Reading view

Devconnect 2025: Privasi, Stablecoin, dan Gelombang Infrastruktur Berikutnya

Buenos Aires punya nuansa yang unik. Kota ini adalah tempat kemewahan Eropa bertemu dengan intensitas Amerika Latin, di mana teori ekonomi bukanlah konsep abstrak di ruang akademis, melainkan perjuangan nyata dan harian untuk bertahan hidup. Karena itu, tidak mengherankan kalau kota metropolitan ini dipilih sebagai tuan rumah Devconnect 2025. Latar Argentina, negara yang identik dengan volatilitas moneter sekaligus adopsi aset kripto secara akar rumput, jadi panggung sempurna untuk industri yang akhirnya mulai dewasa.

Jika tahun-tahun sebelumnya di siklus kripto dipenuhi oleh hiruk-pikuk, kemewahan, dan hingar-bingar spekulasi seperti suasana kasino Las Vegas, Buenos Aires jelas menghadirkan suasana berbeda yang lebih realistis. Udara di sini tidak berbau “uang mudah” atau proyek kosong; namun, terasa aroma kopi kental dan kerja keras para engineer. Di sinilah narasi berubah. Kita tidak lagi membuat mainan untuk orang bosan dan kaya; kita sedang membangun infrastruktur untuk dunia yang sedang rapuh.

Untuk memahami perubahan besar ini, kami mengumpulkan wawasan dari para arsitek utama industri: Arthur Firstov (CBO Mercuryo), yang menyoroti mandat privasi; Vivien Lin (CPO BingX), yang merinci integrasi AI ke dalam ekosistem trading; dan Ivan Machena (CCO 8lends), yang memberikan penilaian penting tentang perkembangan adopsi layer-2.

Melalui banyak diskusi internal dengan para pemimpin ini, gambaran jelas pun terbentuk. Kita memasuki sebuah era baru. Inilah kisah tentang bagaimana privasi menjadi sebuah mandat, bagaimana Artificial Intelligence mulai menuntut peran besar di dunia keuangan, dan bagaimana keberagaman global akhirnya mematahkan mitos “pengguna ideal”.

Mandat Privasi, Dari Fitur Menjadi Fondasi

Pesan terkuat dari Buenos Aires bukan datang lewat kembang api atau dukungan selebritas. Pesan itu berbisik di tengah padatnya workshop teknis dan rumah hacker yang ramai. Pesannya sederhana: transparansi memang keunggulan, tapi keterbukaan total justru kelemahan.

Di Bangkok pada pertemuan sebelumnya, privasi hanya menjadi “track” sampingan, ruangan kecil yang dikunjungi cypherpunk dan idealis. Di Buenos Aires, privasi justru menjadi agenda utama. Industri bersama-sama menyadari bahwa tanpa privasi, tidak akan ada adopsi massal, yang ada hanya pengawasan massal.

Arthur Firstov, Chief Business Officer dari Mercuryo, menangkap perubahan paradigma ini dengan sangat tepat. Saat mengulas topik riset utama di acara ini, Firstov melihat perubahan suasana yang berbeda.

“Privacy was the defining theme,” terang Firstov, lalu menambahkan:

“Compared to Bangkok, where privacy was just one important track, Buenos Aires elevated it to the main stage.”

Pandangan ini sejalan dengan perasaan yang tersebar di setiap venue konferensi. Sebuah kalimat mulai beredar di ruang co-working dan kelas-kelas, bahkan menjadi motto tidak resmi Devconnect 2025:

“If your wallet is not privacy-preserving by design, it is legacy.”

Ini bukan tren teknologi sesaat, melainkan respons atas dunia yang semakin transparan di mana data keuangan bisa dipersenjatai. Firstov menyoroti, suasana ini sudah dibangun dari level atas, di mana Vitalik Buterin bahkan memberikan “penjelasan lengkap tentang privasi yang ia gunakan sendiri, mulai dari OS dan perangkat mobile hingga RPC privat.”

Tapi evolusi penting terletak pada cara teknologi ini kini dikemas. Privasi bukan lagi soal interface command-line untuk para elite; melainkan tentang membuatnya tidak terlihat.

Firstov menjelaskan:

“Builders focused on stealth addresses, smart AA [Account Abstraction] patterns, selective disclosures, and ‘creating better defaults so users do not even notice how much complexity is being handled beneath the surface.'”

“Tak terlihat” inilah tujuan utama. Pengguna tidak mau pusing soal zero-knowledge proof; mereka hanya ingin saldo di bank mereka tidak menjadi konsumsi publik.

Bersamaan dengan dorongan untuk privasi, Firstov juga melihat evolusi praktis di DeFi: munculnya “preconfirmation untuk pembayaran stablecoin yang terasa instan” serta peluang yield baru yang menawarkan pengalaman “gaya pasar uang sederhana tanpa harus berisiko tinggi.” Industri kini beranjak dari skema Ponzi APY 10.000% ke arah keuangan yang membosankan, bisa diandalkan, dan privat.

Kontroversi “Black Box”, Siapa yang Kita Percaya?

Tapi, tidak ada revolusi tanpa perbedaan di internal. Walau semua sepakat butuh privasi, cara mewujudkannya justru memancing debat teknis paling panas selama acara. Titik sentral perdebatan ada pada pemakaian Trusted Execution Environments (TEE), yaitu enclave hardware yang aman.

Apakah masa depan privasi bersumber dari matematika kriptografi atau dari pembuatan microchip?

Firstov menggambarkan perpecahan ini sebagai “debat teknis paling tak terduga atau paling kontroversial” di acara. Satu kubu pragmatis meyakini, jelasnya:

“One camp argued that TEEs are ‘practically necessary for high-throughput, low-latency, and private computation’, particularly for private settlement, derivatives strategies, and agent-based execution.”

Argumen ini memang masuk akal: bila kita ingin kecepatan ala Wall Street di blockchain, matematika saja mungkin terlalu lamban. Kita perlu akselerasi lewat hardware.

Tapi kelompok lawan pun bersuara keras, berprinsip, dan sangat skeptis. Firstov menyampaikan peringatan mereka: “If the trust model becomes ‘trust this black-box server in a data center,’ then crypto is not improving much over traditional finance.”

Kalau kita sekadar mengganti server bank dengan enclave SGX milik Intel, apa benar kita sudah mendesentralisasi apapun?

Diskusi ini lalu memunculkan pertanyaan yang belum terjawab dan kemungkinan besar akan menjadi fokus riset di sisa dekade ini:

“How much of the world’s stablecoin and payment rails are we comfortable running on opaque hardware… and what does ‘trust-minimized enough’ actually mean in that context?”

Kebangkitan Mesin: AI Jadi Arsitek Keuangan Baru

Saat para kriptografer beradu soal hardware, titan lain diam-diam mulai meresap ke dunia kripto: Artificial Intelligence. Devconnect 2025 tidak sekadar membahas ledger; tapi juga tentang pernikahan yang tak terelakkan antara database decentralized dan otak otonom.

Vivien Lin, Chief Product Officer sekaligus Kepala BingX Labs, membawa perspektif dari garis depan exchange terpusat (CEX) yang kini berkembang pesat dan makin kompleks. Menurutnya, tema utama tahun ini sudah jelas tak mungkin bisa diingkari.

Lin berpendapat:

“Tema utama bagi saya adalah integrasi AI ke dalam infrastruktur exchange dan kesadaran bahwa exchange berkembang menjadi ekosistem keuangan yang lengkap, bukan cuma aplikasi trading saja.”

Ia menggambarkan masa depan di mana AI akan menjadi penghubung utama di dunia keuangan.

“Para builder memikirkan bagaimana AI bisa menyatukan trading, kustodian, pembayaran, manajemen risiko, dan kecerdasan pengguna menjadi pengalaman ‘super app’ yang terintegrasi.”

Namun, mirip seperti perdebatan TEE di sektor privasi, integrasi AI membawa paradoks keamanannya sendiri. Bagaimana kamu bisa mempercayai AI dengan seluruh tabungan hidupmu? Lin menjelaskan, ada dorongan kuat menuju “sistem yang aman dan terverifikasi, termasuk komputasi pelindung privasi dan bukti on-chain, agar fitur AI tidak membahayakan data pengguna atau keamanan dana.”

Tujuannya adalah menciptakan ekosistem yang “cerdas dan sangat aman, sehingga pengguna mendapat otomatisasi dan konteks lebih banyak tanpa harus mengorbankan kepercayaan.” Tapi, menurut Lin, titik gesekan paling menarik bukanlah soal kemampuan, tapi soal otonomi.

“Titik friksi terbesar adalah seberapa banyak otonomi yang seharusnya dimiliki agen AI di lingkungan trading,” terang Lin. Perdebatan itu pun membelah ruangan.

Ia menambahkan:

“Beberapa pengembang berargumen bahwa agen seharusnya bisa mengelola likuiditas, menyeimbangkan portofolio, atau melakukan order tanpa pengawasan manusia. Tapi yang lain memperingatkan bahwa memberikan AI akses tak terbatas ke layer eksekusi bisa menimbulkan risiko sistemik.”

Perdebatan intinya soal peran manusia di pasar: “Apakah AI seharusnya menjadi co-pilot bagi para trader, atau justru pemain mandiri sepenuhnya di dalam struktur pasar?” Di Buenos Aires, konsensusnya sepertinya mulai bergeser ke arah otonomi, asalkan keamanan kriptografi cukup kuat menahannya.

Geografi adalah Takdir, Pelajaran dari Global South

Mungkin, hal paling transformatif dari Devconnect 2025 adalah lokasinya sendiri. Acara di Argentina ini membuat komunitas pengembang global benar-benar membumi. Sementara para pengembang di Silicon Valley sibuk mengoptimalkan kode sedetik lebih cepat, masyarakat Buenos Aires justru berjuang menjaga nilai hasil kerja mereka dari inflasi.

Arthur Firstov memperhatikan bagaimana keberagaman ekstrem ini mengubah diskusi dari soal scaling teoritis menjadi alat-alat untuk bertahan hidup. “Devconnect mempertemukan prioritas pengguna yang sangat berbeda dalam satu ruangan,” ujarnya.

“Tim-tim Amerika Latin menonjolkan contoh pemakaian sehari-hari seperti ‘wallet di smartphone murah’ hingga pembayaran sewa atau gaji yang dilakukan pakai stablecoin,” tutur Firstov, sembari menambahkan:

“Bandingkan dengan tim infrastruktur dari Asia dan AS, yang tetap fokus pada ‘perpetual futures, routing, MEV, dan latency.'”

Tabrakan dua dunia ini menghasilkan sintesis baru. Pembicaraan bergeser dari sekadar “Transactions Per Second” (TPS) ke soal UX dan penerapan nyata. Firstov mencantumkan pertanyaan-pertanyaan yang kini lebih penting:

“Bagaimana smart wallet bisa menyembunyikan kerumitan sehingga pengguna merasa mereka memakai aplikasi fintech biasa? Bagaimana mendukung ‘arus trading frekuensi tinggi dan pembayaran gaji bulanan’ tanpa mengorbankan kepercayaan dan keamanan?”

Kesadaran terbesarnya? “Tidak ada satu tipe pengguna saja di dunia kripto ini.”

Vivien Lin pun menyetujui hal ini, menyoroti bagaimana kehadiran orang Argentina membuat perdebatan teknis yang tinggi jadi lebih membumi.

“Keragaman pengembang, apalagi dari Argentina, menggeser diskusi ke tantangan adopsi nyata di lapangan, bukan cuma masalah scaling teoritis,”

Para builder Argentina tidak tertarik bicara filosofi uang; mereka ingin menyelesaikan masalah yang mereka hadapi setiap hari.

Lin memaparkan:

“Para builder Argentina mengangkat isu tentang inflasi, kontrol modal, sampai butuh sistem settlement yang cepat dan selalu bisa diandalkan di ekonomi yang volatile.”

Diskusi ini memperluas peran exchange seharusnya, mendorong terciptanya “ekosistem AI yang bisa menjawab keterbatasan lokal maupun tantangan besar, seperti fragmentasi compliance, likuiditas lintas negara, dan onboarding mobile-first.”

Apa yang Sebenarnya Sedang Dibangun? Infrastruktur Lebih Penting dari Hype

Meninggalkan soal filosofi dan geografi, kita harus bertanya: di mana para builder betul-betul melakukan deploy kode?

Ivan Machena, Chief Communication Officer di 8lends, memberikan gambaran realistis. Era “ghost chains”, blockchain yang memiliki valuasi tinggi tapi tanpa pengguna, sudah berakhir. Sekarang, fokusnya beralih ke ekosistem yang benar-benar menopang produk nyata.

“Kalau melihat percakapan industri yang berkembang sekitar Devconnect,” papar Machena, “ada beberapa proyek layer-2 dan application-layer yang tetap menarik minat builder.”

Dari sisi konsumen, Machena menyoroti Base. Ia sering disebut berkat “pertumbuhan pesat dan infrastruktur onboarding yang lancar,” sehingga kini menjadi gerbang utama untuk pengguna ritel. Untuk segmen DeFi, Arbitrum masih menjadi “pilihan utama karena ekosistemnya matang dan komposisinya mudah,” sedangkan Polygon tetap andalan tim-tim yang mencari keseimbangan.

namun, Machena melihat ada perpindahan menuju teknologi yang lebih maju.

“Kini semakin banyak perhatian ke solusi berbasis zk seperti zkSync dan StarkNet, terutama dari tim yang membangun produk-produk yang lebih menantang secara teknis atau bersifat jangka panjang. Tren utamanya jelas: Diskusi di Devconnect sekarang mengarah ke L2 yang sudah mendukung produk nyata, bukan sekadar konsep eksperimental.”

Arthur Firstov menambahkan satu sisi lagi dalam peta adopsi ini dengan mengarahkan perhatian ke sektor privasi dan “agent-native”. Ia mengidentifikasi Aztec sebagai ekosistem yang “sangat diperhatikan karena mengutamakan privasi, di mana produk bisa ‘privat secara default, namun transparan secara selektif sesuai kebutuhan'”.

Yang terpenting, Firstov menyoroti Privacy Pools sebagai jembatan antara semangat cypherpunk dan realitas institusi. Proyek ini muncul sebagai “solusi yang paham compliance… ‘jawaban praktis tentang bagaimana privasi harus berjalan agar regulator dan investor besar bisa nyaman'”.

Lebih jauh lagi, dunia fisik kini mulai masuk ke dalam chain. Firstov mencatat tren tim-tim yang membangun layanan storage dan compute ala DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks), dibayar pakai stablecoin, “bertujuan supaya kripto terasa layaknya API cloud tradisional.”

Outlook 2026: Dari Kasino ke Katedral

Setelah para peserta Devconnect 2025 bubar dari Buenos Aires dan kembali ke berbagai penjuru dunia, suasana terasa jelas berbeda. Industri ini makin dewasa. Budaya acara ini yang berupa sesi kecil, teknis, dan dipimpin komunitas, bukan acara besar yang penuh promosi, mulai membentuk narasi untuk tahun depan.

Arthur Firstov memperkirakan bakal ada perubahan mendasar dalam cara kita menceritakan perkembangan industri aset kripto:

“Nantikan narasi tahun 2026 yang menggambarkan pergeseran ini, seperti ‘cerita infrastruktur, bukan cerita kasino’, ‘stablecoin sebagai antarmuka utama dunia kripto’, dan privasi sebagai kebutuhan dasar.”

Ini adalah gambaran dunia di mana kripto tidak lagi identik dengan judi, melainkan menjadi sistem infrastruktur kuat yang mendukung keuangan global secara diam-diam. Pertanyaannya sekarang bukan lagi soal harga token. Seperti yang disampaikan Firstov, pertanyaan penting yang muncul adalah: “Integrasi Web2–Web3 mana yang benar-benar akan jadi kenyataan dan membawa dampak untuk pengguna sungguhan?”

