | Sumber: CryptoQuant

“Jika Bitcoin mampu bertahan di atas TMMP (US$81.500) sementara AVIV stabil di kisaran 0,8–0,9, itu menunjukkan investor masih menyerap suplai dan mempertahankan cost basis mereka. Namun, jika harga kehilangan TMMP dan AVIV terus turun, hal itu menandakan profitabilitas memudar dan kepercayaan mulai melemah,” imbuh analis CryptoQuant.

Lingkungan semacam ini cenderung menekan pelaku pasar yang rapuh bukan melalui penurunan tajam, melainkan lewat stagnasi yang berkepanjangan. Seiring profit yang belum terealisasi terus tergerus, keyakinan diuji secara perlahan, membuka ruang bagi akumulasi ulang atau memaksa pasar mencari permintaan di level yang lebih rendah.

Resistance Teknikal Perkuat Market Sideways saat Debat Makro Menguat

Dari sisi harga, Bitcoin sejauh ini belum menawarkan pelepasan tekanan. Aset ini berulang kali gagal menembus level pembukaan tahunan, memperkuat kehati-hatian di kalangan trader momentum dan pelaku teknikal.

Kegagalan merebut kembali level tersebut memperdalam persepsi bahwa potensi kenaikan masih kecil dalam waktu dekat.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Kebuntuan teknikal ini mencerminkan perpecahan ideologis yang lebih luas di pasar. Holder veteran, banyak di antaranya ditempa oleh puncak 2021 dan crash 70% setelahnya, terlihat semakin responsif terhadap sinyal teknikal dan model siklus.

“Mengapa Bitcoin tidak pump? Karena 50% menjual (OG yang trauma 2021, investor teknikal yang menatap RSI, penggemar siklus empat tahunan yang menanti bear dua tahun pasca-halving) sementara 50% lainnya membeli, yakni investor fundamental, TradFi, dan bank. Pertarungan epik hingga amunisi penjual pun habis,” tulis analis PlanB.

Sebaliknya, pelaku institusional dan keuangan tradisional terlihat relatif tidak terlalu terikat pada siklus jangka pendek. Akumulasi mereka yang berlangsung stabil telah membantu menyerap pasokan yang beredar. Hanya saja, hingga kini itu masih belum cukup kuat untuk mendorong pasar keluar dari rentang konsolidasi yang membelenggu pergerakan harga.

Menambah lapisan ketidakpastian, analis makro Luke Gromen baru-baru ini mengungkap bahwa ia telah menjual mayoritas kepemilikan Bitcoin-nya di sekitar US$95.000. Gromen menautkan keputusannya pada kerusakan teknikal jangka panjang serta kekhawatiran sistemik yang kian mengemuka.

Keputusan tersebut, yang ia sampaikan melalui podcast Swan Bitcoin’s No Second Best, mempertebal narasi bearish pada saat profitabilitas investor sudah berada dalam tekanan.

Gromen menyoroti melemahnya momentum jangka panjang, gagalnya Bitcoin mencetak level tertinggi baru terhadap emas, serta memuncaknya kekhawatiran akan kerapuhan struktur pasar global menjelang 2026.

“Bitcoin is telling us the first half of 2026 is gonna be ugly.” — Luke Gromen

One of the most respected macro voices just turned bearish.
He didn’t just warn — he sold. Is this capitulation?

💥 New episode of No Second Best! 👇 pic.twitter.com/VKnSa3BcSr

— Swan (@Swan) December 16, 2025

Meski para pembawa acara Swan Bitcoin menyanggah kesimpulan tersebut, aksi jual itu sendiri telah menggema di kalangan investor, terutama mereka yang menyaksikan keyakinan pasar mulai goyah di dekat area support krusial.

Keluar masuknya figur berprofil tinggi kerap membawa bobot psikologis yang tidak proporsional, khususnya pada fase ketika harga tertekan dan indikator on-chain mengisyaratkan menyusutnya profitabilitas.

Akankah Keyakinan Mampu Bertahan?

Bitcoin kini berada di sebuah persimpangan yang lebih ditentukan oleh keteguhan keyakinan ketimbang euforia. Jika harga mampu bertahan di atas US$81.500 sembari rasio AVIV berangsur stabil, hal itu akan mengindikasikan bahwa investor masih bersedia mempertahankan cost basis mereka, sebuah prasyarat penting bagi kelanjutan tren naik.

Sebaliknya, bila gagal mempertahankan level tersebut maka berpotensi menimbulkan konsekuensi mahal. Penurunan tegas di bawah TMMP, disertai tekanan AVIV lanjutan, akan menandakan bahwa keyakinan semata tidak lagi memadai, memaksa pasar untuk mencari permintaan pada level yang lebih rendah.

Bagaimana pendapat Anda tentang nasib harga Bitcoin yang bergantung pada level US$81,5K di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Prediksi Kripto ke-11 dari Bitwise Mungkin Tak Bertahan—James Seyffart Peringatkan

18 December 2025 at 15:41

Pasar exchange-traded fund (ETF) aset kripto di AS semakin mendekati titik krusial. Prediksi Bitwise Asset Management untuk 2026 memperkirakan akan ada lebih dari 100 ETF baru yang terhubung dengan kripto, didorong oleh standar listing yang dipermudah oleh SEC yang mulai berlaku sejak Oktober 2025.

Sementara prospek menunjukkan rekor harga tertinggi baru untuk Bitcoin, Ethereum, dan Solana, analis ETF Bloomberg James Seyffart memperingatkan bahwa mungkin akan terjadi guncangan besar karena sektor ini jadi penuh sesak.

Bitwise Bagikan 11 Prediksi Aset Kripto untuk 2026

Bitwise membuat 10 prediksi untuk tahun 2026, mencakup pasar kripto dan ETF yang akan dipantau oleh para investor. Menurut manajer dana indeks aset kripto itu:

  • Bitcoin, Ethereum, dan Solana akan mencetak rekor harga tertinggi baru
  • Bitcoin akan mematahkan siklus empat tahun dan mencetak rekor harga tertinggi baru
  • Bitcoin akan jadi kurang volatil dibanding Nvidia.
  • ETF akan membeli lebih dari 100% pasokan baru Bitcoin, Ethereum, dan Solana karena permintaan institusi yang semakin meningkat.
  • Saham terkait kripto akan mengalahkan saham teknologi.
  • Open Interest di Polymarket akan mencetak rekor tertinggi baru, melampaui level pemilu 2024.
  • Stablecoin akan disalahkan karena mengacaukan mata uang negara berkembang.
  • Onchain vaults akan melipatgandakan asset under management (AUM).
  • Ethereum dan Solana akan mencetak rekor tertinggi baru (jika CLARITY Act disahkan).
  • Setengah dana abadi universitas Ivy League akan berinvestasi di kripto.
  • Lebih dari 100 ETF kripto akan diluncurkan di AS.
  • Korelasi Bitcoin dengan saham akan turun.

Gelombang Likuidasi ETF Bisa Terjadi pada 2026, kata James Seyffart

Prediksi kesebelas berhasil menarik perhatian, dan jadi kekhawatiran khusus para analis. Lonjakan peluncuran ETF kripto ini terjadi karena perubahan regulasi besar.

Pada September 2025, SEC memperkenalkan standar listing umum untuk komoditas trust shares, termasuk aset kripto.

“[Sejumlah exchange terkemuka] telah mengajukan perubahan aturan kepada SEC untuk mengadopsi standar listing umum bagi Commodity-Based Trust Shares. Setiap perubahan aturan ini… melewati tahap pemberitahuan dan komentar. Perintah ini menyetujui Proposal dengan proses percepatan,” ujar dokumen SEC itu.

Perubahan ini memungkinkan ETF untuk listing tanpa peninjauan satu per satu, yang mengurangi keterlambatan dan ketidakpastian.

Bitwise memprediksi kejelasan regulasi ini akan mendorong adopsi institusi dan aliran dana segar ke ETF kripto pada 2026.

2026 PREDICTION: More than 100 crypto-linked ETFs will launch in the U.S.⁰⁰In October 2025, the SEC published generic listing standards, allowing ETF issuers to launch crypto ETFs under a general set of rules. A clearer regulatory roadmap in 2026 is why we see the stage being… pic.twitter.com/rQbcWe6JE4

— Bitwise (@BitwiseInvest) December 17, 2025

“Saya setuju 100% dengan Bitwise di sini,” tutur Seyffart. “Saya juga pikir kita akan melihat banyak likuidasi di produk ETP kripto. Mungkin terjadi di akhir 2026, tapi kemungkinan besar sebelum akhir 2027. Para penerbit melemparkan BANYAK produk sekaligus ke pasar.”

Dominasi ETF Bitcoin dan Saturasi Altcoin

Data Bloomberg menunjukkan saat ini ada 90 ETP kripto yang mengelola dana sebesar US$153 miliar, dengan 125 pengajuan produk yang masih antre. Bitcoin mendominasi dengan US$125 miliar di 60 produk, sementara Ethereum menempati urutan kedua dengan US$22 miliar di 25 ETF.

Altcoin seperti XRP dan Solana masih tergolong niche, masing-masing baru ada 11–13 produk dan punya aset US$1,5–US$1,6 miliar, menandakan risiko kejenuhan pasar yang mulai meningkat.

The state of crypto ETFs/ETPs
Kondisi ETF/ETP Kripto | Sumber: James Seyffart dari Bloomberg di X

Dengan pasar yang akan banjir produk baru, para analis memperkirakan akan terjadi persaingan ketat dalam memperebutkan modal investor. namun, tren historis memperlihatkan perlunya kehati-hatian, karena sekitar 40% ETF yang diluncurkan sejak 2010 berakhir ditutup, biasanya karena kurang aset atau volume transaksi rendah.

Shakeout ETF Kripto yang Akan Datang: Pemenang, Pecundang, dan Munculnya Aset ‘Zombie’

Peringatan Seyffart mencerminkan kekhawatiran umum bahwa ekspansi cepat biasanya diikuti konsolidasi. ETF kripto yang gagal menarik dana kelolaan (AUM), membedakan strategi, atau membangun kanal distribusi yang kuat bisa cepat tutup.

Produk dengan strategi paparan khusus, fitur pendapatan, atau profil risiko yang disesuaikan bisa punya peluang bertahan lebih lama.

Chris Matta, CEO Liquid Collective, juga menyoroti isu ini dalam konteks proyek “zombie”, yaitu aset kripto dengan kapitalisasi pasar di atas US$1 miliar tapi minim pengembangan ekosistem.

“Mungkin kegagalan mempertahankan ETF di pasar tradisional justru jadi sinyal lebih kuat dan menghasilkan perbedaan kinerja makin besar antara aset kripto aktif dan yang mati,” ucap Matta.

Jadi, investor yang masuk ke sektor ETF perlu benar-benar selektif. Likuiditas perdagangan, akurasi pelacakan harga, struktur biaya, dan kredibilitas penerbit menjadi hal penting untuk membedakan produk yang berkelanjutan dengan yang kemungkinan besar akan gagal.

Sementara itu, prediksi bullish Bitwise menunjukkan bahwa ETF utama yang terkait aset besar mungkin akan terus menikmati aliran dana institusi yang konsisten.

Gelombang likuidasi yang diperkirakan terjadi pada akhir 2027 sepertinya akan mengubah sektor ini, karena modal akan terkonsentrasi pada produk-produk terkuat.

Walaupun proses ini mengganggu, pada akhirnya bisa memperkuat pasar exchange-traded fund (ETF) aset kripto di AS dengan cara:

  • Menghilangkan produk yang lemah,
  • Memperjelas pilihan untuk investor, dan
  • Menyoroti strategi yang berbeda dan unik.

Pertanyaannya tetap sama: di sektor ETF yang semakin padat, produk mana yang akan bertahan dan mana yang akan menjadi bagian dari deretan aset “zombie” kripto yang terlupakan?

Putar Haluan, Peter Brandt Kini Mengaku Bearish pada Harga XRP

18 December 2025 at 20:26

Trader veteran Peter Brandt mengambil sikap bearish pada harga XRP. Ia memperingatkan bahwa token tersebut kemungkinan tengah membentuk pola double-top klasik. Pandangan ini muncul di tengah upaya Ripple yang justru semakin agresif mendorong ekspansi ekosistem melalui ekspansi stablecoin multichain serta pengembangan perangkat institusional bagi holder XRP.

Nada hati-hati Brandt muncul pada saat narasi fundamental XRP terlihat semakin solid. Kondisi ini menciptakan jurang yang kian lebar antara sinyal teknikal jangka pendek dan perkembangan adopsi jangka panjang.

Brandt Soroti Risiko Double-Top pada Harga XRP

Chartist alias analis grafik senior ini menyoroti apa yang ia anggap sebagai setup teknikal berpotensi bearish pada grafik harga XRP. Menurut Brandt, XRP terlihat sedang membentuk double-top. Ini adalah pola pembalikan yang lazim muncul ketika sebuah aset gagal menembus level resistance setelah dua kali percobaan.

