Reading view

Jepang Perketat, Amerika Longgarkan: Bank Sentral Mana yang Sebenarnya Pengaruhi Pasar Saat Ini? | Berita Kripto AS

Selamat datang di US Crypto News Morning Briefing—ringkasan penting untuk perkembangan paling utama di dunia aset kripto hari ini.

Siapkan kopi karena Morning Briefing kali ini tidak hanya soal suku bunga. Kita juga akan membahas soal leverage, funding, dan pihak mana di Pasifik yang sebenarnya paling menentukan irama risiko aset ketika kebijakan berlawanan arah. Satu bank sentral melonggarkan kebijakan (AS), sedangkan yang lain mengetatkan (Jepang). Ketegangan di antara keduanya mulai mengubah likuiditas global dengan cara-cara yang tidak langsung terlihat di satu grafik atau candle harga.

Berita Kripto Hari Ini: Jepang Naikkan Suku Bunga, namun The Fed Turunkan, yang Mana Lebih Berdampak Kuat?

Pada saat ini, pasar global berada di persimpangan jalan, di tengah perbedaan kebijakan yang jarang terjadi dan sangat penting. Di satu sisi, The Fed AS sudah memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan yang melambat. Sebaliknya, Bank of Japan (BOJ) justru bergerak ke arah sebaliknya, menaikkan suku bunga ke level yang belum terlihat selama tiga dekade terakhir.

Pertanyaan yang dihadapi investor sekarang bukan lagi apakah langkah-langkah ini penting, tetapi kebijakan mana yang akhirnya lebih berpengaruh untuk likuiditas global, mata uang, dan pasar kripto.

Pada 19 Desember, BOJ menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,75%, level tertinggi sejak 1995. Ini menandai satu langkah lagi meninggalkan kebijakan moneter super longgar selama puluhan tahun. Para analis makro melihat langkah ini lebih dari sekadar perubahan kecil.

🚨 BREAKING: 🇯🇵 BOJ DELIVERS THE HIKE

Rates raised 25 bps to 0.75%, marking a 30-year high.

Japan’s era of ultra-easy money keeps fading.

This is a major global LIQUIDITY shift… watch yen and risk assets closely. 👀 pic.twitter.com/vfciRH84WJ

— Wise Advice (@wiseadvicesumit) December 19, 2025

Berbeda dengan pemangkasan suku bunga The Fed yang bersifat siklus dan dirancang untuk menghaluskan perlambatan ekonomi, pengetatan di Jepang bersifat struktural. Selama hampir 30 tahun, suku bunga Jepang yang mendekati nol telah menjadi salah satu sumber leverage murah terbesar di dunia.

Bahkan sedikit kenaikan sekarang membawa konsekuensi besar karena mengganggu strategi pendanaan yang selama ini mengakar di berbagai pasar global.

Dampak langsungnya paling terlihat di pasar mata uang. Meskipun kenaikan suku bunga ini bersejarah, yen sempat melemah karena Gubernur Kazuo Ueda hanya memberikan penjelasan terbatas soal kecepatan pengetatan di masa depan.

Reuters menyebutkan bahwa nilai yen turun karena BOJ “tetap samar soal arah pengetatan.” Hal ini memperlihatkan bahwa forward guidance, bukan hanya kenaikan suku bunga itu sendiri, tetap sangat penting.

Meski demikian, para analis berpendapat jalur transmisi utamanya ada di tempat lain: yen carry trade, seperti yang dilaporkan dalam US Crypto News terbaru.

Saat yield Jepang naik dan selisih suku bunga AS–Jepang menyempit, meminjam yen untuk mendanai posisi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi jadi makin mahal.

Fed cut rates, but the message mattered more than the cut. Their dot plot now shows fewer cuts ahead. That flipped expectations from “easy money coming” to “higher for longer.” At the same time, BOJ hike expectations strengthened the yen → yen carry trades started unwinding →… pic.twitter.com/eSaJLWQajg

— Dmytro V7 🇺🇦 (@V7Dmytro) December 16, 2025

Di sinilah perbedaan antara Tokyo dan Washington menjadi sangat penting:

  • Pemangkasan suku bunga The Fed biasanya secara bertahap mendukung pasar dengan melonggarkan kondisi kredit.
  • Berbeda dengan itu, pengetatan dari BOJ memaksa pasar untuk langsung mengubah posisi karena biaya leverage meningkat.

Pasar kripto selama ini merasakan dampak tersebut lebih cepat dibandingkan aset tradisional. Siklus pengetatan BOJ sebelumnya sering bersamaan dengan penurunan harga Bitcoin tajam sebesar 20–30% ketika likuiditas mengetat dan carry trade terurai.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Pola ini membuat kestabilan Bitcoin belakangan menjadi sangat mencolok. Pada waktu publikasi, BTC berada di harga US$88.035, naik hampir 1% dalam 24 jam terakhir.

Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

“History shows every prior tightening triggered 20–30% Bitcoin drops as yen carry trades unwound and liquidity tightened. Yet with the hike fully priced in and BTC holding around $85k–$87k, this could be the dip buyers have been waiting for,” tulis analis Blueblock.

Meski begitu, ketahanan di puncak pasar kripto tidak menghilangkan risiko di tempat lain. Altcoin, yang jauh lebih sensitif terhadap kondisi likuiditas, tetap terpapar jika pengetatan di Jepang masih berlanjut.

Faktanya, pejabat BOJ secara terbuka sudah menyatakan kesediaannya terus mengetatkan kebijakan jika pertumbuhan upah dan inflasi masih kuat. Analis dari ING dan Bloomberg telah memperingatkan bahwa walaupun kenaikan berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu dekat, arahnya sudah jelas.

Dampaknya bagi pasar global sangat jelas. Pemangkasan suku bunga dari The Fed mungkin memberikan dukungan dalam jangka panjang, tapi keluarnya Jepang dari kebijakan super longgar justru menghantam langsung fondasi leverage dunia. Jika BOJ terus di jalur ini, pengaruhnya ke likuiditas, mata uang, dan kripto bisa jadi lebih besar dari pelonggaran AS, setidaknya dalam waktu dekat.

Chart Hari Ini

Fed Fund Rates vs BOJ Policy Rate
Fed Fund Rates vs BOJ Policy Rate

Alpha dalam Ukuran Kecil

Berikut rangkuman berita aset kripto AS lainnya yang perlu kamu pantau hari ini:

Gambaran Umum Pre-market Crypto Equities

PerusahaanPenutupan 18 DesemberRingkasan Pre-Market
Strategy (MSTR)US$158,24US$163,97 (+3,62%)
Coinbase (COIN)US$239,20US$246,00 (+2,84%)
Galaxy Digital Holdings (GLXY)US$22,51US$22,95 (+1,95%)
MARA Holdings (MARA)US$9,69US$9,87 (+1,86%)
Riot Platforms (RIOT)US$13,38US$13,73 (+2,62%)
Core Scientific (CORZ)US$14,56US$15,04 (+3,30%)
Perlombaan pembukaan pasar saham kripto: Google Finance

  •  

US$1 miliar pada 2026? Analis lirik ownership coin sebagai inovasi governance berikutnya di aset kripto

Ownership coin siap mengubah tata kelola terdesentralisasi pada 2026, dengan para analis memprediksi setidaknya satu proyek bakal melampaui kapitalisasi pasar US$1 miliar.

Beda dari governance token saat ini, ownership coin menggabungkan hak ekonomi, hak hukum, serta hak tata kelola sekaligus dalam satu aset. Inovasi ini bisa menyelesaikan masalah lama yang selama bertahun-tahun jadi tantangan bagi decentralized autonomous organization (DAO).

Perbedaan Ownership Coin dan Governance Token Tradisional

Token governance DAO tradisional umumnya cuma menyediakan hak suara, tanpa kekuatan ekonomi nyata maupun pertanggungjawaban hukum di dalam organisasi terdesentralisasi. Keterbatasan ini membuat investasi berisiko dan memperlemah tujuan tata kelola yang sepenuhnya terdesentralisasi.

Ownership coin menghadirkan perubahan besar pada desainnya. Menurut riset dari Galaxy Digital, token ini menyatukan kekuatan ekonomi, hukum, serta tata kelola di satu aset digital yang bisa ditegakkan secara hukum. Pendekatan terpadu ini bertujuan memperbaiki isu pertanggungjawaban yang sudah lama dihadapi DAO sejak awal kemunculannya.

Galaxy Digital menyebut model ini sebagai pembentukan “perusahaan digital”, di mana tata kelola onchain punya kekuatan hukum, bukan sekadar konsensus sosial.

Dengan begitu, para holder token memperoleh kendali nyata dan dapat ditegakkan atas organisasi digital yang punya aset konkret. Inovasi tersebut membuka jalan menuju entitas on-chain yang diakui secara hukum serta mengelola diri sendiri.

MetaDAO termasuk yang pertama menerapkan kerangka tersebut, menggunakan prinsip futarchy, yaitu sistem tata kelola yang memakai prediction market alih-alih pemungutan suara langsung.

Proyek ini diluncurkan di Solana pada November 2023, dan mengambil keputusan lewat aktivitas di prediction market, bukan metode voting tradisional.

Laporan Messari Sebut AVICI Sebagai Top Performer

Laporan Messari Theses menempatkan ownership coin sebagai peluang investasi utama pada 2026. Laporan tersebut menyoroti AVICI sebagai pemenang terbesar dalam setahun terakhir yang menunjukkan potensi pertumbuhan sektor ini.

We are so back!

The Messari Theses for 2026 is live and available for free.

Jump into the full report now ⬇️ pic.twitter.com/HA3za2QktZ

— Messari (@MessariCrypto) December 18, 2025

AVICI memperlihatkan retensi holder yang kuat serta distribusi yang cukup luas, walau harga tokennya fluktuatif. Per Desember 2025, token ini tercatat punya 12.752 holder dan konsentrasi rendah di kalangan holder besar.

Analis crypto_iso membagikan bahwa AVICI dimulai dengan 4.000 holder dan naik menjadi 13.300 hanya dalam 45 hari.

Saat harga turun tajam 65%, AVICI hanya kehilangan 600 holder atau sekitar 21% dari laju pertumbuhan awalnya. Rata-rata, di masa puncaknya koin ini menambah 200 holder per hari, sementara saat penurunan rata-ratanya kehilangan 43 holder harian. Angka-angka ini menunjukkan komunitas yang tangguh meski ada fluktuasi pasar.

Yes for sure.

Here is an interesting datapoint on the holder front.$Avici is still sitting at 12.7k holders which is pretty impressive because if you think about the net number given a drawdown of 65% it's strong. I think it started with around 4k holders or so day 1 and in 45… pic.twitter.com/pTnn9pItjf

— CryptoISO (@crypto_iso) December 18, 2025
Table comparing ownership coin holder metrics
AVICI terdepan dalam jumlah dan distribusi holder di antara ownership coin (crypto_iso)

Sektor Masih Dalam Tahap Awal, tapi Menawarkan Potensi Pertumbuhan

Pangsa pasar ownership coin kini dipandang sebagai wilayah baru dengan potensi besar, sebab belum ada satu pun proyek yang menembus fully diluted valuation US$1 miliar. Banyak investor menilai ini sebagai peluang meraih keuntungan signifikan yang belum tergarap.

“My biggest bet for 2026 are ownership coins. They are in early stage right now, not a single coin above 1B mcap. Opportunity right in front of you,” tulis analis Anglio.

Banyak pembahasan di media sosial menobatkan 2026 sebagai “tahun ownership coin.” Gabungan inovasi asli dengan peluang masuk awal inilah yang menarik minat baik dari investor ritel maupun institusi.

Ownership coin berpotensi mengatasi hambatan yang menghalangi pertumbuhan dan investasi DAO. Sistem tata kelola onchain yang mengikat secara hukum bisa membuat organisasi asli blockchain beroperasi seperti bisnis sebenarnya.

Langkah ini bisa berpengaruh pada pembentukan modal, perlindungan investor, dan perkembangan tata kelola terdesentralisasi.

Walaupun begitu, pasar ini masih sangat dini. Mayoritas proyek ownership coin masih dalam tahap pengembangan dan kejelasan hukum untuk entitas hybrid semacam ini pun berbeda-beda di tiap wilayah. Apakah inovasi ini dapat mewujudkan cita-cita organisasi onchain yang mengelola diri sendiri sangat bergantung pada implementasi yang berhasil di tahun 2026.

  •  

Penurunan Pi Coin Berlanjut, namun Data Menunjukkan Cerita yang Lebih Kompleks

Pi Coin kembali lanjutkan penurunan selama tiga minggu berturut-turut, turun tajam dari level puncak lokal terakhirnya. Altcoin ini masih kesulitan di tengah dukungan investor yang lemah dan keraguan pasar secara luas.

Sementara tekanan jual mendominasi sesi-sesi sebelumnya, sinyal on-chain sekarang memperlihatkan bahwa setidaknya ada satu faktor utama yang mulai membaik.

Holder Pi Coin Sedang Meraih Keuntungan

Chaikin Money Flow menunjukkan kenaikan bertahap dalam beberapa hari terakhir. Perubahan ini menandakan modal perlahan-lahan kembali masuk ke Pi Coin. Para investor sepertinya mulai merubah pandangan mereka, kemungkinan melihat harga saat ini sebagai zona akumulasi yang menarik.

Peningkatan angka CMF biasanya mengindikasikan keyakinan yang mulai membaik. Arus modal baru sangat penting untuk upaya pemulihan apa pun, karena pembelian berkelanjutan membantu menahan tekanan jual. Bila tren ini berlanjut, Pi Coin bisa mendapatkan momentum yang diperlukan untuk menstabilkan harga dan mencoba reli jangka pendek.

Ingin mendapatkan insight token lainnya seperti ini? Daftar Newsletter Crypto Harian Editor Harsh Notariya di sini.

Pi Coin CMF
CMF Pi Coin | Sumber: TradingView

Meskipun arus modal mulai membaik, indikator makro masih campuran. Average Directional Index menunjukkan tren turun belakangan ini nyaris makin menguat. Jika bergerak di atas ambang 25,0, hal ini akan mengonfirmasi dominasi momentum bearish dan mempertegas kendali penjual.

namun, jika gagal menembus level ini, itu akan menjadi sinyal melemahnya kekuatan tren. Dalam situasi seperti ini, tekanan jual bisa mereda. Ini akan memberikan ruang bagi Pi Coin untuk pulih, apalagi kalau minat beli terus meningkat seiring membaiknya kondisi pasar.

Pi Coin ADX
ADX Pi Coin | Sumber: TradingView

Harga PI Bisa Saja Bergerak Sideways

Pada waktu publikasi, Pi Coin diperdagangkan mendekati US$0,203, di atas support US$0,198 dan di bawah resistance US$0,208. Nilai token ini masih turun sekitar 28% dari puncak lokal di US$0,284. Pergerakan harga saat ini memperlihatkan konsolidasi, bukan pergerakan yang tegas.

Jika tren turun makin kuat, Pi Coin bisa tetap bergerak sideways di kisaran US$0,198 sampai US$0,208. Pola seperti ini akan membatasi potensi kenaikan dan menunda pemulihan. Konsolidasi berkepanjangan bahkan bisa semakin menguji kesabaran investor di tengah ketidakpastian pasar yang berlangsung.

Pi Coin Price Analysis.
Analisis Harga Pi Coin | Sumber: TradingView

Skenario bullish sangat bergantung pada arus modal yang berkelanjutan. Akumulasi yang terus berlangsung bisa membantu Pi Coin merebut kembali US$0,208 sebagai support. Jika sukses breakout, harga berpotensi mengarah ke US$0,217, bahkan lebih tinggi ke US$0,224. Pergerakan seperti ini akan menggagalkan skenario bearish.

  •  

Apa Sinyal Indikator Historis 100% Akurat untuk Bitcoin pada Desember?

