Reading view

Inflasi Melambat, Kepercayaan Lemah: Apa Arti Data Konsumen Michigan untuk Bitcoin

Data ekonomi AS terbaru memberikan sinyal yang jelas tapi juga penuh nuansa bagi pasar. Tekanan inflasi mulai mereda, namun konsumen masih merasakan beban. 

Bagi Bitcoin dan pasar aset kripto secara umum, kombinasi ini mengindikasikan kondisi ekonomi makro yang membaik, meskipun volatilitas jangka pendek masih akan membayangi.

Mengapa Ekspektasi Inflasi Lebih Penting dari Sentimen

Sentimen konsumen AS naik tipis ke 52,9 pada bulan Desember, sedikit lebih tinggi dari November namun tetap hampir 30% lebih rendah dibandingkan tahun lalu, mengutip data dari University of Michigan. 

Di saat yang sama, ekspektasi inflasi terus menurun. Ekspektasi jangka pendek turun ke angka 4,2%, sementara ekspektasi jangka panjang turun ke 3,2%.

The University of Michigan consumer sentiment index came in worse than expected at 52.9 in December. pic.twitter.com/yQ79MOBt5R

— Yahoo Finance (@YahooFinance) December 19, 2025

Bagi pasar, ekspektasi inflasi ini jauh lebih penting daripada tingkat kepercayaan diri konsumen.

Sentimen konsumen mengukur bagaimana perasaan masyarakat tentang keuangan dan ekonomi mereka. Sementara itu, ekspektasi inflasi mengukur apa yang mereka pikirkan tentang harga di masa depan. Bank sentral jauh lebih memperhatikan hal yang kedua.

Penurunan ekspektasi inflasi jangka pendek dan panjang mengindikasikan bahwa rumah tangga meyakini tekanan harga mulai mereda dan akan tetap terkendali. 

Kondisi ini mendukung tujuan The Fed untuk meredam inflasi tanpa menerapkan kebijakan yang terlalu ketat dalam jangka waktu lama.

Data ini hadir setelah laporan CPI bulan November yang memperlihatkan inflasi menurun lebih cepat dari perkiraan. Kedua laporan tersebut menegaskan pesan yang sama: inflasi mulai kehilangan momentumnya.

Who do you believe:

A. University of Michigan consumer confidence below COVID April 2020 and Lehman September 2008 levels.

B. CPI inflation data, skewed by bogus OER? pic.twitter.com/FFEWj0I7OE

— Lawrence McDonald (@Convertbond) December 19, 2025

Arti Penting untuk Suku Bunga dan Likuiditas

Ekspektasi inflasi yang menurun mengurangi kebutuhan suku bunga tinggi. Pasar cenderung bereaksi dengan memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih awal atau lebih dalam, meskipun pertumbuhan ekonomi masih lambat.

Bagi aset berisiko, termasuk kripto, ini penting karena:

  • Suku bunga yang lebih rendah menurunkan imbal hasil dari uang tunai dan obligasi
  • Imbal hasil riil cenderung turun
  • Kondisi keuangan perlahan melonggar

Secara historis, Bitcoin lebih responsif terhadap kondisi likuiditas daripada terhadap kepercayaan konsumen maupun pertumbuhan ekonomi.

Mengapa Kepercayaan Lemah Tidak Terlalu Berdampak pada Aset Kripto

Kepercayaan konsumen yang rendah mencerminkan tekanan biaya hidup, bukan karena permintaan yang anjlok. Orang-orang masih merasa terbebani, namun mereka tidak lagi terlalu khawatir harga akan naik tajam.

Pada dasarnya, pasar aset kripto tidak bergantung pada konsumsi masyarakat secara langsung seperti saham. Sebaliknya, pasar kripto merespons:

  • Ekspektasi suku bunga
  • Kekuatan Dollar
  • Likuiditas global

Hal ini membuat ekspektasi inflasi yang menurun menjadi hal yang positif bagi Bitcoin, walaupun kepercayaan konsumen masih lemah.

