Reading view

Pendiri Cardano Charles Hoskinson ajukan Midnight sebagai layer privasi untuk Bitcoin dan XRP

Charles Hoskinson sedang mempromosikan usaha terbarunya, Midnight Protocol, sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar sidechain untuk Cardano.

Pendiri Cardano tersebut memposisikan platform berfokus privasi ini sebagai lapisan infrastruktur bersama yang bisa memperluas privasi terprogram ke jaringan blockchain pesaing, termasuk Bitcoin dan XRP Ledger.

Hoskinson Bergerak Lebih Jauh dari Cardano dengan Inisiatif Privasi Lintas Chain

Pada 27 Desember, melalui sebuah postingan di X, Hoskinson menjelaskan bahwa arsitektur zero-knowledge proof dari Midnight bisa meningkatkan kemampuan ekosistem pesaing, bukan menggantikannya.

Ia menyampaikan bahwa integrasi Midnight dengan XRP Ledger akan memungkinkan jaringan tersebut menantang sistem perbankan tradisional dengan menghadirkan decentralized finance privat dan patuh regulasi. Ia juga menambahkan bahwa Midnight membawa fitur privasi terprogram yang belum ada di Bitcoin saat ini.

Hoskinson pun menggambarkan Midnight sebagai katalis untuk Cardano sendiri. Ia menyebutkan bahwa protokol ini dapat membantu meningkatkan jumlah pengguna aktif bulanan dan total value locked Cardano, karena memperluas kegunaan ekosistem ini di luar chain aslinya.

“Midnight makes what it touches better. Adding Midnight to XRP DeFi is going to blow the legacy banks out of the water. Adding Midnight to Bitcoin gives the world Satoshi imagined possible. Adding Midnight to Cardano supercharges our DeFi ecosystem and will 10x the MAUs, Transactions, and TVL as we are first to market with private DeFi at scale,” klaimnya.

Selain interoperabilitas, Hoskinson juga menyoroti besarnya peluang tokenisasi aset dunia nyata. Ia menjelaskan pasar Real-World Assets yang diperkirakan bernilai US$10 triliun akan sangat diuntungkan dengan desain privasi yang dihadirkan Midnight.

Dalam konteks itu, ia mengkritik perusahaan keuangan tradisional yang masih saja bermitra dengan Canton Network, sebuah blockchain permissioned, dengan menyatakan bahwa solusi separuh-separuh tidak cukup untuk kebutuhan adopsi institusional.

“There are no half measures or half technologies. You need an end-to-end strategy, great partners, and great communities,” terang Hoskinson .

Strategi ini menjadi perubahan arah bagi Hoskinson, yang sebelumnya selalu fokus membangun di ekosistem Cardano saja.

Dengan mempromosikan Midnight sebagai lapisan privasi yang bisa meningkatkan blockchain layer-1 lainnya, Hoskinson berusaha menjangkau likuiditas dan basis pengguna di luar jaringan Cardano yang sudah ada.

Perubahan strategi ini juga bertepatan dengan meningkatnya minat spekulatif pada native token Midnight, yaitu NIGHT.

Data dari CoinGecko menunjukkan bahwa aset ini baru-baru ini melampaui Bitcoin dan Ethereum dalam volume pencarian di daftar tren platform tersebut.

namun, token ini diperdagangkan dengan volatilitas tinggi sejak diluncurkan awal bulan ini. Berdasarkan data BeInCrypto, harga token ini turun lebih dari 80% menjadi US$0,08 pada saat artikel ini diterbitkan.

  •  

BitMine Mulai Staking Kepemilikan Ethereum Senilai US$12 Miliar

BitMine, pemegang Ethereum korporasi terbesar, mulai melakukan staking sebagian dari treasury ETH senilai US$12 miliar miliknya.

Pada 27 Desember, analis on-chain Ember CN melaporkan bahwa perusahaan tersebut telah menyetor sekitar 74.880 ETH, dengan perkiraan nilai sekitar US$219 juta, ke dalam kontrak staking Ethereum.

Kenapa BitMine melakukan staking pada kepemilikannya?

Langkah ini sebenarnya hanya sebagian kecil dari total kepemilikan BitMine sekitar 4,07 juta ETH, yang saat ini bernilai hampir US$12 miliar.

Meski begitu, ini menandai perubahan signifikan dalam cara perusahaan tersebut akan mengelola neraca keuangannya.

BitMine's Ethereum Staking
Staking Ethereum BitMine | Sumber: Ember CN

Jika perusahaan melakukan staking seluruh treasury pada estimasi annual percentage yield (APY) saat ini sebesar 3,12%, mereka akan menghasilkan sekitar 126.800 ETH setiap tahun. Dengan harga saat ini, hasilnya setara dengan pendapatan US$371 juta per tahun.

Struktur seperti ini nantinya akan membuat BitMine menjadi Public Crypto Vehicle penghasil yield yang terhubung langsung dengan consensus layer Ethereum. Itu berarti, valuasinya tidak lagi bergantung terutama pada pergerakan harga ETH secara langsung.

Tujuan dan Risiko Staking ETH

namun, strategi ini juga membawa risiko finansial serta operasional baru bagi perusahaan.

Tidak seperti Bitcoin yang disimpan di cold storage dan bisa langsung dilikuidasi saat kondisi pasar tertekan, Ether yang di-staking terikat oleh mekanisme penarikan yang diatur di level protokol.

Validator yang keluar dari jaringan harus melewati antrean keluar, yang bisa menunda akses ke modal selama periode volatilitas yang tinggi.

Jika terjadi krisis likuiditas, penundaan itu bisa membuat BitMine terkena fluktuasi harga, yang mungkin bisa dihindari jika treasury tidak di-staking.

Kondisi ini menyoroti perbedaan mendasar antara sekadar memegang Ethereum sebagai aset pasif dan mempergunakannya sebagai modal produktif di jaringan.

Meski begitu, BitMine punya target jangka panjang untuk mengakumulasi dan staking 5% dari total suplai Ethereum.

Demi mendukung rencana tersebut, perusahaan sedang mengembangkan platform staking sendiri, yaitu Made in America Validator Network (MAVAN), yang dijadwalkan akan diluncurkan pada awal 2026.

“We continue to make progress on our staking solution known as The Made in America Validator Network (MAVAN). This will be the ‘best-in-class’ solution offering secure staking infrastructure and will be deployed in early calendar 2026,” ujar ketua BitMine, Thomas Lee dalam pernyataannya.

Di sisi lain, para pengkritik berpendapat bahwa mengonsolidasikan kepemilikan Ether sebesar ini di bawah satu framework validator berbasis AS menimbulkan risiko sentralisasi. Mereka menilai struktur tersebut bisa melemahkan jaringan yang seharusnya netral dan terdistribusi secara global.

Saat ini, BitMine mengendalikan sekitar 3,36% dari total suplai ETH, sehingga MAVAN kemungkinan bisa mendapatkan tekanan untuk mematuhi sanksi dari US Office of Foreign Assets Control (OFAC) di masa mendatang.

Akibatnya, perusahaan bisa saja menolak untuk memvalidasi blok yang berisi transaksi yang terkait alamat yang telah dikenakan sanksi.

  •  

CEO Coinbase Sebut Bank pada Akhirnya Akan Menuntut Stablecoin yang Memberikan Bunga

CEO Coinbase, Brian Armstrong, memprediksi bahwa bank-bank di AS akan membalikkan sikapnya terhadap regulasi stablecoin dan akhirnya akan melobi Kongres agar mengizinkan pembayaran bunga pada aset digital tersebut.

Prediksi Armstrong, yang ia unggah 27 Desember di X, berlawanan dengan upaya sektor perbankan saat ini yang ingin menghilangkan fitur pemberi imbal hasil dari GENIUS Act.

Armstrong prediksi bank akan ubah kebijakan larangan bunga stablecoin

Armstrong menilai, para pemberi pinjaman sekarang sedang melindungi dana simpanan berbiaya rendah, tapi nantinya mereka akan terpaksa mengadopsi teknologi ini agar tetap bisa bersaing dalam menarik modal.

“My prediction is the banks will actually flip and be lobbying FOR the ability to pay interest and yield on stablecoins in a few years,” Armstrong wrote.

Prediksi ini mengubah cara pandang terhadap pertarungan regulasi di balik GENIUS Act. Armstrong membingkainya sebagai pertarungan antara perlindungan keuntungan lama dengan perkembangan pasar yang tidak bisa dihindari.

GENIUS Act yang resmi berlaku pada Juli 2025, melarang penerbit stablecoin seperti Circle dan Tether membayar bunga langsung kepada para holder.

Tapi, aturan ini tetap mengizinkan perantara—seperti exchange—menyalurkan imbal hasil dari cadangan aset Treasury kepada pengguna.

Karena kebijakan ini, pelobi perbankan saat ini meminta legislator untuk membuka kembali undang-undang itu dan menutup celah yang ada.

Mereka berargumen, sekarang platform non-bank bisa menawarkan imbal hasil Treasury yang hampir bebas risiko sekitar 4% sampai 5% untuk aset kas yang likuid. Dalam situasi seperti itu, bank komersial kesulitan bersaing jika tidak menaikkan tingkat bunga simpanan dan itu akan menekan margin bunga bersih mereka.

Tapi, Armstrong menyebutkan bahwa upaya mengubah undang-undang yang sudah berlaku adalah “garis merah” bagi industri aset kripto.

Exactly – I’m actually impressed the banks can lobby for this with a straight face and not get kicked out of senator’s offices. It takes some serious mental gymnastics.