Vivien Lin juga sependapat, dan melihat masa depan akan berada pada ekosistem yang saling terhubung, bukan di taman tertutup.

“Hal itu memperkuat pandangan bahwa masa depan trading kripto akan fokus pada ekosistem terlebih dulu. Prinsip ini mendorong industri menuju ekosistem trading yang interoperable dan didukung AI, di mana likuiditas, identitas, eksekusi, dan automasi strategi akan makin terintegrasi saat kita bergerak menuju 2026.”

Buenos Aires menjadi ujian batin untuk dunia aset kripto. Industri ini berhasil melewati ujian, bukan dengan memberi jawaban yang mudah, melainkan akhirnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit yang tepat. Kita pulang dengan lebih sedikit ilusi, tapi punya alat yang lebih baik. “Cerita Kasino” sudah berakhir; “Cerita Infrastruktur” baru saja dimulai. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, terasa seperti kita sedang membangun sesuatu yang benar-benar bertahan lama.

  •  

Devconnect 2025: Privacy, Stablecoins, and the Next Wave of Infrastructure

Buenos Aires has a distinct frequency. It is a city where European grandeur collides with Latin American intensity, a place where economic theory is not an abstract concept discussed in ivory towers, but a visceral, daily struggle for preservation. It is, therefore, no accident that this metropolis was chosen to host Devconnect 2025. The backdrop of Argentina, a country synonymous with both monetary volatility and grassroots crypto adoption, provided the perfect stage for an industry that is finally growing up.

If previous years in the crypto cycle were defined by noise, spectacle, and the blinding lights of speculative mania, reminiscent of a Las Vegas casino floor, Buenos Aires offered a stark, sobering contrast. The air didn’t smell of “easy money” and vaporware; it smelled of strong coffee and serious engineering. Here, the narrative shifted. We are no longer building toys for the bored and wealthy; we are building infrastructure for a world that is cracking at the seams.

To navigate this profound shift, we enlisted the insights of key industry architects: Arthur Firstov (Mercuryo CBO), who focused on the privacy mandate; Vivien Lin (BingX CPO), who detailed the integration of AI into trading ecosystems; and Ivan Machena (8lends CCO), who provided a vital assessment of the layer-2 adoption landscape.

Through extensive back-channel conversations with these leaders, a clear picture emerges. We are entering a new epoch. This is the story of how privacy became a mandate, how Artificial Intelligence is demanding a seat at the financial table, and how global diversity finally shattered the myth of the “archetypal user.”

The Privacy Mandate, From Feature to Foundation

The most potent message from Buenos Aires was not broadcast via fireworks or celebrity endorsements. It was whispered in the dense fabric of technical workshops and crowded hacker houses. The message is simple: transparency is a feature, but total exposure is a flaw.

In Bangkok, at previous gatherings, privacy was merely a “track”, a side room visited by cypherpunks and idealists. In Buenos Aires, it was the main event. The industry has collectively realized that without privacy, there is no mass adoption, only mass surveillance.

Arthur Firstov, the Chief Business Officer of Mercuryo, captured this paradigm shift perfectly. Reflecting on the dominant research areas of the event, Firstov noted a distinct change in temperature.

“Privacy was the defining theme,” Firstov asserts, before continuing:

“Compared to Bangkok, where privacy was just one important track, Buenos Aires elevated it to the main stage.”

His observation aligns with a sentiment that permeated every venue of the conference. A phrase began circulating around the co-working spaces and lecture halls, becoming the unofficial motto of Devconnect 2025:

“If your wallet is not privacy-preserving by design, it is legacy.”

This is not a technological fad, it is a response to an increasingly transparent world where financial data is weaponized. Firstov highlights that the tone was set from the top, with Vitalik Buterin offering a “full walkthrough of his personal privacy stack, from OS and mobile devices to private RPC.”

But the crucial evolution lies in how this technology is now being packaged. It is no longer about command-line interfaces for the elite; it is about invisibility.

Firstov explains:

“Builders focused on stealth addresses, smart AA [Account Abstraction] patterns, selective disclosures, and ‘creating better defaults so users do not even notice how much complexity is being handled beneath the surface.”

This “invisibility” is the holy grail. The user does not want to understand zero-knowledge proofs; they simply want to know their bank balance isn’t public property.

Alongside this push for privacy, Firstov identified a pragmatic evolution in DeFi: the rise of “preconfirmations for instant-feeling stablecoin payments” and new yield surfaces that offer “simple, ‘money-market style’ experiences without going full degen.” The industry is moving away from 10,000% APY Ponzi schemes toward boring, reliable, private finance.

The “Black Box” Controversy, Who Do We Trust?

However, no revolution is without its internal schisms. While the consensus on the need for privacy was absolute, the method of achieving it sparked the most heated technical debates of the week. The eye of the storm was the reliance on Trusted Execution Environments (TEEs), hardware-based secure enclaves.

Is the future of privacy found in cryptographic math or in silicon manufacturing?

Firstov describes this division as the “most unexpected or controversial technical debate” of the event. On one side stood the pragmatists. He notes:

“One camp argued that TEEs are ‘practically necessary for high-throughput, low-latency, and private computation’, particularly for private settlement, derivatives strategies, and agent-based execution.”

The argument is compelling: if we want Wall Street speeds on the blockchain, math alone might be too slow. We need hardware acceleration.

But the opposition was loud, principled, and deeply skeptical. Firstov relays their warning: “If the trust model becomes ‘trust this black-box server in a data center,’ then crypto is not improving much over traditional finance.”

If we simply replace a bank’s server with Intel’s SGX enclave, have we actually decentralized anything?

This led to an unresolved meta-question that will likely define research priorities for the rest of the decade:

“How much of the world’s stablecoin and payment rails are we comfortable running on opaque hardware… and what does ‘trust-minimized enough’ actually mean in that context?”

The Rise of the Machines: AI as the New Financial Architect

While cryptographers sparred over hardware trust, another titan was quietly integrating itself into the crypto stack: Artificial Intelligence. Devconnect 2025 wasn’t just about the ledger; it was about the inevitable marriage of the decentralized database and the autonomous brain.

Vivien Lin, Chief Product Officer and Head of BingX Labs, brought a perspective from the front lines of centralized exchanges (CEXs), which are rapidly morphing into something far more complex. For her, the primary theme was undeniable.

Lin says:

“The primary theme for me was the integration of AI into exchange infrastructure and the realization that exchanges are evolving into full financial ecosystems, not just trading applications.”

She paints a picture of a future where AI acts as the connective tissue of finance.

“Builders were focused on how AI can unify trading, custody, payments, risk management, and user intelligence into a single ‘super app’ experience.”

However, much like the TEE debate in the privacy sector, the integration of AI brings its own security paradox. How do you trust an AI with your life savings? Lin notes a strong push toward “secure, verifiable systems, including privacy-preserving compute and on-chain proofs, that ensure AI-driven features don’t compromise user data or fund safety.”

The goal is to create ecosystems that are “both intelligent and deeply secure, giving users more automation and context without sacrificing trust.” But the most fascinating friction point, according to Lin, wasn’t about capability, it was about autonomy.

“The major friction point was how much autonomy AI agents should have in trading environments,” Lin explains. The debate split the room.

She adds:

“Some developers argued that agents should manage liquidity, rebalance portfolios, or place orders without human oversight. Others warned that giving AI unrestricted access to execution layers could create systemic risk.”

The core disagreement touches on the very nature of human agency in markets: “Should AI be a co-pilot for traders or a fully autonomous participant in market structure?” In Buenos Aires, the consensus seemed to be shifting toward autonomy, provided the guardrails of cryptography are strong enough to hold it.

Geography is Destiny, Lessons from the Global South

Perhaps the most transformative aspect of Devconnect 2025 was the location itself. Hosting this event in Argentina forced the global developer community to touch grass. While Silicon Valley developers obsess over optimizing code for milliseconds, the people of Buenos Aires obsess over preserving the value of their labor against inflation.

Arthur Firstov observed how this radical diversity shifted the conversation from theoretical scaling to survival tools. “Devconnect brought radically different user priorities into the same room,” he says.

“Latin American teams highlighted everyday use cases such as ‘wallets on low-cost smartphones’ and rent or payroll paid in stablecoins,” Firstov notes, further adding:

“Contrast this with the Asian and US infrastructure teams, who remained focused on “perpetual futures, routing, MEV, and latency.”

This collision of worlds forced a synthesis. The conversation moved away from simple “Transactions Per Second” (TPS) bragging rights toward UX and practical deployment. Firstov lists the questions that actually matter now:

“How can smart wallets hide complexity so users feel like they are using a normal fintech app? How do we support both ‘high-frequency trading flows and monthly salary payments’ without compromising trust or security?”

The biggest realization? “There is no single archetypal user in crypto.”

Vivien Lin echoes this sentiment, noting how the Argentine presence grounded the high-flying technical debates.

“The diversity of developers, especially strong representation from Argentina, shifted the discussion toward real adoption challenges on the ground, not just theoretical scaling.”

Argentine builders didn’t want to talk about the philosophy of money; they wanted to solve immediate problems.

Lin explains:

“Argentine builders raised issues around inflation, capital controls, and the need for fast settlement rails that work reliably in volatile economies.”

This expanded the scope of what an exchange should be, pushing for “AI-powered ecosystems that address both local constraints and broader challenges such as compliance fragmentation, cross-border liquidity, and mobile-first onboarding.”

What is Actually Being Built? Infrastructure Over Hype

Stepping away from the philosophical and geographical, we must ask: where are the builders actually deploying code?

Ivan Machena, Chief Communication Officer at 8lends, provides a sober look at the landscape. The era of “ghost chains”, blockchains with high valuations but no users, is ending. The focus is now on ecosystems that support real products.

“Looking at the broader industry conversations happening around Devconnect,” Machena observes, “several layer-2 and application-layer projects continue to attract strong builder interest.”

On the consumer front, Machena highlights Base. It is frequently cited for its “rapid growth and smooth onboarding infrastructure,” effectively becoming the gateway for the retail user. In the DeFi segment, Arbitrum retains its crown as the “preferred choice thanks to its mature ecosystem and composability,” while Polygon remains a staple for teams seeking balance.

However, Machena notes a migration toward the technically superior.

“There is also increasing attention toward zk-based solutions such as zkSync and StarkNet, especially from teams building more technically demanding or long-term products. The trend is clear: Discussions around Devconnect points toward L2s that already support real products, not just experimental concepts.”

Arthur Firstov adds another layer to this adoption map, pointing toward the privacy and “agent-native” sectors. He identifies Aztec as drawing “serious attention as a privacy-first environment where products can be ‘private by default, selectively transparent where necessary’.”

Crucially, Firstov highlights Privacy Pools as the bridge between the cypherpunk ethos and institutional reality. It emerged as a “compliance-aware solution… a ‘practical answer to what privacy looks like when regulators and serious capital must be comfortable with it’.”

Furthermore, the physical world is coming on-chain. Firstov notes a trend of teams building DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) style storage and compute services, paid for in stablecoins, “aiming to make crypto feel like traditional cloud APIs.”

Outlook 2026: From Casino to Cathedral

As the attendees of Devconnect 2025 disperse from Buenos Aires, returning to their respective corners of the globe, the mood is undeniably different. The industry is maturing. The cultural ethos of the event, small, technical, community-led sessions rather than massive marketing spectacles is shaping the narrative for the coming year.

Arthur Firstov predicts a fundamental pivot in how we tell the story of crypto:

“Expect 2026 narratives to reflect that shift,  ‘infrastructure story instead of casino story,’ ‘stablecoins as the front end of crypto,’ and privacy as table stakes.”

This is a vision of a world where crypto ceases to be a synonym for gambling and becomes the invisible, robust plumbing of the global financial system. The questions are no longer about token prices. As Firstov puts it, the growing question is: “Which Web2–Web3 integrations will actually ship and move the needle on real users?”

Vivien Lin agrees, seeing the future in interconnected ecosystems rather than walled gardens.

“It reinforced the view that the future of crypto trading will be ecosystem-first. This ethos pushes the industry toward interoperable, AI-powered trading ecosystems where liquidity, identity, execution, and strategy automation become increasingly unified as we move into 2026.”

Buenos Aires was a stress test for the soul of crypto. The industry passed, not by offering easy answers, but by finally asking the right, difficult questions. We leave with fewer illusions, but with better tools. The “Casino Story” is dead; the “Infrastructure Story” has begun. And for the first time in a long time, it feels like we are building something that will last.

The post Devconnect 2025: Privacy, Stablecoins, and the Next Wave of Infrastructure appeared first on BeInCrypto.

  •  

Bagaimana Industri Crypto Mengubah Aturan Penitipan, Identitas, dan Pertahanan di Era Ancaman Otomatis.

Selama hampir satu dekade, prinsip keamanan aset kripto diringkas dalam satu mantra yang menakutkan namun sederhana: “Bukan kunci Anda, bukan koin Anda.” Ini adalah seruan menuju kedaulatan individu, mengharuskan individu untuk menjaga keamanan bak bank. Namun saat kita memasuki tahun 2025 dan seterusnya, narasi ini mulai berubah.

Gambar serigala tunggal yang menjaga secarik kertas berisi 24 kata tidak lagi menjadi simbol definitif dari keamanan kripto.

Sekarang, industri ini menghadapi realitas yang jauh lebih kompleks. Kita memasuki era di mana Artificial Intelligence merancang email phishing yang tak bisa dibedakan dari kenyataan, saat uang institusional membutuhkan solusi kustodian yang cair namun tak tertembus, dan saat identitas on-chain kita menjadi sama berharganya dengan aset yang mereka miliki.

Untuk memahami pergeseran ini, kami berbicara dengan panel pemimpin industri yang beragam yang sedang membangun benteng digital baru ini: Arthur Firstov, CBO Mercuryo; Federico Variola, CEO Phemex; Vivien Lin, Chief Product Officer dan Kepala BingX Labs; Lucien Bourdon, Analis Bitcoin di Trezor; Vugar Usi Zade, Chief Operations Officer (COO) Bitget dan Bernie Blume, Pendiri dan CEO Xandeum Labs.

Bersama, wawasan mereka memberikan gambaran tentang ekosistem keuangan yang bergerak jauh dari pertahanan statis menuju arsitektur kepercayaan yang dinamis, berjenjang, dan cerdas.

Elemen Manusia: Titik Lemah yang Tak Berubah

Meski telah hadirnya Account Abstraction (ERC-4337) dan autentikasi biometrik, akar dari kebanyakan pelanggaran keamanan tetaplah manusia. Mekanisme “seed phrase,” kunci utama kekayaan digital seseorang, baik merupakan fitur maupun celah. Ini memberikan kontrol penuh, tapi menuntut kesempurnaan total dari penggunanya.

Lanskap ancaman, bagaimanapun, telah berevolusi. Kita tidak hanya berurusan dengan “pangeran” Nigeria yang mengirim email dengan ejaan buruk. Kita menghadapi rekayasa sosial yang ditingkatkan AI.

Lucien Bourdon, Analis Bitcoin di pionir hardware wallet Trezor, berargumen bahwa sementara alat-alat penyerang telah menjadi lebih canggih, strategi pertahanan harus tetap sangat sederhana. Kompleksitas serangan berbasis AI sering mengalihkan perhatian pengguna dari aturan dasar penyimpanan dingin.

“Pendidikan adalah pertahanan paling penting,” tegas Bourdon, menambahkan:

“Penipuan ini datang dalam setiap bentuk, jadi daripada mengejar serangan spesifik, kami berfokus pada prinsip inti: jangan pernah memasukkan kata-kata seed Anda pada perangkat yang terkoneksi. Bukan ponsel, bukan komputer, meskipun aplikasi tampak sah.”