Mengapa Volatilitas Nampaknya Akan Terus Berlanjut

Kondisi seperti ini memang menguntungkan aset berisiko dalam jangka panjang, meski jalurnya tidaklah mulus.

Kepercayaan diri yang lemah menandakan pertumbuhan ekonomi masih rapuh. Hal ini membuat pasar lebih sensitif terhadap rilis data, strategi pelaku pasar, dan arus modal jangka pendek. Seperti yang terlihat setelah rilis laporan CPI, bahkan data makro yang positif bisa saja memicu pembalikan harga mendadak ketika leverage sedang tinggi.

Bagi Bitcoin sendiri, situasi ini biasanya menghasilkan:

  • Reaksi kuat terhadap berita makro
  • Gerakan harga yang tidak menentu
  • Reli yang lebih banyak didorong likuiditas ketimbang keyakinan

Melihat Ke Depan ke Januari 2026

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan latar makro yang konstruktif bagi kripto menjelang awal 2026. Tekanan inflasi mulai mereda, kebijakan mulai longgar, serta kondisi likuiditas semakin membaik.

Namun di sisi lain, kepercayaan diri yang lemah menjelaskan kenapa volatilitas pasar masih tinggi dan rentan mengalami penurunan mendadak.

Poin utamanya sederhana: kondisi makro untuk Bitcoin terus membaik, tapi pergerakan harga akan tetap ditentukan oleh arus dana, leverage, dan momentum, bukan hanya optimisme belaka.

  •  

Inflasi AS Melandai, tapi Kenapa Bitcoin & Saham Tetap Turun?

Inflasi Amerika Serikat (AS) menghadirkan kejutan paling “ramah risiko” dalam beberapa bulan terakhir. Namun alih-alih memantik reli berkelanjutan, Bitcoin dan pasar saham AS justru tergelincir tajam selama jam perdagangan AS.

Aksi harga ini membuat banyak pelaku pasar mengernyit. Namun, pembacaan grafik mengarah pada penjelasan yang familier: harga digerakkan oleh struktur pasar, positioning, dan likuiditas, bukan oleh perubahan fundamental ekonomi makro.

Apa yang Terjadi setelah Rilis CPI AS

Headline CPI AS melambat ke 2,7% secara tahunan (year on year / YoY) pada November, jauh di bawah konsensus 3,1%. Core CPI juga turun ke 2,6%, melampaui ekspektasi pasar.

Secara teori, ini merupakan salah satu rilis inflasi paling bullish bagi aset berisiko sepanjang 2025. Reaksi awal pasar pun selaras dengan buku teks. Bitcoin melonjak ke area US$89.000, sementara indeks S&P 500 dibuka dengan penguatan tajam pasca-data dirilis.

Namun, reli tersebut ternyata berumur pendek.

Harga Bitcoin Sempat Reli, Lalu Dump Setelah Data CPI AS | Sumber: CoinGecko

Dalam rentang sekitar 30 menit setelah rilis CPI, Bitcoin berbalik arah. Dari puncak intraday di kisaran US$89.200, harga BTC terhempas cepat menuju area US$85.000.

S&P 500 memperlihatkan pola serupa: volatilitas intraday yang menyapu bersih kenaikan awal sebelum akhirnya menemukan keseimbangan kembali.

S&P 500 Anjlok Tajam lalu Melesat Setelah Data CPI AS | Sumber: X/Kobeissi Letter

Pembalikan serempak antara kripto dan saham ini krusial. Ia menandakan bahwa pergerakan tersebut bukan reaksi emosional atau sentimen sektoral, melainkan dinamika struktural lintas pasar.

Volume Jual Taker Bitcoin Membuka Tabir

Petunjuk paling jelas terlihat dari data volume jual taker Bitcoin.

Pada grafik intraday, lonjakan masif volume jual taker muncul tepat saat Bitcoin mulai kehilangan pijakan. Taker sell mencerminkan market order agresif yang langsung menghantam bid, bukan sekadar aksi ambil untung bertahap.