We won’t let anyone reopen GENIUS. Red line issue for us. And will keep advocating for our customers and the… https://t.co/6EfF2oBn5A

— Brian Armstrong (@brian_armstrong) December 26, 2025

Ia juga mengkritik sikap lobi perbankan dengan menyebutnya sebagai “mental gymnastics.” Armstrong menyoroti kontradiksi dengan alasan kekhawatiran keamanan sementara tetap mempertahankan model bisnis yang membayar bunga di bawah rata-rata pasar kepada para nasabahnya.

CEO Coinbase turut menyebut besaran dana lobi yang dikeluarkan oleh grup dagang perbankan saat ini sebagai “100% wasted effort.”

Perlu dicatat bahwa koalisi dari 125 perusahaan aset kripto, termasuk Coinbase, belum lama ini mengirimkan surat ke Komite Perbankan Senat yang menolak adanya revisi. Mereka berpendapat bahwa membuka ulang undang-undang tersebut justru akan mengurangi kepastian regulasi.

Pendapat Armstrong ini menunjukkan bahwa nantinya bank akan kehilangan kemampuan untuk menahan dana simpanan dengan bunga nyaris nol. Sebagai gantinya, bank akan menerbitkan token dolar mereka sendiri agar langsung bisa mengambil keuntungan dari selisih imbal hasil tersebut.

Sampai perubahan itu betul-betul terjadi, Coinbase dan sejumlah perusahaan lain berniat mempertahankan aturan yang berlaku sekarang, sehingga mereka tetap bisa menjadi “interface” dengan imbal hasil tinggi untuk para pemegang dolar.

  •  

Ripple manfaatkan raksasa perbankan Jepang untuk dorong aktivitas XRP Ledger

Ripple Labs makin memperkuat kehadirannya di Jepang, dengan memanfaatkan hubungan lama bersama institusi keuangan tradisional di negara tersebut. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan adopsi dan minat pada XRP Ledger (XRPL).

Minggu ini, Asia Web3 Alliance Japan dan Web3 Salon meluncurkan Japan Financial Infrastructure Innovation Program. Inisiatif ini dirancang untuk mendukung startup Jepang yang mengembangkan solusi keuangan digital generasi berikutnya yang sesuai regulasi di atas XRP Ledger.

Strategi Ripple di Jepang Uji Apakah Institusi Bisa Angkat XRP

Program ini mulai menerima aplikasi pada 19 Desember dan menawarkan hibah senilai US$10.000 untuk setiap startup. Fokusnya hanya pada tiga bidang bernilai tinggi, yaitu stablecoin, tokenisasi aset dunia nyata, dan infrastruktur kredit.

Jepang memberikan peluang luar biasa untuk inovasi blockchain, didukung oleh kerangka regulasi yang visioner dan talenta yang melimpah. Program ini menunjukkan komitmen Ripple untuk membangun ekosistem yang dinamis di mana startup dapat memanfaatkan kecepatan, biaya rendah, dan keandalan XRP Ledger guna menciptakan manfaat nyata dan mentransformasi infrastruktur keuangan,” ujar Christina Chan, Senior Director of Developer Growth di RippleX, dalam keterangan resminya.

Analis melihat program ini sebagai jalur biaya rendah untuk menemukan kandidat penerima dana dari pool modal Ripple yang jauh lebih besar, termasuk dana XRP senilai 1 miliar yang diperuntukkan bagi pengembang di Jepang dan Korea.

Program ini telah mendapatkan dukungan dari daftar pemain institusi besar, termasuk Mizuho Bank, SMBC Nikko Securities, dan Securitize Japan.

@AWAJ_official and @Web3Salon, with support from #JETRO and @RippleXrpie, are proud to announce the Japan Financial Infrastructure Innovation Program (JFIIP) 🇯🇵 during the Japan Fintech Week

🗓 Dec 19, 2025 – Jan 18, 2026
👉 Apply here: https://t.co/kW1uq9uu6P#FinTech #XRPL pic.twitter.com/5cBox776PD

— Asia Web3 Alliance Japan (AWAJ) (@AWAJ_official) December 24, 2025

Meski inisiatif ini didukung oleh korporasi ternama, peluncurannya terjadi di saat yang cukup genting bagi jaringan. Sementara Ripple menggaungkan adopsi institusional, penggunaan nyata XRPL justru memperlihatkan tren kontraksi.

Berdasarkan data dari DefiLlama, Total Value Locked (TVL) di XRPL anjlok dalam beberapa bulan terakhir. TVL turun dari US$120 juta pada puncaknya di bulan Juli menjadi sekitar US$62 juta pada saat berita ini ditulis.

Koreksi hampir 50% ini mengindikasikan bahwa modal sedang keluar dari protokol DeFi di jaringan meskipun kemitraan dengan korporasi semakin meluas.

Di sisi lain, penurunan pasar kripto yang lebih luas sepertinya juga berkontribusi pada penurunan tersebut, karena harga Bitcoin turun 30% dari puncaknya di bulan Oktober yang lebih dari US$126.000.

Selain itu, dorongan ke tokenisasi aset juga menghadapi persaingan sengit. Menurut Rwa.xyz, saat ini XRPL menempati peringkat sembilan secara global untuk aset yang ditokenisasi, dengan nilai sekitar US$213 juta.

Meskipun jumlah tersebut cukup besar, XRPL masih jauh tertinggal dari jaringan seperti Ethereum dan pesaing baru lain yang sudah menguasai sebagian besar pasar RWA.

Dengan mempertimbangkan hal ini, program JFIIP bukan sekadar akselerator startup. Dengan menyatu dalam infrastruktur perbankan Jepang, Ripple berharap bisa membangun ekosistem kuat yang tahan terhadap volatilitas spekulatif pasar kripto secara keseluruhan.

  •  

Saylor dari MicroStrategy isyaratkan pembelian Bitcoin akan segera dilakukan di tengah penurunan saham MSTR sepanjang tahun

Michael Saylor menandakan aksi akumulasi Bitcoin besar-besaran lagi untuk Strategy (sebelumnya MicroStrategy).

Ini menunjukkan perusahaan tersebut tetap berpegang pada strategi treasury berisiko tinggi walau saham MSTR sedang melemah.

Kenapa Saylor Mengisyaratkan Pembelian Bitcoin Baru untuk Strategi

Pada 21 Desember, Saylor membagikan gambar misterius di X dengan keterangan “Green Dots ₿eget Orange Dots,” yang mengacu pada visualisasi portofolio “SaylorTracker” milik perusahaannya.

Green Dots ₿eget Orange Dots. pic.twitter.com/aLdvPe4YuG

— Michael Saylor (@saylor) December 21, 2025

Postingan ini melanjutkan pola selama setahun terakhir yang digunakan Saylor untuk memberi sinyal adanya pembelian BTC baru. Menariknya, biasanya teaser di akhir pekan seperti ini akan diikuti dengan pengumuman resmi ke SEC pada Senin pagi yang mengonfirmasi akuisisi besar.

Pembelian baru ini nantinya bakal menambah tumpukan yang sudah sangat besar.

Pada saat berita ini diterbitkan, Strategy memegang 671.268 BTC—senilai kurang lebih US$50,3 miliar—atau sekitar 3,2% dari total suplai Bitcoin.

Kepemilikan Bitcoin Strategy | Sumber: Strategy

tetapi pasar memberi tekanan pada sahamnya di tahun 2025. Harga saham MSTR anjlok 43% sepanjang tahun dan kini diperdagangkan di sekitar US$165, mengikuti koreksi Bitcoin 30% dari puncak US$126.000 pada Oktober.

Walau perusahaan mengklaim punya “BTC Yield” sebesar 24,9%—ukuran eksklusif tentang pertumbuhan Bitcoin per saham—investor institusi kini lebih fokus pada berbagai risiko eksternal yang membayangi dibandingkan metrik hasil internal.

tapi, ancaman paling nyata bagi strategi Saylor saat ini bukanlah harga Bitcoin, melainkan kemungkinan perubahan regulasi terhadap kategori perusahaan.

MSCI sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan Strategy Inc. dari indeks globalnya pada evaluasi bulan Februari. Penyedia indeks tersebut menyoroti kekhawatiran karena perusahaan itu kini lebih mirip vehicle investasi daripada perusahaan operasional.

Analis pasar menegaskan bahwa dampak keuangan dari langkah itu sangat serius.

JPMorgan memperkirakan jika Strategy benar-benar dikeluarkan, sekitar US$11,6 miliar akan terkena forced selling karena ETF pasif dan dana indeks harus melikuidasi posisi mereka di MSTR.

Tekanan jual secara mekanis ini bisa saja membuat harga saham terlepas dari nilai kepemilikan Bitcoinnya, dan berujung pada spiral likuiditas.

Untuk menanggapinya, Strategy meluncurkan pembelaan yang sangat kuat.

Perusahaan menyebut proposal MSCI itu “arbitrary, discriminatory, and unworkable,” dan menilai kebijakan ini tidak adil karena menargetkan perusahaan aset digital saja dan mengabaikan konglomerat lain yang juga dominan dalam kepemilikan.

“The proposal improperly injects policy considerations into indexing. The proposal conflicts with U.S. policy and would stifle innovation,” terang mereka.

Jadi, potensi pembelian baru dari Saylor ini punya dua tujuan: menurunkan rata-rata harga beli perusahaan selama pasar sedang terkoreksi, dan yang paling penting, memberi sinyal kepada pasar bahwa meski dihadapkan pada ancaman MSCI serta performa saham yang buruk, strategi “all-in” mereka tetap tak berubah.

  •  

IBIT BlackRock Atasi Penurunan Bitcoin dan Kalahkan Emas dalam Arus Masuk ETF 2025

BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT) diprediksi akan menutup tahun 2025 sebagai kekuatan papan atas di dunia keuangan Amerika Serikat. Dana ini berhasil mencetak prestasi langka di manajemen aset dengan menghimpun dana miliaran US$ meskipun mengalami kerugian bagi investornya.