Ini menyoroti ketegangan kritis di pasar. Sementara pengembang berlomba untuk membangun wallet “pintar” yang dapat memulihkan kunci yang hilang melalui penjaga sosial, sektor hardware fokus pada isolasi.

Bourdon menjelaskan bahwa Trezor berinvestasi besar dalam pendidikan untuk memecahkan misteri “seed phrase,” namun premisnya jelas: di dunia di mana AI bisa memalsukan panggilan video dari CEO Anda atau pesan dukungan dari exchange Anda, satu-satunya data yang aman adalah data yang tidak pernah menyentuh internet.

Perlombaan Senjata AI: Pertahanan di Level Exchange

Jika pengguna individu adalah garis pertahanan pertama, exchange adalah bentengnya. Namun ekschange hari ini tidak hanya menjaga dari hacker yang mencoba menjebol brankas; mereka juga menjaga dari manipulator pasar dan sindikat otomatis.

Vivien Lin, CPO di BingX, melihat AI sebagai pedang bermata dua yang harus digunakan dengan bijaksana oleh exchange. Integrasi AI ke dalam keuangan bukan hanya tentang bot perdagangan; ini tentang keseimbangan yang tepat dan integrasi yang bijaksana.

“AI memungkinkan exchange untuk mengidentifikasi pola, memonitor perilaku perdagangan yang tidak biasa, dan mendeteksi kerentanan sebelum menjadi ancaman nyata. Di BingX, kami melihat AI bukan sebagai perisai tetapi sebagai sistem peringatan dini yang membantu kami tetap proaktif.”

— Vivien Lin, CPO di BingX

Kemampuan “peringatan dini” ini sangat penting di pasar yang beroperasi 24/7. Tim keamanan manusia tidak bisa memantau jutaan transaksi per detik untuk anomali halus yang mengawal sebuah eksploitasi. Namun, pengenalan AI ke dalam tumpukan keamanan menimbulkan pertanyaan tentang kepercayaan. Jika sebuah algoritma membekukan dana Anda karena “memprediksi” ancaman, apakah itu keamanan atau kebablasan?

Lin menekankan bahwa solusinya ada pada keseimbangan antara otomatisasi dan pengawasan manusia. “Otomatisasi membawa kecepatan dan presisi, tapi kepercayaan tetap datang dari transparansi,” katanya. “Pengguna harus memahami bagaimana AI digunakan… AI harus meningkatkan kepercayaan, bukan menciptakan ketergantungan.”

Masa depan keamanan exchange, oleh karena itu, bukanlah kotak hitam. Ini adalah model hybrid di mana AI menangani kecepatan ancaman, namun manusia merancang etika dalam respon.

The Financial Firewall: Ketika Kode Tidak Cukup

Sementara AI menyediakan perisai digital, Vugar Usi, COO Bitget, berargumen bahwa lapisan keamanan ultimatif adalah finansial, bukan hanya digital. Dalam industri yang sering dilanda “black swan event,” mengandalkan perangkat lunak saja untuk menangkap pelaku buruk tidaklah cukup. Exchange harus cukup solvable untuk menyerap goncangan jika tembok teknologinya ditembus.

“Kita tidak bisa mengandalkan kode saja untuk selalu sempurna. Itu adalah ketidakmungkinan statistik. Keamanan nyata berarti memiliki jaring pengaman finansial yang dapat diverifikasi. Inilah mengapa industri bergerak menuju Protection Funds yang transparan. Jika tembok teknis ditembus, pengguna harus tetap dipulihkan.”

— Vugar Usi, COO di Bitget

Usi menunjukkan bahwa era perbankan “percaya saja” sudah berakhir. Standar baru menggabungkan pertahanan AI aktif dengan asuransi pasif yang dapat diverifikasi on-chain.

“Proof of Reserves adalah baseline, tetapi Proof of Protection adalah masa depan,” tambah Usi. “Pengguna tidak hanya harus mempercayai kami; mereka harus dapat memverifikasi solvabilitas kami secara real-time. Kita bergerak dari era ketertutupan ke era di mana kemampuan exchange untuk menutup kerugian menjadi sama terlihatnya dengan blockchain itu sendiri.”

Masa depan keamanan exchange, oleh karena itu, bukanlah kotak hitam. Ini adalah model hybrid di mana AI menangani kecepatan ancaman (BingX), namun cadangan modal yang transparan menjadi jaring pengaman ultima (Bitget).

Dilema Institusional: Melampaui Cold Storage

Sementara individu khawatir tentang phishing dan exchange khawatir tentang pengenalan pola, institusi menghadapi masalah yang sama sekali berbeda: Likuiditas vs. Keamanan.

Selama bertahun-tahun, standar emas untuk kustodi institusional adalah cold storage yang sederhana dan mendalam. Anda membuat kunci secara offline, menyimpannya di bunker (secara harfiah, kadang-kadang), dan memerlukan beberapa orang untuk menandatangani transaksi secara fisik. Ini aman, tapi lambat. Di pasar di mana peluang arbitrase menghilang dalam milidetik, menunggu 24 jam untuk memindahkan dana dari cold storage bukanlah pilihan.

Sebaliknya, Multi-Party Computation (MPC), di mana “pecahan” kunci pribadi dibagi di antara server yang berbeda, menawarkan kecepatan tetapi historisnya dianggap kurang aman dibandingkan penyimpanan benar-benar terisolasi.

Arthur Firstov, CBO dari Mercuryo, percaya bahwa industri akhirnya bergerak melewati pilihan biner ini.

“Jawaban singkatnya: tidak ada model yang menang dengan sendirinya — masa depan adalah kustodi bertingkat,” tutur Firstov.

Firstov menjelaskan arsitektur canggih yang mencerminkan logistik perbankan tradisional tapi memanfaatkan primitif kriptografi. Dia membedakan antara kebutuhan manajer aset statis (seperti Grayscale) dan firma perdagangan aktif, dengan memungkinkan transfer real-time tanpa melepaskan kendali atas kunci pribadi.

“Cold storage masih memberikan jaminan tertinggi untuk cadangan jangka panjang dan offline… Ini ideal untuk AUM statis, tapi tidak mungkin untuk otomatisasi. Kustodi MPC, yang dipelopori oleh Fireblocks, Copper ClearLoop, dan Coinbase Prime, memecahkan masalah ini untuk dana aktif.”

— Arthur Firstov, CBO di Mercuryo

Namun inovasi nyata, menurut Firstov, adalah munculnya Kustodi Programable Bertingkat yang akhirnya membuat kemandirian penyimpanan kompatibel dengan otomatisasi dan operasi frekuensi tinggi, sehingga akan selalu berada di batas luar dari setiap tumpukan kustodi modern.

  1. Lapisan Panas: Akun pintar berbasis MPC menangani eksekusi real-time dan routing lintas tempat.
  2. Lapisan Hangat: Lingkungan yang diawasi kebijakan menyimpan likuiditas operasional. Firstov mengarahkan pada “model Privy Stripe” sebagai contoh, di mana berbagi wallet terenkripsi memungkinkan penggunaan di bawah batasan kepatuhan yang ketat.
  3. Lapisan Dingin: Lemari besi perangkat keras offline tradisional untuk cadangan jangka panjang.

“Inovasi nyata bukan hanya kustodi — itu adalah tata kelola programable atas kustodi,” tutup Firstov. “Keamanan menjadi kode, bukan upacara.”

Pergeseran ini memungkinkan institusi untuk menetapkan aturan—seperti “tidak ada transfer lebih dari US$1M tanpa tiga persetujuan” atau “izinkan perdagangan otomatis hanya di DEX yang masuk daftar putih ini”—langsung ke infrastruktur kustodi, mengubah kemandirian penyimpanan dari workflow manual menjadi sistem operasi siap-otomatisasi.

The Glass House: Privasi dan Biaya Identitas

Saat kita mengamankan dana melalui perangkat keras dan kustodi programable, kita menghadapi hambatan terakhir, mungkin yang paling filosofis: Identitas.

Blockchain adalah buku besar yang transparan. Setiap transaksi terlihat. Untuk individu dan institusi kaya (“whale”), transparansi ini adalah risiko keamanan. Jika dunia mengetahui alamat wallet Anda, mereka bisa mendahului perdagangan Anda, menargetkan Anda untuk serangan dusting, atau memeras Anda secara fisik.

Federico Variola, CEO Phemex, mengakui bahwa impian privasi total pada buku besar publik semakin memudar, tapi ia menyarankan ini mungkin merupakan kompromi yang diperlukan untuk pasar yang matang.

“Tidak ada cara untuk benar-benar menghindari pengorbanan beberapa tingkat privasi pengguna saat melakukan transaksi sering di buku besar publik,” ucap Variola. Dia menunjukkan platform seperti Hyperliquid, di mana trader besar pada dasarnya adalah figur publik.

Namun, Variola menawarkan pandangan yang berlawanan: Exchanges Terpusat (CEXs) saat ini bertindak sebagai lapisan privasi industri. Dia berkata:

“Exchanges terpusat… bertindak hampir seperti kotak hitam: setelah dana dipindahkan masuk dan kemudian ditarik, jejak di chain secara efektif direset.”

Tapi mengandalkan CEXs untuk privasi adalah solusi sementara. Solusi jangka panjang terletak pada inovasi kriptografi—khususnya pembuktian Zero-Knowledge (ZK) dan kredensial yang dapat diverifikasi. Variola melihat masa depan di mana “Membangun identitas on-chain yang kredibel dan dapat diverifikasi memungkinkan pengguna mengakses kesempatan berkualitas lebih tinggi… sambil tetap mempertahankan kontrol yang berarti atas seberapa banyak aktivitas mereka yang ingin mereka ungkapkan.”

Konsep “Identitas yang Dapat Diverifikasi” ini memungkinkan pengguna untuk membuktikan bahwa mereka layak kredit atau patuh KYC tanpa mengungkapkan seluruh riwayat transaksi mereka kepada publik.

Keterbatasan Data

Namun, ada hambatan teknis untuk visi identitas terdesentralisasi ini. Untuk memiliki “reputasi” on-chain, Anda memerlukan sejarah. Anda memerlukan data. Saat ini, menyimpan sejumlah besar data historis pada blockchain berperforma tinggi (seperti Solana) sangat mahal.

Bernie Blume, Pendiri dan CEO dari Xandeum Labs, mengidentifikasi ini sebagai mata rantai yang hilang:

“Identitas terdesentralisasi memerlukan banyak data historis terdesentralisasi, yang kemudian dapat diagregasikan menjadi skor. Hari ini, data historis tersebut hanya bisa berada di luar chain, yang membuat semuanya kembali terpusat.”

Blume berpendapat bahwa agar “Usia Reputasi” kripto dimulai, kita memerlukan terobosan dalam skala penyimpanan. Jika skor kredit Anda bergantung pada data yang disimpan di server AWS terpusat, Anda belum menyelesaikan masalahnya.

Solusi teknologi seperti Xandeum bertujuan untuk menyediakan lapisan penyimpanan on-chain yang dapat diukur yang memungkinkan data identitas ini hidup berdampingan dengan transaksi keuangan, tidak bisa diubah dan terdesentralisasi.

Kesimpulan: Pertahanan Berlapis

Ketika kita melihat ke arah pasar bull berikutnya dan adopsi massal yang mungkin mengikuti, konsep “menyimpan uang” telah berubah secara fundamental.

Bukan hanya tentang pelat baja yang dikubur di taman. Ini adalah sistem bertingkat.

  • Untuk individu, ini tetap merupakan pertarungan disiplin, menggunakan hardware wallet dan menolak godaan rekayasa sosial yang ditingkatkan AI.
  • Untuk exchange, ini adalah perang algoritma, menggunakan AI untuk mendeteksi ancaman sebelum mereka muncul.
  • Untuk institusi, ini tentang tata kelola programable, menggunakan kode untuk mengelola aliran dana antara keadaan panas, hangat, dan dingin.
  • Dan untuk ekosistem, ini tentang menyelesaikan paradoks identitas, meningkatkan kapasitas penyimpanan dan teknologi privasi agar kita bisa membuktikan siapa kita tanpa mengekspos semuanya yang kita miliki.

  •  

Landscape of Prediction Markets: Centralization vs. Permissionless Protocols

Prediction markets, once niche experiments, have evolved into significant financial instruments. These platforms, where participants trade on the outcomes of future events, have attracted significant attention due to their demonstrated ability to be more accurate than traditional polls and commentators, particularly concerning critical political and economic results. Their rise is further fueled by the desire for individuals to leverage their knowledge for profit and a broader cultural obsession with real-time data and future outcomes, leading to hundreds of millions, and sometimes billions, of dollars flowing through these markets weekly.

The industry’s success has validated a multi-billion dollar demand. The current environment is primarily shaped by a duopoly, Kalshi and Polymarket. These two platforms, while seemingly in direct competition, represent two different approaches to the same market. Kalshi is positioned as a regulated exchange, while Polymarket is the leading decentralized, crypto-native marketplace. A new contender, Rain, has recently emerged, built with a distinctly different, permissionless architecture aimed at addressing the structural limitations of the incumbents.

This comparison examines these three notable platforms, Kalshi, Polymarket, and Rain, focusing on four core areas: scalability and liquidity, outcome resolution and trust, user experience and accessibility, and the fundamental tension between decentralization and centralization.

The Central Constraint: Market Creation Liquidity

While the prediction market industry often focuses on metrics like trading volume and active users, the true barrier to massive growth is a structural bottleneck known as “Market-Creation Liquidity”. This refers to the speed, cost, and accessibility for any user to create a new, tradable market. The current dominant models Kalshi and Polymarket operate under a “publisher” model, acting as gatekeepers, which limits their ability to fully scale.

Kalshi: The Regulatory Bottleneck

Kalshi’s market position is defined by its compliance-first approach. As a centralized, US-based platform, it is fully regulated by the CFTC as a Designated Contract Market. This regulatory clarity grants it access to traditional financial institutions, institutional hedgers, and fiat-based retail users who prioritize certainty.

However, this regulatory framework imposes a “Regulatory Bottleneck”. The process for listing new market types is a protracted legal function, not merely an engineering one, because its model is fundamentally permissioned by regulators. A notable example is the CFTC’s initial denial of Kalshi’s proposal for election-based contracts, deeming them “gaming,” which led to an expensive lawsuit against its own regulator to eventually list the markets.

As a result, Kalshi is structurally limited to listing a small number of high-volume, mass-market events, the “head” of the demand curve. Its focus is restricted to markets lucrative enough to justify the immense legal and lobbying costs, such as major sports or economic data. The platform’s growth is demonstrably throttled by the pace of the court system, as it navigates ongoing legal battles over its sports contracts in various U.S. states. Its Market-Creation Liquidity is near-zero, as it is permissioned by law.

Polymarket: The Human Bottleneck

Polymarket, representing the decentralized ethos, is the world’s largest crypto-native prediction market. It is known for on-chain transparency, self-custody of funds, and generating massive volume on political, cultural, and crypto events.

Despite its decentralized branding and on-chain mechanics, Polymarket is architecturally a “permissioned service,” not a fully permissionless protocol. Its official documentation confirms that markets are created by its internal team with community input, revealing a “Human Bottleneck”. Its success hinges on its editorial judgment, operating more like a media company.

This model is inherently unscalable; scaling the number of markets requires a proportionate scaling of its curation staff. While impressive volume (38,270 new markets in a peak month) is generated by a centralized team, it is a statistical fraction of the potential of a truly user-generated, permissionless system. Polymarket’s Market-Creation Liquidity is considered low and curated, as it is permissioned by a team.

Rain: The Permissionless Platform Approach

Rain, built with scalability in mind via an automated market-maker (AMM) design and cross-chain primitives , is a newer protocol designed explicitly to solve the “Market-Creation Liquidity Crisis”. Its architecture represents a shift from a “publisher” to a true “platform” model.

