Reading view

Distribution Release: AV Linux MXE-25

The DistroWatch news feed is brought to you by TUXEDO COMPUTERS. Glen MacArthur has announced the release of AV Linux MXE-25, a major update of the project's MX Linux-based distribution designed primarily for content creators, with Enlightenment as the default desktop user interface. The new version is based on the recently-released MX Linux 25. Additionally, a brand-new flavour, called....
  •  

Meta Tendang ChatGPT & Copilot dari WhatsApp, Pengguna Hanya Bisa Pakai Meta AI

Foto: Mureks


Teknologi.id — Pengguna WhatsApp selama ini bisa memakai berbagai chatbot kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, Copilot, Perplexity, hingga Meta AI. Namun mulai 15 Januari 2026, WhatsApp akan menghapus seluruh chatbot AI pihak ketiga dan hanya mengizinkan Meta AI untuk tetap berjalan di aplikasi.

Kebijakan baru ini diumumkan Meta karena perusahaan tersebut resmi melarang penyedia AI menggunakan WhatsApp Business API untuk menjalankan chatbot buatan mereka. Artinya, layanan AI dari OpenAI (ChatGPT), Microsoft (Copilot), Perplexity, dan layanan AI lainnya akan dikeluarkan dari WhatsApp secara permanen.

Baca juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Baru Mirip Instagram Notes, Begini Cara Kerjanya

Kenapa ChatGPT dan Copilot Dihapus dari WhatsApp?

Meta menegaskan bahwa WhatsApp Business API tidak boleh dipakai untuk mengoperasikan layanan AI yang menjadikan chatbot sebagai produk utama. Kebijakan ini dibuat untuk menghindari penyalahgunaan sistem dan kemungkinan konflik ekosistem dengan Meta AI.

Namun, chatbot untuk layanan pelanggan (customer service) dari berbagai perusahaan tetap diperbolehkan. Artinya, yang dilarang adalah chatbot AI murni, bukan bot CS perusahaan.

Pengumuman Resmi dari OpenAI dan Microsoft


Foto: KompasTekno


Pantauan Teknologi.id di situs resmi OpenAI dan Microsoft menunjukkan bahwa kedua perusahaan sudah mempublikasikan pengumuman penghentian layanan chatbot AI di WhatsApp.

1. ChatGPT di WhatsApp Akan Dinonaktifkan

OpenAI memberi instruksi kepada pengguna untuk:

  • Menyimpan riwayat chat dengan menautkan akun WhatsApp ke ChatGPT.

  • Melanjutkan percakapan melalui aplikasi ChatGPT di Android, iOS, atau versi web.

2. Copilot Juga Akan Hilang dari WhatsApp

Microsoft belum menjelaskan apakah riwayat obrolan dapat diekspor, namun memastikan bahwa:

  • Copilot masih tersedia di aplikasi resmi Copilot dan berbagai platform lainnya.

Selain ChatGPT dan Copilot, sejumlah chatbot AI lain di WhatsApp diperkirakan akan mengeluarkan pemberitahuan serupa menjelang 15 Januari 2026.

Baca juga: 15 Cara Bikin Tulisan Unik di WhatsApp Tanpa Aplikasi, Chat Jadi Makin Seru!

Apa Dampaknya untuk Pengguna WhatsApp?

Mulai 15 Januari 2026:

  • Pengguna tidak dapat lagi membuka, melanjutkan, atau membuat chat dengan chatbot AI pihak ketiga.

  • Hanya chatbot Meta AI yang akan tetap berjalan dan dikembangkan di dalam aplikasi WhatsApp.

  • Pengguna harus berpindah ke aplikasi resmi ChatGPT, Copilot, atau Perplexity jika ingin terus menggunakan layanan AI tersebut.

Meta AI Jadi Chatbot Tunggal di WhatsApp

Dengan aturan ini, Meta secara resmi menempatkan Meta AI sebagai satu-satunya chatbot yang dapat digunakan di WhatsApp. Langkah ini mempertegas strategi Meta untuk menguatkan ekosistem AI internal dan meminimalkan ketergantungan pada layanan pihak ketiga.

Kita tunggu bagaimana respons pengguna setelah berbagai chatbot favorit mereka tidak lagi bisa digunakan di WhatsApp tahun depan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

  •  

OpenAI Luncurkan "ChatGPT for Teachers": Gratis untuk Guru di AS hingga 2027

Foto: linkedln

Teknologi.id -  OpenAI, perusahaan asal San Francisco, resmi meluncurkan ChatGPT for Teachers yang ditujukan langsung untuk para guru dan tenaga pendidik jenjang K-12 atau setara SD sampai SMA di Amerika Serikat secara gratis hingga Juni 2027. Hal ini menjadi salah satu langkah besar mereka dalam mengembangkan teknologi di bidang pendidikan yang berbasis AI. Peluncuran layanan ini tentunya diharapkan dapat mempermudah pekerjaan guru dalam beberapa aspek seperti, menyusun materi ajar, membuat rencana pembelajaran, berkoordinasi dengan kolega dan melakukan penilaian pekerjaan siswa secara lebih efisien.

Melalui ChatGPT for Teachers, OpenAI memberikan akses ChatGPT 5.1 Auto, seperti layanan pembuatan gambar untuk keperluan visual pembelajaran, pengiriman pesan dengan siswa tanpa batas melalui pesan terintegrasi, dan pencarian berbasis AI tanpa batas. Selain itu, terdapat fitur tambahan yang disebut sebagai fitur utama dalam ChatGPT for Teachers yang dirancang khusus untuk kebutuhan dunia pendidikan.

Baca juga: Hack Skripsi 2025: 5 Tools AI Gratis untuk Mahasiswa Akhir Lulus Cumlaude Tanpa Stres

Fitur-Fitur pada ChatGPT for Teachers

Fitur-fitur di ChatGPT for Teachers ini tentunya akan berbeda dengan ChatGPT yang biasanya kita gunakan. Di sini guru sebagai salah satu pengguna aktif terbanyak dari AI akan dibantu dengan fitur utama :

  1. Workspace Khusus dan Perlindungan Data Berstandar Pendidikan

Pada ChatGPT for Teachers, data yang dikelola tidak akan bercampur dengan data yang ada di publik. Sistem ini dirancang oleh OpenAI untuk memastikan setiap aktivitas guru mulai dari penyimpanan materi hingga interaksi dengan siswa tetap berada pada ruang kerja yang aman, tertutup, serta tidak akan dipakai sebagai data pada AI yang biasa. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan FERPA (Undang-Undang Hak Pendidikan dan Privasi Keluarga) yang berlaku di Amerika Serikat.


2. Sistem Workspace Kolaboratif 

ChatGPT for Teachers menyediakan fitur untuk dapat berkolaborasi antar guru dalam satu workspace. Fitur ini memudahkan guru untuk saling membantu serta berkoordinasi dalam membuat materi atau modul, berbagi materi, merencanakan pembelajaran, mengerjakan proyek bersama, dan menyiapkan presentasi.  

(Foto: openai.com)

3. Kontrol Manajemen oleh Admin 

ChatGPT for Teachers menawarkan sistem pengelolaan akun yang memudahkan pihak sekolah mengatur para guru dalam satu workspace. Admin atau pemimpin sekolah dapat menyatukan seluruh guru, menetapkan akses berdasar perannya masing-masing, dan mengamankan proses login dengan sistem Single Sign-On (SAML SSO).

Baca juga: OpenAI Luncurkan ChatGPT Atlas: Browser AI Canggih Pengganti Google Chrome?

4. Integrasi dengan Layanan Lain

Integrasi dengan layanan seperti Google Drive, Microsoft 365, dan Canva memungkinkan guru untuk dapat membuat presentasi atau mengunggah file langsung dari GPT tanpa harus membuka platform lain sehingga dapat mempermudah dan menghemat waktu pengerjaannya.

5. Referensi Ide dan Kumpulan Prompt dari Sesama Guru

Guru dapat mengakses berbagai ide dari guru lain di waktu lampau saat memulai percakapan di ChatGPT for Teachers, seperti ide rencana pelajaran, materi, dan aktivitas kelas. Fitur ini berfungsi sebagai referensi yang dapat diperbarui, membantu guru menemukan cara kreatif dalam menjelaskan materi, memberi penilaian, atau menggunakan kembali template lembar kerja tanpa harus menyusun lagi dari awal.

6. Bantuan Mengajar yang Disesuaikan

ChatGPT for Teachers dapat menyimpan informasi seperti jenjang kelas, kurikulum, serta preferensi format materi yang dipakai. Hal ini membuat respons menjadi lebih sesuai konteks. Fitur ini dapat diterapkan contohnya saat butuh soal sebagai bahan latihan siswa maka sistem akan otomatis menyesuaikan jenjang kelas, kurikulum, dan materi sehingga soal yang diberikan tidak keluar dari batasan dan sesuai dengan informasi yang tersimpan sebelumnya. Fitur ini mempermudah guru untuk mendapatkan bantuan mengajar yang sudah dipersonalisasikan sesuai kebutuhan.

Baca juga: ChatGPT Makin Gila! Sekarang Bisa Akses Canva, Spotify, dan Booking.com Langsung

OpenAI menginformasikan bahwa fitur-fitur tersebut baru dapat digunakan secara gratis hingga Juni 2027 oleh guru di negara Amerika Serikat saja. Mereka belum bisa memastikan apakah akan memperluas layanan tersebut ke negara lain seperti layanan ChatGPT Edu yang sudah bisa dijangkau di beberapa negara di Asia. Dengan adanya inovasi baru di bidang pendidikan seperti ChatGPT for Teachers, guru kini memiliki lebih banyak alat untuk menyusun materi, mempercepat pekerjaan administrasi, serta memperkaya metode pembelajaran secara lebih kreatif dan efisien dalam menunjang kegiatan pembelajaran. 

