Normal view

Received — 12 December 2025 Crypto News & Update

Prediksi Harga Crypto Gemini AI di Akhir 2025: XRP, SHIB, PEPE

12 December 2025 at 09:25

Telah berakhir salah satu bulan terburuk, pasar mata uang kripto kini mulai menunjukkan pemulihan menjelang momen Natal. Mengenai akhir tahun 2025, prediksi harga crypto dari Gemini AI terkemuka untuk aset seperti XRP, Shiba Inu, dan PEPE memberikan pandangan yang sangat dinamis.

Meskipun Bitcoin diprediksi mengakhiri tahun 2025 dengan kinerja negatif (turun 7% dari awal tahun), gambaran jangka panjang tetap optimis. Analis memperkirakan altcoin yang kokoh seperti XRP, Shiba Inu, dan PEPE akan berkinerja baik, dan Gemini AI Google memperkirakan proyek-proyek ini akan kembali meraih momentum kenaikan begitu kondisi pasar stabil.

Prediksi Harga Crypto Gemini AI: XRP Berpotensi Catat Kenaikan hingga 80%

Menjelang tahun baru, Gemini AI Google memberikan prediksi harga crypto yang sangat bullish untuk XRP (XRP). Proyeksi ini mengindikasikan bahwa investor XRP berpotensi melihat kenaikan harga signifikan, yaitu sebesar 4 hingga 6 kali lipat dari level saat ini di $2.00.

XRP AI - prediksi harga crypto

Optimisme ini didorong oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah adopsi yang semakin cepat dan minat institusional yang melonjak, seiring dengan peluncuran Exchange-Traded Funds (ETF) berbasis kripto yang terus bertambah.

Gemini AI juga menyoroti potensi terjadinya supply shock di pasar, di mana volume transaksi dari institusi mulai melampaui spekulasi ritel.

XRP USD - prediksi harga crypto

Secara teknikal, XRP baru saja menyentuh kembali level pentingnya di $2.00, berdasarkan data dari TradingView. Level ini harus dipertahankan. Selama harga bertahan di atas $1.90, struktur grafik tetap dianggap sehat.

Titik breakout kunci yang harus diperhatikan berada di $2.70, level yang sebelumnya merupakan support kuat namun kini berubah menjadi resistance.

Jika XRP berhasil menembus dan merebut kembali zona $2.70, hal ini dapat mengonfirmasi pergerakan breakout yang menargetkan kenaikan 80% menuju $3.70. Para analis pasar lainnya juga sepakat bahwa perkembangan regulasi yang menguntungkan dapat menjadi katalis kuat bagi pergerakan harga XRP selanjutnya.

PEPE: Calon Raja Meme Berikutnya dan Berpotensi Meninggalkan SHIB

Pada tahun 2026, Shiba Inu (SHIB) diposisikan untuk mengalami tahun transformatif, terutama didorong oleh peluncuran upgrade privasi besar-besaran pada kuartal kedua di jaringan Layer 2-nya, Shibarium.

Peningkatan ini akan mengintegrasikan Fully Homomorphic Encryption (FHE) dari Zama untuk memungkinkan transaksi yang sepenuhnya rahasia, menjadikannya salah satu proyek meme crypto paling canggih.

SHIB AI - prediksi harga crypto

Prediksi harga crypto Gemini AI menilai bahwa SHIB berpotensi menghapus satu nol dari harganya memasuki tahun 2026. Setelah mencapai titik terendah tahunan di bulan November, SHIB perlahan naik.

Target resistensi berikutnya ada di $0.00000910. Jika SHIB berhasil menembus level ini, itu akan menandakan pergeseran positif dan dimulainya momentum bullish baru.

Namun, Gemini AI juga memberikan skenario bearish, yaitu jika minat memecoin tetap lemah, SHIB bisa gagal menembus resistensi atau bahkan bergerak lebih rendah.

SHIB USD - prediksi harga crypto

Di sisi lain, Pepe (PEPE) menghadapi tantangan serupa di mana harganya turun 4% menjadi $0.00000446, kembali menguji support utama di tengah tekanan pasar. Meskipun demikian, Gemini AI justru menobatkan PEPE sebagai ‘Raja Meme Coin’ dan memprediksi bahwa penurunan ini hanyalah proses reset sebelum ekspansi “Fase 2.”

PEPE USD - prediksi harga crypto

PEPE ditargetkan untuk mencapai bull run hingga $0.000018. Beberapa analis independen juga menyebut PEPE sebagai kendaraan leverage utama untuk beta Ethereum karena sifatnya yang sulit gagal (too big to fail). Data grafik menunjukkan bahwa setiap kali PEPE mengalami dispersi lebar dari 21 Exponential Moving Average (EMA) pada kerangka waktu 3-hari dan kembali mengujinya, titik terendah harga biasanya telah tercapai.

Secara keseluruhan, performa memecoin ke depan akan sangat bergantung pada sentimen pasar kripto yang lebih luas.

Maxi Doge: Memecoin Baru yang Siap Meledak di 2026

Di tengah pergerakan daftar altcoin besar seperti XRP, Shiba Inu, dan PEPE yang diprediksi akan bullish oleh model AI di tahun 2026, muncul Maxi Doge (MAXI), meme coin bertema “gym bro” yang diam-diam membangun momentum luar biasa.

Proyek yang terinspirasi oleh Dogecoin ini telah menjadi salah satu presale dengan pertumbuhan tercepat tahun ini, berhasil mengumpulkan dana lebih dari $4,3 juta (Rp71,6 miliar), melampaui peluncuran meme coin baru lainnya bahkan di tengah kondisi pasar yang lemah.

MAXI - prediksi harga crypto

Keberhasilan Maxi Doge didorong oleh tokenomics yang menarik. Sebanyak 40% dari total suplai MAXI dialokasikan langsung untuk presale publik, tanpa putaran pribadi, alokasi insider, atau whale VC yang siap melakukan dumping.

Struktur ini mengurangi tekanan jual awal dan memberikan pangsa pasokan dominan kepada pembeli ritel, hal yang sangat dihargai oleh komunitas meme coin.

Melihat potensi kebangkitan sektor meme coin di tahun 2026, banyak analis melihat MAXI sebagai taruhan asimetris (asymmetric bet) yang dapat memberikan keuntungan jauh lebih besar dibandingkan blue-chip altcoin lain.

Untuk prediksi harga crypto, beberapa sumber eksternal menyebutkan adanya potensi kenaikan hingga 100 kali lipat bagi Maxi Doge, seiring dengan rencana listing di bursa besar dan fitur utilitas seperti staking dengan APY menarik (sekitar 72%).

Selain itu, Maxi Doge berencana untuk mengintegrasikan tokennya dengan futures trading berleverage tinggi, menarik minat para degen trader.

Bagi yang tertarik, cara beli Maxi Doge saat ini adalah melalui presale resmi di situs web mereka dengan menukarkan aset seperti ETH, USDT, atau menggunakan kartu bank, sebelum token diklaim dan diluncurkan di bursa terdesentralisasi (DEX) seperti Uniswap.

Guna mendapatkan wawasan mengenai potensi jangka panjang MAXI, Anda disarankan untuk membaca prediksi harga Maxi Doge.

Beli Maxi Doge di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Crypto Gemini AI di Akhir 2025: XRP, SHIB, PEPE appeared first on Cryptonews Indonesia.

Do Kwon Dihukum 15 Tahun, 10 Tahun Lebih Ringan dari SBF—Ini Alasannya

12 December 2025 at 10:08

Co-founder Terraform Labs, Do Kwon, dihukum 15 tahun penjara federal pada Kamis karena melakukan penipuan aset kripto senilai US$40 miliar—hukuman yang lebih ringan dibanding 25 tahun penjara bagi pendiri FTX Sam Bankman-Fried (SBF) tahun lalu, meski penipuan Kwon menyebabkan kerugian hampir empat kali lipat lebih besar.

Perbedaan hukuman ini menunjukkan bagaimana perilaku di pengadilan, penyesalan, dan kerja sama dengan otoritas bisa sangat memengaruhi hasil pada kasus kejahatan kerah putih profil tinggi.

Kesimpulan

Hakim Distrik AS, Paul Engelmayer, yang memimpin kasus Kwon di Pengadilan Distrik Selatan New York, menyebut kejatuhan Terra-Luna sebagai “penipuan berskala epik sepanjang generasi.” Ia menolak rekomendasi jaksa selama 12 tahun sebagai “terlalu ringan secara tidak masuk akal” dan permintaan tim pembela selama lima tahun sebagai “benar-benar tak terpikirkan dan sangat tidak masuk akal.”

“Tindak pidana Anda menyebabkan orang-orang sungguhan kehilangan US$40 miliar uang nyata, bukan hanya kerugian di atas kertas,” ujar Engelmayer kepada Kwon, sambil menyampaikan bahwa bisa saja ada hingga satu juta korban di seluruh dunia.

Di sisi lain, Hakim Lewis Kaplan menjatuhkan hukuman 25 tahun kepada SBF pada Maret 2024 untuk penipuan senilai US$11 miliar, dengan alasan terdakwa memiliki “kelenturan luar biasa terhadap kebenaran,” serta “tidak tampak menunjukkan penyesalan sesungguhnya.”

Kenapa Ada Perbedaan?

Pengakuan Bersalah vs. Sidang Pengadilan

Kwon mengaku bersalah pada Agustus 2025 atas dakwaan konspirasi dan penipuan, serta mengakui bertanggung jawab karena menyesatkan investor mengenai mekanisme stabilitas TerraUSD. Dalam surat ke pengadilan, ia menulis: “Saya sendiri yang bertanggung jawab atas rasa sakit semua orang. Komunitas melihat saya untuk mencari jalan, dan karena kesombongan saya, saya menyesatkan mereka.”

Sementara itu, SBF memilih menghadapi persidangan dan terus menyatakan dirinya tidak bersalah. Ia berargumen bahwa FTX hanya mengalami “krisis likuiditas” dan bukan melakukan penipuan. Juri hanya memerlukan waktu empat jam untuk memutuskan bersalah atas semua tujuh tuduhan kepadanya.

Tata Tertib di Ruang Sidang

Hakim Kaplan menemukan bahwa SBF sudah melakukan sumpah palsu setidaknya tiga kali selama memberikan kesaksian. Kaplan menyebut sikap SBF di persidangan sebagai yang paling “menghindar” yang pernah ia temui selama hampir 30 tahun menjadi hakim. “Saat ia tidak berbohong secara terbuka, ia sering menghindar, membelokkan jawaban, serta mengulur-ulur jawaban,” terang Kaplan.

Hakim juga menemukan bahwa SBF mencoba mempengaruhi saksi sebelum persidangan. Ia mengirim pesan kepada mantan konselor umum FTX, Ryne Miller, yang menyarankan agar mereka “meninjau sesuatu bersama.”

Berbeda dengan SBF, Kwon mendengarkan pernyataan korban—ada 315 surat yang masuk ke pengadilan—dan meminta maaf secara langsung. “Mendengar dari para korban sangat menyayat hati dan kembali mengingatkan saya atas kerugian besar yang telah saya sebabkan,” ucap Kwon kepada Hakim Engelmayer.

Potensi Risiko Hukum di Masa Depan

Salah satu faktor penting dalam penjatuhan hukuman Kwon adalah ia masih menunggu proses hukum di Korea Selatan. Dia menghadapi dakwaan yang bisa membuatnya dihukum tambahan hingga 40 tahun penjara. Hakim Engelmayer secara eksplisit mempertimbangkan hal itu dalam menjatuhkan hukuman. Kwon kemungkinan akan diekstradisi ke Korea Selatan untuk diadili setelah menjalani masa hukuman di AS.

SBF tidak menghadapi kasus hukum serupa di negara lain, sehingga hukuman 25 tahun penjara di AS menjadi hukuman utama baginya. Meski begitu, ia sedang berupaya membatalkan vonisnya. Pada November 2025, tim hukum SBF mengajukan banding, dengan argumen bahwa ia “sudah dianggap bersalah” sejak sebelum persidangan dimulai. Pengacaranya, Alexandra Shapiro, mengklaim pengadilan menolak bukti penting yang seharusnya membuktikan FTX masih solvent dan membiarkan perlakuan berat sebelah selama proses hukum. Pengadilan Sirkuit Kedua diperkirakan perlu beberapa bulan sebelum mengeluarkan keputusan.

Do KwonSam Bankman-Fried
Hukuman15 tahun25 tahun
Perkiraan KerugianUS$40 miliarUS$11 miliar
PembelaanMengaku bersalahVonis di persidangan
PenyesalanMeminta maaf ke korbanTidak menunjukkan penyesalan
Sumpah PalsuTidak ada3 kali
Intervensi SaksiTidak adaAda
Tuduhan TambahanBisa sampai 40 tahun lagi di Korea SelatanTidak ada
Sumber: BeInCrypto

Gambaran Besar

Kedua kasus ini sama-sama menjadi momen penting dalam penegakan hukum aset kripto. Jaksa menuturkan bahwa kerugian akibat Kwon jauh melebihi kerugian yang disebabkan oleh SBF, co-founder OneCoin Karl Sebastian Greenwood, dan mantan CEO Celsius Alex Mashinsky jika digabungkan.