Lonjakan ini terkonsentrasi selama jam perdagangan AS dan bertepatan dengan fase penurunan harga paling curam.

Volume Taker Bitcoin di Semua Exchange pada 18 Desember | Sumber: CryptoQuant

Grafik mingguan mempertegas pola tersebut. Lonjakan serupa berulang dalam beberapa hari terakhir, umumnya saat likuiditas memuncak. Ini mengindikasikan aksi jual yang bersifat paksa atau sistematis, bukan eksodus ritel secara satuan.

Perilaku ini konsisten dengan likuidasi berantai, strategi volatility-targeting, serta de-risking algoritmik—mekanisme yang cenderung mempercepat tekanan jual ketika harga bergerak berlawanan dengan posisi leverage.

Volume Taker Bitcoin di Semua Exchange Selama Seminggu Terakhir | Sumber: CryptoQuant

Mengapa “Kabar Baik” Justru Memicu Tekanan?

Data CPI tak memicu aksi jual karena kualitasnya buruk, melainkan karena terlalu baik.

Inflasi yang melandai memperbaiki kondisi likuiditas, mempersempit spread bid-ask, dan membuka ruang bagi pelaku besar untuk mengeksekusi transaksi berskala besar secara efisien.

Lonjakan awal Bitcoin kemungkinan bertabrakan dengan zona order book yang padat, stop loss, dan leverage jangka pendek. Ketika momentum naik kehilangan tenaga, harga berbalik, memicu stop-out dan likuidasi posisi long.

Begitu likuidasi dimulai, tekanan jual berubah eksponensial. Itulah sebabnya penurunan berlangsung tajam dan cepat, bukan melalui erosi bertahap.

Fluktuasi intraday S&P 500 mencerminkan mekanisme serupa. Pola jatuh cepat lalu pulih mendadak pasca-data makro sering kali terkait dengan lindung nilai dealer, efek gamma opsi, serta penyesuaian risiko sistematis secara real time.

🚨 This is insane level of manipulation.

8:30 a.m.

CPI came in lower than expected.

– On the bullish CPI news, Bitcoin pumped $2217, from $87,260 to $89,477 in just 60 minutes.
– $70B added to the crypto market.
– $94 million worth of shorts liquidated.

10:00 a.m.

The… pic.twitter.com/FmJqLDKbBw

— Bull Theory (@BullTheoryio) December 18, 2025

Apakah Ini Terlihat Seperti Manipulasi?

Grafik tidak membuktikan adanya manipulasi. Namun, ia menampilkan ciri-ciri khas yang kerap diasosiasikan dengan stop-run dan penyerapan likuiditas:

  • Pergerakan cepat ke level teknikal yang sudah jelas
  • Pergerakan balik langsung setelah likuiditas membaik
  • Lonjakan besar aksi jual agresif saat breakdown
  • Kesesuaian waktu yang ketat dengan jam perdagangan AS

Perilaku seperti ini lazim di pasar dengan leverage tinggi. Pemicu utamanya bukan individu, melainkan dana besar, market maker, dan strategi sistematis yang beroperasi lintas futures, opsi, dan spot. Fokus mereka bukan narasi, melainkan efisiensi eksekusi dan manajemen risiko.

Di pasar kripto—di mana leverage tinggi dan likuiditas cepat mengering di luar jam utama—arus semacam ini kerap terlihat ekstrem.

🚨 THEY ARE MANIPULATING BITCOIN AGAIN AND I HAVE EVIDENCE!!!

Bitcoin dumped $4000 in minutes…

and almost no one actually understands what just took place.

It’s the same group of players manipulating the price… AGAIN.

Stop looking at charts, YOU NEED TO CHECK THE OUTFLOWS.… pic.twitter.com/ymU4kXdWvb

— NoLimit (@NoLimitGains) December 18, 2025

Apa Artinya ke Depan?