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(IR/ZA)


  •  

Uni Eropa Tetapkan Regulasi AI untuk Lindungi Anak-anak dari Konten Berbahaya

Foto: TechInAsia

Teknologi.Id - Perkembangan teknologi digital membawa peluang sekaligus efek jangka panjang bagi generasi muda. Media sosial dan kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian yang melekat pada kehidupan sehari-hari, mulai dari hiburan, kesehatan, pemasaran hingga pendidikan. Namun, dibalik segudang manfaatnya, muncul kekhawatiran serius yang berdampak bagi pengguna media sosial dan AI, khususnya anak-anak. Menyadari hal tersebut, Parlemen Eropa baru saja menyetujui sebuah resolusi non-binding yang mendorong adanya regulasi AI dan penetapan batas minimum usia yang diharapkan sebagai pembatas akses di platform digital bagi anak-anak.

Penyetaraan Batasan Minimum Usia Pengguna Media Sosial dan AI di Uni Eropa 

Bayangkan seorang anak berusia 12 tahun yang memiliki kebebasan menjelajahi media sosial tanpa batas. Anak-anak memiliki akses dengan mudah untuk menyentuh konten dewasa, iklan manipulatif, bahkan chatbot AI yang belum tentu aman. Hal inilah yang dicoba dicegah oleh Uni Eropa, dengan menetapkan batas usia minimum terhitung 16 tahun, resolusi ini berusaha menciptakan standar yang jelas dan seragam di seluruh negara anggota. 

Menariknya, anak-anak berusia 13 hingga 16 tahun masih diberi kesempatan untuk menggunakan media sosial dan chatbot AI, dengan syarat adanya persetujuan orang tua. Hal tersebut menempatkan keluarga sebagai penyaring informasi terdepan dalam mengawasi interaksi anak dengan digital. Dengan adanya penyetaraan batas usia, Uni Erop ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki perlindungan yang sama tanpa celah aturan yang berbeda antarnegara.

Mengatasi Dampak AI dan Desain Adiktif

Pernahkah kamu menyadari bahwa sangat sulit untuk berhenti menggunakan media sosial? Atau terus membuka aplikasi dikarenakan notifikasi yang tidak berhenti muncul? Itulah contoh desain adiktif yang dirancang untuk mendorong para penggunannya lakukan doom scrolling.Parlemen eropa menilai fitur-fitur tersebut sengaja diciptakan untuk menimbulkan kecanduan terutama pada anak-anak. 

Selanjutnya, dampak AI generatif juga menjadi perhatian. Kemampuan AI dalam menciptakan teks, gambar, atau video menjadi pedang bermata dua bagi perkembangan media. Di satu sisi, membuka peluang kreatif dan edukatifyang cepat, namun disisi lainnya berpotensi menyebarkan konten palsu, manipulatif dan bahkan berbahaya bagi perkembangan psikologis  anak-anak. Dengan adanya regulasi AI Uni Eropa ingin memastikan bahwa teknologi digunakan secara etis, aman dan mendukung perkembangan generasi muda, bukan sebaliknya.

Baca juga: Ancaman dan Tantangan Perkembangan AI bagi Manusia

Perlindungan dari Iklan Manipulatif dan Unsur Judi

Bayangkan seorang anak sedang bermain game favoritnya, kemudian di iming-imingi hadiah langka dengan tawaran loot box. Tanpa disadari, anak tersebut sudah masuk ke dalam pola perilaku mirip perjudian yang mana iklan manipulatif menargetkan kelemahan psikologis anak. Inilah yang ingin dihapuskan melalui resolusi Uni Eropa, dengan berusaha menciptakan ruang digital yang bebas dari jebakan komersial yang merugikan. Anak-anak berhak untuk menikmati dunia digital sebagai tempat untuk belajar, berkreasi hingga bersosialisasi tanpa harus menjadi korban atas eksploitasi bisnis. 

Regulasi AI Terdengar Langkah Berani dalam Menyelamatkan Kebebasan Generasi Muda 

Meski resolusi terdengar menjanjikan, diperlukan jalan panjang dalam menerapkannya. Proses legislasi di Uni Eropa membutuhkan proposal resmi dari Komisi Eropa serta negosiasi antarnegara anggota. Bahkan memerlukan waktu yang cukup lama sebelum aturan ini benar-benar berlaku.

Resolusi AI ini menjadi arah penting dalam kebijakan bernegara, yang mana menjadi sinyal kuat dalam keberdaulatan negara menyikapi dampak AI dan media sosial bagi warga negaranya. Perusahaan teknologi harus bersiap dengan menyesuaikan layanan mereka dengan standar yang ketat dan menyesuaikan dengan segmentasi pasar, usia hingga gender. Dengan begitu, anak-anak tidak lagu menjadi “korban eksperimen” algoritma yang tidak terkendali.

Baca juga: Apa Itu Teknologi AI dan Bagaimana Itu Mengubah Dunia Kita?

Integrasi Uni Eropa dalam Menyikapi Perkembangan AI dan Media Sosial 

Resolusi Parlemen Eropa dilakukan dalam upaya perlindungan moral terhadap masa depan aset negara. Generasi muda akan tumbuh dengan peluang yang gemilang dengan memanfaatkan teknologi dan perkembangan yang ada, akan tetapi tanpa regulasi yang kurang jelas, anak-anak menjadi rentan terjebak dalam kecanduan layar karena terpapar konten berbahaya, manipulatif hingga iklan yang licik. Dengan menekankan perlindungan dari desain adiktif, iklan manipulatif serta konten berbahaya, Uni Eropa mengencangkan siaganya akan menciptakan uang digital yang aman, terdidik, dan bermanfaat bagi anak-anak. 

 Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

(dim/sa)

  •  

Bos Nvidia ‘Manusia Rp 2.600 Triliun’ Semprot Karyawan yang Enggan Pakai AI

 CEO Nvidia, Jensen Huang, dikabarkan sempat memarahi sejumlah karyawan dalam sebuah rapat internal karena masih ada manajer yang justru meminta timnya mengurangi penggunaan AI. Menurut Huang, di era sekarang setiap tugas yang bisa dibantu AI wajib diotomatisasi, bukan malah dihindari.

“Kalian Gila? Pakai AI Sebanyak Mungkin!”

Dalam rapat tersebut, seorang karyawan bertanya mengenai adanya atasan yang menyuruh timnya memakai AI lebih sedikit. Mendengar hal itu, Huang langsung bereaksi keras.

“Apakah kalian gila?” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa semua pekerjaan yang bisa dikerjakan AI harus diserahkan ke AI, bahkan jika teknologi tersebut belum sempurna.

Huang meminta seluruh karyawan terus memakai AI dalam setiap proses kerja agar mereka sendiri turut berkontribusi membuat teknologi tersebut semakin matang.

Baca juga: Jensen Huang: Ibu Ajari Saya Bahasa Inggris Meski Tak Bisa Bahasa Itu

AI adalah Keterampilan Dasar Era Baru

Huang tidak melihat AI sebagai ancaman bagi pekerjaan, melainkan keterampilan inti agar karyawan tetap relevan saat perusahaan terus berkembang.

Ia juga memastikan karyawan tidak perlu takut kehilangan pekerjaan karena otomatisasi.

“Saya berjanji, kalian tetap punya pekerjaan,” katanya.
“Tapi pekerjaan kalian akan berubah.”

Nvidia saat ini sedang agresif merekrut. Jumlah karyawan naik dari 29.600 menjadi 36.000 dalam satu tahun. Bahkan Huang menyebut perusahaan masih kekurangan sekitar 10.000 orang lagi.

Nvidia Bukan Satu-satunya

Microsoft, Google, Meta, hingga Amazon juga mendorong pekerjanya memakai AI. Bedanya, banyak perusahaan teknologi besar justru sedang mengurangi karyawan, sedangkan Nvidia masih melakukan ekspansi.

Di beberapa divisi Nvidia, penggunaan AI sudah sangat masif. Para insinyur memakai Cursor, asisten pengkodean berbasis AI, yang menurut Huang menunjukkan betapa cepatnya AI mengubah cara kerja manusia — asalkan digunakan secara serius.

50.000 Karyawan, 100 Juta Asisten AI

Dalam wawancara terpisah, Huang berharap suatu hari Nvidia menjadi perusahaan dengan 50.000 karyawan dan 100 juta asisten AI.

Menariknya, Huang sendiri adalah pengguna berat chatbot.
Ia memakai:

  • ChatGPT untuk belajar harian

  • Gemini untuk tugas teknis

  • Grok untuk pekerjaan kreatif

  • Perplexity untuk riset cepat

Nvidia bahkan bermitra dengan semua layanan AI tersebut, kecuali Grok yang dimiliki xAI milik Elon Musk (meski tetap memakai GPU Nvidia).

Baca juga: CEO Nvidia Ungkap: Kalau Saya 20 Tahun, Saya Pilih Jurusan Ini, Bukan Ilmu Komputer!

“Bukan AI yang Mengambil Kerjaanmu, Tapi Orang yang Memakai AI”

Huang percaya semua jenis pekerjaan akan berubah karena AI, termasuk pekerjaannya sendiri. Namun ia meyakini AI justru memberdayakan manusia, bukan menggantikan.

Ia pernah mengatakan:

“Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI.
Anda akan kehilangan pekerjaan karena seseorang yang menggunakan AI.”

Dengan kekayaan lebih dari Rp 2.600 triliun, pandangan Huang ini menjadi sorotan besar di dunia teknologi. Menurutnya, sebagian tugas memang bisa diserahkan ke AI, tapi tetap akan ada pekerjaan penting yang membutuhkan penilaian dan keputusan manusia.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

  •  

Prediksi Harga Pepe: Analis Memperingatkan Potensi Kejatuhan Lebih Dalam – Apakah PEPE akan Menghilang Seperti Meme Coin Lain?

Prediksi Harga Pepe: Analis Memperingatkan Potensi Kejatuhan Lebih Dalam – Apakah PEPE akan Menghilang Seperti Meme Coin Lain?