Hasil sidang ini menjadi pesan tegas untuk industri aset kripto: kerja sama serta penyesalan yang tulus dapat secara signifikan mengurangi masa hukuman.

Kwon sudah setuju untuk menyerahkan US$19,3 juta sebagai bagian dari kesepakatan pembelaannya. Ia juga diperintahkan membayar denda US$80 juta dan menerima larangan seumur hidup untuk bertransaksi aset kripto berdasarkan penyelesaian dengan SEC tahun 2024.

Permintaan Kwon untuk menjalani hukuman di Korea Selatan ditolak.

Game of Prediction Thrones: Coinbase, Crypto.com, Gemini Ikut Bergabung dalam Pertarungan

12 December 2025 at 08:18

Coinbase, exchange aset kripto terbesar di Amerika Serikat, sedang bersiap meluncurkan prediction market dan ekuitas ter-tokenisasi, sementara Gemini sudah mendapatkan persetujuan regulasi.

Kalshi dan Crypto.com membentuk sebuah koalisi industri. Changpeng Zhao menargetkan 220 juta pengguna melalui BNB Chain. Perang di antara para raksasa untuk merebut tahta prediction market senilai US$15 miliar telah resmi dimulai.

Coinbase Ungkap Kartu Kunci dalam Strategi “Everything App”

Coinbase dilaporkan berencana mengumumkan secara resmi layanan prediction market dan ekuitas ter-tokenisasi pada sebuah showcase tanggal 17 Desember. Saham ter-tokenisasi ini akan diluncurkan secara internal, bukan lewat mitra.

📢 𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐈𝐍: $COIN Coinbase Ready to Launch Prediction Markets, Tokenized Stocks – Bloomberg pic.twitter.com/D9Yws3pzun

— Hardik Shah (@AIStockSavvy) December 11, 2025

Petinggi Coinbase sebelumnya juga menunjukkan minat masuk ke bisnis ini, namun belum ada pengumuman resmi. Tapi, ekspektasi publik makin tinggi setelah beredar screenshot yang mengisyaratkan fitur terkait di jejaring sosial X dalam beberapa pekan terakhir. Seorang juru bicara Coinbase menolak mengomentari rencana spesifik, hanya menyampaikan: “Ikuti siaran langsung tanggal 17 Desember untuk mengetahui produk baru yang akan dirilis Coinbase.”

Langkah ini merupakan bagian dari strategi lanjutan Coinbase untuk menjadi “segala aplikasi“, yang bertujuan memberi akses luas ke berbagai aset dan pasar bagi trader, sembari mengikuti pesaing yang memperluas penawarannya. Robinhood sudah meluncurkan produk prediction market Kalshi awal tahun ini, dan baik Robinhood maupun Kraken menyediakan saham AS dan ETF ter-tokenisasi di luar Amerika Serikat.

Perdagangan ekuitas ter-tokenisasi kini berkembang pesat. Data rwa.xyz menunjukkan, volume transfer bulanan naik 32% dalam 30 hari terakhir menjadi US$1,45 miliar.

Koalisi Industri CPM Diluncurkan: “Sebuah Suara Bersatu Itu Penting”

Di hari yang sama, Kalshi dan Crypto.com mengumumkan pembentukan Coalition for Prediction Markets (CPM), aliansi nasional operator prediction market. Coinbase, Robinhood, serta Underdog—platform gim olahraga—ikut sebagai anggota pendiri.

Matt David, anggota dewan eksekutif CPM, menegaskan: “Amerika Serikat adalah frontier terbesar bagi prediction market, dan momentum yang terlihat saat ini membuat suara seragam di industri ini tidak hanya penting, tapi juga sangat diperlukan,” papar Matt David.

Koalisi ini akan fokus memperkuat kerangka federal prediction market, membangun standar integritas nasional untuk mengurangi trading orang dalam, serta mendorong perlawanan terhadap regulasi berlebihan di tingkat negara bagian.

Sara Slane, kepala pengembangan korporat di Kalshi dan anggota eksekutif koalisi, menyampaikan: “Kami menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja sama dengan CFTC karena prediction market wajib beroperasi dengan perlindungan federal yang kuat agar mencegah trading orang dalam, melindungi konsumen, dan memastikan pasar ini tetap transparan serta bebas korupsi,” tutur Sara Slane. Koalisi menuturkan ada lebih banyak perusahaan yang sedang dalam pembicaraan untuk bergabung.

Gemini Kantongi Persetujuan CFTC dan Saham Naik 28%

Exchange Gemini, yang didirikan oleh Winklevoss bersaudara, juga ikut masuk ke arena prediction market. Gemini Space Station Inc. baru saja mendapatkan izin dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) untuk membuka exchange derivatif.

Izin ini memungkinkan Gemini menyediakan layanan trading kontrak peristiwa bagi pelanggan AS yang sudah ada lewat website dan aplikasi mobile mereka. Dalam dokumen pengajuan IPO, Gemini sempat memasukkan prediction market tentang “prediksi ekonomi, finansial, politik, dan olahraga” dalam daftar produk yang diminati.

Gemini menyatakan pihaknya “akan mempertimbangkan perluasan layanan derivatif untuk pelanggan AS, termasuk crypto futures, opsi, dan kontrak perpetual.” Setelah pengumuman perolehan izin, harga saham Gemini melonjak sampai 28% dalam perdagangan after-hours.

Persetujuan ini menjadi langkah terbaru regulator di bawah kepemimpinan Sementara Caroline Pham, yang menegaskan dirinya sebagai pendukung industri aset digital dan sudah melakukan berbagai upaya untuk memajukan perdagangan kripto di platform yang diawasi CFTC. Pham juga mengumumkan bahwa Tyler Winklevoss akan ikut dalam CEO Innovation Council CFTC, bersama beberapa nama lain seperti pendiri Polymarket Shayne Coplan, Chairman dan CEO CME Group Terry Duffy, serta co-founder Kalshi Tarek Mansour.

CZ Melangkah ke Panggung Utama Pasar Prediksi

Pendiri Binance, Changpeng Zhao (CZ), juga memperluas wilayah prediction market miliknya. Pada 4 Desember, CZ memposting di X tentang prediction market baru yang hadir di BNB Chain. Fitur utamanya adalah dana pengguna akan menghasilkan yield sambil menanti hasil. Platform ini didukung YZiLabs (dulu Binance Labs), yang mengelola aset lebih dari US$10 miliar dan telah berinvestasi di lebih dari 300 proyek di seluruh dunia.

Sehari sebelumnya, Trust Wallet milik CZ meluncurkan fitur Predictions. Protokol prediction market Web3 Myriad menjadi mitra integrasi pertama sehingga pengguna bisa bertaruh pada politik, olahraga, dan tren pasar langsung dari aplikasi. Saat ini, jumlah pengguna Trust Wallet sudah mencapai 220 juta.

BNB Chain telah menyelesaikan integrasi dengan Polymarket pada Oktober, dan Opinion Labs, penyedia prediction market yang didukung YZiLabs, sudah meluncurkan mainnet mereka. Opinion Labs mengamankan investasi jutaan dolar di ajang Binance Blockchain Week. Mereka juga meraih pendanaan awal sebesar US$5 juta di Q1 2025, dipimpin YZiLabs dan diikuti Animoca Ventures serta Amber Group.

Trump Media Ikut Masuk Persaingan Lewat Truth Predict

Trump Media & Technology Group, perusahaan media sosial milik mantan Presiden Donald Trump, juga akan masuk bisnis prediction market. Perusahaan ini berencana meluncurkan “Truth Predict” di platform Truth Social mereka, sehingga pengguna bisa bertaruh untuk berbagai peristiwa mulai dari pemilihan politik hingga perubahan tingkat inflasi.

Truth Predict akan memanfaatkan Crypto.com Derivatives North America untuk memproses taruhan, serta menyediakan taruhan harga komoditas dan event di semua liga olahraga utama. Uji coba awal akan dimulai “dalam waktu dekat”, setelah itu dilanjutkan peluncuran secara penuh di AS dan ekspansi ke pasar global.

Devin Nunes, CEO Trump Media sekaligus mantan anggota kongres dari Partai Republik, menyampaikan: “Terlalu lama, para elit global telah mengontrol erat pasar ini. Dengan Truth Predict, kami mendemokratisasi informasi sekaligus memberdayakan warga Amerika biasa agar mampu memanfaatkan kebijaksanaan massa,” terang Devin Nunes.

Perebutan Tahta US$15 Miliar

Pasar prediksi meledak sejak pengadilan federal membatalkan larangan taruhan pemilu tahun lalu. Volume trading notional mingguan di Polymarket dan Kalshi telah melampaui puncak yang tercapai saat pemilu presiden AS tahun lalu dan kini mencatat rekor baru.

Minat investor melonjak pesat. Valuasi Kalshi lebih dari dua kali lipat setelah putaran pendanaan terbarunya, menjadi US$11 miliar. Polymarket dikabarkan sedang berupaya menggalang dana dengan valuasi hingga US$15 miliar.

Bursa keuangan tradisional, seperti CME Group dan Intercontinental Exchange, juga mencari cara untuk masuk ke pasar ini. Volume transfer bulanan untuk ekuitas ter-tokenisasi naik 32% dalam 30 hari terakhir menjadi US$1,45 miliar.

Namun, ketidakpastian regulasi masih menjadi tantangan. Kalshi mengajukan gugatan pada bulan Oktober terhadap komisi perjudian New York, dengan menyatakan bahwa lembaga negara tersebut melebihi kewenangannya karena mencoba mengatur operasi taruhan olahraga yang menjadi wewenang federal saja. Taruhan olahraga masih ilegal di hampir belasan negara bagian AS, dan gugatan terkait legalitas pasar prediksi pun terus bertambah.

Coinbase, Gemini, BNB Chain milik CZ, dan koalisi industri yang baru terbentuk — persaingan para raksasa untuk memperebutkan tahta US$15 miliar baru saja dimulai.

JP Morgan Bawa Commercial Paper ke Solana untuk Pertama Kalinya dalam Sejarah

12 December 2025 at 07:26

JP Morgan telah berhasil mengatur salah satu penerbitan utang pertama yang pernah ada di public blockchain, dengan mengeksekusi penawaran Commercial Paper AS untuk Galaxy Digital Holdings LP di jaringan Solana.

Transaksi yang diumumkan pada 11 Desember ini dibeli oleh Coinbase dan Franklin Templeton, di mana seluruh penyelesaian dilakukan menggunakan stablecoin USDC milik Circle—ini merupakan yang pertama di pasar commercial paper.

Wall Street sudah tidak lagi bereksperimen

Kesepakatan ini menjadi langkah besar dari strategi blockchain JP Morgan sebelumnya, yang sebelumnya hanya mengandalkan jaringan privat Onyx dan JPM Coin miliknya. Dengan memilih infrastruktur publik milik Solana, raksasa Wall Street ini secara efektif telah memvalidasi kemampuan jaringan Solana untuk menangani produk keuangan tingkat institusi.

“This issuance is a clear example of how public blockchains can improve the way capital markets operate,” ujar Jason Urban, Global Head of Trading di Galaxy. Sementara itu, Head of Innovation Franklin Templeton, Sandy Kaul menambahkan bahwa institusi kini tidak sekadar bereksperimen dengan blockchain—mereka “benar-benar bertransaksi di atasnya dalam skala besar.”

JP Morgan bertindak sebagai Arranger, dengan membuat token USCP on-chain sekaligus memfasilitasi penyelesaian delivery-versus-payment (DVP). Model DVP ini menghilangkan risiko pihak lawan karena aset dan pembayaran dilakukan secara bersamaan—fitur ini sangat penting untuk adopsi di level institusi. Galaxy Digital Partners LLC berperan sebagai Structuring Agent, yang juga menjadi penerbitan commercial paper pertama oleh Galaxy.

Coinbase menjalankan dua peran sekaligus, sebagai investor dan penyedia infrastruktur, dengan menyediakan layanan kustodi private key, layanan wallet, serta kemampuan on-ramp dan off-ramp USDC. Kolaborasi antara keuangan tradisional dan perusahaan asli aset kripto ini menandakan ekosistem yang mulai matang dan siap untuk diadopsi arus utama.

Kenapa Solana dan USDC

Pemilihan Solana mencerminkan keunggulan teknisnya: kecepatan, skalabilitas, dan biaya transaksi yang rendah. Kemampuan Solana untuk memproses ribuan transaksi per detik sangat cocok bagi operasional institusi yang membutuhkan efisiensi dan keandalan. Walaupun Ethereum masih menjadi jaringan utama dalam tokenisasi, efisiensi biaya Solana membuatnya lebih unggul untuk aplikasi keuangan dengan frekuensi tinggi dan sensitif terhadap biaya.

