Bitcoin ambruk ke level terendah enam bulan di US$91.545 pada Selasa (18/11) pagi waktu Asia, menjebol support krusial. Ethereum juga longsor di bawah US$3.000, menegaskan kelemahan pasar secara luas.
Koreksi kripto bergerak sejalan dengan pasar tradisional, yang mengalami sesi terburuk dalam sebulan terakhir.
Ambruknya Pasar Hapus Raihan Reli
Bitcoin terkoreksi 3,21% pada 17 November, menjatuhkan nilainya hingga 27% dari all-time high (ATH) Oktober. Ethereum mencatat drop yang lebih dalam sebesar 4,22% ke US$2.978. Barisan altcoinutama juga mengalami pelemahan mingguan yang signifikan: Solana amblas 22,51%, XRP merosot 16,73%, dan Cardano turun 22,12% dalam tujuh hari terakhir.
Penurunan pun melebar ke sejumlah pasar lain. S&P 500 turun 61,70 poin ke 6.672,41, sementara Nasdaq melemah 192,51 poin ke 22.708,07. Keduanya ditutup di bawah moving average 50-hari, mengakhiri rangkaian yang belum terjadi sejak 2007 dan 1995 silam.
Bitcoin kehilangan 3,21% pada 17 November | Sumber: BeInCrypto
Dow Jones Industrial Average merosot lebih dari 550 poin jelang laporan pendapatan Nvidia. Analis teknikal menilai breakdown ini sebagai sinyal bearish jangka pendek, dengan fokus pada support di moving average 200-hari. Dana mengalir ke sektor healthcare (kesehatan) dan energi, sementara investor ritel menurunkan risiko.
CME Gap Bitcoin Resmi Tertutup usai Menggantung 7 Bulan
Satu peristiwa teknikal besar terjadi ketika Bitcoin menutup CME futures gap terakhir di sekitar US$92.000. Gap ini terbuka sejak April 2025 akibat penutupan CME pada akhir pekan sementara exchange spot tetap beroperasi. Gap harga seperti ini biasanya akan tertutup, sehingga menghilangkan tekanan teknikal meski tidak menjamin reversal alias pembalikan harga.
Crypto trader DaanCryptoTrades mengonfirmasi penutupangap tersebut di media sosial, menegaskan bahwa risiko itu kini hilang. Meski begitu, lemahnya demand (permintaan) masih bisa memicu penurunan lanjutan. Adapun struktur teknikal tetap rapuh.
Penutupan Gap Bitcoin CME dikonfirmasi | Sumber: DaanCrypto
Para trader kini berada di titik kritis. Dengan gap yang sudah tertutup, risiko jangka pendek pun berkurang, tetapi aksi harga masih lemah. Respons volatilitas dan juga likuiditas dalam sesi mendatang akan menentukan apakah Bitcoin kehilangan momentum untuk turun lebih dalam atau membentuk base.
Tekanan Makro & Ketidakpastian Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Sinyal ekonomi yang lebih luas menambah tekanan pada pasar. Empire State Manufacturing Index melonjak ke 18,7, naik 8 poin dari bulan sebelumnya. Data kuat ini menurunkan probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember.
Polymarket menempatkan probabilitas “no cut” di 55%, sementara data CME Group menunjukkan peluang 60% bahwa kebijakan tidak berubah.
Polymarket menempatkan peluang tanpa pemotongan di 55% | Sumber: Polymarket
Riset dari 10X Research menyebut aktivitas pembeli baru mandek sejak 10 Oktober. Nada yang lebih hawkish dari The Fed menambah tekanan. Analisis mereka memperingatkan bahwa kondisi masih rentan terhadap likuidasi lebih lanjut.
Indeks sentimen industri mendekati level terendah terbaru, mencerminkan psikologi pasar yang terguncang. Data opsi menunjukkan pergantian: volume put melampaui volume call dalam 24 jam terakhir, padahal biasanya call mendominasi. Pergeseran ini mengindikasikan trader bersiap menghadapi penurunan atau bertaruh pada downside (aksi turun).
Data opsi menyoroti perubahan: volume put melebihi volume call dalam satu hari terakhir | Sumber: Coinglass
Sinyal On-chain Mengarah ke Fase Kapitulasi
Analitik on-chain dari Glassnode dan Bitfinex menunjukkan bahwa realized loss (kerugian yang terealisasi) mulai stabil, menandakan short-term holder alias holder jangka pendek tengah memasuki mode kapitulasi. Secara historis, pasar sering kali membentuk bottom setelah gelombang penjualan dari mereka yang membeli di puncak. Namun, pemulihan jangka panjang membutuhkan akumulasi dari long-term holder.
Analis Benjamin Cowen menilaiBitcoin berpotensi menguji 200-week exponential moving average di rentang US$60.000 hingga US$70.000. Namun, ia juga mencatat peluang terjadinya relief rally terlebih dahulu. Proyeksi analis beragam, mencerminkan ketidakpastian serta potensi bounce atau pemantulan jangka pendek di tengah kerusakan teknikal yang signifikan.
While I think Bitcoin will go to the 200W SMA ($60k-$70k) in 2026, there is a high probability it will have a bounce back to the 200D SMA before going that low.
All prior cycle bear markets were confirmed by a macro lower high at the 200D SMA. pic.twitter.com/1S477LVLhf
Prediksi bearish bermunculan di media sosial. Roman Trading menyebut US$76.000 sebagai support berikutnya, dengan alasan pola teknikal yang patah serta momentum yang melemah. Meski bersifat opini individual, ini mencerminkan kekhawatiran trader terhadap potensi penurunan lanjutan.
Beberapa hari ke depan akan menentukan apakah Bitcoin dapat bertahan di atas US$90.000 atau justru tekanan jual membludak. Data ekonomi, pernyataan bank sentral, dan arus masuk institusional kemungkinan menjadi penentu arah. Untuk saat ini, risiko tetap tinggi sementara kalangan bullish dan bearish menunggu sinyal yang lebih jelas.
Bagaimana pendapat Anda tentang analisis dan prediksi harga Bitcoin, Ethereum, dan sederet altcoin papan atas ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
The US Bitcoin exchange-traded funds (ETFs) keep flowing out as the crypto Fear and Greed Index dropped to 11, reflecting extreme fear.
Retail investors have stayed out of the market during this downturn, while data shows that whales are the primary buyers amid the selloff.
ETF Outflows and Retail Absence Signal Market Shift
US Bitcoin spot ETFs have experienced persistent capital flight, with holdings declining from 441,000 BTC on October 10 to about 271,000 BTC by mid-November. This marks a sharp reversal from institutional support earlier this year.
According to Farside Investors data, Bitcoin ETFs have now logged four consecutive days of outflows, extending the defensive tone that has dominated the month. Earlier in the period, redemptions peaked at well over $800 million in a single day, highlighting how sharply sentiment had soured. The latest figure shows a much smaller outflow of around $60 million, but still signals that buyers remain cautious and momentum has yet to turn.
Spot average order size metrics show that retail traders are not returning, even as Bitcoin has dropped almost 27% from its October 6 all-time high of $126,272.76. Exchange data from Binance, Coinbase, Kraken, and OKX indicates larger order sizes, highlighting whale activity rather than small-scale retail buyers.
The Fear and Greed Index plummeted to 11, underscoring extreme market fear. Historically, such levels correlate with market bottoms, but retail investors remain cautious and reluctant to engage. In the morning hours in Asia, Bitcoin traded at somewhere between $91,000 and $92,000, down more than 3% in 24 hours and 13-14% for the week. Ethereum briefly slipped below $3,000, and Solana was at around $130, declining over 5% in 24 hours and 21% over the week.
Whale Accumulation amid Market Weakness
As retail investors sit on the sidelines, large players continue to accumulate aggressively. A whale purchased 10,275 ETH at $3,032 for $31.16 million USDT within 24 hours before November 17, based on on-chain monitoring by OnchainLens. Between November 12 and November 17, this address acquired a total of 13,612 ETH for $41.89 million USDT, at an average price of $3,077.
Nansen transaction log showing whale’s $31.16M ETH purchase over 24 hours. Source: OnchainLens
Permanent Bitcoin holders—wallets that have never recorded outflows—are supporting what CryptoQuant describes as the largest accumulation surge in recent selloffs. Permanent holder demand rose from 159,000 BTC to 345,000 BTC, marking the biggest absorption in several cycles. This substantial accumulation occurred even as the price fell, highlighting a stark divergence between long-term and short-term market behaviors.
This divergence between whale accumulation and retail caution highlights a shift in market dynamics. However, CryptoQuant CEO Ki Young Ju notes that the current dip involves long-term holders rotating coins among themselves rather than new money entering the market. This suggests the drawdown does not mark the start of a new bear market, though current conditions may not present the classic buy-the-dip moment sought by retail.
30-day permanent holder demand showing record accumulation during price selloff. Source: CryptoQuant
Structural Changes and Institutional Dynamics
This selloff differs from past crypto winters. Major financial institutions, including JPMorgan, now accept Bitcoin as collateral for loans despite its price weakness. This evolving infrastructure offers more support compared to previous bearish cycles. Deeper liquidity is available, helping to steady the market.
Technical signals remain bearish for now. Bitcoin has dropped more than 20% from its record high; recently, its 50-day moving average fell below its 200-day moving average—a “death cross.”
Macroeconomic factors add more pressure. The Federal Reserve delayed interest rate cuts, and global central banks maintain tightening. Falling Treasury liquidity creates headwinds for risk assets. Still, analysts see longer-term macro trends—such as high sovereign debt and ongoing geopolitical tensions—as supportive for Bitcoin in the future.
Mining firms are adjusting accordingly. Frank Holmes, executive chairman of HIVE Digital Technologies, emphasized that his company will continue mining and holding Bitcoin, unlike competitors who are pivoting to high-performance computing. He contends that building Tier 3 data centers for GPU work is both costly and complex, so his mine-and-hold strategy will continue despite volatility.
Exchange-traded fund (ETF) Bitcoin AS di Amerika Serikat terus mengalir keluar karena Indeks Ketakutan dan Keserakahan kripto turun ke 11, mencerminkan ketakutan ekstrem.
Investor ritel menjauh dari pasar selama penurunan ini, sementara data menunjukkan bahwa whale adalah pembeli utama di tengah aksi jual.
Outflow ETF dan Ketidakhadiran Ritel Menandakan Perubahan Pasar
ETF Bitcoin spot AS mengalami pelarian modal yang terus-menerus, dengan kepemilikan menurun dari 441.000 BTC pada tanggal 10 Oktober menjadi sekitar 271.000 BTC pada pertengahan November. Ini menandai pembalikan tajam dari dukungan institusi awal tahun ini.
Menurut data Farside Investors, ETF Bitcoin kini mencatatkan empat hari berturut-turut aliran keluar, memperpanjang nada defensif yang mendominasi bulan ini. Pada periode sebelumnya, penarikan mencapai lebih dari US$800 juta dalam satu hari, menyoroti betapa tajamnya sentimen memburuk. Angka terbaru menunjukkan aliran keluar yang jauh lebih kecil sekitar US$60 juta, tapi masih menandakan bahwa pembeli tetap berhati-hati dan momentum belum berbalik.
Rata-rata ukuran pesanan spot | Sumber: CryptoQuant
Metrik ukuran pesanan rata-rata spot menunjukkan bahwa trader ritel belum kembali, meski Bitcoin telah turun hampir 27% dari rekor tertinggi 6 Oktober sebesar US$126.272,76. Data dari exchange Binance, Coinbase, Kraken, dan OKX menunjukkan ukuran pesanan yang lebih besar, menyoroti aktivitas whale daripada pembeli ritel berskala kecil.
Indeks Ketakutan dan Keserakahan jatuh ke 11, menyoroti ketakutan pasar yang ekstrem. Secara historis, level seperti ini berkorelasi dengan dasar pasar, namun investor ritel tetap berhati-hati dan enggan terlibat. Pada pagi hari di Asia, Bitcoin diperdagangkan di kisaran antara US$91.000 dan US$92.000, turun lebih dari 3% dalam 24 jam dan 13-14% untuk minggu ini. Ethereum sempat turun di bawah US$3.000, dan Solana berada di sekitar US$130, menurun lebih dari 5% dalam 24 jam dan 21% selama seminggu.
Aksi Akumulasi Whale di Tengah Lemahnya Pasar
Saat investor ritel di pinggir pasar, pemain besar terus mengumpulkan secara agresif. Seorang whale membeli 10.275 ETH dengan harga US$3.032 seharga US$31,16 juta USDT dalam 24 jam sebelum 17 November, berdasarkan pemantauan on-chain oleh OnchainLens. Antara 12 November dan 17 November, alamat ini mengakuisisi total 13.612 ETH seharga US$41,89 juta USDT, dengan harga rata-rata US$3.077.
Log transaksi Nansen menunjukkan pembelian ETH seharga US$31,16 juta oleh whale dalam 24 jam | Sumber: OnchainLens
Permanent Bitcoin holder—wallet yang tidak pernah mencatat aliran keluar—mendukung apa yang CryptoQuant gambarkan sebagai lonjakan akumulasi terbesar dalam aksi jual baru-baru ini. Permintaan permanent holder naik dari 159.000 BTC menjadi 345.000 BTC, menandai penyerapan terbesar dalam beberapa siklus. Akumulasi signifikan ini terjadi meskipun harga turun, menyoroti perbedaan mencolok antara perilaku pasar jangka panjang dan jangka pendek.