Penurunan harga ini tidak meniadakan sinyal CPI. Inflasi memang melandai, dan itu tetap mendukung aset berisiko dalam horizon menengah hingga panjang. Yang terjadi lebih menyerupai penataan ulang posisi jangka pendek, bukan perubahan arah makro.

Dalam waktu dekat, perhatian trader tertuju pada dua hal: apakah Bitcoin mampu bertahan di atas zona support terbarunya, dan apakah tekanan jual mereda seiring berakhirnya fase likuidasi.

Jika volume jual taker mulai surut dan harga mampu bertahan, dampak dovish CPI berpotensi kembali merembes ke pasar dalam beberapa sesi mendatang.

Bagaimana pendapat Anda tentang saham dan Bitcoin yang tak naik pasca melandainya data inflasi? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

  •  

Inflasi AS Turun Tajam di November, CPI Tidak Capai Perkiraan

Inflasi AS melambat lebih besar dari perkiraan pada November, menghadirkan kejutan negatif yang jelas serta bisa mengubah ekspektasi pasar dan The Fed dalam waktu dekat. Berdasarkan data terbaru yang dirilis pada 18 Desember, Consumer Price Index (CPI) utama naik 2,7% secara year on year, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1%.

Sementara itu, core CPI yang tidak memasukkan makanan dan energi, naik 2,6% secara year on year, juga meleset dari perkiraan sebesar 3,0%. Data ini menunjukkan perlambatan signifikan pada tekanan harga dan menandakan momentum disinflasi semakin kuat menjelang akhir tahun 2025.

Apakah Ini Bullish untuk Pasar Aset Kripto?

Hasil yang lebih rendah dari proyeksi ini memperkuat pandangan bahwa inflasi menurun lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan para pengambil kebijakan dan pelaku pasar baru-baru ini. Inflasi inti, yang sangat diperhatikan oleh The Fed, kini berada jauh di bawah 3%—angka yang terakhir kali tercapai sebelum inflasi melonjak kembali awal tahun ini.

Data ini melemahkan alasan untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat lebih lama dan memperkuat keyakinan bahwa The Fed bisa jadi akan mengambil sikap lebih akomodatif lebih cepat dari yang sudah diperhitungkan pasar sebelumnya.

Pasar kemungkinan besar akan menafsirkan data ini sebagai pendorong pemangkasan suku bunga, khususnya untuk awal tahun 2026. Inflasi yang lebih rendah mengurangi tekanan pada yield riil dan US dollar—dua hambatan utama bagi aset berisiko dalam beberapa bulan terakhir.

Pasar aset berisiko, termasuk saham dan aset kripto, sebelumnya sudah bersikap hati-hati menjelang perilisan data ini, sehingga masih ada peluang untuk penyesuaian harga yang tajam seiring trader mencerna data baru tersebut.

Bitcoin dan pasar kripto secara umum memasuki momen rilis CPI dalam kondisi konsolidasi, dengan para trader bersiap menghadapi volatilitas. Kejutan penurunan inflasi biasanya menjadi sentimen makro positif bagi aset kripto, karena ekspektasi inflasi yang mulai mereda akan mendukung kondisi likuiditas dan minat risiko.

Pergerakan harga dalam jangka pendek sekarang akan bergantung pada seberapa cepat pasar menyesuaikan ekspektasi terhadap kebijakan The Fed dan apakah pembelian lanjutan akan terjadi setelah reaksi awal tersebut.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Perhatian pasar akan tertuju pada:

  • Update peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed
  • Respon yield Treasury AS
  • Kekuatan atau pelemahan US dollar
  • Pergerakan lanjutan aset berisiko hingga akhir tahun

Untuk saat ini, laporan CPI bulan November memberikan pesan yang jelas: inflasi turun lebih cepat dari perkiraan, dan pasar harus segera menyesuaikan diri.

  •  

Krisis Pasar Kerja AS Tingkatkan Taruhan Harga Aset Kripto di Desember dan Januari

Pelemahan pasar tenaga kerja AS menjadi variabel risiko utama bagi kripto memasuki Desember dan awal 2026. Pemutusan hubungan kerja yang meningkat, melambatnya perekrutan, dan penurunan kepercayaan konsumen semakin memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. 