Stablecoin USDC milik Circle juga memegang peran kunci. Berdasarkan laporan resmi Circle, USDC telah mendukung transfer nilai lebih dari US$850 miliar secara global, serta mendukung penyelesaian transaksi secara real-time untuk operasi keuangan yang patuh regulasi. Penggunaan USDC sebagai mata uang penyelesaian instrumen utang tradisional ini adalah terobosan besar untuk utilitas stablecoin.

Keuangan Kuat Mendukung Kesepakatan

Transaksi ini memperkuat kemampuan pendanaan jangka pendek Galaxy di tengah kinerja keuangan yang kuat. Perusahaan melaporkan EBITDA yang disesuaikan sebesar US$629 juta untuk kuartal ketiga tahun 2025—yang merupakan rekor kuartalan. Pada 30 Juni 2025, Galaxy memiliki ekuitas sebesar US$2,6 miliar dan kas serta stablecoin senilai US$1,2 miliar. Kondisi ini membuat Galaxy makin siap memperluas jalur pendanaan berbasis blockchain.

JP Morgan berperan besar menambah kredibilitas. JP Morgan tercatat memiliki aset under custody sebesar US$40,1 triliun, simpanan US$1,11 triliun, dan operasi yang tersebar di lebih dari 100 negara. Dukungan bank ini terhadap infrastruktur public blockchain punya pengaruh besar bagi institusi lain yang mengamati.

SOL tetap stabil meski ada berita bersejarah

Meski transaksi ini menjadi tonggak sejarah, native token Solana, SOL, menunjukkan reaksi harga yang terbatas. Sampai 12 Desember, SOL diperdagangkan sekitar US$136, turun 2,25% dalam sepekan terakhir. Token ini sempat naik di atas US$145 pada 9–10 Desember sebelum kembali terkoreksi ke level saat ini.

Sumber: BeInCrypto

Respons pasar yang tenang ini bisa jadi mencerminkan sifat pasar yang biasanya menatap ke depan—adopsi institusi memang sudah lama dinantikan. Selain itu, kondisi pasar yang lebih luas dan aksi ambil untung setelah kenaikan harga baru-baru ini mungkin juga menutupi kabar positif ini.

Rusia Hidupkan Lagi Garantex, Crypto Empire yang Diblokir, untuk Lolos dari Sanksi

12 December 2025 at 06:56

Exchange Rusia yang dikenai sanksi, Garantex, kembali memindahkan dana secara diam-diam, menurut arsitektur payout on-chain yang ditemukan oleh perusahaan analisis blockchain Global Ledger.

Bukti forensik ini menegaskan bahwa pelaku asal Rusia telah membangun ulang sistem payout yang berfungsi walau ada upaya penegakkan hukum.

Garantex diam-diam memindahkan jutaan US$

Investigasi baru dari Global Ledger mengungkap bahwa Garantex, exchange aset kripto asal Rusia yang sebelumnya terdampak sanksi Barat dan penyitaan server, ternyata masih bisa memindahkan dana dalam jumlah besar.

Peneliti telah mengidentifikasi wallet baru yang terkait Garantex di jaringan Bitcoin dan Ethereum, dengan total saldo lebih dari US$34 juta dalam aset kripto. Setidaknya US$25 juta sudah dibayarkan ke para pengguna lama. Pergerakan ini menunjukkan operasional mereka tetap berjalan, walau ada tekanan internasional agar berhenti beroperasi.

Global Ledger memaparkan bahwa Garantex menjalankan sistem payout yang dirancang untuk menyembunyikan arus dana. Exchange ini memindahkan cadangan asetnya ke layanan mixer seperti Tornado Cash agar sumber dana jadi tidak terlacak.

Garantex uses Tornado Cash to obscure money movement. Source: Global Ledger.
Garantex menggunakan Tornado Cash untuk menyamarkan pergerakan dana. Sumber: Global Ledger.

Dana tersebut kemudian dialirkan melalui serangkaian alat lintas chain. Fitur ini memudahkan transfer aset ke berbagai jaringan, termasuk Ethereum, Optimism, dan Arbitrum. Nantinya, aset tersebut dikumpulkan di wallet agregasi, lalu didistribusikan ke wallet payout milik pengguna.

Penyelidikan juga menemukan bahwa sebagian besar cadangan Ethereum mereka masih belum tersentuh. Lebih dari 88% ETH yang terafiliasi dengan Garantex masih tersimpan, yang artinya proses payout baru masuk tahap awal saja.

Temuan dalam laporan Global Ledger ini terjadi di tengah transformasi besar dalam sistem keuangan Rusia.

Cara Rusia memakai A7A5 untuk menjaga perdagangan tetap berjalan

Rusia telah melakukan perubahan besar dalam pendekatan terhadap aset digital.

Pada awal 2022, Bank Sentral Rusia sempat mengusulkan pelarangan total aset kripto karena dianggap mengancam stabilitas keuangan. Namun, di tahun 2024, negara tersebut telah membalikkan posisi itu dan mulai memakai kripto untuk menopang perdagangan di tengah sanksi.

Presiden Vladimir Putin juga secara pribadi mendukung jaringan pembayaran baru bernama A7.

A7 meluncurkan stablecoin berbasis rubel bernama A7A5 di awal tahun 2025. Token ini memungkinkan arus dana masuk dan keluar ke sistem keuangan konvensional, dan menurut Chainalysis, telah menunjang aktivitas perdagangan senilai lebih dari US$87 miliar.

Perusahaan di Rusia memakai A7A5 untuk menukar rubel menjadi USDT. Dengan cara ini, perusahaan Rusia tetap dapat melakukan pembayaran lintas negara meski bank-bank menolak transfer yang terkait Rusia.

Ketika Rusia membangun sistem keuangan yang tidak lagi tergantung pada jalur Barat, temuan Global Ledger pun memberi lapisan penting baru karena menunjukkan Garantex ternyata masih aktif.

Malah, Garantex beradaptasi dan tetap memindahkan dana dengan struktur yang mirip sistem baru yang didukung negara.

Jika dilihat secara keseluruhan, bukti ini menunjukkan bagaimana negara-negara mengembangkan sistem pembayaran baru berbasis kripto agar bisa menghindari sanksi serta mengurangi tekanan eksternal dari luar negeri.

4 Grafik Jelaskan Kondisi Harga Bitcoin Menjelang Natal 2025

12 December 2025 at 06:33

Menjelang Natal 2025, Bitcoin berada di posisi yang rapuh namun menarik. Harga diperdagangkan di kisaran US$93.000 setelah berminggu-minggu tekanan. Empat grafik penting menunjukkan market yang sudah memasuki akhir fase koreksi, tapi masih belum ada pemicu bullish yang jelas.

Data ini menyoroti tiga kekuatan utama yang sedang terjadi. Pembeli baru mengalami kerugian besar, sedangkan crypto whale baru juga mulai menyerah. Kondisi ekonomi makro masih sangat memengaruhi harga, meskipun kekuatan pembelian spot pelan-pelan mulai kembali.

Holder Bitcoin Jangka Pendek Sedang Alami Kerugian Besar

Grafik pertama melacak realized profit and loss dari short-term holder (STH). Grup ini berisi koin Bitcoin yang dibeli dalam beberapa bulan terakhir. “Realized price” mereka adalah rata-rata harga beli koin-koin tersebut. 

Keuntungan dan Kerugian Realisasi Short-Term Holder Bitcoin | Sumber: CryptoQuant

Pada awal 2025, para STH menikmati keuntungan besar. Rata-rata posisi mereka ada di keuntungan 15–20% saat Bitcoin bergerak naik. Fase itu mendorong banyak orang untuk profit taking dan menambah tekanan jual di dekat level tertinggi.

Sekarang situasinya berbalik. Bitcoin diperdagangkan di bawah realized price STH, dan kelompok ini mencatat kerugian sekitar -10%. Histogram pada grafik berwarna merah, menunjukkan salah satu periode kerugian terdalam sepanjang 2025.

Ada dua konsekuensi dari fenomena ini.

Dalam waktu dekat, para holder yang sedang rugi ini bisa menjual setiap kali harga naik. Banyak yang hanya ingin keluar saat break even, sehingga reli harga tertahan di level masuk mereka.

Namun, area kerugian yang dalam dan bertahan lama biasanya muncul di akhir fase koreksi. Hal ini menjadi sinyal bahwa holder lemah sudah menerima kerugian yang besar.

Pada satu titik, kekuatan jual dari kelompok ini juga mulai habis.

75% of Short-Term Holder's coins are sitting in loss (over 4.36 million BTC).

Interestingly enough, this is a comparable trend to the prior two local bottoms of this Bitcoin cycle. pic.twitter.com/2w1J4rXzi9

— On-Chain College (@OnChainCollege) December 8, 2025

Secara historis, sinyal pembalikan utama terjadi ketika harga berhasil naik menembus realized price STH dari bawah. Pergerakan ini menandakan bahwa tekanan jual paksa sudah berkurang dan permintaan baru mulai menyerap pasokan.

Sebelum itu terjadi, grafik ini masih mengisyaratkan agar berhati-hati dan potensi harga akan bergerak sideways di kisaran saat ini.

Crypto whale Bitcoin baru baru saja menyerah

Grafik kedua menampilkan realized profit and loss berdasarkan kelompok whale. Aliran dana dipisahkan antara “whale baru” dan “whale lama”. Whale baru adalah para holder besar yang baru saja mengakumulasi Bitcoin.

Keuntungan Realisasi para Whale Bitcoin Sejak November 2025 | Sumber: CryptoQuant


Kemarin, whale baru mencetak kerugian sebesar US$386 juta hanya dalam sehari. Bar yang tergambar pada grafik berbentuk lonjakan negatif besar. Ada beberapa bar merah besar lain yang berkelompok di sekitar titik terendah baru-baru ini.

Whale lama justru menunjukkan cerita berbeda. Kerugian dan keuntungan mereka jauh lebih kecil dan lebih seimbang. Mereka tidak keluar dari market secepat para pendatang baru.

Pola ini sangat umum di fase akhir koreksi. Whale baru biasanya membeli di harga tinggi, terkadang pakai leverage atau terbawa narasi tertentu. Ketika harga bergerak melawan posisi mereka, merekalah yang panik menjual lebih dulu.

Panik jual ini justru membawa manfaat bagi struktur market. Koin berpindah dari tangan besar yang lemah ke tangan-tangan yang lebih kuat atau investor kecil. Potensi tekanan jual dari kelompok ini akan berkurang setelah peristiwa ini selesai.

Dalam jangka pendek, aksi panik seperti ini memang bisa menekan harga lebih rendah. Tapi dalam jangka menengah, fundamental basis holder Bitcoin jadi jauh lebih sehat.

Market pun bakal lebih tangguh ketika para penjual besar yang panik sudah keluar.

Suku Bunga Riil Masih Menjadi Penggerak Bitcoin

Grafik ketiga menggabungkan pergerakan Bitcoin dengan imbal hasil riil AS dua tahun (dua tahun) yang dibalik. Imbal hasil riil mengukur tingkat bunga setelah disesuaikan dengan inflasi. Pola ini bergerak hampir bersamaan dengan BTC sepanjang 2025.

Saat imbal hasil riil turun, garis kebalikan pada grafik justru naik. Bitcoin biasanya naik bersama garis tersebut karena kondisi likuiditas membaik. Imbal hasil riil yang lebih rendah membuat aset berisiko seperti Bitcoin lebih menarik daripada obligasi aman.

Suku Bunga Riil 2 Tahun (Dibalik) dengan Grafik BTC

Sejak akhir musim panas, imbal hasil riil naik lagi. Garis kebalikan menurun, dan Bitcoin ikut turun. Ini menunjukkan bahwa kondisi makro masih jadi penentu arah utama market.

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed saja belum tentu cukup untuk memperbaikinya. Yang terpenting justru ekspektasi market terhadap perkembangan biaya pinjam riil. Jika ekspektasi inflasi turun lebih cepat dari suku bunga nominal, maka imbal hasil riil malah bisa naik.

Bagi Bitcoin, awal reli bullish yang baru dan kuat mungkin hanya bisa terjadi saat kondisi riil lebih longgar. Sampai pasar obligasi benar-benar menilai adanya perubahan itu, reli BTC masih terus mendapat hadangan dari faktor makro.

What is driving the drawdown in Bitcoin?

When you stop listening to Bitcoin pundits and start listening to what Bitcoin is saying about itself, then you will see the real truth

I am going to lay out the 3 major things you need to watch for Bitcoin right now 🧵 pic.twitter.com/FC60PPt2gG

— Capital Flows (@Globalflows) December 11, 2025

Pembeli Spot Taker Mulai Masuk Lagi

Grafik keempat melacak Spot Taker CVD 90-hari di berbagai exchange utama. CVD mengukur volume bersih dari market order yang menyeberangi spread.

Grafik ini menunjukkan apakah pembeli atau penjual agresif yang mendominasi.

Selama beberapa minggu saat harga turun, pasar berada dalam rezim Taker Sell Dominant. Bar merah memenuhi grafik, karena penjual aktif mengisi order bid di berbagai pasar spot. Kondisi ini sejalan dengan pergerakan harga yang terus melemah.