Perbedaan ini antara akumulasi oleh whale dan kehati-hatian ritel menyoroti pergeseran dalam dinamika pasar. Namun, CEO CryptoQuant Ki Young Ju mencatat bahwa penurunan saat ini melibatkan permanent holder yang merotasi koin di antara mereka sendiri daripada uang baru masuk ke pasar. Ini menunjukkan bahwa penurunan ini tidak menandai awal dari bear market baru, meskipun kondisi saat ini mungkin tidak menawarkan momen beli yang klasik yang dicari oleh ritel.
Permintaan permanent holder 30 hari menampilkan akumulasi rekor selama aksi jual harga | Sumber: CryptoQuant
Struktur Perubahan dan Dinamika Institusional
Aksi jual ini berbeda dari musim dingin kripto sebelumnya. Institusi keuangan besar, termasuk JPMorgan, sekarang menerima Bitcoin sebagai jaminan untuk pinjaman meskipun harga lemah. Infrastruktur yang berkembang ini menawarkan lebih banyak dukungan dibandingkan siklus bearish sebelumnya. Likuiditas yang lebih dalam tersedia, membantu menstabilkan pasar.
Sinyal teknikal masih bearish untuk saat ini. Bitcoin telah turun lebih dari 20% dari rekor tertinggi; baru-baru ini, rata-rata pergerakan 50 harinya jatuh di bawah rata-rata 200 harinya—sebuah “Death Cross.”
Faktor ekonomi makro menambah tekanan. The Federal Reserve menunda pemotongan suku bunga, dan bank sentral global mempertahankan pengetatan. Likuiditas Treasury yang menurun menciptakan hambatan untuk aset berisiko. Namun, analis melihat tren ekonomi makro jangka panjang—seperti utang negara yang tinggi dan ketegangan geopolitik yang berkelanjutan—sebagai dukungan bagi Bitcoin di masa depan.
Perusahaan penambangan menyesuaikan diri sesuai. Frank Holmes, ketua eksekutif HIVE Digital Technologies, menekankan bahwa perusahaannya akan terus menambang dan menyimpan Bitcoin, tidak seperti pesaing yang beralih ke komputasi berkinerja tinggi. Dia berpendapat bahwa membangun pusat data Tier 3 untuk pekerjaan GPU sangat mahal dan kompleks, jadi strategi tambang dan simpanannya akan berlanjut meskipun ada volatilitas.
This year, the crypto market has seen a revival of older tokens as utility-based narratives gained renewed traction. Despite this momentum, DePIN has struggled to keep pace, slipping out of the spotlight.
BeInCrypto spoke with several experts to understand why one of crypto’s most fundamentally useful sectors still can’t capture sustained market attention, and what might come next for it.
Understanding DePIN
DePIN, short for Decentralized Physical Infrastructure Networks, refers to blockchain-based systems that coordinate, fund, and operate real-world infrastructure through decentralized incentives.
Instead of relying on traditional companies to build networks like wireless coverage, storage, sensors, or energy grids, DePIN distributes the work across individuals and small operators who contribute hardware and earn tokens in return.
This model reduces upfront costs, expands global access, and unlocks previously difficult-to-scale infrastructure. By aligning incentives with actual demand, DePIN aims to build more resilient and efficient systems.
Why is DePIN Still Struggling in 2025?
Nonetheless, the space has continued to face challenges. According to Artemis data, it ranks among the top 10 worst-performing sectors this year. The DePIN market has declined by over 74% in 2025.
But why is this happening? Sami Kassab, Managing Partner at Unsupervised Capital, told BeInCrypto that the weakness across the altcoin market has naturally affected DePIN as well.
According to him, macro conditions explain part of the sector’s slowdown, but not all of it. The deeper issue, he said, is that there has not been a “breakout DePIN yet.”
“The other side of the coin is that DePINs are building real infrastructure and real businesses. That takes a long time, which the crypto market isn’t wired for. Investors are used to fast-moving narratives and overnight successes,” Kassab added.
Leo Fan, Co-Founder of Cysic, revealed that DePIN’s main obstacle is the mismatch between infrastructure build cycles and the crypto market’s short attention span. While non-fungible tokens (NFTs), meme coins, and major altcoins thrive on culture, identity, and hype, DePIN functions as an infrastructure layer that most users struggle to connect with emotionally.
Its value grows quietly through hardware deployments and real compute capacity — progress that isn’t immediately visible or profitable. Fan noted that,
“Most investors still view token value as the only metric for success, which does not apply to infrastructure systems. DePIN networks create tangible value through services like compute power and data delivery. Their performance is measured by usage, speed and reliability, rather than short-term volatility. Because this model does not mirror traditional crypto dynamics, it remains outside the comfort zone of most market participants.”
Maria Carola, CEO of StealthEx, shared a similar outlook. She stated that most investors remain drawn to assets they can quickly trade rather than sectors that require deeper understanding.
“Within crypto cycles, speculation will always dominate, and DePIN’s complex approach doesn’t help its position either. Most of the investors never fully grasp how token incentives drive data collection, storage, or connectivity, and how that translates into revenue. If we’re talking about traditional markets, the infrastructure side is always the least glamorous, yet it’s still the most essential. DePIN is the crypto’s version of that,” she mentioned to BeInCrypto.
However, Vinayak Kurup, Investment and Research Partner at Escape Velocity Crypto (EV3), pointed out that DePIN’s slowdown isn’t just about market perception — it’s the difficulty of building real-world networks that require hardware, manufacturing, and physical deployment.
“They are often compared directly to existing large-scale network providers; the challenge for DePIN operators is to provide a comparably reliable and simple user-experience for a fraction of the capital while operating within sectors where user stickiness is high. Combined, these factors dampen the DePIN mindshare,” Kurup highlighted.
Usage Surges, Prices Sink: Experts Explain DePIN’s Widening Fundamentals Gap
Despite the sector’s underperformance, usage metrics are painting a different picture. Fees surged to a record high in October even as the broader market continued to decline.
October set a record for DePIN fees at $2.5 million.
This suggests a growing disconnect between falling token prices and rising real-world usage. According to Kassab,
“Fees are trending upward, but they’re still small compared to the value of emissions spent since inception or the revenue of the incumbents these networks aim to disrupt.”
Carola said this disconnect is typical of emerging infrastructure sectors, where fundamentals can strengthen long before prices. She explained that sentiment often swings independently of utility: investors may rotate out of risk during uncertain markets, even while real activity continues to grow.
“Rising fees and network activity during a down market instead show that real users continue to find value in these services, whether for storage or computing. In the long term, these are the metrics that will matter more than short-term token performance, once revenues eventually pour in with usage, just like in the early days of the internet,” she remarked.
Fan also emphasized that speculation and actual usage have clearly decoupled. He said the price action largely reflects investor mood — what he called “Wall Street sentiment” — while fee growth captures genuine demand for the networks. When fees increase in a bearish environment, it signals that DePIN’s core services are gaining traction regardless of market cycles.
“Such divergence is common in early infrastructure cycles. The networks are being used more, but the market has not yet priced that in because investors still treat DePIN tokens as speculative assets,” the executive disclosed to BeInCrypto.
Could DePIN Be the Next Sector to Break Out After Privacy Coins?
It’s clear that DePIN is seeing real market demand, which raises an important question: could the sector finally experience a breakout similar to the one privacy coins saw this year?
Carola believes the answer leans toward yes. She noted that crypto cycles tend to shift from narrative-driven speculation to phases where utility and real adoption take center stage.
According to her, if privacy coins reflected a push toward digital sovereignty this year, DePIN may be positioned for a similar rise — one grounded in measurable output. She commented,
“DePIN could have tangible productivity by next year. Whether for physical infrastructure or decentralized data, network builders are laying the groundwork, expecting and preparing for when the market starts valuing cash flow and adoption over memes. When that shift happens, DePIN will be the sector that can show a measurable, real-world traction.”
Fan echoed this outlook. He suggested that once the market rotates back toward sectors with clear utility, DePIN stands out as a natural beneficiary. He pointed to concrete on-chain indicators that are already trending upward.
“Network fees are rising, node participation is expanding, and operational performance continues to strengthen. Should these data points become standard reference metrics, DePIN might be recognised as the quiet builder of trading infrastructure,” he forecasted.
Kurup offered a broader perspective. While acknowledging the uncertainty of broader market conditions, he said investor preferences are gradually shifting toward projects with recurring cash flows and strong fundamentals — an environment that plays directly to DePIN’s strengths.
“But it’s also likely a tailwind from other shifts in the market. 2026 will be the year of DePIN’s resurgence,” he declared.
Why Enterprises Could Unlock DePIN’s Next Phase
Experts also pointed to several catalysts that could spark a major shift for the sector, with both Carola and Fan agreeing that enterprise adoption may be the key driver.
“Enterprise adoption is the strongest driver. Regulation and investor sentiment will follow proof of adoption. Once enterprises begin integrating decentralised infrastructure into existing systems, confidence in the model will rise. DePIN’s credibility depends on measurable performance, and enterprise engagement provides exactly that,” the Cysic co-founder explained.
Kurup stressed that multiple factors will likely converge to drive a turnaround. Investor psychology remains critical, he said, but growing visibility and mainstream presence could accelerate that shift.
“Now, I see Helium advertising their free phone plan in the New York subways– compared to their Web2 counterparts, it’s only recently that DePINs have been well capitalized enough to enter the mainstream,” Kurup shared.
What Role Will DePIN Play in Crypto’s Future?
As optimism for the sector’s trajectory remains strong, it’s still worth wondering where DePIN truly fits in the broader crypto ecosystem. Will DePIN remain a niche bet, or is it poised to become crypto’s bridge to the real economy once markets catch up?
The StealthEx CEO argued that DePIN already functions as that bridge — the market just hasn’t fully recognized it yet. As blockchain shifts from abstract financial experimentation to practical, real-world use cases, she believes DePIN will anchor many of those transitions.
“Whether it’s powering smart cities, distributed AI compute, or IoT networks, these systems make crypto tangible. So while it might feel like a limited niche today, it’s already foundational. When people finally start interacting with decentralized infrastructures without realizing it’s crypto, it is when DePIN will have truly won,” Carola conveyed to BeInCrypto.
Fan pointed to developments in 2025, especially the rise of real-world asset (RWA) tokenization and increasing institutional adoption, as signs that the real economy already sees value in decentralized systems. In his view, DePIN is well-positioned to become the infrastructure layer connecting DeFi to enterprise use cases.
“I do believe that DePIN will be one of crypto’s bridges into TradFi as the sector matures, serving as the infrastructure layer that anchors DeFi in a real-world capacity. As institutions look for verifiable, cost-efficient infrastructure to support secure settlement, DePIN will move from a niche experiment to the fundamental layer of digital finance.”
Whether the market realizes it now or years from now, the experts agree on one point: DePIN’s long-term value lies not in speculation, but in becoming the invisible infrastructure powering crypto’s real-world impact.
Jutaan token akan masuk ke pasar kripto minggu ini. Terutama, tiga ekosistem utama; LayerZero (ZRO), SOON (SOON), dan YZY (YZY) yangakan merilis pasokan yang sebelumnya terkunci.
Unlock ini mungkin menyebabkan volatilitas pasar serta memengaruhi pergerakan harga dalam jangka pendek. Berikut adalah rincian yang perlu di perhatikan di setiap proyek.
1. LayerZero (ZRO)
Tanggal Unlock: 20 November
Jumlah Token yang Akan Di unlock: 25,71 juta ZRO (2,57% dari Total Supply)
Pasokan Beredar Saat Ini: 198,25 juta ZRO
Total Supply: 1 miliar ZRO
LayerZero adalah protokol interoperabilitas yang di rancang untuk menghubungkan berbagai blockchain. Hal ini dapat memungkinkan komunikasi lintas chain yang lancar agar dApps dapat berinteraksi di berbagai blockchain tanpa jembatan tradisional.
Tim ini akan merilis 25,71 juta token pada 20 November, dengan nilai sekitar US$36,76 juta. Jumlah ini mencakup 7,29% dari suplai yang di rilis.
Unlock Token Kripto ZRO di Bulan November | Sumber: Tokenomist
Jumlah Token yang Akan Di unlock: 15,21 juta SOON (1,54% dari Total Supply)
Pasokan Beredar Saat Ini: 281,1 juta SOON
Total Supply: 984,1 juta SOON
SOON adalah Rollup Solana Virtual Machine (SVM) berperforma tinggi, yang di rancang untuk menerapkan Super Adoption Stack. Ini mencakup tiga komponen utama: SOON Mainnet, SOON Stack, dan InterSOON.
Jaringan ini akan mengunlock 15,21 juta SOON pada 23 November. Jumlah ini mencakup 4,33% dari suplai yang di rilis serta bernilai US$28,29 juta.
Unlock Token Kripto SOON di Bulan November | Sumber: Tokenomist
SOON akan mempersiapkan 8,3 juta token untuk airdrop bagi holder non-fungible token (NFT). Mereka akan mendistribusikan 4,17 juta koin untuk ekosistem. Alokasinya adalah 2,22 juta SOON untuk insentif komunitas dan 520,830 token untuk airdrop dan likuiditas.
Pada 19 November, YZY akan mengunlock 37,5 juta token senilai sekitar US$14,35 juta. Token ini mewakili 12,5% dari pasokan yang beredar.
Unlock Token Kripto YZY di Bulan November | Sumber: Tokenomist
Pembukaan kunci lainnya yang menonjol dan dapat di perhatikan investor pada minggu ketiga November mencakup adalah ZKsync (ZK), KAITO (KAITO), ApeCoin (APE)
Bagaimana pendapat Anda tentang token unlock di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
With the crypto market facing a decline, very few coins have managed to leave a mark on the investors this week. Meme coins were surprisingly among some of the better-performing crypto tokens.
BeInCrypto has analysed three such meme coins that the investors should watch, considering their recent performance.