Rain’s defining feature is the permissionless primitive: any user can create a market. This aims to capture the “Long Tail of Probability,” a concept where the aggregate value of millions of niche, low-demand products rivals the value of a few “hits”. While incumbents battle over the “head” (e.g., presidential elections, major sports), Rain targets the near-infinite universe of niche events that matter to specific communities or businesses, such as project deadlines, GitHub issues, or internal DAO votes. The platform’s value is intended to be derived from the aggregate trading volume of millions of niche markets that are impossible to create on incumbent platforms.

This architecture also introduces two distinct market types: Public Markets (visible to all) and Private Markets (requiring a code to enter). This Private Market capability is positioned as a new product category, transforming prediction markets into an active, corporate coordination tool. For example, a CEO could create a private, financially-backed incentive market for an engineering team’s product shipment deadline, a B2B market that Kalshi and Polymarket are unable to service.

Trust and Outcome Resolution

Outcome resolution, the mechanism for determining a real-world result, is the most critical trust variable for prediction markets.

Centralized Adjudication (Kalshi)

Kalshi relies on traditional, centralized adjudication, consistent with exchange rules and regulatory oversight. Its internal team, bound by CFTC rules, acts as the “centralized arbiter” or oracle. This approach offers clarity, speed, and legal recourse for users.

The primary risk, however, is a catastrophic “single point of failure”. Power over the final say rests with the operator and its regulatory counterparties. This is not merely a technical risk but an existential political one, as the platform’s authority is delegated by the CFTC and could be revoked by a new political administration or court ruling, potentially freezing capital. For institutional users, this trade-off is often acceptable, but for others, it raises fears of centralized entity abuse. Furthermore, this human-in-the-loop model reinforces the platform’s constraints and is unscalable for the “long tail” of markets.

Decentralized Oracles (Polymarket)

Polymarket leverages blockchain transparency, decentralized oracles, and dispute protocols to make outcomes auditable. Its core resolution mechanism relies on UMA’s Optimistic Oracle, a “trust-by-default” model where an answer is proposed and assumed true unless disputed. This system reduces opacity but requires robust oracle design and has been vulnerable to manipulation in low-liquidity scenarios.

A high-profile incident exposed a vulnerability where an attacker with a large holding of $UMA tokens successfully manipulated a governance vote to force a factually incorrect outcome. This incident revealed a conflict of interest where token-holders (voters) can also be market participants (bettors). In response, UMA’s transition to a new model involves abandoning permissionless resolution and creating a “whitelist of experienced proposers,” effectively re-centralizing the resolution mechanism. This move trades the governance attack vector for a new centralization and collusion risk.

The AI-Augmented Hybrid (Rain)

Rain’s model aims to marry transparency with speed by removing human gatekeepers. Its pitch for fair outcomes leverages AI for added transparency while maintaining decentralization. The system concentrates on automated, on-chain resolution augmented by algorithmic oracles, a consensus system of several AI models.

Rain’s multi-stage hybrid system is designed for both scalability and security.

  • Initial Resolution. For Public Markets, the creator or the AI Oracle can be chosen as the initial resolver. The AI Oracle is designed for low-cost, impartial, data-driven results. For Private Markets, the creator resolves the outcome (e.g., the CEO resolving their internal company market).
  • Dispute Mechanism. Following the initial resolution, a “Dispute Window” opens. Any participant can file a dispute by posting collateral, an economic stake that prevents abuse. An AI judge then investigates the dispute and can change the resolution. If the losing side escalates the dispute further, it is checked by “decentralized human oracles” for a final, binding decision.

This architecture provides a scalable, automated way to resolve the millions of public “long tail” markets via the AI oracle. The dispute system acts as an economically-incentivized backstop, similar to an optimistic system but with a robust, decentralized human backstop, rather than a token-vote that has been shown to be gameable.

Conclusion

The prediction market industry has been validated by the “Old Guard” of Kalshi and Polymarket, proving a multi-billion dollar demand while simultaneously exposing their structural ceilings. They function as services and publishers, constrained by legal and human gatekeepers, respectively. The 1000x growth opportunity in this sector will not be found in fighting over the same few “head” markets. Instead, it will be found in the permissionless innovation of the “Long Tail of Probability”. The real value lies not in forecasting the one presidential election, but in forecasting the ten million project deadlines, supply chain arrivals, and community votes that form the undiscovered “long tail” of our economy. Capturing this future requires a protocol built on three pillars: permissionless creation, scalable resolution via mechanisms like AI-augmented oracles, and long-tail-native features such as private markets. The evolution of this space marks a transition beyond being just another trading venue, it is the platformization of prediction itself.

The post Landscape of Prediction Markets: Centralization vs. Permissionless Protocols appeared first on BeInCrypto.

  •  

Lanskap Pasar Prediksi: Sentralisasi vs. Protokol Permissionless

Pasar prediksi, yang awalnya eksperimen nisbi, kini telah berkembang menjadi instrumen keuangan yang signifikan. Platform ini, di mana peserta berdagang berdasarkan hasil dari peristiwa yang akan datang, menarik perhatian besar karena kemampuannya yang telah terbukti lebih akurat dibanding jajak pendapat tradisional dan komentator, terutama untuk hasil politik dan ekonomi kritis. Kenaikan popularitas ini didorong oleh keinginan individu untuk memanfaatkan pengetahuan mereka demi keuntungan serta obsesinya budaya yang lebih luas terhadap data real-time dan hasil di masa depan, yang menyebabkan ratusan juta dan terkadang miliaran US$ mengalir melalui pasar ini setiap minggunya.

Keberhasilan industri ini telah memvalidasi permintaan multi-miliar US$. Lingkungan saat ini terutama dibentuk oleh duopoli, Kalshi dan Polymarket. Kedua platform ini, meskipun nampaknya bersaing langsung, mewakili dua pendekatan berbeda di pasar yang sama. Kalshi diposisikan sebagai exchange yang diatur, sementara Polymarket adalah marketplace terdesentralisasi dan native kripto terdepan. Seorang penantang baru, Rain, baru-baru ini muncul, dibentuk dengan arsitektur yang berbeda secara permissionless untuk mengatasi keterbatasan struktural dari pemain lama.

Perbandingan ini mengkaji tiga platform terkemuka ini, Kalshi, Polymarket, dan Rain, dengan fokus pada empat area inti: skalabilitas dan likuiditas, resolusi hasil dan kepercayaan, pengalaman pengguna dan aksesibilitas, serta ketegangan mendasar antara desentralisasi dan sentralisasi.

Kendala Sentral: Likuiditas Penciptaan Pasar

Sementara industri pasar prediksi sering kali berfokus pada metrik seperti volume perdagangan dan pengguna aktif, penghalang sebenarnya untuk pertumbuhan masif adalah kemacetan struktural yang dikenal sebagai “Market-Creation Liquidity”. Ini merujuk pada kecepatan, biaya, dan aksesibilitas bagi siapa pun untuk menciptakan pasar yang dapat diperdagangkan. Model dominan saat ini, Kalshi dan Polymarket, beroperasi di bawah model “penerbit”, bertindak sebagai penjaga gerbang, yang membatasi kemampuan mereka untuk sepenuhnya mengembangkan skala.

Kalshi: Hambatan Regulasi

Posisi pasar Kalshi didefinisikan oleh pendekatannya yang memprioritaskan kepatuhan. Sebagai platform sentralisasi berbasis di AS, ia sepenuhnya diatur oleh CFTC sebagai Pasar Kontrak Terdaftar. Kejelasan regulasi ini memberinya akses ke lembaga keuangan tradisional, pengaman kelembagaan, dan pengguna ritel berbasis fiat yang memprioritaskan kepastian.

Namun, kerangka regulasi ini memberlakukan “Kemacetan Regulasi”. Proses ini untuk mendata jenis pasar baru adalah fungsi hukum yang memakan waktu lama, bukan hanya masalah teknis, karena modelnya pada dasarnya memerlukan izin dari regulator. Contoh penting adalah penolakan awal CFTC terhadap proposal Kalshi untuk kontrak berbasis pemilu, menganggapnya sebagai “perjudian,” yang mengakibatkan gugatan yang mahal melawan regulatornya sendiri untuk akhirnya mendaftarkan pasar tersebut.

Akibatnya, Kalshi secara struktural dibatasi hanya dapat mendata sejumlah kecil acara pasar dengan volume tinggi yang berskala luas, yaitu “kepala” dari kurva permintaan. Fokusnya terbatas pada pasar yang cukup menguntungkan untuk membenarkan biaya hukum dan lobi yang besar, seperti olahraga utama atau data ekonomi. Pertumbuhan platform dibatasi secara signifikan oleh kecepatan sistem pengadilan, saat ia menavigasi pertarungan hukum yang sedang berlangsung mengenai kontrak olahraganya di berbagai negara bagian AS. Likuiditas Penciptaan Pasar (Market-Creation Liquidity) miliknya hampir nol, karena diatur oleh hukum.

Polymarket: Penghambat Manusia

Polymarket, yang mewakili jiwa desentralisasi, adalah pasar prediksi terbesar di dunia untuk native kripto. Dikenal dengan transparansi on-chain, pengelolaan dana sendiri, serta menghasilkan volume besar dalam acara politik, budaya, dan kripto.

Terlepas dari pencitraan desentralisasinya dan mekanisme on-chain, secara arsitektural Polymarket adalah “layanan berizin,” bukan protokol permissionless sepenuhnya. Dokumentasi resminya mengkonfirmasi bahwa pasar diciptakan oleh tim internalnya dengan masukan dari komunitas, yang mengungkapkan “Kemacetan Manusia”. Kesuksesannya bergantung pada penilaian editorialnya, yang beroperasi lebih seperti perusahaan media.

Model ini secara inheren tidak dapat diukur; menskalakan jumlah pasar memerlukan peningkatan proporsional dari staf kurasinya. Meski volume mengesankan (38.270 pasar baru dalam satu bulan puncak) dihasilkan oleh tim terpusat, ini hanyalah sebagian kecil dari potensi sistem yang benar-benar user-generated dan permissionless. Likuiditas Penciptaan Pasar (Market-Creation Liquidity) Polymarket dianggap rendah dan terkurasi, karena izin oleh tim.

Rain: Pendekatan Platform Permissionless

Rain, dibangun dengan fokus pada skalabilitas melalui desain automated market-maker (AMM) dan lintas chain, adalah protokol yang lebih baru dirancang khusus untuk memecahkan “Krisis Likuiditas Penciptaan Pasar”. Arsitekturnya mewakili pergeseran dari model “penerbit” ke model “platform” sejati.

Fitur utama Rain adalah struktur permissionless: siapa pun bisa membuat pasar. Ini bertujuan untuk menangkap “Ekor Panjang Probabilitas,” sebuah konsep di mana nilai agregat dari jutaan produk niche yang permintaannya rendah menandingi nilai dari beberapa “kesuksesan”. Sementara para pemain lama bersaing memperebutkan “kepala” (misalnya, pemilu presiden, olahraga besar), Rain menargetkan alam semesta hampir tak terbatas dari acara niche yang penting bagi komunitas atau bisnis tertentu, seperti tenggat waktu proyek, masalah GitHub, atau pemungutan suara internal DAO. Nilai platform dimaksudkan berasal dari volume perdagangan agregat jutaan pasar niche yang mustahil diciptakan di platform yang ada.

Arsitektur ini juga memperkenalkan dua tipe pasar berbeda: Pasar Publik (terlihat untuk semua) dan Pasar Pribadi (memerlukan kode untuk masuk). Kemampuan Pasar Pribadi ini diposisikan sebagai kategori produk baru, mengubah pasar prediksi menjadi alat koordinasi perusahaan yang aktif. Sebagai contoh, seorang CEO dapat membuat pasar insentif pribadi yang didukung secara finansial untuk tenggat waktu pengiriman produk tim teknik, sebuah pasar B2B yang tidak dapat dilayani oleh Kalshi dan Polymarket.

Kepercayaan dan Keputusan Hasil

Resolusi hasil, mekanisme untuk menentukan hasil nyata, adalah variabel kepercayaan yang paling penting untuk pasar prediksi.

Adjudikasi Terpusat (Kalshi)

Kalshi bergantung pada penilaian tradisional dan terpusat, sesuai dengan aturan exchange dan pengawasan regulasi. Tim internalnya, terikat oleh aturan CFTC, bertindak sebagai “arbiter terpusat” atau oracle. Pendekatan ini menawarkan kejelasan, kecepatan, dan rekur hukum bagi pengguna.

Risiko utama, bagaimanapun, adalah “titik kegagalan tunggal” yang bisa menjadi bencana. Kekuasaan atas kata akhir berada pada operator dan rekan regulasinya. Ini bukan hanya risiko teknis tetapi juga politis eksistensial, karena otoritas platform didelegasikan oleh CFTC dan dapat dicabut oleh administrasi politik baru atau putusan pengadilan, yang berpotensi membekukan modal. Untuk pengguna institusi, trade-off ini sering bisa diterima, namun bagi yang lain, ini menimbulkan ketakutan penyalahgunaan oleh entitas terpusat. Selain itu, model human-in-the-loop ini memperkuat batasan platform dan tidak dapat diukur untuk “ekor panjang” dari pasar.

Decentralized Oracles (Polymarket)

Polymarket memanfaatkan transparansi blockchain, oracle terdesentralisasi, dan protokol sengketa untuk membuat hasil dapat diaudit. Mekanisme resolusi intinya bergantung pada Optimistic Oracle dari UMA, model “trust-by-default” di mana jawaban diusulkan dan dianggap benar kecuali ada sengketa. Sistem ini mengurangi ketidakterbukaan tetapi memerlukan desain oracle yang kuat dan rentan terhadap manipulasi dalam skenario likuiditas rendah.

Insiden profil tinggi mengungkapkan adanya kerentanan ketika seorang penyerang dengan kepemilikan besar token US$UMA berhasil memanipulasi suara tata kelola untuk memaksa hasil yang tidak benar secara faktual. Insiden ini menunjukkan konflik kepentingan di mana holder token (pemilih) juga dapat menjadi peserta pasar (bettor). Sebagai tanggapan, transisi UMA ke model baru melibatkan pengabaian resolusi permissionless dan menciptakan “daftar putih proposer berpengalaman,” yang secara efektif mere-sentralisasi mekanisme resolusi. Langkah ini mengorbankan vektor serangan tata kelola untuk risiko sentralisasi dan kolusi yang baru.

The AI-Augmented Hybrid (Rain)

Model Rain bertujuan menggabungkan transparansi dengan kecepatan dengan menghilangkan penjaga gerbang manusia. Usulnya untuk hasil yang adil memanfaatkan AI untuk transparansi tambahan sambil mempertahankan desentralisasi. Sistem ini berfokus pada resolusi terotomatisasi di dalam chain yang didukung oleh oracle algoritmik, sistem konsensus dari beberapa model AI.

Sistem hibrida multi-tahap Rain dirancang untuk skalabilitas dan keamanan.

  • Resolusi Awal. Untuk Pasar Publik, pembuat atau AI Oracle dapat dipilih sebagai penyelesai awal. AI Oracle dirancang untuk hasil yang murah, tidak memihak, dan berbasis data. Untuk Pasar Privat, pembuat menyelesaikan hasilnya (misalnya, CEO menyelesaikan pasar internal perusahaan mereka).
  • Mekanisme Sengketa. Setelah resolusi awal, “Window Sengketa” dibuka. Peserta mana pun dapat mengajukan sengketa dengan memposting kolateral, taruhan ekonomi yang mencegah penyalahgunaan. Seorang hakim AI kemudian menyelidiki sengketa dan dapat mengubah resolusi. Jika pihak yang kalah mengescalasi sengketa lebih lanjut, sengketa tersebut diperiksa oleh “oracle manusia terdesentralisasi” untuk keputusan akhir yang mengikat.