Sekarang sinyalnya sudah berbalik. Metode ini baru saja beralih ke Taker Buy Dominant, sehingga bar hijau kembali muncul. Pembeli agresif kini lebih banyak dibanding penjual agresif di spot.

Taker Buy momentum is back 🔄

Bitcoin's 90-day Spot Taker CVD just flipped to **Taker Buy Dominant** — marking a shift in market behavior after weeks of sell-side pressure.

Buy-side aggression is returning across major spot exchanges. pic.twitter.com/w5uaGcGHPi

— Maartunn (@JA_Maartun) December 11, 2025

Ini memang perubahan awal, tapi cukup penting. Pembalikan tren sering dimulai dari pergeseran mikrostruktur seperti ini.
Pertama, pembeli masuk, lalu harga mulai stabil, dan setelah itu arus modal yang lebih besar mengikuti.

Satu hari data saja pasti belum cukup. Namun, kalau tren hijau ini bertahan, itu menegaskan permintaan riil sudah kembali. Situasi ini menunjukkan saat pasar spot mampu menyerap suplai dari STH dan whale yang kapitulasi.

Apa Artinya untuk Harga Bitcoin Menjelang Natal

Jika digabungkan, keempat grafik menunjukkan ini adalah koreksi tahap akhir, bukan bull market baru.

Holder jangka pendek dan whale baru menanggung kerugian besar dan masih cenderung jual saat harga naik. Secara indeks, yield riil ekonomi makro tetap menahan nafsu risiko para pelaku pasar.

Bersamaan dengan itu, beberapa pondasi pemulihan mulai terlihat. Kapitulasi dari whale baru mampu membersihkan basis holder.

Pembeli spot taker juga sudah kembali, sehingga tekanan turun mulai melambat.

Menjelang Natal 2025, Bitcoin terlihat bergerak di rentang sempit dengan kecenderungan bearish, dan bertahan di sekitar US$90.000.

Penurunan tiba-tiba ke kisaran menengah atau atas US$80.000 tetap mungkin terjadi jika yield riil masih tinggi. Pergeseran tren ke bullish kemungkinan memerlukan tiga sinyal bersamaan:

Pertama, harga harus kembali di atas harga realisasi holder jangka pendek dan bertahan di atasnya. Kedua, yield riil dua tahun perlu menurun, sehingga kondisi keuangan jadi lebih longgar.

Ketiga, dominasi Taker Buy juga harus terus berlanjut, supaya permintaan spot yang kuat tetap bertahan.

Sampai ketiga syarat itu muncul, trader menghadapi market yang bergerak liar, terpengaruh data makro dan holder yang terjebak. Investor jangka panjang bisa melihat ini sebagai zona untuk merencanakan, bukan saatnya ambil risiko agresif.

Pendiri Terra Do Kwon Dihukum 15 Tahun Penjara karena Penipuan

12 December 2025 at 06:13

Pengadilan Amerika Serikat telah menjatuhkan hukuman penjara selama 15 tahun kepada pendiri Terra, Do Kwon, dan mengakhiri salah satu kasus penipuan paling berdampak dalam sejarah aset kripto.

Putusan ini diumumkan pada 11 Desember 2025 setelah Kwon mengaku bersalah awal tahun ini.

Akhir dari Saga Crypto Winter 2022?

Putusan ini mengakhiri perjalanan hukum selama tiga tahun tujuh bulan yang bermula setelah ekosistem stablecoin algoritmik Terra runtuh pada Mei 2022, menghapus nilai pasar puluhan miliar dan memicu rangkaian kegagalan di sektor aset kripto.

Jaksa penuntut menegaskan bahwa Kwon dengan sadar menyesatkan investor soal stabilitas TerraUSD dan jaminan ekosistemnya secara keseluruhan.

Hukuman Kwon lebih ringan dari 25 tahun yang diterima oleh pendiri FTX, Sam Bankman-Fried, meski kedua kasus ini telah mengubah sikap regulator global terhadap aset digital.

Putusan Hakim Saat Sidang Do Kwon | Sumber: Inner City Press

Jaksa menyoroti besarnya kerugian akibat runtuhnya Terra, menyebut kerugian besar pada investor ritel serta dampak sistemik ke platform lending dan hedge fund.

Kwon sempat menghadapi tuntutan baik di Amerika Serikat maupun Korea Selatan sebelum diekstradisi. Pengakuan bersalahnya membuat seluruh proses hukum digabung di yurisdiksi AS, sehingga memungkinkan proses vonis hari ini.

Pengadilan menegaskan perlindungan investor dan akuntabilitas sebagai faktor utama saat menentukan masa hukuman.

Putusan ini menjadi titik balik bagi komunitas Terra yang masih memperdagangkan token warisan LUNC dan LUNA walaupun jaringan telah runtuh. Reaksi pasar tetap bergejolak ketika para trader mencoba mencerna dampak hukuman terhadap Kwon ini.

Harga Terra Luna Classic (LUNC) dalam Sepekan Terakhir | Sumber: CoinGecko

Dengan kasus ini yang telah selesai, regulator diperkirakan akan menjadikan putusan ini sebagai acuan untuk penegakan hukum di masa depan terhadap stablecoin algoritmik serta rekayasa keuangan berisiko tinggi di industri aset kripto.

3 Prediksi Harga Teratas Bitcoin, Emas, dan Perak saat Saham Keluar dari Zona Ketakutan

12 December 2025 at 06:01

Harga Bitcoin, emas, dan perak tetap diperdagangkan dengan kecenderungan bullish minggu ini, karena aset kripto pionir dan dua komoditas safe haven tersebut menanggapi keputusan suku bunga The Fed yang sudah lewat.

Setelah para pengambil kebijakan memutuskan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin persentase, data menunjukkan pasar saham Amerika Serikat tidak lagi menunjukkan rasa takut, pergerakan penting yang terakhir kali terjadi di awal Oktober.

Bitcoin, Emas, dan Perak: Update Prospek Harga saat Ketentraman Pasar Saham Kembali

Pasar saham AS mencetak rekor tertinggi pada Kamis, 11 Desember, dan para analis memproyeksikan potensi kenaikan lebih lanjut. Rekor ini terjadi setelah The Fed memangkas suku bunga, yang biasanya mendorong naiknya harga saham.

Biaya pinjaman yang lebih rendah meningkatkan keuntungan perusahaan, mendorong investasi bisnis, dan menambah nilai pada pendapatan di masa depan. Selain itu, kredit yang lebih murah memperbesar belanja konsumen, sementara investor bergeser dari obligasi ke saham demi imbal hasil lebih tinggi.

Kondisi tersebut secara bersamaan memperbaiki likuiditas dan selera risiko, yang biasanya mendorong harga saham naik di banyak sektor. Inilah sebabnya pasar saham kini tidak lagi menunjukkan ketakutan.

JUST IN 🚨: Stock Market says Goodbye to Fear for the first time since early October 🫡🥳🫂 pic.twitter.com/vSd1qLkbkO

— Barchart (@Barchart) December 11, 2025

Sementara itu, Bitcoin, emas, dan perak juga menunjukkan optimisme serupa, dengan harga XAU dan XAG melonjak karena biaya menyimpan aset turun dan ekspektasi inflasi meningkat.

Sinyal Reversal Bullish Mulai Terbentuk pada Harga Bitcoin karena Arus Likuiditas Kembali

Grafik harian Bitcoin memperlihatkan harga mulai pulih di dalam channel naik yang jelas, dan channel ini terbentuk setelah koreksi tajam dari level tertinggi di awal Oktober.

Meski harga BTC masih di bawah exponential moving average utama (50 dan 100, masing-masing pada US$96.583 dan US$101.943), BTC mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi arah tren. Pola ini tampak dari setiap titik terendah baru yang selalu lebih tinggi dari titik sebelumnya — sebuah ciri klasik pola pemulihan awal.

Volume Profiles yang bullish (batang horizontal hijau) memperlihatkan node volume tinggi di sekitar level Fibonacci 78,6%, menandakan para bull bisa saja membela US$90.358 sebagai support penting.

Level ini bisa menjadi titik tumpuan perubahan harga, dan berpotensi menjadi pijakan untuk pergerakan BTC selanjutnya ke atas.

Jika candlestick mampu menutup secara decisif di atas level US$90.358, BTC bisa mengincar klaster likuiditas besar di kisaran US$98.000–US$103.000.

Sementara itu, indikator RSI (Relative Strength Index) tetap netral, yang berarti masih ada ruang untuk ekspansi ke kedua arah.

Histogram indikator AO (Awesome Oscillator) makin menuju wilayah positif dan sudah berwarna hijau, menandakan momentum bullish mulai berkembang.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Meski begitu, kelanjutan bullish jangka pendek masih bergantung pada terjaganya struktur channel naik. Jika harga menembus batas bawah channel yang bertepatan dengan level Fibonacci 78,6% di US$90.358, BTC berpotensi mendapat tekanan bearish; momentum jual berikutnya kemungkinan mendorong BTC ke kisaran antara US$86.000 sampai US$80.600.

Tantangan utama tetap pada upaya merebut kembali posisi EMA, terutama EMA 50-hari dan 100-hari yang berada di sekitar US$96.583 dan US$101.943.

Secara historis, BTC biasanya bergerak lebih cepat begitu menembus atas moving average tersebut pada masa konsolidasi pertengahan siklus.

Secara keseluruhan, BTC menunjukkan pemulihan yang terkontrol, volume yang meningkat, dan channel yang konstruktif, namun konfirmasi utama hanya akan datang jika bull berhasil menguasai level psikologis US$100.000.

Momentum Breakout Harga Emas Semakin Kuat di Atas Resistance Kunci

Grafik 4 jam untuk pasangan XAU/USD memperlihatkan harga emas hampir menembus breakout bersih dari formasi segitiga simetris yang makin mendatar. Formasi teknikal ini muncul setelah koreksi tajam sebesar US$490 (-11,19%) di awal kuartal.

Segitiga simetris di puncak uptrend sering menjadi pola kelanjutan di mana harga berkonsolidasi sebelum melanjutkan arahnya. Breakout emas selaras dengan pola ini, karena berhasil menembus garis downtrend dengan momentum kuat.

Pergerakan terukur dari segitiga memperkirakan target ke atas sekitar US$4.720, naik sekitar 11% dari titik breakout.

Saat ini, harga emas mulai stabil di sekitar US$4.273, level di mana candle breakout ditutup. Selama harga emas tetap di atas batas atas segitiga, struktur bullish masih bertahan.

Trader yang ingin ambil posisi long di XAU/USD sebaiknya menunggu konfirmasi retest sukses di garis tren atas.

RSI berada di tengah-tengah kisaran, tapi cenderung bullish di angka 65, menandakan emas masih belum overbought. Arahnya yang naik biasanya menjadi setup sehat untuk kelanjutan tren.

Garis MACD (Moving Average Convergence Divergence) sudah berpotongan bullish dan mulai melebar, yang menjadi pertanda kekuatan kenaikan terus bertambah.

Level support yang perlu diperhatikan ada di US$4.180, US$4.140, US$4.098, dan pivot lebih dalam pada US$3.998, yang menjadi dasar koreksi sebelumnya. Selama harga emas masih di atas level-level ini, kontrol tetap di tangan bull.

Gold (XAU) Price Performance
Performa Harga Gold (XAU). Sumber: TradingView

Kita juga perlu memperhatikan bahwa breakout Gold selaras dengan tren ekonomi makro yang lebih luas: ketidakpastian geopolitik yang meningkat, ekspektasi inflasi yang terus berlangsung, dan permintaan tinggi dari bank sentral.

Central banks are ramping up gold purchases:

Global central banks purchased +53 tonnes of gold in October, the most since November 2024.

This marks a +194% jump compared to July, and the 3rd-straight monthly acceleration.

In the first 10 months of the year, central banks have… pic.twitter.com/7pZWyEjjvf

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 4, 2025

Sementara itu, secara teknikal, struktur harga mendukung kemungkinan untuk menguji ulang, bahkan mungkin melewati, level tertinggi terbaru.

Sinyal Cup-and-Handle Jangka Panjang Harga Silver Menargetkan Kenaikan Besar

Grafik harga Silver secara multi-dekade menampilkan salah satu struktur bullish jangka panjang terkuat di komoditas, yaitu breakout Pola Cup & Handle multi-siklus yang besar.

Pola “cup” dimulai dari puncak tahun 1980 hingga penolakan pada tahun 2011, dengan pergerakan terukur sebesar 871%. Pola “handle”-nya memang lebih kecil, tapi masih kuat, terbentuk dari tahun 2011 sampai 2024 dan menunjukkan pergerakan terukur 152%. Kedua pola ini bertemu di garis breakout yang sama, yaitu di sekitar US$36, level yang sudah lebih dari 40 tahun sulit dilewati oleh Silver.