Data yang dihimpun Bloomberg Intelligence mengonfirmasi bahwa IBIT menempati posisi keenam dalam daftar exchange-traded fund (ETF) AS dengan arus masuk dana bersih terbesar.

Pembelian Dip oleh Institusi Dorong US$25 Miliar Masuk ke IBIT Meski Return Negatif

Sepanjang tahun ini, dana IBIT menarik modal segar sebesar US$25,4 miliar, mengalahkan pemain besar seperti Invesco QQQ Trust dan SPDR Gold Trust (GLD).

Banjir modal ini terjadi walaupun terjadi perbedaan besar pada performa asetnya.

$IBIT is the only ETF on the 2025 Flow Leaderboard with a negative return for the year. CT's knee-jerk reaction is to whine about the return but the real takeaway is that is was 6th place DESPITE the negative return (Boomers putting on a HODL clinic). Even took in more than $GLDpic.twitter.com/68uq3HFRuO

— Eric Balchunas (@EricBalchunas) December 19, 2025

Di sisi lain, harga emas melonjak hampir 65% di 2025 — didorong pembelian oleh bank sentral dan aksi lindung nilai geopolitik — sementara IBIT justru mencatat kerugian sebesar 9,59% secara year-to-date.

Kinerja dana ini terpukul karena Bitcoin terkoreksi sekitar 30% dari rekor tertingginya pada Oktober di US$126.173, kini diperdagangkan dekat US$88.000.

Biasanya, hasil negatif akan menyebabkan dana keluar dari produk tersebut.

namun, kemampuan IBIT menghimpun US$25 miliar saat terjadi koreksi menunjukkan adanya perubahan mendasar pada perilaku investor. Ini membuktikan bahwa pelaku institusi kini memilih membeli saat harga turun, bukan panik jual akibat volatilitas.

Menanggapi hal ini, Eric Balchunas, Senior ETF Analyst Bloomberg, menggambarkan arus masuk modal tersebut sebagai sinyal bullish dan menandakan peluang jangka panjang bagi aset ini.

“IBIT adalah satu-satunya ETF di Flow Leaderboard 2025 yang mencatatkan return negatif sepanjang tahun,” ujar Balchunas.

Di sisi lain, James Thorne, Chief Market Strategist Wellington-Altus, berpendapat bahwa arus ini menjadi bukti “financialization” Bitcoin.

Menurut dia, kini aset digital ini semakin berperilaku seperti komoditas ekonomi makro yang matang, bukan saham teknologi spekulatif.

“Melihat bagaimana Bitcoin diperdagangkan saat ini, struktur mikro pasar dan pengelolaan narasinya makin mirip dengan cara emas bergerak selama puluhan tahun di bawah pengaruh institusi besar, di mana aksi harga bukan hanya mencerminkan permintaan fundamental, tapi juga posisi, desain produk, dan preferensi perantara keuangan besar,” papar dia menambahkan.

Bagi pasar yang lebih luas, kinerja IBIT BlackRock pada 2025 membuktikan bahwa exchange-traded fund (ETF) Bitcoin bukan tren sesaat. Produk ini kini sudah kokoh dalam portofolio institusi, bahkan mulai menggantikan emas sebagai alokasi “alternatif” pilihan, meski harga logam mulia itu tahun ini masih jauh lebih unggul.

Di akhir tahun, ketika harga Bitcoin masih di bawah puncak tertingginya, investor cerdas optimistis bahwa infrastruktur yang dibangun BlackRock akan mendorong reli selanjutnya.

  •  

Tether membuka lowongan kerja, ungkap rencana dompet aset kripto self-custodial terintegrasi AI

Tether kini bergerak melampaui perannya sebagai penerbit stablecoin di belakang layar dan mulai menyasar langsung ke pengguna akhir.

Pada 20 Desember, Paolo Ardoino, CEO perusahaan tersebut, mengungkapkan bahwa dirinya sedang merekrut Lead Software Engineer untuk membangun mobile wallet self-custodial yang akan mengintegrasikan likuiditas besar milik perusahaan dengan divisi artificial intelligence yang sedang berkembang.

Rencana Dompet Crypto Mobile dari Tether

Pengumuman rekrutmen ini memberikan gambaran paling spesifik sejauh ini tentang strategi Tether untuk konsumen.

Ardoino membayangkan sebuah aplikasi mobile “100% self-custodial” yang didesain sebagai benteng untuk sejumlah aset terpilih yang ketat.

Berbeda dengan wallet umum yang mendukung ribuan token spekulatif, produk Tether hanya akan mendukung empat aset. Aset tersebut adalah Bitcoin (BTC) melalui Lightning Network, Tether (USDT), XAUT yang dipatok ke emas, serta USAT, stablecoin baru perusahaan yang sudah sesuai regulasi AS.

Imagine a wallet that supports only BTC (also via LN), USDT, USAT, XAUT.
And will have local private AI integration via QVAC. https://t.co/BCyqjob1Sh

— Paolo Ardoino 🤖 (@paoloardoino) December 20, 2025

Daftar aset yang terbatas ini menunjukkan niat strategis yang jelas. Tether sedang membangun jalur pembayaran “hard money”, mengabaikan ranah decentralized finance (DeFi) yang lebih luas demi fokus ke pembayaran murni dan aset penyimpan nilai.

Sementara itu, pengumuman ini juga memastikan wallet akan didukung oleh dua teknologi milik perusahaan, yakni Wallet Development Kit (WDK) dan QVAC.

Saat WDK menangani arsitektur keuangan non-custodial, integrasi QVAC (platform AI lokal milik Tether) menjadi pembeda utamanya.

Ardoino menjabarkan sebuah visi di mana wallet memiliki fitur “integrasi AI pribadi lokal”, sehingga pengguna bisa menjalankan tugas otomatis canggih langsung di perangkat mereka.

Dengan memproses data secara lokal lewat QVAC, bukan mengirimkannya ke cloud, Tether ingin menghadirkan kemampuan asisten keuangan berbasis AI.

Pendekatan ini dirancang agar pengguna dapat menghindari risiko privasi yang umumnya terjadi di platform Big Tech.

Selain itu, langkah ini juga menegaskan perubahan Tether dari penyedia infrastruktur menjadi raksasa teknologi yang berhadapan langsung dengan konsumen. Langkah ini melanjutkan rilis PearPass minggu lalu, yaitu pengelola password peer-to-peer yang menghilangkan kebutuhan penyimpanan cloud.

Faktanya, lini produk terbaru ini menunjukkan bahwa perusahaan sedang agresif dalam memperkuat kendali di seluruh stack layanannya.

Tether bakal mengendalikan antarmuka wallet, stablecoin USDT dan USAT sebagai fondasinya, lapisan keamanan melalui PearPass, serta tumpukan kecerdasan lewat QVAC.

Struktur seperti ini akan mengurangi ketergantungan pada platform pihak ketiga, serta memperkuat kemandirian operasional perusahaan.

  •  

Ratusan Perusahaan Aset Kripto Kecam Lobi Bank AS untuk Melarang Imbal Hasil Stablecoin

Sebuah koalisi yang terdiri dari lebih dari 125 perusahaan aset kripto dan kelompok advokasi telah meluncurkan serangan terkoordinasi terhadap pelobi perbankan AS. Grup ini mencakup perusahaan kripto besar seperti Coinbase, Gemini, dan Kraken.

Langkah ini meningkatkan pertarungan besar mengenai siapa yang berhak untuk membayar bunga atas simpanan stablecoin.

Mengapa bank berupaya melobi agar GENIUS Act diubah

Permasalahan utama adalah GENIUS Act secara tegas melarang penerbit stablecoin seperti Tether untuk membayar dividen.

namun, saat ini ada celah yang memungkinkan platform pihak ketiga, seperti exchange aset kripto, untuk menyalurkan hasil dari stablecoin ini kepada pengguna.

Akibatnya, kelompok perbankan tradisional secara agresif melobi untuk menutup jalan ini, karena mereka menyatakan bahwa hal ini adalah arbitrase regulasi.

Lobi perbankan berpendapat jika platform fintech yang tidak teregulasi diizinkan menawarkan hasil tinggi pada token setara kas, maka hal tersebut bisa menimbulkan risiko sistemik bagi arsitektur keuangan tradisional.

Di dalam pemaparan bersama Capitol Hill, mereka memperingatkan bahwa mempertahankan aturan saat ini dapat memicu arus keluar modal besar-besaran. Mereka memperkirakan potensi arus keluar simpanan hingga US$6,6 triliun dari bank komersial ke platform aset digital.

Pergeseran sebesar itu, ujar mereka, akan mengikis basis modal yang digunakan bank untuk mendukung kredit hipotek dan pinjaman bisnis. Akibatnya, bank harus mengurangi penyaluran kredit dan menaikkan biaya pinjaman bagi rumah tangga Amerika.

Koalisi Crypto Melawan Balik

Pada surat tertanggal 18 Desember kepada Komite Perbankan Senat AS, koalisi kripto mendesak para legislator untuk menolak upaya memperluas cakupan GENIUS Act yang baru disahkan.

“Membuka kembali isu ini sebelum GENIUS Act diimplementasi akan melemahkan kepastian yang menjadi ciri kerangka regulasi hasil keputusan Kongres dan membawa risiko tidak perlu terhadap upaya penguatan struktur pasar secara luas. Ini juga akan mengisyaratkan bahwa kompromi yang baru saja disahkan pun tetap bisa segera dinegosiasi ulang, sehingga mencederai prediktabilitas yang diandalkan pasar, konsumen, dan inovator,” terang koalisi tersebut.