Arsitektur ini menyediakan cara terotomatisasi yang dapat diskalakan untuk menyelesaikan jutaan pasar “ekor panjang” publik melalui AI oracle. Sistem sengketa berfungsi sebagai benteng yang didorong oleh insentif ekonomi, mirip dengan sistem optimistis tetapi dengan benteng manusia terdesentralisasi yang kuat, bukan suara token yang telah terbukti dapat dimanipulasi.

Kesimpulan

Industri pasar prediksi telah divalidasi oleh “Penjaga Lama” Kalshi dan Polymarket, membuktikan adanya permintaan miliaran dollar sekaligus mengungkap batas struktural mereka. Mereka berfungsi sebagai layanan dan penerbit, masing-masing dibatasi oleh penjaga gerbang hukum dan manusia. Peluang pertumbuhan 1000x di sektor ini tidak akan ditemukan dalam pertarungan atas beberapa pasar “kepala” yang sama. Sebaliknya, ini akan ditemukan dalam inovasi permissionless dari “Ekor Panjang Probabilitas”. Nilai sebenarnya terletak bukan pada meramalkan satu pemilu presiden, tetapi pada meramalkan sepuluh juta tenggat waktu proyek, kedatangan rantai pasokan, dan pemungutan suara komunitas yang membentuk “ekor panjang” yang belum ditemukan dari ekonomi kita. Menangkap masa depan ini membutuhkan protokol yang dibangun di atas tiga pilar: pembuatan permissionless, resolusi yang dapat diskalakan melalui mekanisme seperti oracle yang didukung AI, dan fitur asli ekor panjang seperti pasar privat. Evolusi ruang ini menandai transisi lebih dari sekadar tempat perdagangan lainnya, ini adalah platformisasi prediksi itu sendiri.

  •  

Mengeksplorasi Masa Depan: FinTech Global di 2035

Tahun 2035 bukan sekadar tanggal lain di kalender; ini adalah titik infleksi di mana janji blockchain, Artificial Intelligence, dan lingkungan digital yang imersif sepenuhnya menyatu dengan keuangan tradisional.

Kita bergerak melampaui transaksi digital sederhana menuju sistem ekonomi global yang dapat diprogram, transparan, dan sangat dipersonalisasi. Pertanyaannya tidak lagi jika perubahan ini akan terjadi, tetapi bagaimana itu akan diatur, siapa yang akan mengendalikan jalurnya, dan bagaimana konsumen biasa dapat belajar untuk mempercayai sistem pintar yang mengelola kekayaan mereka.

Untuk mengeksplorasi masa depan ini, kami berbicara dengan para pionir dari ruang kripto dan FinTech, termasuk Monty C. M. Metzger, CEO & Pendiri di LCX.com dan TOTO Total Tokenization; Griffin Ardern, Kepala BloFin Research dan Options Desk; Kevin Lee, CBO dari Gate; Vivien Lin, Chief Product Officer & Kepala BingX Labs; Federico Variola, CEO Phemex; Bernie Blume, Pendiri dan CEO Xandeum, dan Vugar dari Bitget. Kesepakatan mereka? Masa depan bukanlah tentang satu teknologi yang menang, tetapi tentang infrastruktur pintar yang menyatukan model-model yang bersaing.

Perang untuk Dompet Digital: CBDCs vs. Desentralisasi

Medan pertempuran utama untuk masa depan keuangan adalah jalur pembayaran itu sendiri. Apakah dunia akan diatur oleh Central Bank Digital Currencies (CBDCs) yang dikendalikan negara, atau sistem privat terdesentralisasi, seperti stablecoin dan Lightning Network, yang memenangkan perlombaan untuk pembayaran global dan penyelesaian lintas batas?

Konsensus industri sangat menunjukkan bahwa ini tidak akan menjadi permainan zero-sum. Koeksistensi dan interoperabilitas akan menjadi tema utama tahun 2035.

“Pada tahun 2035, saya tidak percaya dunia akan memilih satu sisi. CBDCs dan sistem pembayaran terdesentralisasi akan hidup berdampingan,” jelas Federico Variola, CEO Phemex. Ia menjelaskan pembagian strategisnya: “Pemerintah akan mendukung CBDCs untuk mempertahankan pengawasan dan stabilitas moneter, sementara jaringan terbuka seperti stablecoin dan Lightning akan berkembang di ekonomi yang tak berbatas, ritel, dan didorong oleh Web3.”

Koeksistensi strategis ini dipandang bukan sebagai gencatan senjata, tetapi sebagai dualitas yang diperlukan. Monty C. M. Metzger dari LCX menekankan keniscayaan kedua model ini:

“Dunia tidak akan memilih antara CBDCs dan sistem pembayaran terdesentralisasi, melainkan menggunakan keduanya,” ia mengonfirmasi.

Metzger melanjutkan:

“Pada tahun 2035, kita akan melihat ratusan stablecoin berskala besar beroperasi di bawah kerangka seperti Genius Act, bersamaan dengan Central Bank Digital Currencies yang menyediakan stabilitas moneter. Tetapi transformasi nyata akan datang dari sistem yang menghubungkan mereka. Dunia mendesak memerlukan hub penyelesaian stablecoin global, visi yang LCX gambarkan kembali pada tahun 2018. Masa depan keuangan bukanlah tentang satu model yang menang — ini tentang membangun infrastruktur pintar yang menyatukan mereka.”

Peran Kritis Stablecoin

Sementara CBDCs menawarkan janji stabilitas moneter yang berdaulat dalam format digital, stablecoin dan sistem pembayaran privat memiliki keunggulan struktural signifikan dalam hal adopsi dan kecepatan, terutama dalam perdagangan lintas batas dengan volume tinggi.

Griffin Ardern, Kepala BloFin Research and Options Desk, berpendapat bahwa stablecoin kemungkinan akan menjadi kekuatan dominan dalam transaksi lintas batas:

“Alasannya sederhana: pelopor sering menikmati keunggulan signifikan dalam metode pembayaran, karena kebiasaan pengguna dan infrastruktur selaras dengan mereka,” terang Ardern.

Dia menyarankan bahwa biaya untuk mempromosikan dan menerapkan CBDCs pada akhirnya mungkin lebih tinggi daripada biaya kepatuhan regulasi untuk stablecoin yang sudah ada dan mapan.

Selain itu, Ardern menyoroti kendala geopolitik terhadap mata uang digital yang didukung negara:

“Dalam era deglobalisasi, CBDCs sering mengalami pembatasan atas nama ‘keamanan nasional,’ sehingga adopsi luasnya akan lebih rendah dari stablecoin yang lebih bebas bersyarat dan serbaguna.”

Model yang berlaku pada akhirnya akan ditentukan oleh kepercayaan dan fungsi yang mulus. Seperti yang dijelaskan Variola, jika CBDCs tetap tertutup dan membatasi, pengguna secara alami akan beralih ke alternatif yang terbuka dan tahan sensor.

Bagian terakhir dari teka-teki ini, menurut Metzger, adalah infrastruktur penyatu yang menghubungkan jalur bersaing ini.

“Transformasi nyata akan datang dari sistem yang menghubungkan mereka. Dunia mendesak memerlukan hub penyelesaian stablecoin global, visi yang LCX gambarkan kembali pada tahun 2018. Masa depan keuangan bukanlah tentang satu model yang menang, melainkan tentang membangun infrastruktur cerdas yang menyatukan mereka.”

Pada dasarnya, 2035 akan melihat CBDCs menjadi jangkar inti yang stabil dan teratur dari keuangan domestik, sementara stablecoin dan jaringan terdesentralisasi berfungsi sebagai mesin dinamis dan efisien untuk perdagangan global waktu nyata, semuanya terhubung oleh lapisan penyelesaian yang canggih.

AI, Kepercayaan, dan Kehidupan Finansial yang Sangat Personal

Jika jalur pembayaran adalah kerangka dari sistem keuangan masa depan, maka Artificial Intelligence (AI), termasuk Generative AI dan Quantum-AI, adalah otaknya. Pada tahun 2035, AI menjanjikan untuk membubarkan saran keuangan yang umum, menggantikannya dengan layanan yang begitu disesuaikan sehingga terasa seperti memiliki CFO pribadi di saku Anda.

Monty C. M. Metzger dengan indah merangkum perubahan paradigma ini:

“Uang tidak hanya akan bergerak, tetapi juga berpikir,” sebuah kutipan yang baru saja saya katakan di atas panggung pada Fintech Forward Conference yang diselenggarakan oleh Economic Development Board dan The Economist di Bahrain.

Dia melanjutkan:

“Pada tahun 2035, Artificial Intelligence dan Quantum-AI akan mengubah keuangan menjadi sistem yang hidup dan belajar, menawarkan strategi kekayaan yang sangat personal, pinjaman adaptif, dan manajemen aset yang cerdas dalam waktu nyata.”

Tingkat kecerdasan ini berarti bahwa strategi investasi akan menyesuaikan setiap hari dengan peristiwa global, syarat pinjaman akan ditetapkan secara dinamis berdasarkan kesehatan finansial waktu nyata, dan rencana tabungan akan menyesuaikan dengan mulus dengan pola perilaku pribadi. Vivien Lin, Chief Product Officer & Kepala BingX Labs, mengonfirmasi jalur ini:

“AI akan sepenuhnya memungkinkan layanan keuangan yang sangat personal, dari strategi investasi yang disesuaikan hingga rencana pinjaman dan tabungan yang dipesan lebih dahulu. Ini adalah evolusi alami dari keuangan berbasis data.”

Hambatan Kepercayaan: Dari Algoritma ke Penasihat

Namun, lompatan dari penggunaan AI untuk analisis data dasar ke mempercayainya dengan kekayaan lintas generasi adalah tantangan psikologis dan regulasi yang signifikan. Agar konsumen bersedia menyerahkan kontrol kepada algoritma, industri harus membangun fondasi baru yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi.

Lin mengidentifikasi langkah penting untuk membangun kepercayaan konsumen:

“Tantangannya adalah memastikan pengguna dapat mempercayai sistem ini. Artinya, manusia harus tetap ikut terlibat, transparan mengenai bagaimana rekomendasi dibuat, dan menerapkan standar privasi data yang ketat. Pengguna harus selalu memahami, mengendalikan, dan bisa membatalkan apa yang dilakukan AI atas nama mereka. Keseimbangan antara kecerdasan dan akuntabilitas itulah yang akan mendefinisikan kepercayaan sejati.”

Masa depan AI di bidang keuangan bergantung pada penetapan “Hak atas Penjelasan” yang jelas. Konsumen harus melampaui masalah “kotak hitam” dan memahami logika di balik rekomendasi utang atau alokasi investasi oleh AI. Ini membutuhkan kerangka regulasi yang mewajibkan auditabilitas dan pengawasan manusia, memastikan bahwa AI berfungsi sebagai fidusia, bukan hanya sebagai mesin pemberi saran.

Vugar dari Bitget menekankan bahwa AI harus lebih dari sekadar prediktif, tetapi juga memberdayakan. Dia berkata:

“Pada tahun 2035, tantangan utama dalam keuangan AI bukanlah menghasilkan keuntungan, tetapi memastikan konsumen merasa mereka masih memegang kendali. Adopsi sejati bergantung pada tata kelola AI yang terdesentralisasi di mana pengguna dapat mengaudit algoritma yang mengelola dana mereka. AI harus berkembang dari alat yang canggih menjadi fidusia yang transparan dan trustless. Tanpa jaminan terdesentralisasi, personalisasi hiper hanya berarti risiko hiper bagi pengguna.”

Pada tahun 2035, institusi keuangan yang paling berharga bukan hanya yang memiliki AI terbaik, tetapi yang memiliki tingkat kepercayaan yang paling dapat diverifikasi dalam sistem cerdas mereka.

Jalur Regulasi: Aturan Terpecah dan Kepatuhan Strategis

Kenaikan aset kripto, AI, dan persyaratan privasi data yang kompleks secara bersamaan telah menciptakan tantangan tiga arah bagi regulator global. Pertanyaannya adalah apakah tahun 2035 akan menghadirkan buku aturan global tunggal yang diharapkan oleh pelaku pasar, atau apakah perusahaan akan dipaksa untuk menavigasi tambal sulam yurisdiksi yang bersaing.

Konsensus dari para pemimpin industri adalah bahwa harmonisasi tidak akan selesai pada tahun 2035.

Monty C. M. Metzger dari LCX secara tegas menyatakan mengenai fragmentasi yang berlanjut:

“Pada tahun 2035 kita tidak akan memiliki satu buku aturan global, kita akan memiliki lanskap regulasi yang terfragmentasi secara multi-bagian.” Dia menjelaskan bahwa meskipun kerangka kerja baru sedang diperkenalkan di setiap wilayah utama (MiCA di Eropa, kejelasan baru di AS, regulasi di Asia), “harmonisasi sejati baru akan terjadi lebih lambat, jika bahkan terjadi sama sekali.”

Lanskap yang terfragmentasi ini menghadirkan tantangan unik dan peluang besar bagi perusahaan yang beroperasi di panggung global.

“Bagi perusahaan baru, mengejar ketertinggalan akan menjadi kompleks dan mahal,” terang Metzger.

Dia berpendapat bahwa keuntungan akan jatuh pada pionir yang mengadopsi pendekatan berbasis regulasi sejak awal:

“Pionir dengan pendekatan berbasis regulasi, seperti LCX, akan memiliki keuntungan yang tidak adil, mampu menavigasi rezim yang tumpang tindih untuk kripto, AI, dan privasi data sementara yang lain berjuang untuk beradaptasi. Pemenang adalah mereka yang melihat regulasi sebagai strategi, bukan sebagai hambatan.”

Dari Persaingan ke Kolaborasi Mendalam

Dengan tidak adanya buku aturan yang terpadu, sifat kerjasama institusional menjadi faktor dominan. Apakah pemain keuangan besar akan terlibat dalam persaingan murni, atau apakah tuntutan perdagangan global akan mendorong kolaborasi mendalam, yang dicontohkan oleh konsep seperti Open Banking 3.0 dan Embedded Finance?

Trajectory menunjukkan bahwa pasar akan memaksa adanya kerjasama. Keterhubungan yang dituntut oleh layanan yang dipersonalisasi secara hiper dan penyelesaian global secara real-time membutuhkan data dan nilai untuk mengalir bebas melintasi silo institusi tradisional.

Ini menggerakkan industri menuju model di mana layanan keuangan “tertanam” langsung ke dalam lingkungan non-keuangan (misalnya, membeli asuransi saat memesan penerbangan, atau mendapatkan pinjaman di titik penjualan untuk aset digital).

Ekosistem Embedded Finance ini memerlukan bukan hanya berbagi data (Open Banking 2.0), tetapi juga infrastruktur berbagi dan kepatuhan regulasi (Open Banking 3.0), mendorong bahkan regulator yang terfragmentasi untuk menemukan kesamaan dalam prinsip-prinsip inti seperti standardisasi data dan manajemen identitas.

Pada tahun 2035, kerja sama institusional akan didefinisikan oleh aliansi strategis yang bertujuan untuk menyediakan pengalaman pelanggan global yang paling mulus dan patuh, menggunakan regulasi bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai kerangka kerja untuk memasuki pasar dengan terpercaya.

Dunia Tokenized: Kepemilikan Utama dan Keuangan Imersif

Pilar akhir dari lanskap FinTech 2035 adalah tokenisasi segala sesuatu. Penciptaan penerimaan digital yang dapat diprogram untuk kepemilikan aset dunia nyata seperti real estate, ekuitas, obligasi, seni, dan komoditas, adalah restrukturisasi pasar global yang paling mendalam sejak penemuan bursa saham.

Tokenisasi menjanjikan untuk sangat mengubah kepemilikan dengan membuka kemungkinan pemrograman, kepemilikan fraksional, penyelesaian instan, dan likuiditas global dengan cara yang tidak dapat dicapai oleh pasar tradisional.