Bitcoin mungkin sedang mendekati salah satu titik balik paling penting dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu metrik valuasi utama, BTC Yardstick, saat ini menunjukkan -1,6 standar deviasi di bawah rata-rata jangka panjangnya, menandakan undervalued terdalam aset kripto pelopor ini sejak fase terendah bear market 2022.

Secara historis, level ini sering muncul bersamaan dengan titik dasar siklus utama, termasuk pada tahun 2011, 2017, 2020, dan 2022.

BTC Yardstick Tunjukkan BTC Paling Undervalued dalam Beberapa Tahun Terakhir

Yardstick mengukur harga pasar Bitcoin terhadap biaya dan daya yang dibutuhkan untuk menjaga keamanannya. Hal ini mencakup infrastruktur mining serta pengeluaran operasionalnya.

“BTC Yardstick di –1,6σ = Bitcoin sangat undervalued. Momen lain yang serupa: dasar bear market 2022, titik bawah crash COVID 2020, base sebelum blow-off 2017, dasar bear market 2011…Semua kejadian tersebut selalu bersamaan dengan akumulasi kuat…Titik bawahnya pun selalu di situ!” tulis analis Gert van Lagen dalam sebuah postingan.

BTC Yardstick indicator showing historical undervaluation signals
Indikator BTC Yardstick pada titik dasar utama pasar, atribusi kepada Gert van Lagen

Akumulasi whale Capai Level Tertinggi dalam Lebih dari Satu Dekade

Pada saat yang sama, sinyal undervalued ini muncul bersamaan dengan aktivitas akumulasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam 30 hari terakhir, whale BTC dan holder besar membeli 269.822 BTC, senilai sekitar US$23,3 miliar. Menurut data dari Glassnode, ini adalah akumulasi bulanan terbesar sejak 2011.

BITCOIN'S BIGGEST MONTHLY ACCUMULATION IN 13 YEARS

Whales purchased 269,822 BTC, worth approximately $23.3 billion, in just 30 days.

– Glassnode Data pic.twitter.com/6FPfhFhfh4

— Kashif Raza (@simplykashif) December 18, 2025

“Akumulasi terbesar dalam 13 tahun. Siklus 4 tahunan sudah mati; kini masuk Supercycle,” tulis analis kripto Kyle Chasse.

Sebagian besar pembelian ini terjadi pada wallet yang memegang antara 100 sampai 1.000 BTC. Hal ini menunjukkan bahwa baik individu dengan kekayaan besar maupun institusi yang lebih kecil sedang memposisikan diri untuk kemungkinan rebound pasar.

Sentimen Pasar setelah Koreksi Kecil Bitcoin, Saat Frustrasi Menjadi Peluang

Meskipun akumulasi dan undervalued tercatat rekor, harga Bitcoin masih mengalami tekanan turun tahun ini. Menurut analis ETF Bloomberg Eric Balchunas, penurunan belakangan ini masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan lonjakan sebelumnya.

I get that this year is a drag but consider Bitcoin was up 468%(!!) in the two years prior to this year. That's 138% ann, 8x US stocks. That is sooo much excess return beyond normalcy (even for btc, thank you ETFs!). All that happened this year is you gave back a tiny bit of the… https://t.co/oQ4EuUt64A

— Eric Balchunas (@EricBalchunas) December 18, 2025

Peluncuran exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot pada awal 2024 mendorong reli sebelumnya, membawa aset ini ke rekor tertinggi mendekati US$69.000 pada Maret 2024.

Secara keseluruhan, Bitcoin mencatatkan pengembalian 155,42% di tahun 2023 dan 121,05% di tahun 2024 sebelum mengalami penurunan sebesar 7% selama tahun berjalan ini. Ini mengisyaratkan bahwa penurunan saat ini bisa saja menjadi koreksi alami setelah reli besar-besaran.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Analis menyampaikan bahwa reli pasar biasanya tidak dimulai ketika harapan sedang tinggi, melainkan ketika para investor sudah lelah.

“Kita sekarang sudah tidak takut lagi, tapi sudah lelah. Lelah menunggu. Lelah percaya. Tapi dengarkan, reli pasar tidak dimulai selama harapan masih tinggi; justru saat orang-orang sudah lelah, frustrasi, dan nyaris menyerah,” tulis analis Ash Crypto.

Kombinasi valuasi terendah sepanjang sejarah, akumulasi whale tertinggi, dan penurunan leverage mengindikasikan bahwa Bitcoin mungkin sudah mendekati titik balik siklus berikutnya.

Walaupun timing-nya masih belum pasti, indikator-indikator ini menunjukkan adanya peluang unik bagi investor jangka panjang.

  •  

Gugatan hukum US$4 miliar klaim Jump Trading bantu rekayasa kejatuhan Terraform

Administrator yang mengawasi likuidasi Terraform Labs telah mengajukan gugatan senilai US$4 miliar terhadap perusahaan high-frequency trading Jump Trading. Mereka menuduh market maker itu diam-diam memanipulasi harga dan berkontribusi pada runtuhnya ekosistem kripto Do Kwon yang dulunya sangat dominan.

Gugatan ini muncul kurang dari satu minggu setelah hakim menjatuhkan hukuman kepada Do Kwon berupa 15 tahun penjara federal karena melakukan penipuan kripto senilai US$40 miliar.

Terraform Labs Estate Minta US$4 Miliar dari Jump Trading

Dalam gugatan itu, Jump Trading, co-founder William DiSomma, dan mantan kepala divisi kripto Jump, Kanav Kariya, turut disebutkan. Mereka diduga memperoleh keuntungan secara tidak sah yang terkait dengan gagalnya TerraUSD (UST).

Mengutip dokumen pengadilan, The Wall Street Journal melaporkan bahwa pihak estate Terraform Labs mengklaim Jump melakukan intervensi trading secara besar-besaran dan tidak diungkapkan demi menjaga harga UST tetap stabil saat beberapa kali mengalami depegging pada 2021 dan 2022.

Alih-alih menstabilkan sistem, administrator berpendapat bahwa aksi tersebut justru menciptakan ilusi kepercayaan pasar. Pada akhirnya, hal itu menyembunyikan kelemahan struktural yang membuat kehancuran Terra menjadi semakin parah.

Poin utama dalam gugatan ini adalah tuduhan bahwa Jump secara agresif membeli UST setiap kali stablecoin algoritmik tersebut turun di bawah patokan US$1. Pembelian ini diduga menciptakan permintaan secara artificial dan menyesatkan pelaku pasar agar percaya bahwa mekanisme peg bekerja sebagaimana mestinya.

Pihak estate menegaskan bahwa Jump tidak bertindak sebagai penyedia likuiditas yang netral. Sebaliknya, Jump memanfaatkan posisi pasar serta pengetahuan internalnya untuk meraup keuntungan dari volatilitas yang mereka kelola.

Dalam dokumen pengajuan, Jump disebut meraup sekitar US$1 miliar lewat strategi ini, dengan memanfaatkan pengaturan token khusus dan keuntungan trading. Sementara itu, investor ritel tetap tidak mengetahui adanya dukungan di belakang layar ini.

Saat Terra akhirnya kolaps pada Mei 2022 dan mengakibatkan kerugian hingga sekitar US$40 miliar di UST dan LUNA, gugatan tersebut menyatakan bahwa ilusi stabilitas di awal justru memperparah kerusakan.

Perlu dicatat bahwa ini bukan pertama kalinya Jump Trading dikaitkan dengan tuduhan manipulasi. Pada Oktober 2024, pengembang game FractureLabs juga menggugat Jump Trading atas dugaan manipulasi kripto.

“Jump then systematically liquidated its DIO holdings, generating millions of dollars in revenue for itself,” Bloomberg reported, citing an excerpt in the lawsuit.

Vonis Do Kwon Sorot Lagi Kekuatan Pasar Jump Trading

Tindakan hukum ini muncul di tengah maraknya pemberitaan baru soal runtuhnya Terra. Ini mengikuti vonis terbaru untuk Do Kwon, 15 tahun penjara atas kasus penipuan terkait proyek tersebut.

Beberapa hari setelah keputusan itu, sejumlah pengamat pasar secara terbuka berspekulasi bahwa ada pemain institusional lain yang mungkin juga akan menghadapi tuntutan hukum, dengan Whale Calls menyinggung nama Jump Trading.

When jump trading ? https://t.co/yowAZA1DAw

— WhaleCalls (@whalecalls) December 11, 2025

Selain tuduhan utama, kasus ini juga menyoroti kemampuan teknologi Jump Trading yang luar biasa canggih.

Keunggulan Teknologi Jump Trading dan Perannya dalam Gugatan Hukum

Jump secara luas dikenal sebagai salah satu perusahaan high-frequency trading paling canggih di dunia. Sejumlah laporan industri menunjukkan bahwa Jump rela mengeluarkan biaya sangat besar demi mendapatkan keunggulan selisih waktu, termasuk membeli menara microwave eks milik NATO agar transmisi perdagangan lintas Atlantik bisa lebih cepat beberapa milidetik.

Pada 2018, Jump juga bekerja sama dengan perusahaan seperti Citadel untuk membangun kabel fiber-optik bawah laut “Go West”, menghubungkan Chicago dan Tokyo agar akses ke pasar Futures global menjadi lebih cepat.

Menurut ulasan dari Colin Wu, kemampuan Jump dalam mengolah data quote berada di level yang jauh berbeda dibanding para pesaing lain. Hal ini menunjukkan kekuatan asimetris yang bisa dimiliki perusahaan trading besar di pasar konvensional maupun kripto.

Keunggulan teknologi itu kini ikut menjadi bagian dari konteks luas gugatan ini. Meski tidak ada tuduhan penggunaan infrastruktur ilegal, dalam gugatan disebutkan bahwa skala dan kecanggihan Jump sukses memperbesar dampak transaksinya pada UST. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan soal keadilan, transparansi, dan integritas pasar.

Jika gugatan ini berhasil, dampaknya bisa sangat luas. Putusan yang memenangkan estate Terraform Labs bisa memperjelas batas legal antara aktivitas market making yang sah dan manipulasi di pasar kripto, sehingga dapat mengubah cara perusahaan trading besar beroperasi.

Kasus ini juga bisa berujung pada hukuman finansial besar, di mana dana yang dipulihkan kemungkinan akan dipakai untuk mengganti kerugian kreditur dan korban kolapsnya Terra.

Jump Trading belum memberikan komentar publik terkait gugatan ini pada waktu publikasi, tapi mereka diperkirakan akan memberikan pembelaan keras.

Seiring proses pengumpulan bukti berjalan, kasus ini mungkin bisa memberikan gambaran langka soal mekanisme pasar maker di industri kripto yang selama ini tertutup. Lebih jauh dari itu, kasus ini juga berpotensi menjadi tonggak bagi industri dalam menegakkan akuntabilitas.

  •  

BOJ Naikkan Suku Bunga ke 0,75%, tapi Bitcoin Tetap Stabil—Apakah Ketengan Aset Kripto Ini Menjadi Peringatan atau Peluang?

Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,75% pada 19 Desember. Ini adalah level tertinggi dalam hampir 30 tahun dan menegaskan langkah bertahap Jepang keluar dari kebijakan moneter ultra-longgar.

Meski terjadi perubahan bersejarah dan adanya peringatan soal potensi pengetatan likuiditas global, Bitcoin tetap tenang dan hanya naik kurang dari 1%, lalu bertahan di kisaran US$87.000.

BOJ Naikkan Suku Bunga Lagi Sebesar 25 Basis Poin – Kenapa Bitcoin Masih Stabil?

Reaksi yang datar ini bertolak belakang dengan sejarah. Siklus kenaikan suku bunga BOJ sebelumnya seringkali bertepatan dengan aksi jual tajam di pasar kripto, terutama saat yen carry trade terurai dan likuiditas global menyusut.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Kali ini, para trader nampaknya tidak khawatir, menandakan bahwa pasar sudah sepenuhnya mengantisipasi langkah ini jauh sebelum pengumuman. Sebagian besar pelaku pasar memang memperkirakan keputusan ini.

BOJ Interest Rate Probabilities
Probabilitas Suku Bunga BOJ | Sumber: Polymarket

Kenaikan suku bunga di Jepang ini menjadi tanda simbolis berakhirnya puluhan tahun suku bunga mendekati nol yang menjadikan yen sebagai dasar di pasar pendanaan global. Biaya pinjaman yen yang murah selama ini mendukung penggunaan leverage di saham, obligasi, dan aset kripto.

Seiring yield Jepang naik dan gap dengan suku bunga global jadi makin kecil, carry trade tersebut jadi kurang menarik sehingga berpotensi memaksa investor melepas posisi berisiko. Tapi, respons tenang Bitcoin menunjukkan pasar memang sudah siap menghadapi situasi ini.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: BeInCrypto

Menurut analis, fokus utama sebenarnya bukan pada kenaikan suku bunganya saja, tapi justru pada langkah-langkah berikutnya.

“Markets are pricing in a near-certain 25 basis point hike, marking the highest Japanese policy rate in about 30 years. While the hike itself is largely anticipated, the real focus is on Governor Ueda’s forward guidance during the press conference—signals of future hikes could amplify effects,” tulis analis Marty Party.

Panduan ke depan dari BOJ ini bisa sangat penting. BOJ mengisyaratkan bahwa mereka siap kembali menaikkan suku bunga, bahkan bisa ke 1% atau lebih pada akhir 2026 jika ada pertumbuhan upah dan inflasi yang terus berlanjut.

Suku bunga acuan BOJ naik dari mendekati 0% jadi 0,75% pada Desember 2025, akhiri puluhan tahun kebijakan ultra-longgar | Sumber: Wise Advice via X

Perkembangan ini tetap memberi tekanan pada aset berisiko, walaupun langkah awal dari BOJ tidak memicu volatilitas besar.

Bitcoin Tetap Kuat, sementara Altcoin Menghadapi Tekanan Likuiditas yang Berkepanjangan

Para analis berpendapat bahwa ketahanan Bitcoin bisa jadi sinyal bullish. Blueblock menunjukkan pola historis dan menyoroti perbedaan reaksi kali ini.

“The BOJ just hiked rates to 0.75%, ending decades of ultra-loose policy and narrowing the gap with global yields. History shows that every prior tightening has triggered 20–30% Bitcoin drops as yen carry trades unwind and liquidity tightens. Yet with the hike fully priced in and BTC holding around $85k–$87k, this could be the dip buyers have been waiting for,” tulis analis tersebut.

Nampaknya, tidak semua segmen pasar kripto akan seberuntung Bitcoin. Altcoin, yang biasanya lebih sensitif terhadap perubahan likuiditas, tetap rentan jika BOJ mempercepat pengetatan kebijakan.

Prospek suku bunga tinggi hingga 2026 menandakan tantangan berat yang berlangsung lama, bukan sekadar tekanan sementara.

BOJ’s December 2025 policy decision raised rates to 0.75% with guidance for further tightening
Keputusan kebijakan BOJ di Desember 2025 menaikkan suku bunga ke 0,75% disertai panduan untuk pengetatan lebih lanjut | Sumber: Money Ape on X

“BOJ signals it is ready to hike further, potentially 1% or higher by late 2026, depending on wage growth and sustained inflation. NO MERCY FOR ALTCOINS,” komentar Money Ape.

Stabilitas Bitcoin mencerminkan pasar yang sudah punya banyak waktu untuk bersiap atas keputusan BOJ. Apakah ketahanan itu bisa bertahan, lebih bergantung pada seberapa agresif Jepang akan melanjutkan kebijakan pengetatan setelah kenaikan Desember itu, bukan hanya pada kenaikannya saja. Selain itu, adaptasi likuiditas global terhadap berakhirnya salah satu kebijakan penyangga moneter terlama juga akan sangat menentukan.