Banana For Scale (BANANAS31)
BANANAS31 has become one of the week’s strongest-performing meme coins, gaining more than 75% in seven days. The token now trades at $0.004773, reflecting rising demand and renewed attention from traders.
The uptrend may continue as the Chaikin Money Flow shows a clear uptick. This signals increasing capital inflows and growing investor confidence. Sustained buying pressure could push BANANAS31 above $0.005093 and toward $0.006000, strengthening its short-term bullish structure.
Want more token insights like this? Sign up for Editor Harsh Notariya’s Daily Crypto Newsletter here.
If investor support fades, BANANAS31 may lose its $0.004566 support level. A breakdown could trigger a deeper decline toward $0.003818 or even $0.003111. Such a move would invalidate the bullish thesis and highlight the volatility typical of meme coins.
哈基米 (Hajimi) (哈基米)
哈基米 has surged 44% in the past seven days and now trades at $0.00002675, holding firmly above the $0.00002627 support. Growing investor interest has fueled this momentum, placing the meme coin among the stronger performers in the current market environment.
The Parabolic SAR sits below the candlesticks, signaling an active uptrend. This indicator suggests 哈基米 could continue climbing toward $0.00003950. Sustained bullish pressure may even lift the price to $0.00005173, strengthening the case for further upside.
If investors begin booking profits, 哈基米 could lose its key support at $0.00002627. A breakdown may send the price toward $0.00001767. This would invalidate the bullish outlook and signal a shift toward heightened volatility.
401jK (401JK)
401JK trades at $0.0221 and has remained stuck below the $0.0235 resistance for a full week. The meme coin shows steady interest, but buyers need stronger momentum to force a breakout and establish a clearer short-term direction.
The token’s correlation with Bitcoin sits at -0.80, which benefits 401JK as BTC trends downward. Moving against Bitcoin’s decline could help the altcoin break $0.0235, climb toward $0.0300, and potentially reach $0.0355 if bullish demand strengthens.
If selling pressure emerges, 401JK may lose the $0.0184 support level. A breakdown could send the price toward $0.0092. This would invalidate the bullish thesis and erase the recent gains accumulated during the past week.
DappRadar, the leading blockchain analytics platform tracking decentralized applications since 2018, will permanently shut down due to ongoing financial challenges that made continued operations unsustainable.
Founded during the CryptoKitties boom, DappRadar became essential for millions of users and thousands of developers seeking blockchain insights. The company will address matters regarding its DAO and RADAR token separately, as stated in its closure notice.
Seven-Year Journey Ends Amid Financial Pressures
The closure of DappRadar marks the end of an influential era for blockchain data analytics. Starting in 2018, DappRadar capitalized on the momentum of CryptoKitties, showcasing the versatility of blockchain applications. At its peak, it delivered analytics for hundreds of blockchains, covering key data points such as transaction volumes, trades, and user activity.
The platform became a go-to resource for developers, investors, and analysts. DappRadar aggregated real-time data across more than 50 blockchains, spanning decentralized finance, gaming, and NFTs. Its analytics empowered users to track trends and assess the performance of blockchain networks.
DappRadar’s official shutdown announcement after seven years of operations. Source: DappRadar
Despite these successes, financial realities outpaced DappRadar’s expansion. In their official announcement, the co-founders, Skirmantas and Dragos, highlighted financial unsustainability as the key factor behind the shutdown. Their decision spotlights broader challenges for blockchain analytics platforms in 2025, amid increased market volatility and shifting user interests.
The European Central Bank reported a drop in crypto market capitalization to $2.8 trillion by March 2025, emphasizing the volatility affecting crypto businesses. Blockchain analytics services also face mounting technical hurdles, including data accessibility, scalability, and tracking the rapidly increasing number of blockchain networks.
Wind-Down Process and Token Considerations
DappRadar’s shutdown affects multiple stakeholders: users, developers dependent on its data feeds, and RADAR token holders. RADAR price plunged 38% after the company’s announcement, which clarified that DAO and token matters will be communicated separately. While specifics remain unclear, this careful approach suggests a commitment to responsible management.
The founders reiterated their dedication to transparency throughout the wind-down process. By inviting community feedback, they recognized DappRadar’s influence among millions of users seeking dependable blockchain analytics. The shutdown may prompt developers and analysts to seek alternative solutions, potentially disrupting data workflows.
DappRadar’s exit leaves a gap among analytics providers. While competitors like Chainalysis and blockchain-specific explorers remain, DappRadar was unique in offering a cross-chain view of decentralized applications and markets.
Industry Context and Future Outlook
The closure comes at a time of rapid transformation in the cryptocurrency sector. Despite the broader digital asset market exceeding $4 trillion in 2025, individual firms confronted persistent profitability concerns. Analytics companies in particular struggle with rising infrastructure costs and with generating sustainable revenue.
Research from Global Market Insights estimates the crypto trading platform market at $27 billion in 2024, with an annual growth rate of 12.6% through 2034. Notably, most of this growth centers around trading, not analytics, underscoring the revenue challenges analytics providers face. Monetization models favor trading and financial services, making sustainability difficult for analytics-driven firms.
Blockchain analytics platforms also navigate technical complexities. Issues with data quality arise from chain forks and stale blocks, while interoperability between blockchains complicates unified analytics. As a result, operational costs remain high, with few revenue offsets, especially as more free tools become available.
DappRadar’s closure raises questions about the long-term viability of multi-chain analytics platforms. Will new competitors fill this gap, or will the market fragment into smaller, niche services? Although uncertain, DappRadar’s seven-year run demonstrates both the promise and difficulty of building foundational blockchain infrastructure in a rapidly evolving market.
Dengan pasar kripto mengalami penurunan, hanya sedikit koin yang mampu meninggalkan jejak di mata investor minggu ini. Meme coin mengejutkan menjadi salah satu token kripto dengan performa lebih baik.
BeInCrypto telah menganalisis tiga meme coin yang sebaiknya diperhatikan oleh investor, mengingat kinerja mereka baru-baru ini.
Banana For Scale (BANANAS31)
BANANAS31 menjadi salah satu meme coin dengan performa terkuat minggu ini, meningkat lebih dari 75% dalam tujuh hari. Token ini sekarang diperdagangkan pada US$0,004773, mencerminkan peningkatan permintaan serta perhatian baru dari para trader.
Reli ini bisa berlanjut karena Chaikin Money Flow menunjukkan peningkatan yang jelas. Ini menandakan arus masuk modal yang meningkat dan kepercayaan investor yang tumbuh. Tekanan beli yang terus-menerus dapat mendorong BANANAS31 melampaui US$0,005093 dan menuju US$0,006000, memperkuat struktur bullish jangka pendeknya.
Ingin lebih banyak wawasan token seperti ini? Daftar untuk mendapatkan Newsletter Kripto Harian dari Editor Harsh Notariya di sini.
Jika dukungan investor memudar, BANANAS31 dapat kehilangan level support US$0,004566. Sebuah penurunan bisa memicu penurunan lebih dalam menuju US$0,003818 atau bahkan US$0,003111. Pergerakan semacam itu akan membatalkan tesis bullish dan menyoroti volatilitas yang khas dari meme coin.
哈基米 (Hajimi) (哈基米)
哈基米 melonjak 44% dalam tujuh hari terakhir dan sekarang diperdagangkan pada US$0,00002675, bertahan kuat di atas support US$0,00002627. Minat investor yang meningkat telah mendorong momentum ini, menempatkan meme coin ini sebagai salah satu pemain kuat di lingkungan pasar saat ini.
Parabolic SAR berada di bawah candlestick, menandakan tren naik yang aktif. Indikator ini menunjukkan 哈基米 bisa terus naik menuju US$0,00003950. Tekanan bullish yang berkelanjutan bahkan dapat mendorong harga ke US$0,00005173, memperkuat argumen untuk kenaikan lebih lanjut.
Jika investor mulai merealisasikan keuntungan, 哈基米 dapat kehilangan support kunci di US$0,00002627. Sebuah penurunan bisa membawa harga menuju US$0,00001767. Ini akan membatalkan pandangan bullish dan mengindikasikan pergeseran menuju volatilitas yang lebih tinggi.
401jK (401JK)
401JK diperdagangkan pada US$0,0221 dan tetap terjebak di bawah resistance US$0,0235 selama seminggu penuh. Meme coin ini menunjukkan minat yang stabil, namun pembeli membutuhkan momentum lebih kuat untuk memicu breakout dan menetapkan arah jangka pendek yang lebih jelas.
Korelasi token ini dengan Bitcoin berada di -0,80, yang menguntungkan 401JK saat BTC bergerak turun. Bergerak melawan penurunan Bitcoin dapat membantu altcoin ini menembus US$0,0235, mendaki menuju US$0,0300, dan berpotensi mencapai US$0,0355 jika permintaan bullish meningkat.
Jika tekanan jual muncul, 401JK bisa kehilangan level support US$0,0184. Sebuah penurunan dapat membawa harga menuju US$0,0092. Ini akan membatalkan tesis bullish dan menghapus keuntungan terbaru yang tercapai selama minggu lalu.
Bitcoin plunged to a six-month low of $91,545 on Tuesday morning in Asia, breaching key support. Ethereum also slipped below $3,000, highlighting widespread market weakness.
The crypto downturn aligned with traditional markets, which endured their worst session in a month.
Market Plunge Erases Weeks of Gains
Bitcoin lost 3.21% on November 17, bringing its value down by 27% from its October all-time high. Ethereum posted a deeper 4.22% fall to $2,978. Major altcoins also saw sharp weekly declines. Solana tumbled 22.51%, XRP slid 16.73%, and Cardano fell 22.12% over the seven-day period.
Losses extended beyond crypto. The S&P 500 dropped 61.70 points to 6,672.41, and the Nasdaq fell 192.51 points to 22,708.07. Both closed below their 50-day moving averages, ending streaks not seen since 2007 and 1995.
Bitcoin lost 3.21% on November 17. Source: BeInCrypto
The Dow Jones Industrial Average fell by more than 550 points as investors anticipated Nvidia’s earnings. Technical analysts saw the breaks as short-term bearish, focusing on the 200-day average as support. Money moved into healthcare and energy while retail investors reduced risk.
Bitcoin CME Gap Closes After Seven-Month Overhang
A major technical event unfolded as Bitcoin filled the last large CME futures gap near $92,000. The gap, open since April 2025, resulted from the CME’s weekend closure while spot exchanges continued trading. These price gaps typically get filled, removing technical overhang, though this does not guarantee a price reversal.
Cryptocurrency trader DaanCryptoTrades confirmed the closure on social media, noting that the risk had been eliminated. Despite removing a downside target, weak demand could still lead to further declines. The technical picture remains fragile.
Bitcoin CME Gap closure confirmed. Source: DaanCrypto
Traders are now at a crossroads. With the gap closed, there is less immediate risk below, but price action is still weak. Volatility and liquidity responses in upcoming sessions will determine whether Bitcoin loses momentum to slide lower or forms a base.
Macro Headwinds and Fed Rate Cut Uncertainty
Broader economic signals added to market stress. The Empire State Manufacturing Index surged to 18.7, up 8 points from the previous month. This strong result reduced the odds of a Federal Reserve rate cut in December. Market probabilities shifted: Polymarket put the chance of no cut at 55%, while CME Group data pointed to a 60% chance of an unchanged policy.
Polymarket put the chance of no cut at 55%. Source: Polymarket
Research firm 10X Research said new buyer activity stalled around October 10. The Fed’s more hawkish signals added pressure. Their analysis warned that conditions remain vulnerable to further liquidations.
The industry’s sentiment index neared recent lows, reflecting shaken market psychology. Option data highlighted a switch: put volume exceeded call volume in the last day, even as calls typically dominate. This shift signals traders bracing for more downside or betting on a drop.
Option data highlighted a switch: put volume exceeded call volume in the last day. Source: Coinglass
On-Chain Signals Point to Capitulation Phase
On-chain analytics from Glassnode and Bitfinex showed that realized losses were stabilizing, suggesting that short-term holders are capitulating. History indicates that market bottoms often follow waves of selling by those who bought at recent highs. A lasting recovery, however, requires long-term accumulation.
Analyst Benjamin Cowen suggestedBitcoin could test the 200-week exponential moving average between $60,000 and $70,000. However, he also noted that a relief rally is possible first. Analyst forecasts vary, reflecting ongoing uncertainty and the potential for a short-term bounce amid notable technical damage.
While I think Bitcoin will go to the 200W SMA ($60k-$70k) in 2026, there is a high probability it will have a bounce back to the 200D SMA before going that low.
All prior cycle bear markets were confirmed by a macro lower high at the 200D SMA. pic.twitter.com/1S477LVLhf
Bearish projections surfaced on social media. Roman Trading cited $76,000 as the next support level, citing broken patterns and weakening momentum. While these are individual opinions, they show traders are wary of more downside.
The coming days will reveal if Bitcoin can hold above $90,000 or if sellers increase pressure. Economic data, central bank remarks, and institutional flows will likely steer the direction. For now, risk remains elevated as both bulls and bears wait for clearer signals.
Tahun ini, pasar kripto telah menyaksikan kebangkitan token lama seiring narasi berbasis utilitas mendapatkan daya tarik baru. Namun, meskipun momentum ini, DePIN kesulitan untuk tetap bertahan, sehingga kurang diperhatikan.
BeInCrypto berbicara dengan beberapa ahli untuk memahami mengapa salah satu sektor yang paling penting secara fundamental di dunia kripto masih belum dapat menarik perhatian pasar secara berkelanjutan dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
Memahami DePIN
DePIN, singkatan dari Decentralized Physical Infrastructure Networks, merujuk pada sistem berbasis blockchain yang mengkoordinasikan, mendanai, dan mengoperasikan infrastruktur dunia nyata melalui insentif terdesentralisasi.