Perubahan ini dapat mempengaruhi Bitcoin dan Ethereum lebih tajam daripada ekuitas karena kondisi likuiditas yang rapuh di seluruh aset digital.

Stres Pasar Tenaga Kerja Tingkatkan Tekanan pada The Fed

Pengumuman pemutusan hubungan kerja meningkat tajam pada bulan Oktober ke tingkat tertinggi sejak 2003. Beberapa perusahaan besar memangkas pekerjaan atau membekukan perekrutan, mencerminkan biaya tarif, restrukturisasi AI, dan ketidakpastian pasca penutupan. 

Kepercayaan konsumen juga menurun pada bulan November seiring meningkatnya ketidakamanan pekerjaan.

Alternative data shows US layoffs are surging:

Job cuts tracked by MacroEdge jumped +70,609 MoM in October, to 154,559, the highest in at least 2 years.

Monthly job cuts have now exceeded 100,000 for the 5th time this year.

At the same time, layoff announcements compiled by… pic.twitter.com/zLRiMebfi5

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) November 28, 2025

Namun, klaim pengangguran mingguan tetap rendah. Pasar menafsirkan gambaran yang campur aduk ini sebagai tanda bahwa ekonomi melemah tapi tidak runtuh. 

Akibatnya, trader sekarang mengharapkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan Desember. Pasar Futures memprediksi pelonggaran yang signifikan untuk 2026.

Pemotongan di bulan Desember akan menandai perubahan tajam dari sikap The Fed sebelumnya “lebih tinggi lebih lama”. Ini juga akan menjadi sinyal bahwa bank sentral merespons pelemahan pasar tenaga kerja sebelum kerusakan yang lebih meluas terjadi.

Probabilitas Pemotongan Suku Bunga The Fed Untuk Desember | Sumber: CME FedWatch

Pasar Aset Kripto Sangat Sensitif terhadap Sinyal Likuiditas

Bitcoin dan Ethereum masih beroperasi dalam likuiditas tipis setelah kejutan likuidasi pada 10 Oktober. Pembuat pasar mengurangi inventaris risiko, membuat buku pesanan dengan kedalaman lebih sedikit. 

Tom Lee menggambarkan pasar sebagai “pincang” selama enam minggu akibat kapasitas likuiditas yang rusak.

Kondisi ini meningkatkan dampak dari perubahan makro. Ketika likuiditas tipis, perubahan ekspektasi suku bunga biasanya menggerakkan kripto lebih cepat daripada ekuitas

Dinamika ini terlihat jelas pada bulan November, ketika arus keluar ETF dan tekanan penjualan mendorong Bitcoin turun hampir 30% dari puncaknya di bulan Oktober.

Metrik on-chain kini menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. CVD Taker 90 hari telah bergerak dari penjualan terus-menerus ke netral, menunjukkan kelelahan penjual. 

Di saat yang sama, pengguna meminjam dengan jaminan Bitcoin daripada menjualnya, yang mengurangi tekanan pasokan langsung namun meningkatkan risiko likuidasi laten.

Reli Desember Mungkin Terjadi, namun Tidak Dijamin

Pemotongan suku bunga pada Desember akan mengurangi imbal hasil riil dan menyuntikkan likuiditas ke aset berisiko. Bitcoin secara historis reli dalam kondisi seperti itu, terutama setelah penurunan tajam. 

Beberapa metrik sudah menunjukkan momentum yang membaik. Bacaan Fear and Greed Index naik dari 11 ke 22. Rata-rata Relative Strength Index (RSI) crypto naik menuju 60 setelah menyentuh level oversold di awal bulan. MACD juga berubah positif.