  •  

Rp53 Triliun Opsi Kripto Kedaluwarsa Hari Ini, Apa Efeknya ke Pasar?

Lebih dari US$3,16 miliar (sekitar Rp52,92 triliun) opsi Bitcoin dan Ethereum akan kedaluwarsa pada Jumat pukul 08.00 UTC (15.00 WIB) di Deribit. Peristiwa ini menjadi penyelesaian derivatif besar terakhir sebelum libur Natal.

Dengan likuiditas pasar yang cenderung menipis menjelang musim liburan dan posisi trader yang terkonsentrasi di sekitar level harga krusial, pelaku pasar terlihat memilih bersikap defensif sambil menunggu katalis yang lebih jelas sebelum mengambil posisi arah tertentu.

Apa yang Bisa Trader Antisipasi saat Opsi Bitcoin US$3 Miliar Kedaluwarsa?

Bitcoin menyumbang porsi terbesar dari total kedaluwarsa hari ini, dengan nilai nosional sekitar US$2,69 miliar (sekitar Rp45 triliun). Pada waktu publikasi, BTC diperdagangkan di US$87.194, naik 0,54% dalam 24 jam terakhir.

Level maximum pain untuk opsi Bitcoin berada di US$88.000, menempatkan harga spot tipis di bawah harga strike tersebut. Maximum pain merupakan titik di mana jumlah kontrak opsi yang berakhir tanpa nilai berada pada level tertinggi.

Sementara itu, data open interest menunjukkan sikap pasar yang relatif seimbang namun condong defensif. Open interest call Bitcoin tercatat 17.506 kontrak, sementara put mencapai 13.309 kontrak, menghasilkan total 30.815 kontrak dengan rasio put-to-call 0,76.

Expiring Bitcoin Options
Opsi Bitcoin yang Segera Kedaluwarsa | Sumber: Deribit

Meskipun opsi call masih unggul secara jumlah, konsentrasi posisi di sekitar US$88.000 membatasi ruang naik kecuali harga spot mampu menembus level tersebut secara meyakinkan. Analis Deribit menyoroti kondisi ini dalam pembaruan pasar mereka:

“Open interest BTC terkonsentrasi di sekitar 88K, dengan posisi put sedikit lebih berat, mengarah pada kedaluwarsa yang relatif terkendali kecuali harga spot keluar dari kisaran,” tulis Deribit.

Pernyataan tersebut memperkuat pandangan bahwa Bitcoin berpotensi tetap bergerak sideways hingga proses penyelesaian kontrak selesai, terutama di tengah kehati-hatian pra-liburan.

Lebih dari US$470 Juta Opsi Ethereum Kedaluwarsa Hari Ini

Ethereum menghadirkan dinamika yang berbeda. Sekitar US$473 juta (sekitar Rp7,9 triliun) opsi ETH akan kedaluwarsa hari ini. Pada waktu publikasi, ETH diperdagangkan di US$2.928, naik 3,37% dalam 24 jam terakhir.

Level maximum pain Ethereum berada di US$3.100, membuat harga spot saat ini berada cukup jauh di bawah strike utama tersebut.

Struktur open interest ETH juga terlihat lebih seimbang, dengan 78.524 kontrak call berhadapan dengan 83.547 kontrak put, menghasilkan rasio put-to-call 1,06 dan total 162.071 kontrak.

Expiring Ethereum Options
Opsi Ethereum yang Segera Kedaluwarsa | Sumber: Deribit

Tidak seperti Bitcoin, posisi opsi Ethereum tersebar di rentang strike yang lebih luas. Ini mencerminkan ketidakpastian arah jangka pendek yang lebih besar.

“Positioning ETH lebih terdistribusi di berbagai strike, dengan minat bullish yang terlihat di atas 3,4K. Ini menjaga kemungkinan pergerakan harga yang lebih besar jika volatilitas kembali meningkat,” terang analis Deribit.

Para analis menambahkan bahwa struktur posisi ini mendorong sikap menunggu hingga penyelesaian kontrak pada 08.00 UTC (15.00 WIB), alih-alih memaksakan arah pasar tanpa katalis yang jelas.

Fokus Mulai Bergeser ke Akhir Desember dan Awal 2026

Di luar kedaluwarsa hari ini, perhatian pasar mulai tertuju ke kontrak 26 Desember dan awal 2026.

“Open interest put 85K untuk 26 Desember kini sekitar 15.000 kontrak (nosional US$1,25 miliar) di Deribit. Bear dan FUD saat ini menguasai posisi ATM di 86K,” catat Deribit Insights.

Pada saat yang sama, taruhan kenaikan jangka pendek nampak lebih terbatas. Analis mencatat, “Condor call di atas 100K untuk 26 Desember senilai US$1,75 miliar kini terasa sebagai taruhan yang cukup jauh.”

Meski demikian, perspektif jangka panjang masih menunjukkan bias konstruktif. Arus posisi terbaru tetap mengindikasikan ekspektasi bullish menuju 2026, menandakan bahwa kehati-hatian jangka pendek tidak sepenuhnya menghapus optimisme struktural.

Menjelang kedaluwarsa opsi terakhir sebelum Natal, Bitcoin dan Ethereum tampak terjebak di antara kehati-hatian jangka pendek dan ekspektasi bullish jangka panjang. Arah berikutnya masih belum terkonfirmasi.

Trader dan investor berpotensi menghadapi volatilitas tambahan, yang dapat diperparah oleh keputusan suku bunga Bank of Japan (BOJ). Namun, pasar biasanya kembali menemukan keseimbangan setelah pelaku menyesuaikan posisi dengan kondisi makro dan likuiditas terbaru.

Bagaimana pendapat Anda tentang opsi BTC dan ETH yang kedaluwarsa ini dan efeknya ke pasar? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

  •  

Bagaimana Tren Investasi VC Kripto di Pasar Bearish?

Venture capital adalah darah kehidupan di dunia startup Web3 dan aset kripto. Para pengusaha perlu mengumpulkan dana untuk proyek agar bisa merekrut orang-orang berbakat, membayar biaya operasional, dan melakukan pemasaran demi menumbuhkan bisnis. 

VC tentu saja senang melakukan investasi ini, sebab mereka juga mendapatkan bagian dari keuntungan jangka panjang—jika memang keuntungan itu benar-benar ada. Sebagian besar startup gagal, dan bisnis ini sangat bergantung pada lahirnya unicorn untuk mendorong pertumbuhan dana ventura. 

Pasar aset kripto memiliki keunikan tersendiri, karena banyak startup juga meluncurkan token sebagai bagian utama. Namun, performa pasar aset digital sendiri akhir-akhir ini kurang begitu baik. 

Sejak Oktober, saat harga per 1 BTC mencatat rekor US$126.000, aset oranye ini telah turun 25%

Investasi VC Kripto Selama 10 Tahun Terakhir | Sumber: Galaxy Research

Harga kripto sangat mempengaruhi pasar VC, dan dinamika pengumpulan dana untuk startup pun jelas sudah berubah. Lalu, bagaimana gambaran keadaan saat ini? 

“Siklus pasar bisa memengaruhi sentimen investasi dan dapat memperlambat atau mempercepat proses penutupan kesepakatan,” terang Stefan Deiss, CEO Hashgraph Group, yang fokus pada investasi VC di ekosistem Hedera.

Ekspektasi Lebih Rendah dari Venture Capital

Salah satu hal pertama yang terjadi ketika tren kripto bergerak menurun adalah valuasi startup ikut turun. 

Mungkin kesannya tidak berhubungan langsung, tapi konsep “hot rounds” atau ronde pendanaan untuk startup yang sedang populer jadi menurun, dan VC tidak terlalu tertarik lagi dengan valuasi selangit, tutur Artem Gordadze, investor malaikat di NEAR Foundation serta penasihat di akselerator startup Techstars.

“Saat Bitcoin diperdagangkan pada level tinggi, misalnya saat dianggap di posisi US$100.000, valuasi startup juga ikut tinggi,” ucap Gordadze. “Ini memunculkan dinamika yang menantang: VC mesti membenarkan valuasi awal berdasarkan potensi harga masa depan yang harus benar-benar tercapai dalam jangka waktu investasinya demi menghasilkan imbal hasil yang layak.”

Harga Bitcoin sejak awal Q4 pada 1 Oktober | Sumber: CoinGecko

Teori bahwa harga Bitcoin selalu naik sepertinya bukan sesuatu yang dipercaya para investor VC. Karena investasi VC memang cenderung jangka panjang, mereka sudah mengalami banyak siklus, terutama bersama Bitcoin. 

Selain itu, banyak VC biasanya menyebut bulan November dan Desember sebagai “bulan write-off”. Maksudnya, mereka tidak terlalu berharap banyak kerjaan di kuartal keempat dan musim liburan, sehingga lebih memilih mulai berinvestasi lagi setelah tahun baru. 

Pandangan Pragmatis

Dilihat dari sudut pandang “helikopter”, khususnya di sektor kripto, trennya adalah pengeluaran tetap ada namun volumenya lebih kecil. 

Sebagai contoh: Polymarket, platform prediksi, berhasil mengumpulkan US$1 miliar, sedangkan Kraken meraih pendanaan sebesar US$800 juta pada kuartal ini. 

Pada kuartal ketiga, total pendanaan mencapai US$4,59 miliar, tapi setengahnya hanya terkonsentrasi pada tujuh kesepakatan, papar Alex Thorne, kepala riset di Galaxy. 

Uang masih mengalir: Q3 2025 jadi yang tertinggi kedua sejak Q1 2022 | Sumber: X

“Saat pasar turun, yang paling diperhatikan bukan lagi pergerakan harga tapi lebih pada ketahanan dalam pelaksanaan dan produk sebagai indikator utama,” ujar Deiss dari Hashgraph Group. “Kondisi downtrend justru mendorong investor untuk lebih fokus pada fundamental daripada momentum jangka pendek.”

Momentum jangka pendek itu memang seringkali hanya sekadar hype. Dan banyak proyek besar yang mendapat dukungan VC dan melakukan TGE ternyata performanya kurang baik tahun ini. Beberapa di antaranya adalah PUMP (turun lebih dari 50% selama 2025) dan Berachain (turun 91% semenjak diluncurkan Februari lalu). 

“Volatilitas tinggi dan valuasi di tahap awal yang masih tidak pasti menyebabkan pergeseran strategi distribusi modal yang cukup besar. Para investor kini lebih memilih strategi dengan siklus likuiditas lebih cepat dan kontrol harga lebih baik,” papar Gordadze. 

Lock-up dan Likuiditas

Salah satu aspek paling unik dari industri aset kripto adalah token generation event, atau TGE.

Pengganti ICO di masa lalu, Coinbase sekarang memfasilitasi TGE setelah mengakuisisi platform investor Echo seharga US$375 juta.

Monad menjadi proyek pertama yang meluncur di sana dan mengumpulkan dana US$296 juta, serta pasti akan ada proyek lain menyusul. 

Namun, setelah sebuah token meluncur, ada beberapa metrik yang khas di dunia kripto dan wajib investor ventura pantau dengan cermat. 

Salah satunya adalah lock-up, di mana saat TGE, tidak semua token langsung beredar di pasar; ada periode di mana aset-aset ini disimpan terlebih dahulu. Tujuannya agar mendorong partisipasi jaringan, mulai dari anggota tim, airdrop komunitas, hingga upaya foundation. 

Lalu, ada juga fully diluted value, atau FDV – yaitu jumlah total token dikali harga token – pada dasarnya seperti market cap semua token, meskipun belum semuanya unlocked. 

Dan ketika pasar bergerak liar, sungguh sulit memprediksi potensi exit token bagi VC sehingga ini bisa menjadi dilema.

Belakangan ini, Arthur Hayes dari Maelstrom Capital mengungkapkan kekecewaannya soal lock-up, terutama yang berkaitan dengan Monad. Sebagai seorang trader, Hayes jelas tidak suka jenis token yang likuiditasnya rendah ini. 

Arthur Hayes menandai Keone Hon dari Monad soal lock-up | Sumber: X

“Given the average token or equity vesting/lock-up period of 12 to 48 months, VCs must model the market’s likely condition when these lock-ups end,” ujar Gordadze, mentor Techstars. “The entry price must be strategically set to ensure a profitable exit, making long-term market forecasts crucial for deal finalization.

Masa Depan Investasi VC Aset Kripto di 2026 dan Seterusnya

Mengenai prediksi pasar, para VC memang suka membahas masa depan. Untuk dunia kripto, bila melihat kebijakan regulator AS yang lebih ramah di 2025, sepertinya tahun depan bisa jauh lebih positif. Apa itu cuma investor yang sedang berharap? 

Mungkin. Tapi para VC biasanya memang selalu optimistis. Optimisme, pada akhirnya, memang selalu jadi pemenang. 

“Tahun 2026 nampaknya akan menjadi fase utilitas nyata – DeFi bakal bangkit dengan momentum dan kedewasaan lebih baik, sementara stablecoin akan jadi background,” terang Deiss. Stablecoin memang mendapat sorotan tahun ini, walaupun pada dasarnya menjadi infrastruktur membosankan yang akan menopang, misalnya, Polymarket berikutnya yang memakai USDC di Polygon sebagai koin serta chain utama. 

“Kini setelah stablecoin benar-benar masuk arus utama dan bank mulai berlomba masuk, level selanjutnya adalah layanan untuk pengguna yang dipacu oleh aset-aset ini di balik layar,” papar Gordadze.

Area pertumbuhan paling signifikan kemungkinan besar ada di persimpangan AI/Blockchain dan RWA/Blockchain, karena di situlah peluang dampak dunia nyata serta pendapatan institusi paling besar tercipta.”

  •  

Inflasi AS Melandai, tapi Kenapa Bitcoin & Saham Tetap Turun?

Inflasi Amerika Serikat (AS) menghadirkan kejutan paling “ramah risiko” dalam beberapa bulan terakhir. Namun alih-alih memantik reli berkelanjutan, Bitcoin dan pasar saham AS justru tergelincir tajam selama jam perdagangan AS.

Aksi harga ini membuat banyak pelaku pasar mengernyit. Namun, pembacaan grafik mengarah pada penjelasan yang familier: harga digerakkan oleh struktur pasar, positioning, dan likuiditas, bukan oleh perubahan fundamental ekonomi makro.

Apa yang Terjadi setelah Rilis CPI AS

Headline CPI AS melambat ke 2,7% secara tahunan (year on year / YoY) pada November, jauh di bawah konsensus 3,1%. Core CPI juga turun ke 2,6%, melampaui ekspektasi pasar.

Secara teori, ini merupakan salah satu rilis inflasi paling bullish bagi aset berisiko sepanjang 2025. Reaksi awal pasar pun selaras dengan buku teks. Bitcoin melonjak ke area US$89.000, sementara indeks S&P 500 dibuka dengan penguatan tajam pasca-data dirilis.

Namun, reli tersebut ternyata berumur pendek.

Harga Bitcoin Sempat Reli, Lalu Dump Setelah Data CPI AS | Sumber: CoinGecko

Dalam rentang sekitar 30 menit setelah rilis CPI, Bitcoin berbalik arah. Dari puncak intraday di kisaran US$89.200, harga BTC terhempas cepat menuju area US$85.000.

S&P 500 memperlihatkan pola serupa: volatilitas intraday yang menyapu bersih kenaikan awal sebelum akhirnya menemukan keseimbangan kembali.

S&P 500 Anjlok Tajam lalu Melesat Setelah Data CPI AS | Sumber: X/Kobeissi Letter

Pembalikan serempak antara kripto dan saham ini krusial. Ia menandakan bahwa pergerakan tersebut bukan reaksi emosional atau sentimen sektoral, melainkan dinamika struktural lintas pasar.

Volume Jual Taker Bitcoin Membuka Tabir

Petunjuk paling jelas terlihat dari data volume jual taker Bitcoin.