Monty C. M. Metzger melihat tokenisasi menjadi jalur penerbitan dan penyelesaian utama untuk berbagai aset:

“Pada tahun 2035, tokenisasi akan menjadi jalur penerbitan dan penyelesaian utama untuk berbagai aset — dari ekuitas dan obligasi hingga komoditas dan aset dunia nyata. Ini akan membuka pemrograman, kepemilikan fraksional, penyelesaian instan, dan likuiditas global dengan cara yang tidak dapat ditandingi oleh pasar tradisional.”

Dia melanjutkan:

“Sekarang, mari kita jelas — ini bukan tugas kecil. Pasar komoditas global saja bernilai puluhan triliun Dollar, mencakup segala sesuatu dari emas dan tembaga hingga minyak dan energi. Membawa skala nilai tersebut ke dalam chain memerlukan miliaran Dollar sebagai cadangan jaminan di blockchain dan infrastruktur penyelesaian yang diberdayakan kripto.

“Ini adalah restrukturisasi mendasar dari perdagangan global. Tantangannya besar, tetapi juga peluangnya besar: menciptakan sistem keuangan di mana komoditas dan modal dapat bergerak semulus dan sejelas data di internet.”

Tren transformatif ini digaungkan oleh para pemimpin industri lainnya.

Bernie Blume, Pendiri dan CEO Xandeum, menyoroti kepastian jangka panjang dari pergeseran ini:

“Tokenisasi aset tradisional seperti real estate dan ekuitas adalah mega-tren yang akan mengubah segalanya secara mendasar. Meski ini tidak terjadi dalam semalam, arah pergerakannya jelas dan bergerak ke arah yang benar setiap hari.”

“Saya percaya semua yang memiliki catatan publik, seperti real estat dan bahkan judul kendaraan, pada akhirnya akan berpindah ke on-chain. Perhatikan tren ini selama dekade berikutnya; ini mewakili masa depan pasar modal.”

Skala perubahan ini sangat mengesankan. Kevin Lee, CBO dari Gate, memberikan proyeksi spesifik untuk penetrasi pasar:

“Di Gate, kami menyaksikan titik balik ini secara langsung. Perlombaan infrastruktur tidak akan dimenangkan oleh siapa yang memiliki teknologi tercanggih, tapi oleh exchange yang berkembang menjadi gerbang global untuk perdagangan aset token institusi.”

“Pada 2035, kami mengharapkan exchange terpusat dan decentralized exchange menangani lebih dari 70% semua transaksi tokenisasi primer dan sekunder, secara efektif menjadi rumah pialang baru dari ekonomi digital.”

Lee mengemukakan bahwa jalur pembayaran tahun 2035 tidak akan bersifat pemenang-tunggu-semua; mereka akan menjadi ekosistem yang bisa saling beroperasi di mana stablecoin, CBDC, dan deposit ter-tokenisasi bisa berdampingan. Stablecoin sudah memproses volume transaksi yang melebihi Visa dan Mastercard yang digabung pada US$27 triliun per tahun, dengan proyeksi mencapai US$100 triliun pada 2030 dengan kecepatan 50 kali lipat.

Gate sedang membangun untuk masa depan multi-rail ini, di mana efisiensi lintas batas melalui stablecoin melengkapi stabilitas CBDC domestik, yang disatukan oleh infrastruktur penyelesaian yang cerdas. Platform yang menjembatani model bersaing ini, bukan yang bertaruh pada satu pemenang, pada akhirnya akan menarik bagian pasar terbesar.

Jembatan Menuju Keuangan Imersif

Tokenisasi memberikan infrastruktur backend untuk model kepemilikan baru ini, sementara lingkungan digital imersif Metaverse dan Augmented Reality (AR) menyediakan akses front-end dan penyampaian layanan.

Vivien Lin dari BingX Labs menjelaskan bagaimana pengalaman pengguna akan berkembang:

“Kami sudah melihat aset senilai miliaran dolar berpindah ke on-chain, dan tokenisasi kemungkinan akan menjadi bentuk kepemilikan standar di tahun-tahun mendatang… Namun, untuk mencapai adopsi massal, pengalaman front-end harus tetap sederhana; kebanyakan pengguna seharusnya tidak perlu tahu mereka berinteraksi dengan blockchain.”

Seiring matang lingkungan imersif, mereka akan berfungsi sebagai gerbang grafis yang intuitif ke layanan keuangan. Bayangkan berdiri di lingkungan AR dan melihat nilai tokenisasi portofolio properti Anda secara real-time terhampar di peta fisik, atau mengakses ekuitas fraksional instan dalam penerbitan obligasi baru melalui portal perbankan pribadi virtual yang aman.

Vugar dari Bitget menyoroti peran exchange dalam membawa tokenisasi dari konsep ke realitas komersial. Ia melanjutkan:

“Penghalang utama untuk tokenisasi RWA yang luas bukanlah legal, tetapi fragmentasi likuiditas. Exchange harus berkembang menjadi gerbang global untuk aset ter-tokenisasi, menyediakan infrastruktur yang mulus yang diperlukan untuk perdagangan dan kepemilikan fraksional yang berkualitas institusi.”

“Kami memproyeksikan bahwa pada 2035, exchange terpusat dan decentralized exchange akan memfasilitasi lebih dari 70% semua transaksi aset ter-tokenisasi primer dan sekunder, secara efektif menggantikan rumah pialang tradisional untuk ekonomi digital.”

Lin menekankan sifat mulus dari masa depan ini:

“Seiring dengan kematangan lingkungan imersif seperti AR dan Metaverse, mereka akan berfungsi sebagai gerbang intuitif ke layanan keuangan, membuat sistem yang kompleks terasa mulus dan familiar.”

Konfluensi antara aset ter-tokenisasi dan antarmuka imersif ini akan mendemokratisasi akses ke layanan keuangan yang canggih, membuat produk berkualitas institusi tersedia bagi basis ritel global melalui platform digital yang intuitif.

Metzger menekankan tantangan besar yang melekat dalam restrukturisasi perdagangan global ini, terutama mengenai komoditas:

“Pasar komoditas global sendiri bernilai puluhan triliun dolar… Membawa skala nilai tersebut ke on-chain memerlukan miliaran dalam cadangan jaminan di blockchain dan infrastruktur penyelesaian yang didukung oleh crypto. Ini adalah restrukturisasi fundamental dari perdagangan global.”

Peluang akhirnya, ia simpulkan, sangat besar: “untuk menciptakan sistem keuangan di mana komoditas dan modal dapat bergerak semulus dan setransparan data di internet.”

Kesimpulan: Masa Depan Terpadu Fintech

Perjalanan menuju 2035 bukan satu jalur melainkan konvergensi dari empat arus teknologi utama.

  1. Jalur Pembayaran: Model dominan akan menjadi koeksistensi, dengan stablecoin mendominasi efisiensi lintas batas dan CBDC menyediakan stabilitas domestik, bersatu melalui pusat interoperabilitas.
  2. Kecerdasan: AI akan membawa keuangan yang sangat personal, tetapi keberhasilannya bergantung pada langkah-langkah regulasi yang menegakkan transparansi, auditabilitas, dan akuntabilitas manusia-dalam-lingkaran untuk membangun kepercayaan konsumen yang esensial.
  3. Regulasi: Lanskap akan tetap terfragmentasi, memaksa institusi mengadopsi pendekatan “regulasi sebagai strategi” dan mendorong kolaborasi mendalam melalui model Embedded Finance dan Open Banking 3.0.
  4. Kepemilikan: Tokenisasi akan menjadi jalur penerbitan dan penyelesaian utama untuk aset senilai lebih dari US$30 triliun, dengan lingkungan digital imersif sebagai antarmuka intuitif dan mulus untuk akses global dan manajemen.

Masa depan keuangan, seperti yang didefinisikan oleh pemimpin transformasi ini, bukan tentang disrupsi yang lama oleh yang baru, tetapi integrasi cerdas dari stabilitas negara dengan efisiensi terdesentralisasi dan penggabungan aset fisik dengan bentuk digitalnya yang dapat diprogram. Pada 2035, keuangan menjadi benar-benar dapat diprogram, dapat diakses secara global, dan inheren cerdas.

  •  

Melampaui Hype: Apakah Utilitas Adalah Masa Depan Memecoin, atau Hanya Meme Baru?

Saga memecoin adalah salah satu narasi dalam aset kripto yang paling membingungkan namun menarik. Lahir dari lelucon internet, semangat komunitas, dan energi spekulatif mentah, token seperti Dogecoin dan Shiba Inu terus menantang logika keuangan tradisional dengan menghasilkan miliaran nilai tanpa white paper yang lengkap atau janji teknologi kompleks seperti token utilitas rekan mereka.

Tapi, pasar tumbuh dan hari-hari ketika gambar anjing lucu atau katak viral cukup untuk mempertahankan valuasi miliaran Dollar mungkin sedang memudar. Ada tren baru muncul: meme coin dengan misi.

Setiap koin baru mendadak diluncurkan dengan staking, solusi layer-2, komponen AI, atau rencana metaverse lengkap. Pergeseran besar ini memunculkan pertanyaan di jantung zeitgeist kripto: Apakah evolusi yang didorong oleh utilitas ini adalah kebutuhan struktural sejati untuk memecoin agar bertahan hidup, ataukah ini hanya strategi pemasaran paling canggih yang pernah dirancang untuk menarik modal serius?

Konsensus dari pemimpin pasar kompleks, membagi perbedaan antara kelangsungan pasar yang pragmatis dan perdebatan filosofis atas raison d’être sejati dari aset meme.

Veneer Pemasaran atau Evolusi yang Diperlukan?

Transisi pasar dari murni hype ke permintaan fungsi dilihat oleh banyak orang sebagai tahap kematangan yang tak terhindarkan. Seiring profesionalisasi sektor ini, sub-kelas asetnya yang paling volatil juga harus ikut berkembang.

Kevin Lee, CBO Gate, melihat pergeseran ini sebagai perubahan struktural nyata yang didorong oleh kekuatan eksternal. Ia menyatakan:

“Kenaikan memecoin yang didorong oleh utilitas bukanlah trik pemasaran tapi evolusi struktural sejati yang dibentuk oleh tekanan regulasi, minat institusional, dan pergeseran lebih luas menuju ekosistem Web3.”

Lee menunjuk proyek-proyek yang diluncurkan melalui Gate Fun, platform peluncuran berbasis komunitas dari exchange tersebut, yang “memungkinkan kreator untuk langsung mengubah ide menjadi aset yang dapat diperdagangkan dengan dukungan utilitas,” seperti ditunjukkan oleh token Brett dan Snek.

Bernie Blume, Pendiri dan CEO Xandeum, sangat mendukung evolusi ini, melihatnya sebagai metode baru yang kuat untuk pembentukan modal demokratis.

“Menambahkan utilitas pada token yang dimulai sebagai meme coin adalah pergeseran struktural yang nyata,” ucap Blume.

“Sangat mengharukan melihat token yang awalnya murni sebagai meme kini memanfaatkan momentum dan penerimaan pasar yang mereka peroleh untuk membangun proyek serius yang menambah utilitas nyata ke dunia. Ini cara yang mengagumkan bagi proyek-proyek baru untuk pertama-tama mengukur penerimaan ide melalui meme dan, ketika diterima, membangun proyek sebenarnya. Ini agak seperti Kickstarter.com pada tingkat yang lebih tinggi, dan blok bangunan penting untuk akses modal demokratis.”

Vugar Usi Zade, COO Bitget, sejalan dengan pandangan ini, menyoroti pentingnya pergeseran ini untuk aliran modal jangka panjang. “Memecoin mulai sebagai fenomena budaya, tapi perjalanan mereka menuju utilitas adalah tempat aliran modal jangka panjang,” terang Zade.

“Kita melihat pergeseran jelas di mana pemenang terbesar adalah mereka yang memanfaatkan keterlibatan komunitas untuk membangun ekosistem yang asli dan menempel… utilitas mengubah tren yang singkat menjadi bagian dasar ekonomi yang terdesentralisasi.”

Vivien Lin, Chief Product Officer & Kepala BingX Labs, menunjukkan bahwa sifat ganda dari tren ini, secara paradoks, sehat:

“Menurut saya ini sedikit tentang keduanya, tapi itu tidak selalu buruk. Kita masih sangat awal dalam evolusi kripto, dan meme coin yang menambahkan utilitas terasa seperti kemajuan alami dari eksperimen. Kuncinya adalah bahwa ruang ini berkembang dan sehat melihat kreator menguji model baru untuk membawa lebih banyak pengguna dan utilitas ke kripto.”

Skeptisisme: Pandangan Filosofis Monty Metzger

Meski banyak yang sepakat tentang pentingnya perubahan, suara lebih filosofis menentang pemaksaan perubahan tersebut. Monty C. M. Metzger, CEO & Pendiri LCX.com dan TOTO Total Tokenization, percaya bahwa memecoin secara fundamental tidak cocok dengan utilitas kompleks dan teratur yang sedang mereka coba adopsi.

Metzger memiliki pandangan sangat kritis terhadap proyek yang mencoba memaksakan utilitas pada aset berbasis narasi. “Anda tidak bisa membalikkan rekayasa nilai sejati,” tegas Metzger.

“Kebanyakan memecoin yang mencoba memasang lapisan DeFi atau jembatan L2 memaksakan utilitas pada sesuatu yang tidak pernah dirancang untuk itu. Mereka seharusnya tetap seperti yang mereka ada — menyenangkan, budaya, dan spekulatif. Di LCX dan TOTO, kami fokus pada hal yang sulit: tokenisasi teratur, kepatuhan, dan infrastruktur keuangan nyata. Memecoin tidak perlu berpura-pura menjadi bank.”

Poin dari Metzger ini sangat penting: jika utilitas memecoin dieksekusi dengan buruk atau tidak diperlukan, itu hanya akan menjadi gangguan dari identitas inti token dan tidak mampu bersaing dengan protokol DeFi yang sudah mapan dan dibangun untuk tujuan tertentu. Itu menjadi “meme tentang utilitas,” bukan inovasi sejati.

Stabilitas Pasar dan Peran Infrastruktur

Debat tentang utilitas pada dasarnya terhubung dengan upaya pasar yang lebih luas untuk stabilitas dan kematangan. Meski memecoin mengejar fungsi yang canggih, aset dasar yang mereka andalkan terus diuji oleh volatilitas makro. Realitas ini membentuk perspektif dari penyedia infrastruktur dan exchange.

Federico Variola, CEO Phemex, membumi percakapan ini dalam realitas adopsi institusional dan risiko pasar, konteks yang mempengaruhi setiap kelas aset, termasuk memecoin.

“Banyak peserta kripto lama yang bingung dengan aksi harga Bitcoin baru-baru ini, terutama setelah kejatuhan ekstrim bulan Oktober. Meskipun ETF telah memperkenalkan lebih banyak modal institusional dan jangkar struktural, mereka tidak membuat kripto kebal dari guncangan makro atau likuidasi paksa berantai. Dalam fase bullish, aliran ETF bisa memberikan permintaan stabil. Pada masa penurunan, stabilitas itu diuji. Saya melihat ETF sebagai faktor penstabil jangka panjang, tapi bukan pelindung harian terhadap volatilitas.”

Komentar Variola, meski berfokus pada Bitcoin, menggarisbawahi kebutuhan akan ketahanan di seluruh papan. Jika lapisan dasar kripto masih terpapar stres berat, memecoin yang bergantung pada narasi yang rapuh dan dibakar oleh hype bahkan lebih rentan. Ini menyoroti kebutuhan praktis agar utilitas berfungsi sebagai lindung nilai terhadap sentimen pasar murni.