🔴Record layoffs in the US

US companies cut 153,000 jobs in October, 175% more than a year ago. That makes October the worst in 20 years and the rate the highest for the fourth quarter since 2008🗓

For the crypto market, this creates a double effect: on the one hand, a… pic.twitter.com/LcAcbjwhFk

— Vlados0707 (@Vladislav77001) November 9, 2025

Namun, data arus ETF tetap tidak pasti. Bulan November menunjukkan arus keluar yang besar, meskipun hari-hari terakhir menunjukkan arus masuk yang tentatif. 

Jika permintaan ETF kembali, likuiditas tipis dapat memperkuat pergerakan naik. Jika arus keluar berlanjut, pasar mungkin kembali ke level terendah baru-baru ini.

Sinyal makro akan mendominasi kripto hingga akhir tahun. Sikap dovish The Fed dapat memicu reli seperti 2023. 

Sikap hawkish dapat melemahkan pemulihan saat ini dan memperkuat tren bearish yang terlihat pada bulan November.

Binance Bitcoin & Ethereum Exchange Inflow Value Is Structurally Elevated

“This often aligns with phases of rotation rather than pure accumulation. Large players move size onto the exchange, giving the market more room for distribution.” – By @TeddyVision pic.twitter.com/wnpOWkyhPL

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) November 28, 2025

Januari 2026 Nampaknya Membawa Risiko Volatilitas Tambahan

Meski kripto reli pada Desember, Januari tetap tidak pasti. Laporan pekerjaan gabungan Oktober–November tiba pada 16 Desember. Rilis ini mungkin mengkonfirmasi tekanan tenaga kerja yang lebih dalam yang belum tertangkap dalam data mingguan.

Jika pemutusan hubungan kerja meningkat pada Januari, aset berisiko bisa melemah. Pasar dapat menafsirkan penurunan tenaga kerja sebagai tanda resesi. 

Dalam skenario itu, pemotongan suku bunga mungkin tidak mengimbangi aversi risiko yang meluas. Bitcoin sering bereaksi lebih dulu dalam kondisi seperti itu karena profil likuiditasnya.

Sebaliknya, jika laporan menunjukkan kelemahan moderat dengan pertumbuhan upah yang stabil, pasar mungkin memperkirakan pelambatan yang terkendali. 

Ini dapat mendukung kelanjutan reli Desember hingga awal 2026. Dalam kedua kasus, kondisi likuiditas akan memengaruhi besarnya fluktuasi harga.

Dengan momentum yang membaik dan likuiditas yang masih tipis, pasar tetap siap untuk pergerakan signifikan. Arah akan ditentukan oleh bagaimana Federal Reserve merespons tekanan pasar tenaga kerja yang meningkat dan bagaimana investor menafsirkan sinyal ekonomi yang lebih luas dalam minggu-minggu mendatang.

  •  

RBNZ Diprediksi Akan Memotong Suku Bunga Menjadi 2,25% pada November

Diperkirakan Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) akan memangkas Suku Bunga Acuan (OCR) menjadi 2,25% dari 2,5%, mengikuti pertemuan kebijakan moneter November pada hari Rabu.

Keputusan ini akan diumumkan pada pukul 01:00 GMT, diikuti oleh Pernyataan Kebijakan Moneter (MPS) dan konferensi pers Gubernur RBNZ Christian Hawkesby pada pukul 02:00 GMT. Dolar Selandia Baru (NZD) kemungkinan besar mengalami reaksi besar terhadap pengumuman kebijakan bank sentral tersebut.

Apa yang diharapkan dari keputusan suku bunga RBNZ?

Setelah pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) yang standar pada bulan Agustus dan langkah kejutan sebesar 50 bps pada bulan Oktober, RBNZ diharapkan memberikan hat-trick, dengan pemangkasan 25 bps sepenuhnya disiapkan untuk pertemuan kebijakan moneter November.

Bank sentral memutuskan untuk memilih pemangkasan suku bunga besar dalam keputusan kebijakan terakhirnya di tengah perlambatan ekonomi dan keyakinan bahwa inflasi sudah terkendali.