Pasar meme coin kembali menghadapi tekanan besar, dan banyak investor mulai menilai ulang prospek jangka pendek beberapa aset berisiko tinggi. Pergerakan Pepe menjadi salah satu sorotan karena volatilitasnya meningkat bersamaan dengan penurunan minat spekulatif di pasar crypto.

Analis memperingatkan bahwa pola teknikal yang melemah dapat membuka peluang koreksi yang lebih dalam. Fokus utama berada pada pergerakan harga Pepe yang terus menunjukkan sinyal bearish, sehingga investor perlu mencermati potensi risiko sebelum membuat keputusan trading berikutnya.

Apakah PEPE akan Menghilang Seperti Meme Coin Lain?

Pepe mengalami kesulitan untuk mendapatkan kembali momentum, dan prediksi harga Pepe semakin menunjukkan kecenderungan bearish saat berbagai sinyal peringatan terus bermunculan. Pasar mulai melihat tekanan yang semakin besar pada aset ini karena pergerakan teknikal kian mengindikasikan pelemahan berkelanjutan.

Harga Pepe telah turun hampir 45% sepanjang bulan ini, dan meme coin tersebut diperkirakan masih memiliki ruang untuk jatuh lebih jauh. Seorang analis terkemuka, Ali Martinez, menilai bahwa penurunan tambahan sebesar 60% masih mungkin terjadi jika tekanan pasar terus meningkat. Pandangannya didasarkan pada pola head-and-shoulders yang telah terbentuk jelas pada grafik.

Keep an eye on $PEPE! pic.twitter.com/YGIsHu6u1A

— Ali (@ali_charts) November 26, 2025

Martinez menyoroti bahwa Pepe sudah bergerak di bawah garis neckline sejak 3 November, dan sampai sekarang masih bergerak sesuai pola menuju target potensial di sekitar $0.0000015 atau Rp24.955 (menggunakan kurs Rp16.637 per USD). Estimasi ini menjadi perhatian serius bagi trader yang mengikuti perkembangan teknikal meme coin tersebut.

Pasar derivatif menunjukkan respons yang selaras dengan pola tersebut. Minat spekulatif merosot tajam, dengan Open Interest turun 65% sejak breakdown, dan kini berada di level $238 juta atau sekitar Rp3,95 triliun. Angka ini menggambarkan penurunan keterlibatan yang signifikan dari trader yang sebelumnya aktif berspekulasi pada Pepe.

Open Interest turun 65% sejak breakdown

Trader tampak semakin menjauh dari pergerakan harga, meskipun terdapat peningkatan OI sebesar $46 juta atau Rp765 miliar pada pekan ini. Long Short Ratio yang berada di level 1.03 mengindikasikan adanya dorongan bullish yang perlahan kembali. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku pasar mulai bertaruh pada potensi kenaikan harga.

Mayoritas trader mempertahankan posisi yang mengarah pada peningkatan harga, sehingga memberikan peluang untuk pelepasan tekanan bearish lebih cepat dari pola head-and-shoulders yang dikhawatirkan banyak analis.

Prediksi Harga Pepe: Apakah Pepe Akan Menghilang?

Tidak semua pengamat pasar sepakat dengan pandangan Martinez yang mengarah pada potensi penurunan besar. Seorang analis bernama GalaxyBTC menilai bahwa kondisi saat ini masih menunjukkan tanda-tanda positif berdasarkan level support historis yang dianggap cukup kuat. Menurutnya, Pepe “masih terlihat baik” pada posisinya saat ini dan belum menunjukkan tanda kapitulasi.

$PEPE looks good here, under 2B market cap.

Very good. pic.twitter.com/jmuon2eM8v

— Galaxy (@galaxyBTC) November 26, 2025

Support tersebut berpotensi kembali menjadi titik peluncuran jika pola harga mempertahankan struktur yang sudah terbentuk. Sebuah channel menurun selama enam minggu terakhir kini mendekati area breakout, terutama karena sejumlah indikator momentum mulai menunjukkan perubahan arah menuju bullish.

Momentum RSI berada pada titik krusial karena garis indikator tersebut hampir menyentuh level 50 yang menjadi batas netral. RSI yang bergerak kembali di atas level itu biasanya menandakan munculnya kekuatan beli baru. MACD juga menunjukkan posisi yang masih jauh di atas garis sinyal, sehingga memberi ruang untuk kelanjutan tren naik jika pembeli meningkatkan tekanan.

Kedua indikator tersebut memperlihatkan bahwa kenaikan Open Interest pekan ini kemungkinan merupakan fase awal dari pembentukan tren bullish yang lebih kuat. Pergerakan ini juga mengindikasikan bahwa sebagian besar investor mencoba memanfaatkan area harga rendah untuk kembali masuk ke pasar, terutama setelah tekanan jual sebelumnya mereda.

Ambang utama untuk memastikan breakout berada di sekitar $0.0000047 atau Rp78.193. Jika harga mampu bertahan dan memantul dari area itu, potensi false breakout dapat diminimalkan. Apabila pola bullish ini berhasil terwujud sepenuhnya, target berikutnya mengarah pada zona permintaan di $0.000009 atau Rp149.733, sehingga menawarkan potensi keuntungan sekitar 95%.

Prospek ini dapat berkembang lebih jauh jika kondisi pasar mulai selaras dengan ekspektasi penurunan suku bunga di Amerika Serikat. Likuiditas yang lebih longgar biasanya mendorong investor untuk meningkatkan eksposur pada aset berisiko seperti meme coin. Target kenaikan hingga 5 kali lipat menuju level tertinggi sepanjang masa di $0.000028 atau Rp465.836 menjadi kemungkinan yang dipantau sejumlah analis teknikal ketika pasar memasuki fase bull market yang lebih matang.

PepeNode: Dapatkan Meme Coin Melalui Virtual Miner

Ingin mendapatkan eksposur ke meme coin tanpa harus menebak-nebak kapan waktu terbaik untuk masuk pasar?

PepeNode ($PEPENODE) menawarkan cara yang lebih praktis untuk mendapatkan hasil dari pasar meme coin tanpa perlu melakukan trading aktif, menentukan titik entry, atau membeli perangkat fisik. Konsepnya dirancang agar pengguna dapat menikmati peluang di sektor ini dengan proses yang sederhana namun tetap memberikan potensi hasil yang kuat.

Pepenode-Mining

Pengguna hanya perlu membangun virtual mining rigs, melakukan upgrade pada konfigurasi mereka, lalu mulai mengumpulkan reward dalam berbagai token populer seperti $PEPE, $FARTCOIN, dan beberapa aset lain yang sudah terintegrasi dalam ekosistemnya. Jumlah rig yang dijalankan menentukan besarnya reward, sehingga pengguna yang memperluas rig mereka berpeluang mendapatkan lebih banyak token setiap harinya.

Mapping your next move in Pepenode isn’t flavor.

It’s core gameplay that determines how fast you climb upgrade those Nodes! ⛏🔥 https://t.co/FaKIaBpf4I pic.twitter.com/vY69IDm3C1

— PEPENODE (@pepenode_io) November 27, 2025

Model gamifikasi ini memberikan pengalaman yang cepat, ringan, dan mudah disesuaikan. Proyek ini juga semakin menarik perhatian komunitas karena proses onboarding yang sederhana dan potensi imbal hasil yang besar bagi peserta yang aktif. Akses cepat dan mekanisme mining virtual menjadi dua elemen yang membuat banyak pengguna baru tertarik untuk mencoba.

Momentum pertumbuhan PepeNode meningkat pesat sepanjang fase presale. Penjualannya telah melampaui $2.2 juta atau sekitar Rp36,6 miliar, sedangkan peserta awal masih dapat menikmati imbal hasil hingga 585% APY melalui program staking. Angka ini menjadi daya tarik kuat bagi investor yang mencari proyek presale berpotensi tinggi dengan mekanisme reward yang kompetitif.

PEPENODE is heating up 🔥

2M Raised! ⛏https://t.co/FaKIaBpf4I pic.twitter.com/jd6PLovBJX

— PEPENODE (@pepenode_io) October 31, 2025

PepeNode juga menerapkan model deflasi bawaan. Sebanyak 70% dari total $PEPENODE yang digunakan untuk membeli node dan virtual rig akan dibakar. Mekanisme burn ini menciptakan kelangkaan yang mendukung nilai token dalam jangka panjang dan memberikan insentif lebih bagi pengguna untuk terlibat secara konsisten.

PepeNode menonjol sebagai alternatif modern untuk menangkap peluang pertumbuhan di sektor meme coin tanpa harus bergantung pada spekulasi harga atau perburuan momentum pasar. Pendekatan ini membantu pengguna mendapatkan hasil dari sisi fundamental proyek, bukan hanya dari volatilitas harga.

PepeNode membuka peluang baru bagi investor yang ingin memperoleh eksposur ke sektor meme coin tanpa tekanan memilih entry point atau menunggu siklus pump berikutnya. Pendekatan virtual mining yang digunakan proyek ini memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk terlibat sesuai ritme mereka, sehingga pengalaman investasi menjadi lebih terstruktur dan mudah dikelola. Model ini juga membantu investor pemula memahami aliran reward tanpa menghadapi kompleksitas trading langsung.

Beli Pepenode di Sini

Rekomendasi Artikel Tambahan

Pembaca yang ingin memahami proses membeli token PepeNode dapat membaca panduan lengkap Cara Beli PepeNode untuk Pemula. Panduan tersebut membantu pengguna melewati setiap langkah mulai dari persiapan wallet, pemilihan platform, hingga proses pembelian token. Penjelasan yang disajikan membuat pemula dapat mengikuti proses dengan percaya diri dan aman.

Pembaca yang mempertimbangkan PepeNode sebagai aset jangka panjang dapat mempelajari Prediksi Harga PepeNode 2025–2030. Analisis tersebut membahas potensi pertumbuhan proyek dalam beberapa tahun ke depan, mencakup dinamika pasar, faktor permintaan, serta skenario valuasi yang mungkin terjadi. Informasi ini membantu investor menilai prospek token secara lebih menyeluruh.