Koalisi kripto juga menepis kekhawatiran bank soal stabilitas dan menilainya hanya sebagai upaya protektif agar tetap memonopoli simpanan berbunga rendah.

Para penandatangan surat itu menjelaskan bahwa bank hanya ingin melindungi margin keuntungan mereka dengan mencegah konsumen mengakses imbal hasil 4% yang sekarang tersedia di pasar Treasury.

“Program rewards stablecoin memungkinkan platform berbagi nilai langsung kepada pengguna, sehingga rumah tangga bisa menikmati manfaat dari lingkungan suku bunga tinggi alih-alih menanggung kerugian akibat inflasi,” papar perusahaan kripto tersebut.

The Banksters are trying to prohibit platforms like @Gemini, @coinbase, and @krakenfx from offering stablecoin rewards to you. The GENIUS Act already settled this issue with an elegant compromise — stablecoin issuers cannot offer rewards, but intermediary platforms like Gemini,… https://t.co/QpdiQfaD0X

— Tyler Winklevoss (@tyler) December 19, 2025

Tyler Winklevoss, co-founder Gemini, juga secara terbuka mengkritisi manuver lobi bank dengan menyebutnya sebagai upaya untuk “memperdebatkan kembali isu legislatif yang sudah selesai.”

  •  

Pengembang Ethereum Rencanakan Upgrade ‘Glamsterdam’ dan ‘Hegota’ untuk 2026

Para pengembang inti Ethereum telah mengungkapkan rencana untuk melakukan dua upgrade besar jaringan pada tahun 2026, dengan kode nama “Glamsterdam” dan “Hegota”.

Keputusan ini menandai langkah strategis berkelanjutan jaringan blockchain tersebut untuk mempercepat jadwal perilisan upgrade. Langkah ini bertujuan agar ada jadwal upgrade dua kali setahun secara teratur dan membuat posisi Ethereum lebih kompetitif melawan sejumlah rival berkapasitas transaksi tinggi.

Ethereum lakukan upgrade dua kali setahun agar bisa bersaing dengan rival berkecepatan tinggi

Roadmap menargetkan “Glamsterdam” akan dirilis pada paruh pertama 2026, tidak lama setelah hard fork “Fusaka” yang baru-baru ini terjadi.

Menurut para pengembang, Glamsterdam akan berfokus pada perbaikan skalabilitas dan efisiensi secara langsung, terutama lewat optimasi gas dan penerapan “Enshrined Proposer-Builder Separation” (ePBS).

Upgrade teknis ini bertujuan memisahkan peran builder blok dan proposer blok di tingkat protokol. Hal ini mengurangi risiko sensor dan makin mendesentralisasikan jaringan.

Sementara itu, para pengembang juga berencana untuk segera merampungkan daftar fitur penuh Glamsterdam setelah libur akhir tahun.

Di sisi lain, tahap kedua dari sprint 2026, yaitu “Hegota”, menyasar paruh kedua tahun tersebut.

Nama upgrade ini mencerminkan dua gabungan pembaruan, yaitu pembaruan layer eksekusi “Bogota” dengan pembaruan layer konsensus “Heze”.

Christine Kim, mantan Wakil Presiden di Galaxy Digital yang kini aktif memantau tata kelola protokol, menuturkan bahwa diskusi lingkup pembaruan Hegota akan dimulai pada panggilan All Core Developers tanggal 8 Januari.

Sesi-sesi ini akan menentukan fitur utama dari hard fork tersebut, dengan lingkup resmi yang diperkirakan rampung di akhir Februari.

Update Lain yang Sudah Direncanakan

Bersamaan dengan perubahan struktural ini, Ethereum Foundation secara agresif tengah mengarahkan ulang riset jangka panjangnya demi memperkuat keamanan jaringan.

Peneliti George Kadianakis mengonfirmasi bahwa tujuan jaringan ini ingin mencapai “keamanan terbukti 128-bit” di akhir tahun 2026. Standar kriptografi tersebut dianggap sangat penting untuk aplikasi finansial tingkat institusi.

“For zkEVMs, this isn’t academic. A soundness issue is not like other security issues. If an attacker can forge a proof, they can forge anything: mint tokens from nothing, rewrite state, steal funds. For an L1 zkEVM securing hundreds of billions of dollars, the security margin is not negotiable,” ucapnya .

Foundation tersebut mengaitkan inisiatif ini dengan sejumlah target khusus, termasuk integrasi “soundcalc” di bulan Februari lalu sinkronisasi penuh dengan hard fork Glamsterdam di bulan Mei.

Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan hambatan teknis yang saat ini masih membatasi adopsi massal Ethereum.

Untuk menjembatani hal ini, para pengembang pun menerapkan strategi guna menurunkan hambatan masuk dan menyesuaikan kemudahan aplikasi Ethereum layaknya aplikasi konsumen arus utama.

  •  

Trader Kripto Alami Kerugian US$50 juta setelah Serangan Address Poisoning

Seorang trader aset kripto kehilangan US$50 juta dalam USDT milik Tether setelah menjadi korban serangan “address poisoning” yang sangat canggih.

Pada 20 Desember, perusahaan keamanan blockchain Scam Sniffer melaporkan bahwa serangan ini bermula setelah korban mengirim transaksi uji coba kecil senilai US$50 ke alamat wallet miliknya sendiri.

Bagaimana skema address poisoning terjadi

Trader memang biasa menggunakan langkah pencegahan standar seperti ini untuk memastikan mereka mengirim dana ke alamat yang benar.

Namun, aktivitas itu justru memicu skrip otomatis milik penyerang, yang langsung membuat sebuah alamat wallet “spoofing”.

🚨💔 A victim lost ~$50M after copying the wrong address from contaminated transfer history. https://t.co/ur4SJ0cvN0 pic.twitter.com/6K5ftJzC1G

— Scam Sniffer | Web3 Anti-Scam (@realScamSniffer) December 20, 2025

Alamat palsu ini dirancang agar cocok dengan alamat tujuan di awal dan akhir deretan karakter alfanumerik. Perbedaan terletak hanya di bagian tengah, sehingga sangat sulit dideteksi sekilas.

Penyerang lalu mengirim sejumlah aset kripto yang sangat kecil dari alamat spoofing tersebut ke wallet korban.

Transaksi tersebut secara efektif menempatkan alamat palsu tadi ke dalam riwayat transaksi terbaru korban, di mana banyak tampilan wallet hanya memperlihatkan bagian alamat yang telah dipersingkat.

Mengandalkan tampilan singkat itu, korban menyalin alamat tersebut dari riwayat transaksi tanpa mengecek seluruh deretan karakter. Alhasil, alih-alih mengirim dana ke wallet pribadi yang aman, trader tersebut justru mengirim langsung 49.999.950 USDT ke penyerang.

Setelah menerima dana tersebut, penyerang jahat tersebut langsung bergerak untuk mengurangi risiko aset disita, menurut catatan on-chain. Penyerang pun segera menukar USDT hasil curian, yang dapat dibekukan oleh pihak penerbit, menjadi stablecoin DAI melalui MetaMask Swap.

Attacker Moves to Obscure Transaction Trail.
Penyerang Mencoba Menyamarkan Jejak Transaksi | Sumber: Slowmist

Penyerang kemudian mengonversi dana tersebut menjadi sekitar 16.680 ETH.

Untuk semakin menyamarkan jejak transaksi, pelaku kemudian mendepositkan ETH ke Tornado Cash. Layanan mixing terdesentralisasi ini memang dirancang agar hubungan alamat pengirim dan penerima menjadi sulit dilacak.

Korban tawarkan bounty US$1.000.000

Dalam upaya memulihkan aset, korban mengirim pesan on-chain yang menawarkan bounty white-hat senilai US$1 juta jika penyerang mengembalikan 98% dana yang dicuri.

“We have officially filed a criminal case. With the assistance of law enforcement, cybersecurity agencies, and multiple blockchain protocols, we have already gathered substantial and actionable intelligence regarding your activities,” ujar pesan tersebut .

Pesan itu juga memperingatkan bahwa korban akan melakukan tindakan hukum “tanpa henti” jika penyerang tidak menggubris dalam waktu 48 jam.

“If you fail to comply: We will escalate the matter through legal and international law enforcement channels. Your identity will be uncovered and shared with the appropriate authorities. We will relentlessly pursue criminal and civil action until full justice is served. This is not a request. You are being given one final chance to avoid irreversible consequences,” terang korban.

Insiden ini menegaskan adanya kerentanan yang terus berulang pada sistem wallet digital yang menampilkan informasi transaksi — dan bagaimana penyerang mengeksploitasi perilaku pengguna, bukan celah di kode blockchain.

Analis keamanan telah berulang kali memperingatkan bahwa praktik penyedia wallet yang memangkas panjang alamat demi kepraktisan dan desain antarmuka justru menciptakan risiko besar yang berkelanjutan.

Jika masalah ini tidak segera diatasi, para penyerang hampir pasti akan terus memanfaatkan kebiasaan pengguna yang hanya mengecek beberapa karakter awal dan akhir dari sebuah alamat.

  •  

Senator Pro-Aset Kripto Cynthia Lummis tidak akan mencalonkan diri lagi

Senator Cynthia Lummis, politisi Senat AS yang paling dikenal mendukung aset kripto, mengumumkan pada 19 Desember bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi pada 2026.

Keputusan ini menjadi tenggat yang pasti untuk agenda legislasinya, sehingga menciptakan dua tahun terakhir untuk memperjuangkan regulasi aset digital sebelum ia meninggalkan jabatannya pada Januari 2027.