Alih-alih bergantung pada perusahaan tradisional untuk membangun jaringan seperti cakupan nirkabel, penyimpanan, sensor, atau jaringan energi, DePIN mendistribusikan pekerjaan tersebut ke individu dan operator kecil yang menyumbangkan perangkat keras dan mendapatkan token sebagai imbalannya.
Model ini mengurangi biaya awal, memperluas akses global, dan membuka infrastruktur yang sebelumnya sulit ditingkatkan skalanya. Dengan menyelaraskan insentif dengan permintaan nyata, DePIN bertujuan untuk membangun sistem yang lebih tangguh dan efisien.
Mengapa DePIN Masih Berjuang di 2025?
Namun, ruang ini terus mengalami tantangan. Menurut data Artemis, sektor ini berada di antara 10 sektor dengan kinerja terburuk tahun ini. Pasar DePIN mengalami penurunan lebih dari 74% pada 2025.
Tapi kenapa ini terjadi? Sami Kassab, Managing Partner di Unsupervised Capital, kepada BeInCrypto, bahwa kelemahan di pasar altcoin secara alami turut memengaruhi DePIN.
Menurutnya, kondisi makro menjelaskan sebagian dari perlambatan sektor, namun tidak semuanya. Masalah yang lebih dalam, ucapnya, adalah bahwa belum ada “DePIN yang melakukan breakout.”
“Di sisi lain, DePIN membangun infrastruktur nyata dan bisnis nyata. Itu memakan waktu lama, sementara pasar kripto tidak terprogram untuk itu. Investor terbiasa dengan narasi yang bergerak cepat dan kesuksesan dalam semalam,” tambah Kassab.
Leo Fan, Co-Founder dari Cysic, mengungkapkan bahwa hambatan utama DePIN adalah ketidakcocokan antara siklus pembangunan infrastruktur dan perhatian singkat pasar kripto. Sementara non-fungible token (NFT), meme coin, dan altcoin besar berkembang dalam budaya, identitas, dan hype, DePIN berfungsi sebagai lapisan infrastruktur yang kebanyakan pengguna kesulitan untuk terhubung secara emosional.
Nilainya bertumbuh secara diam-diam melalui penyebaran perangkat keras dan kapasitas komputasi nyata — kemajuan yang tidak segera terlihat atau menguntungkan. Fan mengungkapkan bahwa,
“Sebagian besar investor masih melihat nilai token sebagai satu-satunya metrik keberhasilan, yang tidak berlaku untuk sistem infrastruktur. Jaringan DePIN menciptakan nilai nyata melalui layanan seperti daya komputasi dan pengiriman data. Kinerja mereka diukur dengan penggunaan, kecepatan, dan keandalan, bukan volatilitas jangka pendek. Karena model ini tidak mencerminkan dinamika kripto tradisional, tetap berada di luar zona nyaman sebagian besar pelaku pasar.”
Maria Carola, CEO StealthEx, berbagi pandangan serupa. Dia menyatakan bahwa kebanyakan investor cenderung tertarik pada aset yang dapat mereka perdagangkan dengan cepat ketimbang sektor yang membutuhkan pemahaman lebih dalam.
“Dalam siklus kripto, spekulasi akan selalu mendominasi, dan pendekatan kompleks DePIN tidak membantu posisinya. Sebagian besar investor tidak sepenuhnya memahami bagaimana insentif token mendorong pengumpulan data, penyimpanan, atau konektivitas, dan bagaimana itu berkontribusi pada pendapatan. Jika kita berbicara tentang pasar tradisional, sisi infrastruktur selalu menjadi yang paling tidak glamor, tetapi tetap menjadi yang paling penting. DePIN adalah versi kripto dari itu,” ujarnya kepada BeInCrypto.
Namun, Vinayak Kurup, Investment and Research Partner di Escape Velocity Crypto (EV3), menggarisbawahi bahwa perlambatan DePIN bukan semata soal persepsi pasar — ini adalah tantangan dalam membangun jaringan dunia nyata yang memerlukan perangkat keras, produksi, dan penerapan fisik.
“Mereka sering dibandingkan langsung dengan penyedia jaringan skala besar; tantangan bagi operator DePIN adalah memberikan pengalaman pengguna yang sebanding dalam hal keandalan dan kesederhanaan dengan modal yang jauh lebih sedikit, sambil beroperasi dalam sektor yang memiliki retensi pengguna tinggi. Faktor-faktor ini, jika digabungkan, menekan kesadaran terhadap DePIN,” terang Kurup.
Penggunaan Meningkat, Harga Turun: Ahli Menjelaskan Kesenjangan Fundamental DePIN yang Semakin Luas
Meski sektor ini berkinerja buruk, metrik penggunaan menunjukkan gambaran yang berbeda. Biaya melonjak ke rekor tertinggi pada Oktober meskipun pasar yang lebih luas terus menurun.
October set a record for DePIN fees at $2.5 million.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang semakin besar antara penurunan harga token dan peningkatan penggunaan di dunia nyata. Menurut Kassab,
“Biaya sedang meningkat, namun jumlahnya masih kecil dibandingkan dengan nilai emisi yang dihabiskan sejak awal atau pendapatan dari pemain lama yang ingin digantikan jaringan ini.”
Carola mengatakan bahwa perbedaan ini adalah hal yang biasa di sektor infrastruktur yang baru berkembang, di mana dasar-dasar bisa menguat jauh sebelum harga. Dia menjelaskan bahwa sentimen seringkali berayun bebas dari utilitas: investor mungkin keluar dari risiko selama pasar tidak menentu, meskipun aktivitas nyata terus tumbuh.
“Kenaikan biaya dan aktivitas jaringan selama pasar turun justru menunjukkan bahwa pengguna sesungguhnya terus menemukan nilai dalam layanan ini, baik untuk penyimpanan maupun komputasi. Dalam jangka panjang, metrik-metrik ini akan lebih penting daripada kinerja token jangka pendek, ketika pada akhirnya pendapatan mengalir dengan penggunaan, seperti pada awal-awal internet,” ujarnya.
Fan juga menekankan bahwa spekulasi dan penggunaan sebenarnya jelas telah terpisah. Dia mengatakan aksi harga sebagian besar mencerminkan suasana hati investor — yang dia sebut “sentimen Wall Street” — sedangkan pertumbuhan biaya mencerminkan permintaan nyata untuk jaringan tersebut. Ketika biaya meningkat dalam lingkungan bearish, itu menandakan bahwa layanan inti DePIN mendapatkan daya tarik terlepas dari siklus pasar.
“Perbedaan seperti ini biasa terjadi dalam siklus infrastruktur awal. Jaringannya digunakan lebih banyak, tetapi pasar belum memasukkannya ke dalam harga, karena investor masih memperlakukan token DePIN sebagai aset spekulatif,” ungkap eksekutif tersebut kepada BeInCrypto.
Apakah DePIN Bisa Menjadi Sektor Berikutnya yang Breakout Setelah Privacy Coins?
Jelas bahwa DePIN mengalami permintaan pasar nyata, yang memunculkan pertanyaan penting: apakah sektor ini akhirnya dapat mengalami breakout seperti yang terjadi pada privacy coin tahun ini?
Carola percaya jawabannya cenderung ya. Dia mencatat bahwa siklus kripto cenderung beralih dari spekulasi berbasis naratif ke fase di mana utilitas dan adopsi nyata menjadi pusat perhatian.
Menurutnya, jika privacy coin mencerminkan dorongan menuju kedaulatan digital tahun ini, DePIN mungkin diposisikan untuk kenaikan serupa — satu yang didasarkan pada hasil yang terukur. Dia berkomentar,
“DePIN dapat memiliki produktivitas nyata pada tahun depan. Baik untuk infrastruktur fisik atau data terdesentralisasi, para pembangun jaringan sedang menyiapkan fondasi, mengharapkan dan mempersiapkan ketika pasar mulai menghargai aliran kas dan adopsi daripada meme. Ketika pergeseran itu terjadi, DePIN akan menjadi sektor yang dapat menunjukkan daya tarik nyata, terukur di dunia nyata.”
Fan menegaskan pandangan ini. Dia menyarankan bahwa ketika pasar berputar kembali ke sektor-sektor yang memiliki utilitas yang jelas, DePIN menonjol sebagai penerima manfaat yang alami. Dia menunjuk pada indikator on-chain konkret yang sudah menunjukkan tren peningkatan.
“Biaya jaringan meningkat, partisipasi node berkembang, dan kinerja operasional terus menguat. Jika poin data ini menjadi metrik referensi standar, DePIN mungkin akan diakui sebagai pembangun infrastruktur perdagangan yang tenang,” dia memperkirakan.
Kurup menawarkan perspektif yang lebih luas. Sambil mengakui ketidakpastian kondisi pasar yang lebih luas, dia mengatakan bahwa preferensi investor secara bertahap beralih ke proyek-proyek dengan aliran kas berulang dan fundamental yang kuat — lingkungan yang secara langsung mendukung kekuatan DePIN.
“Tapi juga mungkin ada angin penolong dari pergeseran lain di pasar. Tahun 2026 akan menjadi tahun kebangkitan DePIN,” dia nyatakan.
Mengapa Perusahaan Bisa Membuka Fase Berikutnya DePIN
Para ahli juga menunjukkan beberapa katalis yang dapat memicu perubahan besar untuk sektor ini, di mana Carola dan Fan sepakat bahwa adopsi perusahaan dapat menjadi penggerak utama.
“Adopsi perusahaan adalah penggerak terkuat. Regulasi dan sentimen investor akan mengikuti bukti adopsi. Ketika perusahaan mulai mengintegrasikan infrastruktur terdesentralisasi ke dalam sistem yang ada, kepercayaan pada model ini akan meningkat. Kredibilitas DePIN bergantung pada kinerja yang terukur, dan keterlibatan perusahaan menyediakan hal itu,” terang co-founder Cysic.
Kurup menekankan bahwa banyak faktor kemungkinan akan bersatu untuk mendorong perubahan. Psikologi investor tetap penting, ujarnya, namun meningkatnya visibilitas dan kehadiran di arus utama dapat mempercepat pergeseran tersebut.
“Sekarang, saya melihat Helium mengiklankan rencana telepon gratis mereka di kereta bawah tanah New York — dibandingkan dengan pesaing Web2 mereka, baru belakangan ini DePIN cukup kuat didanai untuk masuk ke arus utama,” tutur Kurup.
Peran Apa yang Akan Dimainkan DePIN dalam Masa Depan Aset Kripto?
Seiring optimisme untuk jalur sektor ini tetap kuat, tetap patut dipertanyakan di mana posisi DePIN sebenarnya dalam ekosistem kripto yang lebih luas. Apakah DePIN akan tetap menjadi taruhan niche, atau bersiap untuk menjadi jembatan kripto ke ekonomi nyata begitu pasar menyusul?
CEO StealthEx berpendapat bahwa DePIN sudah berfungsi sebagai jembatan tersebut — hanya saja pasar belum sepenuhnya mengenalinya. Seiring blockchain beralih dari eksperimen finansial abstrak ke penggunaan praktis di dunia nyata, dia percaya DePIN akan menjadi jangkar banyak transisi tersebut.
“Apakah itu untuk mendukung kota cerdas, komputasi AI yang terdistribusi, atau jaringan IoT, sistem-sistem ini membuat aset kripto menjadi nyata. Jadi meskipun mungkin terasa seperti niche terbatas hari ini, itu sudah menjadi fondasi. Ketika orang akhirnya mulai berinteraksi dengan infrastruktur terdesentralisasi tanpa menyadari bahwa itu adalah kripto, itulah saatnya DePIN benar-benar menang,” sampaikan Carola kepada BeInCrypto.
Fan menunjuk pada perkembangan tahun 2025, terutama kenaikan tokenisasi aset dunia nyata (RWA) dan meningkatnya adopsi institusional, sebagai tanda bahwa ekonomi nyata sudah melihat nilai dalam sistem terdesentralisasi. Dalam pandangannya, DePIN berada dalam posisi yang baik untuk menjadi lapisan infrastruktur yang menghubungkan DeFi dengan kasus penggunaan perusahaan.
“Saya percaya bahwa DePIN akan menjadi salah satu jembatan aset kripto ke TradFi saat sektor ini matang, berfungsi sebagai lapisan infrastruktur yang menjangkar DeFi dalam kapasitas dunia nyata. Ketika institusi mencari infrastruktur yang dapat diverifikasi dan efisien biaya untuk mendukung penyelesaian yang aman, DePIN akan bergerak dari eksperimen niche ke lapisan dasar keuangan digital.”
Apakah pasar menyadarinya sekarang atau beberapa tahun ke depan, para ahli sepakat pada satu hal: nilai jangka panjang DePIN tidak terletak pada spekulasi, tetapi pada menjadi infrastruktur tak terlihat yang menggerakkan dampak nyata aset kripto di dunia.
DappRadar, platform analitik blockchain terkemuka yang melacak aplikasi terdesentralisasi sejak tahun 2018, akan tutup secara permanen karena tantangan keuangan berkelanjutan yang membuat operasi tidak dapat dipertahankan.
Didirikan selama booming CryptoKitties, DappRadar menjadi penting bagi jutaan pengguna dan ribuan pengembang yang mencari wawasan blockchain. Perusahaan ini akan menangani masalah terkait DAO dan token RADAR secara terpisah, seperti yang dinyatakan dalam pemberitahuan penutupan mereka.