Variola mengarahkan kembali fokus pada peran infrastruktur yang andal dalam menjaga kepercayaan pengguna:

“Exchange memiliki peran penting dalam menumbuhkan kepercayaan pengguna. Ujian sebenarnya bagi kami akan datang saat kami berdiri bersama pengguna di masa-masa sulit, bukan hanya saat pasar naik. Pemenang di pasar ini bukanlah exchange yang paling gaduh, tapi yang paling dapat diandalkan selama tekanan likuiditas.”

Di lingkungan ini, di mana keandalan selama tekanan adalah pembeda utama, meme coin dengan utilitas yang sudah mapan, yang memberikan fungsi nyata dan berkelanjutan selama penurunan, lebih siap untuk mempertahankan komunitas dan modal mereka. Stabilitas yang disediakan oleh exchange yang andal dan stabilitas yang disediakan oleh utilitas token adalah dua sisi dari koin yang sama, yaitu kepercayaan pada mekanisme dasar.

Revolusi Tokenomik: Dari Hype ke Ekonomi Mikro

Jika perdebatan adalah apakah utilitas itu nyata atau hanya pemasaran, dampak praktisnya pada ekonomi token tak terbantahkan. Menambahkan lapisan fungsional secara mendasar mengubah DNA token, menggeser mekanika penawaran dan permintaan dari spekulasi berbasis sentimen ke konsumsi berbasis penggunaan.

Markus Levin, Co-Founder XYO, merangkum transformasi ini dengan singkat:

“Ini benar-benar mengubah dinamika. Begitu token mulai mendukung aktivitas nyata, mekanika penawaran dan permintaannya bergeser dari narasi menjadi berbasis penggunaan.”

Dia menambahkan:

“Lapisan utilitas yang berfungsi dapat menstabilkan volatilitas, menciptakan permintaan berulang, serta memberikan alasan bagi holder untuk berpartisipasi lebih jauh daripada spekulasi harga. Inilah perbedaan antara meme dan mikro-ekonomi.”

Pergeseran dalam tokenomics ditandai dengan pengenalan demand sinks, mekanisme yang mengeluarkan token dari sirkulasi, serta konversi aset menjadi instrumen penghasil hasil.

  • Partisipasi di atas Spekulasi: Seperti yang diamati Vivien Lin, menambahkan lapisan utilitas “memperkenalkan perilaku dan insentif baru, tiba-tiba pengguna bukan hanya memegang untuk spekulasi; mereka berpartisipasi, staking, atau bertransaksi. Ini dapat menstabilkan komunitas dan memperpanjang umur proyek.”
  • Generasi Yield: Kevin Lee menjelaskan cara kerja ini dalam ekosistem Gate: “Transformasi ini menciptakan berbagai aliran pendapatan, biaya transaksi, imbal hasil staking, dan insentif likuiditas, membentuk lingkaran umpan balik positif: utilitas mendorong permintaan, permintaan meningkatkan nilai.” Lee menggarisbawahi bahwa model bergerak menjauh dari mekanisme “burn” deflasi menuju “kerangka aset produktif yang menghasilkan hasil nyata melalui partisipasi ekosistem.”

Memecoin sukses di masa depan tidak akan hanya bergantung pada komunitas yang tidak menjual; melainkan akan aktif mendorong komunitas untuk mengunci dan menggunakan token dalam ekosistemnya, memberikan stabilitas fundamental yang tidak bisa dicapai oleh hype semata.

Ujian Masa Depan: Bagaimana Cara Investor Membedakan?

Tantangan utama bagi sektor ini ada di depan. Apa yang terjadi ketika utilitas bukan lagi pembeda, tapi prasyarat? Jika setiap memecoin baru diluncurkan dengan staking dan rencana L2, bagaimana investor akan mengevaluasi mereka dibandingkan dengan raksasa yang sudah mapan seperti DOGE dan SHIB?

Pakar sepakat bahwa fokus akan bergeser dari apa yang dijanjikan oleh token ke apa yang dijalankan oleh token.

Markus Levin menekankan perlunya mengubah perhatian menjadi nilai:

“Diferensiasi akan bergantung pada efek jaringan dan eksekusi. Merek yang dikenal membantu, tetapi proyek yang bertahan adalah yang dapat mengubah perhatian menjadi aktivitas yang berkelanjutan. Ketika pengguna berinteraksi dengan token karena token tersebut melakukan sesuatu yang berguna, bukan hanya karena itu sedang tren, maka ia bergerak dari hiburan ke infrastruktur.”

Patrick Murphy, Managing Director Eightcap (UK & EU), menekankan pentingnya likuiditas dan penggunaan yang sudah mapan.

“Pemimpin di bidang ini seperti DOGE dan SHIB sudah mendapatkan manfaat dari pengakuan global, komunitas yang kuat, dan likuiditas yang mapan. Karakteristik ini sulit ditiru oleh pendatang baru.”

Murphy menyarankan investor untuk melihat lebih jauh dari sekadar merek dan fokus pada “metrik on-chain dan utilitas dunia nyata. Ini termasuk volume transaksi, adopsi di platform DeFi, atau penggunaan dalam pembayaran dan layanan.”

Pasar akan menerapkan analisis fundamental tradisional, sebuah proses yang lama absen di ruang memecoin:

  1. Kekuatan Komunitas & Likuiditas Merek: Keunggulan penggerak pertama dari DOGE dan SHIB menyediakan basis modal dan pengakuan yang stabil.
  2. Eksekusi Teknologis: Apakah platform L2 atau DeFi ini benar-benar cepat, efisien, dan aman?
  3. Daya Tarik & Keberlanjutan: Apakah pengguna membutuhkan token untuk melakukan fungsi yang berharga (seperti membayar biaya gas atau mengakses konten eksklusif), atau apakah utilitasnya murni tambahan sewenang-wenang?

Seperti yang Vivien Lin simpulkan:

“Fokus akan bergeser dari investasi berbasis kategori ke evaluasi setiap proyek berdasarkan kelebihan mereka sendiri, seperti di sektor lain. Pada akhirnya, pasar akan menghargai kreativitas dan penciptaan nilai yang nyata, bukan hanya popularitas.”

Berpikir di Luar Bank

Dalam perlombaan untuk pembeda, inovasi memecoin yang paling menarik adalah yang melampaui staking standar dan mulai menggabungkan daya tarik budaya meme dengan teknologi mutakhir. Tren ini bergerak dari sekadar menjadi sebuah token, menuju melakukan sesuatu yang cerdas, fungsional, atau sangat partisipatif.

Arah paling tidak konvensional menunjukkan penggabungan memecoin dengan Artificial Intelligence.

Kevin Lee dari Gate menyoroti tren inovatif ini:

“Tren utilitas paling inovatif adalah integrasi AI dengan tokenisasi Web3. Dengan menggabungkan model AI prediktif dengan otomatisasi DeFi, proyek-proyek ini memungkinkan perdagangan algoritmik yang lebih cerdas, arbitrase, dan pengoptimalan yield. Ini mewakili penggunaan fintech yang sah dan membuat alat keuangan canggih lebih mudah diakses melalui format memecoin.”

Lee berpendapat bahwa ini adalah “penggunaan fintech yang sah yang diakses melalui format memecoin,” mendemokrasikan alat keuangan yang kompleks.

Memperluas konsep ini lebih jauh lagi, Monty Metzger menawarkan pandangan visioner tentang evolusi akhir aset digital:

“Perubahan yang kita lihat bukanlah dari spekulasi ke utilitas, melainkan dari utilitas ke kecerdasan. Proyek-proyek mulai menggabungkan AI dan blockchain, menciptakan aset yang dapat beradaptasi, merespons, dan pada akhirnya berpikir.”

Metzger melihat masa depan di mana uang tidak lagi sebagai media statis: “Uang tidak hanya akan bergerak — tetapi akan berpikir.”

Satu lagi inovasi adalah mengakui komunitas sebagai aplikasi inti. Griffin Ardern, Kepala Riset dan Desk Opsi BloFin, mengungkap bahwa di ruang online, meme coin sudah berfungsi sebagai mata uang:

“Faktanya, dalam komunitas online (seperti forum game atau beberapa saluran Discord), meme coin sudah digunakan sebagai hadiah untuk kontributor komunitas atau pengguna aktif.”

Ardern menekankan bahwa memformalisasi “Aplikasi berbasis komunitas” ini penting untuk kelangsungan dan kepatuhan sektor. Jika meme coin menghasilkan kasus penggunaan non-finansial yang sesuai, ini membantu regulator menghindari pendekatan yang “sama untuk semua” yang dapat menghancurkan pasar oleh penipuan dan skema perjudian.

Utilitas, dalam hal ini, bukan kode yang kompleks, tetapi kejelasan regulasi melalui penggunaan yang didefinisikan sendiri dan berfokus pada komunitas.

Kesepakatan sudah jelas: pendekatan tidak konvensional ini bukan hanya baru, tetapi juga penting untuk kematangan.

Vivien Lin mendukung eksperimen ini:

“Pendekatan tidak konvensional mendorong batas dan memicu kreativitas, inilah cara inovasi nyata terjadi. Dalam kripto, mencoba sesuatu yang baru seharusnya tidak dipandang sebelah mata.”

Kevin Lee setuju, menyimpulkan bahwa konvergensi teknologi tak terhindarkan:

“Saat ekosistem Gate Web3 terus menggabungkan komponen game, DeFi, dan AI, meme coin berevolusi menjadi mesin budaya dan kreatif dari Web3.”

Ia percaya bahwa token didukung utilitas dan bertenaga komunitas “siap menangkap nilai jangka panjang yang jauh lebih besar daripada alternatif yang murni spekulatif.”

Kesimpulan: Meme yang Membangun Sebuah Mikro-Ekonomi

Pertanyaan “Apakah utilitas adalah masa depan untuk meme coin, atau hanya meme baru?” tidak memiliki jawaban biner yang sederhana.

Gelombang utilitas saat ini adalah sebagian dari meme untuk bertahan. Ini adalah narasi yang diperlukan untuk menarik modal yang lebih canggih, meredakan kekhawatiran regulasi, dan menonjol di pasar yang penuh sesak. Ini mewakili perjuangan sektor untuk menemukan legitimasi dengan mengikuti standar rekan utilitasnya.

Namun, perjuangan ini mendorong perubahan struktural yang nyata. Ini memaksa proyek untuk mengubah perhatian yang cepat berlalu menjadi aktivitas ekonomi yang berkelanjutan. Pemenang utama—DOGE dan SHIB di masa depan—akan menjadi mereka yang berhasil menggabungkan kekuatan budaya meme yang tidak bisa ditahan dengan lapisan utilitas yang terimplementasi, menarik, dan fungsional yang diperlukan.

Masa depan meme coin bukan hanya sebuah token; ini adalah mikro-ekonomi Web3, antarmuka yang menyenangkan dan bermerk ke mekanisme kompleks yang menghasilkan pendapatan. Apakah itu aset yang ditingkatkan AI, L2 yang digamifikasi, atau mata uang hadiah yang sepenuhnya fungsional dalam DAO, esensi meme akan tetap menjadi bahan bakar, tetapi utilitas akan menjadi mesin yang memastikan perjalanan berlangsung lama.

  •  

Bitget Pelopori Pembayaran Onchain dengan Integrasi Morph Chain

Bitget, salah satu Universal Exchange (UEX) terbesar di dunia, telah mencapai tonggak penting dalam ekspansi ekosistemnya dengan menjadi exchange pertama yang secara resmi terintegrasi dengan Morph Chain.

Diumumkan pada 5 November 2025, langkah bersejarah ini sangat memperkuat ekosistem Bitget Onchain, memungkinkan pengguna untuk memperdagangkan semua aset Morph langsung dengan USDT dari wallet spot Bitget mereka, sepenuhnya di dalam platform. Integrasi ini mempertegas komitmen Bitget untuk secara mulus menggabungkan efisiensi perdagangan terpusat dengan akses terdesentralisasi.

Mendorong Utilitas Dunia Nyata Melalui Morph Chain

Morph Chain berfungsi sebagai blockchain layer-2 yang didedikasikan untuk melayani sebagai layer penyelesaian global untuk pembayaran onchain. Sinergi antara kedua platform dimulai pada bulan September ketika Bitget mentransfer 440 juta BGB ke Morph, menjadikannya native token pada chain tersebut.

Kolaborasi ini merupakan dasar untuk mengembangkan pembayaran cepat, tanpa batas, dan modifikasi yang didukung oleh stablecoin, secara efektif menyalurkan utilitas dunia nyata ke dalam keuangan blockchain.

Integrasi dengan Morph mengikuti upgrade besar pada ekosistem Bitget Onchain sebelumnya di September. Update sebelumnya berhasil mengintegrasikan empat blockchain terkemuka – Ethereum, Solana, BSC, dan Base, dan memperkenalkan Onchain Signals, sebuah alat kecerdasan berbasis AI untuk pelacakan uang pintar.

Pondasi kuat ini, yang sudah memberikan akses ke jutaan token dan memadukan wawasan real-time dengan eksekusi satu klik, kini diperkuat secara signifikan oleh lapisan pembayaran khusus Morph.

Gracy Chen, CEO Bitget, menyoroti pentingnya strategi ini, dengan mengungkapkan:

“Morph dibangun untuk menghubungkan teknologi blockchain dengan pembayaran dunia nyata. Integrasi ini merupakan langkah maju yang besar dalam menghubungkan teknologi dan aksesibilitas, membawa kita satu langkah lebih dekat ke masa depan di mana penyelesaian stablecoin dan likuiditas onchain menjadi tulang punggung perdagangan global.”

Merealisasikan Visi Universal Exchange

Kemitraan penting ini menjadi pusat dari visi UEX Bitget, sebuah kerangka kerja yang mengkonsolidasikan infrastruktur grade CEX, akses onchain yang luas, dan alat berbasis AI dalam satu platform. Dengan menambahkan Morph Chain ke ekosistemnya, Bitget memperdalam rangkaian produknya, memungkinkan perdagangan langsung stablecoin, Real World Assets (RWAs), dan aset kripto sambil mempertahankan transparansi dan desentralisasi yang mendefinisikan Web3.

Integrasi Morph memperkuat peran Bitget sebagai penghubung penting untuk adopsi Web3 mainstream. Komitmen UEX terhadap keamanan, transparansi, dan pemberdayaan pengguna semakin diwujudkan melalui pengembangan ini.

Melengkapi fitur-fitur yang ada seperti Proof of Reserves dan alat perdagangan AI tingkat lanjut, Bitget berkomitmen untuk membuat perdagangan terdesentralisasi yang canggih menjadi intuitif dan mudah diakses secara luas.

Seiring Bitget terus agresif memperluas ekosistem Onchain-nya, integrasi dengan Morph Chain menandai kemajuan signifikan menuju menghubungkan pembayaran sehari-hari dengan perdagangan aset digital. Dengan secara efektif memadukan AI, perdagangan lintas chain, dan kinerja grade exchange, Bitget Onchain menetapkan standar industri baru untuk bagaimana pengguna menemukan, menganalisis, dan bertindak berdasarkan peluang di seluruh ruang Web3.

  •  

Penjaga Aset Kripto: Menguasai Permainan Listing Exchange Berisiko Tinggi

Listing di Centralized Exchange (CEX) top-tier telah lama dianggap sebagai hadiah utama, momen di mana proyek kripto baru beralih dari eksperimen khusus menjadi aset keuangan global. Secara historis, momen ini identik dengan pertumbuhan eksplosif, sering kali menghasilkan yang legendaris “pump Binance” atau “efek Coinbase.”

Tapi lanskap telah mengalami transformasi yang mendalam. Pengawasan regulasi yang meningkat, basis investor yang lebih cerdas, dan munculnya Decentralized Exchanges (DEXs) secara fundamental telah mengubah permainan listing. Exchange tidak lagi hanya sebagai fasilitator pasar; mereka telah berkembang menjadi penjaga kredibilitas, dan kriteria listing mereka mencerminkan mandat baru ini.