Pada grafik intraday, lonjakan masif volume jual taker muncul tepat saat Bitcoin mulai kehilangan pijakan. Taker sell mencerminkan market order agresif yang langsung menghantam bid, bukan sekadar aksi ambil untung bertahap.

Lonjakan ini terkonsentrasi selama jam perdagangan AS dan bertepatan dengan fase penurunan harga paling curam.

Volume Taker Bitcoin di Semua Exchange pada 18 Desember | Sumber: CryptoQuant

Grafik mingguan mempertegas pola tersebut. Lonjakan serupa berulang dalam beberapa hari terakhir, umumnya saat likuiditas memuncak. Ini mengindikasikan aksi jual yang bersifat paksa atau sistematis, bukan eksodus ritel secara satuan.

Perilaku ini konsisten dengan likuidasi berantai, strategi volatility-targeting, serta de-risking algoritmik—mekanisme yang cenderung mempercepat tekanan jual ketika harga bergerak berlawanan dengan posisi leverage.

Volume Taker Bitcoin di Semua Exchange Selama Seminggu Terakhir | Sumber: CryptoQuant

Mengapa “Kabar Baik” Justru Memicu Tekanan?

Data CPI tak memicu aksi jual karena kualitasnya buruk, melainkan karena terlalu baik.

Inflasi yang melandai memperbaiki kondisi likuiditas, mempersempit spread bid-ask, dan membuka ruang bagi pelaku besar untuk mengeksekusi transaksi berskala besar secara efisien.

Lonjakan awal Bitcoin kemungkinan bertabrakan dengan zona order book yang padat, stop loss, dan leverage jangka pendek. Ketika momentum naik kehilangan tenaga, harga berbalik, memicu stop-out dan likuidasi posisi long.

Begitu likuidasi dimulai, tekanan jual berubah eksponensial. Itulah sebabnya penurunan berlangsung tajam dan cepat, bukan melalui erosi bertahap.

Fluktuasi intraday S&P 500 mencerminkan mekanisme serupa. Pola jatuh cepat lalu pulih mendadak pasca-data makro sering kali terkait dengan lindung nilai dealer, efek gamma opsi, serta penyesuaian risiko sistematis secara real time.

🚨 This is insane level of manipulation.

8:30 a.m.

CPI came in lower than expected.

– On the bullish CPI news, Bitcoin pumped $2217, from $87,260 to $89,477 in just 60 minutes.
– $70B added to the crypto market.
– $94 million worth of shorts liquidated.

10:00 a.m.

The… pic.twitter.com/FmJqLDKbBw

— Bull Theory (@BullTheoryio) December 18, 2025

Apakah Ini Terlihat Seperti Manipulasi?

Grafik tidak membuktikan adanya manipulasi. Namun, ia menampilkan ciri-ciri khas yang kerap diasosiasikan dengan stop-run dan penyerapan likuiditas:

  • Pergerakan cepat ke level teknikal yang sudah jelas
  • Pergerakan balik langsung setelah likuiditas membaik
  • Lonjakan besar aksi jual agresif saat breakdown
  • Kesesuaian waktu yang ketat dengan jam perdagangan AS

Perilaku seperti ini lazim di pasar dengan leverage tinggi. Pemicu utamanya bukan individu, melainkan dana besar, market maker, dan strategi sistematis yang beroperasi lintas futures, opsi, dan spot. Fokus mereka bukan narasi, melainkan efisiensi eksekusi dan manajemen risiko.

Di pasar kripto—di mana leverage tinggi dan likuiditas cepat mengering di luar jam utama—arus semacam ini kerap terlihat ekstrem.

🚨 THEY ARE MANIPULATING BITCOIN AGAIN AND I HAVE EVIDENCE!!!

Bitcoin dumped $4000 in minutes…

and almost no one actually understands what just took place.

It’s the same group of players manipulating the price… AGAIN.

Stop looking at charts, YOU NEED TO CHECK THE OUTFLOWS.… pic.twitter.com/ymU4kXdWvb

— NoLimit (@NoLimitGains) December 18, 2025

Apa Artinya ke Depan?

Penurunan harga ini tidak meniadakan sinyal CPI. Inflasi memang melandai, dan itu tetap mendukung aset berisiko dalam horizon menengah hingga panjang. Yang terjadi lebih menyerupai penataan ulang posisi jangka pendek, bukan perubahan arah makro.

Dalam waktu dekat, perhatian trader tertuju pada dua hal: apakah Bitcoin mampu bertahan di atas zona support terbarunya, dan apakah tekanan jual mereda seiring berakhirnya fase likuidasi.

Jika volume jual taker mulai surut dan harga mampu bertahan, dampak dovish CPI berpotensi kembali merembes ke pasar dalam beberapa sesi mendatang.

Bagaimana pendapat Anda tentang saham dan Bitcoin yang tak naik pasca melandainya data inflasi? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

  •  

Mengapa Tahun 2025 Jadi Momen Aset Kripto Berhenti Mengejar Hype

Pada tahun 2025, narasi paling berpengaruh dalam dunia aset kripto bergeser dari sekadar hype ke arah utilitas dan sistem yang memberikan dampak nyata yang terukur di dunia. Tahun ini menandai peralihan menuju sistem siap-produksi yang meningkatkan pergerakan dan penyelesaian nilai secara global.

Para ahli dari SynFutures, Brickken, dan Cake Wallet menyampaikan bahwa stablecoin, privasi, aset tokenisasi, dan penerapan AI membentuk adopsi aset kripto karena permintaan yang nyata, bukan semata-mata spekulasi.

Tahun Saat Aset Kripto Menjadi Infrastruktur

Di banyak aspek, tahun 2025 menjadi tahun yang luar biasa. Untuk pertama kalinya, aset kripto mencapai tingkat integrasi institusional ini, dengan pengguna sering berinteraksi lewat infrastruktur kripto tanpa sadar bahwa mereka memakai produk “crypto”.

Sektor ini memang masih diwarnai volatilitas, tapi hanya beberapa narasi aset kripto yang benar-benar menonjol karena kegunaan praktisnya. Sebaliknya, narasi yang utamanya dibentuk oleh hype dan sensasi cepat meredup.

Dalam diskusi bersama BeInCrypto, para perwakilan industri sepakat: narasi yang berbasis integrasi dan realisasi bertahan, sedangkan kisah yang hanya mengedepankan kebaruan perlahan-lahan kehilangan relevansinya.

Walau ada beragam narasi, stablecoin selalu muncul sebagai tema yang paling sering disebutkan.

Stablecoin jadi kegunaan utama aset kripto

Stablecoin membantu menjembatani kesenjangan antara pelaku kripto yang berani mengambil risiko dan pengguna yang lebih berhati-hati serta ingin eksposur terbatas pada industri yang selama ini lekat dengan citra volatilitas.

Dengan menjaga nilai (peg) terhadap aset seperti dolar AS atau emas, stablecoin menempatkan diri sebagai alternatif yang lebih bisa diandalkan dibandingkan jenis aset digital lain. Sifatnya yang lintas batas juga membuatnya lebih menarik daripada mata uang fiat.

Our 2026 Infra Year Ahead Report is out now!

Stablecoins have become the most important infrastructure story in crypto.

Every fintech wave promised to fix payments but just layered better UX on the same infrastructure. Revolut and Nubank delivered better experiences while… pic.twitter.com/zEhC6sndmv

— Delphi Digital (@Delphi_Digital) December 17, 2025

Pencapaian regulasi, termasuk disahkannya GENIUS Act, semakin memperkuat kepercayaan pada stablecoin, sehingga kegunaan dan efisiensi infrastrukturnya bisa berbicara dengan sendirinya.

“Stablecoin memecahkan masalah konkrit sehari-hari: memindahkan dan menyelesaikan uang secara efisien lintas negara tanpa bergantung pada sistem perbankan yang lambat, terfragmentasi, dan mahal,” ujar CEO Brickken, Edwin Mata. “Bagi pengguna, stablecoin memberikan akses ke dolar dan euro digital di yurisdiksi yang akses perbankannya terbatas, mahal, atau tidak dapat diandalkan,” tambahnya.

Dampaknya benar-benar nyata, bukan sekadar teori, karena Stripe dan Visa mengintegrasikan stablecoin ke dalam operasi penyelesaian dan treasury mereka. Di saat yang sama, Circle memungkinkan bisnis memakai USDC sebagai modal kerja, bukan sebagai aset spekulatif.

Karena stablecoin makin matang sebagai alat settlement yang andal, hal ini mendorong ekspansi aset dunia nyata (RWA) yang ditokenisasi.

Tokenisasi Sudah Berkembang Melebihi Program Percontohan

Menurut CEO SynFutures, Rachel Lin, RWA berhasil menjembatani dunia keuangan tradisional dengan kripto. tapi, pencapaiannya bukanlah sesuatu yang menyeluruh.

Keberhasilan RWA ternyata jauh lebih selektif dibandingkan dugaan banyak orang sebelumnya.

“Treasury, dana, dan produk hasil tokenisasi mengalami pertumbuhan nyata karena memberikan manfaat yang jelas: settlement yang lebih baik, dapat digabungkan (composability), dan akses lebih luas,” tutur Lin pada BeInCrypto, seraya menambahkan, “Namun, tahun 2025 juga menegaskan bahwa RWA hanya bisa berjalan jika ada kejelasan hukum, likuiditas, dan penerbit yang kredibel. Narasinya bergeser dari eksperimen ke eksekusi, tetapi ini masih tahap awal.”

Buktinya terlihat jelas, bank besar dan manajer aset memanfaatkan tokenisasi untuk meningkatkan efisiensi. Baru minggu ini, JPMorgan meluncurkan dana pasar uang berbasis tokenisasi di Ethereum, sehingga mereka melangkah lebih jauh dari sekadar uji coba internal atau program pilot.

Sementara itu, manajer aset seperti BlackRock memperluas penawaran dana tokenisasi, dan bank mengintegrasikan stablecoin dalam workflow treasury serta settlement.

Narasi lain yang menarik perhatian lintas industri, terutama di sektor kripto, adalah kecerdasan buatan (AI).

Di Mana AI Memberikan Nilai yang Terukur

Pada awalnya, hype AI berfokus pada ketakutan bahwa agen otonom akan menggantikan keputusan manusia, tapi narasi semacam ini dengan cepat kehilangan momentum.

Yang bertahan adalah fokus praktis pada bagaimana AI bisa meningkatkan pengalaman pengguna misalnya membantu individu memahami risiko dan mengelola eksposur.

“AI memberikan nilai nyata di mana ia bisa mengurangi kerumitan kognitif dan operasional—khususnya dalam antarmuka trading, pengendalian risiko, dan dukungan pengambilan keputusan. Produk yang memanfaatkan AI untuk membantu pengguna memahami eksposur, mengotomasi eksekusi dengan batasan, atau menghindari kesalahan mahal berhasil membawa peningkatan yang nyata,” papar Lin.

Kemunculan AI agent juga menarik banyak perhatian, tapi ekspektasi pada tahun ini menjadi lebih realistis.

Keberhasilan mereka lebih bergantung pada kepercayaan, auditabilitas, dan batasan yang diatur pengguna, ketimbang soal otonomi. Berbagai kasus penggunaan seperti manajemen likuiditas, eksekusi strategi otomatis, dan optimalisasi treasury menunjukkan potensi saat ada guardrail yang jelas.

Namun, bersamaan dengan semakin dalamnya integrasi AI dalam produk kripto, kekhawatiran lama soal paparan data pun makin terasa nyata.

Kondisi ini mendorong isu privasi keluar dari area khusus ke pusat perhatian narasi aset kripto di tahun 2025.

Mengapa Privasi Tidak Bisa Lagi Menunggu

Privasi menjadi salah satu narasi paling penting dalam dunia kripto tahun ini, didorong oleh semakin besarnya kesadaran tentang bagaimana sistem keuangan memaparkan data dan perilaku pengguna.

spent last night deep in the a16z state of crypto 2025 report…

and wow, privacy is quietly becoming the next trillion-dollar narrative

> google searches for “crypto privacy” and “financial privacy” are up 10x since january
> total flows through railgun passed $200M
> zcash’s… https://t.co/zv36Kcgi10 pic.twitter.com/T8p3EsR9Hn

— Pix🔎 (@PixOnChain) October 24, 2025

Akibatnya, kekhawatiran lama tentang visibilitas data kini menjadi perhatian utama. Bersamaan dengan itu, privasi, yang dulu dianggap sebagai preferensi untuk segelintir orang saja, kini semakin muncul sebagai kebutuhan struktural.

“Salah satu perubahan narasi terbesar di industri ini terjadi tahun ini, ketika banyak orang sadar akan kebutuhan (dan permintaan pasar) untuk privasi yang sederhana dan mudah dijangkau bagi uang mereka,” ujar Seth for Privacy, Wakil Presiden Cake Wallet, kepada BeInCrypto.

Peningkatan penggunaan Monero, makin besarnya perhatian media global pada Zcash, serta pergeseran yang lebih luas ke fitur privasi di stablecoin dan jaringan layer-2 ikut memperkuat tren ini.

“Semua itu menjawab salah satu masalah terbesar pengguna kripto – bagaimana saya bisa mempertahankan privasi yang saya miliki di sistem keuangan saat ini atau dengan uang tunai, tapi tetap mendapatkan desentralisasi dan kekuatan kripto?” tambah Seth. 

Meningkatnya solusi privasi, bersama narasi-narasi sukses lain selama tahun lalu, menunjukkan bahwa adopsi aset kripto kini semakin bergantung pada kegunaan nyata bagi pengguna.

Ketika dunia kripto terus berkembang, keberhasilan mungkin tidak lagi diukur dari seberapa besar gaungnya, melainkan dari seberapa andal sistemnya bekerja.

  •  

Pi Coin Nampaknya Akan Konsolidasi di Rentang Sempit saat Pembelian Naik Tapi Tanpa Keyakinan Kuat

Harga Pi Coin mulai menunjukkan tanda-tanda support awal setelah penurunan tajam di pertengahan Desember. Sejak titik terendah pada 16 Desember, Pi Coin sudah naik lebih dari 8%, didukung oleh pembelian secara konsisten di exchange.

Tapi meski tekanan beli mulai meningkat, tidak semua kelompok modal yakin sepenuhnya. Akibatnya, pasar kini berada di tengah-tengah antara support dan keraguan, sehingga kemungkinan besar pergerakan harga akan sideways, bukan breakout yang bersih. Saat ini, Pi Coin ada di titik persimpangan, arus masuk semakin membaik, namun keyakinannya masih belum merata.

Tekanan Beli Meningkat dan Arus Modal Jadi Mendukung

Data wallet exchange menunjukkan arus beli bersih yang jelas selama 24 jam terakhir.

Di beberapa exchange terpusat utama, Pi Coin mencatat net outflow sekitar 414.420 PI, artinya lebih banyak token keluar dari exchange dibanding token yang masuk. Biasanya ini menandakan terjadi pembelian, bukan penjualan.

Pada harga saat ini, pembelian bersih ini setara dengan akumulasi sekitar US$83.000 dalam waktu singkat. Walaupun jumlah pembelian di exchange ini termasuk kecil, tetap penting mengingat riwayat Pi Coin yang cenderung banyak penjual.

Net Buying Across CEXs
Pembelian Bersih di Seluruh CEX | Sumber: Pi Scan

Mau dapat insight token lain seperti ini? Daftar newsletter harian Editor Harsh Notariya seputar kripto di sini.

Momentum berbasis arus juga mendukung perubahan ini.

Indikator Chaikin Money Flow (CMF) telah naik lebih dari 40% dari titik terendahnya. CMF digunakan untuk melacak apakah uang besar sedang masuk atau keluar ke suatu aset. Kenaikan CMF bersamaan dengan harga yang mulai stabil menandakan pembeli besar kini menyerap suplai, bukan mengejar harga.