Dalam Tinjauan Kebijakan Moneter (MPR) bulan Oktober, RBNZ mencatat bahwa “komite tetap terbuka untuk penurunan lebih lanjut dalam OCR sebagaimana diperlukan agar inflasi bisa mencapai target 2 persen secara berkelanjutan dalam jangka menengah.”

Oleh karena itu, pemangkasan suku bunga lainnya pada hari Rabu tidak akan menjadi kejutan.

Maka, semua mata akan tertuju pada diskusi di antara para pembuat kebijakan tentang pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut menuju tahun 2026.

Revisi proyeksi OCR di paruh pertama tahun depan juga akan sangat diperhatikan untuk menilai langkah bank ke depan terkait suku bunga.

Inflasi NZ Terus Meningkat

Sejak pertemuan 8 Oktober, inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) tahunan Selandia Baru meningkat di kuartal ketiga (Q3), mencapai 3,0%, sesuai dengan perkiraan dan di ujung atas rentang target 1% hingga 3% dari bank sentral.

namun, RBNZ menegaskan pada bulan Oktober bahwa inflasi telah meningkat, tetapi mencatat bahwa kapasitas cadangan dalam ekonomi harus membawanya kembali ke 2% pada pertengahan 2026, menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan tidak mengharapkan inflasi yang persisten.

Selain itu, inflasi non-perdagangan tahunan turun menjadi 3,5% di Q3, dibandingkan dengan 3,7% di kuartal kedua.

Tambahan lagi, survei kondisi moneter RBNZ menunjukkan pada tanggal 11 November bahwa ekspektasi inflasi dua tahun, yang dipandang sebagai kerangka waktu ketika tindakan kebijakan bank sentral akan berpengaruh terhadap harga, stabil pada 2,28% pada Q4 2025.

Sementara itu, Tingkat Pengangguran Selandia Baru naik menjadi 5,3% di Q3 dari 5,2% di kuartal kedua, menurut data resmi yang dirilis oleh Statistik Selandia Baru pada tanggal 4 November. Angka ini sejalan dengan konsensus pasar.

Di tengah ekspektasi bahwa inflasi dasar sebagian besar melambat, pemangkasan suku bunga lainnya oleh RBNZ dianggap tepat.

Ekonom di Westpac NZ mengatakan: “Kami mengharapkan penurunan 25bp dalam OCR menjadi 2,25%.”

Kami melihat revisi ke bawah pada jalur proyeksi OCR sekitar 30-35bp, dengan titik terendah dalam proyeksi sekitar 2,20% di paruh pertama 2026. Implikasinya adalah bias pelonggaran yang ringan dan bergantung pada data untuk tahun depan.”

Bagaimana keputusan suku bunga RBNZ mempengaruhi Dolar Selandia Baru? 

P pasangan NZD/USD berkutat di posisi terendah tujuh bulan seiring risiko acara RBNZ semakin dekat. Ekspektasi yang tinggi akan pemangkasan suku bunga November telah memberikan tekanan berat pada NZD sejak akhir Oktober.

Jika bank sentral menurunkan perkiraan inflasi dan/atau OCR sambil mempertahankan bias pelonggaran, Dolar Kiwi dapat memperpanjang penurunan saat ini.

Sebaliknya, NZD dapat mengalami reli besar-besaran seandainya RBNZ menandakan berakhirnya siklus pemangkasan suku bunga di tengah prospek ekonomi yang membaik dan meredanya kekhawatiran tarif AS.

Dhwani Mehta, Analis Utama Sesi Asia di FXStreet, menawarkan pandangan teknis singkat untuk NZD/USD dan menjelaskan:

“Dari perspektif teknis jangka pendek, potensi bearish tetap utuh untuk pasangan Kiwi karena Relative Strength Index (RSI) 14-hari tetap rentan jauh di bawah garis tengah.”