Kami berbicara dengan para pemimpin industri dari exchange utama, perusahaan riset, dan penyedia infrastruktur, termasuk LCX, Trezor, BloFin, XYO, Gate, Bitget, Eightcap, Xandeum, dan Phemex untuk memahami apa yang benar-benar diperlukan untuk mendapatkan listing top-tier hari ini, dan di mana keseimbangan kekuasaan terletak antara penjaga lama dan baru dari perdagangan kripto.

Konsensus di seluruh industri jelas, hari-hari saat listing proyek murni berdasarkan popularitas media sosial atau pra-penjualan sudah berakhir. Exchange lebih memprioritaskan substansi dibanding spekulasi, mencari kekuatan mendasar yang dapat bertahan dari siklus pasar dan tekanan regulasi.

Bagi Patrick Murphy, Managing Director untuk UK & EU di Eightcap, faktor paling kritis adalah bukti aktivitas yang nyata:

“Dari sudut pandang pasar, faktor paling kritis adalah bukti permintaan dan aktivitas yang nyata di antara pengguna sungguhan. Exchange seperti Binance dan Coinbase tidak hanya melakukan listing aset – mereka memfasilitasi likuiditas dan volume perdagangan yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan keterlibatan pengguna mereka.”

Murphy menekankan bahwa untuk mendapatkan listing top-tier sekarang, proyek harus menunjukkan aktivitas perdagangan organik yang dapat diverifikasi dan adopsi, yang dibuktikan dengan metrik on-chain seperti pertumbuhan wallet, volume transaksi, dan kecepatan token. Selain itu, komunitas yang kuat, aktif, dan setia sangat penting, seperti halnya keselarasan dengan kerangka kepatuhan dan regulasi global.

Pandangan ini sangat dicerminkan oleh Monty C. M. Metzger, CEO & Founder dari LCX.com dan TOTO Total Tokenization, yang menegaskan bahwa platformnya sekarang mempertahankan standar yang sama seperti para raksasa industri:

“Mendapatkan listing di LCX hari ini memiliki tingkat prestise dan ketegasan yang sama seperti terdaftar di Coinbase atau Binance. Faktor paling penting yang harus ditunjukkan oleh sebuah proyek adalah substansi — bukan hanya momentum pasar. Exchange tidak lagi mengejar volume; mereka mengkurasi kredibilitas. Di LCX, kami mencari proyek yang dibangun untuk keberlanjutan jangka panjang, dengan tokenomik yang transparan, kerangka kepatuhan yang jelas, dan utilitas yang nyata.”

Penekanan pada substansi ini adalah landasan dari platform yang berfokus pada kepatuhan. Bitget, sebuah platform global terkemuka, menerapkan kriteria yang ketat untuk menyaring proyek-proyek spekulatif dan berumur pendek. COO mereka, Vugar Usi Zade, menekankan perlunya kekuatan yang dapat dibuktikan sebelum melakukan listing:

“Setiap proyek blockchain yang ingin mendaftarkan tokennya di platform harus melalui tinjauan hukum yang komprehensif untuk memverifikasi kualitas kode, keamanan, dan kepatuhan… Perhatian khusus akan diberikan pada tokenomik, termasuk analisis mendetail tentang suplai token, distribusi, dan utilitas, serta pengalaman dan kualifikasi tim pengembang.”

Singkatnya, kriteria listing baru berputar di sekitar tiga pilar utama: Utilitas Nyata, Daya Tarik On-Chain, dan Kesiapan Kepatuhan. Seperti yang Sebastien Gilquin, Kepala BD & Kemitraan di Trezor, catat, exchange mencari “Likuiditas, kesiapan kepatuhan, dan daya tarik on-chain yang kuat,” menambahkan: “itulah yang dicari oleh exchange sekarang, bukan hanya hype, karena Aster dengan Binance atau Apex untuk Bybit.” Fokus telah bergeser secara tegas dari potensial proyek ke kemampuan terbukti untuk mempertahankan pasar dan menavigasi lingkungan hukum yang kompleks.

Pertanyaan yang paling nostalgis bagi investor kripto lama adalah apakah ‘pump listing’ legendaris masih menjadi peristiwa yang bisa diandalkan. Jawaban yang luar biasa adalah tidak, meskipun listing besar tetap membawa validasi yang sangat kuat.

Monty C. M. Metzger dari LCX menggambarkan pergeseran ini dengan sempurna:

“Dampak dari listing di exchange besar tidaklah seperti dulu. Di siklus sebelumnya, listing baru bisa memicu lonjakan harga dalam semalam. Hari ini, pasar jauh lebih cerdas — dan investor fokus pada fundamental, bukan hanya FOMO. Listing di LCX, Binance, atau Coinbase masih memvalidasi sebuah proyek, tetapi nilai sebenarnya sekarang terletak pada kedalaman likuiditas, kepatuhan, dan kepercayaan jangka panjang. Hari-hari dari pump spekulatif memberikan jalan pada pasar yang lebih matang di mana utilitas dan regulasi mendorong permintaan.”

Pemahaman ini berakar pada perubahan mendasar dalam psikologi pasar. Vugar Usi Zade, COO dari Bitget, berargumen bahwa era listing yang menjamin reli harga besar-besaran dan meluas sudah berakhir karena pasar yang mendasari tidak memiliki katalis teknologi yang diperlukan. Baginya, pump memerlukan bukti inovasi:

“Saya tidak berpikir kita akan melihat pump besar itu, sayangnya, karena tidak ada alasan logis di baliknya,” ujar Usi Zade. “Belum ada kemajuan teknologi. Kami belum melihat hal besar apa pun keluar dari proyek-proyek. Mengapa harganya harus naik? Hanya karena sekarang adalah waktunya? Tidak.”

Pandangan ini menekankan realisasi penting di antara eksekutif exchange, volume listing harus diterjemahkan ke dalam pertumbuhan ekosistem yang berkelanjutan, bukan spekulasi jangka pendek.

Markus Levin, Co-Founder dari XYO, mencatat bahwa efek jangka pendek sekarang jauh lebih kecil:

“Efek jangka pendeknya sekarang lebih kecil karena pasar sudah matang. Listing masih meningkatkan visibilitas dan likuiditas, tetapi trader lebih berfokus pada data dan kurang spekulatif dibandingkan siklus sebelumnya. Yang paling penting hari ini adalah apa yang terjadi setelah listing: apakah sebuah proyek terus berinovasi dan apakah ekosistemnya terus tumbuh. Sebuah listing yang kuat hanyalah awal.”

Listing tetap menjadi pernyataan yang kuat, tetapi tidak lagi menjadi tujuan akhir. Sebaliknya, itu adalah tonggak penting yang memberikan akses ke modal yang lebih dalam dan lebih serius. Seperti yang diungkapkan Federico Variola, CEO dari Phemex, CEX harus memberikan penjelasan yang lebih transparan kepada pengguna untuk pilihan mereka, bergerak menjauh dari model transaksional:

“Masa depan tidak bisa hanya membayar untuk bermain. Harus terbukti untuk bermain. Listing harus berbasis merit, transparan, dan terikat pada penciptaan nilai nyata. Exchange harus memberi pengguna kejelasan tentang mengapa sebuah token layak untuk terdaftar, itulah cara kami membangun kepercayaan yang langgeng, bukan hanya hype jangka pendek.”

Bagaimana Pengawasan Mengubah Bentuk Listing

Bayang-bayang regulasi yang semakin berkembang sepertinya menjadi kekuatan paling berdampak yang mengubah proses listing. Regulator global, dipimpin oleh lembaga seperti SEC dan kerangka MiCA dari Uni Eropa, mendorong exchange untuk bertanggung jawab lebih terhadap token yang mereka listing, yang pada dasarnya memaksa mereka bertindak sebagai filter kepatuhan regulasi.

Kevin Lee, CBO dari Gate, menyoroti pengaruh besar dari hal ini, bahkan mengutip perubahan regulasi tertentu:

“Meskipun pengawasan regulasi meningkat, kami juga melihat regulator mengembangkan kerangka kerja yang lebih koheren dan konsisten antar yurisdiksi. Ini sebenarnya menguntungkan exchange global seperti Gate, karena kami bisa memanfaatkan proses kepatuhan yang sudah ada di berbagai wilayah.”

Lee menjelaskan bahwa Gate telah meningkatkan kerangka kepatuhannya untuk mengevaluasi proyek dalam tiga dimensi penting: kepatuhan regulasi di berbagai yurisdiksi, audit keamanan teknis, dan utilitas jangka panjang di luar perdagangan spekulatif. Akibatnya?

“Proyek tanpa jalur regulasi jelas atau fungsi utilitas semakin sering dikeluarkan lebih awal dalam proses tinjauan kami. Standar yang lebih tinggi ini sebenarnya bermanfaat bagi industri karena mengurangi eksposur ritel terhadap token spekulatif berisiko tinggi sambil mempertahankan akses ke inovasi yang sah.”

Lingkungan regulasi tidak hanya soal menghindari penalti, tetapi juga menjadi keuntungan kompetitif untuk exchange seperti LCX, yang secara proaktif membangun kepatuhan ke dalam penawaran layanan mereka. Monty C. M. Metzger memperjelas:

“Pengawasan regulasi menaikkan standar untuk listing. Proyek membutuhkan tokenomics yang transparan, tata kelola, dan kejelasan hukum. Di LCX, kami mengajukan white papers MiCA untuk berbagai proyek, menangani pendaftaran ESMA untuk penerimaan perdagangan, dan menawarkan ini sebagai bagian dari proses listing kami.”

Proses penilaian ekstensif Bitget dirancang untuk secara proaktif melindungi pengguna dengan fokus pada latar belakang keuangan dan etika sebuah proyek. Mereka memeriksa indikator risiko tinggi seperti Fully Diluted Valuation (FDV) yang tidak proporsional atau konsentrasi tim:

“Proyek yang ingin listing token di Bitget harus menjalani tinjauan legal dan teknis yang ketat untuk menilai kualitas kode, langkah-langkah keamanan, dan kepatuhan regulasi,” tegas Hon Ng, Chief Legal Officer Bitget.

Poin pentingnya adalah kesiapan regulasi merupakan komponen utama, yang tidak bisa ditawar, dari arsitektur proyek saat ini.

Kesiapan regulasi tidak lagi menjadi fitur tambahan, tetapi komponen utama yang tidak bisa dipisahkan dari arsitektur proyek.

CEX vs. DEX: Realitas yang Saling Melengkapi

Perdebatan abadi dalam dunia kripto berpusat pada apakah etos desentralisasi DEXs akhirnya akan menggantikan dominasi terpusat CEXs. Untuk proyek yang bertujuan mencapai aksesibilitas global, jawabannya saat ini adalah yang bernuansa, bahwa saat ini CEXs dan DEXs saling melengkapi, melayani peran yang berbeda tetapi sama-sama penting.

Kevin Lee dari Gate merangkum dinamika ini dengan sempurna:

“DEXs berfungsi sebagai inkubator penting untuk proyek tahap awal, menawarkan listing tanpa izin dan aksesibilitas global tanpa hambatan KYC. Namun, data kami menunjukkan bahwa listing CEX tetap penting untuk proyek dewasa yang mencari adopsi institusional dan likuiditas mainstream. Kenyataannya adalah saling melengkapi daripada bersaing – DEXs unggul dalam penemuan harga untuk token baru dengan peningkatan volume perdagangan 70 kali lipat yang biasanya diamati saat token DEX yang sukses bermigrasi ke platform terpusat.”

Peningkatan volume yang masif ini menyoroti peran tak tertandingi CEX dalam membawa modal global dan menyediakan kedalaman likuiditas yang diperlukan bagi pelaku institusi. Lee menegaskan perbedaan pada jenis klien:

“Untuk aksesibilitas global, DEX menyediakan jangkauan geografis yang penting, tetapi CEX menawarkan infrastruktur berkualitas institusi yang dibutuhkan oleh dana pensiun, kantor keluarga, dan perbendaharaan korporat. Seiring pertumbuhan dan kematangan industri ini, kami percaya pasar memiliki spektrum audiens yang luas yang mencari solusi CEX dan DEX, dan kami harus berada pada posisi untuk memenuhi keduanya.”

Griffin Ardern, Kepala BloFin Research and Options Desk, sependapat dengan pandangan ini, menempatkan listing CEX sebagai “pengakuan kredit” yang penting:

“DEXs dan mekanisme self-listing akan menjadi saluran penting untuk proyek masa depan mendapatkan pembiayaan pra-listing, tetapi mereka tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran CEX. Listing di CEX besar dan terkemuka (seperti Coinbase) dapat dipahami sebagai bentuk ‘pengakuan kredit,’ artinya proyek tersebut ‘terverifikasi.’ Self-listing tidak bisa mencapai ini, artinya investor harus mengambil risiko yang relatif lebih tinggi saat membeli token selama fase pra-listing.”

Lebih menekankan pentingnya CEXs dalam mengakses basis pasar yang kritis, Bernie Blume, Pendiri dan CEO Xandeum, menyoroti peran CEX sebagai saluran pelanggan:

“Listing di exchange besar masih memberikan akses pasar yang signifikan untuk proyek baru,” jelas Blume. “Mendapatkan listing adalah satu hal, tetapi membuat cukup gelombang di pasar untuk menghasilkan minat adalah hal lain. Exchange terpusat besar adalah organisasi yang dapat menghabiskan jutaan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan calon pelanggan—sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh exchange terdesentralisasi. Oleh karena itu, basis pelanggan yang dimiliki exchange terpusat besar adalah aset utama mereka untuk proyek baru. Jika Anda bisa terdaftar di salah satu exchange terkemuka ini dengan akses ke pasar yang tepat, ini tetap merupakan aset besar untuk proyek baru tersebut.”

Sementara DEXs semakin populer dan memenuhi permintaan untuk self-custody, seperti yang didukung oleh Sebastien Gilquin dari Trezor (“pengguna ingin kontrol, bukan penjaga gerbang dan di sanalah Trezor akan berusaha dalam dinamika baru ini untuk kedaulatan dan kebebasan pribadi”) tetapi jalur menuju adopsi massal masih melewati pusat terpusat.

Markus Levin, Co-Founder XYO menyimpulkan dengan menyarankan bahwa proyek yang paling sukses akan memanfaatkan kedua dunia:

“DEXs berkembang pesat, tetapi saat ini CEXs masih menyediakan likuiditas penting dan aksesibilitas pengguna. Proyek yang paling sukses akan menggunakan keduanya. Listing CEX memberikan skala dan kejelasan pengguna, sementara DEXs menawarkan keterbukaan dan interoperabilitas. Seiring waktu, keseimbangan akan bergeser ke arah sistem yang terdesentralisasi, tetapi CEXs akan terus memainkan peran penting dalam menjembatani pasar tradisional dengan ekonomi kripto.”

Kesimpulan: Kredensial Baru dari Kredibilitas

Para penjaga gerbang kripto telah menyesuaikan standar mereka. Proses listing telah berevolusi dari kontes keindahan spekulatif menjadi audit uji tuntas yang ketat, didorong oleh tuntutan regulasi dan kebutuhan akan utilitas yang dapat dibuktikan.

Mendapatkan listing kelas atas hari ini bukan lagi soal membeli visibilitas, melainkan lebih tentang mendapatkan kredibilitas. Proyek harus menunjukkan adopsi di dunia nyata, metrik on-chain yang kuat, dan pendekatan proaktif terhadap kepatuhan regulasi. Sementara Decentralized Exchange penting untuk inovasi dan penemuan harga awal, Centralized Exchange tetap menjadi jembatan penting untuk modal institusional dan likuiditas pasar massal.

Listing bukan lagi tujuan akhir. Ini adalah titik pemeriksaan yang sangat diatur untuk memverifikasi kelayakan sebuah proyek di panggung keuangan global. Masa depan permainan listing milik mereka yang patuh, kredibel, dan terbukti.

  •