Perjalanan Tujuh Tahun Berakhir di Tengah Tekanan Finansial
Penutupan DappRadar menandai akhir dari era berpengaruh untuk analisis data blockchain. Dimulai pada tahun 2018, DappRadar memanfaatkan momentum dari CryptoKitties, menunjukkan fleksibilitas aplikasi blockchain. Pada puncaknya, mereka menyediakan analitik untuk ratusan blockchain, mencakup data penting seperti volume transaksi, perdagangan, dan aktivitas pengguna.
Platform ini menjadi sumber andalan untuk pengembang, investor, dan analis. DappRadar mengumpulkan data real-time dari lebih dari 50 blockchain, mencakup decentralized finance, gaming, dan NFT. Analisanya memungkinkan pengguna melacak tren dan menilai kinerja jaringan blockchain.
Pengumuman resmi penutupan DappRadar setelah tujuh tahun beroperasi. Sumber: DappRadar
Meski meraih kesuksesan, realitas keuangan melampaui ekspansi DappRadar. Dalam pengumuman resmi mereka, co-founder, Skirmantas dan Dragos, menekankan ketidaksinambungan finansial sebagai faktor utama di balik penutupan. Keputusan ini menyoroti tantangan luas bagi platform analitik blockchain pada tahun 2025, di tengah peningkatan volatilitas pasar dan perubahan minat pengguna.
Bank Sentral Eropa melaporkan penurunan kapitalisasi pasar kripto menjadi US$2,8 triliun pada Maret 2025, menyoroti volatilitas yang mempengaruhi bisnis kripto. Layanan analitik blockchain juga menghadapi peningkatan tantangan teknis, termasuk aksesibilitas data, skalabilitas, dan pelacakan peningkatan jumlah jaringan blockchain.
Proses Penghentian dan Pertimbangan Token
Penutupan DappRadar mempengaruhi banyak pemangku kepentingan: pengguna, pengembang yang bergantung pada data-feed-nya, dan holder token RADAR. Harga RADAR merosot 38% setelah pengumuman perusahaan yang mengklarifikasi bahwa masalah terkait DAO dan token akan dikomunikasikan secara terpisah. Walaupun rincian tetap tidak jelas, pendekatan hati-hati ini menunjukkan komitmen pada manajemen yang bertanggung jawab.
Pendiri kembali menegaskan dedikasi mereka pada transparansi sepanjang proses penutupan. Dengan mengundang umpan balik dari komunitas, mereka mengakui pengaruh DappRadar di antara jutaaan pengguna yang mencari analitik blockchain yang andal. Penutupan ini mungkin mendorong pengembang dan analis mencari solusi alternatif, yang berpotensi mengganggu alur kerja data.
Keluar DappRadar meninggalkan kekosongan di antara penyedia analitik. Meskipun pesaing seperti Chainalysis dan penjelajah blockchain khusus masih ada, DappRadar unik dalam menawarkan pandangan lintas chain tentang aplikasi terdesentralisasi dan pasar.
Konteks Industri dan Prospek Masa Depan
Penutupan datang di tengah transformasi cepat di sektor aset kripto. Meskipun pasar aset digital yang lebih luas melebihi US$4 triliun pada tahun 2025, perusahaan menghadapi kekhawatiran profitabilitas yang terus menerus. Perusahaan analitik terutama kesulitan dengan meningkatnya biaya infrastruktur dan menghasilkan pendapatan berkelanjutan.
Penelitian dari Global Market Insights memperkirakan pasar platform perdagangan kripto mencapai US$27 miliar pada 2024, dengan laju pertumbuhan tahunan 12,6% hingga 2034. Terutama, sebagian besar pertumbuhan ini terpusat pada perdagangan, bukan analitik, menyoroti tantangan pendapatan yang dihadapi penyedia analitik. Model monetisasi lebih menguntungkan perdagangan dan layanan keuangan, sehingga membuat keberlanjutan sulit untuk perusahaan yang berfokus pada analitik.
Penutupan DappRadar mempengaruhi banyak pemangku kepentingan, termasuk holder token RADAR. Sumber: Coingecko
Platform analitik blockchain juga menavigasi kompleksitas teknis. Masalah dengan kualitas data muncul dari fork chain dan blok basi, sementara interoperabilitas antara blockchain mempersulit analitik yang terpadu. Akibatnya, biaya operasional tetap tinggi, dengan sedikit penyeimbang pendapatan, terutama saat semakin banyak alat gratis tersedia.
Penutupan DappRadar menimbulkan pertanyaan tentang kelangsungan jangka panjang dari platform analitik multi-chain. Apakah pesaing baru akan mengisi kekosongan ini, atau pasar akan terpecah menjadi layanan yang lebih kecil dan khusus? Walaupun masih tidak pasti, tujuh tahun DappRadar menunjukkan baik janji dan kesulitan membangun infrastruktur blockchain yang mendasar di pasar yang berkembang pesat.
Kesuksesan peluncuran ETF XRP yang sempat memicu hype ternyata hanya bertahan dalam waktu singkat. XRP kembali kesulitan yang kembali menyoroti prediksi harga XRP di akhir tahun ini.
Di tengah kesulitan yang sedang dihadapi oleh XRP, altcoin baru yang masih dalam tahap presale, Maxi Doge (MAXI), sedang memiliki momentum apik dengan mengumpulkan lebih dari $4 juta atau setara Rp67 miliar (kurs 1 USD = Rp16.766).
Hype ETF XRP Mereda dengan Cepat
Meskipun telah meluncurkan ETF paling sukses tahun ini dengan volume hari pertama mencapai $58 juta, XRP terus bergulat dengan tekanan harga yang signifikan, memicu sejumlah analis mengeluarkan prediksi harga XRP yang cenderung bearish.
Dana XRPC milik Canary Capital, yang sukses mengungguli ETF BSOL (Solana) milik Bitwise dalam hal volume peluncuran, ternyata belum mampu menerjemahkan antusiasme institusional menjadi penguatan harga; token XRP sendiri tercatat turun 11% selama seminggu terakhir.
Congrats to $XRPC for $58m in Day One volume, the most of any ETF launched this year (out of 900), BARELY edging out $BSOL's $57m. The two of them are in league of own tho as 3rd place is over $20m away. pic.twitter.com/MjsOeceeNb
Pada hari pertama perdagangannya, ETF XRPC menarik arus masuk sebesar $58.6 juta, memecahkan rekor volume harian untuk ETF crypto tahun ini yang sebelumnya dipegang oleh Solana Staking ETF (BSOL) Bitwise. Dalam kurun waktu hanya dua hari, aset yang dikelola (Assets Under Management – AUM) XRPC bahkan berhasil melampaui dua kali lipat AUM dana REX-Osprey.
Menurut situs resminya, XRPC saat ini mengelola dana investor sebesar $248 juta, menjadikannya ETF terkait XRP terbesar di pasar saham AS, meskipun terjadi kemunduran harga XRP baru-baru ini.
Pencapaian luar biasa ini menggarisbawahi permintaan institusional yang mendalam untuk produk investasi berbasis XRP, terlepas dari volatilitas harga jangka pendek. Hal ini juga menunjukkan bahwa meskipun hype institusional sangat kuat, dampaknya pada harga spot bisa tertunda, terutama di tengah sentimen pasar crypto yang lebih luas yang masih berhati-hati.
Investor kini menantikan persetujuan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) untuk produk serupa dari institusi keuangan besar seperti Franklin Templeton, 21Shares, dan CoinShares, yang diharapkan akan segera masuk ke lantai perdagangan. Persetujuan batch ETF XRP berikutnya dapat memberikan momentum yang berkelanjutan dan mematahkan tren bearish saat ini.
Prediksi Harga XRP: XRP Berpotensi Turun 30% Jika Kehilangan Level Support Kunci Ini
Meskipun peluncuran ETF XRP di pasar saham AS menunjukkan permintaan institusional yang kuat, grafik 4 jam menunjukkan bahwa tren penurunan harga XRP masih bertahan. XRP tampak menemukan dukungan sementara di sekitar $2,15 – $2,22.
Apabila area permintaan saat ini gagal dipertahankan minggu ini, harga XRP berisiko anjlok menuju $1.57. Level harga ini merupakan titik pantulan saat terjadi flash crash pada 10 Oktober lalu, yang berarti potensi risiko penurunan sebesar 30.4% dari harga hari ini.
Namun, jika level support $2.20 berhasil dipertahankan, XRP memiliki peluang untuk pulih cepat ke $3, terutama jika sentimen pasar membaik menjelang “Christmas rally” di akhir tahun.
Peluncuran ETF tambahan dari institusi besar, yang saat ini masih menunggu persetujuan, dapat memperkuat skenario bullish ini. Peningkatan minat institusional ini diharapkan mampu mendorong kenaikan permintaan signifikan terhadap token.
Oleh karena itu, support $2.20 menjadi sangat krusial dalam menentukan prediksi harga XRP jangka pendek.
Di sisi lain, selagi sebagian besar daftar altcoin berada di bawah tekanan, proyek presale tahap awal seperti Maxi Doge ($MAXI) justru diam-diam menarik perhatian, berhasil mengumpulkan lebih dari $4 juta dan membangun momentum sebagai meme crypto yang berorientasi pada trader.
Maxi Doge (MAXI): Membangkitkan Kembali Semangat Doge dengan Visi Baru yang Lebih Berani untuk Trader Kripo
Maxi Doge (MAXI) hadir sebagai meme coin baru yang ambisius, yang tidak hanya terinspirasi dari semangat Dogecoin asli, tetapi juga membawa visi yang segar dan fokus pada trader.
Dibangun di atas Ethereum (sebagai token ERC-20), $MAXI mendapat keuntungan dari ekosistem developer yang matang dan keamanan jaringan yang teruji, menawarkan keunggulan skalabilitas yang lebih baik dibandingkan Dogecoin dengan arsitektur proof-of-work yang lebih lama.
Proyek ini bertujuan untuk menyalurkan hype khas meme coin menjadi peluang perdagangan, hadiah, dan keuntungan bersama bagi komunitas trader yang berenergi tinggi, mencerminkan era baru meme coin yang kini menyematkan utilitas nyata.
$MAXI dirancang sebagai pusat bagi para trader untuk berbagi ide dan wawasan seputar peluang di pasar kripto. Komunitasnya diaktifkan melalui turnamen yang menarik, seperti Maxi Ripped dan Maxi Gainz, di mana para trader dapat bersaing untuk mendapatkan hadiah menarik.
Yang menarik, hingga 25% dari hasil presale akan diinvestasikan ke token-token menjanjikan lainnya. Keuntungan dari “Maxi Fund” ini kemudian akan digunakan untuk membiayai kampanye pemasaran yang bertujuan meningkatkan kesadaran pasar terhadap $MAXI.
Sementara pasar sibuk dengan pergerakan aset besar seperti Bitcoin dan mencari prediksi harga XRP selanjutnya, proyek-proyek presale crypto seperti $MAXI, yang telah mengumpulkan lebih dari $4 juta (Rp67 miliar) dan menawarkan staking dengan APY menarik, menjadi pilihan investasi yang diperhatikan banyak analis karena potensi keuntungan eksponensial setelah terdaftar di bursa.
Untuk bergabung dan mendapatkan token $MAXI, investor dapat mengunjungi situs resmi Maxi Doge dan menghubungkan wallet yang kompatibel seperti Best Wallet atau MetaMask. Baca cara beli Maxi Doge untuk mendapatkan panduan selengkapnya.
Anda juga dapat membaca artikel mengenai prediksi harga Maxi Doge yang memaparkan tentang proyeksi pertumbuhan $MAXI beserta sejumlah katalis yang mungkin memengaruhinya.
Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.
Koreksi harga besar kembali mengguncang pasar crypto setelah Bitcoin menyentuh rekor tertingginya di $126.080 pada awal Oktober, lalu anjlok hingga mencapai titik terendah baru di $93.000 atau sekitar 1,55 miliar rupiah dalam 24 jam terakhir.
Bagi trader berpengalaman, penurunan tajam seperti ini bukanlah sinyal kepanikan, melainkan fase penyegaran yang dibutuhkan untuk menciptakan fondasi pasar yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Kondisi seperti ini biasanya membantu menghapus leverage berlebih dan spekulasi liar yang selama ini mengganggu stabilitas pasar. Meski Bitcoin masih menjadi simbol nilai jangka panjang, sejumlah analis menilai aset ini tidak akan lagi memimpin reli berikutnya.
XRP (XRP) – Mendorong Revolusi Pembayaran Global
Ripple melalui token XRP terus merevolusi sistem pembayaran lintas negara dengan jaringan blockchain yang cepat dan hemat biaya, berpotensi menggantikan sistem lama seperti SWIFT. Teknologi ini telah mendapatkan sorotan dari lembaga global seperti UN Capital Development Fund dan bahkan Gedung Putih, sementara kemitraan Ripple dengan institusi keuangan besar terus bertambah.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap, XRP saat ini duduk nyaman sebagai crypto terbesar keempat berdasarkan kapitalisasi pasar, yaitu sekitar $137 miliar atau sekitar 2,29 kuadriliun rupiah.
Kehadiran stablecoin RLUSD yang didukung dolar AS menegaskan komitmen Ripple untuk memperluas dominasinya di sektor pembayaran digital global. Menariknya, setiap transaksi RLUSD di jaringan XRP Ledger akan membakar sejumlah kecil XRP, yang menciptakan tekanan deflasi jangka panjang.
Selama satu tahun terakhir, harga XRP telah naik 112% dan mencapai puncak baru di $3,65 pada Juli, level tertinggi sejak 2018. Sebagai perbandingan, Bitcoin hanya naik 5% di periode yang sama. Jika regulasi seperti ETF spot crypto dan Project Crypto disahkan di Amerika Serikat, para analis memperkirakan harga XRP berpotensi menembus $10 atau sekitar 167 ribu rupiah pada awal 2026.