“Jika penjual menunjukkan kekuatan pada pemangkasan RBNZ yang dovish, pasangan NZD/USD dapat turun lebih jauh menuju dukungan garis tren menurun di 0,5550. Lebih jauh ke selatan, level bulat 0,5500 dan level terendah April di 0,5486 dapat diuji. Sebaliknya, pasangan ini perlu melewati Simple Moving Average (SMA) 21-hari di 0,5663 secara berkelanjutan untuk pemulihan yang berarti. Target atas yang relevan berikutnya sejajar dengan SMA 50-hari di 0,5735 dan ambang batas 0,5800,” tambah Dhwani.

  •  

Risalah The Fed Ungkap Pemotongan Suku Bunga Desember di Ujung Tanduk, Bitcoin Jatuh di Bawah US$89.000

Risalah baru yang dirilis oleh Federal Reserve dari pertemuan 28–29 Oktober menambah ketidakpastian baru dalam prospek kebijakan Desember, meningkatkan volatilitas pasar di ekuitas, obligasi, dan Bitcoin.

Meskipun risalah mencerminkan data ekonomi yang hanya tersedia saat pertemuan, perubahan bahasa dalam dokumen tersebut menjadi titik fokus terbaru bagi analis yang mencoba memahami langkah selanjutnya dari The Fed.

Risalah The Fed Ungkap Mayoritas Tipis Menentang Pemangkasan Suku Bunga Desember

The Fed menggambarkan bahwa “banyak” pejabat memandang pemotongan suku bunga Desember sebagai “mungkin tidak sesuai,” sementara “beberapa” mengatakan pemotongan “bisa jadi sesuai.”

Dalam istilah pengamat Fed, hierarki ini penting. “some” > “several”, dan “many” lebih besar dari keduanya. Ini menunjukkan sebagian besar kecil menolak pemotongan suku bunga Desember pada saat pertemuan.

💥BREAKING:

FOMC MINUTES:

– MANY SAW DECEMBER RATE CUT AS LIKELY NOT APPROPRIATE

– SEVERAL SAID DECEMBER CUT 'COULD WELL BE' APPROPRIATE pic.twitter.com/nAVD0RFUEc

— Crypto Rover (@cryptorover) November 19, 2025

Risalah juga menunjukkan munculnya titik stres di pasar uang:

  • Volatilitas repo,
  • Penurunan penggunaan ON RRP, dan
  • Cadangan cenderung menuju kelangkaan.

Kombinasi ini secara historis mendahului akhir dari pengetatan kuantitatif (QT). Oleh karena itu, sentimen menunjukkan bahwa The Fed mungkin lebih dekat dari yang diharapkan untuk menghentikan pengurangan neraca.

Sebelum risalah ini dirilis, pasar sudah melakukan de-risking, dengan harga Bitcoin turun di bawah US$89.000 ke level terendah dalam tujuh bulan. Sentimen ini menyebar di saham kripto dan indeks TradFi.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Kinerja Harga Bitcoin (BTC). Sumber: BeInCrypto

Trader makro mengatakan cerita sebenarnya adalah tipisnya perpecahan di dalam The Fed. Risalah ini menunjukkan tidak ada konsensus yang kuat, mengindikasikan Desember akan menjadi salah satu keputusan kebijakan tersulit sejak The Fed memulai perjuangannya melawan inflasi.

Beberapa pejabat menekankan risiko inflasi yang masih tinggi; yang lain menunjuk pada kondisi tenaga kerja yang mendingin dan permintaan yang menurun. Dengan kedua pihak mempersenjatai diri dengan data terbaru setelah pertemuan, termasuk CPI yang lebih lembut, klaim pengangguran yang stabil, dan aktivitas ritel yang menurun, Desember bisa berubah berdasarkan dua cetakan data berikutnya.

Untuk saat ini, pasar mengkalibrasi ulang ke skenario di mana likuiditas semakin ketat, ketidakpastian kebijakan meningkat, dan Bitcoin berada di zona yang rentan secara struktural sampai pembeli kembali mengambil inisiatif.

Jika The Fed memilih untuk menahan pada bulan Desember, pasar mungkin perlu bersiap menghadapi dataran tinggi yang lebih lama dari yang diharapkan dan lebih banyak volatilitas di masa depan.

  •