XRP chart showing potential double top pattern
Grafik harga XRP menyoroti potensi formasi double-top | Sumber: Peter Brandt di X

Dalam analisis teknikal, pola double-top kerap menandakan melemahnya momentum bullish. Juga, ini bisa menjadi pendahulu koreksi yang lebih dalam apabila mendapat konfirmasi lanjutan.

“Saya sudah tahu sebelumnya bahwa semua Riplost XRP akan terus mengingatkan saya soal posting ini — tanya saja apakah saya peduli. Ini adalah potensi double-top,” ujar Brandt lewat unggahannya.

Harga XRP sendiri tengah bergerak dalam fase konsolidasi setelah reli yang perkasa pada akhir 2024. Sehingga ini membuat ketahanan level support menjadi fokus utama pelaku pasar.

Meski demikian, Brandt juga mengakui bahwa pola tersebut masih berpotensi gagal.

“Tentu saja ini bisa gagal, dan saya akan menghadapinya jika itu terjadi. Namun untuk saat ini, implikasinya bearish. Suka atau tidak, ini harus dihadapi,” tambahnya.

Analis Lain Soroti Konteks Historis yang Bullish

Berbeda dengan Brandt, sejumlah analis justru menilai struktur saat ini dari sudut pandang yang lebih konstruktif. Analis Steph is Crypto menyoroti pola historis XRP di sekitar simple moving average (SMA) 50 pekan, dengan argumen bahwa siklus sebelumnya lebih mengarah pada kelelahan penurunan, bukan awal tren bearish besar.

“Di setiap siklus, ketika XRP turun ke bawah SMA 50 pekan dan bertahan di sana selama sekitar 50–84 hari, reli kuat selalu menyusul,” jelasnya.

Contoh historisnya mencakup:

  • reli 211% setelah 70 hari di bawah SMA pada 2017,
  • kenaikan 70% setelah 49 hari pada 2021,
  • lonjakan 850% setelah 84 hari pada 2024.

Saat ini, harga XRP telah berada sekitar 70 hari di bawah SMA 50 pekan, tepat di dalam rentang historis yang sama.

XRP historical performance relative to 50-week SMA
Reli historis XRP setelah waktu lama di bawah SMA 50-mingguan | Sumber: Steph_iscrypto

Analisis ini mengindikasikan bahwa struktur yang terlihat bearish secara terisolasi justru bisa selaras dengan fase bottom siklus. Hal ini mencerminkan perpecahan interpretasi teknikal yang kini mengemuka di pasar.

Ripple Perluas RLUSD ke Layer-2 di Tengah Perdebatan Teknikal

Sementara perdebatan teknikal memanas, Ripple terus memperluas fondasi ekosistemnya. Pada 16 Desember, Ripple mengumumkan bahwa stablecoin berbasis dolar AS miliknya, Ripple USD (RLUSD), akan berekspansi ke jaringan Optimism, Base, Ink, dan Unichain.

Ekspansi ini memanfaatkan standar Native Token Transfers (NTT) dari Wormhole untuk mendukung interoperabilitas multichain.

Sebelumnya, RLUSD diterbitkan di XRP Ledger dan Ethereum. Ekspansi ke layer-2 dirancang untuk meningkatkan skalabilitas, kelancaran pergerakan likuiditas, serta utilitas di sektor DeFi dan platform institusional.

Ripple menegaskan bahwa RLUSD diterbitkan di bawah trust charter dari New York Department of Financial Services (NYDFS). Langkah ini menjadikannya salah satu stablecoin paling teregulasi yang memasuki ekosistem L2.

Selain itu, Ripple juga telah mengajukan OCC charter di Amerika Serikat. Pun, baru-baru ini mengantongi pengakuan regulasi di Dubai dan Abu Dhabi.

Wormhole menambahkan bahwa holder XRP nantinya dapat menggunakan XRP bersama RLUSD sebagai pasangan likuiditas dan perdagangan utama di berbagai chain yang didukung, melalui penerbitan wrapped XRP (wXRP) untuk penggunaan lintas chain.

Enhanced utility is coming for $XRP

XRP holders can use XRP alongside $RLUSD as a premier trading and liquidity pair on supported chains, allowing businesses to facilitate payments and checkout options that let users buy, sell, or send digital assets. pic.twitter.com/DMcSWyQ2XV

— Wormhole (@wormhole) December 17, 2025

Perangkat Institusional XRP Terus Berkembang

Ekspansi juga terjadi di sisi institusional. Digital Wealth Partners baru-baru ini meluncurkan strategi trading XRP berbasis algoritma untuk akun pensiun yang memenuhi syarat, dengan kustodian berasuransi melalui Anchorage Digital.

Layanan ini memungkinkan investor bernilai tinggi mengakses trading XRP secara sistematis dalam kerangka akun teregulasi dan berinsentif pajak, mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mengintegrasikan kripto ke dalam struktur manajemen kekayaan tradisional.

Digital Wealth Partners Launches Algorithmic XRP Trading Strategy Powered by @tryarchpublic for Qualified Retirement Accountshttps://t.co/ro7ipgP48D

— Digital Wealth Partners (@DWP_advisors) December 16, 2025

Di tengah sinyal teknikal yang saling bertentangan, arah harga XRP ke depan kemungkinan akan ditentukan oleh apakah pola bearish pada grafik yang akan mendominasi, atau justru siklus historis serta ekspansi utilitas yang kembali mengambil alih kendali.

Bagaimana pendapat Anda tentang Peter Brandt yang putar haluan ke arah bearish atas harga XRP ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Posisi Long Bitcoin Whale di Bitfinex Melonjak 36%: Apa Artinya?

18 December 2025 at 13:23

Investor Bitcoin besar di Bitfinex kembali menjadi perhatian pasar. Analis yang memantau data posisi leverage menunjukkan posisi long margin Bitcoin yang dipegang oleh crypto whale melonjak tajam, hampir menyentuh level tertinggi seperti pada Maret 2024.

Peningkatan akumulasi ini terjadi meski partisipasi pasar secara umum sedang melandai, sehingga muncul pertanyaan mengenai sinyal apa yang ingin dikirimkan oleh para trader bermodal besar ini.

Apa Arti Rekor Tertinggi Posisi Long Crypto Whale di Bitfinex?

Menurut analis on-chain James Van Straten, whale di Bitfinex terus menambah posisi secara agresif.

“Whale Bitfinex terus menambah posisi margin long bitcoin, mendekati level tertinggi Maret 2024. 36% lebih tinggi dalam 3 bulan terakhir,” tulisnya di X (Twitter).

Data tersebut menunjukkan tren akumulasi yang konsisten sejak September, di mana eksposur long justru bertambah saat harga lemah, bukan ketika reli terjadi.

Pihak Bitfinex sendiri sepertinya mengakui aktivitas tersebut, dengan menyoroti bahwa trader besar dan berpengalaman sedang memasang posisi dengan keyakinan, sementara peserta yang lebih kecil memilih mengurangi risiko.

Whale moves 🐳https://t.co/1Zgcof54xV

— Bitfinex (@bitfinex) December 8, 2025

Perbedaan perilaku ini pun patut dicatat. Walau pergerakan harga Bitcoin memang masih cukup fluktuatif dalam beberapa minggu terakhir, akumulasi oleh whale malah semakin kuat.

TradingView chart showing BTCUSD long positions on Bitfinex
Posisi long Bitcoin Bitfinex hampir menyamai level tertinggi Maret 2024 | Sumber: btcjvs

Secara historis, posisi long Bitfinex ini sering dihubungkan dengan trader yang memanfaatkan leverage secara taktis. Mereka biasanya menambah posisi saat harga turun, bukan saat harga melonjak.

Menurut eksekutif kripto Samson Mow, dinamika saat ini memperlihatkan perpindahan koin dari penjual yang tidak sabaran ke holder jangka panjang.

“Whale Bitfinex ramai-ramai beli dari tangan-tangan lemah,” ujar dia, menyoroti kontras antara tekanan jual dari pihak lemah dan pembelian berkelanjutan oleh akun-akun besar.

Sinyal Kontrarian, tapi Bukan Alat Waktu

Metode pemantauan posisi long whale Bitfinex sudah lama dianggap sebagai salah satu indikator yang bisa memimpin dalam analisis teknikal. Tapi, interpretasinya perlu kehati-hatian.

Trader seperti ini punya pola yang tercatat jelas, yaitu menambah posisi long saat harga melemah dan mengurangi posisi saat harga menguat. Oleh karena itu, posisi long yang tinggi sering kali justru diikuti, bukan mendahului, reli harga.

Van Straten mengingatkan bahwa nilai utama dari sinyal ini lebih baik dipakai untuk memantau jika terjadi pembalikan tren, bukan sekadar pada level angkanya saja.

“Jangka pendek, begitu tren berbalik arah,” terang dia, yang menyiratkan bahwa penurunan posisi long tersebut di kemudian hari mungkin jauh lebih informatif daripada ukurannya saat ini.

Tidak semua pihak sepakat indikator ini selalu bisa diandalkan. Analis Parabear Nick mempertanyakan interpretasi berlebihan terhadap data whale bahkan menepis beberapa narasi bullish, di tengah klaim bahwa akumulasi whale saja sudah pasti membawa harga naik.

Kenyataannya, data sejarah justru mendukung pandangan lebih seimbang. Posisi long whale memang sempat menyentuh titik ekstrem di berbagai fase siklus sebelumnya, bahkan kadang bertahan tinggi selama beberapa bulan sebelum harga benar-benar bergerak signifikan.

Multi-year comparison of whale positioning versus Bitcoin price trends
Perbandingan posisi whale dan tren harga Bitcoin selama beberapa tahun | Sumber: Parabear Nick di X

Artinya, meski metrik ini dapat memberi gambaran tentang posisi dan sentimen, tetap perlu dievaluasi bersama indikator lain, seperti open interest, funding rate, dan likuiditas makro.

Peningkatan akumulasi saat ini terjadi bersamaan dengan tren penurunan open interest di pasar derivatif, menandakan partisipasi trader ritel dan jangka pendek semakin menurun.

Dalam kondisi seperti ini, konsentrasi leverage di kalangan whale jadi makin berarti. Dengan jumlah pelaku spekulasi yang berkurang, pemain besar lebih mudah menggerakkan harga di pasar.

Yang masih belum jelas adalah waktunya. Posisi long whale yang tinggi memang menandakan ekspektasi harga akan naik, tapi bukan berarti breakout akan segera terjadi.

Titik krusial baru akan terjadi jika dan ketika posisi besar ini mulai dilepas. Sejarah memperlihatkan, perubahan semacam itu kerap mendahului pergantian rezim pasar.

Japan’s Bond Yields Hit 1.98%: BOJ Rate Shift Impacts Gold, Silver, and Bitcoin

18 December 2025 at 17:20

Japan’s 10-year government bond yields surged to 1.98% in December 2025, the highest level since the 1990s. It comes as markets braced for the Bank of Japan’s (BOJ) policy meeting on December 19.

The move has triggered a global rally in precious metals, with gold and silver surging 135% and 175%, respectively, since early 2023. Meanwhile, Bitcoin is under pressure as forced selling intensifies across Asian exchanges, highlighting a divergence in market reactions to Japan’s rate shift.

Japan’s Bond Yields Hit 1.98%

For decades, Japan maintained near-zero interest rates, anchoring global liquidity through the yen carry trade.

Investors borrowed yen at a low rate to fund higher-yielding assets worldwide, effectively exporting ultra-low interest rates.

An expected 25-basis-point hike, raising the rate to 0.75%, may appear modest in absolute terms, but the pace of change matters more than the level.

BOJ Interest Rate Probabilities
BOJ Interest Rate Probabilities. Source: Polymarket

“Carry trade at risk: Nobody knows when the real consequences will materialize, but this continued shift will likely drain liquidity from markets, potentially causing a ripple effect through margin calls and other forced deleveraging,” warned Guilherme Tavares, CEO at i3 Invest.

Analysts see the BOJ move as more than a domestic adjustment.

“When Japan’s yields move, global capital pays attention. Gold and silver aren’t reacting to inflation headlines. They’re pricing sovereign balance sheet risk. Japan isn’t a sideshow anymore. It’s the fulcrum,” noted Simon Hou-Vangsaae Reseke.

Gold and Silver Prices Surge Amid Rising Sovereign Risk

Precious metals have been closely tracking Japanese yields. According to Global Market Investor, gold and silver are moving almost perfectly in line with Japanese government bond yields. This suggests that precious metals are being used as a primary hedge against the rising cost of government debt.

Gold and Silver Prices Tracking Japan’s 10Y Bond. Source: Global Markets Investor on X

“It’s not the yield itself, it’s what the move represents — rising sovereign risk, tighter global liquidity, and uncertainty about currency credibility. Gold responds as protection, and silver follows with more volatility,” commented analyst EndGame Macro.

The silver market is showing signs of speculative mania. The China Silver Futures Fund recently traded 12% above the physical metal it tracks, indicating that demand for leveraged exposure is outpacing the underlying asset.