Candle terbaru menunjukkan breakout tegas dan volume tinggi yang melampaui resistance ini, mengindikasikan adanya perubahan struktur, bukan sekadar lonjakan sesaat.

Saat sebuah komoditas berhasil menembus batas harga multi-dekade, price discovery bisa terjadi sangat cepat karena tidak ada resistance historis yang menghalangi.

Silver (XAG) Price Performance
Performa Harga Silver (XAG). Sumber: TradingView

namun, Relative Strength Index (RSI) berada di wilayah overbought (di atas 80), tapi dalam breakout jangka panjang seperti ini, kondisi tersebut biasanya menandakan adanya momentum, bukan kelelahan. Moving Average Convergence Divergence (MACD) juga telah masuk ke area bullish secara kuat sehingga tren kenaikannya terkonfirmasi.

Jika breakout ini terus bertahan, maka level psikologis berikutnya yang penting adalah US$70, dengan zona all-time high tahun 1980/2011, sekarang di dekat US$50, telah berubah menjadi support.

Silver soars to $64 for the first time in history 🚨📈 Dear God 🤯👀 pic.twitter.com/2ffpTOUB1E

— Barchart (@Barchart) December 11, 2025

Mengingat masa konsolidasi yang lama dan pasokan yang terbatas selama beberapa tahun terakhir di pasar silver, kenaikan melebihi level tertinggi historis memang masih bisa terjadi.

namun, harga Silver secara historis memang cenderung volatile, jadi retest ke zona US$36 bisa saja terjadi sebelum tren penguatan berlanjut secara lebih stabil.

Do Kwon Gets 15 Years, 10 Less Than SBF—Here’s Why

12 December 2025 at 10:08

Terraform Labs co-founder Do Kwon was sentenced to 15 years in federal prison on Thursday for orchestrating a $40 billion cryptocurrency fraud—a sentence notably lighter than the 25 years handed to FTX founder Sam Bankman-Fried (SBF) last year, despite Kwon’s fraud causing nearly four times the financial damage.

The sentencing disparity highlights how courtroom behavior, remorse, and cooperation with authorities can dramatically influence outcomes in high-profile white-collar cases.

The Verdicts

US District Judge Paul Engelmayer, presiding over Kwon’s case in the Southern District of New York, described the Terra-Luna collapse as “a fraud on an epic, generational scale.” He rejected both the prosecution’s recommendation of 12 years as “unreasonably lenient” and the defense’s request for five years as “utterly unthinkable and wildly unreasonable.”

“Your offense caused real people to lose $40 billion in real money, not some paper loss,” Engelmayer told Kwon, noting there may have been as many as one million victims worldwide.

By contrast, Judge Lewis Kaplan sentenced SBF to 25 years in March 2024 for an $11 billion fraud, citing the defendant’s “exceptional flexibility with the truth” and “apparent lack of any real remorse.”

Why the Difference?

Guilty Plea vs. Trial

Kwon pleaded guilty in August 2025 to conspiracy and wire fraud charges, accepting responsibility for misleading investors about TerraUSD’s stability mechanisms. In a letter to the court, he wrote: “I alone am responsible for everyone’s pain. The community looked to me to know the path, and I, in my hubris, led them astray.”

SBF, on the other hand, went to trial and maintained his innocence throughout. He argued that FTX was merely experiencing a “liquidity crisis” rather than outright fraud. The jury took just four hours to convict him on all seven counts.

Courtroom Conduct

Judge Kaplan found that SBF committed perjury at least three times during his testimony. Kaplan called SBF’s performance on the stand the most “evasive” he had witnessed in nearly 30 years on the bench. “When he wasn’t outright lying, he was often evasive, hairsplitting, dodging questions,” Kaplan said.

The judge also found that SBF had attempted to tamper with witnesses before trial. He sent messages to former FTX general counsel Ryne Miller suggesting they “vet things with each other.”

Kwon, by contrast, listened to victim impact statements—315 letters submitted to the court—and apologized directly. “Hearing from victims was harrowing and reminded me again of the great losses that I have caused,” he told Judge Engelmayer.

Future Legal Exposure

A critical factor in Kwon’s sentencing was his pending prosecution in South Korea. He faces charges that could result in up to 40 additional years in prison. Judge Engelmayer explicitly considered this when crafting the sentence. Kwon will likely be extradited to face trial in his home country after serving his US term.

SBF faces no comparable foreign legal jeopardy, making his 25-year US sentence his primary punishment. However, he is actively fighting to overturn his conviction. In November 2025, SBF’s legal team filed an appeal, arguing that he was “presumed guilty” before his trial even began. His attorney, Alexandra Shapiro, claims the court blocked key evidence proving FTX’s solvency and allowed biased treatment throughout the proceedings. The Second Circuit is expected to take several months to issue a ruling.

Do KwonSam Bankman-Fried
Sentence15 years25 years
Estimated Loss$40 billion$11 billion
PleaGuilty pleaTrial conviction
RemorseApologized to victimsNo remorse shown
PerjuryNone3 counts found
Witness TamperingNoneYes
Additional ChargesUp to 40 years in South KoreaNone
Source: BeInCrypto

The Bigger Picture

Both cases represent landmark moments in cryptocurrency enforcement. Prosecutors noted that Kwon’s losses exceeded those caused by SBF, OneCoin co-founder Karl Sebastian Greenwood, and former Celsius CEO Alex Mashinsky combined.

The sentencing outcomes send a clear message to the crypto industry: cooperation and genuine remorse can meaningfully reduce prison time.

Kwon has agreed to forfeit $19.3 million as part of his plea deal. He was also ordered to pay an $80 million fine and to receive a lifetime ban on cryptocurrency transactions as part of his 2024 SEC settlement.

His request to serve his sentence in South Korea was denied.

The post Do Kwon Gets 15 Years, 10 Less Than SBF—Here’s Why appeared first on BeInCrypto.

Game of Prediction Thrones: Coinbase, Crypto.com, Gemini Join the Battle

12 December 2025 at 08:18

Coinbase, the largest cryptocurrency exchange in the United States, is preparing to launch prediction markets and tokenized equities, while Gemini has secured regulatory approval.

Kalshi and Crypto.com have formed an industry coalition. Changpeng Zhao is targeting 220 million users through BNB Chain. The war among giants for the throne of the $15 billion prediction market has officially begun.

Coinbase Reveals Key Card in “Everything App” Strategy

Coinbase reportedly plans to officially announce prediction markets and tokenized equity services at a showcase on December 17. The tokenized stocks will be launched in-house, not through partners.

📢 𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐈𝐍: $COIN Coinbase Ready to Launch Prediction Markets, Tokenized Stocks – Bloomberg pic.twitter.com/D9Yws3pzun

— Hardik Shah (@AIStockSavvy) December 11, 2025

Coinbase executives have previously expressed interest in entering these businesses but had not made official announcements. However, expectations have been building as screenshots hinting at related functionality have circulated on social network X in recent weeks. A Coinbase spokesperson declined to comment on specific plans, stating only: “Tune in to the livestream on Dec. 17 to find out what new products Coinbase is shipping.”

This move is part of Coinbase’s ongoing “everything app” strategy, designed to provide traders with access to a broad range of assets and markets while keeping pace with rivals who are diversifying their offerings. Robinhood launched Kalshi’s prediction market products earlier this year, and both Robinhood and Kraken offer tokenized US stocks and ETFs outside the United States.

Trading in tokenized equities is growing rapidly. According to rwa.xyz, monthly transfer volume increased 32% over the last 30 days to $1.45 billion.

Industry Coalition CPM Launches: “A Unified Voice Is Necessary”

On the same day, Kalshi and Crypto.com announced the launch of the Coalition for Prediction Markets (CPM), a national alliance of prediction market operators. Coinbase, Robinhood, and sports gaming platform Underdog joined as founding members.

Matt David, executive board member of CPM, emphasized: “The US is the biggest frontier for prediction markets, and the momentum we’re seeing makes a unified industry voice not just important, but necessary.”

The coalition will focus on strengthening the federal framework for prediction markets, establishing nationwide integrity standards to curb insider trading, and pushing back against state-level regulatory overreach.

Sara Slane, head of corporate development at Kalshi and an executive member of the coalition, stated: “We spent years working with the CFTC because prediction markets must operate with strong federal safeguards that prevent insider trading, protect consumers, and ensure these markets remain transparent and corruption-free.” The coalition said more companies are in talks to join.

Gemini Secures CFTC Approval, Shares Surge 28%

Winklevoss twins-founded exchange, Gemini, has also entered the prediction market battlefield. Gemini Space Station Inc. received approval from the Commodity Futures Trading Commission (CFTC) for a derivatives exchange.

The approval allows Gemini to offer event contract trading services to existing US customers through its website and mobile app. In regulatory filings related to its IPO, Gemini had included prediction markets on “economic, financial, political, and sports forecasts” among its list of products of interest.

Gemini stated it “will explore expanding its derivatives offering for US customers to include crypto futures, options, and perpetual contracts.” Following the approval announcement, Gemini shares surged as much as 28% in extended trading.

The approval is among the latest agency actions under Acting Chairman Caroline Pham, who has positioned herself as a champion of the digital assets industry and has taken numerous steps to advance crypto trading on CFTC-regulated platforms. Pham also announced that Tyler Winklevoss would participate in the agency’s CEO Innovation Council, which will include Polymarket founder Shayne Coplan, CME Group Chairman and CEO Terry Duffy, and Kalshi co-founder Tarek Mansour.

CZ Marches to the Center Stage of Prediction Markets

Binance founder Changpeng Zhao (CZ) is also expanding his prediction market territory. On December 4, CZ posted on X about a new prediction market launching on BNB Chain. A key feature of the platform is that user funds generate yield while awaiting outcomes. The platform is backed by YZiLabs (formerly Binance Labs), which manages over $10 billion in assets and has invested in more than 300 projects globally.

One day earlier, Trust Wallet, owned by CZ, launched its Predictions feature. Web3 prediction market protocol Myriad joined as the first integration partner, enabling users to bet on politics, sports, and market trends within the app. Trust Wallet’s user base stands at 220 million.

BNB Chain completed its integration with Polymarket in October, and Opinion Labs, a prediction market provider backed by YZiLabs, launched its mainnet. Opinion Labs secured a multi-million dollar investment at Binance Blockchain Week. They completed a $5 million seed funding round in Q1 2025, led by YZiLabs with participation from Animoca Ventures and Amber Group.

Trump Media Enters the Fray with Truth Predict

Trump Media & Technology Group, the social media company of former President Donald Trump, is also jumping into the prediction market business. The company plans to launch “Truth Predict” on its Truth Social network, allowing users to bet on events ranging from political elections to changes in the inflation rate.

Truth Predict will use Crypto.com Derivatives North America to process bets and will offer wagers on commodity prices and events across all major sports leagues. Initial testing will begin “in the near future,” followed by a full US launch and eventual global expansion.

Devin Nunes, CEO of Trump Media and a former Republican congressman, stated: “For too long, global elites have closely controlled these markets. With Truth Predict, we’re democratizing information and empowering everyday Americans to harness the wisdom of the crowd.”

The Race for the $15 Billion Throne

Prediction markets have exploded since a federal court dismissed the prohibition on election betting last year. Weekly notional trading volume on Polymarket and Kalshi has surpassed the peak set during last year’s US presidential election, reaching new records.

Investor interest is soaring. Kalshi’s valuation has more than doubled following its recent funding round, reaching $11 billion. Polymarket is reportedly seeking to raise funds at a valuation of up to $15 billion.

Traditional financial exchanges, including CME Group and Intercontinental Exchange, are also exploring ways to enter this market. Monthly transfer volume for tokenized equities increased 32% over the last 30 days to $1.45 billion.

However, regulatory uncertainty remains a challenge. Kalshi filed a lawsuit in October against New York’s gaming commission, alleging that the state agency is overstepping its authority by attempting to regulate sports betting operations that fall exclusively under federal jurisdiction. Sports betting remains illegal in nearly a dozen US states, and lawsuits over the legality of prediction markets are mounting.

Coinbase, Gemini, CZ’s BNB Chain, and the newly formed industry coalition — the game of giants for the $15 billion throne has only just begun.

The post Game of Prediction Thrones: Coinbase, Crypto.com, Gemini Join the Battle appeared first on BeInCrypto.

JP Morgan Brings Commercial Paper to Solana in Historic First

12 December 2025 at 07:26

JP Morgan has successfully arranged one of the first-ever debt issuances on a public blockchain, executing a US Commercial Paper offering for Galaxy Digital Holdings LP on the Solana network.

The transaction, announced December 11, was purchased by Coinbase and Franklin Templeton, with all settlement conducted in Circle’s USDC stablecoin—a first for the commercial paper market.

Wall Street No Longer Experimenting

The deal represents a significant departure from JP Morgan’s previous blockchain strategy, which relied primarily on its private Onyx network and JPM Coin. By choosing Solana’s public infrastructure, the Wall Street giant has effectively validated the network’s capability to handle institutional-grade financial products.