Beli Pepenode di Sini

Penutup

Pasar crypto menghadirkan peluang besar sekaligus risiko yang perlu diperhitungkan dengan matang. Pergerakan Pepe yang masih berada dalam tekanan menunjukkan bahwa pasar meme coin dapat bergerak sangat cepat, sehingga pemantauan teknikal dan fundamental menjadi faktor penting sebelum menentukan strategi. Analis terbagi antara skenario bearish dan peluang rebound, sehingga investor perlu memperhatikan level teknikal utama seperti area support dan potensi breakout.

PepeNode hadir sebagai opsi alternatif bagi mereka yang menginginkan eksposur ke meme coin tanpa bergantung pada ketepatan waktu trading. Model virtual mining memberikan cara baru untuk mendapatkan reward dari ekosistem tanpa harus berhadapan langsung dengan volatilitas harian. Mekanisme burn dan potensi APY tinggi juga memperkuat daya tariknya bagi investor yang mencari proyek presale dengan struktur reward menarik.

Kombinasi analisis pasar Pepe dan peluang yang ditawarkan PepeNode membantu investor memahami dua pendekatan berbeda dalam mengejar peluang di sektor meme coin. Pendekatan trading aktif membutuhkan ketelitian tinggi, sedangkan model mining virtual membuka jalan bagi pengalaman yang lebih stabil dan mudah diakses. Keduanya memberikan gambaran luas mengenai cara investor dapat beradaptasi dengan dinamika pasar meme coin yang cepat.

Beli Pepenode di Sini

Bergabung dengan Komunitas Telegram Cryptonews

Komunitas yang ingin mengikuti pembaruan pasar setiap hari dapat bergabung dengan grup Telegram Cryptonews. Grup ini menyajikan diskusi seputar pergerakan market, update presale, serta insight yang relevan untuk membantu investor menemukan peluang baru. Keterlibatan dalam komunitas juga membantu pengguna memahami tren lebih cepat dan membuat keputusan investasi dengan lebih percaya diri.

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Pepe: Analis Memperingatkan Potensi Kejatuhan Lebih Dalam – Apakah PEPE akan Menghilang Seperti Meme Coin Lain? appeared first on Cryptonews Indonesia.

  •  

Kripto Terbaik untuk Dibeli Sekarang 28 November – XRP, Solana, Ethereum

Kripto Terbaik untuk Dibeli Sekarang 28 November – XRP, Solana, Ethereum

Pergerakan pasar crypto kembali menarik perhatian setelah Bitcoin sempat menembus rekor tertinggi $126.080 atau sekitar Rp2.096.803.000 pada 6 Oktober. Pergerakan ini diikuti koreksi selama satu bulan, yang membawa BTC turun hingga mendekati $82.000 pekan lalu, titik yang banyak dianggap sebagai area bottom jangka pendek.

Harga BTC kini kembali berada di atas $91.000 dan kondisi pasar terlihat lebih stabil. Investor berpengalaman menilai fase ini sebagai pendinginan sehat setelah akumulasi panjang dan memandang momentum baru siap terbentuk, terutama pada altcoin utama.

Bitcoin Turun, Altcoin Bersiap Menguat

Setelah lonjakan singkat di atas level tertinggi sepanjang masa di $126.080 pada 6 Oktober, Bitcoin bergerak turun selama sebulan penuh. Aset ini tergelincir ke area dasar baru di kisaran $82.000 pada hari Jumat lalu, zona yang dianggap banyak trader sebagai titik dasar berikutnya. Kondisi hari ini menunjukkan BTC kembali stabil di atas $91.000 dan situasinya terlihat baik.

Nama KoinBitcoin (BTC)
Bitcoin Harga$85,422.59
Bitcoin ATH$126,173.18 (October 6, 2025)
Bitcoin Perubahan Harga dalam 24 Jam -6.3200%
Bitcoin Perubahan Harga dalam 7 Hari -3.96%
Bitcoin Kapitalisasi Pasar$1.70T
Sirkulasi Pasokan19.96M
btc logo
Bitcoin (BTC)
24 jam7 hari30 hari1 TahunSepanjang waktu

Investor lama tidak menunjukkan kepanikan. Para pendukung jangka panjang memandang penurunan ini sebagai periode pendinginan sehat setelah berbulan akumulasi tanpa henti, fase yang berfungsi menyingkirkan leverage berlebihan, menurunkan spekulasi berlebihan, dan mengatur ulang pasar untuk persiapan kenaikan berikutnya.

Dominasi Bitcoin saat ini tidak lagi memegang kendali penuh atas narasi crypto. Kemungkinan besar fase bullish berikutnya akan berputar pada altcoin. Kondisi ini menciptakan peluang terbaik untuk mulai mengakumulasi XRP, Solana, dan Ethereum.

XRP (XRP): Kandidat Terdepan untuk Masa Depan Pergerakan Uang Global

Ripple XRP memimpin sektor pembayaran internasional di industri crypto berkat kecepatan settlement tinggi dan biaya transaksi sangat rendah. Kombinasi ini menempatkan XRP Ledger sebagai alternatif yang lebih efisien dibanding SWIFT.

Solusi Ripple mendapat sorotan dalam riset dari UN Capital Development Fund dan pihak Gedung Putih. Daftar mitra perbankan Ripple yang terus bertambah menjaga posisi XRP tetap berada di tiga besar proyek utama dengan kapitalisasi pasar lebih dari $132 miliar.

Peluncuran stablecoin RLUSD yang dipatok dolar Amerika Serikat menunjukkan komitmen Ripple untuk menguasai masa depan pembayaran digital berbasis on-chain. Setiap transaksi RLUSD pada XRP Ledger mengurangi sedikit pasokan XRP dari peredaran, yang menghubungkan nilai XRP dengan meningkatnya penggunaan solusi Ripple.

XRP (XRP)- Kandidat Terdepan untuk Masa Depan Pergerakan Uang Global Medium

XRP naik 53 persen dalam satu tahun terakhir, mengakhiri stagnasi enam tahun setelah mencapai rekor baru di $3.65 pada Juli. Pada periode yang sama Bitcoin turun 2 persen.

Nama KoinBitcoin (BTC)
Bitcoin Harga$85,422.59
Bitcoin ATH$126,173.18 (October 6, 2025)
Bitcoin Perubahan Harga dalam 24 Jam -6.3200%
Bitcoin Perubahan Harga dalam 7 Hari -3.96%
Bitcoin Kapitalisasi Pasar$1.70T
Sirkulasi Pasokan19.96M
btc logo
Bitcoin (BTC)
24 jam7 hari30 hari1 TahunSepanjang waktu

Relative Strength Index XRP berada di kisaran 55 dan harga saat ini di $2.19 sedikit berada di atas moving average 30 hari. Permintaan XRP terlihat meningkat dengan kenaikan 5 persen setelah sembilan ETF XRP resmi dirilis.

ETF tambahan kemungkinan hadir dan dapat menarik modal institusional dalam jumlah besar. Regulasi crypto dari Amerika Serikat yang sudah lama dinantikan dapat mendorong XRP untuk mencapai $10 atau Rp166.370 pada 2026.

Solana (SOL): Penantang Terbesar Ethereum yang Membidik Level Seribu Dolar

Solana telah membangun reputasi sebagai salah satu jaringan smart contract tercepat dan paling efisien di industri. Kapitalisasi pasarnya kini mendekati $80 miliar atau sekitar Rp1.330.960.000.000.000 dan total value locked dalam ekosistem DeFi miliknya melampaui $9 miliar atau sekitar Rp149.733.000.000.000 yang memperkuat posisinya sebagai pesaing terkuat Ethereum.

Peluncuran Solana spot ETF dari Grayscale dan Bitwise pada bulan lalu memberi akses langsung bagi institusi besar. Riwayat pasar menunjukkan akses semacam ini sebelumnya memicu lonjakan besar pada Bitcoin dan Ethereum di siklus-siklus sebelumnya.

SOL sempat menyentuh dasar di kisaran $100 atau Rp1.663.700 lebih awal tahun ini. Harga hari ini berada di sekitar $142 atau Rp2.362.000 dan bergerak dalam zona support. Pola bullish flag yang terbentuk sejak pertengahan September memberi sinyal potensi breakout, dengan support psikologis kuat di area berikutnya yaitu $200 atau Rp3.327.400 dan resistance signifikan di area $250 atau Rp4.159.250.

Solana (SOL)- Penantang Terbesar Ethereum yang Membidik Level Seribu Dolar Medium
Nama KoinBitcoin (BTC)
Bitcoin Harga$85,422.59
Bitcoin ATH$126,173.18 (October 6, 2025)
Bitcoin Perubahan Harga dalam 24 Jam -6.3200%
Bitcoin Perubahan Harga dalam 7 Hari -3.96%
Bitcoin Kapitalisasi Pasar$1.70T
Sirkulasi Pasokan19.96M
btc logo
Bitcoin (BTC)
24 jam7 hari30 hari1 TahunSepanjang waktu

Kenaikan kuat di atas rentang tersebut dapat mendorong SOL menembus rekor tertinggi sebelumnya di $293.31 atau Rp4.878.000 dengan proyeksi optimistis yang menargetkan $750 atau Rp12 juta pada reli Q4 yang solid.

Solana terus menarik proyek tokenisasi Real World Asset berkat biaya transaksi sangat rendah dan kecepatan jaringan yang tinggi. Sejumlah institusi besar seperti BlackRock dan Franklin Templeton telah menerbitkan aset dunia nyata dalam bentuk token di jaringan Solana.

Ethereum (ETH): Raksasa Smart Contract yang Bersiap Memasuki Fase Perluasan Besar

Ethereum mempertahankan peran sebagai fondasi utama bagi decentralized finance dan ekosistem Web3 yang lebih luas. Kapitalisasi pasarnya berada di atas $366 miliar yang menegaskan skalanya sebagai jaringan smart contract dominan.