⚠️ Silver market mania is an UNDERSTATEMENT:

The China Silver Futures Fund was trading +12% above the actual value of the silver it is supposed to track

Investors are buying the fund much faster than the silver behind is rising, a sign of SPECULATION. 👇https://t.co/8kAngXV9CH

— Global Markets Investor (@GlobalMktObserv) December 17, 2025

Investors are increasingly treating gold and silver as hedges against broader macro risks, rather than just inflation.

Bitcoin Faces Pressure as Carry Trades Unwind

Meanwhile, the Bitcoin price is feeling the strain of tightening yen liquidity.

“Asia-based exchanges have seen persistent spot selling. Miner reserves are falling — forced selling, not choice…Long-term Asian holders appear to be distributing…Price stays heavy until forced supply is cleared,” wrote CryptoRus, citing XWIN Research Japan.

US institutions continue buying, with the Coinbase Premium positive, but forced liquidations in Asia and an 8% drop in Bitcoin hashrate have added downward pressure.

Bitcoin Price and Coinbase Premium
Bitcoin Price and Coinbase Premium. Source: CryptoQuant

Past BOJ rate shifts have coincided with significant BTC declines, and traders are watching closely for further downside toward $70,000.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

The contrasting reactions of precious metals and Bitcoin highlight differences in risk positioning. Gold and silver are attracting safe-haven flows amid growing sovereign risk, while Bitcoin faces liquidation-driven price pressure.

Analysts note that future Fed rate cuts may offset the BOJ’s impacts, but the speed of the policy change is crucial.

The post Japan’s Bond Yields Hit 1.98%: BOJ Rate Shift Impacts Gold, Silver, and Bitcoin appeared first on BeInCrypto.

The 11th Crypto Prediction from Bitwise May Not Survive—James Seyffart Warns

18 December 2025 at 15:41

The US crypto ETF (exchange-traded fund) market is approaching a tipping point. Bitwise Asset Management’s 2026 forecast anticipates the launch of more than 100 new crypto-linked ETFs, driven by the SEC’s streamlined listing standards effective from October 2025.

While the outlook projects new all-time highs for Bitcoin, Ethereum, and Solana, Bloomberg ETF analyst James Seyffart warns that a significant shakeout may be inevitable as the sector becomes overcrowded.

Bitwise Shares 11 Crypto Predictions for 2026

Bitwise has made 10 projects for 2026, spanning crypto and ETF markets that investors will track closely. According to the crypto index fund manager:

  • Bitcoin, Ethereum, and Solana will set new all-time highs
  • Bitcoin will break the four-year cycle and set new all-time highs
  • Bitcoin will be less volatile than Nvidia.
  • ETFs will purchase more than 100% of the new supply of Bitcoin, Ethereum, and Solana as institutional demand accelerates.
  • Crypto equities will outperform tech equities.
  • Polymarket open interest will set a new all-time high, surpassing 2024 election levels.
  • Stablecoins will be blamed for destabilizing an emerging market currency.
  • Onchain vaults will double in AUM.
  • Ethereum and Solana will set new all-time highs (if the CLARITY Act passes).
  • Half of Ivy League endowments will invest in crypto.
  • More than 100 crypto-linked ETFs will launch in the US.
  • Bitcoin’s correlation to stocks will fall.

A Wave of ETF Liquidations Could Occur in 2026, James Seyffart

The eleventh prediction turned heads, becoming of particular concern for analysts. The surge of anticipated crypto-linked ETF launches follows a major regulatory shift.

In September 2025, the SEC introduced generic listing standards for commodity-based trust shares, including crypto assets.

“[Several leading exchanges] filed with the SEC proposed rule changes to adopt generic listing standards for Commodity-Based Trust Shares. Each of the foregoing proposed rule changes… was subject to notice and comment. This order approves the Proposals on an accelerated basis,” the SEC’s filing claimed.

This change allows ETFs to list without individualized review, reducing delays and uncertainty.

Bitwise expects this regulatory clarity to drive institutional adoption and fresh inflows into crypto ETFs in 2026.

2026 PREDICTION: More than 100 crypto-linked ETFs will launch in the U.S.⁰⁰In October 2025, the SEC published generic listing standards, allowing ETF issuers to launch crypto ETFs under a general set of rules. A clearer regulatory roadmap in 2026 is why we see the stage being… pic.twitter.com/rQbcWe6JE4

— Bitwise (@BitwiseInvest) December 17, 2025

“I’m in 100% agreement with Bitwise here,” Seyffart indicated. “I also think we’re going to see a lot of liquidations in crypto ETP products. Might happen at the tail end of 2026, but likely by the end of 2027. Issuers are throwing A LOT of products at the wall.”

Bitcoin ETF Dominance and Altcoin Saturation

Bloomberg data shows 90 existing crypto ETPs managing $153 billion, with 125 filings pending. Bitcoin leads with $125 billion across 60 products, while Ethereum follows at $22 billion in 25 ETFs.

Altcoins like XRP and Solana remain niche, with 11–13 products each and $1.5–$1.6 billion in assets, signaling rising saturation risks.

The state of crypto ETFs/ETPs
The state of crypto ETFs/ETPs. Source: Bloomberg’s James Seyffart on X

With the market poised to be flooded, analysts anticipate direct competition for investor capital. However, historical trends suggest caution, with roughly 40% of ETFs launched since 2010 eventually closing, often due to insufficient assets or trading volume.

The Coming Crypto ETF Shakeout: Winners, Losers, and the Rise of ‘Zombie’ Assets

Seyffart’s warning reflects a broader concern that fast expansion often precedes consolidation. Crypto ETFs that fail to attract sufficient AUM, differentiate their strategies, or establish strong distribution networks may face early closure.

Products offering specialized exposure strategies, income features, or tailored risk profiles could establish lasting positions.

Chris Matta, CEO of Liquid Collective, echoes this concern in the context of “zombie” projects, describing crypto assets with market caps of $1 billion or more but minimal development.

“Maybe the failure to sustain an ETF in trad markets will be a stronger signal and will result in larger performance dispersion between active and dead crypto assets,” Matta said.

Therefore, investors entering the ETF space will need to be highly selective. Trading liquidity, tracking accuracy, fee structures, and issuer credibility will be crucial in distinguishing sustainable products from those that are likely to fail.

Meanwhile, Bitwise’s bullish predictions suggest that leading ETFs tied to major assets may continue to benefit from sustained institutional inflows.

The expected wave of liquidations by late 2027 will likely reshape the sector, consolidating capital among the strongest products.

While disruptive, the process may ultimately strengthen the US crypto ETF market by:

  • Removing weak offerings,
  • Clarifying choices for investors, and
  • Highlighting differentiated strategies.

The question remains: in a crowded ETF sector, which products will survive and which will join the growing ranks of crypto’s forgotten “zombie” assets?

The post The 11th Crypto Prediction from Bitwise May Not Survive—James Seyffart Warns appeared first on BeInCrypto.

Peter Brandt Turns Bearish on XRP Price Despite Ripple’s Push for Multichain Expansion

18 December 2025 at 14:27

Veteran trader Peter Brandt has struck a bearish tone on XRP price, warning that the token may be forming a classic double-top pattern. His stance comes despite Ripple accelerating ecosystem growth through multichain stablecoin expansion and new institutional tools for XRP holders.

Brandt’s caution comes at a moment when XRP’s fundamentals and infrastructure narrative appear to be strengthening, creating a growing disconnect between technical signals and long-term adoption developments.

Brandt Flags Potential Double-Top Risk for XRP Price

The veteran chartist highlighted what he views as a potentially bearish setup on the XRP price chart. According to Peter Brandt, XRP may be forming a double-top, an often-cited reversal pattern that emerges when an asset fails to break above resistance after two attempts.

XRP chart showing potential double top pattern
XRP price chart highlighting potential double-top formation. Source: Peter Brandt on X

Double-top patterns in technical analysis typically signal waning bullish momentum and can precede deeper pullbacks if confirmation follows.

“I know in advance that all you Riplosts XRP will forever remind me of this post — ask me if I care. This is a potential double top,” Brandt wrote.

The XRP price has been consolidating after its late-2024 rally, placing greater focus on whether support levels can hold.

However, Brandt also acknowledged that the pattern could fail, leaving room for alternative interpretations.

“Sure, it may fail, and I will deal with this if it does. But for now, this has bearish implications. Love it or not — you need to deal with it,” he added.

Analysts Highlight Bullish Historical Context

Other market analysts see the current setup very differently. Analyst Steph is Crypto pointed to XRP’s recurring behavior around its 50-week simple moving average (SMA), arguing that prior cycles suggest downside exhaustion rather than the start of a larger decline.

“Every cycle, when XRP breaks below the 50-week SMA and stays there for roughly 50–84 days, a strong rally has followed,” the analyst noted.

Historical examples include a 211% rally after 70 days below the SMA in 2017, a 70% move following 49 days in 2021, and an 850% surge after 84 days in 2024.

The XRP price has now spent roughly 70 days below its 50-week SMA, placing it squarely within the same historical window..

XRP historical performance relative to 50-week SMA
XRP’s historical rallies following extended periods below 50-week SMA. Source: Steph_iscrypto

The analysis suggests that what appears bearish in isolation could align with past cycle bottoms, mirroring the current split in technical interpretation.

Ripple Expands RLUSD Across Layer 2 Networks As Institutional Access Continues to Grow

While technical debate intensifies, Ripple continues to expand its ecosystem. On December 16, the company announced that its US dollar stablecoin, Ripple USD (RLUSD), will expand to Optimism, Base, Ink, and Unichain.

It leverages Wormhole’s Native Token Transfers (NTT) standard for multichain interoperability.

RLUSD was initially issued on the XRP Ledger and Ethereum. The Layer 2 rollout is designed to improve scalability, liquidity movement, and real-world utility across DeFi and institutional platforms.

Ripple emphasized that RLUSD is issued under a trust charter granted by the New York Department of Financial Services (NYDFS). This positions it as one of the most tightly regulated stablecoins entering Layer 2 ecosystems.

The company has also applied for a US OCC charter and recently gained regulatory recognition in Dubai and Abu Dhabi.

Wormhole added that XRP holders will be able to use XRP alongside RLUSD as a “premier trading and liquidity pair” across supported chains, supported by wrapped XRP (wXRP) issuance for cross-chain use.

Enhanced utility is coming for $XRP

XRP holders can use XRP alongside $RLUSD as a premier trading and liquidity pair on supported chains, allowing businesses to facilitate payments and checkout options that let users buy, sell, or send digital assets. pic.twitter.com/DMcSWyQ2XV

— Wormhole (@wormhole) December 17, 2025

Institutional tooling for XRP is also expanding. Digital Wealth Partners recently launched an algorithmic XRP trading strategy for qualified retirement accounts, offering insured custody through Anchorage Digital.

The service gives high-net-worth investors access to systematic XRP trading within regulated, tax-advantaged accounts. This reflects broader efforts to integrate crypto into traditional wealth management structures.

Digital Wealth Partners Launches Algorithmic XRP Trading Strategy Powered by @tryarchpublic for Qualified Retirement Accountshttps://t.co/ro7ipgP48D

— Digital Wealth Partners (@DWP_advisors) December 16, 2025

As XRP faces conflicting technical signals, its trajectory may hinge on whether bearish chart patterns dominate or whether historical cycles and expanding utility ultimately reassert control.

The post Peter Brandt Turns Bearish on XRP Price Despite Ripple’s Push for Multichain Expansion appeared first on BeInCrypto.

Bitfinex Bitcoin Whale Long Positions Surge 36%: What Does it Mean?

18 December 2025 at 13:23

Large Bitcoin investors on Bitfinex are once again commanding market attention. Analysts tracking leveraged positioning data show that margined Bitcoin long positions held by “whales” have surged sharply, approaching levels last seen in March 2024.

The renewed build-up is occurring even as broader market participation cools, raising questions about what these well-capitalized traders are signaling.

What Does the Record High in Whale Long Positions on Bitfinex Signify?

According to on-chain analyst James Van Straten, Bitfinex whales have continued to add aggressively to their positions.

“Bitfinex whale continues to add to its margin long bitcoin position, approaching March 2024 highs. 36% higher in the past 3 months,” he wrote on X (Twitter).

The data highlights a steady accumulation trend since September, with long exposure expanding during periods of price weakness rather than rallies.

Bitfinex itself appeared to acknowledge the activity, highlighting that large, experienced traders may be positioning with conviction, while smaller participants are reducing risk.

Whale moves 🐳https://t.co/1Zgcof54xV

— Bitfinex (@bitfinex) December 8, 2025

This divergence in behavior is notable. While Bitcoin’s price action has remained choppy in recent weeks, whale accumulation has intensified.

Bitfinex Bitcoin long positions approaching March 2024 highs
Bitfinex Bitcoin long positions approaching March 2024 highs. Source: TradingView

Historically, these Bitfinex long positions have been associated with traders who use leverage tactically. They often scale into positions during drawdowns rather than chasing upside momentum.

According to crypto executive Samson Mow, the current dynamic is a transfer of coins from impatient sellers to long-term holders.

“Bitfinex whales out in force buying from paper hands,” he said, pointing to the contrast between selling pressure from weaker hands and sustained buying by large accounts.