“This issuance is a clear example of how public blockchains can improve the way capital markets operate,” said Jason Urban, Global Head of Trading at Galaxy. Franklin Templeton’s Head of Innovation Sandy Kaul added that institutions are no longer just experimenting with blockchain—they’re “transacting on it in a big way.”

JP Morgan served as Arranger, creating the on-chain USCP token and facilitating delivery-versus-payment (DVP) settlement. The DVP model eliminates counterparty risk by ensuring that assets and payments are exchanged simultaneously—a critical feature for institutional adoption. Galaxy Digital Partners LLC acted as the Structuring Agent, marking Galaxy’s first-ever commercial paper issuance.

Coinbase played dual roles as both an investor and an infrastructure provider, offering private-key custody, wallet services, and USDC on- and off-ramp capabilities. The collaboration between traditional finance and crypto-native firms signals a maturing ecosystem ready for mainstream adoption.

Why Solana and USDC

Solana’s selection reflects its technical advantages: speed, scalability, and low transaction costs. The network’s ability to process thousands of transactions per second made it well-suited for institutional operations requiring efficiency and reliability. While Ethereum remains prominent in the tokenization landscape, Solana’s cost efficiency positions it for high-frequency, cost-sensitive financial applications.

Circle’s USDC stablecoin played an equally pivotal role. According to Circle’s official reports, USDC has enabled over $850 billion in value transfers globally, supporting real-time settlement for compliant financial operations. Its use as settlement currency for traditional debt instruments represents a breakthrough for stablecoin utility.

Strong Financials Back the Deal

The transaction strengthens Galaxy’s short-term funding capabilities amid robust financial performance. The company reported $629 million in adjusted EBITDA for Q3 2025—a record quarter. As of June 30, 2025, Galaxy held $2.6 billion in equity and $1.2 billion in cash and stablecoins, positioning it well to expand blockchain-based funding channels.

JP Morgan‘s involvement adds significant credibility. JP Morgan holds $40.1 trillion in assets under custody, $1.11 trillion in deposits, and operations spanning more than 100 countries. The bank’s endorsement of public blockchain infrastructure carries substantial weight for institutional observers.

SOL Unmoved Despite Historic News

Despite the landmark nature of the transaction, Solana’s native token, SOL, has shown a limited price reaction. As of December 12, SOL trades at approximately $136, down 2.25% over the past week. The token briefly spiked above $145 on December 9-10 before retreating to current levels.

Source: BeInCrypto

The muted response may reflect the market’s forward-looking nature—institutional adoption has long been anticipated. Broader market conditions and profit-taking following recent gains could also be overshadowing the positive news.

The post JP Morgan Brings Commercial Paper to Solana in Historic First appeared first on BeInCrypto.

Russia Revives Blacklisted Crypto Empire Garantex to Outrun Sanctions

12 December 2025 at 06:56

Sanctioned Russian exchange Garantex is quietly moving funds again, according to an on-chain payout architecture uncovered by blockchain analytics firm Global Ledger. 

The forensic evidence confirmed that Russian actors have rebuilt a functioning payout system despite law enforcement efforts.

Garantex Quietly Moves Millions

A new investigation by Global Ledger reveals that Garantex, a Russian crypto exchange previously hit by Western sanctions and a server seizure, is still managing to move large sums of money. 

Researchers have uncovered new Garantex-linked wallets on Bitcoin and Ethereum that, together, hold more than $34 million in cryptocurrency. At least $25 million has already been paid out to former users. These movements confirm that the operation is active despite international pressure to shut it down.

Global Ledger explained that Garantex is operating a payout system designed to conceal the flow of money. The exchange shifts its reserves into mixing services such as Tornado Cash, which scramble the funds to obscure their origin. 

Garantex uses Tornado Cash to obscure money movement. Source: Global Ledger.
Garantex uses Tornado Cash to obscure money movement. Source: Global Ledger.

The money is then routed through a series of cross-chain tools. These facilitate the transfer of assets between networks, including Ethereum, Optimism, and Arbitrum. These transfers eventually end up in aggregation wallets, and from there, the funds are distributed to individual payout wallets.

The investigation also found that most Ethereum reserves remain untouched. More than 88% of the ETH linked to Garantex remains in reserve, indicating that only the initial phase of payouts has commenced.

The findings in the Global Ledger report are situated within a broader transformation within Russia’s financial system.

How Russia Uses A7A5 to Keep Trade Alive

Russia has made a remarkable shift in its approach to digital assets. 

In early 2022, the Russian Central Bank proposed a blanket ban on cryptocurrencies, describing them as a threat to financial stability. By 2024, the country had reversed its position and began using crypto to support trade under sanctions.

President Vladimir Putin has also personally backed a new payment network called A7. 

A7 launched a rouble-backed stablecoin named A7A5 at the start of 2025. This token enables the flow of money in and out of the conventional financial system, and according to Chainalysis, it has already supported more than $87 billion in trading activity.

Russian companies utilize A7A5 to convert rubles into USDT. This allows Russian firms to continue making cross-border payments even when banks refuse to process transfers linked to Russia.

While Russia works to build a financial system that no longer depends on Western channels, the Global Ledger findings add a critical new layer by showing that Garantex has not disappeared. 

Instead, it has adapted its operations and continues to move money through structures that mirror newer state-backed systems.

Taken together, the evidence shows how states are developing new crypto-based payment systems that circumvent country-specific sanctions and erode traditional forms of external pressure.

The post Russia Revives Blacklisted Crypto Empire Garantex to Outrun Sanctions appeared first on BeInCrypto.

4 Charts Explain Bitcoin’s Price Condition Heading into Christmas 2025

12 December 2025 at 06:33

Bitcoin approaches Christmas 2025 in a fragile but interesting position. Price trades around the $93,000 area after weeks of pressure. Four key charts show a market late in its correction, yet still lacking a clear bullish trigger.

The data highlights three big forces at work. Recent buyers sit in heavy losses, while new whales are capitulating. Macro conditions still drive price, even as spot buying strength quietly returns.

Short-Term Bitcoin Holders are in Deep Pain

The first chart tracks short-term holder (STH) realized profit and loss. This group includes coins bought in recent months. Their “realized price” is the average cost basis for these coins. 

Bitcoin Short-Term Holders Realized Profits and Losses. Source: CryptoQuant

Earlier in 2025, STHs sat on strong gains. Their average position was 15–20% in profit as Bitcoin pushed higher. That phase encouraged profit-taking and added sell pressure near the highs.

Today, the picture has flipped. Bitcoin trades below the STH realized price, and the cohort shows about -10% losses. The histogram on the chart is red, marking one of the deepest loss regimes of 2025.

This has two consequences.

Near term, these underwater holders can sell into every bounce. Many simply want out at break-even, which caps rallies toward their entry zone.

However, deep and persistent loss pockets usually appear later in corrections. They signal that weak hands already took heavy damage.

At some point, the selling power of this group runs low.

75% of Short-Term Holder's coins are sitting in loss (over 4.36 million BTC).

Interestingly enough, this is a comparable trend to the prior two local bottoms of this Bitcoin cycle. pic.twitter.com/2w1J4rXzi9

— On-Chain College (@OnChainCollege) December 8, 2025

Historically, the key turning signal comes when price reclaims the STH realized price from below. That move tells you forced selling is mostly done and new demand absorbs supply.

Until that happens, the chart still argues for caution and range trading around current levels.

New Bitcoin Whales Just Surrendered

The second chart shows realized profit and loss by whale cohorts. It splits flows between “new whales” and “old whales”. New whales are large holders that accumulated recently.

Realized Profits by Bitcoin Whales Since November 2025. Source: CryptoQuant


Yesterday, new whales realized $386 million in losses in one day. Their bar on the chart is a large negative spike. Several other big negative bars cluster around recent lows.

Old whales tell a different story. Their realized losses and profits are smaller and more balanced. They are not exiting at the same pace as the newcomers.

This pattern is typical at late stages of a correction. New whales often buy late, sometimes with leverage or strong narrative bias. When price moves against them, they are first to capitulate.

That capitulation has a structural benefit. Coins move from weak large hands to stronger hands or smaller buyers. Future sell-side overhang from this group decreases after such events.

Short term, these flushes can still drag price lower. Yet medium term, they improve the quality of Bitcoin’s holder base.

The market becomes more resilient once panicked large sellers finish exiting.

Real Interest Rates Still Steer Bitcoin

The third chart overlays Bitcoin with two-year US real yields, inverted. Real yields measure interest rates after inflation. The series moves almost tick-for-tick with BTC across 2025.

When real yields fall, the inverted line rises. Bitcoin tends to rise alongside it as liquidity improves. Lower real yields make risk assets more appealing relative to safe bonds.

2-Year Real Interest Rates Inverted With BTC Overlaid

Since late summer, real yields have moved higher again. The inverted line trended lower, and Bitcoin followed it down. This shows macro conditions still dominate the larger trend.

Federal Reserve rate cuts alone may not fix this. What matters is how markets expect real borrowing costs to evolve. If inflation expectations fall faster than nominal rates, real yields can even rise.

For Bitcoin, a durable new bull leg likely needs easier real conditions. Until bond markets price that shift, BTC rallies face a macro headwind.

What is driving the drawdown in Bitcoin?

When you stop listening to Bitcoin pundits and start listening to what Bitcoin is saying about itself, then you will see the real truth

I am going to lay out the 3 major things you need to watch for Bitcoin right now 🧵 pic.twitter.com/FC60PPt2gG

— Capital Flows (@Globalflows) December 11, 2025

Spot Taker Buyers are Stepping Back In

The fourth chart tracks 90-day Spot Taker CVD across major exchanges. CVD measures the net volume of market orders that cross the spread.

It shows whether aggressive buyers or sellers dominate.

For weeks during the drawdown, the regime was Taker Sell Dominant. Red bars filled the chart as sellers hit bids across spot markets. This aligned with the grinding drift lower in price.

Now the signal has flipped. The metric just turned Taker Buy Dominant, with green bars returning. Aggressive buyers now outnumber aggressive sellers on spot venues.

Taker Buy momentum is back 🔄

Bitcoin's 90-day Spot Taker CVD just flipped to **Taker Buy Dominant** — marking a shift in market behavior after weeks of sell-side pressure.

Buy-side aggression is returning across major spot exchanges. pic.twitter.com/w5uaGcGHPi

— Maartunn (@JA_Maartun) December 11, 2025

This is an early but important change. Trend reversals often start with microstructure shifts like this.
First buyers step in, then price stabilizes, then larger flows follow.

One day of data is never enough. However, a sustained green regime would confirm that real demand is back. It would show spot markets absorbing supply from STHs and capitulating whales.

What It All Means For Bitcoin Price Heading Into Christmas

Taken together, the four charts show a late-stage correction, not a fresh bull market.

Short-term holders and new whales carry heavy losses and still sell into strength. Macro real yields keep a lid on risk appetite at the index level.

At the same time, some building blocks for a recovery are visible. Capitulation by new whales cleans up the holder base.

Spot taker buyers are returning, which reduces downside velocity.

Heading into Christmas 2025, Bitcoin looks range-bound with a bearish tilt, hovering around $90,000.

Downside spikes into the mid or high-$80,000s remain possible if real yields stay high. A clear bullish shift likely needs three signals together:

First, price must reclaim the short-term holders’ realized price and hold above it. Second, two-year real yields should roll lower, easing financial conditions.

Third, Taker Buy dominance should persist, confirming strong spot demand.

Until that alignment appears, traders face a choppy market shaped by macro data and trapped holders. Long-term investors may see this as a planning zone rather than a time for aggressive bets.

The post 4 Charts Explain Bitcoin’s Price Condition Heading into Christmas 2025 appeared first on BeInCrypto.

Terra Founder Do Kwon Sentenced to 15 Years in Prison for Fraud

12 December 2025 at 06:13

A US court has sentenced Terra founder Do Kwon to 15 years in prison, concluding one of the most consequential fraud cases in crypto history.

The decision, delivered on December 11, 2025, follows Kwon’s guilty plea earlier this year.

End of the 2022 Crypto Winter Saga?

The sentencing ends a three-year and seven-month legal saga that began after the collapse of Terra’s algorithmic stablecoin ecosystem in May 2022, which erased tens of billions in market value and triggered a cascade of failures across the crypto sector.

Prosecutors argued that Kwon knowingly misled investors about the stability of TerraUSD and the backing of its broader ecosystem.

Kwon’s sentence is shorter than the 25 years received by FTX founder Sam Bankman-Fried, though both cases have reshaped global regulatory attitudes toward digital assets.

Judge’s Verdict During Do Kwon’s Trial. Source: Inner City Press

Prosecutors highlighted the scale of damage caused by Terra’s implosion, citing widespread retail losses and systemic fallout across lending platforms and hedge funds.

Kwon had faced charges in both the United States and South Korea before being extradited. His guilty plea consolidated proceedings under US jurisdiction, enabling today’s sentencing.

The court emphasised investor protection and accountability as central factors in determining the term.

The decision marks a turning point for the Terra community, which continues to trade legacy tokens LUNC and LUNA despite the network’s collapse. Market reaction remains volatile as traders digest the implications of Kwon’s conviction.