Kombinasi tekanan beli yang meningkat ini kemungkinan telah membantu Pi Coin pulih nyaris 8% dari posisi terendah 16 Desember, sehingga harganya kembali naik di atas level US$0,19.

Big Money Flows Surges
Lonjakan Arus Uang Besar | Sumber: TradingView

CMF juga hampir breakout dari garis tren menurun. Jika berhasil breakout di atas garis tersebut lalu terus bergerak di atas level nol, maka penopang reli ini bisa semakin kuat. Sampai sekarang, sinyal yang muncul menunjukkan ada pembelian nyata, meski tetap terukur.

Mengapa Harga Pi Coin Nampaknya Tetap Bergerak di Rentang yang Sama

Meski arus mulai membaik, pergerakan smart money masih hati-hati. Smart Money Index masih turun dan belum mengonfirmasi rebound harga baru-baru ini. Ini artinya, pembeli yang sudah berpengalaman dan berpikir jangka panjang sejauh ini belum agresif masuk.

Ketika tekanan beli naik tanpa konfirmasi dari smart money, harga biasanya cenderung stabil dulu, belum langsung bergerak naik.

Pi Coin Must Gain Smart Money Attention
Pi Coin Harus Menarik Perhatian Smart Money | Sumber: TradingView

Hal ini memang sesuai dengan struktur Pi Coin saat ini.

Zona support utama berada di sekitar US$0,19 yang telah teruji berkali-kali. Jika harga breakout ke bawah area ini, maka risiko penurunan ke US$0,15 kembali terbuka.

Di sisi atas, area US$0,21 menjadi resistance pertama. Jika tidak ada dorongan kuat melewati level ini, reli cenderung tertahan.

Analisis Harga Pi Coin | Sumber: TradingView

Kondisi ini membentuk range sekitar 10%, dengan potensi naik 5% dan turun 5% dari harga sekarang.

Singkatnya, Pi Coin mendapat dukungan dari pembelian stabil dan aliran dana yang membaik, tapi minimnya peran smart money menunjukkan kecenderungan konsolidasi, bukan reli berkelanjutan. Sampai situasi berubah, Pi Coin besar kemungkinan akan bergerak sideways daripada membentuk tren yang kuat ke salah satu arah.

  •  

Inflasi AS Turun Tajam di November, CPI Tidak Capai Perkiraan

Inflasi AS melambat lebih besar dari perkiraan pada November, menghadirkan kejutan negatif yang jelas serta bisa mengubah ekspektasi pasar dan The Fed dalam waktu dekat. Berdasarkan data terbaru yang dirilis pada 18 Desember, Consumer Price Index (CPI) utama naik 2,7% secara year on year, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1%.

Sementara itu, core CPI yang tidak memasukkan makanan dan energi, naik 2,6% secara year on year, juga meleset dari perkiraan sebesar 3,0%. Data ini menunjukkan perlambatan signifikan pada tekanan harga dan menandakan momentum disinflasi semakin kuat menjelang akhir tahun 2025.

Apakah Ini Bullish untuk Pasar Aset Kripto?

Hasil yang lebih rendah dari proyeksi ini memperkuat pandangan bahwa inflasi menurun lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan para pengambil kebijakan dan pelaku pasar baru-baru ini. Inflasi inti, yang sangat diperhatikan oleh The Fed, kini berada jauh di bawah 3%—angka yang terakhir kali tercapai sebelum inflasi melonjak kembali awal tahun ini.

Data ini melemahkan alasan untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat lebih lama dan memperkuat keyakinan bahwa The Fed bisa jadi akan mengambil sikap lebih akomodatif lebih cepat dari yang sudah diperhitungkan pasar sebelumnya.

Pasar kemungkinan besar akan menafsirkan data ini sebagai pendorong pemangkasan suku bunga, khususnya untuk awal tahun 2026. Inflasi yang lebih rendah mengurangi tekanan pada yield riil dan US dollar—dua hambatan utama bagi aset berisiko dalam beberapa bulan terakhir.

Pasar aset berisiko, termasuk saham dan aset kripto, sebelumnya sudah bersikap hati-hati menjelang perilisan data ini, sehingga masih ada peluang untuk penyesuaian harga yang tajam seiring trader mencerna data baru tersebut.

Bitcoin dan pasar kripto secara umum memasuki momen rilis CPI dalam kondisi konsolidasi, dengan para trader bersiap menghadapi volatilitas. Kejutan penurunan inflasi biasanya menjadi sentimen makro positif bagi aset kripto, karena ekspektasi inflasi yang mulai mereda akan mendukung kondisi likuiditas dan minat risiko.

Pergerakan harga dalam jangka pendek sekarang akan bergantung pada seberapa cepat pasar menyesuaikan ekspektasi terhadap kebijakan The Fed dan apakah pembelian lanjutan akan terjadi setelah reaksi awal tersebut.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Perhatian pasar akan tertuju pada:

  • Update peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed
  • Respon yield Treasury AS
  • Kekuatan atau pelemahan US dollar
  • Pergerakan lanjutan aset berisiko hingga akhir tahun

Untuk saat ini, laporan CPI bulan November memberikan pesan yang jelas: inflasi turun lebih cepat dari perkiraan, dan pasar harus segera menyesuaikan diri.

  •  

Bagaimana Korea Utara Meraup US$2 Miliar dari Pencurian Aset Kripto pada 2025

Industri aset kripto mengalami lonjakan besar dalam kasus pencurian aset kripto secara global di tahun 2025, dengan total kerugian melebihi US$3,4 miliar dari Januari hingga awal Desember, menurut laporan baru dari Chainalysis.

Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh peretas yang terafiliasi dengan Korea Utara, yang bertanggung jawab atas sebagian besar dana yang dicuri sepanjang tahun.

Mengungkap Pencurian Aset Kripto Rekor US$2 Miliar oleh Korea Utara

Dalam laporan terbarunya, perusahaan analitik blockchain Chainalysis menyoroti bahwa frekuensi serangan dari Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) memang menurun secara signifikan. tapi, mereka tetap mencatat rekor baru dalam hal pencurian aset kripto di tahun 2025.

Peretas dari Korea Utara menjarah setidaknya US$2,02 miliar aset digital di tahun 2025. Angka ini menandai kenaikan 51% dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tingkat di tahun 2020, jumlah ini mengalami lonjakan sekitar 570%.

“Perolehan rekor tahun ini berasal dari insiden yang jauh lebih sedikit. Pergeseran — insiden yang lebih sedikit tapi menghasilkan lebih banyak — menunjukkan dampak besar dari peretasan Bybit yang masif pada Maret 2025,” terang Chainalysis.

Selain itu, laporan tersebut mengungkapkan bahwa aktor yang terafiliasi DPRK bertanggung jawab atas rekor 76% dari seluruh kompromi layanan di sepanjang tahun.

Jika dijumlahkan, data tahun 2025 ini mendorong estimasi kumulatif terendah dana aset kripto yang dicuri oleh Korea Utara menjadi US$6,75 miliar.

Perkembangan ini merupakan kelanjutan dari tren jangka panjang. Peretas dari Korea Utara memang sudah lama menunjukkan tingkat kecanggihan yang tinggi, dan operasi mereka di 2025 menunjukkan bahwa mereka terus mengembangkan taktik serta target favoritnya,” jelas Andrew Fierman, Head of National Security Intelligence dari Chainalysis, kepada BeInCrypto.

Berdasarkan data historis, Chainalysis menyimpulkan jika DPRK masih terus melancarkan serangan bernilai tinggi dibandingkan kelompok ancaman lainnya.

“Pola ini menegaskan bahwa saat peretas Korea Utara beraksi, mereka menarget layanan berskala besar dan berusaha menciptakan dampak maksimal,” tulis laporan itu.

DRPK vs Peretas Lain | Sumber: Chainalysis

Menurut Chainalysis, peretas yang terhubung dengan Korea Utara makin banyak mendapat hasil besar dengan menempatkan operatif di posisi teknis pada perusahaan-perusahaan terkait aset kripto. Cara ini, yang menjadi salah satu vektor serangan utama, memungkinkan pelaku ancaman memperoleh akses istimewa dan melakukan penetrasi yang lebih merusak.

Pada bulan Juli, penyelidik blockchain ZachXBT merilis investigasi yang mengklaim bahwa operatif Korea Utara telah menyusup ke 345 hingga 920 pekerjaan di industri aset kripto.

“Sebagian rekor tahun ini besar kemungkinan merupakan dampak dari peningkatan infiltrasi pekerja IT di exchange, kustodian, dan perusahaan web3, sehingga mereka bisa mempercepat akses awal serta pergerakan lateral sebelum pencurian dalam skala besar terjadi,” terang laporan tersebut.

Pelaku ancaman juga mulai memakai taktik berbasis rekrutmen, menyamar sebagai perekrut untuk menargetkan individu yang memang sudah bekerja di bidang terkait.

Di samping itu, BeInCrypto belum lama ini melaporkan para peretas menyamar sebagai kontak terpercaya industri di pertemuan Zoom dan Microsoft Teams palsu. Melalui modus ini, mereka berhasil mencuri lebih dari US$300 juta.

“DPRK selalu mencari vektor serangan baru serta titik lemahnya untuk mengeksploitasi dana. Dengan dikombinasikan dengan minimnya akses rezim terhadap ekonomi global, akhirnya terbentuk ancaman tingkat negara maju yang sangat termotivasi demi mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya untuk rezim tersebut. Alhasil, pencurian private key di layanan terpusat mendorong sebagian besar volume eksploitasi tahun ini,” urai Fierman.

These North Korean hackers are advanced, creative and patient. I have seen/heard:

1. They pose as job candidates to try to get jobs in your company. This gives them a “foot in the door”. They especially like dev, security, finance positions.

2. They pose as employers and try to… https://t.co/axo5FF9YMV

— CZ 🔶 BNB (@cz_binance) September 18, 2025

Chainalysis Memetakan Strategi Pencucian Uang Selama 45 Hari yang Digunakan Hacker Korea Utara

Chainalysis menemukan bahwa perilaku pencucian uang Korea Utara sangat berbeda dengan kelompok lain. Laporan ini menunjukkan aktor terafiliasi DPRK cenderung mencuci dana dalam jumlah kecil di on-chain, dengan lebih dari 60% volume terkonsentrasi di bawah nilai transfer US$500.000.

Berbeda dengan itu, aktor ancaman non-DPRK biasanya memindahkan 60% dana curian dalam jumlah yang jauh lebih besar, sering kali berkisar antara US$1 juta sampai lebih dari US$10 juta. Chainalysis mengatakan bahwa skema ini mencerminkan pendekatan pencucian uang yang lebih hati-hati dan canggih, meskipun Korea Utara justru mencuri total dana yang lebih besar.

Perusahaan ini juga mengidentifikasi perbedaan mencolok dalam penggunaan layanan. Peretas DPRK sangat mengandalkan jasa pergerakan uang berbahasa Mandarin dan layanan penjamin, serta bridge dan alat mixing yang dirancang untuk menyamarkan jejak transaksi. Mereka juga memanfaatkan platform khusus seperti Huione untuk memudahkan aksi pencucian uang mereka.

Sebaliknya, pelaku pencurian dana lain cenderung lebih sering menggunakan decentralized exchange, platform terpusat, layanan peer-to-peer, dan protokol lending.

“Pola-pola ini menunjukkan bahwa DPRK beroperasi dengan tujuan dan batasan berbeda dibandingkan cybercriminal lain yang tidak didukung negara. Penggunaan besar-besaran layanan pencucian uang profesional berbahasa Mandarin dan trader OTC menunjukkan bahwa aktor ancaman DPRK telah terintegrasi erat dengan pelaku ilegal di kawasan Asia-Pasifik, dan hal ini sejalan dengan sejarah Pyongyang yang kerap menggunakan jaringan asal Cina untuk masuk ke sistem keuangan internasional,” papar perusahaan itu.

Chainalysis juga mengamati pola pencucian dana yang berulang dan biasanya berlangsung selama 45 hari. Dalam beberapa hari tepat setelah peretasan (Hari 0-5), pelaku yang terhubung dengan Korea Utara memprioritaskan untuk menjauhkan dana hasil curian dari sumber aslinya. Laporan tersebut mencatat adanya lonjakan penggunaan protocol DeFi dan layanan mixing pada periode awal ini.

Pada minggu kedua (Hari 6-10), aktivitas bergeser ke layanan yang mendukung integrasi lebih luas. Arus dana mulai masuk ke exchange terpusat dan platform yang memiliki persyaratan KYC terbatas.

Pencucian dana tetap dilakukan melalui layanan mixing sekunder meski dengan intensitas yang lebih rendah. Sementara itu, bridge lintas chain digunakan untuk menyamarkan pergerakan dana.

“Fase ini merupakan periode transisi penting di mana dana mulai bergerak menuju kemungkinan off-ramp,” terang pihak perusahaan itu.

Pada fase terakhir (Hari 20-45), terjadi peningkatan interaksi dengan layanan yang memudahkan konversi atau pencairan dana. Exchange tanpa KYC, layanan jaminan, platform swap instan, dan layanan berbahasa Mandarin menonjol, berdampingan dengan penggunaan kembali exchange terpusat untuk mencampur dana ilegal dengan aktivitas yang sah.

Chainalysis menekankan bahwa pola pencucian dana selama 45 hari ini memberi wawasan penting bagi penegak hukum. Pola ini juga memperlihatkan kendala operasional hacker dan ketergantungan mereka pada pihak tertentu.

“Korea Utara menjalankan strategi pencucian dana yang cepat dan efisien. Karena itu, respons cepat secara menyeluruh dari seluruh industri sangat dibutuhkan. Penegak hukum dan sektor swasta, mulai dari exchange hingga perusahaan analitik blockchain, harus berkoordinasi dengan efektif untuk menghentikan dana sesegera mungkin saat ada kesempatan, baik saat dana lewat stablecoin maupun saat dana masuk ke exchange yang bisa langsung membekukannya,” komentar Fierman.

Walaupun tidak semua dana curian mengikuti alur waktu ini, pola tersebut mewakili perilaku tipikal di on-chain. Tim pun mengakui ada kemungkinan titik buta, karena sebagian aktivitas seperti transfer private key atau transaksi OTC di luar chain, mungkin tidak terpantau di data blockchain tanpa bantuan intelijen pendukung.

Prospek 2026

Kepala Intelijen Keamanan Nasional Chainalysis mengungkapkan kepada BeInCrypto bahwa Korea Utara sepertinya akan mencari setiap celah yang tersedia. Meskipun insiden di Bybit, BTCTurk, dan Upbit tahun ini menunjukkan bahwa exchange terpusat menghadapi tekanan yang semakin besar, taktik dapat berubah kapan pun.

Eksploitasi terbaru yang melibatkan Balancer dan Yearn juga memperlihatkan bahwa protocol yang sudah lama ada pun kini diamati oleh penyerang. Ia menuturkan,

“Walaupun kami belum bisa memastikan apa yang akan terjadi pada 2026, kami tahu DPRK akan berusaha memaksimalkan hasil dari target mereka – artinya layanan dengan cadangan tinggi perlu menjaga standar keamanan tinggi agar tidak jadi korban eksploitasi selanjutnya.”

Laporan itu juga menyoroti bahwa karena Korea Utara semakin mengandalkan pencurian aset kripto untuk mendanai prioritas negara dan menghindari sanksi internasional, seluruh industri harus sadar bahwa pelaku ancaman ini beroperasi dengan tantangan dan insentif yang sangat berbeda dibandingkan pelaku kejahatan dunia maya pada umumnya.

“Rekor performa negara itu di 2025 — tercapai dengan 74% serangan yang diketahui lebih sedikit — menandakan kita mungkin hanya melihat bagian aktivitas mereka yang paling terlihat,” tambah Chainalysis.