A Contrarian Signal, But Not a Timing Tool

The Bitfinex whale long metric has long been watched as a potential leading indicator in technical analysis. However, its interpretation requires nuance.

These traders have a documented pattern of increasing long exposure during declines and trimming positions into strength. As a result, elevated long positions are often followed, not preceded, by price rallies.

Van Straten cautioned that the signal’s real value lies in watching for reversals rather than absolute levels.

“Short term, once the trend reverses,” he noted, implying that the eventual reduction of these longs may be more informative than their current size.

Not everyone agrees on the reliability of the indicator. Analyst Parabear Nick challenges overly confident interpretations of whale data, dismissing some bullish narratives entirely, amid claims that whale accumulation alone guarantees higher prices.

Indeed, historical data support a more balanced view. Whale long positions have reached extremes at different points in past cycles, sometimes remaining elevated for months before any decisive move in price.

Multi-year comparison of whale positioning versus Bitcoin price trends
Multi-year comparison of whale positioning versus Bitcoin price trends. Source: Parabear Nick on X

This suggests that while the metric can provide insight into positioning and sentiment, it should be evaluated in conjunction with other indicators, such as open interest, funding rates, and macro liquidity conditions.

The current accumulation comes as open interest across derivatives markets trends lower, signaling reduced participation from retail and short-term traders.

In that context, the concentration of leverage among whales becomes more significant. With fewer speculative participants, large players exert greater influence over marginal price movements.

What remains unclear is timing. Elevated whale longs suggest expectations of higher prices, but not necessarily an imminent breakout.

The key inflection point will come if and when these positions begin to unwind. Historically, such shifts have preceded changes in market regimes.

The post Bitfinex Bitcoin Whale Long Positions Surge 36%: What Does it Mean? appeared first on BeInCrypto.

Tether’s New Move Could Make Cloud Passwords Obsolete | US Crypto News

17 December 2025 at 23:02

Welcome to the US Crypto News Morning Briefing—your essential rundown of the most important developments in crypto for the day ahead.

Grab a coffee as USDT stablecoin issuer, Tether, pushes to change the way we protect our digital lives. A new approach promises to put control back in your hands, bypassing the cloud and leaving traditional password methods looking increasingly outdated.

Crypto News of the Day: Tether Just Unleashed A Secret Weapon Against Cloud Breaches

Tether has taken a bold step into cybersecurity with the launch of PearPass, a first-of-its-kind peer-to-peer password manager designed to eliminate reliance on cloud storage. The app:

  • Keeps all credentials on users’ devices
  • Removes centralized servers and intermediaries from the equation
  • Gives users full control over their digital security.

The launch comes at a time when billions of login credentials have been leaked in high-profile breaches, exposing users to identity theft, financial loss, and other cyber risks.

Traditional cloud-based password managers, while convenient, have become attractive targets for hackers due to their centralized storage models.

PearPass addresses these vulnerabilities by storing all data locally on users’ devices and enabling encrypted, peer-to-peer synchronization across devices chosen by the user.

“Every major breach proves the same point: if your secrets live in the cloud, they’re not really yours…PearPass removes the single point of failure. No servers, no intermediaries, no back doors. Recovery and synchronization across devices happen peer-to-peer, under your control. This is security that can’t be switched off, seized, or compromised, because it was never in someone else’s hands to begin with,” read an excerpt in Tether’s announcement, citing CEO Paolo Ardoino.

PearPass combines ease of use with advanced security features. It includes a built-in password generator, end-to-end encryption powered by open-source cryptography, and a peer-to-peer architecture that ensures credentials are never exposed to third parties.

Recovery is entirely user-controlled through private keys, eliminating dependency on external systems.

PearPass Sets a New Standard for Decentralized, Open-Source Security

Additionally, PearPass is fully open-source and community-audited, enabling security experts and users to inspect, verify, and contribute to the software.

The platform has also reportedly undergone an independent security audit by Secfault Security, a firm specializing in offensive security and cryptographic analysis. This reinforces its resilience against real-world cyber threats.

Introducing🍐🔒 PearPass — the password manager that keeps your data on your devices.

No servers to hack. No cloud to leak.

Just pure local security.

Follow @Pears_p2p & Download the App https://t.co/gP9FIPn2dW pic.twitter.com/ObIuyfToMo

— Tether (@Tether_to) December 17, 2025

This release reflects Tether’s broader strategy to develop technologies resilient against the pressures of centralization. As governments, corporations, and intermediaries increasingly seek access to private data, PearPass offers a model for systems that remain private, independent, and functional, even under high-threat scenarios.

However, while peer-to-peer avoids cloud risks:

  • It can be less convenient for users who frequently switch devices.

Recovery relies entirely on users managing their own keys, which could be risky for non-technical users.

  • Experts may question whether the average consumer will adopt a decentralized password manager.

This is at a time when mainstream cloud-based options are more user-friendly and integrated into browsers and mobile platforms.

  • Users still need strong device-level security.

While PearPass helps prevent cloud breaches, it cannot protect against local device hacking, malware, or physical theft.

Encrypted peer-to-peer synchronization is promising, but peer networks can introduce latency, synchronization errors, or potential attack vectors if not properly secured.

In as much as PearPass relies on open-source audits and Secfault Security, no system is entirely risk-free. Skeptics may point out that first-of-its-kind peer-to-peer solutions carry unknown risks until widely tested in real-world environments.

Byte-Sized Alpha

Here’s a summary of more US crypto news to follow today:

Crypto Equities Pre-Market Overview

CompanyAt the Close of December 16Pre-Market Overview
Strategy (MSTR)$167.50$167.40 (-0.060%)
Coinbase (COIN)$252.61$254.00 (+0.51%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)$24.31$24.51 (+0.82%)
MARA Holdings (MARA)$10.69$10.75 (+0.56%)
Riot Platforms (RIOT)$13.47$13.65 (+1.34%)
Core Scientific (CORZ)$14.73$15.11 (+2.58%)
Crypto equities market open race: Google Finance

The post Tether’s New Move Could Make Cloud Passwords Obsolete | US Crypto News appeared first on BeInCrypto.

Binance Puts $5 Million Bounty on Fake Listing Agents as Scrutiny Intensifies

17 December 2025 at 20:35

Binance has launched a whistleblower reward of up to $5 million as part of a sweeping crackdown on fraudulent third-party “listing agents.”

The exchange warns crypto projects that any individual claiming to influence listings on the exchange is operating illegally.

Binance Offers $5 Million Whistleblower Reward as It Cracks Down on Fake Listing Agents

The announcement, published Wednesday in a transparency update, comes at a sensitive moment for the world’s largest cryptocurrency exchange.

Binance faces heightened scrutiny over its listing practices following alleged insider trading incidents linked to leaked token information.

$year of yellow fruit
0x2fe3731d8b61515aad65757c7cab8042c43a4444
Trades and Price Chart:https://t.co/MOHKDeoL43
"year of yellow fruit" comes from a Binance Futures tweet:
“The year of the yellow fruit and harvest! Plant wisely. Harvest abundantly.”Before this tweet was posted,… pic.twitter.com/1aHMu7TWkw

— Nineteen (@nineteenthvibe) December 7, 2025

In its notice, Binance reiterated that all token listing applications must be submitted exclusively through its official channels, covering Binance Alpha, Futures, and Spot markets.

The exchange stressed that it does not authorize external brokers, consultants, or intermediaries to negotiate, facilitate, or guarantee listings.

“Any party claiming to represent Binance or offering listing-related services in exchange for payment is engaging in fraudulent behavior,” the company said.

Blacklist and Internal Audit Findings

The exchange revealed that an internal audit uncovered repeated cases of individuals and firms misrepresenting themselves as Binance-connected facilitators while soliciting fees from project founders.

As a result, the exchange has blacklisted seven entities and individuals, including:

  • BitABC
  • Central Research
  • May/Dannie
  • Andrew Lee
  • Suki Yang
  • Fiona Lee, and
  • Kenny Z

According to Binance, these parties were identified for falsely implying relationships with the exchange or offering paid listing services. The company said legal action would be pursued “where appropriate.”

Blockchain data provider RootData shows that one of the blacklisted groups, Central Research, has previously backed several crypto projects, including Fireverse, Nebula Revelation, AKI Network, Fusionist, and Artyfact.

Of those, only Fusionist (ACE) currently trades on Binance. The exchange did not draw any connection between the blacklist findings and prior listing decisions.

Central Research-Backed Projects
Central Research-Backed Projects. Source: Rootsdata

To encourage reporting, Binance said whistleblowers who provide verifiable evidence of fraudulent activity could receive rewards of up to $5 million, depending on the quality and impact of the information submitted.

Binance Tightens Listing Rules Amid Insider Trading Fallout

As part of the update, Binance published a detailed breakdown of how projects progress through its listing ecosystem, from early-stage exposure on Binance Alpha to Futures and eventual Spot listings.

The exchange emphasized that it does not charge fees for listing applications and that all communications must come directly from a project’s core team.

Projects found to have used intermediaries or middlemen will be immediately disqualified from current and future listing reviews, Binance warned. However, teams that proactively report fraudulent agents may receive priority consideration.

The announcement follows Binance’s confirmation earlier this month that an employee leaked confidential listing information related to the “year of the yellow fruit” meme coin. The exchange’s co-CEO, Yi He, had addressed the incident.  

“Currently, the community is engaging in community behavior unrelated to Binance by issuing coins based on Binance’s official Twitter, my statements, or words excerpted from posts. But we cannot stop posting just because someone might come looking for angles,” she said.

Binance also disclosed that it distributed $100,000 in rewards to five whistleblowers who helped expose the misconduct.

Taken together, the blacklist, bounty program, and stricter enforcement signal a broader effort by Binance to rebuild trust around its listing process.

This is at a time when exchanges face increasing pressure to demonstrate transparency, internal controls, and fair market practices.

The post Binance Puts $5 Million Bounty on Fake Listing Agents as Scrutiny Intensifies appeared first on BeInCrypto.

Langkah Baru Tether Bisa Membuat Password Cloud Menjadi Usang | Berita Kripto AS

17 December 2025 at 23:02

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—ringkasan penting untuk perkembangan aset kripto utama yang perlu Anda ketahui hari ini.

Sambil Anda menikmati secangkir kopi, penerbit stablecoin USDT, Tether, kini mendorong perubahan cara kita melindungi kehidupan digital. Ada pendekatan baru yang berjanji mengembalikan kendali ke tangan Anda, tanpa bergantung lagi pada cloud dan membuat metode password tradisional semakin ketinggalan zaman.

Berita Kripto Hari Ini: Tether Luncurkan Senjata Rahasia untuk Lawan Peretasan Cloud

Tether melangkah berani ke dunia keamanan siber dengan meluncurkan PearPass, aplikasi password manager peer-to-peer pertama yang dirancang untuk menghilangkan kebutuhan penyimpanan cloud. Aplikasi ini:

  • Menyimpan semua kredensial di perangkat pengguna
  • Menghapus server terpusat dan perantara dari sistem
  • Memberikan pengguna kendali penuh atas keamanan digital mereka.

Peluncuran ini hadir di saat miliaran data login telah bocor dalam kasus besar, sehingga banyak pengguna mengalami pencurian identitas, kerugian finansial, dan risiko siber lainnya.

Password manager berbasis cloud memang praktis, tapi seiring waktu menjadi target empuk bagi hacker karena sistem penyimpanan terpusatnya.

PearPass mengatasi masalah ini dengan hanya menyimpan semua data secara lokal di perangkat pengguna dan mendukung sinkronisasi peer-to-peer dienkripsi antar perangkat yang dipilih pengguna.

“Every major breach proves the same point: if your secrets live in the cloud, they’re not really yours…PearPass removes the single point of failure. No servers, no intermediaries, no back doors. Recovery and synchronization across devices happen peer-to-peer, under your control. This is security that can’t be switched off, seized, or compromised, because it was never in someone else’s hands to begin with,” baca kutipan dalam pengumuman Tether, mengutip CEO Paolo Ardoino.

PearPass memadukan kemudahan penggunaan dan fitur keamanan tingkat lanjut. Aplikasi ini memiliki generator password bawaan, enkripsi end-to-end dari kriptografi open-source, dan arsitektur peer-to-peer yang memastikan kredensial Anda tidak pernah terekspos ke pihak ketiga.

Proses recovery sepenuhnya dikendalikan oleh pengguna melalui private key, sehingga Anda tidak bergantung lagi pada sistem eksternal.

PearPass Membuka Standar Baru untuk Keamanan Terdesentralisasi dan Sumber Terbuka

Selain itu, PearPass bersifat open-source dan diaudit komunitas. Ini memberi kesempatan kepada para ahli keamanan serta pengguna untuk memeriksa, memverifikasi, dan berkontribusi langsung ke perangkat lunak tersebut.

Platform ini juga disebut-sebut sudah menjalani audit keamanan independen oleh Secfault Security, sebuah firma spesialis keamanan ofensif dan analisa kriptografi. Hal ini makin memperkuat ketahanan PearPass terhadap ancaman siber di dunia nyata.