Nama KoinBitcoin (BTC)
Bitcoin Harga$85,422.59
Bitcoin ATH$126,173.18 (October 6, 2025)
Bitcoin Perubahan Harga dalam 24 Jam -6.3200%
Bitcoin Perubahan Harga dalam 7 Hari -3.96%
Bitcoin Kapitalisasi Pasar$1.70T
Sirkulasi Pasokan19.96M
btc logo
Bitcoin (BTC)
24 jam7 hari30 hari1 TahunSepanjang waktu

Total value locked Ethereum mendekati $70 miliar di seluruh protokol DeFi yang memposisikan jaringan ini sebagai pusat aplikasi terdesentralisasi dan komponen penting di lanskap blockchain global.

Potensi bullish market dapat membawa ETH menuju $10.000 atau Rp166.370.000 sebelum akhir tahun, lompatan besar dari harga hari ini di $3.000 atau Rp49.911.000 dan hampir dua kali lipat dari puncak sebelumnya di $4.946 atau Rp82. juta yang tercapai pada Agustus.

Ethereum (ETH)- Raksasa Smart Contract yang Bersiap Memasuki Fase Perluasan Besar Medium

Upgrade Fusaka yang akan hadir awal Desember difokuskan untuk meningkatkan ketersediaan data bagi jaringan Layer 2 dan juga memperkuat aspek keamanan, efisiensi energi, serta skalabilitas. Pembaruan ini berpotensi mendorong ETH lebih dekat ke area $5.000 atau Rp83.185.000 pada akhir bulan.

Perjalanan ETH menuju $10.000 akan bergantung pada kejelasan regulasi crypto dari Amerika Serikat dan kondisi makro yang lebih mendukung. Kedua faktor ini dapat membuka pintu bagi arus modal institusional besar.

Ethereum lebih awal tahun ini berhasil breakout dari pola bullish flag dan melonjak dari $1.800 atau Rp29.946.600 menuju level tertinggi sepanjang masa. Momentum yang lebih kuat dibutuhkan untuk mendorongnya memasuki wilayah lima digit.

Bitcoin Hyper (HYPER): Perpaduan Meme Culture dan Inovasi Layer-2 Berkecepatan Tinggi di Jaringan Bitcoin

Bitcoin Hyper muncul sebagai kandidat kuat untuk tahun 2026 berkat pendekatan unik yang menggabungkan identitas meme coin dengan teknologi Bitcoin Layer 2 berperforma tinggi. Proyek ini menghadirkan throughput cepat, biaya transaksi yang sangat rendah, serta kemampuan smart contract penuh yang membuka peluang utilitas besar di ekosistem Bitcoin.

Bitcoin Hyper

Arsitektur Bitcoin Hyper dibangun menggunakan Solana Virtual Machine yang memberi fondasi teknis kuat bagi kecepatan jaringan. Fitur seperti decentralized governance dan Canonical Bridge memungkinkan perpindahan Bitcoin lintas blockchain secara efisien dan aman, yang menjadi daya tarik utama bagi pengguna dan developer.

Performance defines what’s possible. ⚡

Bitcoin Hyper is benchmarking how to deliver Solana-grade throughput on a Bitcoin-anchored SVM rollup—balancing speed, cost, and security with real data, not hype.

Read more: https://t.co/dq0itEGBR8 pic.twitter.com/n26s7C28N5

— Bitcoin Hyper (@BTC_Hyper2) November 27, 2025

Presale HYPER sudah melampaui pendanaan $28.5 juta atau sekitar Rp474 miliar yang menunjukkan minat awal sangat besar dari komunitas. Analis crypto populer Borch Crypto menilai token ini memiliki potensi pertumbuhan signifikan hingga mencapai kenaikan seratus kali lipat.

Hyper is getting HYPED! ⚡

28M Raised! 🔥 pic.twitter.com/LxiuHbDpAH

— Bitcoin Hyper (@BTC_Hyper2) November 19, 2025

Audit terbaru dari Coinsult menegaskan tidak ada kerentanan smart contract yang ditemukan pada proyek ini. Temuan tersebut memperkuat kredibilitas Bitcoin Hyper, terutama karena token HYPER berfungsi sebagai penggerak utama biaya jaringan, mekanisme governance, dan opsi staking bagi investor awal dengan imbal hasil hingga 40 persen APY.

Narasi yang berkembang di komunitas menyatakan bahwa tahun depan Bitcoin akan memasuki fase HYPER, yang menandai kombinasi adopsi teknologi baru dengan momentum pasar yang semakin luas.

Kunjungi situs resmi presale atau ikuti Bitcoin Hyper melalui platform X dan Telegram untuk mendapatkan informasi terbaru seputar proyek ini.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Rekomendasi Bacaan Tambahan untuk Memperdalam Analisis Bitcoin Hyper

Pembaca yang tertarik memahami mekanisme pembelian token HYPER secara aman dapat mempelajari panduan lengkap Cara Beli Bitcoin Hyper untuk Pemula. Artikel tersebut menjelaskan langkah teknis, metode pembayaran, hingga cara memverifikasi transaksi di jaringan dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami. Pemahaman mengenai proses pembelian memberikan dasar kuat bagi investor baru agar dapat memasuki presale dengan percaya diri.

Investor yang ingin menilai prospek jangka panjang Bitcoin Hyper dapat membaca Prediksi Harga Bitcoin Hyper 2025 hingga 2030. Pembahasan ini memberikan gambaran kemungkinan pergerakan harga berdasarkan analisis tren pasar, struktur token, utilitas jaringan, serta faktor ekonomi yang berpotensi memengaruhi adopsi. Informasi tersebut membantu investor membangun strategi yang lebih matang.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Bergabung dengan Komunitas Telegram Cryptonews Indonesia

Komunitas Telegram Cryptonews Indonesia menyediakan ruang diskusi yang aktif bagi pembaca yang ingin mengikuti perkembangan terbaru di dunia crypto. Anggota mendapatkan akses cepat ke update harga, analisis pasar harian, penjelasan projek presale, serta ringkasan berita penting. Percakapan yang berlangsung di grup membantu investor memahami pergerakan pasar secara lebih dinamis dan memberi peluang untuk bertanya langsung mengenai tren dan potensi aset tertentu.

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Kripto Terbaik untuk Dibeli Sekarang 28 November – XRP, Solana, Ethereum appeared first on Cryptonews Indonesia.

  •  

Xiaomi 17 Ultra’s camera kit certified: Doubles as a 90W power bank

A new Xiaomi accessory with the model number 25125PS17S has been certified via 3C certification by China’s Ministry of Industry and Information Technology, confirming its role as the next professional photography handle designed for the Xiaomi 17 Ultra. Industry sources, including Digital Chat Station, indicate this accessory will feature power-bank functionality, further improving convenience during field photography.

What the New Certification Tells Us

The certificate confirms that Xiaomi is working on an advanced camera handle developed specifically for the Xiaomi 17 Ultra, and this will become the first device based on the Snapdragon 8 Elite platform to obtain all three regulatory approvals. The accessory is likely to serve both as an ergonomic grip and as an emergency source of power, which would reflect Xiaomi’s strategy for integrating imaging-focused design with practical mobility enhancements.

DCS 17 Ultra Kit

Like its predecessor models, the Xiaomi 17 Ultra is intended to extend its professional imaging ecosystem. Given that the official specifications remain undisclosed, early reports indicate that this clip-on grip will mark a major upgrade from existing solutions by integrating both hardware and usability improvements fitted for mobile creators.

Expected Features According to Previous Imaging Kits

Pricing and specifications regarding the new model have not been announced, but earlier kits provide some good reference points. To put that into perspective, the Xiaomi 15 Ultra Professional Imaging Kit launched in China for 999 yuan (around USD 140), while bundle pricing reached 699 yuan (around USD 98). The kits have come in various finishes, including Gold Gray and a Collector’s Edition variant, introducing modular design attributes.

Key design elements observed in the previous generation:

  • Detachable metal finger grip suited for long handheld sessions
  • Replaceable physical shutter button for tactile photography
  • Integrated 2000 mAh battery enabling on-the-go charging
  • IP 54 protection against dust and splashes
  • Support for 90W Xiaomi Hyper Wired Fast Charging

These features give a hint about how Xiaomi might position the new grip, especially if the company wants to extend ergonomic stability, battery redundancy, and durability for outdoor imaging.

Xiaomi 15 Ultra New Colors 4 Xiaomi 15 Ultra New Colors 5

How It Fits Into Xiaomi’s Imaging Strategy

The Xiaomi 17 Ultra is expected to further expand Xiaomi’s mobile imaging systems through a cohesive accessory ecosystem. The new photography handle, by incorporating power support with improved hand-feel, also falls into the long-term strategy of the company in terms of hardware-level upgrade to imaging capability without asking customers to migrate to traditional cameras. This direction is also consistent with the broader goals of the HyperOS ecosystem, which prioritize seamless accessory integration along with professional workflow support.

Source

  •  

Bahaya Mencari Petunjuk di Luar Syariat Islam

Diriwayatkan dalam hadis sahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah marah kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu ketika beliau mendapati Umar membaca lembaran-lembaran Taurat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, [ أَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا بْنَ الخَطَّابِ؟ أَلَمْ آتِ بِهَا بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ؟! لَوْ كَانَ أَخِيْ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسَعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي [رواه أحمد والدارمي […]

The post Bahaya Mencari Petunjuk di Luar Syariat Islam appeared first on Muslim.or.id.

  •  

Ubuntu 26.04 Replaces System Monitor and Totem with New Apps

Ubuntu developers confirm plans to ship 2 new apps in Ubuntu 26.04 LTS, replacing its video and system monitor apps with a pair it feels are more 'modern'.

You're reading Ubuntu 26.04 Replaces System Monitor and Totem with New Apps, a blog post from OMG! Ubuntu. Do not reproduce elsewhere without permission.