Rencana Pensiun Lummis Menambah Tekanan untuk Mengatur Hukum Aset Kripto

Lummis menyebut bahwa ritme kerja yang “melelahkan” dalam beberapa sidang terakhir menjadi alasan utama keputusannya. “Saya adalah legislator yang taat, namun saya merasa seperti pelari jarak pendek di dalam maraton,” tulisnya, sambil mengakui bahwa ia tidak memiliki stamina lagi untuk masa jabatan enam tahun berikutnya.

Thank you, Wyoming! Serving our state has been the honor of my life. – Cynthia Lummis pic.twitter.com/FoRTlHaHxI

— Cynthia Lummis 🦬 (@CynthiaMLummis) December 19, 2025

Kepergiannya dalam waktu dekat membuat agenda regulasi kripto di parlemen menjadi lebih mendesak.

Lummis punya peran penting di sejumlah RUU kripto utama, seperti RUU struktur pasar aset kripto dan Strategic Bitcoin Reserve (SBR) nasional AS. Ia juga menentang pendekatan “regulasi melalui penegakan hukum” yang dilakukan SEC di bawah kepemimpinan Gensler.

Walaupun pemerintahan Trump telah membalikkan sejumlah kebijakan anti-kripto serta mendorong tujuan pro-kripto lewat aksi eksekutif, Senator Lummis menyambut langkah-langkah tersebut.

Namun ia juga selalu menegaskan, kemajuan yang bertahan lama harus lewat aturan yang dilembagakan oleh legislatif, bukan sekadar kebijakan dari keputusan eksekutif semata.

Karena itu, masa jabatannya terakhir ini akan fokus menjembatani celah antara perintah eksekutif yang bersifat sementara dengan hukum kongres yang bersifat tetap demi melindungi industri dari potensi pembalikan politik di masa depan.

“I look forward to throwing all my energy into bringing important legislation to [Trump’s] desk in 2026 and into retaining commonsense Republican control of the US Senate,” ujar Lummis.

Sementara itu, pengumuman ini langsung mendapat pujian dari para tokoh besar industri. Sebagian berpendapat kepergian Lummis akan meninggalkan kekosongan kepemimpinan kripto di Washington.

Collin McCune, Kepala Urusan Pemerintahan di a16z, menyoroti pengaruh Lummis secara nasional dan perannya mendorong legislasi kripto.

“Senator Lummis memperjuangkan Wyoming setiap hari selama bertahun-tahun. Selain itu, kepemimpinannya membuka ruang bagi inovator dan builder di seluruh negeri. Dunia kripto tidak mungkin seperti saat ini tanpa perjuangannya di Kongres,” tambahnya.

Arjun Sethi, co-CEO crypto exchange Kraken, memberikan ulasan mendalam terkait warisan Lummis, dan menyebut dirinya berjasa menjadikan Wyoming sebagai yurisdiksi pertama yang menerapkan pendekatan “berbasis pengetahuan teknis” pada aset digital.

Sethi memuji Lummis karena mengedepankan kerangka kerja yang sejalan dengan “realitas teknis” daripada asumsi lama. Ia mengatakan bahwa pendekatan ini membantu menciptakan kepastian operasional di berbagai pasar, baik pada Bitcoin sampai “aset memetik” yang baru muncul.

“Senator Lummis advocacy for Bitcoin and digital assets has been grounded, patient, and long term. Not performative. Not reactive. Focused on competitiveness, resilience, and ensuring the United States remains a place where open systems can be built and operated responsibly,” papar Sethi .

  •  

Peretas Korea Utara Curi US$300 Juta Lewat Rapat Zoom Palsu

Kriminal siber Korea Utara melakukan perubahan strategi dalam kampanye rekayasa sosial mereka. Mereka telah mencuri lebih dari US$300 juta dengan menyamar sebagai tokoh industri terpercaya dalam pertemuan video palsu.

Peringatan yang diuraikan oleh peneliti keamanan MetaMask, Taylor Monahan (dikenal sebagai Tayvano), menjelaskan adanya “long-con” canggih yang menargetkan eksekutif aset kripto.

Bagaimana Rapat Palsu dari Korea Utara Menguras Wallet Aset Kripto

Menurut Monahan, kampanye ini berbeda dari serangan belakangan yang mengandalkan AI deepfake.

Sebaliknya, pelaku menggunakan cara yang lebih sederhana dengan memanfaatkan akun Telegram yang dibajak dan rekaman video loop dari wawancara asli.

🚨 WARNING (AGAIN)

DPRK threat actors are still rekting way too many of you via their fake Zoom / fake Teams meets.

They're taking over your Telegrams -> using them to rekt all your friends.

They've stolen over $300m via this method already.

Read this. Stop the cycle. 🙏 pic.twitter.com/tJTo9lkq0v

— Tay 💖 (@tayvano_) December 13, 2025

Serangan biasanya diawali setelah peretas mengambil alih akun Telegram yang dipercaya, sering kali milik seorang venture capitalist atau seseorang yang pernah ditemui korban di konferensi.

Lalu, pelaku jahat ini memanfaatkan riwayat percakapan untuk terlihat sah, lalu membujuk korban menuju panggilan video Zoom atau Microsoft Teams lewat tautan Calendly yang disamarkan.

Begitu pertemuan dimulai, korban melihat apa yang nampaknya merupakan video langsung dari kontak mereka. Padahal, itu sering kali hanyalah rekaman ulang dari podcast atau penampilan publik.

Biasanya, momen penentu terjadi setelah muncul masalah teknis yang sengaja diciptakan.

Setelah menyebutkan ada gangguan audio atau video, pelaku akan mendesak korban agar memperbaiki koneksi dengan mengunduh skrip tertentu atau memperbarui software development kit (SDK). File yang dikirim saat itu berisi malware berbahaya.

Begitu malware terpasang—biasanya berjenis Remote Access Trojan (RAT)—pelaku bisa memperoleh kendali penuh.

Malware ini menguras wallet aset kripto dan mencuri data sensitif, termasuk protokol keamanan internal serta token sesi Telegram, yang kemudian digunakan untuk menargetkan korban berikutnya dalam jaringan.

Berkaca pada hal ini, Monahan memperingatkan bahwa vektor serangan khusus ini memanfaatkan kesopanan profesional.

Para peretas mengandalkan tekanan psikologis dari “pertemuan bisnis” untuk membuat korban lengah, sehingga permintaan bantuan teknis rutin bisa berubah menjadi pelanggaran keamanan yang fatal.

Bagi pelaku industri, semua permintaan untuk mengunduh perangkat lunak saat panggilan kini dianggap sebagai sinyal serangan yang aktif.

Sementara itu, strategi “pertemuan palsu” ini merupakan bagian dari serangan yang lebih luas oleh aktor dari Democratic People’s Republic of Korea (DPRK). Mereka telah mencuri sekitar US$2 miliar dari sektor ini selama setahun terakhir, termasuk peretasan Bybit.

  •  

Cosmos Rencanakan Desain Ulang Besar untuk ATOM di Tengah Kesulitan Harga

Cosmos Labs sedang melakukan pencarian mendesak untuk ekonom eksternal guna merancang ulang token ATOM di tengah harga aset kripto ini yang terus mengalami tekanan.

Menurut perusahaan tersebut, Cosmos SDK kini menjadi framework yang banyak digunakan untuk meluncurkan jaringan blockchain. Hal ini mencakup proyek-proyek yang terkait dengan perusahaan besar dan inisiatif pemerintah yang sering dijadikan bukti adanya minat dari “Fortune 500”.

Mengapa Cosmos ingin mengubah desain ATOM

Namun, karena perangkat lunak ini bersifat open source, para pengguna bisa meluncurkan chain independen dan berdaulat tanpa harus membayar biaya ataupun royalti ke Cosmos Hub.

Alhasil, para builder institusi bisa memakai teknologi inti jaringan tersebut tanpa harus menjadi holder atau berinteraksi dengan ATOM.

Request for Proposals: ATOM Tokenomics Research ⚛️

A tokenomics RFP invites qualified research firms to submit proposals to provide data-driven research supporting a redesign of ATOM’s economic model.

Applications are due January 15. Read more: https://t.co/96lGdAyCAI

— Cosmos Hub ⚛️ (@cosmoshub) December 12, 2025

Perusahaan pengembang blockchain ini ingin mengubah situasi tersebut dengan memperkenalkan “model berbasis pendapatan” yang baru. Pendekatan ini akan memonetisasi penggunaan, baik di dalam chain maupun di luar chain.

“Tujuan riset ini bukan merancang model tokenomik baru dari nol, tapi menyediakan dukungan riset sekaligus desain untuk model berbasis pendapatan yang dapat mensinergikan beragam sumber potensi pendapatan ATOM dengan update pada dinamika suplai dan jadwal inflasi ATOM. Pada akhirnya, utilitas ATOM akan ditentukan oleh biaya-biaya ini, baik dalam bentuk buyback ATOM, reward staking ATOM, mekanisme lain, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut,” demikian ujar mereka.

Di sisi lain, langkah ini juga menandai perubahan strategi bagi ekosistem Cosmos.

Cosmos Labs mengakui bahwa Interchain Security, framework keamanan bersama yang pernah dipromosikan sebagai penopang nilai utama ATOM, “gagal menemukan market fit produk.”

“Interchain Security sedang dalam proses dihentikan, dan arsitektur ekonomi Hub masih relatif terlepas dari aktivitas utama ekosistem Cosmos. Hingga saat ini, belum ada model biaya komprehensif di luar biaya transaksi yang terjadi di jaringan,” terang perusahaan itu.

Maka dari itu, upaya perombakan ini mengarah pada model ekonomi yang lebih menyerupai software enterprise, termasuk model biaya berbasis pemakaian, bukan sekadar sewa keamanan.