Introducing🍐🔒 PearPass — the password manager that keeps your data on your devices.

No servers to hack. No cloud to leak.

Just pure local security.

Follow @Pears_p2p & Download the App https://t.co/gP9FIPn2dW pic.twitter.com/ObIuyfToMo

— Tether (@Tether_to) December 17, 2025

Peluncuran ini menunjukkan strategi Tether yang lebih luas dalam mengembangkan teknologi tahan tekanan sentralisasi. Karena pemerintah, korporasi, dan perantara kini makin sering mencari akses ke data pribadi, PearPass menawarkan sistem yang tetap privat, mandiri, serta tetap bisa digunakan bahkan dalam situasi penuh ancaman.

namun, meski sistem peer-to-peer menghindari risiko cloud:

  • Bisa jadi kurang praktis bagi pengguna yang sering berpindah perangkat.

Proses recovery sepenuhnya bergantung pada pengguna yang harus mengelola private key mereka sendiri, sehingga berisiko bagi pengguna yang kurang teknis.

  • Pakar mungkin mempertanyakan apakah password manager terdesentralisasi seperti ini bisa diadopsi oleh konsumen pada umumnya.

Padahal, pilihan cloud mainstream kini lebih ramah pengguna dan telah terintegrasi di browser serta perangkat mobile.

  • Pengguna tetap membutuhkan keamanan perangkat yang kuat.

Walaupun PearPass mencegah kebocoran lewat cloud, aplikasi ini tidak bisa melindungi data dari peretasan perangkat lokal, malware, atau pencurian fisik perangkat.

Sistem sinkronisasi peer-to-peer terenkripsi memang menjanjikan, tapi jaringan peer bisa menimbulkan masalah seperti keterlambatan, error sinkronisasi, atau titik serangan baru jika tidak diamankan dengan benar.

Meskipun PearPass mengandalkan audit open-source dan Secfault Security, tetap saja tidak ada sistem yang benar-benar bebas risiko. Para skeptis mungkin mengatakan solusi peer-to-peer perdana ini punya risiko tersembunyi yang baru akan terlihat setelah diuji luas di dunia nyata.

Alpha Byte-Sized

Berikut ringkasan berita aset kripto penting di AS yang juga perlu Anda ikuti hari ini:

Gambaran Umum Pre-market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan 16 DesemberRingkasan Pre-Market
Strategy (MSTR)US$167,50US$167,40 (-0,060%)
Coinbase (COIN)US$252,61US$254,00 (+0,51%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$24,31US$24,51 (+0,82%)
MARA Holdings (MARA)US$10,69US$10,75 (+0,56%)
Riot Platforms (RIOT)US$13,47US$13,65 (+1,34%)
Core Scientific (CORZ)US$14,73US$15,11 (+2,58%)
Balapan pembukaan pasar ekuitas kripto | Sumber: Google Finance

Kejutan Nonfarm Payrolls yang Bisa Mengguncang Bitcoin sebelum Natal | US Crypto News

17 December 2025 at 00:18

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—rangkuman penting untuk perkembangan utama dunia kripto di Amerika Serikat hari ini.

Sambil menikmati kopi, data tenaga kerja AS terbaru memberikan sinyal campuran soal pekerjaan, upah, dan pengangguran. Trader sedang menimbang apa arti semua ini untuk aset berisiko, mulai dari saham hingga Bitcoin, sementara volatilitas jadi penentu suasana.

Berita Aset Kripto Hari Ini: Lapangan Kerja Oktober Anjlok dan Kenaikan Tipis di November Tanda Pasar Tidak Merata

Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk Oktober dan November 2025 mengejutkan pasar, sebab itu menjadi salah satu data ekonomi krusial minggu ini. Hasilnya menunjukkan pasar tenaga kerja mendingin yang bisa berdampak ke saham dan juga aset kripto.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS), Oktober mengalami penurunan tajam sebesar 105.000 pekerjaan, jauh dari estimasi -25.000. Angka ini menandai penurunan signifikan dalam momentum pasar tenaga kerja.

Analis menyebutnya sebagai data luar biasa, sebab terjadi gangguan dari keterlambatan pengumpulan data pemerintah dan penyesuaian musiman.

*US OCT. NONFARM PAYROLLS FALL 105K M/M; EST. -25K

this is all govt and an outlier

— zerohedge (@zerohedge) December 16, 2025

November mencatatkan kenaikan 64.000 pekerjaan, sedikit di atas konsensus 50.000, tapi tingkat pengangguran naik menjadi 4,6% dari 4,4% pada Oktober, lebih tinggi daripada perkiraan 4,5%.

🚨 Just In: November Nonfarm Payrolls rise 64,000, above expectations for 40,000.

The U.S. Unemployment Rate rose from 4.4% to 4.6%, worse than estimates for 4.5%.

What will Jerome Powell do now? pic.twitter.com/kFozsmOsgh

— Jesse Cohen (@JesseCohenInv) December 16, 2025

Kenaikan di November memang memberi sedikit kelegaan, tapi tetap memperlihatkan betapa tidak meratanya aktivitas pasar tenaga kerja AS akhir-akhir ini.

Dampak The Fed dan Pasar terhadap Bitcoin dan Aset Risiko

Data ini kemungkinan akan memperkuat narasi dovish untuk The Fed. Powell sebelumnya pernah menyebut pasar tenaga kerja yang melemah sebagai alasan pemotongan suku bunga, dan angka hari ini memperlihatkan ekonomi masih jauh dari panas.

Trader bisa saja menafsirkan laporan ini sebagai sinyal bahwa pelonggaran lebih lanjut di 2026 sangat mungkin terjadi, yang bisa menopang aset berisiko, termasuk Bitcoin, asal ekspektasi likuiditas tetap terjaga. Bitcoin terjebak di area US$90.000, dan data hari ini mungkin bisa memicu volatilitas jangka pendek.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

Setelah data Oktober yang lemah dan pemulihan moderat di November, ini bisa memicu reli ke US$95.000 saat pasar mengantisipasi potensi pelonggaran dari The Fed.

Di sisi lain, kenaikan tingkat pengangguran yang tak terduga justru bisa menyulut kekhawatiran resesi, sehingga bisa memicu pergerakan liar di pasar kripto, saham, maupun FX.

“Biasanya pasar akan lega ketika ketidakpastian selesai, tapi data kali ini berbeda. Tren pelemahan ini justru bisa memicu reli kripto di awal karena harapan pemotongan suku bunga The Fed secara agresif pada 2026 kembali muncul. Tapi kalau datanya terlalu lemah, narasinya bisa langsung beralih dari harapan likuiditas ke ketakutan resesi. Dalam sejarahnya, ini membuat selera terhadap risiko langsung turun di semua pasar,” ujar Jimmy Xue, COO dan Co-founder Axis, kepada BeInCrypto.

Pelaku pasar tetap waspada. Karena data Oktober dianggap outlier dan data November dikumpulkan terlambat, potensi distorsi statistik dan revisi masih ada.

Trading berbasis algoritma dan likuiditas yang tipis bisa memperbesar volatilitas dalam waktu dekat, sehingga penentuan posisi yang bijak sangat penting.

Di tengah sinyal yang membingungkan, aset aman tradisional seperti emas berpeluang tetap diserbu, sebab US dollar sedang tertekan dan sentimen risiko masih rapuh khususnya di sektor teknologi.

Chart Hari Ini

Analysis of BLS Current Establishment Survey
Analisis Survei Current Establishment BLS | Sumber: Jed Kolko di X

Byte-Sized Alpha

Berikut ini rangkuman berita kripto AS lainnya yang perlu kamu pantau hari ini:

Gambaran Umum Pre-market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan pada 15 DesemberRingkasan Pre-Market
Strategy (MSTR)US$162,08US$165,23 (+1,94%)
Coinbase (COIN)US$250,42US$253,61 (+1,27%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$24,54US$24,59 (+0,20%)
MARA Holdings (MARA)US$10,70US$10,82 (+1,12%)
Riot Platforms (RIOT)US$13,71US$13,81 (+0,73%)
Core Scientific (CORZ)US$15,28US$15,27 (-0,065%)
Persaingan pembukaan pasar ekuitas kripto | Sumber: Google Finance

Kembalinya Trump Berikan Segalanya untuk Aset Kripto, Kecuali Reli Bull

16 December 2025 at 20:26

Ketika Donald Trump kembali ke Gedung Putih, banyak pelaku pasar aset kripto berharap naskah lama akan terulang. Retorika pro-kripto, regulasi yang lebih ramah, arus masuk institusi, dan selera risiko yang kembali—semua itu seharusnya berpadu menciptakan bull market yang menentukan.

Namun, seiring tahun 2025 berakhir, pasar kripto justru menutup tahun dengan posisi jauh lebih rendah, hanya di kisaran 20% dari puncak saat era Biden.

Meski ada Trump, pasar aset kripto masih 20% saja dari level era Biden

Kontradiksi tersebut kini menjadi inti perdebatan: apakah kripto sedang terperangkap dalam fase sulit, atau ada sesuatu yang lebih fundamental benar-benar rusak.

“Saatnya mengakui dan menerima bahwa pasar kripto memang rusak,” ujar Ran Neuner, analis sekaligus host Crypto Banter.

Sang analis menyoroti adanya jarak yang belum pernah ada sebelumnya antara fundamental dan harga. Menurut Neuner, tahun 2025 memiliki “semua syarat untuk bull market”:

“Bahkan dengan semua faktor di atas,” ucap Neuner, “kita tutup tahun 2025 lebih rendah, hanya 20% dari posisi saat Biden.”

Ini menunjukkan bahwa penjelasan-penjelasan lama sudah tidak berlaku lagi. Teori tentang siklus empat tahun, likuiditas yang terjebak, atau momen IPO untuk kripto makin terasa sebagai pembenaran setelah kejadian, bukan jawaban yang sesungguhnya.

Menurut Neuner, hasilnya adalah pasar dengan hanya dua kemungkinan ke depan:

  • Ada penjual struktural tersembunyi atau mekanisme yang menekan harga, atau
  • Kripto sedang bersiap menuju “the mother of all catch-up trades” seperti yang ia sebut, ketika pasar akhirnya kembali seimbang.

Tidak Semua Orang Sepakat Ada Masalah

Gordon Gekko, komentator pasar dan pengguna populer di X, punya pandangan berbeda. Ia menekankan bahwa periode menyakitkan ini memang sengaja dan struktural, namun bukan berarti rusak.

“Tidak ada yang rusak; inilah memang cara market maker inginkan. Sentimen ada di titik terendah selama bertahun-tahun; trader dengan leverage kehilangan segalanya. Ini memang tidak dirancang untuk mudah; hanya yang kuat yang akan mendapat hadiah,” terang dia.

Perbedaan sudut pandang itu menunjukkan perubahan mendalam tentang bagaimana kripto bergerak dibandingkan siklus sebelumnya. Pada masa Trump periode pertama, dari 2017 sampai 2020, kripto berkembang pesat dalam kekosongan regulasi.

Spekulasi ritel mendominasi, leverage dibiarkan liar, dan momentum reflektif mendorong harga jauh di atas nilai fundamentalnya.

Sementara di era Biden, pasar berubah menjadi lebih institusional. Regulasi berprinsip enforcement pertama membatasi keberanian mengambil risiko, sedangkan ETF, kustodian, dan kerangka kepatuhan membentuk ulang arah dan aliran modal.

Ironisnya, banyak faktor penarik terbesar kripto justru datang di era yang lebih ketat ini:

Hasilnya adalah skala yang besar tanpa refleksivitas.

Bitcoin Bertahan, tapi Altcoin Mengalami Breakout di Rezim Baru Aset Kripto

Pergeseran struktural ini ternyata paling menyakitkan bagi altcoin. Analis dan KOL seperti Shanaka Anslem serta beberapa lainnya berpendapat bahwa pasar kripto yang dulu bersatu kini sudah tak ada lagi.

Sebaliknya, tahun 2025 telah terbagi menjadi “dua permainan”:

  • Kripto institusional: Bitcoin, Ethereum, serta ETF dengan volatilitas rendah dan jangka waktu panjang, dan
  • Kripto berbasis atensi: di mana jutaan token saling berebut likuiditas sementara dan kebanyakan runtuh hanya dalam hitungan hari.

Modal tidak lagi mengalir mulus dari Bitcoin ke alt, atau ke altcoin season, alias alt season. Aliran modal kini langsung ke mandat yang memang menjadi tujuannya.

Altcoin Season Index
Altcoin Season Index | Sumber: Blockchain Center.Net

“…Pilihanmu sekarang hanya dua: Mainkan Crypto Institusional dengan kesabaran dan kesadaran terhadap ekonomi makro. Atau mainkan Crypto Atensi dengan kecepatan dan infrastruktur,” tulis Anslem.  

Menurut pemimpin opini ini, memegang altcoin berdasarkan tesis selama berbulan-bulan justru menjadi strategi terburuk saat ini.

“Kamu tidak datang lebih awal ke altcoin season. Kamu sedang menunggu struktur pasar yang sudah tidak ada lagi,” tambahnya.