  •  

Do Xiaomi users prefer an iOS-like interface or Xiaomi’s own unique design?

The long-term evolution of Xiaomi’s software experience has raised an important discussion among users: should Xiaomi further move into adopting an iOS-inspired visual language, or return to a more original and performance-oriented identity similar to MIUI 9? As the Human x Car x Home ecosystem by Xiaomi expands with HyperOS, this debate has gained momentum across global markets. Early feedback collected from community reports, interface reviews, and feature comparisons shows that user expectations vary considerably depending on usage habits and device categories.

Changing the Game from MIUI 9 to HyperOS

Only in that comparison-the performance-first engineering of MIUI 9 versus the modern visual architecture of HyperOS-can the design transformation of Xiaomi be contextualized. While MIUI 9 aimed for minimalism, fast animations, and strict resource allocation, HyperOS replaced those with advanced rendering effects, layered blur structures, and a split Control Center reminiscent of modern iOS releases.

MIUI 9 1 HGyperos cONTROL center

The Role of Design Evolution

This shift to a richer visual identity has been influenced by evolving user needs, larger display technologies, and the requirement for an interface suitable for phones, tablets, wearables, and automotive systems. Because HyperOS acts as a unified platform across these categories, consistency is favored over pure performance. The reason being that some users appreciate its premium aesthetics, whereas others miss the direct and fast interaction model of MIUI 9.

Why Some Users Prefer an iOS-Like Experience

For many users, including those who have recently migrated from iPhone or are used to the iOS-influenced design language, Xiaomi’s new direction is highly valued. They point out that daily operations are much more intuitive with the familiar layout, unified toggles, dynamic elements like Super Island, and better visual depth.

HGyperos cONTROL center HyperOS Control Center Mod 3

Adoption Patterns Across Markets

iOS remains a strong aspirational reference point in China, especially in premium segments. HyperOS from Xiaomi resonates strongly with users seeking modernity and consistency across smartphones, tablets, and the SU7 vehicle. This alignment further improves app compatibility patterns for large-scale local services such as WeChat, Alipay, and Meituan, in support of overall user satisfaction.

Why Some Users Prefer Xiaomi’s Original Approach

On the other hand, long-time Xiaomi users, power enthusiasts, and Android-centric communities believe that Xiaomi should work towards a more distinguished visual identity. For this audience, MIUI 9 is valued due to its fast response times, all-in-one notification panel, and less complex animation logic.

MIUI 9

Performance, Consistency and Control

It is also not uncommon for them to point out that, with less powerful hardware, the visual effects-real-time blurring, dynamic renderings-actually limit performance. They want options for how the interface works, such as being able to toggle between the Android-style unified panel and the new split Control Center; the inability to do so on some of the HyperOS builds tends to be a major factor of dissatisfaction.

Strategic Factors Behind Xiaomi’s Current Direction

From the perspective of business, design decisions by Xiaomi strongly support broader strategic objectives: with increasing exposure to the premium smartphone category, along with growing the ecosystem via SU7 and smart home products, a unified visually rich interface becomes of prime importance.

Alignment with the Premium Segment

The high-end Xiaomi offerings, like the Xiaomi 15 Ultra or Xiaomi 14 Ultra, usually match up to and surpass the flagships of iPhones in categories above the $900 USD range. For these categories, visual polish and perceived premium quality make a huge difference in user expectations. The aesthetic approach of HyperOS attains this with a modern, recognizable design and consistency across product lines.

Whether Xiaomi wants to give users an iOS-like interface or something quintessentially Xiaomi in design is a question that does not have a singular answer. Instead, it reflects the diversity of Xiaomi’s global audience: power users emphasize originality and performance efficiency, while mainstream and premium-segment users value familiarity, visual sophistication, and ecosystem consistency.

As Xiaomi continues to develop HyperOS for phones, vehicles, and smart home devices, the challenge will be juggling this diversity while sustaining a coherent design identity.

  •  

Top 5 budget power banks for Xiaomi, Redmi and POCO users

With Xiaomi, Redmi, and POCO smartphones continuing to adopt brighter AMOLED displays, multi-core Snapdragon 8 Elite processors, and high-speed 5G modems, demands for stable, fast, and efficient mobile energy solutions have increased significantly. These technologies raise energy consumption and create a clear need for power banks capable of activating Xiaomi’s fast-charging standards such as Mi Turbo Charge and HyperCharge. In this article, we will be discussing the most balanced 10,000mAh power banks optimized for Xiaomi devices, complemented with a technical comparison for users across the global market.

Understanding Energy Requirements in the Xiaomi Ecosystem

There’s also the fact that high-refresh AMOLED panels and advanced chips significantly increase current draws, so fast-charging support is already quite a necessity. For Xiaomi users, the most valuable power bank is not the one offering the highest mAh, but rather the one capable of triggering the correct Xiaomi fast-charge protocol. A 10,000mAh capacity remains the most practical level because it balances weight efficiency, travel compatibility, and charging speed.

Why 10,000mAh is the Optimal Capacity

A typical unit with 10,000mAh weighs between 200g and 250g, adequate for everyday use and short trips. Versions with 20,000mAh usually exceed the 450g threshold to become less portable. Furthermore, 10,000mAh is well below the 100Wh limit imposed by aviation, which makes it safe for cabin transportation on international flights. This means that, for Xiaomi users, the ratio of performance to portability is highest in this category.

Top 5 Power Banks for Xiaomi, Redmi and POCO

1. Cuktech 10 (PB100P) – Peak Performance Leader

Cuktech is part of Xiaomi’s former ZMI power solutions division and presents one of the most impressive engineering designs in the class. The Cuktech 10 boasts 21700 battery cells, popular in electric vehicle engineering, that provide stable voltage and superior thermal efficiency.

The device supports up to 120W Xiaomi HyperCharge, which will allow models like the POCO F6 Pro or Xiaomi 13 Pro to reach their maximum charging profiles using compatible cables. With a 90W input rating, the power bank itself recharges much quicker than usual designs, allowing for greater uptime for intensive users.

Cuktech 10 PB100P details Cuktech 10 PB100P

2. Xiaomi 33W Power Bank 10000mAh Pocket Edition Pro

This model caters specifically to Xiaomi’s mainstream 33W charging ecosystem, used in devices such as the Redmi Note series and the POCO X series. Thanks to compatibility with Xiaomi’s internal PMIC, the device consistently triggers Mi Turbo Charge without falling back to lower USB-PD levels. The compact design makes it perfect for everyday carrying, and dual-direction 22.5W fast charging means efficient recovery time.

Xiaomi 33W Power Bank 10000mAh 2 Xiaomi 33W Power Bank 10000mAh

3. Xiaomi 33W Integrated Cable Power Bank

This alternative 10,000mAh Xiaomi option comes with an inbuilt USB-C cable that should reduce accessory clutter when traveling. With its dedicated 33W output, it provides reliable performance for Redmi Note and POCO devices, especially for users who prefer a minimalistic, cable-free design. Its integrated cable also eliminates handshake issues with low-quality third-party cables.

Xiaomi 33W Integrated Cable Power Bank 2 Xiaomi 33W Integrated Cable Power Bank

4. Baseus Adaman2 30W

Baseus integrates modern USB-PD and PPS standards, enabling compatible Xiaomi devices to reach up to 30W charging in global markets. The metal housing supports effective heat dissipation, making the unit suitable for mid-range POCO or Redmi models that benefit from stable power delivery. The efficient cell structure and compact form factor also support extended longevity.

Baseus Adaman2 30W 2 Baseus Adaman2 30W

5. UGREEN Uno 30W

UGREEN’s Uno 30W offers PPS-enabled charging that benefits the Xiaomi devices capable of flexible voltage negotiation. Though it doesn’t trigger Xiaomi’s proprietary fast-charge profiles like Mi Turbo Charge, the universal PD compatibility makes it really great for multi-device use. If you have a mixed ecosystem of laptops, tablets, and accessories, this model delivers widespread flexibility.

UGREEN Uno 30W 32 UGREEN Uno 30W

The best power bank for a Xiaomi, Redmi, or POCO user should support not only high mAh capacity but also correct protocol compatibility. Models like the Cuktech 10 and Xiaomi Pocket Edition Pro stand out by offering flawless handshake performance with the Chinese company’s charging architecture, while Baseus and UGREEN are strong PD-PPS alternatives with international users in mind. Comparing the output in wattage, cell structure, and protocol support will enable buyers to make the best choice for efficient real-world mobility.

  •  

MIUI’s most iconic features that still shape the Xiaomi experience today

MIUI’s journey between 2010 and 2024 created one of the most influential Android software ecosystems in the world. As Xiaomi prepares its whole lineup for the fully optimized HyperOS environment, many users still remember the defining features that differentiated MIUI. From deep customization tools to advanced privacy systems, MIUI restructured how millions interact with their Xiaomi, Redmi, and POCO devices. In this analysis, we look into the five most iconic MIUI features that etched a permanent mark on Xiaomi’s software identity.

The Theme Store: Where Personalization Enters a Whole New Dimension

The MIUI Theme Store was one of Xiaomi’s first innovations, offering users a single-tap way to change the look and feel of their device. MIUI introduced a system-level theme engine that replaced icons, fonts, animations, and UI elements. This level of accessible customization was a significant departure from the limited aesthetic controls in early Android versions, which helped set MIUI apart from its competitors.

HyperOS Themes China 2 HyperOS Themes China 3 HyperOS Themes China 1

Design Ecosystem and Global Availability

With time, the Theme Store grew to include professional-grade designs, added monetization tools, and region-specific content. China ROM users had always enjoyed deeper customization options—things like advanced fonts and animated lock screens, for instance—but region switching often allowed global users to unlock added features. HyperOS introduced new “artistic lock screens” and depth effects, although many of the older MIUI themes are no longer compatible.