Solana (SOL) – Penantang Utama Ethereum dengan Target $1.000
Solana ($SOL) terus membuktikan dirinya sebagai salah satu platform smart contract tercepat dan paling skalabel di industri. Dengan kapitalisasi pasar mencapai $79 miliar atau sekitar 1,32 kuadriliun rupiah, serta nilai total terkunci (TVL) sebesar $9,4 miliar atau sekitar 157 triliun rupiah, Solana kini menempati posisi kedua setelah Ethereum dalam ekosistem DeFi global.
Persetujuan ETF Solana oleh Grayscale dan Bitwise di New York Stock Exchange membuka pintu masuk baru bagi investor institusional. Seperti halnya saat ETF spot Bitcoin dan Ethereum disetujui, efek jangka pendek dari ETF Solana bisa menjadi pemicu reli harga yang signifikan.
Harga SOL yang sempat menyentuh $100 di awal tahun kini telah pulih ke kisaran $142 atau sekitar 2,38 juta rupiah. Struktur teknikal menunjukkan pola bullish flag sejak pertengahan September.
Para analis menandai zona $150 sebagai support penting, sementara resistensi besar berada di level $250. Jika berhasil menembus batas ini, Solana berpeluang menguji kembali all-time high di $293,31 dan bahkan merangkak ke $450 dalam skenario bullish tahun 2026.
Beberapa analis bahkan menilai bahwa dalam siklus bullish yang sangat kuat, Solana memiliki potensi untuk mencapai angka psikologis $1.000, setara sekitar 16,7 juta rupiah, menjadikannya salah satu aset paling menjanjikan dalam dua tahun ke depan.
Dash (DASH) – Fork Bitcoin yang Melesat Melewati XRP dan BTC
Dash ($DASH) merupakan aset digital yang dirancang sebagai alat pembayaran cepat, murah, dan mudah digunakan. Diluncurkan pada tahun 2014 sebagai fork dari Bitcoin, Dash mengusung misi menjadi “uang digital” yang benar-benar bisa digunakan untuk transaksi sehari-hari.
Salah satu keunggulan utama Dash adalah arsitektur jaringannya yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama adalah para miner yang mengamankan blockchain, sementara lapisan kedua adalah masternode yang menjalankan fungsi tingkat lanjut seperti InstantSend dan ChainLocks.
InstantSend memungkinkan transaksi diproses dalam hitungan detik, cocok untuk pembayaran di dunia nyata, sementara ChainLocks melindungi jaringan dari potensi serangan 51%.
Dash pernah mendapat momentum besar di negara-negara dengan mata uang lokal tidak stabil, terutama di kawasan Amerika Latin. Meski adopsinya sempat naik turun seiring dengan kondisi pasar, proyek ini tetap fokus pada pengembangan merchant, efisiensi transaksi, dan upgrade protokol secara berkelanjutan.
Dalam 30 hari terakhir, Dash telah melonjak 86% dan saat ini diperdagangkan di harga $84 atau sekitar 1,4 juta rupiah. Harga tersebut relatif stabil terhadap moving average 30 harinya. Dengan RSI di angka netral 52, masih terbuka ruang bagi Dash untuk melanjutkan kenaikan, terutama jika sentimen pasar membaik dalam beberapa pekan mendatang.
Bitcoin Hyper (HYPER) – Meme Coin dengan Utilitas Nyata dan Teknologi Layer-2
Pendatang baru yang disebut-sebut sebagai proyek breakout di tahun 2026 adalah Bitcoin Hyper ($HYPER), sebuah infrastruktur blockchain yang dikemas dalam format meme coin. Berbeda dari proyek meme biasa, HYPER menawarkan utilitas nyata sebagai protokol Layer-2 untuk Bitcoin. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas transaksi, menekan biaya, dan memperkenalkan kemampuan smart contract ke dalam ekosistem Bitcoin.
Dibangun di atas Solana Virtual Machine (SVM), Bitcoin Hyper menyediakan fitur governance berbasis DAO dan Canonical bridge yang memungkinkan pengguna memindahkan aset Bitcoin antar jaringan secara seamless. Integrasi ini menjadikan HYPER tidak hanya sebagai aset spekulatif, tapi juga bagian dari infrastruktur Web3 masa depan.
Selama periode presale, proyek ini telah berhasil mengumpulkan dana sebesar $27,8 juta atau sekitar 465 miliar rupiah. Angka ini menjadi bukti kuat bahwa investor melihat potensi besar dalam utilitas yang dibawa oleh HYPER. Analis seperti Borch Crypto bahkan menyebut token ini berpotensi mengalami kenaikan harga hingga 100x dalam siklus berikutnya.
Audit terbaru dari Coinsult menunjukkan tidak ditemukan celah keamanan pada smart contract HYPER, yang semakin memperkuat kepercayaan investor. Token ini digunakan untuk staking, pembayaran biaya jaringan, serta hak suara dalam pengembangan platform. Bagi peserta presale awal, tersedia peluang mendapatkan reward hingga 41% APY.
Dengan semua fitur tersebut, HYPER diposisikan bukan hanya sebagai meme coin hype semata, tetapi sebagai proyek serius yang membawa skalabilitas ke jaringan Bitcoin. Untuk informasi lebih lanjut mengenai prediksi harga Bitcoin Hyper dan cara beli Bitcoin Hyper, Anda dapat mengunjungi situs resmi proyek, mengikuti akun X (Twitter) mereka, serta bergabung di komunitas Telegram.
Disclaimer:Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.
Prediksi harga Shiba Inu tengah menjadi sorotan seiring dengan bocoran tentang proyek misterius yang memicu optimisme di kalangan trader SHIB. Kerjasama yang mungkin akan segera terwujud ini diharapkan dapat mendorong adopsi terhadap ekosistem Shibarium.
Sementara itu, PEPENODE (PEPENODE), masih mencuri panggung di ruang koin meme berkat platform mine-to-earn inovatif yang mereka tawarkan. Presale PEPENODE telah berhasil mengumpulkan lebih dari $2,1 juta atau sekitar Rp35,1 miliar dari para pendukung awal.
Pengumuman Shiba Inu untuk ShibArmy
Antisipasi di kalangan komunitas Shiba Inu, ShibArmy, memuncak seiring dengan bocoran kolaborasi dengan Bitget Wallet. Meskipun belum diumumkan secara resmi, kolaborasi tersebut menjadi jembatan antara optimisme harga Shiba Inu yang tinggi dengan kinerja fundamental yang tertinggal.
Tim di balik meme crypto populer ini memberi petunjuk mengenai sebuah proyek baru yang mereka deskripsikan sebagai “ramah dompet, berguna, dan jelas SHIB”, dengan menandai akun Bitget Wallet di media sosial X.
Petunjuk ini datang di tengah periode yang relatif sepi, tanpa kemitraan atau pengumuman besar baru dalam beberapa bulan terakhir. Para spekulator menyambut kabar ini dengan optimisme tinggi.
Sebab, kendati telah diluncurkan sejak 2023 lalu, ekosistem layer-2 Shibarium, yang dirancang untuk meningkatkan skalabilitas dan mengurangi biaya transaksi SHIB, masih kesulitan mempertahankan daya tarik.
Total Nilai Terkunci (TVL) di Shibarium, yang mencerminkan jumlah aset yang dikunci di dalamnya, dilaporkan hanya berada di kisaran $1,86 juta. TVL Shibarium sempat menembus $7 juta beberapa waktu lalu, tetapi gagal bertahan untuk jangka waktu yang lama.
Angka TVL yang fluktuatif ini, ditambah dengan kurangnya basis pengguna aktif yang berkelanjutan, menyoroti tantangan adopsi dan kurangnya dukungan dari para pengembang yang seharusnya membangun di atas jaringan tersebut.
Akibatnya, harga token Shiba Inu (SHIB) masih terperosok sebesar 90% dari rekor tertingginya, di mana pergerakan harganya didominasi oleh spekulasi pasar, bukan didukung oleh kasus penggunaan yang berarti dan berkelanjutan.
Kolaborasi dengan Bitget Wallet yang belum sepenuhnya terungkap, dipandang oleh komunitas ShibArmy sebagai peluang penyelamat yang dapat memberikan utilitas nyata dan mendorong adopsi. Itu merupakan dua elemen penting yang saat ini sangat dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan jangka panjang, melampaui statusnya sebagai koin meme.
Prediksi Harga Shiba Inu: Apakah Ini Menjadi Katalis untuk Comeback?
Pengumuman kolaborasi dengan Bitget Wallet, sebuah platform web3 terkemuka dengan puluhan juta pengguna global, berpotensi menjadi dorongan fundamental yang sangat dinanti oleh Shiba Inu. Pengumuman tersebut juga bertepatan dengan sinyal teknikal yang menarik dari grafik harga SHIB.
Secara teknis, harga SHIB tampak sedang membentuk pola double bottom—sebuah formasi pembalikan bullish yang menyerupai huruf “W”—setelah harga memantul di sekitar level support krusial $0,0000088 di awal bulan.
Pola ini, yang merupakan indikasi meredanya tekanan jual dan penguatan beli, membuka kembali fokus pada potensi penembusan saluran menurun jangka panjang selama tujuh bulan terakhir.
Indikator momentum pasar juga mulai menunjukkan sinyal positif, yang seringkali mendahului pembalikan tren. Relative Strength Index (RSI) telah membentuk dasar yang lebih tinggi setelah memantul dari kondisi oversold di angka 30. Hal ini menandakan bahwa tekanan jual sedang mendingin.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) mulai mendatar di bawah garis sinyalnya dengan selisih yang tipis, yang biasanya menunjukkan bahwa momentum bearish melemah dan momentum bullish sedang membangun kekuatan.
Kendati demikian, harus diingat bahwa sentimen kekhawatiran (Fear, Uncertainty, and Doubt — FUD) saat ini masih menyelimuti pasar.
Jika pola Double Bottom ini terkonfirmasi, prediksi harga Shiba Inu kami adalah SHIB dapat merebut kembali level psikologis penting di $0,00001, menciptakan pijakan yang lebih kuat untuk dorongan naik lebih lanjut.
Penembusan saluran menurun secara penuh dapat memperpanjang kenaikan harga hingga 170% menuju level tertinggi awal tahun di sekitar $0,000024. Lebih ambisius lagi, apabila kemitraan Bitget mampu menyuntikkan likuiditas segar dan menarik lebih banyak pengembang ke ekosistem Shibarium, utilitas yang meningkat ini dapat memicu lonjakan harga lebih signifikan, dengan target kenaikan 450% menuju tahun 2026.
Analis lain juga membuat prediksi harga Shiba Inu dapat mencapai $0,000095 hingga $0,00010 pada puncak siklus bullish yang diperkirakan terjadi pada 2026, menegaskan katalis fundamental sangat penting untuk memvalidasi sinyal teknikal yang ada.
PEPENODE: Cara Cerdas Pemegang SHIB untuk Meraih Keuntungan dari Koin Meme
Strategi ‘beli dan tahan’ (buy & hold) yang populer di kalangan investor Shiba Inu kini banyak menimbulkan kerugian yang belum terealisasi. Hal itu telah mendorong para pemegang SHIB mencari alternatif yang berpotensi memberi imbal hasil tinggi. Pergeseran ini mulai mengalihkan perhatian ke daftar coin baru, di mana PEPENODE (PEPENODE) menjadi salah satunya.
Proyek ini menawarkan solusi cerdas dengan mengubah penambangan kripto yang kompleksi menjadi permainan sederhana dengan model mine-to-earn (M2E). PEPENODE menghilangkan kebutuhan akan perangkat keras (hardware) yang mahal dan rumit. Pengguna hanya perlu masuk, mengakuisisi node digital, membangun rig penambangan virtual, dan mulai mendapatkan imbalan dalam bentuk koin meme populer.
Beberapa koin meme yang dijanjikan oleh PEPENODE akan menjadi imbalan penambangan, antara lain PEPENODE (PEPENODE), Pepe (PEPE), Fartcoin (FARTCOIN), Dogecoin (DOGE), hingga Shiba Inu (SHIB).
Dengan SHIB yang tercantum di sana berarti para pemegang SHIB dapat memanfaatkan PEPENODE untuk meningkatkan kepemilikan mereka tanpa harus mengeluarkan modal baru untuk membeli koin di pasar yang fluktuatif.
Presale PEPENODE: Raup $2,1 Juta dengan Imbal Hasil Staking 596% APY
Momentum PEPENODE meningkat dengan cepat, yang dibuktikan dari perolehan dana sementara presale lebih dari $2,1 juta (Rp35,1 miliar). Para investor presale dapat memanfaatkan fitur staking untuk menikmati imbal hasil tahun yang tinggi, mencapai 596% APY, dengan harga token saat ini $0,0011546.
Daya tarik PEPENODE juga terletak pada model deflasi token yang mereka terapkan. Sebanyak 70% dari token PEPENODE yang digunakan oleh pengguna platform untuk membeli node digital akan dibakar secara permanen.
Mekanisme pembakaran ini dapat secara efektif mengurangi pasokan total token dari waktu ke waktu, yang secara fundamental akan mendukung kelangkaan dan menjaga nilai jangka panjang $PEPENODE, menjadikannya salah satu koin micin potensial tahun ini.
Bagi komunitas meme coin, PEPENODE muncul sebagai cara yang lebih cerdas dan kurang berisiko untuk menangkap potensi kenaikan dari token favorit mereka. Kunjungi artikel tentang prediksi harga PEPENODE untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap mengenai potensi jangka panjang token ini.
Jika Anda tertarik untuk bergabung dengan presale PEPENODE, baca panduan lengkapnya dalam artikel tentang cara beli PEPENODE.
Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.