Mungkin inilah dasar keyakinan seorang trader, tahu di mana harus melihat peluang. Lisa Edwards mendukung tesis ini dengan mengimbau pelaku pasar untuk memahami arus likuiditas.

“Segala sesuatu berubah, siklus berganti, uang bergerak dengan cara baru. Jika kamu menunggu altcoin season yang lama, kamu pasti akan melewatkan yang sebenarnya sedang terjadi di depan mata,” ujar dia.

Quinten François juga sependapat, dengan menyoroti bahwa jumlah token di tahun 2025 jauh lebih besar dibandingkan siklus sebelumnya. Dengan lebih dari 11 juta token yang beredar, kemungkinan terjadinya altcoin season yang luas seperti tahun 2017 atau 2021 bisa jadi hanya menjadi sejarah.

Everyone keeps waiting for a classic altseason like 2017 or 2021.
But the entire market structure has changed.

2017 had a few hundred coins competing for capital.
2021 had a few thousand.
2025 has more than 11 million tokens, memecoins, and worthless experiments.

The days where…

— Quinten | 048.eth (@QuintenFrancois) December 2, 2025

Antara Repricing dan Recovery: Ujian Aset Kripto Setelah Era Institusi

Di sisi lain, tekanan makro masih membebani sentimen pasar. Nic Puckrin, analis investasi dan co-founder Coin Bureau, menerangkan bahwa penurunan Bitcoin mendekati moving average (MA) 100-minggu mencerminkan kekhawatiran baru soal bubble AI, ketidakpastian terkait kepemimpinan The Fed di masa depan, dan aksi jual aset untuk rugi pajak pada akhir tahun.

“Semua ini membuat akhir tahun 2025 terasa hambar,” katanya dalam email ke BeInCrypto, sambil memperingatkan bahwa BTC bisa saja sempat turun di bawah US$80.000 jika tekanan jual makin kuat.

Tidak ada yang benar-benar tahu apakah kripto sedang rusak atau hanya sedang berubah, sehingga investor perlu melakukan riset sendiri.

Satu hal yang pasti, ekspektasi era Trump sekarang bertabrakan dengan struktur pasar di era Biden, sehingga strategi lama sudah tidak relevan lagi.

Diskusi antara ekonom dan investor di meja utama menyiratkan kemungkinan repricing besar-besaran atau reli mengejar ketertinggalan yang sangat tajam, yang mungkin akan membentuk jati diri baru dunia kripto setelah era institusional.

The Nonfarm Payrolls Surprise That Could Rattle Bitcoin Before Christmas | US Crypto News

17 December 2025 at 00:18

Welcome to the US Crypto News Morning Briefing—your essential rundown of the most important developments in crypto for the day ahead.

Grab a coffee as the latest US labor data delivers mixed signals on jobs, wages, and unemployment. Traders are weighing what it all means for risk assets, from equities to Bitcoin, as volatility sets the tone.

Crypto News of the Day: October Jobs Collapse and November Modest Gain Signal Uneven Market

The US Nonfarm Payrolls (NFP) report for October and November 2025 delivered a shock to markets, as it is one of the crucial economic data points this week. It revealed a cooling labor market that could reverberate through both equities and crypto.

According to the US Bureau of Labor Statistics (BLS),October saw a sharp decline of 105,000 jobs, far below the estimated -25,000. This marks a pronounced slowdown in labor market momentum.

Analysts are labeling it an outlier, reflecting disruptions from delayed government data collection and seasonal adjustments.

*US OCT. NONFARM PAYROLLS FALL 105K M/M; EST. -25K

this is all govt and an outlier

— zerohedge (@zerohedge) December 16, 2025

November posted a 64,000 gain, slightly above the 50,000 consensus, but with the unemployment rate climbing to 4.6% from 4.4% in October, higher than the expected 4.5%.

🚨 Just In: November Nonfarm Payrolls rise 64,000, above expectations for 40,000.

The U.S. Unemployment Rate rose from 4.4% to 4.6%, worse than estimates for 4.5%.

What will Jerome Powell do now? pic.twitter.com/kFozsmOsgh

— Jesse Cohen (@JesseCohenInv) December 16, 2025

While November’s rise offers some relief, it highlights the uneven nature of recent US labor market activity.

Fed and Market Implications For Bitcoin and Risk Assets

The data is likely to reinforce dovish narratives for the Federal Reserve. Powell previously cited a weakening labor market as justification for rate cuts, and today’s figures suggest the economy is far from overheated.

Traders may interpret the report as a signal that further easing in 2026 is plausible, which could support risk assets, including Bitcoin, if liquidity expectations remain intact. Bitcoin has been trapped near $90,000, and today’s data could trigger short-term volatility.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Bitcoin (BTC) Price Performance. Source: BeInCrypto

A weak October print followed by a modest November recovery may fuel a relief rally toward $95,000 as markets price in potential Fed accommodation.

Conversely, the unexpectedly high unemployment rate could reignite recession fears, creating whipsaw moves in crypto, equities, and FX.

“While markets typically cheer the resolution of uncertainty, this specific data dump is unique. The cooling trend might spark an initial crypto rally on renewed hopes for aggressive Fed cuts in 2026. But if the numbers are too weak, the narrative could quickly pivot from liquidity hopes to recession fears, historically dampening risk appetite across the board,” Jimmy Xue, COO and Co-founder at Axis, told BeInCrypto.

Market participants remain wary. With October’s data representing an outlier and November’s figures collected late, statistical distortions and revisions are possible.

Algorithm-driven trading and lean liquidity could amplify volatility in the near term, making measured positioning critical.

Amid mixed signals, traditional safe havens like gold may continue to attract flows, as the US dollar faces pressure and risk sentiment remains fragile in tech-heavy sectors.

Chart of the Day

Analysis of BLS Current Establishment Survey
Analysis of BLS Current Establishment Survey. Source: Jed Kolko on X

Byte-Sized Alpha

Here’s a summary of more US crypto news to follow today:

Crypto Equities Pre-Market Overview

CompanyAt the Close of December 15Pre-Market Overview
Strategy (MSTR)$162.08$165.23 (+1.94%)
Coinbase (COIN)$250.42$253.61 (+1.27%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)$24.54$24.59 (+0.20%)
MARA Holdings (MARA)$10.70$10.82 (+1.12%)
Riot Platforms (RIOT)$13.71$13.81 (+0.73%)
Core Scientific (CORZ)$15.28$15.27 (-0.065%)
Crypto equities market open race: Google Finance

The post The Nonfarm Payrolls Surprise That Could Rattle Bitcoin Before Christmas | US Crypto News appeared first on BeInCrypto.

Tom Lee Temukan Sinyal Besar Ethereum di Tengah Dorongan Tokenisasi JPMorgan | US Crypto News

15 December 2025 at 23:41

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—ringkasan penting perkembangan dunia aset kripto paling utama untuk hari ini.

Ambil secangkir kopi, karena Wall Street baru saja memberikan sinyal lain bahwa masa depan kripto makin bersifat institusional. Ketika JPMorgan membawa salah satu produk keuangan intinya ke dalam chain, para pengamat pasar mulai bertanya-tanya apakah ini sekadar percobaan atau perubahan yang lebih dalam menuju Ethereum sebagai infrastruktur ekonomi.

Berita Kripto Hari Ini: JPMorgan Bawa Pasar Uang ke On-Chain dengan Fund Berbasis Ethereum

JPMorgan Chase kembali mengambil langkah tegas di dunia keuangan berbasis blockchain, dengan meluncurkan exchange-traded fund (ETF) pasar uang ter-tokenisasi pertamanya di jaringan Ethereum.

Menurut laporan WSJ, divisi manajemen aset raksasa perbankan ini yang mengelola US$4 triliun telah merilis My OnChain Net Yield Fund atau MONY. Produk ini merupakan private money market fund yang berjalan di Ethereum dan didukung oleh platform tokenisasi milik JPMorgan, yakni Kinexys Digital Assets.

Bank tersebut akan memodali fund ini dengan US$100 juta dari dana mereka sendiri sebelum membukanya untuk investor eksternal, yang menandakan keyakinan internal yang kuat terhadap produk keuangan berbasis tokenisasi.

JPMORGAN STEPS FURTHER INTO CRYPTO WITH TOKENIZED MONEY FUND

The banking giant’s $4 trillion asset-management arm is rolling out its first tokenized money-market fund on the Ethereum blockchain. JPMorgan will seed the fund with $100 million of its own capital, and then open it… pic.twitter.com/TTlS5E1MyV

— Evan (@StockMKTNewz) December 15, 2025

MONY khusus dibuat untuk partisipasi institusi dan individu dengan kekayaan tinggi saja. Fund ini terbuka untuk investor yang memenuhi syarat, termasuk individu dengan setidaknya US$5 juta aset investable dan institusi dengan minimum US$25 juta, serta investasi minimum sebesar US$1 juta.

Investor akan menerima token digital yang mewakili kepemilikan mereka dalam fund ini, yang membawa eksposur pasar uang tradisional ke blockchain sembari tetap menjaga pola imbal hasil yang sudah dikenal.

Berdasarkan laporan tersebut, eksekutif JPMorgan menyebut bahwa permintaan dari klien menjadi pendorong utama peluncuran ini.

“There is a massive amount of interest from clients around tokenization,” baca kutipan dalam laporan itu, mengutip John Donohue, kepala global liquidity di JPMorgan Asset Management.

Ia menambahkan bahwa mereka berharap bisa jadi pemimpin di bidang ini dengan menawarkan produk pasar uang tradisional versi berbasis blockchain.

Peluncuran ini terjadi di tengah momentum makin kencang tokenisasi aset di Wall Street, seiring dengan disahkannya GENIUS Act pada awal tahun ini.

Undang-undang tersebut menetapkan kerangka regulasi stablecoin di AS dan dianggap sebagai pendorong utama upaya tokenisasi yang lebih luas pada fund, obligasi, dan aset dunia nyata lainnya.

Sejak saat itu, institusi keuangan besar bergerak cepat untuk mengeksplorasi blockchain sebagai infrastruktur inti pasar, bukan sekadar eksperimen sampingan.

Bagi Ethereum, keputusan JPMorgan untuk meluncurkan MONY di jaringan ini dipandang sebagai bentuk dukungan institusional yang signifikan. Co-founder Fundstrat, Tom Lee, menanggapi kabar ini dengan menyebut bahwa langkah tersebut “bullish for ETH.”

This is bullish for $ETH https://t.co/LdGMHYKM9P

— Thomas (Tom) Lee (not drummer) FSInsight.com (@fundstrat) December 15, 2025

Komentar tersebut menunjukkan bagaimana produk seperti MONY memperluas kegunaan Ethereum di dunia nyata melalui aktivitas transaksi, eksekusi smart contract, serta integrasi lebih dalam dengan sektor keuangan global.

Pemerhati kripto pun sependapat, dengan beberapa di antara mereka berpendapat bahwa peran Ethereum sebagai layer settlement untuk produk keuangan yang sudah teregulasi jadi semakin sulit diabaikan.

JPMorgan vs BlackRock: Tokenized Money Market Fund Tanda Era Baru di Dunia Keuangan

Langkah JPMorgan juga mengundang perbandingan dengan tokenized money market fund milik BlackRock, yaitu BUIDL, yang kini aset kelolaannya sudah tumbuh sekitar US$1,83 miliar menurut data blockchain publik.

BlackRock’s Money Market Fund (BUIDL)
Money Market Fund BlackRock (BUIDL) | Sumber: Rwa.xyz

Sama seperti MONY, BUIDL juga berinvestasi di US Treasury jangka pendek, repo, dan instrumen setara kas. Namun, BUIDL menganut strategi lintas chain dan bekerja sama dengan mitra tokenisasi yang berbeda.

Keberadaan dua fund ini semakin menyoroti tren besar di mana perusahaan tradisional finance (TradFi) mulai terjun ke blockchain untuk memodernisasi produk-produk penghasil imbal hasil berisiko rendah.

Secara lebih luas, analis melihat tokenisasi sebagai cara bagi produk money market tradisional tetap bisa bersaing dengan stablecoin, sekaligus membuka beragam use case baru seperti settlement di chain, programmable, hingga transferabilitas yang lebih baik.

JPMorgan sudah lebih dulu menjajal tokenized deposit, private equity fund, dan token pembayaran institusional, yang menunjukkan bahwa MONY merupakan bagian dari strategi jangka panjang, bukan sekadar uji coba sesaat.

Seiring regulasi makin jelas dan partisipasi institusi semakin dalam, fund JPMorgan berbasis Ethereum semakin mempertegas cerita bahwa blockchain—yang dulu hanya dianggap khusus—perlahan makin jadi bagian penting dari sistem keuangan modern.

Bagi Ethereum, perubahan ini mungkin menjadi salah satu sinyal paling besar dan menentukan selama ini.