Xiaomi HyperOS 3 Lock Screen Customizations 1 Xiaomi HyperOS 3 Lock Screen Customizations 2 Xiaomi HyperOS 3 Lock Screen Customizations 3

Second Space: One Device, Two Worlds

Second Space, launched with MIUI 8, was one of the most innovative features for privacy in the industry. It was not a simple user profile, but a separate space with its apps, files, and settings. And unlocking each of them with different fingerprints made the experience seamless and highly secure.

Second Space 2 Second Space 1

Privacy and Professional Separation

Second Space let users delineate a clear line between the private and professional digital spaces. Though Xiaomi continues support for advanced privacy tools in the form of HyperOS, Second Space has been dialed back due to performance requirements on lower-cost devices, making it more of a premium model staple.

Dual Apps: Organizing Personal and Business Identities

In areas where dual-SIM usage is the norm, MIUI’s Dual Apps feature became a vital utility. It popped up with MIUI 8 and gave users the ability to create separate instances of apps like WhatsApp or Facebook without having to rely on slow, ad-heavy third-party cloning tools.

Screenshot 2024 05 14 00 29 49 636 com.miui .securitycore Dual Apps Dual Apps 2 Dual Apps 1

Stability through system-level integration

Dual Apps relied on system-level managed profiles for better performance and fewer compatibility issues. The feature is also widely available on HyperOS, but some background limitations remain to be optimized for notifications and multitasking.

Scrolling Screenshots: Efficient Content Capture

Years before Google added long screenshot support to Android, MIUI users were taking screenshots of entire webpages, chats, or documents with an intuitive scroll-to-capture feature. This convenience became a daily essential for millions of users and contributed to MIUI’s reputation for practical innovation.

Influence on Industry Standards

MIUI implemented this feature so well that it encouraged Android developers to natively support it in later versions. In HyperOS, this feature lives along with the native engine of Android and keeps on providing reliable long-form screenshot captures.

Super Wallpapers: Visual Excellence on the Lock Screen

Introducing one of the most graphically advanced smartphone experiences of the decade, MIUI 12’s Super Wallpapers combine high-resolution satellite imagery with 3D animation. Users transitioned seamlessly from Always-On Display to Lock Screen and Home Screen through cinematic zoom sequences.

HyperOS Super Wallpaper Selection 3 HyperOS Super Wallpaper Selection 2

Hardware Requirements and HyperOS Evolution

Because of the processing demands, Super Wallpapers were limited to high-end Xiaomi and Redmi devices, which boast powerful GPUs. Super Wallpapers remain exclusive to HyperOS, with additions like The Moon continuing Xiaomi’s work to make visually smooth and immersive designs.

Intro and Conclusion: The Never-Dying Spirit of MIUI

While Xiaomi is transitioning towards the more efficient and ecosystem-driven platform HyperOS, among the long-time users, the memories of MIUI are strong. Each of the features discussed here—Theme Store, Second Space, Dual Apps, Scrolling Screenshots, and Super Wallpapers—are more than just tools; they represent Xiaomi’s ambition to extend control, creativity, and convenience to users at every level. HyperOS refines this system with modern architecture, but the legacy of MIUI will continue to influence Xiaomi’s software philosophy.

  •  

Best Xiaomi HyperOS region: Which Global ROM is truly better?

The regional firmware structure at Xiaomi has become a key differentiator of user experience on both HyperOS and the legacy MIUI devices. Each region—be it EEAGlobalTaiwanIndonesiaIndia, or Russia—employs different system applications, privacy architectures, and feature sets. For most users, this often boils down to whether native call recording, dialer integration, update cadence, and system stability fit their expectations. This article provides a clear technical overview of regional ROM variations, referencing our resources such as Xiaomi HyperOS features and Xiaomi 14 series updates for deeper context.

Understanding Xiaomi’s Regional ROM Structure

Thus, the global strategy of software distribution by Xiaomi is based on compliance with local legislations, the policy of Google Mobile Services, and particular market requirements. That is why several lines of firmware can have the same hardware base but work with different application ecosystems. Regional ROM identities are given by firmware code names such as EUMITWIDIN, or RU, shaping the system experience in their own way.

Typically, a Xiaomi ROM will include a unified kernel layer, a framework layer with partial integration of either Google or Xiaomi cloud services, and then a top application layer where differences tend to be most apparent. Call recording, SMS frameworks, the default type of dialer, and pre-installed applications all fall under this topmost layer completely, meaning there are some functional reasons to prefer certain regions over others.

Why Taiwan (TW) is the optimal region

The Taiwan ROMs stick with Xiaomi’s native dialer and messaging applications, thus offering integrated call recording without audible announcements. That makes the Taiwan variant one of the most wanted ROMs from users around the world who value consistent functionality and local-first Xiaomi design. Another great thing about the ROM is that it is free of excessive third-party apps and retains full compatibility with global hardware.

Despite getting major HyperOS updates a bit later than Global or EEA ROMs, Taiwan builds tend to exhibit better stability since they package in fixes rolled out in earlier regions. With the balance of feature richness, regulatory flexibility, and Xiaomi-native application support, Taiwan represents the most optimal choice for people who want a unified experience of HyperOS.

photo 2025 11 27 17 49 10 2 photo 2025 11 27 17 49 10 3 photo 2025 11 27 17 49 10 photo 2025 11 27 17 49 09

Europe (EEA) Region: Stability and Compliance

Since the EEA ROM is based on European data protection and digital market regulations, it removes system ads, limits telemetry, and has strict privacy boundaries. Xiaomi optimizes EEA firmware for consistency and reliability, often releasing its updates before most other regions except China. Although native call recording isn’t supported due to Google Dialer requirements, the EEA ROM is highly recommended to those who want regulatory compliance, data security, and long-term stability.

Indonesia (ID) Region: A Functional Alternative

Indonesia ROMs also use Xiaomi’s native dialer and messaging suite, offering call recording and better integration with the Xiaomi ecosystem. However, the region includes more partner apps to satisfy the needs of the local market. Some phones with HyperOS 2.0 have started featuring early hints of a move back to Google Dialer, but for now this is model dependent. It works, but this uncertainty puts Indonesia below Taiwan in terms of predictable feature support over the longer term.

HyperOS 2 and 3 Effects on Regional Variations

HyperOS 2 and 3 has a much more unified codebase, reducing the visual and functional differences between regions. However, this is still hampered by regulatory constraints on dialer availability and the behavior of call recording. Some regions, especially Indonesia, have seen partial alignment to Global standards in HyperOS 2 and 3 On the contrary, Taiwan still sticks with Xiaomi’s homebrew communication suite, solidifying it as a stable and feature-complete option.

Safely Switching Regions and Bootloader Considerations

Users can switch regions by unlocking their bootloader, flashing the desired ROM, and relocking, provided that hardware and firmware compatibility is maintained. Most Global hardware can support Taiwan, EEA, Indonesia, Russia, and Turkey ROMs for proper relocking. However, if relocking with mismatched hardware-for example, installing Global firmware on a China-specific model-it will brick the device irreversibly. For users who do not unlock the bootloader, OTA region-switching methods are work.

Recommended Xiaomi Region Selection Summary

  • Best Overall: Taiwan (TW) – Native dialer, stable performance, minimal bloat.
  • Best for Privacy & Stability: EEA (EU) – GDPR compliance and early updates.
  • Best Alternative with Native Dialer: Indonesia (ID) – Functional but variable.
  • Best for Pure Google Experience: Global (MI) – Broad availability and support.

  •  

Upcoming emulator driver fixes frame drops on Xiaomi devices

The latest report from Android Authority mentions something very important for high-end Android devices on the Snapdragon 8 Elite and Snapdragon 8 Elite Gen 5 platforms. This includes future Xiaomi models such as the Xiaomi 15 seriesXiaomi 17 seriesPOCO F7 UltraPOCO F8 Ultra, and MIX Flip 2. According to information provided through development platforms, a new open-source Turnip driver is under preparation with the goal of solving emulator stuttering, frame drops, and compatibility issues, problems that even the most powerful chipsets have suffered from.

Why Emulator Performance Has Struggled on Snapdragon 8 Elite

While the Snapdragon 8 Elite and the fifth generation Snapdragon 8 Elite Gen 5 platforms are powerful for large Android games, many reports have emerged of decreased stability when trying to run various PC, Switch, and PS3 emulators. Sometimes, this can be a compatibility problem that may make players prefer older chips, like Snapdragon 8 Gen 3, because they run these emulators more smoothly under specific conditions.

This limitation has caught the attention of Xiaomi users and developers, who expect consistency in stability across flagship smartphones from the brand, given how those devices often push the limits of mobile gaming and AI performance. The focus has now shifted to low-level driver improvements that better unlock the newest Adreno GPU hardware.

Qualcomm unveils new 7 core variant of Snapdragon 8 Elite

New Turnip Driver Will Bring Optimized Support

Developers on Mesa GitLab and the GameHub Discord channel confirm that a new iteration of the open source Turnip driver is in development, and could start to ship in early 2026. Qualcomm engineer Rob Clark said the driver will explicitly support:

  • Adreno 840 GPU – used in the Snapdragon 8 Elite Gen 5
  • Adreno 830 GPU – used in the Snapdragon 8 Elite

That’s important for Xiaomi’s roadmap because a number of the company’s upcoming flagships and premium smartphones are expected to feature these platforms. The Turnip driver is renowned for providing better accuracy, lower error rates, and superior shader handling in intensive emulation titles.

How the New Driver Can Improve Xiaomi Devices

The open source driver Turnip is already outperforming the official Qualcomm one when using more advanced emulator applications, like:

  • GameHub
  • RPCSX-UI-Android
  • Eden

In the upcoming update, Xiaomi users can expect: Benefits of improved performance

  • Reduced stuttering and frame drops during heavy emulation
  • Higher rendering stability at high resolutions
  • Better compatibility with next-generation emulator builds
  • Fewer graphical errors in complex 3D titles
  • More effective GPU usage on Snapdragon 8 Elite platforms

These improvements directly translate into a smoother and more reliable gaming experience on future Xiaomi flagships.