Meski begitu, pengimplementasian proposal apapun akan menghadapi batasan politik yang signifikan. Setiap perubahan substansial harus mendapatkan persetujuan dari Cosmos Hub DAO, yang dalam sejarahnya selalu menolak langkah-langkah yang dianggap sentralistik.

Cosmos Labs juga menyinggung proposal sebelumnya untuk menurunkan inflasi, yang lolos dengan selisih tipis hanya 3%. Keputusan itu pun memicu penarikan aset staking secara besar-besaran, menandakan betapa sensitifnya ekonomi token di komunitas ini.

Dengan memperhitungkan hal tersebut, perusahaan mengatakan bahwa setiap proposal yang sukses wajib memaparkan jalur pendapatan potensial, menganalisis batasan sisi suplai, dan memberikan panduan praktis yang selaras dengan kepentingan para pemangku kepentingan. Pengajuan proposal akan ditutup pada 15 Januari.

Di saat yang sama, langkah ini datang ketika ATOM anjlok hampir 76% sepanjang tahun ini hingga mencapai titik terendah lima tahun di sekitar US$2,1.

Kinerja harga tersebut mencerminkan tekanan mendalam di seluruh ekosistem, walau tumpukan perangkat lunak Cosmos justru makin banyak diminati pengembang blockchain dan berbagai pilot institusi.


  •  

Bug Prysm Bikin Validator Ethereum Rugi Lebih dari US$1, juta setelah upgrade Fusaka

Klien konsensus Ethereum, Prysm, mengungkapkan bahwa para validator kehilangan 382 ETH, setara dengan lebih dari US$1.000.000, setelah bug perangkat lunak memicu gangguan pada jaringan tak lama setelah upgrade Fusaka terbaru.

Kejadian ini, yang dijelaskan dalam laporan pasca insiden berjudul “Fusaka Mainnet Prysm incident,” berawal dari kejadian kehabisan sumber daya yang memengaruhi hampir semua node Prysm dan menyebabkan blok serta attestation terlewat.

Apa Penyebab Gangguan pada Prysm?

Menurut Offchain Labs, pengembang di balik Prysm, masalah tersebut muncul pada 4 Desember saat bug yang sudah pernah ada sebelumnya menyebabkan keterlambatan permintaan validator.

Keterlambatan itu menyebabkan blok dan attestation terlewat di seluruh jaringan.

“Node beacon Prysm menerima attestation dari node yang mungkin tidak sinkron dengan jaringan. Attestation ini merujuk pada block root dari epoch sebelumnya,” terang proyek tersebut.

Gangguan ini menyebabkan 41 epoch terlewat, dengan 248 blok hilang dari 1.344 slot yang tersedia. Itu setara dengan rasio slot terlewat sebesar 18,5% dan menurunkan partisipasi jaringan menjadi 75% selama kejadian tersebut.

Offchain Labs mengungkapkan bahwa bug yang jadi penyebab perilaku ini sudah dimasukkan dan digunakan di testnet sekitar sebulan sebelumnya, sebelum akhirnya terjadi di mainnet setelah upgrade Fusaka.

Walaupun mitigasi sementara berhasil mengurangi dampak langsungnya, Prysm menuturkan bahwa mereka kini sudah melakukan perubahan permanen pada logika validasi attestation demi mencegah kejadian serupa terulang.

Keragaman Client Ethereum

Bersamaan dengan itu, gangguan ini kembali menarik perhatian pada konsentrasi klien Ethereum dan risiko dari ketergantungan pada satu jenis perangkat lunak.

Offchain Labs menjelaskan bahwa gangguan tersebut bisa menyebabkan dampak yang jauh lebih parah bila Prysm menguasai porsi lebih besar dari basis validator Ethereum. Mereka menunjukkan bahwa keragaman klien di Ethereum adalah faktor penting yang mencegah kegagalan jaringan lebih luas.

“Klien dengan lebih dari 1/3 bagian jaringan akan menyebabkan kehilangan finalitas sementara dan lebih banyak blok yang terlewat. Kalau bug ada pada klien yang menguasai lebih dari 2/3 jaringan, ini bisa memfinalisasi chain yang tidak valid,” papar mereka.

Meski demikian, insiden ini semakin menguatkan seruan agar klien lebih beragam.

Data dari Miga Labs menunjukkan bahwa Lighthouse masih menjadi klien konsensus Ethereum yang paling dominan, dengan persentase 51,39% validator. Prysm mewakili 19,06%, diikuti Teku 13,71%, lalu Nimbus pada 9,25%.

Ethereum's Consensus Clients.
Klien Konsensus Ethereum | Sumber: Clientdiversity

Porsi Lighthouse menempatkannya sekitar 15 poin persentase dari ambang batas yang dinilai sebagian peneliti sebagai risiko sistemik.

Oleh karena itu, para pengembang dan partisipan ekosistem kembali meminta agar validator mempertimbangkan beralih ke klien alternatif supaya kemungkinan satu bug perangkat lunak mengganggu operasi utama blockchain bisa diminimalisir.

  •  

Bank Swasta Terbesar di Brasil Sarankan Alokasi Bitcoin 3% untuk Klien

Itaú Unibanco Holding SA, bank swasta terbesar di Amerika Latin, menyarankan klien untuk mengalokasikan hingga 3% portofolio mereka ke Bitcoin untuk tahun 2026.

Bank ini melihat aset kripto tersebut bukan sebagai aset spekulatif, tetapi sebagai lindung nilai terhadap penurunan nilai real Brasil.

Kenapa Itau Ingin Dana Klien di Bitcoin

Dalam catatan strategi, analis di lembaga keuangan yang berbasis di Sao Paulo ini menyebutkan bahwa investor menghadapi dua tantangan sekaligus, yaitu ketidakpastian harga global dan fluktuasi mata uang domestik. Mereka menilai, kondisi seperti ini membutuhkan pendekatan baru untuk membangun portofolio.

Bank ini merekomendasikan proporsi Bitcoin sebesar 1% hingga 3% agar bisa memperoleh imbal hasil yang tidak berkorelasi dengan siklus ekonomi dalam negeri.

“Bitcoin [adalah] aset yang berbeda dengan fixed income, saham tradisional, atau pasar domestik, dengan dinamika, potensi imbal hasil, dan — berkat sifat global serta desentralisasinya — fungsi sebagai lindung nilai terhadap mata uang,” tulis bank tersebut.

Itaú menegaskan bahwa Bitcoin sebaiknya tidak dijadikan aset inti. Sebaliknya, bank merekomendasikan alokasi Bitcoin sebagai pelengkap yang disesuaikan dengan profil risiko investor.

Tujuannya adalah meraih hasil yang tidak terlalu terpengaruh oleh siklus ekonomi domestik dan memberikan perlindungan sebagian terhadap pelemahan nilai mata uang. Selain itu, strategi ini juga menjaga eksposur terhadap potensi kenaikan harga dalam jangka panjang.

Bank ini menunjukkan bahwa korelasi antara Bitcoin dan kelas aset tradisional tergolong rendah. Mereka menilai, alokasi 1% sampai 3% dapat meningkatkan diversifikasi tanpa memperbesar risiko portofolio secara keseluruhan.

Bitcoin Performance vs Traditional Assets.
Performa Bitcoin vs Aset Tradisional | Sumber: Itau

Pendekatan ini, jelas catatan tersebut, memerlukan sikap moderat, disiplin, dan pandangan jangka panjang, bukan bereaksi pada fluktuasi harga jangka pendek.

“Mencoba melakukan ‘perfect timing’ pada aset seperti Bitcoin atau pasar internasional lain sangat berisiko — dan seringkali malah merugikan,” peringatan dari bank tersebut.

Batas 3% yang diberikan Itaú ini sejajar dengan pedoman paling progresif secara global, sehingga semakin mendekati rekomendasi bank-bank di AS.

Menariknya, beberapa bank besar di AS seperti Morgan Stanley dan Bank of America juga pernah menyarankan klien mereka untuk mengalokasikan hingga 4% asetnya ke aset digital utama ini.

Bagi investor asal Brasil, situasinya memang berbeda.

Itaú menilai bahwa di dunia dengan siklus ekonomi yang semakin singkat dan guncangan eksternal yang lebih sering, “karakter hibrida” Bitcoin membedakannya dari aset tradisional.

Bank ini menggambarkan aset kripto utama tersebut sebagai bagian dari aset berisiko tinggi dan sekaligus penyimpan nilai global. Mereka berpendapat, kombinasi ini menawarkan daya tahan yang tidak lagi bisa dijamin oleh pasar fixed income.

  •  

Reformasi Treasury CFTC Membuka Jalan untuk Pasar Kripto

Commodity Futures Trading Commission (CFTC) diam-diam sedang menyiapkan infrastruktur agar US Treasuries dan aset kripto suatu hari nanti bisa berdampingan dalam satu struktur pasar.

Pada 12 Desember, CFTC menyetujui perluasan cross-margining untuk US Treasuries.

Bagaimana Perintah Baru CFTC Berdampak pada Aset Kripto

Perubahan ini memungkinkan pelanggan tertentu—bukan hanya anggota clearing—untuk mengimbangi persyaratan margin antara Treasury futures yang di-clearing di CME Group. CME Group merupakan salah satu platform trading derivatif kripto terbesar di AS.

Kebijakan ini juga berlaku untuk cash Treasuries yang di-clearing di Depository Trust and Clearing Corporation’s Fixed Income Clearing Corporation.

“Ekspansi cross-margining kepada pelanggan akan memberikan efisiensi modal yang dapat meningkatkan likuiditas dan ketahanan di US Treasuries, yaitu pasar paling penting di dunia,” ujar Caroline Pham, Acting Chair CFTC, dalam pernyataannya.