Dampak dari penurunan Bitcoin di grafik harian, mencapai US$95.000 dalam 24 jam terakhir, terlihat pula pada altcoin. Sementara beberapa token mengalami penurunan tajam, lainnya berhasil melawan dampak bearish hingga batas tertentu.
BeInCrypto telah menganalisis tiga altcoin yang berpeluang mencapai rekor tertinggi baru jika kondisi pasar membaik dalam minggu mendatang.
Undead Games (UDS)
UDS diperdagangkan di harga US$2,13 dan masih berada di bawah level resistance US$2,17. Token ini berada 36% dari rekor tertingginya di US$2,90, menandakan adanya peluang untuk reli potensial jika pembeli berhasil mengendalikan kembali dan mendorong momentum ke wilayah bullish.
Agar UDS bergerak lebih tinggi, token ini harus mengubah US$2,29 menjadi support. Breakout yang sukses bisa mendorong harga menuju US$2,48 dan lebih tinggi. Menembus resistance US$2,59 akan memperkuat sentimen bullish dan membuka jalan untuk pergerakan ke atas yang lebih luas.
Ingin lebih banyak wawasan tentang token seperti ini? Daftar untuk Newsletter Harian Crypto dari Editor Harsh Notariya di sini.
Jika kondisi melemah, UDS mungkin gagal mempertahankan level saat ini. Penurunan ke US$2,00 atau bahkan US$1,90 akan membatalkan pengaturan bullish dan menunjukkan kepercayaan investor yang mulai memudar. Ini akan membuat meme coin rentan terhadap kerugian lebih dalam.
Memecore (M)
M diperdagangkan di harga US$2,15 dan terus bertahan di atas level support US$2,12. Token ini masih 39% di bawah rekor tertingginya di US$2,99. Ini menyoroti kebutuhan akan partisipasi investor yang lebih kuat untuk mendorong momentum dan mendukung pemulihan yang berkelanjutan.
Ichimoku Cloud mengisyaratkan lintasan bullish untuk Memecore. Menembus di atas US$2,26 dan mengubah US$2,50 menjadi support dapat mengangkat harga ke US$2,71. Gerakan yang berhasil melewati level tersebut akan memungkinkan M untuk retest rekor tertingginya di US$2,99.
Namun, prospek ini bergantung pada perbaikan kondisi pasar atau awal dari altcoin season. Tanpa dukungan yang lebih luas, M dapat kehilangan level US$2,12 dan merosot ke US$1,88. Ini akan membatalkan tesis bullish dan menunjukkan tekanan turun yang baru.
BNB
BNB tetap menjadi salah satu dari sedikit altcoin utama yang masih berada dalam jangkauan terlihat dari rekor tertinggi sepanjang masa, meskipun diperdagangkan 47% di bawah puncak US$1.375. Kekuatan relatifnya menyoroti minat investor yang terus berlanjut, meskipun kondisi pasar secara umum tetap tidak menentu.
BNB mengalami peningkatan arus masuk ketika Chaikin Money Flow melintasi garis nol. Pergeseran ini menyarankan peningkatan kepercayaan, yang dapat membantu token menembus resistance US$1.000. Gerakan yang berhasil akan membatalkan tren turun selama sebulan dan membuka jalan menuju US$1.136.
Jika BNB gagal membangun momentum naik, maka berisiko tetap terjebak dalam tren turun. Penurunan di bawah support US$902 dapat memicu kerugian lebih lanjut, mungkin mendorong harga menuju US$854 atau lebih rendah. Gerakan semacam itu akan membatalkan prospek bullish dan menunjukkan tekanan jual yang baru.
Pi Coin telah menjadi salah satu token yang lebih tangguh bulan ini. Sementara pasar secara keseluruhan mengalami penurunan 1,1% hari ini, harga Pi Coin masih naik 0,8% dan naik 11,5% selama bulan lalu. Mengingat sejarah harga PI, pergerakan 11,5% ini tidak kurang dari sebuah reli.
Baru-baru ini gagal melakukan breakout yang dapat membawa harga lebih tinggi, namun tren belum berbalik menjadi bearish. Beberapa tanda awal menunjukkan pembeli masih menguasai, dan reli ini mungkin belum selesai.
Tren Awal Masih Mengarah ke Reli Harga
Sinyal bullish pertama Pi Coin datang dari grafik 4 jam, yang membantu mendeteksi perubahan tren awal. Dalam kerangka waktu ini, EMA 20-periode mendekati EMA 50-periode. EMA (Exponential Moving Average) melacak harga dari waktu ke waktu dengan lebih banyak bobot pada candle terbaru. Crossover bullish terjadi ketika EMA jangka pendek bergerak di atas EMA jangka panjang, sering kali menandai perubahan momentum.
Ingin wawasan token lebih banyak seperti ini? Daftarkan diri Anda untuk Newsletter Harian Crypto Editor Harsh Notariya di sini.
Upaya crossover serupa terjadi pada 11 November, tetapi penjual masuk sebelum garis tersebut menyilang, memaksa pergerakan tersebut gagal. Jika bulls dapat menjaga harga stabil kali ini, crossover bisa selesai dan memberikan dorongan selanjutnya untuk Pi Coin.
Di grafik harian, indikator Bull-Bear Power mendukung ide ini. Indikator ini melacak celah antara tekanan beli dan tekanan jual. Meskipun breakout gagal di US$0,229, Bull-Bear Power telah berbalik sepenuhnya ke wilayah bullish, menunjukkan pembeli masih mengontrol.
Bulls Masih Mengontrol Meskipun Breakout Gagal: TradingView
Jika kekuatan ini berlanjut, crossover EMA lebih kecil kemungkinannya untuk gagal seperti yang terjadi pada 11 November.
Aksi Harga Pi Coin dan Money Flow Memegang Kunci
Harga Pi Coin terus berjuang dengan US$0,229, yang telah menolak setiap upaya breakout sejauh ini dalam waktu dekat. Jika ada penutupan harian di atas level ini, target berikutnya menjadi US$0,236 (resistance kuat lainnya), diikuti oleh kemungkinan pergerakan menuju US$0,266, zona resistance atas.
Breakout gagal awal minggu ini sejalan dengan penurunan dalam Chaikin Money Flow (CMF). CMF mengukur apakah dompet besar menambah atau mengurangi modal. Pi Coin melihat arus masuk antara 15-16 November, tetapi uang dengan cepat keluar setelahnya, kembali turun ke arah garis tren.
Selama CMF tetap di atas garis tren yang naik, pembeli masih memiliki jalur untuk mengambil kembali kontrol. Penembusan kembali di atas garis nol akan mengonfirmasi kembalinya uang besar, memperkuat kasus bullish dan mendukung crossover EMA dari grafik 4 jam.
Jika CMF jatuh di bawah garis tren, peluang penurunan terbuka. Dalam kasus itu, Pi Coin bisa kembali ke US$0,201, dan dengan tekanan pasar yang lebih dalam, bahkan ke level yang lebih rendah lagi.
Untuk sementara, Pi Coin hanya butuh dorongan 0,48% lagi untuk menutup di atas US$0,229. Jika crossover selesai dan CMF berbalik naik, Pi Coin mungkin akhirnya melewati hambatan ini dan memperpanjang reli bulanannya.
ETF Dogecoin Grayscale dapat diluncurkan secepatnya pada 24 November, setelah periode review 20 hari dari SEC yang dimulai setelah pengajuan registrasinya. Bitwise juga mencari persetujuan otomatis, menandai langkah penting dalam institusionalisasi meme coins.
Pengajuan ini menunjukkan perubahan signifikan dalam pengawasan regulasi. Kini beberapa manajer aset bersaing untuk membawa Dogecoin ke dalam portofolio tradisional melalui kendaraan yang efisien pajak dan diatur.
Proses Tinjauan SEC Mempercepat Garis Waktu Persetujuan
Jadwal lebih cepat ini berasal dari Bagian 8(a) dari Securities Act of 1933. Ketentuan ini memungkinkan pernyataan registrasi menjadi efektif secara otomatis 20 hari setelah pengajuan, kecuali jika SEC mengambil tindakan.
Grayscale dan Bitwise menggunakan ini untuk melewati prosedur aturan exchange 19b-4 yang lebih rumit yang biasanya dibutuhkan untuk peluncuran ETF.
Panduan resmi SEC menegaskan bahwa pernyataan registrasi mendapatkan efektivitas otomatis di bawah Bagian 8(a) setelah 20 hari. Jalan pintas ini mempercepat peluncuran produk saat minat institusional dalam investasi aset kripto meningkat.
Bitwise mengajukan aplikasi pada 7 November. Ini bisa menjadi tahap awal untuk peluncuran akhir November. Sementara itu, Balchunas memprediksi peluncuran Grayscale pada 24 November, meskipun ia memperingatkan bahwa konfirmasi tergantung pada pemberitahuan resmi dari bursa.
SEC telah mengakui kedua pengajuan ini, memulai periode tinjauan regulasi dan komentar publik.
Based on 20 day clock I believe Grayscale will be out with first Doge ETF in a week, 11/24. We'll see, won't be 100% till exchange notice, but based on SEC guidance it looks good. pic.twitter.com/mvlGsNyNVG
Grayscale meluncurkan Dogecoin Trust pada 31 Januari 2025, sebagai pendahulu aplikasi ETF. Trust ini memungkinkan investor mendapatkan eksposur Dogecoin tanpa kepemilikan langsung, menjawab kekhawatiran terkait kustodi dan keamanan yang menghalangi banyak institusi.
Klasifikasi Komoditas Meningkatkan Peluang Persetujuan
Klasifikasi ini membantu melewati masalah hukum yang memperlambat upaya ETF Solana dan XRP, di mana status sekuritas masih diperdebatkan.
Pengajuan Federal Register untuk perubahan aturan yang diusulkan NYSE Arca langsung merujuk Dogecoin di bawah Rule 8.201-E, yang meliputi “Commodity-Based Trust Shares.”
Ini sejalan dengan Commodity Exchange Act dan mengindikasikan bahwa baik bursa maupun SEC menganggap Dogecoin sebagai komoditas yang cocok untuk struktur ETF.
Analis Bloomberg memprediksi peluang persetujuan ETF Dogecoin sebesar 90%, dibandingkan 95% untuk XRP. Perkiraan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pada keterbukaan SEC terhadap ETF altcoin, setelah keputusan ETF Solana awal tahun ini.
Namun, proses ini masih membutuhkan jendela review 240 hari setelah publikasi di Federal Register. Selama jendela ini, masukan publik dapat membentuk keputusan akhir SEC. Komisi mungkin menunda, meminta amandemen, atau mengeluarkan perintah penghentian jika perlindungan investor atau integritas pasar terancam.
Dorongan Institusional Luas Industri Mendapatkan Momentum
Sementara itu, perlombaan untuk ETF Dogecoin kini melampaui Grayscale dan Bitwise. Manajer aset terkemuka, seperti 21Shares, Rex Shares, dan Osprey Funds, telah mengajukan aplikasi serupa, menandai konsensus industri bahwa meme coins berkembang menjadi produk investasi tingkat institusional.
21Shares mengajukan registrasi ETF Dogecoin pada 9 April 2025, merinci kustodi dengan Coinbase Custody Trust Company. Dengan menggunakan kustodian independen yang diatur menjawab tuntutan SEC untuk penyimpanan yang aman dan kepatuhan institusional, menghilangkan kendala besar bagi keuangan tradisional.
ETF menawarkan kelebihan yang jelas dibandingkan kepemilikan aset kripto langsung.
Pembuatan dan penebusan in-kind memungkinkan efisiensi pajak.
Kerangka kerja teratur meningkatkan transparansi dan perlindungan investor, fitur yang kurang dalam perdagangan spot.
Keuntungan ini menarik bagi dana pensiun, dana abadi, dan penasihat investasi terdaftar dengan obligasi fidusia.
Pengamat industri memprediksi bahwa lebih dari 200 persetujuan ETF aset kripto akan dilakukan pada pertengahan 2026. Tren ini dapat mendorong aliran modal institusional yang besar dan mengurangi volatilitas, memindahkan pasar dari aktivitas yang didominasi ritel dan lebih mendekatkan ke penerimaan arus utama.
Meskipun momentum ini meningkat, harga Dogecoin telah turun, turun 0,4499% dalam 24 jam terakhir. Pada waktu publikasi ini, DOGE diperdagangkan seharga US$0,1543.
Performa Harga Dogecoin (DOGE) | Sumber: BeInCrypto
Ini menunjukkan bahwa persetujuan ETF mungkin tidak memberikan keuntungan langsung, namun permintaan institusional yang stabil dapat pada akhirnya mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Beberapa minggu mendatang akan menunjukkan apakah jadwal regulasi selaras dengan ekspektasi pasar. Jika Grayscale dan Bitwise berhasil meluncur sebelum akhir tahun, Dogecoin akan bergabung dengan Bitcoin, Ethereum, dan Solana di antara beberapa aset kripto yang tersedia melalui ETF yang diatur oleh AS. Kejadian seperti itu akan memperkuat statusnya dalam ruang aset digital.
Arus masuk institusional ke dalam exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot menjadi salah satu cerita terbesar sejak peluncurannya tahun lalu. Dengan Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru pada 2025 dan aset ETF meningkat, banyak yang mengira para pemain besar Wall Street akhirnya “long Bitcoin.”
Tapi tidak begitu cepat, ujar Arthur Hayes.
Dalam sebuah email yang dikirim pada hari Senin, co-founder BitMEX berpendapat bahwa banyak aktivitas institusional di dalam IBIT milik BlackRock, yang masih merupakan ETF Bitcoin terbesar berdasarkan aset, tidak ada hubungannya dengan keyakinan jangka panjang. Sebaliknya, dia mengatakan, para pemain terbesar menjalankan perdagangan arbitrase sederhana.