Terra Luna Classic (LUNC) Price Over the Past Week. Source: CoinGecko

With the case now closed, regulators are expected to use the verdict as a reference point for future enforcement actions involving algorithmic stablecoins and high-risk financial engineering in crypto.

The post Terra Founder Do Kwon Sentenced to 15 Years in Prison for Fraud appeared first on BeInCrypto.

Top 3 Price Prediction Bitcoin, Gold, Silver as Stocks Move Out of the Fear Zone

12 December 2025 at 06:01

Bitcoin, gold, and silver prices continue to trade with bullish biases this week, as the pioneer crypto and the two commodity safe havens see the Fed’s interest rate decision through a rearview mirror.

After policymakers decided to cut interest rates by a quarter of a percentage point, data show that the stock market is no longer flashing fear, a major break last seen in early October.

Bitcoin, Gold, Silver: Updated Price Outlook as Stock Market Calm Returns

The US stock market hit an all-time high on Thursday, December 11, with analysts projecting further upside. It follows the Fed’s decision to cut interest rates, a move that usually lifts the stock market.

Lower borrowing costs boost corporate profits, encourage business investment, and increase the value of future earnings. Similarly, cheaper credit increases consumer spending, while investors shift from bonds to equities in search of higher returns.

Together, this improves liquidity and risk appetite, typically driving stock prices higher across most sectors. This explains why the stock market is no longer flashing fear.

JUST IN 🚨: Stock Market says Goodbye to Fear for the first time since early October 🫡🥳🫂 pic.twitter.com/vSd1qLkbkO

— Barchart (@Barchart) December 11, 2025

Meanwhile, Bitcoin, gold, and silver are evoking similar optimism, with XAU and XAG prices surging as holding costs decline and inflation expectations rise.

Bullish Reversal Builds for Bitcoin Price as Liquidity Flows Return

Bitcoin’s daily chart shows the price recovering within a well-defined ascending channel, which formed after the sharp correction from its early October highs.

Despite still trading below the major exponential moving averages (50 and 100 at $96,583 and $101,943, respectively), BTC is showing early signs of trend stabilization. This is seen with each recent low forming higher than the previous one, a classic early-stage recovery pattern.

The bullish Volume Profiles (green horizontal bars) reveal a significant high-volume node around the 78.6% Fibonacci retracement level, suggesting bulls could defend $90,358 as critical support.

This level may act as an anchoring point for price inflection, potentially serving as the jumping-off point for the next move north.

A decisive candlestick close above the $90,358 level could allow BTC to target the heavier liquidity cluster around $98,000–$103,000.

Meanwhile, the RSI (Relative Strength Index) indicator remains neutral, suggesting room for expansion in either direction.

The histograms of the AO indicators (Awesome Oscillator) are edging toward positive territory and flashing green, suggesting bullish momentum is growing.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Bitcoin (BTC) Price Performance. Source: TradingView

Nonetheless, short-term bullish continuation depends on maintaining the upward channel structure. Breaking below the lower boundary of the channel, which confluences with the 78.6% Fibonacci retracement level at $90,358, would expose BTC to bearish pressure, with the ensuing seller momentum likely to send BTC to the range between $86,000 and $80,600.

The main challenge remains reclaiming the EMAs, particularly the 50-day and 100-day, which cluster around $96,583 and $101,943.

Historically, BTC tends to accelerate once it breaks above these moving averages during mid-cycle consolidations.

Overall, BTC exhibits a controlled recovery, rising volume, and a constructive channel, but major confirmation will only come if bulls reclaim the $100,000 psychological level.

Gold Price’s Breakout Momentum Strengthens Above Key Resistance

The 4-hour chart for the XAU/USD trading pair shows the gold price teasing with a clean breakout from a long, compressing symmetrical triangle. This technical formation formed after the sharp $490 retracement (-11.19%) earlier in the quarter.

Symmetrical triangles at the top of an uptrend often behave as continuation patterns, where price consolidates before resuming its prior direction. Gold’s breakout aligns with this playbook, pushing above the downtrend line with strong momentum.

The measured move of the triangle projects an upside target of roughly $4,720, up by just over 11% above the breakout point.

Meanwhile, the gold price is currently stabilizing around $4,273, where the breakout candle closed. As long as Gold holds above the triangle’s upper boundary, the bullish structure remains intact.

Traders waiting to take long positions on XAU/USD should consider waiting for a successful retest of the upper trendline.

The RSI is mid-range but leaning bullish at 65, suggesting gold is still not overbought. Its trajectory shows rising momentum, typically a healthy setup for continuation.

The MACD (Moving Average Convergence Divergence) lines have crossed bullishly and are widening, a sign of increasing upward force.

Support levels to monitor sit at $4,180, $4,140, $4,098, and the deeper pivot at $3,998, which marks the base of the prior correction. As long as the gold price stays above these levels, bulls maintain control.

Gold (XAU) Price Performance
Gold (XAU) Price Performance. Source: TradingView

It is also worth noting that Gold’s breakout aligns with its broader macro trend: rising geopolitical uncertainty, persistent inflation expectations, and strong demand from central banks.

Central banks are ramping up gold purchases:

Global central banks purchased +53 tonnes of gold in October, the most since November 2024.

This marks a +194% jump compared to July, and the 3rd-straight monthly acceleration.

In the first 10 months of the year, central banks have… pic.twitter.com/7pZWyEjjvf

— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 4, 2025

Technically, the structure supports the possibility of revisiting, and potentially surpassing, recent highs.

Silver Price’s Long-Term Cup-and-Handle Signal Targets Major Upside

The Silver price’s multi-decade chart is displaying one of the strongest long-term bullish structures in commodities, a giant multi-cycle Cup & Handle breakout.

The cup spans from the 1980 peak to the 2011 rejection, an 871% measured move. The handle, smaller but still powerful, forms a pattern between 2011 and 2024, showing a 152% measured move. Both formations converge at the same breakout line near $36, a level Silver has struggled to clear for over 40 years.

The latest candle shows a decisive, high-volume breakout far above this resistance, suggesting a structural shift rather than a temporary spike.

When a commodity breaks a multi-decade ceiling, price discovery can accelerate quickly due to lack of historical resistance.

Silver (XAG) Price Performance
Silver (XAG) Price Performance. Source: TradingView

However, the RSI is in overbought territory (above 80), but in long-term breakouts, this often reflects momentum rather than exhaustion. The MACD has crossed strongly into bullish territory, confirming the upward trend.

If the breakout sustains, the next key psychological level is $70, with the 1980/2011 all-time high zone, now near $50, flipped into support.

Silver soars to $64 for the first time in history 🚨📈 Dear God 🤯👀 pic.twitter.com/2ffpTOUB1E

— Barchart (@Barchart) December 11, 2025

Given the prolonged consolidation and tight multi-year supply constraints in the silver market, a move beyond historical highs cannot be ruled out.

However, Silver has historically remained volatile, so a retest of the $36 zone would be normal before a sustained continuation.

The post Top 3 Price Prediction Bitcoin, Gold, Silver as Stocks Move Out of the Fear Zone appeared first on BeInCrypto.

a16z prediksi tiga narasi aset kripto akan bersinar di tahun 2026

12 December 2025 at 04:32

Perusahaan venture a16z telah merilis prediksi tahunan tentang aset kripto, yang menjelaskan perubahan besar cara blockchain, agen AI, dan pembayaran global akan berjalan pada 2026.

Riset itu menyoroti tiga kekuatan utama — agen otonom, hilangnya sistem pembayaran tradisional, serta era baru blockchain yang mengutamakan privasi. Semua perkembangan tersebut menandakan adanya perombakan besar pada lapisan keuangan di internet.

AI agent akan mendorong perubahan besar

Perubahan paling besar, menurut a16z, adalah kemunculan agen AI sebagai peserta ekonomi. Saat ini, untuk setiap satu pekerja manusia di layanan keuangan, agen sudah melebihi jumlah pekerja hampir 100 banding 1.

Namun, sistem otonom ini masih belum punya identitas, izin, ataupun struktur kepatuhan. Pihak a16z memperkirakan bahwa pada 2026 akan hadir versi pertama dari KYA: Know Your Agent, yaitu lapisan identitas kriptografi yang menghubungkan agen dengan pemilik, batasan, serta tanggung jawab mereka.

Narasi Crypto Teratas dari 2025 | Sumber: CoinGecko

Tanpa ini, para agen bakal tetap menjadi “unbanked ghosts” yang tak bisa bertransaksi secara aman atau ikut serta di pasar nyata. Dengan identitas tersebut, mereka jadi pelaku pasar yang bisa diprogram untuk membelanjakan, berdagang, atau menyelesaikan nilai secara real-time.

Pembayaran Menghilang ke Dalam Infrastruktur Internet

Perubahan ini mendasari prediksi besar kedua: pembayaran akan menghilang ke dalam jaringan itu sendiri. Ketika agen AI memicu transaksi secara otomatis — membeli data, membayar waktu GPU, atau melunasi panggilan API — maka uang harus bergerak secepat dan sedetail informasi.

Teknologi baru seperti x402 memungkinkan perpindahan nilai bisa terjadi secara instan, permissionless, dan tanpa perantara.

Pada model ini, pembayaran bukan lagi lapisan aplikasi, melainkan perilaku asli dari jaringan. Bank, stablecoin, dan sistem settlement akan menjadi infrastruktur tak terlihat yang berada di balik perdagangan antar agen.

Privacy chain akan mendominasi

Privasi menjadi pilar ketiga dari prediksi a16z untuk 2026. Firma ini menilai bahwa privasi akan menjadi pertahanan terkuat di aset kripto, bahkan lebih penting dari performa ataupun throughput.

Secara khusus, begitu transaksi menjadi privat, pengguna akan menemui hambatan nyata saat berpindah chain karena pemindahan rahasia dapat membocorkan metadata. Ini menciptakan fenomena “privacy lock-in”, di mana chain yang mampu menjaga privasi dengan benar akan jadi pemenang utama.

Privacy will be the most important moat in crypto.

Why? Because secrets are hard to migrate.

Everyone is launching a new "high performance" blockchain lately. But these chains are hardly different from one another. Blockspace is functionally the same everywhere. And with…

— Ali Yahya (@alive_eth) December 5, 2025

Arthur Hayes juga mengutarakan hal serupa sebelumnya, dengan menekankan bahwa adopsi institusi tidak akan bisa berkembang di blockchain yang secara default bersifat publik.

“These large institutions don’t want their information public or at risk of going public,” ujar dia, sambil menjelaskan bahwa solusi privasi layer-2 kemungkinan akan muncul lebih dulu sementara Ethereum tetap menjadi substrat keamanan utama.

Prediksi aset kripto lain dari a16z menyoroti infrastruktur stablecoin yang berkembang, peralihan dari tokenisasi menjadi origination on-chain, cloud computing yang dapat diverifikasi lewat SNARK yang semakin cepat, serta munculnya “staked media” di mana komentator membuktikan kredibilitas lewat komitmen on-chain.

Arthur Hayes Beber Prediksi ‘Liar’ untuk Ethereum di 2026 dan Seterusnya

12 December 2025 at 09:30

Perjalanan jangka panjang Ethereum (ETH) kembali menjadi fokus selepas Arthur Hayes memaparkan prediksi menyeluruh tentang masa depan institusional aset ini, potensi harganya, serta lanskap kompetitifnya.

Komentarnya mencuat tatkala Ethereum bertengger di kisaran US$3.200, berfluktuasi antara US$3.060 dan US$3.440 sepanjang pekan. Pelaku besar seperti BitMine milik Tom Lee turut mendongkrak kepemilikan Ethereum mereka dengan laju yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ethereum Jadi Standar Institusional

Hayes percaya pasar masih belum memahami seberapa dalam institusi tradisional berniat mengintegrasikan Ethereum. Menurutnya, setelah bertahun-tahun gagal membangun blockchain privat, bank akhirnya memahami kebutuhan akan lapisan penyelesaian publik.

“Organisasi-organisasi ini pada akhirnya memahami bahwa Anda tidak bisa memiliki blockchain privat; Anda harus memakai blockchain publik untuk keamanan dan penggunaan nyata,” katanya.

Ia menghubungkan pergeseran ini dengan ledakan stablecoin, yang telah memaksa bank menerima nilai dari penyelesaian on-chain.

Menurut Hayes, Ethereum berada pada posisi paling tepat karena keamanan, likuiditas, dan kedalaman pengembang yang dibutuhkan institusi.

Ia memperkirakan pergeseran ini akan memantik kebangkitan harga yang signifikan untuk Ethereum pada siklus berikutnya, melengkapi akumulasi treasury agresif dari perusahaan seperti BitMine.

Sebagai informasi, BitMine telah membeli 33.504 ETH (US$112 juta) pekan ini dan 138.452 ETH (~US$435 juta) pada awal Desember. Manuver itu membawa total kepemilikan mereka menjadi sekitar 3,86 juta ETH. Skala akumulasi ini memperkuat narasi bahwa institusi tengah menyiapkan diri untuk siklus Ethereum berikutnya.