Cross-margining memungkinkan perusahaan untuk mengurangi total jaminan dengan mengimbangi posisi yang berkorelasi dalam satu portofolio. Memperluas mekanisme ini dari balance sheet dealer ke pelanggan akhir di Treasuries menandai perubahan besar dalam struktur pasar.

Pelaku pasar melihat kebijakan ini sebagai ujian praktis untuk model risiko. Kerangka seperti ini nantinya juga dapat mendukung portofolio yang berisi Treasuries, dana ter-tokenisasi, dan aset kripto dalam satu ekosistem clearing.

Bagi derivatif kripto yang diperdagangkan di CME, perintah ini bisa berdampak signifikan pada pasar.

Jika Treasuries dan Treasury futures bisa cross-margin dalam skala besar, maka kerangka serupa nantinya bisa mendukung portofolio yang lebih kompleks. Portofolio tersebut dapat mencakup Treasury bill yang ter-tokenisasi serta posisi spot Bitcoin yang menjadi jaminan di Futures Bitcoin dan ETH CME—semuanya diatur dalam margin dan pengendalian risiko yang terpadu.

Sementara itu, waktu penerbitan perintah ini berada di tengah upaya regulasi aset kripto yang lebih luas, yang melibatkan CFTC dan juga Securities and Exchange Commission (SEC).

Kebijakan ini juga sejalan dengan upaya SEC yang parallell pada reformasi struktur pasar dan clearing, saat regulator menilai bagaimana sekuritas ter-tokenisasi dan jaminan digital bisa masuk di sistem penyelesaian dan kustodian yang sudah ada.

Sebagai catatan, Komisi yang dipimpin Pham baru-baru ini meluncurkan Digital Asset Collateral Pilot. Inisiatif ini memperbolehkan penggunaan Bitcoin, Ethereum, dan USDC sebagai margin pada pasar derivatif yang diatur CFTC.

Langkah-langkah ini menunjukkan fokus regulator pada efisiensi modal dan manajemen risiko lintas kelas aset yang kini semakin mengaburkan antara pasar tradisional dan digital.

  •  

Bank AS Bersama Peringatkan Charter Kripto OCC Bisa Melemahkan Sistem Perbankan

Industri perbankan AS kini melancarkan tantangan terkoordinasi terhadap pendekatan Office of the Comptroller of the Currency (OCC). Upaya ini menargetkan upaya regulator tersebut dalam mengintegrasikan perusahaan aset kripto ke dalam sistem perbankan federal.

Pada 12 Desember, OCC memberikan persetujuan bersyarat untuk izin trust nasional kepada lima perusahaan aset digital, termasuk Ripple, Fidelity, Paxos, First National Digital Currency Bank, dan BitGo. Regulator bank ini menegaskan bahwa para pelamar crypto telah melalui “peninjauan ketat” yang sama seperti pemohon izin bank nasional lainnya.

Industri Perbankan AS tantang langkah OCC

Namun, American Bankers Association (ABA) dan Independent Community Bankers of America (ICBA) berpendapat bahwa tindakan OCC menciptakan sistem perbankan dua tingkat.

Just released – ABA statement on @USOCC’s announcement regarding national trust charters: https://t.co/OqGgUtPAyd pic.twitter.com/NH6RevliRX

— American Bankers Association (@ABABankers) December 12, 2025

Inti keberatan mereka adalah bahwa perusahaan fintech dan aset kripto diberikan izin nasional prestisius tanpa memiliki Federal Deposit Insurance Corp. (FDIC) atau memenuhi standar modal dan likuiditas tradisional yang wajib bagi bank layanan penuh.

Kelompok ini menilai struktur seperti ini mendorong terjadinya arbitrase regulasi di tingkat federal.

Dengan mendapatkan izin nasional, perusahaan kripto bisa mendapatkan manfaat dari pengabaian regulasi transmisi uang negara bagian oleh pemerintah federal. Namun pada saat yang sama, mereka menghindari banyak kewajiban kepatuhan yang berlaku untuk institusi penyimpanan berasuransi.

Presiden ABA Rob Nichols mengutarakan bahwa persetujuan semacam ini “mengaburkan batas” tentang apa yang dikategorikan sebagai bank. Ia juga menyebut bahwa pengaburan definisi ini berisiko melemahkan integritas dari izin tersebut.

Menurut pandangannya, perluasan fungsi trust kepada perusahaan yang tidak menjalankan tugas fidusia tradisional menciptakan kelas lembaga yang mirip bank secara nama dan lingkup, tapi tidak mendapat pengawasan setara.

Di sisi lain, kekhawatiran mereka juga bukan hanya soal persaingan.

Kelompok perbankan memperingatkan bahwa konsumen bisa kesulitan membedakan antara bank yang diasuransikan dan institusi trust nasional yang memegang aset kripto dalam jumlah besar tanpa jaminan asuransi.

Mereka menilai OCC belum cukup menjelaskan bagaimana cara mengelola kegagalan entitas semacam itu, terlebih jika institusi tersebut memegang aset digital bernilai miliaran US$ di luar perlindungan tradisional.

ICBA Ingin Pemberian Charter Dihentikan

ICBA juga secara langsung menantang kewenangan hukum OCC untuk menerbitkan izin tersebut.

We oppose the OCC’s conditional approval of five national trust bank charter applications from nonbank fintechs. We have repeatedly said the OCC lacks statutory authority to expand trust powers and that the sudden influx of applications threatens consumers and the financial…

— Independent Community Bankers of America (@ICBA) December 12, 2025

Kelompok itu memfokuskan kritik mereka pada Interpretive Letter No. 1176. Panduan ini memungkinkan bank trust untuk melakukan aktivitas non-fidusia seperti penitipan cadangan stablecoin.

Presiden ICBA Rebeca Romero Rainey menyebut langkah ini sebagai “perubahan kebijakan besar” yang melampaui tujuan historis izin trust nasional.

“Perubahan kebijakan besar OCC di bawah Interpretive Letter #1176 merupakan penyimpangan dari peran perusahaan trust konvensional dan memungkinkan adanya kerangka regulasi yang tidak konsisten, yang mengancam stabilitas keuangan — sehingga lembaga ini harus mengubah arah,” jelas Rainey.

Kelompok ini berargumen bahwa OCC mengizinkan perusahaan fintech non-bank untuk secara efektif meminjam kredibilitas sistem perbankan AS walaupun menghindari “cakupan penuh” regulasi yang dikenakan pada institusi berasuransi.

Dengan mempertimbangkan hal ini, kedua asosiasi dagang tersebut menyerukan penghentian dan pencabutan langsung atas persetujuan yang telah diberikan.

Mereka memperingatkan bahwa kerangka saat ini bisa menghasilkan institusi yang OCC “tidak siap atasi secara tertib.” Menurut mereka, kegagalan semacam ini bisa membuat bank tradisional dan sistem keuangan yang lebih luas menjadi rentan.

  •  

Konflik Tata Kelola Aave Meluas karena Perselisihan Pendapatan US$10 Juta

Sebuah perselisihan mengenai pembagian pendapatan telah terjadi antara komunitas pengelola Aave, platform DeFi lender, dengan perusahaan pengembangan utamanya, Aave Labs.

Konflik ini berpusat pada keputusan terbaru Aave Labs yang mengintegrasikan CoW Swap sebagai infrastruktur utama untuk trading di situs web utama protokol tersebut. Perubahan ini menggantikan ParaSwap, integrasi sebelumnya yang menghasilkan referral fee untuk kas Aave DAO.

Anggota DAO pertanyakan dampak ekonomi akibat update antarmuka

Para delegasi governance menyatakan, perubahan ini telah memutus satu arus pendapatan sekitar US$200.000 per minggu. Jika dihitung secara tahunan, mereka memperkirakan dampaknya sekitar US$10.000.000, sehingga nilai bergeser dari para holder token.

Marc Zeller, founder dari Aave Chan Initiative, mengkritik langkah ini dan menyebutnya sebagai “privatisasi diam-diam” atas aset brand.

Extremely concerning.

The stealth privatization of approximately 10% of Aave DAO's potential revenue, leveraging brand and IPs paid for by the DAO, represents a clear attack on the best interests of the $AAVE Token holders.

We will prepare an official response with @AaveChan. https://t.co/opoG3I7x7s

— Marc ”七十 Billy” Zeller (@Marczeller) December 12, 2025

Zeller berpendapat bahwa Aave Labs secara sepihak mengubah perjanjian ekonomi tanpa meminta persetujuan dari DAO, yang berwenang atas smart contract utama.

“Aave Labs, demi monetisasi mereka sendiri, mengarahkan volume pengguna Aave ke kompetitor. Ini tidak bisa diterima. Lewat integrasi ini, protokol Aave kehilangan dua arus pendapatan yang sulit untuk diganti,” tulisnya.

Zeller memperingatkan bahwa kurangnya komunikasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana update di masa depan akan dijalankan.

Ia juga menyoroti upgrade V4 yang akan segera hadir, dan mempertanyakan apakah fitur “aksesori” lain juga akan dikeluarkan dari wewenang DAO.

“Penting untuk melihat gambaran besarnya guna menentukan apakah Aave Labs telah melanggar kewajiban fidusia mereka terhadap Aave DAO dan para holder token AAVE, serta apa yang seharusnya bisa kita harapkan dari V4 secara umum,” pungkas Zeller

Aave Labs Membela Langkah-langkahnya

Dalam sebuah tanggapan terperinci, Stani Kulechov, founder dan CEO Aave Labs, membela integrasi tersebut, dan menolak anggapan bahwa dana yang hilang itu adalah pendapatan yang ‘dicuri’.