“They Are Not Long Bitcoin”
Hayes menunjukkan bahwa pemegang terbesar ETF ini adalah hedge fund dan meja perdagangan bank, termasuk perusahaan seperti Goldman Sachs. Dia berpendapat bahwa mereka sebagian besar terlibat dalam apa yang dikenal sebagai perdagangan basis.
Mengambil selisih hasil antara ETF dan masa depan (basis)
Menggunakan saham ETF sebagai jaminan untuk short futures
Menurut Hayes:
“Mereka tidak long Bitcoin. Mereka hanya bermain di kotak pasir kita untuk beberapa poin lebih dari Fed Funds.”
Ini menjadi semakin umum pada 2025 karena suku bunga AS turun, dengan Federal Reserve memangkas suku bunga tiga kali tahun ini, mengurangi hasil di pasar tradisional dan membuat peluang arbitrase menjadi lebih menarik.
Kenapa Inflow ETF Bisa Menyesatkan
Ketika basisnya cukup tinggi, hedge fund buru-buru melakukan perdagangan ini, menciptakan kesan arus masuk institusional yang besar. Ketika basis menyempit, seperti yang terjadi beberapa kali sepanjang 2025, institusi yang sama membatalkan perdagangan tersebut, menyebabkan arus keluar ETF yang tajam.
Hayes mengatakan bahwa dinamika ini menciptakan ilusi berbahaya, dan ini berkembang seperti ini:
Ketika basis melonjak → arus masuk ETF meningkat → “Institutions are buying Bitcoin!”
Saat dasar runtuh → aliran keluar ETF melonjak → “Lembaga-lembaga membuang Bitcoin!”
Investor ritel sering salah memahami arus ini, yang dapat memperburuk volatilitas pasar.
Apa yang Berubah di 2025
Awal tahun ini, Bitcoin naik secara stabil meskipun likuiditas dollar menurun di bawah administrasi Trump yang baru dan penerbitan US Treasury mengalami lonjakan. Arus masuk ETF dan pembelian dari digital asset trust membantu mengimbangi penurunan likuiditas.
Namun Hayes berpendapat bahwa fase itu mungkin sudah berakhir.
Beberapa digital asset trust (DAT) diperdagangkan di bawah NAV musim gugur ini.
Perdagangan basis ETF menjadi kurang menarik karena spread futures menyempit.
Hedge fund telah mengurangi posisi mereka, memicu arus keluar yang mencolok di jaringan ETF selama berminggu-minggu.
Dengan semakin memudarnya pendorong permintaan artifisial tersebut, Hayes mengatakan Bitcoin akhirnya harus merespons lagi terhadap lingkungan ekonomi makro yang mendasar.
“Bitcoin Must Fall” — Hayes tentang Tekanan Jangka Pendek
Menurut Hayes:
“Bitcoin harus turun untuk mencerminkan kekhawatiran jangka pendek saat ini bahwa likuiditas dollar akan menyusut atau tidak tumbuh secepat yang dijanjikan para politikus.”
Dengan kata lain: ETF arus masuk mendorong Bitcoin naik saat likuiditas tidak membenarkannya. Sekarang arus tersebut hilang, dan likuiditas masih penting. Pesannya untuk akhir 2025 adalah tegas:
Sebagian besar arus masuk ETF adalah arbitrase, bukan keyakinan institusional jangka panjang.
Pemegang terbesar BlackRock bukan long Bitcoin, mereka long basis.
Pembatalan perdagangan tersebut sekarang mempengaruhi harga Bitcoin.
Bagi investor ritel, pelajarannya sederhana: Arus masuk ETF lebih memberi tahu Anda tentang kurva masa depan daripada keyakinan institusi.
Pasar kripto sedang memasuki periode ketidakpastian. Tidak ada arah yang jelas apakah pasar akan menyaksikan altcoin season atau tidak. Akibatnya, altcoin lebih cenderung bergantung pada perkembangan eksternal dan katalis untuk menentukan jalur aksi harganya.
BeInCrypto telah menganalisis tiga altcoin yang memiliki perkembangan penting yang akan datang minggu ini.
Filecoin (FIL)
Filecoin sedang bersiap untuk pengumuman besar minggu ini, dan kurangnya detail meningkatkan ekspektasi pasar. Berita ini diperkirakan akan berdampak besar, meninggalkan FIL di persimpangan di mana token ini bisa pulih tajam atau memperpanjang penurunan yang sedang terjadi, tergantung pada reaksi investor.
FIL diperdagangkan pada US$1,99 setelah turun 41% dalam 10 hari terakhir. Harga sempat turun di bawah US$2,00, menandakan tekanan jual yang intens. Jika pengumuman menghidupkan sentimen bullish, FIL bisa bangkit kembali dari US$2,00 dan naik melewati US$2,26 dan US$2,63, menandakan dimulainya fase pemulihan.
Ingin wawasan lebih lanjut tentang token seperti ini? Daftarkan diri pada Newsletter Harian Kripto Editor Harsh Notariya di sini.
Jika sentimen berubah bearish, FIL mungkin terus merosot menuju US$1,68, membatalkan prospek bullish jangka pendek. Penurunan di bawah level itu dapat membuat token mengalami penurunan lebih lanjut ke arah US$1,46.
Zilliqa (ZIL)
ZIL diperdagangkan pada US$0,0069 setelah penurunan mingguan sebesar 13%, berada sedikit di bawah resistance kunci. Parabolic SAR menandakan kekuatan dalam tren naik yang sedang berkembang, menunjukkan Zilliqa dapat mencoba pulih jika tekanan beli meningkat dan sentimen membaik di pasar yang lebih luas.
Upgrade Mainnet 0.19.0 Zilliqa yang akan datang memperkenalkan lebih banyak fleksibilitas bagi stakers dan meningkatkan ketersediaan jaringan. Peningkatan ini dapat mendukung pergerakan harga menuju US$0,0074 dan, jika momentum bertahan, kenaikan ke US$0,0082 saat trader merespon penguatan fundamental jaringan.
Jika respons bullish gagal, ZIL mungkin turun ke US$0,0063, memperpanjang penurunan terbarunya. Penurunan di bawah level tersebut dapat membuat token mengalami kerugian lebih lanjut menuju US$0,0058, membatalkan prospek bullish dan meningkatkan risiko penurunan bagi holder.
Avalanche (AVAX)
AVAX diperdagangkan pada US$15,61 setelah tren penurunan selama sebulan, namun MACD menunjukkan sedikit momentum bullish. Indikator ini mencegah terjadinya crossover bearish, menunjukkan bahwa penjual kehilangan kekuatan saat Avalanche mencoba stabil di atas level support kunci.
Upgrade Granite yang akan datang dari Avalanche menandai langkah besar dalam meningkatkan kinerja jaringan. Rilis ini dapat menarik minat baru dan mendorong AVAX di atas US$16,25. Momentum yang berkelanjutan dapat memungkinkan pergerakan menuju US$18,27, melampaui garis tren penurunan dan menandakan pemulihan yang lebih kuat.
Jika kondisi pasar melemah dan AVAX jatuh melewati support US$14,89, sentimen bearish mungkin meningkat. Penurunan ke US$13,40 akan membatalkan prospek bullish dan meningkatkan risiko penurunan terutama jika upgrade gagal mendorong permintaan yang signifikan.
Dua pemain korporat terbesar dalam kripto, MicroStrategy dan BitMine, baru saja memperbesar perang akumulasi mereka secara diam-diam. Yang satu memperkuat komitmennya pada Bitcoin, sementara yang lainnya memperluas cengkeramannya pada Ethereum.
Meski langkah masing-masing tampak biasa pada pandangan pertama, skala dan waktunya mengungkapkan sesuatu yang jauh lebih berarti yang sedang berkembang di bawah permukaan.
MicroStrategy Percepat Pembelian Bitcoin saat Tekanan Meningkat
MicroStrategy membeli 8.178 BTC pekan lalu seharga kira-kira US$835,6 juta dengan harga rata-rata US$102.171 per koin. Perusahaan ini sekarang memegang 649.870 BTC, yang diperoleh dengan nilai US$48,37 miliar pada basis biaya rata-rata sebesar US$74.433, menurut update yang dikonfirmasi dan dibagikan oleh Michael Saylor dan Strategy Inc.
Strategy has acquired 8,178 BTC for ~$835.6 million at ~$102,171 per bitcoin and has achieved BTC Yield of 27.8% YTD 2025. As of 11/16/2025, we hodl 649,870 $BTC acquired for ~$48.37 billion at ~$74,433 per bitcoin. $MSTR$STRC$STRD$STRE$STRF$STRKhttps://t.co/HI1TeYOvQ9
Langkah agresif ini muncul hanya beberapa hari setelah Saylor berjanji bahwa pasar akan terkejut secara menyenangkan.
“Kami membeli cukup banyak… orang-orang akan terkejut secara menyenangkan.” Ia menambahkan bahwa Strategy “selalu membeli” dan sekarang mengendalikan 3,1% dari jaringan Bitcoin.
Meskipun hasil BTC MicroStrategy untuk 2025 mencapai 27,8%, pembelian tersebut memicu gelombang komentar dan kontroversi.
Lookonchain memverifikasi bahwa perusahaan itu duduk di atas keuntungan yang belum direalisasikan sebesar US$12,88 miliar (+27%), bahkan setelah penurunan terbaru. Namun komunitas kripto tetap terpecah. Satu sisi mengatakan bahwa struktur MicroStrategy solid.
“Bahkan jika BTC turun -70%, Saylor tetap tidak akan harus menjual… Tidak ada margin call,” analis Miles Deutscher menjelaskan.
Jeff Dorman menambahkan bahwa kekhawatiran tentang penjualan paksa “bahkan tidak menjadi perhatian sedikit pun,” menyebutkan biaya bunga yang rendah, arus kas positif, serta kepemilikan Saylor sebesar 42% yang mencegah intervensi aktivis.
Di sisi lain, pengkritik seperti Peter Schiff mengeklaim bahwa strategi ini rapuh, dengan Dom Kwok, seorang pengguna populer di X, menyuarakan sentimen serupa.
“MSTR akan dipaksa menjual BTC-nya untuk membayar bunga… ini adalah menjual bitcoin atau gagal,” ia menyatakan.
Bahkan pengamat pasar mempertanyakan pengumuman tersebut. Analis AB Kuai Dong menyoroti bahwa Strategy memposting lalu menghapus pengumumannya dalam hitungan menit, menyebutnya sebagai “amatir,” dan mencatat bahwa MSTR turun 3% di pre-market meskipun ada pembelian yang optimistis.
Penangkapan Ethereum oleh BitMine Menunjukkan Persaingan Korporat untuk Dominasi Kas Perusahaan
Sementara MicroStrategy memperluas kerajaan Bitcoin-nya, Tom Lee’s BitMine sedang menjalankan strategi paralel pada Ethereum, namun dalam skala yang lebih besar. BitMine sekarang memiliki hampir 3,6 juta token ETH, yang mewakili 2,9% dari total suplai, menurut update resminya bulan November. Perusahaan ini membeli 54.156 ETH hanya dalam seminggu.
🧵 BitMine provided its latest holdings update for Nov 17th, 2025:
$11.8 billion in total crypto + "moonshots": -3,,559,879 ETH at $3,120 per ETH (Bloomberg) – 192 Bitcoin (BTC) – $37 million stake in Eightco Holdings (NASDAQ: ORBS) (“moonshots”) and – unencumbered cash of…
Pada valuasi saat ini, perusahaan memegang US$11,8 miliar dalam campuran gabungan kripto, kas, dan investasi “moonshot”, termasuk 3.559.879 ETH, 192 BTC, US$607 juta dalam bentuk kas, dan posisi ekuitas strategis.
Data Fundstrat, yang dikonfirmasi oleh dashboard StrategicETHReserve.xyz, menegaskan bahwa BitMine kini merupakan perbendaharaan Ethereum terbesar di dunia dan perbendaharaan kripto terbesar kedua secara keseluruhan, tepat di belakang MicroStrategy.
Dalam pesan Novembernya, Lee menyebutkan bahwa puncak siklus kripto masih 12–36 bulan lagi, menyimpang dari harapan empat tahun tradisional. Ia mengatakan kelemahan terbaru mencerminkan seorang market maker yang mengalami tekanan neraca, bentuk sementara dari “QT” untuk ekosistem kripto.
“Harga kripto belum pulih sejak peristiwa likuidasi pada 10 Oktober… Kelemahan yang berkepanjangan memiliki ciri-ciri market maker yang mengalami kerugian neraca,” baca kutipan dalam pengumuman tersebut, mengacu pada Lee.
Ia menambahkan bahwa tokenisasi pada Ethereum adalah “pengungkapan besar” dan membandingkan langkah-langkah regulasi saat ini, seperti GENIUS Act dan Proyek Kripto SEC, dengan akhir era Bretton Woods tahun 1971.
Saham BitMine mencerminkan meningkatnya perhatian institusional, dengan volume perdagangan mencapai US$1,4 miliar per hari, menduduki peringkat ke-48 di AS, di atas DoorDash.
Bersama, pembangunan BTC oleh MicroStrategy dan akumulasi ETH oleh BitMine menandai tren paling jelas di tahun 2025, bahwa aset kripto menjadi medan pertempuran untuk treasury korporasi.
Dengan Saylor menargetkan kontrol yang lebih dalam terhadap Bitcoin dan BitMine mendorong menuju “Alchemy of 5%,” pasar mungkin memasuki era akumulasi korporat multi-chain sejati pertama, yang digerakkan bukan oleh siklus ritel, tetapi oleh neraca, saluran likuiditas, dan keyakinan jangka panjang.