Perusahaan itu menjelaskan bahwa tantangan utama yang harus dihadapi pada 2026 adalah mengidentifikasi dan menggagalkan operasi-operasi berdampak besar ini sebelum pelaku yang terhubung dengan DPRK melakukan insiden lain berskala sebesar peretasan Bybit.

  •  

Imbal Hasil Obligasi Jepang Sentuh 1,98%: Perubahan Suku Bunga BOJ Pengaruhi Emas, Perak, dan Bitcoin

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun melonjak menjadi 1,98% pada Desember 2025, yaitu level tertinggi sejak 1990-an. Kondisi ini terjadi saat pasar menunggu pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada 19 Desember.

Lonjakan ini telah memicu reli global pada logam mulia, dengan harga emas naik 135% dan perak melesat 175% sejak awal 2023. Sementara itu, Bitcoin sedang tertekan karena penjualan paksa makin intensif di exchange Asia, sehingga memperlihatkan perbedaan reaksi pasar terhadap perubahan suku bunga Jepang.

Imbal hasil obligasi Jepang capai 1,98%

Selama beberapa dekade, Jepang mempertahankan suku bunga hampir nol yang mendukung likuiditas global lewat yen carry trade.

Investor meminjam yen dengan bunga rendah untuk berinvestasi di seluruh dunia pada aset dengan yield lebih tinggi, sehingga mengekspor suku bunga sangat rendah.

Kenaikan sebesar 25 basis poin yang diperkirakan, sehingga suku bunga naik menjadi 0,75%, mungkin tampak kecil secara nominal, tapi kecepatan perubahan lebih penting daripada tingkat suku bunganya.

BOJ Interest Rate Probabilities
Probabilitas Suku Bunga BOJ | Sumber: Polymarket

“Carry trade berisiko: Tidak ada yang tahu kapan konsekuensi nyata akan muncul, tapi perubahan yang terus berlanjut ini sepertinya akan menguras likuiditas pasar, sehingga bisa memicu efek berantai lewat margin call dan aksi deleveraging paksa lainnya,” peringatkan CEO i3 Invest, Guilherme Tavares.

Analis menilai aksi BOJ ini bukan sekadar penyesuaian domestik.

“Saat imbal hasil Jepang bergerak, modal global langsung memperhatikan. Emas dan perak tidak merespons pada kabar inflasi. Mereka sedang mengantisipasi risiko neraca keuangan negara. Jepang sekarang bukan lagi negara pinggiran. Jepang adalah pusat perhatian,” teriang Simon Hou-Vangsaae Reseke.

Harga emas dan perak melonjak di tengah kenaikan risiko negara berdaulat

Logam mulia terus mengikuti pergerakan imbal hasil Jepang. Menurut Global Market Investor, emas dan perak bergerak hampir sejalan dengan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang. Ini menunjukkan bahwa logam mulia digunakan sebagai lindung nilai utama terhadap naiknya biaya utang pemerintah.

Harga Emas dan Perak Mengikuti Obligasi 10T Jepang | Sumber: Global Markets Investor di X

“Bukan soal yield-nya sendiri, melainkan apa arti pergerakannya — risiko utang negara yang naik, likuiditas global makin ketat, dan ada ketidakpastian soal kepercayaan pada mata uang. Emas merespons sebagai proteksi, dan perak mengikuti dengan volatilitas yang lebih besar,” komentar analis EndGame Macro.

Pasa perak menunjukkan tanda mania spekulatif. Dana China Silver Futures baru-baru ini diperdagangkan 12% di atas harga fisik logam yang menjadi acuannya, menandakan permintaan eksposur leverage telah melampaui aset dasarnya.

⚠️ Silver market mania is an UNDERSTATEMENT:

The China Silver Futures Fund was trading +12% above the actual value of the silver it is supposed to track

Investors are buying the fund much faster than the silver behind is rising, a sign of SPECULATION. 👇https://t.co/8kAngXV9CH

— Global Markets Investor (@GlobalMktObserv) December 17, 2025

Investor makin memposisikan emas dan perak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi makro yang lebih luas, bukan hanya sekadar inflasi.

Bitcoin Mengalami Tekanan karena Carry Trade Mulai Dibuka

Di sisi lain, harga Bitcoin semakin tertekan karena likuiditas yen yang semakin ketat.

“Exchange di Asia terus mengalami aksi jual spot yang konsisten. Cadangan miner menurun — akibat penjualan paksa, bukan pilihan…Holder jangka panjang Asia sepertinya sedang distribusi…Harga akan tetap berat sampai pasokan paksa benar-benar terserap,” tulis CryptoRus, sambil mengutip XWIN Research Japan.

Institusi AS terus membeli, karena Coinbase Premium masih positif, tapi likuidasi paksa di Asia dan penurunan hashrate Bitcoin sebanyak 8% turut menambah tekanan ke bawah.

Bitcoin Price and Coinbase Premium
Harga Bitcoin dan Coinbase Premium | Sumber: CryptoQuant

Perubahan suku bunga BOJ sebelumnya kerap bertepatan dengan penurunan besar BTC, sehingga para trader kini waspada pada risiko penurunan lanjutan ke area US$70.000.

THE BANK OF JAPAN MIGHT BE BITCOIN’S BIGGEST ENEMY

Japan holds the most US debt.
Every time they hike, Bitcoin bleeds:

March 2024: -23%
July 2024: -30%
Jan 2025: -31%

Next hike: Dec 19
Next move: loading…

If the pattern repeats, $70K is in play. pic.twitter.com/R5916R702I

— Merlijn The Trader (@MerlijnTrader) December 14, 2025

Reaksi yang berbeda antara logam mulia dan Bitcoin menyoroti perbedaan dalam posisi risiko. Emas dan perak menarik arus dana safe haven di tengah meningkatnya risiko kedaulatan, sementara Bitcoin mengalami tekanan harga akibat likuidasi.

Analis mencatat pemangkasan suku bunga The Fed di masa depan mungkin bisa menyeimbangkan dampak BOJ, tapi kecepatan perubahan kebijakan sangat penting.

  •  

Mengapa Level US$81.500 Kini Jadi Penentu Nasib Harga Bitcoin?

Bitcoin saat ini bergerak di sekitar sebuah level yang bobotnya melampaui sekadar angka harga di headline. Sejumlah analis menyoroti zona yang merepresentasikan True Market Mean Price (TMMP), yakni harga rata-rata akumulasi on-chain investor non-miner, sebagai poros krusial dinamika pasar saat ini.

Menurut CryptoQuant, level ini telah menjelma menjadi retakan psikologis sekaligus struktural yang menguji apakah keyakinan investor masih cukup solid untuk menyerap pasokan yang muncul, atau justru mulai mengalami erosi.

Bitcoin di “Harga Keyakinan” saat US$81.500 Uji Keyakinan Pasar

Indikator on-chain mengindikasikan stres fase menengah siklus, sementara resistance teknikal masih menahan ruang kenaikan. Di sisi lain, komunitas analis nampak semakin terbelah. Kondisi ini akhirnya menciptakan kebuntuan rapuh antara dua kekuatan utama:

  • holder jangka panjang yang berupaya mempertahankan cost basis mereka, dan
  • penjual yang kian bersedia keluar dari pasar pada level impas.

Dalam lanskap ini, TMMP muncul sebagai batas utama Bitcoin. TMMP bukan sekadar indikator teknikal, melainkan jangkar psikologis kolektif yang menandai harga rata-rata masuknya modal riil ke dalam pasar.

Ketika Bitcoin diperdagangkan di sekitar level ini, investor dihadapkan pada dilema eksistensial pasar: bertahan di tengah ketidakpastian atau melepaskan posisi pada titik impas. Momen keputusan semacam ini kerap memperbesar tekanan pasar dan sering kali menjadi katalis bagi pergerakan besar berikutnya.

Analis CryptoQuant, Moreno, menyoroti US$81.500 sebagai TMMP, yakni titik di mana mayoritas modal efektif masuk ke pasar.

Who’s Still Willing to Hold?

“If Bitcoin holds above the TMMP ($81.5K) while AVIV stabilizes (0.8-0.9), it suggests investors are absorbing supply and defending their cost basis.

If price loses TMMP and AVIV continues to compress, it means profitability is fading, and… pic.twitter.com/XStWnGlXty

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) December 17, 2025

Secara historis, perdagangan di atas zona ini mendorong pembelian saat koreksi dan akumulasi berkelanjutan. Sebaliknya, kegagalan mempertahankannya sering kali mengubah level tersebut menjadi resistance aktif, karena investor memanfaatkan reli untuk keluar mendekati harga masuk mereka. Pola ini kembali terpantau pada kondisi saat ini.

“Ketika BTC diperdagangkan di atas level ini, investor umumnya berada dalam kondisi psikologis yang relatif nyaman. Namun saat harga kehilangan level tersebut, zona yang sama sering berbalik menjadi resistance, karena mereka yang membeli di sekitar cost basis memanfaatkan reli untuk keluar,” terang Moreno.

Ujian di sekitar US$81.500 kini menempatkan investor pada momen penentuan: bertahan dengan keyakinan, atau mengamankan posisi di titik impas.

Pengalaman siklus sebelumnya menegaskan signifikansi zona ini. Dalam bull market 2020–2021, TMMP berulang kali berfungsi sebagai support dinamis. Sebaliknya, pada 2022, level ini beralih peran menjadi resistance seiring terkikisnya kepercayaan pasar. Peran TMMP selanjutnya berpotensi menentukan arah jangka pendek Bitcoin.

Bitcoin's TMMP at $81,500 acts as critical support
TMMP Bitcoin di US$81.500 berperan sebagai support penting | Sumber: CryptoQuant

Rasio AVIV Tunjukkan Stres Keyakinan yang Berlangsung Senyap

Dimensi perilaku pasar semakin diperdalam oleh rasio AVIV, sebuah metrik on-chain yang membandingkan valuasi pasar aktif dengan valuasi terealisasi, dengan fokus pada profitabilitas investor. Tidak seperti indikator momentum, AVIV mencerminkan sentimen yang berakar pada keuntungan yang benar-benar terealisasi.

Saat ini, rasio AVIV mulai turun menuju rentang 0,8–0,9, sebuah zona yang secara historis diasosiasikan dengan transisi fase menengah siklus. Dalam fase ini, pasar umumnya tidak runtuh secara dramatis, namun juga gagal membangun tren yang tegas.

The AVIV ratio indicates mid-cycle compression
Rasio AVIV menunjukkan tekanan di tengah siklus | Sumber: CryptoQuant

“Jika Bitcoin mampu bertahan di atas TMMP (US$81.500) sementara AVIV stabil di kisaran 0,8–0,9, itu menunjukkan investor masih menyerap suplai dan mempertahankan cost basis mereka. Namun, jika harga kehilangan TMMP dan AVIV terus turun, hal itu menandakan profitabilitas memudar dan kepercayaan mulai melemah,” imbuh analis CryptoQuant.

Lingkungan semacam ini cenderung menekan pelaku pasar yang rapuh bukan melalui penurunan tajam, melainkan lewat stagnasi yang berkepanjangan. Seiring profit yang belum terealisasi terus tergerus, keyakinan diuji secara perlahan, membuka ruang bagi akumulasi ulang atau memaksa pasar mencari permintaan di level yang lebih rendah.

Resistance Teknikal Perkuat Market Sideways saat Debat Makro Menguat

Dari sisi harga, Bitcoin sejauh ini belum menawarkan pelepasan tekanan. Aset ini berulang kali gagal menembus level pembukaan tahunan, memperkuat kehati-hatian di kalangan trader momentum dan pelaku teknikal.

Kegagalan merebut kembali level tersebut memperdalam persepsi bahwa potensi kenaikan masih kecil dalam waktu dekat.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Kebuntuan teknikal ini mencerminkan perpecahan ideologis yang lebih luas di pasar. Holder veteran, banyak di antaranya ditempa oleh puncak 2021 dan crash 70% setelahnya, terlihat semakin responsif terhadap sinyal teknikal dan model siklus.

“Mengapa Bitcoin tidak pump? Karena 50% menjual (OG yang trauma 2021, investor teknikal yang menatap RSI, penggemar siklus empat tahunan yang menanti bear dua tahun pasca-halving) sementara 50% lainnya membeli, yakni investor fundamental, TradFi, dan bank. Pertarungan epik hingga amunisi penjual pun habis,” tulis analis PlanB.

Sebaliknya, pelaku institusional dan keuangan tradisional terlihat relatif tidak terlalu terikat pada siklus jangka pendek. Akumulasi mereka yang berlangsung stabil telah membantu menyerap pasokan yang beredar. Hanya saja, hingga kini itu masih belum cukup kuat untuk mendorong pasar keluar dari rentang konsolidasi yang membelenggu pergerakan harga.

Menambah lapisan ketidakpastian, analis makro Luke Gromen baru-baru ini mengungkap bahwa ia telah menjual mayoritas kepemilikan Bitcoin-nya di sekitar US$95.000. Gromen menautkan keputusannya pada kerusakan teknikal jangka panjang serta kekhawatiran sistemik yang kian mengemuka.

Keputusan tersebut, yang ia sampaikan melalui podcast Swan Bitcoin’s No Second Best, mempertebal narasi bearish pada saat profitabilitas investor sudah berada dalam tekanan.

Gromen menyoroti melemahnya momentum jangka panjang, gagalnya Bitcoin mencetak level tertinggi baru terhadap emas, serta memuncaknya kekhawatiran akan kerapuhan struktur pasar global menjelang 2026.

“Bitcoin is telling us the first half of 2026 is gonna be ugly.” — Luke Gromen

One of the most respected macro voices just turned bearish.
He didn’t just warn — he sold. Is this capitulation?

💥 New episode of No Second Best! 👇 pic.twitter.com/VKnSa3BcSr

— Swan (@Swan) December 16, 2025

Meski para pembawa acara Swan Bitcoin menyanggah kesimpulan tersebut, aksi jual itu sendiri telah menggema di kalangan investor, terutama mereka yang menyaksikan keyakinan pasar mulai goyah di dekat area support krusial.

Keluar masuknya figur berprofil tinggi kerap membawa bobot psikologis yang tidak proporsional, khususnya pada fase ketika harga tertekan dan indikator on-chain mengisyaratkan menyusutnya profitabilitas.

Akankah Keyakinan Mampu Bertahan?

Bitcoin kini berada di sebuah persimpangan yang lebih ditentukan oleh keteguhan keyakinan ketimbang euforia. Jika harga mampu bertahan di atas US$81.500 sembari rasio AVIV berangsur stabil, hal itu akan mengindikasikan bahwa investor masih bersedia mempertahankan cost basis mereka, sebuah prasyarat penting bagi kelanjutan tren naik.

Sebaliknya, bila gagal mempertahankan level tersebut maka berpotensi menimbulkan konsekuensi mahal. Penurunan tegas di bawah TMMP, disertai tekanan AVIV lanjutan, akan menandakan bahwa keyakinan semata tidak lagi memadai, memaksa pasar untuk mencari permintaan pada level yang lebih rendah.

Bagaimana pendapat Anda tentang nasib harga Bitcoin yang bergantung pada level US$81,5K di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

  •  

Prediksi Kripto ke-11 dari Bitwise Mungkin Tak Bertahan—James Seyffart Peringatkan

Pasar exchange-traded fund (ETF) aset kripto di AS semakin mendekati titik krusial. Prediksi Bitwise Asset Management untuk 2026 memperkirakan akan ada lebih dari 100 ETF baru yang terhubung dengan kripto, didorong oleh standar listing yang dipermudah oleh SEC yang mulai berlaku sejak Oktober 2025.

Sementara prospek menunjukkan rekor harga tertinggi baru untuk Bitcoin, Ethereum, dan Solana, analis ETF Bloomberg James Seyffart memperingatkan bahwa mungkin akan terjadi guncangan besar karena sektor ini jadi penuh sesak.