Models by Xiaomi That Are Expected to Benefit

The following upcoming Xiaomi devices are expected to use Snapdragon 8 Elite or Elite Gen 5 chipsets, and therefore will benefit from this development:

  • Xiaomi 15 Series
  • Xiaomi 17 Series
  • POCO F7 Ultra
  • POCO F8 Ultra
  • POCO F8 Pro
  • Xiaomi MIX Flip 2

For those users who uses Xiaomi, emulator-related GPU driver improvements might come even earlier thanks to developer communities.

Source

  •  

Why your Xiaomi displays two Wi-Fi icons: It’s a feature, not a bug

Every now and then, some Xiaomi users notice that two Wi-Fi icons show up in the status bar, leading some to wonder if the device is connecting to two different networks at once. In truth, this is not a bug-it just reflects some of the advanced multi-link connectivity frameworks that Xiaomi has utilized in HyperOS and its earlier versions of MIUI. Features such as Dual-Band Wi-Fi Acceleration and Wi-Fi 7 MLO (Multi-Link Operation) enable various frequency bands to be used simultaneously to improve stability, reduce latency, and enhance reliability. If you’re new here, please check out related technical topics such as Xiaomi HyperOS features or Xiaomi network optimization tools on our website.

Understanding Xiaomi’s Dual Wi-Fi Connectivity System

Devices powered by Xiaomi feature simultaneous multiband communication enabled by hardware capabilities in modules of Qualcomm FastConnect and platforms of MediaTek HyperEngine. When this function is on, the system may indicate a parallel link using two Wi-Fi icons. The device can thus use 2.4GHz and 5GHz (or 6GHz in the case of Wi-Fi 7 routers) to make the operating system distribute traffic and maintain consistent performance automatically, without user interference.

network acceleration using cellular data and wifi together v0 jqwt1e3a6gcd1 ngy62esbtdoc1

Hardware Layer Behind Multi-Band Networking

Smartphones from Xiaomi with FastConnect or MediaTek HyperEngine platforms handle the radio chains separately, so the two frequency bands can work independently. This gives way to a reliable parallel data path that will keep working even if one band experiences congestion or interference. Therefore, users may feel that their internet performance during a video call, downloading from the cloud, or while playing games is more stable.

HyperOS Enhancements: Smarter Multi-Link Management

HyperOS has developed a more integrated network orchestration framework, which is called Xiaomi HyperConnect. This framework assesses the signal quality, device temperature, and application demand. Instead of manually turning on dual-band modes, multi-link is usually turned on automatically by the system for latency-sensitive tasks. On HyperOS, the second Wi-Fi icon appears only when necessary, while Wi-Fi 7 networks use a single icon marked with identifiers like “7+”.

How HyperOS Decides When to Use Multi-Link

HyperOS works with an intelligent decision engine that decides if the device is benefiting from multi-band connectivity. The system temporarily shuts off the auxiliary channel in cases of poor RSSI at the secondary band, overheating of the device, or when there is no active data flow. This avoids all unnecessary power consumption while maintaining the high performance during resource-intensive operations.

Practical Scenarios Where Two Wi-Fi Links Help

Such advantages of Xiaomi’s dual-band system are pronounced in cases with fluctuation of the signal environment, as well as when different frequency bands behave unpredictably. The system features continuous operation regardless of environmental interference.

Introduction to Use Cases

  • Online gaming stability: Game Turbo leverages both bands to stabilize ping and avoid latency spikes.
  • High-speed downloads: Multi-path downloads, under appropriate router configurations, may realize marginal gains in speed.
  • Indoor roaming: Switching between rooms becomes smoother because the second connection prevents momentary drops when the primary band weakens.

Power Consumption and Network Compatibility Considerations

Dual Wi-Fi channels increase energy consumption by approximately 20% to 40%, depending on conditions such as signal strength and thermal load. This secondary link may be automatically switched off by the Xiaomi devices if the system detects excessive temperature rise. Mesh networks or routers, which have their merged SSIDs, can also limit this dual-band feature, making it necessary to split the 2.4GHz and 5GHz bands for full compatibility.

When Users Should Disable Dual-Band Mode

This is because, when the smartphone requests multiple IP addresses for dual links, IP conflicts or authentication resets may occur if the router uses aggressive security filtering. In such a case, disabling the feature may be a much better option, at least on corporate or enterprise Wi-Fi environments.

  •  

Xiaomi opens new smart home R&D center with 300 engineers to boost innovation

Xiaomi officially opened its new Smart Home Appliance Factory R&D Building, marking an important milestone in the company’s intelligent manufacturing strategy and its expanding human-vehicle-home ecosystem. According to the General Manager of Xiaomi’s Large Home Appliances Department, this new facility will serve as a central hub where more than 300 R&D engineers come together to accelerate development across multiple product categories. With this step, Xiaomi is on course with its long-term vision for fully integrated smart living solutions across mobile devices, smart home appliances, and connected ecosystems.

Xiaomi Opens New R&D Facility: A Strategic Step Forward

Located at the heart of Xiaomi’s manufacturing pipeline, the new R&D building unifies core research, engineering, production, and verification processes under one roof. This structure is designed to increase operational efficiency and enhance product reliability. Starting work with more than 300 engineers on-site, Xiaomi aims to synchronize technological innovation with real-time manufacturing, enabling faster product iteration and higher-quality outcomes.

translated image en 23 1

A Vision for Ecosystem Connectivity

This facility further supports Xiaomi’s long-term objective of developing a more seamless human-vehicle-home ecosystem. According to Xiaomi, many of the advanced capabilities that users will see in appliances in the future will be developed inside this building. This covers energy efficiency enhancements, AI-driven automation, and deeper integration with Xiaomi HyperOS for unified control of devices.

Smart Manufacturing Powered by Xiaomi’s Self-Developed Platforms

The smart home appliance factory in Wuhan, which just started production in October, is adopting the company’s self-developed Xiaomi Surge Smart Manufacturing Platform. Equipped with AI-driven visual quality inspection, this system ensures an extremely high production precision at an increased rate. This marks Xiaomi’s effort to set new industry standards while expanding its presence in high-end home appliances.

One benchmark of the facility is the capability to produce, on average, one high-end air conditioner every 6.5 seconds. It also conducts 100% accurate testing of components, made possible by advanced AI systems. These practices ensure consistency in quality and build trust among consumers in Xiaomi’s smart home products.

Full In-House Production of Smart Home Appliances

Xiaomi confirmed that from now on, all major home appliances, including air conditioners, refrigerators, and washing machines, would be developed and manufactured by itself. This achievement plays a very important role in changing people’s perception-that Xiaomi relies mainly on OEM production-instead, the company is establishing its position as a comprehensive supplier of smart home technologies with strong independent R&D capability.

What This Means for the Future of Xiaomi’s Smart Home Lineup

The opening of this R&D building is seen as a major step forward by Xiaomi in its strategy for smart appliances. With R&D, production, and verification all located in one place, Xiaomi is better equipped to create more technically sophisticated, robust, and user-oriented products. Its integration with HyperOS will offer enhanced cross-device communication for consumers, bringing a smoother and more intelligent living experience.

Source

  •  

Xiaomi 17 Ultra tipped to feature 1-inch OV50X sensor with 100dB+ dynamic range

The latest reports from the industry suggest that one of the incoming Snapdragon 8 Elite Gen 5 flagships will feature a “super-sized” one-inch main camera sensor with over 100dB of dynamic range, and all evidence currently points to the Xiaomi 17 Ultra being that device. Initial information from insiders like Digital Chat Station suggests that this new generation of imaging might bring one of the best low-light and HDR performances on any Xiaomi flagship.

Ekran goruntusu 2025 11 27 132534

A New Imaging Breakthrough With the OV50X Sensor

Recent insights reveal that it uses OmniVision’s OV50X, a next-generation one-inch sensor with a claimed dynamic range of 16EV, which translates to over 100dB in practical scenarios. This expanded dynamic range allows the sensor to catch significantly more highlight and shadow detail, especially in demanding lighting conditions. Thanks to its larger light-intake area, the sensor positions the Xiaomi 17 Ultra as one of the few Snapdragon 8 Elite Gen 5 flagships offering a true one-inch optical setup.

Lofic Technology: Enabling Higher Performance

The blogger also corroborated that the sensor uses LOFIC (Lateral Overflow Integration Capacitor) technology-a feature utilized by OmniVision and SmartSens, while Sony will use it next year. LOFIC basically allows sensors to retain detail in very bright settings without losing any integrity within shadows. The nature of this underlying technology improves HDR photography and offers better, more predictable performance between low and high light levels.

Advantages of LOFIC for Flagship Imaging

The LOFIC improves the handling of sensors regarding overflow charges for reduced clipping in highlights and smoother tonal transitions, making the upcoming Xiaomi 17 Ultra especially capable for landscape, night, and motion photography, where exposure consistency is crucial.

Advanced Optics and Exclusive Lens Technology

According to industry sources, the flagship in question will have:

  • A super-large f/1.6X equivalent aperture main sensor
  • Next-generation LOFIC technology
  • Full-element optical coatings
  • A 200MP periscope telephoto lens with an equivalent aperture of F8.6±
  • Mid-to-long-range optical zoom capability
  • An optical module exclusively developed for this manufacturer, strengthening speculation that it belongs to Xiaomi’s Ultra-tier platform

These elements put together indicate that Xiaomi is working on one of the most advanced mobile photography systems, especially for telephoto consistency and long-range clarity.

Xiaomi 17 Ultra kit leak reveals surprise triple camera setup

Expected Role in the Xiaomi 17 Ultra

If consistent hints from industry analysts and the listed specifications are anything to go by, this camera system is very likely to make its debut on the Xiaomi 17 Ultra, which is known for its imaging-first design philosophy. Ultra models from Xiaomi have traditionally brought major leaps in camera hardware, and this one-inch OV50X setup fits perfectly with the strategy seen in previous generations.

Source

  •  
❌