Kulechov berpendapat bahwa fee dari ParaSwap sebelumnya hanyalah “surplus diskresi” dan bukan fee protokol yang diwajibkan.

“Itu tidak pernah menjadi switch fee, itu surplus yang kami donasikan ke DAO,” tuturnya.

Ia juga menegaskan ada perbedaan jelas antara protokol Aave, smart contract decentralized yang diatur DAO, dan tampilan antarmuka depan. Ia menggambarkan antarmuka tersebut sebagai produk privat yang dibiayai dan dipelihara oleh Aave Labs.

Kulechov mengungkapkan Aave Labs yang menanggung biaya engineering dan keamanan untuk situs web. Ia menambahkan, DAO tidak mensubsidi biaya pengembangan produk yang berjalan.

Oleh karena itu, perusahaan menegaskan hak untuk melakukan monetisasi pada antarmuka demi menjaga keberlanjutannya.

“Sangat wajar jika Aave Labs melakukan monetisasi atas produknya, apalagi karena mereka tidak menyentuh protokol itu sendiri,” terang dia.

Perusahaan pengembang itu juga menegaskan kembali posisi Kulechov dan mengakui adanya kekurangan dalam komunikasi soal perubahan ini.

Perusahaan mengatakan mereka beralih ke CoW Swap untuk memberikan harga eksekusi yang lebih baik dan perlindungan yang lebih kuat terhadap MEV (maximum extractable value), bukan untuk memperoleh pendapatan tambahan.

  •  

Vitalik Buterin Peringatkan Terhadap Voting Token Zcash

Co-founder Ethereum Vitalik Buterin mendesak komunitas Zcash untuk menghindari adopsi pemungutan suara berbasis token untuk tata kelola.

Dalam sebuah postingan pada 30 November di X, ia mengatakan pemungutan suara berbasis token akan mendorong sistem menuju insentif harga jangka pendek, mengorbankan kebebasan sipil jangka panjang yang ingin dilindungi oleh proyek tersebut.

Buterin Soroti Risiko Tata Kelola Terhadap Privasi

Buterin mengaitkan posisinya dengan argumen yang ia jelaskan dalam sebuah esei tahun 2021 tentang tata kelola terdesentralisasi, menunjukkan bahwa sistem berbobot token memiliki kerentanan seperti hak-hak yang tidak tergabung yang memungkinkan pembelian suara tersembunyi.

I hope Zcash resists the dark hand of token voting.

Token voting is bad in all kinds of ways (see https://t.co/Cvl7CFVgtc ); I think it's worse than Zcash's status quo.

Privacy is exactly the sort of thing that will erode over time if left to the median token holder. https://t.co/NbRqGLOrpj

— vitalik.eth (@VitalikButerin) November 30, 2025

Dia menambahkan bahwa mekanisme ini cenderung memusatkan pengaruh di antara para whale sementara membiarkan pemegang kecil tanpa akuntabilitas. Banyak peserta kecil mungkin memilih tanpa memperhatikan hasilnya jika mereka percaya dampak individu mereka tidak signifikan.

Dia menggambarkan pemungutan suara berbasis token sebagai “buruk dalam berbagai cara,” dan mengatakan itu akan lebih buruk daripada struktur Zcash yang ada.

“Privasi adalah jenis hal yang justru akan terkikis seiring waktu jika diserahkan kepada pemegang token rata-rata,” ujar Buterin .

Pernyataan Buterin muncul di tengah perdebatan yang lebih luas tentang bagaimana Zcash harus memilih komite Zcash Community Grants, sebuah kelompok beranggotakan lima orang yang meninjau dan menyetujui hibah besar di dalam ekosistem.

Anggota Komunitas Berdebat tentang Tata Kelola Terdesentralisasi

Beberapa anggota komunitas berpendapat bahwa kerangka kerja berbasis komite saat ini sudah ketinggalan zaman dan harus diganti.

Mert Mumtaz, CEO Helius dan seorang investor pro-Zcash, mengatakan bahwa perdebatan ini menggarisbawahi masalah tata kelola yang lebih luas.

Mumtaz berpendapat bahwa pasar menyediakan mekanisme koreksi bawaan karena keputusan yang buruk dihukum dengan harga yang jatuh, memindahkan pengaruh tata kelola, dan memperbarui pengetahuan kolektif. Dia mencatat bahwa komite tidak memiliki umpan balik tersebut dan dapat tetap terlepas dari hasil dunia nyata.

Dia menyamakan pemisahan ini dengan apa yang Nassim Nicholas Taleb sebut sebagai “interventionista,” seorang birokrat yang membuat keputusan penting tanpa menanggung risiko terkait.

Sebaliknya, dia mencatat bahwa jenderal Romawi kuno beroperasi di garis depan, di mana kelangsungan hidup bergantung langsung pada kualitas keputusan mereka.

Sambil mengakui kelemahan dalam pemungutan suara berbasis token, Mumtaz mengatakan bahwa komite yang statis menghadirkan masalah yang lebih dalam karena mereka “tidak bisa dikritik dan tidak bertanggung jawab pada siapa pun.” Dia menambahkan bahwa sistem yang didasarkan pada dinamika pasar beradaptasi seiring waktu, sedangkan komite tidak, berpendapat bahwa “evolusi menang dalam jangka panjang.”

Anggota komunitas menanggapi kekhawatiran terkait. Naval, seorang pengguna di X, mengatakan pengawas pihak ketiga menimbulkan cacat keamanan struktural terlepas dari kemandirian mereka.

Pengguna lain, Darklight, berpendapat bahwa sistem berbasis pasar condong ke arah plutokrasi dan mungkin gagal melestarikan kebebasan sipil.

Perselisihan mengenai tata kelola ini muncul saat Zcash menarik perhatian pasar yang baru.

Data dari BeInCrypto menunjukkan token ini telah naik lebih dari 1.000% dalam tiga bulan terakhir, mencapai puncak di US$723 sebelum mundur ke level saat ini. Zcash diperdagangkan sekitar US$448 pada saat publikasi setelah jatuh lebih dari 20% dalam seminggu terakhir.

  •  

Kazakhstan Siapkan Potensi Investasi Aset Kripto US$300 Juta

Bank sentral Kazakhstan sedang mempertimbangkan rencana untuk menginvestasikan hingga US$300 juta dalam aset kripto.

Pada 28 November, Timur Suleimenov, ketua National Bank of Kazakhstan, mengatakan bahwa bank tersebut mungkin akan mengalokasikan dana dari National Fund dan cadangan devisanya ke dalam kripto.

Bank Sentral Kazakhstan Menimbang Waktu untuk Rencana Crypto

Namun, dia menekankan bahwa jumlah penuh mungkin tidak akan digunakan.

“Di tahap awal, kami akan mengelola cadangan emas dan devisa. Ini adalah uang yang benar-benar perlu dikelola. Sebagian di antaranya dalam bentuk emas, sebagian dalam bentuk sekuritas. Dalam portofolio ini, portofolio terpisah sudah dibuat, yang fokus pada investasi pada saham teknologi tinggi dan instrumen keuangan lain yang terkait dengan aset keuangan digital. Jumlahnya hingga US$300 juta. Ini tidak berarti kami langsung menginvestasikan US$300 juta; kami mungkin membatasi diri pada US$50 juta, US$100 juta, atau US$250 juta,” ucapnya dilaporkan.

Sementara itu, dia menyatakan bahwa koreksi terbaru di pasar aset digital membuat waktu untuk alokasi menjadi kurang pasti. Memang, harga Bitcoin telah turun lebih dari 17% selama bulan lalu di tengah volatilitas pasar yang lebih luas.

Mengingat hal ini, dia menyatakan bahwa bank sentral bermaksud menunggu kondisi stabil sebelum mengalokasikan dana ke industri kripto.

“Kami tidak akan membuat keputusan tanpa analisis menyeluruh. Kami sedang menganalisis. Kami tidak akan terburu-buru mengambil keputusan ini sampai peluang investasi yang baik muncul. Setelah penurunan saat ini pada semua aset digital, keuangan, dan kripto, kami perlu menunggu sampai situasinya stabil sebelum membuat keputusan investasi,” terang dia.

Inisiatif ini merupakan bagian dari perluasan yang lebih luas dari portofolio devisa bank sentral.

NBK berencana mendiversifikasi kepemilikannya, yang saat ini sangat bergantung pada emas dan sekuritas, dengan menambahkan saham teknologi tinggi dan instrumen keuangan yang terhubung dengan aset digital.

Suleimenov mengatakan investasi ini akan bersumber dari cadangan emas dan devisa bank alih-alih dari National Fund.

Sementara itu, pembahasan ini terjadi hampir tiga bulan setelah Tokayev menginstruksikan pembentukan cadangan negara strategis untuk aset digital. Layanan Pers Kepresidenan mengungkapkan cadangan ini harus fokus pada pasar mata uang kripto mengingat “realitas modern.”

Sejak itu, Kazakhstan telah memasuki ruang cadangan aset digital melalui Alem Crypto Fund miliknya. Negara ini, melalui kemitraan dengan Binance, telah membeli BNB.

Pertimbangan Kazakhstan ini sejalan dengan pergeseran yang lebih luas oleh beberapa institusi berdaulat, termasuk Amerika Serikat, untuk menguji atau mengumpulkan aset digital.

Sebelumnya bulan ini, Bank Nasional Ceko memperoleh aset digital senilai US$1 juta untuk portofolio uji, termasuk Bitcoin dan stablecoin yang tidak disebutkan namanya.

Secara keseluruhan, langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah semakin menganggap aset digital sebagai alat yang layak untuk diversifikasi cadangan.

  •  
❌