Bitwise Bagikan 11 Prediksi Aset Kripto untuk 2026

Bitwise membuat 10 prediksi untuk tahun 2026, mencakup pasar kripto dan ETF yang akan dipantau oleh para investor. Menurut manajer dana indeks aset kripto itu:

  • Bitcoin, Ethereum, dan Solana akan mencetak rekor harga tertinggi baru
  • Bitcoin akan mematahkan siklus empat tahun dan mencetak rekor harga tertinggi baru
  • Bitcoin akan jadi kurang volatil dibanding Nvidia.
  • ETF akan membeli lebih dari 100% pasokan baru Bitcoin, Ethereum, dan Solana karena permintaan institusi yang semakin meningkat.
  • Saham terkait kripto akan mengalahkan saham teknologi.
  • Open Interest di Polymarket akan mencetak rekor tertinggi baru, melampaui level pemilu 2024.
  • Stablecoin akan disalahkan karena mengacaukan mata uang negara berkembang.
  • Onchain vaults akan melipatgandakan asset under management (AUM).
  • Ethereum dan Solana akan mencetak rekor tertinggi baru (jika CLARITY Act disahkan).
  • Setengah dana abadi universitas Ivy League akan berinvestasi di kripto.
  • Lebih dari 100 ETF kripto akan diluncurkan di AS.
  • Korelasi Bitcoin dengan saham akan turun.

Gelombang Likuidasi ETF Bisa Terjadi pada 2026, kata James Seyffart

Prediksi kesebelas berhasil menarik perhatian, dan jadi kekhawatiran khusus para analis. Lonjakan peluncuran ETF kripto ini terjadi karena perubahan regulasi besar.

Pada September 2025, SEC memperkenalkan standar listing umum untuk komoditas trust shares, termasuk aset kripto.

“[Sejumlah exchange terkemuka] telah mengajukan perubahan aturan kepada SEC untuk mengadopsi standar listing umum bagi Commodity-Based Trust Shares. Setiap perubahan aturan ini… melewati tahap pemberitahuan dan komentar. Perintah ini menyetujui Proposal dengan proses percepatan,” ujar dokumen SEC itu.

Perubahan ini memungkinkan ETF untuk listing tanpa peninjauan satu per satu, yang mengurangi keterlambatan dan ketidakpastian.

Bitwise memprediksi kejelasan regulasi ini akan mendorong adopsi institusi dan aliran dana segar ke ETF kripto pada 2026.

2026 PREDICTION: More than 100 crypto-linked ETFs will launch in the U.S.⁰⁰In October 2025, the SEC published generic listing standards, allowing ETF issuers to launch crypto ETFs under a general set of rules. A clearer regulatory roadmap in 2026 is why we see the stage being… pic.twitter.com/rQbcWe6JE4

— Bitwise (@BitwiseInvest) December 17, 2025

“Saya setuju 100% dengan Bitwise di sini,” tutur Seyffart. “Saya juga pikir kita akan melihat banyak likuidasi di produk ETP kripto. Mungkin terjadi di akhir 2026, tapi kemungkinan besar sebelum akhir 2027. Para penerbit melemparkan BANYAK produk sekaligus ke pasar.”

Dominasi ETF Bitcoin dan Saturasi Altcoin

Data Bloomberg menunjukkan saat ini ada 90 ETP kripto yang mengelola dana sebesar US$153 miliar, dengan 125 pengajuan produk yang masih antre. Bitcoin mendominasi dengan US$125 miliar di 60 produk, sementara Ethereum menempati urutan kedua dengan US$22 miliar di 25 ETF.

Altcoin seperti XRP dan Solana masih tergolong niche, masing-masing baru ada 11–13 produk dan punya aset US$1,5–US$1,6 miliar, menandakan risiko kejenuhan pasar yang mulai meningkat.

The state of crypto ETFs/ETPs
Kondisi ETF/ETP Kripto | Sumber: James Seyffart dari Bloomberg di X

Dengan pasar yang akan banjir produk baru, para analis memperkirakan akan terjadi persaingan ketat dalam memperebutkan modal investor. namun, tren historis memperlihatkan perlunya kehati-hatian, karena sekitar 40% ETF yang diluncurkan sejak 2010 berakhir ditutup, biasanya karena kurang aset atau volume transaksi rendah.

Shakeout ETF Kripto yang Akan Datang: Pemenang, Pecundang, dan Munculnya Aset ‘Zombie’

Peringatan Seyffart mencerminkan kekhawatiran umum bahwa ekspansi cepat biasanya diikuti konsolidasi. ETF kripto yang gagal menarik dana kelolaan (AUM), membedakan strategi, atau membangun kanal distribusi yang kuat bisa cepat tutup.

Produk dengan strategi paparan khusus, fitur pendapatan, atau profil risiko yang disesuaikan bisa punya peluang bertahan lebih lama.

Chris Matta, CEO Liquid Collective, juga menyoroti isu ini dalam konteks proyek “zombie”, yaitu aset kripto dengan kapitalisasi pasar di atas US$1 miliar tapi minim pengembangan ekosistem.

“Mungkin kegagalan mempertahankan ETF di pasar tradisional justru jadi sinyal lebih kuat dan menghasilkan perbedaan kinerja makin besar antara aset kripto aktif dan yang mati,” ucap Matta.

Jadi, investor yang masuk ke sektor ETF perlu benar-benar selektif. Likuiditas perdagangan, akurasi pelacakan harga, struktur biaya, dan kredibilitas penerbit menjadi hal penting untuk membedakan produk yang berkelanjutan dengan yang kemungkinan besar akan gagal.

Sementara itu, prediksi bullish Bitwise menunjukkan bahwa ETF utama yang terkait aset besar mungkin akan terus menikmati aliran dana institusi yang konsisten.

Gelombang likuidasi yang diperkirakan terjadi pada akhir 2027 sepertinya akan mengubah sektor ini, karena modal akan terkonsentrasi pada produk-produk terkuat.

Walaupun proses ini mengganggu, pada akhirnya bisa memperkuat pasar exchange-traded fund (ETF) aset kripto di AS dengan cara:

  • Menghilangkan produk yang lemah,
  • Memperjelas pilihan untuk investor, dan
  • Menyoroti strategi yang berbeda dan unik.

Pertanyaannya tetap sama: di sektor ETF yang semakin padat, produk mana yang akan bertahan dan mana yang akan menjadi bagian dari deretan aset “zombie” kripto yang terlupakan?

  •  

Putar Haluan, Peter Brandt Kini Mengaku Bearish pada Harga XRP

Trader veteran Peter Brandt mengambil sikap bearish pada harga XRP. Ia memperingatkan bahwa token tersebut kemungkinan tengah membentuk pola double-top klasik. Pandangan ini muncul di tengah upaya Ripple yang justru semakin agresif mendorong ekspansi ekosistem melalui ekspansi stablecoin multichain serta pengembangan perangkat institusional bagi holder XRP.

Nada hati-hati Brandt muncul pada saat narasi fundamental XRP terlihat semakin solid. Kondisi ini menciptakan jurang yang kian lebar antara sinyal teknikal jangka pendek dan perkembangan adopsi jangka panjang.

Brandt Soroti Risiko Double-Top pada Harga XRP

Chartist alias analis grafik senior ini menyoroti apa yang ia anggap sebagai setup teknikal berpotensi bearish pada grafik harga XRP. Menurut Brandt, XRP terlihat sedang membentuk double-top. Ini adalah pola pembalikan yang lazim muncul ketika sebuah aset gagal menembus level resistance setelah dua kali percobaan.

XRP chart showing potential double top pattern
Grafik harga XRP menyoroti potensi formasi double-top | Sumber: Peter Brandt di X

Dalam analisis teknikal, pola double-top kerap menandakan melemahnya momentum bullish. Juga, ini bisa menjadi pendahulu koreksi yang lebih dalam apabila mendapat konfirmasi lanjutan.

“Saya sudah tahu sebelumnya bahwa semua Riplost XRP akan terus mengingatkan saya soal posting ini — tanya saja apakah saya peduli. Ini adalah potensi double-top,” ujar Brandt lewat unggahannya.

Harga XRP sendiri tengah bergerak dalam fase konsolidasi setelah reli yang perkasa pada akhir 2024. Sehingga ini membuat ketahanan level support menjadi fokus utama pelaku pasar.

Meski demikian, Brandt juga mengakui bahwa pola tersebut masih berpotensi gagal.

“Tentu saja ini bisa gagal, dan saya akan menghadapinya jika itu terjadi. Namun untuk saat ini, implikasinya bearish. Suka atau tidak, ini harus dihadapi,” tambahnya.

Analis Lain Soroti Konteks Historis yang Bullish

Berbeda dengan Brandt, sejumlah analis justru menilai struktur saat ini dari sudut pandang yang lebih konstruktif. Analis Steph is Crypto menyoroti pola historis XRP di sekitar simple moving average (SMA) 50 pekan, dengan argumen bahwa siklus sebelumnya lebih mengarah pada kelelahan penurunan, bukan awal tren bearish besar.

“Di setiap siklus, ketika XRP turun ke bawah SMA 50 pekan dan bertahan di sana selama sekitar 50–84 hari, reli kuat selalu menyusul,” jelasnya.

Contoh historisnya mencakup:

  • reli 211% setelah 70 hari di bawah SMA pada 2017,
  • kenaikan 70% setelah 49 hari pada 2021,
  • lonjakan 850% setelah 84 hari pada 2024.

Saat ini, harga XRP telah berada sekitar 70 hari di bawah SMA 50 pekan, tepat di dalam rentang historis yang sama.

XRP historical performance relative to 50-week SMA
Reli historis XRP setelah waktu lama di bawah SMA 50-mingguan | Sumber: Steph_iscrypto

Analisis ini mengindikasikan bahwa struktur yang terlihat bearish secara terisolasi justru bisa selaras dengan fase bottom siklus. Hal ini mencerminkan perpecahan interpretasi teknikal yang kini mengemuka di pasar.

Ripple Perluas RLUSD ke Layer-2 di Tengah Perdebatan Teknikal

Sementara perdebatan teknikal memanas, Ripple terus memperluas fondasi ekosistemnya. Pada 16 Desember, Ripple mengumumkan bahwa stablecoin berbasis dolar AS miliknya, Ripple USD (RLUSD), akan berekspansi ke jaringan Optimism, Base, Ink, dan Unichain.

Ekspansi ini memanfaatkan standar Native Token Transfers (NTT) dari Wormhole untuk mendukung interoperabilitas multichain.

Sebelumnya, RLUSD diterbitkan di XRP Ledger dan Ethereum. Ekspansi ke layer-2 dirancang untuk meningkatkan skalabilitas, kelancaran pergerakan likuiditas, serta utilitas di sektor DeFi dan platform institusional.

Ripple menegaskan bahwa RLUSD diterbitkan di bawah trust charter dari New York Department of Financial Services (NYDFS). Langkah ini menjadikannya salah satu stablecoin paling teregulasi yang memasuki ekosistem L2.

Selain itu, Ripple juga telah mengajukan OCC charter di Amerika Serikat. Pun, baru-baru ini mengantongi pengakuan regulasi di Dubai dan Abu Dhabi.

Wormhole menambahkan bahwa holder XRP nantinya dapat menggunakan XRP bersama RLUSD sebagai pasangan likuiditas dan perdagangan utama di berbagai chain yang didukung, melalui penerbitan wrapped XRP (wXRP) untuk penggunaan lintas chain.

Enhanced utility is coming for $XRP

XRP holders can use XRP alongside $RLUSD as a premier trading and liquidity pair on supported chains, allowing businesses to facilitate payments and checkout options that let users buy, sell, or send digital assets. pic.twitter.com/DMcSWyQ2XV

— Wormhole (@wormhole) December 17, 2025

Perangkat Institusional XRP Terus Berkembang

Ekspansi juga terjadi di sisi institusional. Digital Wealth Partners baru-baru ini meluncurkan strategi trading XRP berbasis algoritma untuk akun pensiun yang memenuhi syarat, dengan kustodian berasuransi melalui Anchorage Digital.

Layanan ini memungkinkan investor bernilai tinggi mengakses trading XRP secara sistematis dalam kerangka akun teregulasi dan berinsentif pajak, mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mengintegrasikan kripto ke dalam struktur manajemen kekayaan tradisional.

Digital Wealth Partners Launches Algorithmic XRP Trading Strategy Powered by @tryarchpublic for Qualified Retirement Accountshttps://t.co/ro7ipgP48D

— Digital Wealth Partners (@DWP_advisors) December 16, 2025

Di tengah sinyal teknikal yang saling bertentangan, arah harga XRP ke depan kemungkinan akan ditentukan oleh apakah pola bearish pada grafik yang akan mendominasi, atau justru siklus historis serta ekspansi utilitas yang kembali mengambil alih kendali.

Bagaimana pendapat Anda tentang Peter Brandt yang putar haluan ke arah bearish atas harga XRP ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

  •  

CPI AS di Sorot saat Investor Menimbang Outlook Suku Bunga The Fed Januari

Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) akan merilis data Consumer Price Index (CPI) yang sangat penting untuk bulan November pada hari Kamis pukul 13:30 GMT.

Laporan inflasi ini tidak akan mencantumkan angka CPI untuk Oktober dan juga tidak menyajikan data CPI bulanan untuk November karena tidak ada pengumpulan data selama penutupan pemerintahan. Oleh karena itu, para investor akan memperhatikan data CPI tahunan dan core CPI untuk menilai bagaimana dinamika inflasi bisa memengaruhi prospek kebijakan The Fed ke depan.

Apa yang bisa diharapkan pada laporan data CPI berikutnya?

Berdasarkan perubahan pada CPI, inflasi di AS diperkirakan naik dengan laju tahunan sebesar 3,1% pada bulan November, sedikit di atas angka bulan September. Inflasi core CPI yang tidak termasuk kategori makanan dan energi yang volatil, juga diprediksi meningkat 3% di periode ini.

Analis TD Securities memperkirakan inflasi tahunan akan naik lebih tinggi dari perkiraan, namun melihat inflasi inti tetap stabil.

“Kami memperkirakan CPI AS akan naik 3,2% y/y pada November – laju tercepat sejak 2024. Peningkatannya akan dipicu oleh kenaikan harga energi, sementara kami prediksi core CPI tetap stabil di 3,0%,” terang mereka.

Bagaimana laporan Consumer Price Index AS bisa memengaruhi US$?

Menjelang pertarungan data inflasi AS pada hari Kamis, investor melihat kemungkinan hampir 20% adanya pemotongan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin di Januari mendatang, menurut alat CME FedWatch.

Laporan ketenagakerjaan resmi BLS yang tertunda menunjukkan pada Selasa bahwa Nonfarm Payrolls turun sebanyak 105.000 di Oktober dan naik sebesar 64.000 di November. Selain itu, Tingkat Pengangguran meningkat menjadi 4,6% dari 4,4% di September. Angka-angka ini tidak mengubah ekspektasi pasar terhadap keputusan The Fed di Januari, sebab penurunan tajam payrolls di Oktober sudah diperkirakan karena hilangnya pekerjaan pemerintah saat penutupan pemerintahan.

Dalam sebuah postingan blog yang dirilis Selasa malam, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa laporan pekerjaan yang beragam tersebut tidak mengubah prospek kebijakan, dan menambahkan bahwa ada “banyak survei” yang mengindikasikan peningkatan biaya input dan perusahaan bertekad menjaga margin mereka dengan menaikkan harga.