Chart Hari Ini

BlackRock’s BUIDL vs JPMorgan’s MONY Tokenized Money Market Fund
BUIDL BlackRock vs MONY Tokenized Money Market Fund JPMorgan

Byte-Sized Alpha

Berikut rangkuman berita aset kripto terbaru di Amerika Serikat yang patut diperhatikan hari ini:

Gambaran Umum Pre-Market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan 12 DesemberRingkasan Pre-Market
Strategy (MSTR)US$176,45US$176,75 (+0,17%)
Coinbase (COIN)US$267,46US$268,40 (+0,35%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$26,75US$26,75 (0,00%)
MARA Holdings (MARA)US$11,52US$11,56 (+0,35%)
Riot Platforms (RIOT)US$15,30US$15,31 (+0,065%)
Core Scientific (CORZ)US$16,53US$16,65 (+0,73%)
Perlombaan pembukaan pasar crypto equities | Sumber: Google Finance

Tom Lee Spots a Big Ethereum Signal in JPMorgan’s Tokenization Push| US Crypto News

15 December 2025 at 23:41

Welcome to the US Crypto News Morning Briefing—your essential rundown of the most important developments in crypto for the day ahead.

Grab a coffee, because Wall Street has just sent another signal that crypto’s future is becoming increasingly institutional. As JPMorgan moves a core financial product on-chain, market watchers are wondering whether this is merely experimentation or a deeper shift toward Ethereum as an economic infrastructure.

Crypto News of the Day: JPMorgan Takes Money Markets On-Chain with Ethereum-Powered Fund

JPMorgan Chase has taken another decisive step into blockchain-based finance, launching its first tokenized money market fund on the Ethereum network.

According to reporting by WSJ, the banking giant’s $4 trillion asset-management arm has rolled out the My OnChain Net Yield Fund, or MONY. It is a private money market fund deployed on Ethereum and supported by JPMorgan’s tokenization platform, Kinexys Digital Assets.

The bank will seed the fund with $100 million of its own capital before opening it to outside investors, signaling strong internal conviction in tokenized financial products.

JPMORGAN STEPS FURTHER INTO CRYPTO WITH TOKENIZED MONEY FUND

The banking giant’s $4 trillion asset-management arm is rolling out its first tokenized money-market fund on the Ethereum blockchain. JPMorgan will seed the fund with $100 million of its own capital, and then open it… pic.twitter.com/TTlS5E1MyV

— Evan (@StockMKTNewz) December 15, 2025

MONY is structured for institutional and high-net-worth participation only. It is open to qualified investors, including individuals with at least $5 million in investable assets and institutions with a minimum of $25 million, as well as a $1 million investment minimum.

Investors receive digital tokens representing their fund interests, bringing traditional money-market exposure onto blockchain rails while preserving familiar yield dynamics.

According to the report, JPMorgan executives attribute client demand as the driving force behind the launch.

“There is a massive amount of interest from clients around tokenization,” read an excerpt in the report, citing John Donohue, head of global liquidity at JPMorgan Asset Management.

He added that the firm expects to be a leader in the space by offering blockchain-based equivalents to traditional money-market products.

The launch comes amid accelerating momentum for tokenized assets on Wall Street, following the passage of the GENIUS Act earlier this year.

The legislation established a US regulatory framework for stablecoins and is widely viewed as a catalyst for broader tokenization efforts across funds, bonds, and real-world assets.

Since then, major financial institutions have moved quickly to explore blockchain as core market infrastructure rather than a peripheral experiment.

For Ethereum, JPMorgan’s decision to deploy MONY on its network is being read as a meaningful institutional endorsement. Fundstrat co-founder Tom Lee reacted to the news by calling it “bullish for ETH.”

This is bullish for $ETH https://t.co/LdGMHYKM9P

— Thomas (Tom) Lee (not drummer) FSInsight.com (@fundstrat) December 15, 2025

This comment highlights how products like MONY expand Ethereum’s real-world utility through transaction activity, smart contract execution, and deeper integration into global finance.

Crypto commentators echoed the sentiment, with some arguing that Ethereum’s role as the settlement layer for regulated financial products is becoming increasingly difficult to ignore.

JPMorgan vs. BlackRock: Tokenized Money Market Funds Signal a New Era in Finance

JPMorgan’s move also invites comparisons with BlackRock’s tokenized money market fund, BUIDL, which has grown to roughly $1.83 billion in assets under management, according to public blockchain data.

BlackRock’s Money Market Fund (BUIDL)
BlackRock’s Money Market Fund (BUIDL). Source: Rwa.xyz

Like MONY, BUIDL invests in short-term US Treasuries, repurchase agreements, and cash equivalents. However, it follows a multi-chain strategy and is administered through a different tokenization partner.

Together, the two funds highlight a broader trend that traditional finance (TradFi) firms are converging on blockchain to modernize low-risk, yield-bearing products.

More broadly, analysts view tokenization as a means for traditional money market funds to remain competitive with stablecoins, while unlocking new use cases such as on-chain settlement, programmability, and enhanced transferability.

JPMorgan has already experimented with tokenized deposits, private equity funds, and institutional payment tokens, suggesting that MONY is part of a longer-term strategy rather than a standalone pilot.

As regulatory clarity improves and institutional participation deepens, JPMorgan’s Ethereum-based fund reinforces the narrative that blockchain, once seen as niche, is steadily becoming an integral part of the operating system of modern finance.

For Ethereum, that shift may prove to be one of the most consequential signals yet.

Chart of the Day

BlackRock’s BUIDL vs JPMorgan’s MONY Tokenized Money Market Fund
BlackRock’s BUIDL vs JPMorgan’s MONY Tokenized Money Market Fund

Byte-Sized Alpha

Here’s a summary of more US crypto news to follow today:

Crypto Equities Pre-Market Overview

CompanyAt the Close of December 12Pre-Market Overview
Strategy (MSTR)$176.45$176.75 (+0.17%)
Coinbase (COIN)$267.46$268.40 (+0.35%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)$26.75$26.75 (0.00%)
MARA Holdings (MARA)$11.52$11.56 (+0.35%)
Riot Platforms (RIOT)$15.30$15.31 (+0.065%)
Core Scientific (CORZ)$16.53$16.65 (+0.73%)
Crypto equities market open race: Google Finance

The post Tom Lee Spots a Big Ethereum Signal in JPMorgan’s Tokenization Push| US Crypto News appeared first on BeInCrypto.

Prediksi Bull Run Kripto: Bitcoin US$600.000 Di Q1 2026?

15 December 2025 at 05:47

Pakar semakin banyak memberi sinyal prediksi bull run kripto potensi reli bullish di kuartal pertama (Q1) tahun 2026, dengan dorongan dari rangkaian faktor ekonomi makro yang bersatu.

Analis memperkirakan Bitcoin bisa melonjak ke kisaran US$300.000 sampai US$600.000 jika katalis-katalis ini benar-benar terwujud.

Lima tren ekonomi makro yang mendorong potensi reli di kuartal 1 2026

Kombinasi dari lima tren utama sedang membentuk kondisi yang oleh para analis disebut sebagai “badai sempurna” bagi aset digital.

1. The Fed hentikan pengetatan neraca, hilangkan hambatan pasar

Kebijakan quantitative tightening (QT) dari The Fed, yang telah menarik likuiditas sepanjang 2025, baru saja berakhir.

Sekadar menghentikan penarikan likuiditas biasanya sudah menguntungkan aset berisiko. Data dari siklus sebelumnya memperlihatkan bahwa Bitcoin bisa reli sampai 40% saat bank sentral berhenti mengurangi ukuran neraca mereka.

Analis Benjamin Cowen menuturkan bahwa awal tahun 2026 bisa menjadi momen ketika pasar mulai merasakan dampak dari berakhirnya QT oleh The Fed.

In 2019, the Fed announced QT would end on August 1st.

The balance sheet of the Fed continued dropping in August despite QT having officially ended because the last round of treasury maturities did not settle until mid August.

Just because QT ends December 1st does not mean the…

— Benjamin Cowen (@intocryptoverse) December 1, 2025

2. Pemangkasan Suku Bunga Bisa Kembali

The Fed baru-baru ini memangkas suku bunga, di mana komentarnya dan proyeksi Goldman Sachs menunjukkan pemangkasan suku bunga kemungkinan akan berlanjut di tahun 2026, sehingga suku bunga bisa turun ke kisaran 3–3,25%.

Goldman: "We expect another Fed cut in December, followed by two more moves in March and June 2026 that take the funds rate to 3-3.25%."

— zerohedge (@zerohedge) November 23, 2025

Suku bunga yang lebih rendah biasanya meningkatkan likuiditas dan memperkuat minat terhadap aset-aset spekulatif seperti aset kripto.

3. Likuiditas Jangka Pendek yang Lebih Baik

Peningkatan pembelian surat utang negara jangka pendek (Treasury bill) atau dukungan lain di ujung pendek kurva imbal hasil bisa meringankan tekanan pendanaan dan menurunkan suku bunga jangka pendek. The Fed menyatakan akan memulai pembelian teknis Treasury bill untuk mengatur likuiditas pasar.

“[pembelian dilakukan] semata-mata demi menjaga cadangan tetap memadai dari waktu ke waktu sehingga mendukung pengendalian suku bunga kebijakan kami secara efektif… hal-hal ini terpisah dan tidak ada kaitan dengan sikap kebijakan moneter,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell,

The Fed secara berkala masuk ke pasar pendanaan jangka pendek ketika terjadi ketidakseimbangan likuiditas. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pasar repo semalam, di mana bank meminjam dana tunai dengan jaminan Treasury.

Baru-baru ini, sejumlah indikator menunjukkan tekanan pendanaan jangka pendek sedang meningkat, antara lain:

  • Reksa dana pasar uang menahan cadangan kas yang sangat tinggi,
  • Penerbitan T-bill menjadi ketat seiring Treasury mengubah komposisi pinjaman, dan
  • Peningkatan permintaan musiman terhadap likuiditas.

The Fed memulai pembelian terkendali Treasury bill agar suku bunga jangka pendek tidak menyimpang dari target Federal Funds Rate. Instrumen ini adalah surat utang pemerintah dengan jatuh tempo paling singkat, biasanya dari beberapa minggu hingga setahun.

Meskipun langkah ini bukan QE klasik, tapi kebijakan ini bisa jadi dorongan likuiditas penting bagi pasar aset kripto.

Schedule for regular Treasury bill (T-bill) purchase operations conducted by the New York Fed
Jadwal operasi pembelian reguler Treasury bill (T-bill) yang dilakukan oleh New York Fed. Sumber: XWIN Research and Asset Management

Untuk Q1 2026, dampak yang lebih luas terhadap aset berisiko seperti aset kripto dan saham umumnya positif, meskipun sedang, karena pergeseran kebijakan The Fed ke arah menjaga atau perlahan-lahan menambah likuiditas.

4. Insentif Politik Lebih Memilih Stabilitas

Dengan pemilu paruh waktu AS dijadwalkan pada November 2026, para pembuat kebijakan kemungkinan akan lebih memilih stabilitas pasar daripada terjadinya gangguan.

Kondisi ini menurunkan risiko kejutan regulasi tiba-tiba dan meningkatkan kepercayaan investor pada aset berisiko.

“Jika pasar saham di AS melemah sebelum pemilu paruh waktu, pemerintahan AS saat ini pasti akan disalahkan – karena itu mereka akan lakukan segala cara untuk mempertahankan pasar saham (dan kripto) tetap berjalan,” tulis peneliti ekonomi makro Thorsten Froehlich.

5. Paradoks “Employment”

Data pasar tenaga kerja yang melemah, misalnya pekerjaan yang lesu atau pemutusan hubungan kerja yang meningkat, kerap memicu respons dovish dari The Fed.

Kondisi tenaga kerja yang melunak akan meningkatkan tekanan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan, sehingga secara tidak langsung menciptakan lebih banyak likuiditas dan mendukung kondisi positif untuk aset kripto.

Pandangan Ahli Menunjukkan Sentimen Bullish Semakin Meningkat

Pengamat industri juga sepakat dengan pandangan makro ini. Alice Liu, Kepala Riset CoinMarketCap, memprediksi pasar aset kripto akan bangkit kembali pada Februari dan Maret 2026, dengan alasan kombinasi indikator makro yang positif.

“Kita akan melihat pasar bangkit kembali di kuartal 1 tahun 2026. Februari dan Maret akan menjadi bull market lagi, berdasarkan kombinasi indikator makro,” ujar Binance melaporkan, mengutip Alice Liu, Head of Research, CoinMarketCap

Beberapa analis bahkan lebih optimistis. Pengamat kripto Vibes memperkirakan Bitcoin bisa mencapai US$300.000 sampai US$600.000 pada kuartal 1 tahun 2026. Ini mencerminkan sentimen bullish yang sangat kuat di tengah likuiditas yang membaik dan kondisi ekonomi makro yang lebih longgar.

CRYPTO IS ABOUT TO HAVE THE BIGGEST PUMP WE'VE EVER SEEN IN OUR LIVES

I'M EXPECTING ANYWHERE BETWEEN $300K AND $600K IN Q1 2026

— Vibes (@Vibesmetax) December 14, 2025

Saat ini, partisipasi pasar masih minim. Open Interest Bitcoin turun, mencerminkan sentimen trader yang tetap hati-hati.

namun, jika angin positif ekonomi makro ini benar terjadi, fase konsolidasi bisa dengan cepat berubah menjadi lonjakan besar, membuka peluang awal 2026 yang bersejarah di pasar aset kripto.

Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi harga Bitcoin mencapai US$600.000 di Q1 2026 yang didorong oleh kebijakan The Fed dan likuiditas global? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Mike Belshe Klaim BitGo Lebih Pintar dari Aturan Kustodi SEC

15 December 2025 at 05:33

Menanggapi buletin investor terbaru dari US Securities and Exchange Commission (SEC) tentang kustodian aset kripto, CEO BitGo Mike Belshe menegaskan bahwa perusahaannya menjadi satu-satunya penyedia yang menawarkan semua opsi kustodian yang dijelaskan oleh SEC.

Situasi ini terjadi hanya beberapa hari setelah BitGo mendapatkan persetujuan regulasi untuk beroperasi sebagai bank, sehingga memperluas layanan institusional mereka.

BitGo klaim bisa lakukan hal yang tidak bisa dilakukan kustodian aset kripto lain

Pada sebuah unggahan di X (Twitter), Belshe menyoroti bahwa exchange BitGo memudahkan institusi untuk menggabungkan self-custody dan third-party custody ke dalam strategi hybrid, sehingga institusi dapat membuat profil risiko yang tidak bisa disediakan penyedia lain.

“BitGo berdiri sendiri sebagai satu-satunya penyedia yang menghadirkan platform berstandar institusi untuk setiap opsi yang dijelaskan SEC,” tulis Belshe. “Klien kami tidak lagi harus memilih antara keamanan atau kontrol—mereka bisa mendapatkan keduanya.”

Buletin SEC, yang rilis pada 12 Desember 2025, menjelaskan dasar-dasar kustodian aset kripto bagi investor ritel, dengan dua model utama:

  • Self-custody, di mana investor memegang private key mereka sendiri, dan
  • Third-party custody, di mana kustodian terverifikasi mengelola aset.

Sementara sebagian besar penyedia mengharuskan klien memilih salah satu model, BitGo membolehkan institusi memanfaatkan kedua model secara bersamaan.

Dalam sistem BitGo, 90% aset klien dapat disimpan pada cold storage BitGo Trust, memenuhi standar kepatuhan regulasi, asuransi, dan keamanan.

Sisa 10% aset dapat disimpan di hot wallet self-custody, sehingga memudahkan transaksi real-time dan fleksibilitas operasional.

Pendekatan hybrid ini mengurangi risiko satu titik kegagalan (single point of failure). Jika kunci self-custody hilang, aset di trust tetap aman, sedangkan exchange tradisional berisiko membekukan semua dana ketika terjadi insolvensi.

BitGo Bank & Trust, NA, yang merupakan bank nasional berizin federal, mendasari solusi third-party custody di platform ini. Bank ini menjalani audit SOC 1 Tipe 2 dan SOC 2 Tipe 2 secara rutin, serta mendukung lebih dari 1.400 koin dan token dalam akun terpisah, serta dijamin polis asuransi senilai US$250 juta dari sindikat Lloyd’s of London.

Curious about crypto wallets and how to store and access crypto assets? Check out our Crypto Asset Custody Basics Investor Bulletin.https://t.co/x4HMYMHLAe pic.twitter.com/bSbP25nzOc

— U.S. Securities and Exchange Commission (@SECGov) December 13, 2025

Menurut Belshe, BitGo tidak melakukan rehypothecation, peminjaman, maupun mencampur aset klien, dan tetap menjaga standar kustodian 1:1 yang ketat.

Untuk self-custody, BitGo menyediakan wallet dengan sistem keamanan Multi-Sig 2-dari-3 atau MPC threshold. Klien memegang dua kunci sementara BitGo memegang satu kunci untuk co-signing, sehingga tetap bisa menetapkan kontrol kebijakan tanpa mengurangi otonomi klien.

Bersama dengan third-party trust, semua opsi ini terkonsolidasi dalam satu dashboard, sehingga klien mendapatkan transparansi, fleksibilitas, dan kontrol penuh dari berbagai model kustodian.

BitGo Sepakat dengan Pertanyaan SEC dan Tawarkan Fleksibilitas Penuh untuk Kustodi

BitGo juga menjawab tujuh pertanyaan yang disarankan SEC kepada investor saat memilih kustodian. Beberapa di antaranya:

  • Verifikasi latar belakang
  • Cakupan aset
  • Protokol penyimpanan
  • Pemanfaatan aset
  • Struktur biaya.

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, BitGo menunjukkan bahwa institusi dapat mengelola aset kripto mereka secara aman, sesuai aturan, dan efisien.

Seiring regulator semakin fokus pada masalah kustodian aset kripto, model BitGo menjadi tolok ukur baru di industri, karena menggabungkan kepatuhan, kontrol operasional, serta perlindungan asuransi dalam satu platform.

Pernyataan Belshe menyoroti kebutuhan institusi yang semakin ingin memperoleh keamanan kustodian terverifikasi sekaligus kebebasan self-custody. Kombinasi seperti ini sebelumnya belum pernah tersedia dalam satu antarmuka.

Pernyataan ini muncul hanya beberapa hari setelah BitGo memperoleh persetujuan bersyarat untuk menjadi national trust bank. Beberapa penyedia lain yang juga mengantongi persetujuan serupa termasuk Ripple, Fidelity Digital Assets, dan Paxos.

We're pleased to announce that BitGo has met the conditions for full approval and is now a federally chartered bank for digital assets.

Hear more from BitGo CEO @mikebelshe on Bloomberg News 👇 pic.twitter.com/jf4f9MzPAK

— BitGo (@BitGo) December 12, 2025

Di sektor di mana keamanan aset dan kepatuhan regulasi sering berbenturan, model hybrid BitGo sepertinya bisa menjadi evolusi berikutnya di bidang kustodian aset kripto institusional.

Kenaikan Suku Bunga Bank of Japan Bisa Picu Penurunan Bitcoin 20-30% karena Pasar Harga Kemungkinan 98%

15 December 2025 at 02:06

Pasar bersiap menghadapi minggu yang bisa menjadi penentu bagi Bitcoin, karena Bank of Japan (BOJ) akan menggelar pertemuan kebijakan pada 18–19 Desember. Harapan pasar mengarah pada kenaikan suku bunga yang hampir pasti.

Pasar prediksi dan analis ekonomi makro sama-sama tiba pada kesimpulan yang serupa: Jepang siap menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Langkah ini bisa berdampak bukan hanya pada pasar obligasi domestik mereka, tapi juga terhadap aset berisiko global, terutama Bitcoin.

Kenaikan Suku Bunga Bank of Japan Bikin Sensitivitas Likuiditas Bitcoin Kembali Jadi Sorotan

Saat ini, Polymarket memberi peluang 98% untuk kenaikan suku bunga BOJ, dengan hanya 2% yang memperkirakan pembuat kebijakan akan mempertahankan suku bunga tetap.

BOJ Interest Rate Probabilities
Probabilitas Suku Bunga BOJ | Sumber: Polymarket

Sentimen umum di antara analis aset kripto adalah bahwa situasi ini tidak baik untuk Bitcoin, di mana aset kripto terbesar ini sudah diperdagangkan di bawah level psikologis US$90.000.

Polymarket is pricing in a 🇯🇵 BOJ rate hike with 98% certainty right now.

This is not good… 👀 pic.twitter.com/Huace8iTBk

— Mister Crypto (@misterrcrypto) December 14, 2025

Jika keputusan ini benar-benar diambil, suku bunga kebijakan Jepang akan naik menjadi 75 basis poin, sebuah level yang belum pernah terjadi dalam hampir dua dekade terakhir. Walaupun angka ini kecil jika dibandingkan standar global, perubahan ini sangat berarti karena Jepang sudah lama menjadi sumber utama leverage murah di dunia.

Selama bertahun-tahun, institusi keuangan meminjam yen dengan bunga sangat rendah lalu menginvestasikan modal tersebut ke saham global, obligasi, dan aset kripto, menggunakan strategi yang dikenal sebagai yen carry trade. Sekarang, strategi ini tengah berada dalam ancaman.

“Selama bertahun-tahun, Yen adalah mata uang nomor satu yang dipinjam masyarakat lalu dikonversi ke mata uang & aset lain… Saat ini, carry trade itu mulai berkurang, karena imbal hasil obligasi Jepang naik dengan cepat,” tulis analis Mister Crypto.

Jika yield terus naik, posisi leverage yang didanai dengan yen bisa saja ditutup, sehingga investor harus menjual aset berisiko mereka untuk melunasi utang.

Kekhawatiran Likuiditas Nampaknya Meningkat di Tengah Rekam Jejak BOJ Bitcoin

Latar belakang historis ini menambah kecemasan di pasar aset kripto. Bitcoin saat ini diperdagangkan di US$88.956, turun 1,16% dalam 24 jam terakhir.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

Walaupun begitu, trader lebih memperhatikan apa yang pernah terjadi setelah kenaikan suku bunga BOJ sebelumnya ketimbang harga saat ini.

  • Pada Maret 2024, harga Bitcoin turun sekitar 23%.
  • Pada Juli 2024, penurunan sekitar 25% terjadi.
  • Setelah kenaikan Januari 2025, BTC terkoreksi lebih dari 30%.

Melihat latar belakang ini, beberapa trader melihat pola yang mengkhawatirkan dan mengingatkan investor untuk bersiap menghadapi volatilitas minggu ini.

“Setiap kali Jepang menaikkan suku bunga, Bitcoin dump 20–25%. Minggu depan, mereka akan menaikkan suku bunga lagi ke 75 bps. Jika polanya tetap, BTC akan turun ke bawah US$70.000 pada 19 Desember. Siapkan posisi Anda,” peringat analis 0xNobler.

Maka dari itu, minggu ini para analis melihat Bank of Japan sebagai ancaman terbesar untuk harga Bitcoin, dengan potensi pergerakan menuju US$70.000 kini semakin nyata.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Proyeksi serupa juga bergema di berbagai akun yang fokus pada aset kripto, dengan banyak yang memperkirakan potensi penurunan harga di bawah US$70.000 jika sejarah kembali terulang. Pergerakan ini berarti penurunan 20% dari level saat ini.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Regime shift atau liquidity shock? Mengapa trader terbelah soal kebijakan gabungan BOJ–The Fed

Tapi tidak semua orang setuju bahwa kenaikan suku bunga BOJ pasti membuat harga turun. Narasi makro lain mengatakan bahwa kebijakan ketat Jepang, ketika dipadukan dengan pemangkasan suku bunga The Fed, justru bisa berdampak bullish untuk pasar aset kripto.

Analis makro Quantum Ascend menganggap situasi ini sebagai perubahan rezim, bukan sekadar guncangan likuiditas.

Japan raising rates has a lot of people worried about the potential impact on the market. 🚨

Couple that with the Fed cutting rates, and it's seemingly a mixed picture.

But it's NOT.

This is EXTREMELY BULLISH for crypto‼️

Here's why ⬇️

— Quantum Ascend (@quantum_ascend) December 13, 2025

Menurut pandangan ini, pemangkasan suku bunga The Fed akan menyuntikkan likuiditas dolar dan melemahkan USD, sedangkan kenaikan suku bunga BOJ secara bertahap akan memperkuat yen tanpa secara signifikan mengurangi likuiditas global.

Hasilnya, terang Quantum Ascend, terjadi rotasi modal ke aset berisiko dengan potensi keuntungan asimetris, yang merupakan “sweet spot” bagi aset kripto.

Meskipun begitu, kondisi jangka pendek masih rapuh. The Great Martis mengingatkan bahwa pasar obligasi sudah mulai memaksa BOJ untuk mengambil tindakan.

“Ini bisa memicu unwinding carry trade dan menyebabkan kekacauan di pasar saham,” peringatan analis tersebut .

Analis tersebut juga menunjukkan pola puncak yang melebar di indeks saham utama serta yield yang naik secara global sebagai tanda-tanda tekanan yang semakin besar.

Di sisi lain, pergerakan harga Bitcoin mencerminkan ketidakpastian. Harga aset kripto utama tersebut cenderung bergerak sideways sepanjang Desember, menandai periode yang sangat choppy menurut para analis hingga akhir tahun.

Secara spesifik, Daan Crypto Trades menyebutkan likuiditas yang rendah dan minim keyakinan menjelang liburan akhir tahun.

Dengan saham menunjukkan sinyal puncak, yield menembus level baru, dan Bitcoin yang secara historis sensitif terhadap pergeseran likuiditas yang dipicu Jepang, keputusan BOJ tengah menjadi salah satu katalis ekonomi makro paling penting tahun ini.

Apakah keputusan tersebut akan memicu penurunan tajam berikutnya atau justru membuka peluang reli kripto setelah volatilitas, mungkin lebih banyak bergantung pada respons likuiditas global dalam beberapa minggu setelah keputusan itu daripada pada kenaikan suku bunga itu sendiri.

❌