Peningkatan yang nyata, dengan hasil inflasi CPI tahunan sebesar 3,3% atau lebih, bisa memperkuat kebijakan The Fed untuk menahan suku bunga pada Januari dan langsung mendorong US Dollar (USD). Sementara itu, jika inflasi tahunan turun menjadi 2,8% atau lebih rendah, para pelaku pasar bisa mulai memprediksi adanya pemotongan suku bunga The Fed di Januari. Dalam keadaan seperti ini, USD bisa langsung mendapatkan tekanan jual yang cukup berat.

Eren Sengezer, European Session Lead Analyst di FXStreet, membagikan pandangan teknikal singkat untuk US Dollar Index (DXY) dan menguraikan:

“Outlook teknikal jangka pendek menunjukkan bias bearish di USD Index masih bertahan, tapi ada beberapa tanda yang menunjukkan momentum negatif mulai berkurang. Indikator Relative Strength Index (RSI) di grafik harian sudah kembali naik ke atas 40 dan USD Index masih bertahan di atas retracement Fibonacci 50% dari tren naik September-November.”

“Simple Moving Average (SMA) 100-hari berada di level pivot 98,60. Jika USD Index naik di atas level ini dan menegaskannya sebagai support, para penjual teknikal bisa kehilangan kepercayaan. Dalam skenario ini, retracement Fibonacci 38,2% bisa menjadi resistance berikutnya di 98,85 sebelum mencapai area 99,25-99,40, tempat di mana terdapat SMA 200-hari dan retracement Fibonacci 23,6%.”

“Pada sisi bawah, level retracement Fibonacci 61,8% berada di 98,00 sebagai support utama sebelum ke 97,40 (retracement Fibonacci 78,6%) dan 97,00 (angka bulat).”

  •  

Posisi Long Bitcoin Whale di Bitfinex Melonjak 36%: Apa Artinya?

Investor Bitcoin besar di Bitfinex kembali menjadi perhatian pasar. Analis yang memantau data posisi leverage menunjukkan posisi long margin Bitcoin yang dipegang oleh crypto whale melonjak tajam, hampir menyentuh level tertinggi seperti pada Maret 2024.

Peningkatan akumulasi ini terjadi meski partisipasi pasar secara umum sedang melandai, sehingga muncul pertanyaan mengenai sinyal apa yang ingin dikirimkan oleh para trader bermodal besar ini.

Apa Arti Rekor Tertinggi Posisi Long Crypto Whale di Bitfinex?

Menurut analis on-chain James Van Straten, whale di Bitfinex terus menambah posisi secara agresif.

“Whale Bitfinex terus menambah posisi margin long bitcoin, mendekati level tertinggi Maret 2024. 36% lebih tinggi dalam 3 bulan terakhir,” tulisnya di X (Twitter).

Data tersebut menunjukkan tren akumulasi yang konsisten sejak September, di mana eksposur long justru bertambah saat harga lemah, bukan ketika reli terjadi.

Pihak Bitfinex sendiri sepertinya mengakui aktivitas tersebut, dengan menyoroti bahwa trader besar dan berpengalaman sedang memasang posisi dengan keyakinan, sementara peserta yang lebih kecil memilih mengurangi risiko.

Whale moves 🐳https://t.co/1Zgcof54xV

— Bitfinex (@bitfinex) December 8, 2025

Perbedaan perilaku ini pun patut dicatat. Walau pergerakan harga Bitcoin memang masih cukup fluktuatif dalam beberapa minggu terakhir, akumulasi oleh whale malah semakin kuat.

TradingView chart showing BTCUSD long positions on Bitfinex
Posisi long Bitcoin Bitfinex hampir menyamai level tertinggi Maret 2024 | Sumber: btcjvs

Secara historis, posisi long Bitfinex ini sering dihubungkan dengan trader yang memanfaatkan leverage secara taktis. Mereka biasanya menambah posisi saat harga turun, bukan saat harga melonjak.

Menurut eksekutif kripto Samson Mow, dinamika saat ini memperlihatkan perpindahan koin dari penjual yang tidak sabaran ke holder jangka panjang.

“Whale Bitfinex ramai-ramai beli dari tangan-tangan lemah,” ujar dia, menyoroti kontras antara tekanan jual dari pihak lemah dan pembelian berkelanjutan oleh akun-akun besar.

Sinyal Kontrarian, tapi Bukan Alat Waktu

Metode pemantauan posisi long whale Bitfinex sudah lama dianggap sebagai salah satu indikator yang bisa memimpin dalam analisis teknikal. Tapi, interpretasinya perlu kehati-hatian.

Trader seperti ini punya pola yang tercatat jelas, yaitu menambah posisi long saat harga melemah dan mengurangi posisi saat harga menguat. Oleh karena itu, posisi long yang tinggi sering kali justru diikuti, bukan mendahului, reli harga.

Van Straten mengingatkan bahwa nilai utama dari sinyal ini lebih baik dipakai untuk memantau jika terjadi pembalikan tren, bukan sekadar pada level angkanya saja.

“Jangka pendek, begitu tren berbalik arah,” terang dia, yang menyiratkan bahwa penurunan posisi long tersebut di kemudian hari mungkin jauh lebih informatif daripada ukurannya saat ini.

Tidak semua pihak sepakat indikator ini selalu bisa diandalkan. Analis Parabear Nick mempertanyakan interpretasi berlebihan terhadap data whale bahkan menepis beberapa narasi bullish, di tengah klaim bahwa akumulasi whale saja sudah pasti membawa harga naik.

Kenyataannya, data sejarah justru mendukung pandangan lebih seimbang. Posisi long whale memang sempat menyentuh titik ekstrem di berbagai fase siklus sebelumnya, bahkan kadang bertahan tinggi selama beberapa bulan sebelum harga benar-benar bergerak signifikan.

Multi-year comparison of whale positioning versus Bitcoin price trends
Perbandingan posisi whale dan tren harga Bitcoin selama beberapa tahun | Sumber: Parabear Nick di X

Artinya, meski metrik ini dapat memberi gambaran tentang posisi dan sentimen, tetap perlu dievaluasi bersama indikator lain, seperti open interest, funding rate, dan likuiditas makro.

Peningkatan akumulasi saat ini terjadi bersamaan dengan tren penurunan open interest di pasar derivatif, menandakan partisipasi trader ritel dan jangka pendek semakin menurun.

Dalam kondisi seperti ini, konsentrasi leverage di kalangan whale jadi makin berarti. Dengan jumlah pelaku spekulasi yang berkurang, pemain besar lebih mudah menggerakkan harga di pasar.

Yang masih belum jelas adalah waktunya. Posisi long whale yang tinggi memang menandakan ekspektasi harga akan naik, tapi bukan berarti breakout akan segera terjadi.

Titik krusial baru akan terjadi jika dan ketika posisi besar ini mulai dilepas. Sejarah memperlihatkan, perubahan semacam itu kerap mendahului pergantian rezim pasar.

  •  

Bisakah Bittensor Menjadi Sukses Seperti Bitcoin?

Bitcoin sekarang, hampir secara paradoks dengan prinsip awalnya, justru diadopsi oleh Wall Street. Bittensor muncul sebagai cara baru ‘melawan’ sentralisasi. Ini adalah narasi yang saat ini sedang panas. Seiring berkembangnya AI, muncul juga kekhawatiran mengenai konsentrasi dan sentralisasi teknologi tersebut.

Bittensor dan aset kriptonya, TAO, bertujuan untuk mendesentralisasikan layanan AI. Meskipun TAO kehilangan hampir 53% pada 2025, beberapa orang percaya bahwa Bittensor adalah Bitcoin generasi baru untuk era AI. Tapi, seberapa realistis optimisme seperti ini?

Premis dan Janji dari Bittensor

Jaringan ini baru saja menyelesaikan halving reward pada 15 Desember, yang mengurangi suplai koin baru. Masalahnya, banyak orang sudah pernah mendengar narasi seperti ini sebelumnya.

With the first Bittensor halving complete, I can’t help but recall Bitcoin’s first halving, which I was fortunate enough to witness.  History doesn’t repeat, but the rhymes are unmistakable; both the parallels and differences between the two are striking:

Same: A Decentralized…

— Greg Schvey (@GSchvey) December 15, 2025

Banyak aset kripto sudah mengklaim menjadi “Bitcoin berikutnya” – karena cerita ini memang bisa menghasilkan banyak uang.

Walaupun demikian, Bittensor memang bisa memiliki nilai nyata dalam jangka panjang – hanya saja ada tantangan besar yang harus dihadapi, seperti halnya proyek kripto ambisius lain.

Kisah Bittensor tidak jauh berbeda dari Bitcoin: Ada para pemain kuat yang telah lama berkuasa, tapi jaringan baru bisa muncul dan bahkan membalik tatanan dunia tersebut.

Selama bertahun-tahun, para influencer terus mengulang slogan yang hampir sama, yaitu “long Bitcoin, short the banks”. Meski sekarang Bitcoin ada di bank-bank Wall Street dan saham DAT sudah diperdagangkan di bursa publik, narasi ini memang berhasil menarik perhatian.

Riwayat harga Bittensor sejak listing di exchange pada 2023. Sumber: CoinGecko

Intinya, perusahaan AI seperti OpenAI, Anthropic, dan Deepseek sudah menjadi terlalu besar dan menakutkan, sehingga orang-orang mulai waspada dengan pertumbuhan mereka.


Mendesentralisasikan pekerjaan kecerdasan buatan dan menggantikan teka-teki proof-of-work konvensional dengan AI yang benar-benar memiliki fungsi nyata – itulah inti dari Bittensor.

“Bitcoin membuktikan bahwa insentif kriptografi bisa mengkoordinasikan jaringan perangkat keras global untuk mengamankan sebuah ledger,” Evan Malanga, eksekutif di Yuma, salah satu pendukung terbesar platform Bittensor, kepada BeInCrypto. “Bittensor menggunakan mekanisme yang sama dan mengalihkan daya komputasi ke hal yang punya manfaat langsung di dunia saat ini: Melatih dan menjalankan model, aplikasi, dan infrastruktur AI.”

Bitcoin Lain? Serius?

Penting untuk diketahui bahwa Yuma adalah anak perusahaan Digital Currency Group (DCG), perusahaan yang termasuk pendukung awal berbagai aset kripto seperti Bitcoin, Zcash, dan Decentraland.

DCG juga termasuk investor awal di Coinbase, Circle, dan Chainalysis. CEO DCG, Barry Silbert, jelas mendukung Bittensor – bagi sebagian orang, ini menjadi sinyal positif.

Barry Silbert, yang mulai berinvestasi di aset kripto sejak 2012, ikut bergabung dalam perjalanan TAO. Sumber: X

Bittensor memang punya sejumlah karakteristik seperti Bitcoin. Jumlah TAO yang tersedia cuma 21 juta, jelas-jelas meniru jumlah BTC. Bittensor juga punya mekanisme halving, yang terakhir bulan Desember lalu menurunkan reward dari 7.200 TAO menjadi 3.600 TAO per hari.

Bukan memakai teka-teki proof-of-work yang boros energi seperti Bitcoin, Bittensor menggunakan mekanisme proof-of-intelligence, dimana node harus menyelesaikan tugas untuk membuktikan mereka mampu menangani tugas AI. Semakin baik kualitas keluaran tugas sebuah node, semakin besar peluang mendapatkan reward TAO.

Node yang diizinkan masuk jaringan Bittensor lalu mendapatkan assigned subnet, yang saat ini ada 128 buah. Setiap subnet memiliki spesialisasi terkait bidang AI yang berbeda-beda.

“Setiap subnet seperti marketplace khusus untuk satu jenis layanan AI – ada yang fokus ke pembuatan gambar, ada juga yang untuk model bahasa,” ujar Arrash Yasavolian, co-founder Taoshi, penyedia subnet intelijen keuangan. 

Sentralisasi vs Desentralisasi

Kekhawatiran soal AI biasanya muncul karena hanya segelintir perusahaan saja yang memiliki kekuasaan besar. Konsentrasi di satu industri biasanya menyebabkan harga jadi mahal dan layanan buruk untuk pelanggan – kadang terjadi dua-duanya sekaligus.

Bittensor ingin membuat AI menjadi lebih bermanfaat secara global dengan karakteristik desentralisasi—misalnya dengan melibatkan operator node independen untuk menggerakkan subnet/subjaringan AI.

“AI sedang mendefinisikan ulang seluruh industri,” terang Ken Jon Miyachi, CEO BitMind, yang menjalankan subnet khusus deteksi deepfake di Bittensor. “Bitcoin merevolusi penyimpan nilai, tapi Bittensor merevolusi sistem ekonomi dengan membuat kecerdasan jadi komoditas global.”

Tapi seberapa terdesentralisasi sebenarnya jaringan ini? Pada 10 Juli 2024, jaringan Bittensor dihentikan setelah terjadi peretasan senilai US$8 juta yang menguras wallet. Chain ini kemudian masuk ke “safe mode” yang hanya memproduksi blok tanpa kemampuan transaksi apa pun.

“Ada kekhawatiran soal sentralisasi yang sah saat ini,” tutur Yasavolian dari Taoshi. “Yayasan OpenTensor adalah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk validasi blok. Sepuluh validator subnet terbesar menguasai sekitar 67% total bobot stake jaringan.”

Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa risiko keamanan Bittensor dan kemampuannya untuk mematikan jaringan justru bertolak belakang dengan prinsip desentralisasi. Para pendukung jaringan ini mengatakan bahwa desentralisasi penuh akan tercapai nanti, sehingga menjadi “credibly neutral” seperti tujuan Bitcoin sebagai penyimpan nilai.

“Tujuan strategis jangka panjang Bittensor adalah menjadi alat pengembangan AI yang benar-benar netral. Desentralisasinya bertahap, mirip dengan perkembangan Ethereum,” tambah Yasavolian.

Alarm AI

Salah satu cara meningkatkan desentralisasi di Bittensor dan mendengarkan lebih banyak suara berbeda adalah lewat operator subnet. Kelompok-kelompok ini menginvestasikan waktu dan uang mereka ke jaringan, dan mereka, seperti Yasavolian, juga turut menyampaikan pendapat.

Pertumbuhan subnet pun sangat kuat. Sejak awal 2025, jumlah subnet naik 97%, dari 65 menjadi 128.

Sergey Khusnetdinov, Direktur AI di Gain Ventures, menilai komunitas subnet ini sangat penting bagi keberhasilan Bittensor.

“Hasilnya adalah ekosistem meritokrasi yang terus berkembang, di mana kecerdasan yang berguna tidak hanya muncul dari satu laboratorium atau perusahaan, tapi hadir secara organik dari komunitas global yang bersifat permissionless.”

Grafik pertumbuhan subnet Bittensor sejak Maret 2023 | Sumber: Taostats

Perusahaan AI yang terpusat saat ini memiliki valuasi sangat tinggi – OpenAI bernilai US$500 miliar, Anthropic senilai US$350 miliar. Deepseek dari Cina kabarnya juga memiliki valuasi US$150 miliar. Dengan fakta tersebut, berapa nilai jaringan AI seperti Bittensor yang sangat kuat?

Miyachi, CEO BitMind yang mengelola subnet deteksi deepfake, menilai jaringan Bittensor bisa saja mengungguli Bitcoin di masa depan.

“Nilai yang dihasilkan ekosistem Bittensor bisa melebihi Bitcoin dalam jangka panjang,” ucapnya kepada BeInCrypto.

Hal ini sangat bergantung pada bagaimana orang memandang sistem AI terpusat seiring waktu, atau apakah mereka merasa perlu khawatir. Tapi Bitcoin sendiri sudah mengalami lonjakan besar setiap kali masyarakat menghadapi ketidakstabilan ekonomi atau kegagalan sentralisasi seperti pandemi global, rush di bank, dan debasement mata uang fiat.

Mungkin tidak lama lagi, para influencer akan berkata, “long Bittensor, short centralized AI.” Tapi siapa yang bisa menebak? Kadang masa depan bahkan bisa lebih aneh daripada apa yang bisa diprediksi AI.

  •