Treasury Ethereum HODL Hampir 5% Pasokan ETH | Sumber: CoinGecko

Privasi Masih Jadi Kelemahan Ethereum, namun L2 Akan Tutup Celah Itu

Hayes mengakui Ethereum masih kekurangan jaminan privasi yang dibutuhkan institusi besar. Ia menyebut ini sebagai “hal terbesar yang belum dimiliki Ethereum”, meskipun roadmap Vitalik Buterin sedang mengarah ke sana.

Terlepas dari kesenjangan ini, ia berpendapat adopsi institusional tidak akan tertunda. Sebaliknya, perusahaan akan menerapkan layer-2 (L2) dengan fitur privasi, sembari mengandalkan Ethereum sebagai layer penyelesaian.

Ia percaya L1 Ethereum akan tetap menjadi “security substrate” (substrat keamanan) tak peduli apakah aktivitas berada di L2 seperti Arbitrum atau Optimism.

“Mungkin perlu ada perdebatan soal bagaimana biaya didistribusikan antara L2 dan Ethereum L1,” tuturnya, tetapi ia menekankan ini tidak mengubah kenyataan yang mendasarinya: institusi masih akan mengamankan operasi mereka menggunakan Ethereum.

Hal ini sejalan pula dengan tren ekosistem saat ini: saldo exchange berada di level terendah tahun jamak, dan crypto whale telah mengakumulasi lebih dari 900.000 ETH dalam beberapa pekan terakhir, menurut Santiment.

Arsitektur institusional terus terbentuk di atas Ethereum L1, bahkan ketika biaya transaksi menukik lantaran migrasi ke L2.

Lapangan Persaingan Menciut: Ethereum Pertama, Solana Kedua

Hayes menerawang masa depan blockchain publik akan menyusut menjadi kelompok yang amat kecil. Ethereum baginya tetap akan menjadi pemenang utama, sedangkan Solana akan bertengger di posisi kedua dengan jarak yang jauh namun tahan lama.

Ia mengakui reli Solana dari US$7 ke US$300 dimotori oleh aktivitas spektakuler meme coin pada 2023–2024. Namun, ia menilai Solana “butuh trik baru” supaya sanggup mengungguli Ethereum lagi.

Kendati Solana menurutnya akan tetap relevan, ia tidak memprediksi chain tersebut mampu menyamai peran institusional atau kekuatan harga jangka panjang Ethereum.

Sementara itu, Hayes menilai hampir semua L1 lain secara struktural lemah. Ia menyingkirkan chain ber-FDV tinggi seperti Monad sebagai proyek yang terlalu membengkak (over-inflated) dan kemungkinan besar kolaps setelah pump awal.

“Monad won’t be able to compete with Ethereum

I have no belief that this is a legitimate blockchain.

It’ll never have any real usage.”

— Arthur Hayes

if you understand network effects, you know Ethereum’s here to stay at the top.

Monad’s solution is simple: build on… pic.twitter.com/EuXpU6VK1N

— rip.eth (@ripeth) November 29, 2025

50 ETH Bisa Bikin Jadi Jutawan pada Pemilu Selanjutnya

Hayes menyajikan prediksi numerik paling eksplisit ketika ditanya berapa banyak ETH yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi jutawan pada siklus berikutnya.

Ia menyatakan Ethereum bisa mencapai US$20.000, dan bahwa 50 ETH akan cukup untuk mencapai portofolio tujuh digit.

Pendiri BitMEX itu memperkirakan target ini akan tercapai pada pemilu presiden AS berikutnya. Pandangan ini sejalan dengan kondisi pasokan saat ini: cadangan di exchange menyusut, institusi terus mengakumulasi, dan pembeli treasury seperti BitMine terus menempatkan ratusan juta dolar ke ETH.

Arthur Hayes was just asked about Tom Lee saying $ETH could flip $BTC.

He says Ethereum is the best L1, with the most developers, the best DeFi, and the strongest talent. pic.twitter.com/EsQ74JpNRV

— SamAlτcoin.eth 🌎 (@SAMALTCOIN_ETH) October 21, 2025

Andaikata Ethereum gagal mencapai ekspektasi tersebut, Hayes mengatakan penyebabnya adalah rusaknya narasi.

Di samping itu, jika penggunaan stablecoin melambat atau institusi mundur dari perdagangan on-chain, Bitcoin bisa mengungguli Ethereum dalam periode yang lebih panjang.

Namun, ia menilai struktur pasar saat ini lebih berpihak pada dominasi jangka panjang Ethereum. Terutama ketika bank sudah bersiap mengeksekusi strategi Web3 mereka di atas infrastruktur publik.

Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi liar Arthur Hayes untuk harga Ethereum serta strategi sukses menjadi jutawan dari koin ETH? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Bitcoin tidak bisa menang di 2026 hanya dengan narasi — institusi ingin nilai, bukan hype

12 December 2025 at 00:00

Momen Bitcoin (BTC) mengalami pembalikan tajam di kuartal keempat. Padahal, para analis memperkirakan koin ini akan cetak rekor baru, tapi kini banyak yang ragu apakah BTC bahkan bisa menyentuh puncak sebelumnya. Prediksi pun direvisi ke bawah seiring performa yang makin melemah.

Koreksi ini terjadi meskipun lingkungan ekonomi makro sebetulnya cukup mendukung. Permintaan menurun, kekuatan pasar melemah, dan kepercayaan pelaku pasar nampaknya luntur. Jadi, apa yang berubah? BeInCrypto berbincang dengan Ryan Chow, Co-Founder Solv Protocol, untuk mengupas perubahan perilaku investor dan mencari tahu apa yang harus dilakukan Bitcoin agar bisa menang di 2026.

Bagaimana Bitcoin Menarik dan Kehilangan Permintaan Institusi di 2025

Secara historis, kuartal keempat adalah periode terkuat bagi Bitcoin, dengan rata-rata imbal hasil 77,26%. Harapan untuk 2025 bahkan lebih ambisius seiring adopsi institusi yang kian cepat dan semakin banyak perusahaan publik yang menambah Bitcoin ke dalam cadangan mereka. 

Namun, pasar justru berbalik arah. Bitcoin turun 20,69% sejauh ini selama Q4, bertolak belakang dengan tren biasanya di periode terbaiknya.

Bitcoin Returns in Every Quarter.
Imbal Hasil Bitcoin di Setiap Kuartal | Sumber: Coinglass

Menurut Chow, awal 2025 ditandai oleh masuknya institusi ke pasar.

“Spot ETF, ETP, dan mandat-mandat baru menciptakan kejutan akses, institusi hanya menyiapkan alokasi Bitcoin dasar mereka, dan arus masuk secara mekanis mendorong harga,” ujar dia.

Tapi, di akhir 2025, kondisinya sudah berubah. Chow membeberkan bahwa pelaku pasar utama sudah membangun posisi mereka lebih dulu, sehingga Bitcoin harus bersaing ketat dengan kenaikan imbal hasil riil.

Saat aset kripto ini gagal mencetak level tertinggi baru, para chief investment officer mulai mempertanyakan alasan memegang aset tanpa imbal hasil, sementara T-bills, obligasi korporasi, dan saham berbasis AI bisa memberi keuntungan hanya dengan berinvestasi.

“Saya rasa, pasar akhirnya menghadapi kenyataan yang sudah jelas sejak lama: strategi hold pasif sudah mencapai batasnya. Ritel sekarang lebih banyak menjual, perusahaan sudah berhenti mengakumulasi, dan institusi mulai tarik mundur. Kali ini bukan karena mereka tak percaya lagi dengan Bitcoin, melainkan karena desain pasar sekarang tidak lagi masuk akal untuk alokasi besar di tengah rezim suku bunga tinggi,” terang Chow.

Selain itu, Chow menyoroti bahwa struktur pasar Bitcoin juga mengalami perubahan. Setelah ETF dan trade halving, Bitcoin masuk ke posisi ekonomi makro yang terlalu ramai. Ia mengatakan bahwa aset ini sudah berpindah fase dari repricing struktural ke lingkungan carry-and-basis, yang sekarang dikuasai oleh trader profesional.

Teori sederhana “ETF ditambah halving sama dengan harga naik” sudah tidak berlaku lagi. Menurutnya, adopsi di fase berikutnya bakal digerakkan oleh utilitas nyata dan imbal hasil yang sudah disesuaikan dengan risiko. Ia menyampaikan kepada BeInCrypto bahwa,

“Paruh pertama 2025 adalah seputar akses, semua orang buru-buru memperkuat eksposur dasar pada Bitcoin. Paruh kedua adalah soal biaya peluang, sekarang Bitcoin harus mampu bersaing dalam portofolio melawan aset yang sebenarnya memberi imbal hasil ketika di-hold.”

Bitcoin, yang sering disebut sebagai emas digital, selama ini dipromosikan sebagai lindung nilai inflasi. Chow mengakui bahwa aset ini kemungkinan tetap berfungsi sebagai penyimpan nilai. tapi, ia menegaskan bahwa narasi ini saja kini sudah tidak cukup buat investor institusi.

Ahli ungkap kunci Bitcoin untuk menarik kembali institusi di 2026

Chow memberi peringatan bahwa pasar mungkin sangat meremehkan skala perubahan ekonomi makro di 2026. Ia menilai, kecuali Bitcoin bertransformasi menjadi bentuk modal produktif, BTC akan tetap menjadi aset yang siklikal dan tergantung pada likuiditas.

Dalam skenario seperti itu, institusi hanya akan menganggap Bitcoin sebagai aset seperti itu, bukan untuk alokasi jangka panjang secara strategis.

“Bitcoin tidak akan lagi menang hanya dengan narasi. Bitcoin harus bisa menghasilkan imbal hasil, atau akan terus didiskon secara struktural. Volatilitas yang kita lihat sekarang adalah pasar sedang memaksa Bitcoin untuk dewasa,” tutur dia.

Lalu, produk imbal hasil aman dan teregulasi apa yang bisa menarik institusi kembali di 2026? Chow mengungkapkan bahwa titik menarik sebenarnya terletak pada strategi Bitcoin berbasis cash-plus yang masuk koridor regulasi dan mirip produk investasi tradisional, dengan kerangka hukum jelas, cadangan sudah diaudit, dan profil risiko transparan.

Ia membagi tiga kategori utama:

  • Bitcoin-backed cash-plus fund: BTC tersimpan di kustodian terdaftar dan dipakai untuk strategi on-chain seperti Treasury bill atau repo, dengan target imbal hasil tambahan 2 sampai 4%.
  • Pinjaman dan repo BTC over-collateralized: Produk teregulasi yang meminjamkan Bitcoin kepada peminjam berkualitas tinggi. Monitoring dilakukan on-chain, rasio LTV konservatif, serta struktur anti bangkrut mendukung penawaran ini.
  • Overlay opsi hasil pasti: Strategi seperti covered call yang dibungkus di regulasi yan sudah umum seperti UCITS atau 40-Act vehicle.

Untuk semua kategori tersebut, ada beberapa syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, yaitu pengelola teregulasi, rekening terpisah, bukti cadangan, serta kompatibilitas dengan infrastruktur kustodi institusi yang sudah ada.

“Produk yang akan membawa institusi kembali bukanlah produk yang rumit. Produk itu akan berbentuk seperti cash-plus fund berbasis Bitcoin, pasar repo, dan strategi hasil yang sudah jelas, kemasan yang sudah dikenal, kontrol risiko yang juga sudah biasa, hanya saja didukung oleh Bitcoin di belakang layar,” klaim Chow.

Ia juga menegaskan bahwa institusi tidak membutuhkan DeFi APY 20%, yang sering menjadi tanda bahaya. Imbal hasil tahunan bersih sebesar 2 hingga 5% yang diperoleh lewat strategi yang transparan dan dijamin agunan sudah cukup agar Bitcoin bisa beralih dari sekadar “nice to have” menjadi “aset cadangan inti”.

“Bitcoin tidak perlu menjadi produk hasil tinggi agar tetap relevan. Bitcoin hanya perlu berubah dari nol persen ke profil cash-plus yang wajar dan transparan supaya CIO berhenti menganggapnya sebagai modal mati,” tutur co-founder Solv tersebut kepada BeInCrypto.

Seperti Apa Imbal Hasil Bitcoin dalam Praktik

Chow menjelaskan bahwa transformasi Bitcoin menjadi modal produktif akan mengubah Bitcoin dari sebongkah emas statis menjadi agunan berkualitas tinggi yang bisa mendanai T-bills, kredit, dan likuiditas di banyak tempat. Dalam model ini, perusahaan-perusahaan mengagunkan BTC ke dalam vault on-chain yang teregulasi, mendapatkan klaim hasil imbal balik, dan tetap memiliki garis pengawasan yang jelas terhadap aset dasarnya.

Bitcoin juga akan berfungsi sebagai agunan di pasar repo, sebagai margin untuk derivatif, serta menjadi pendukung structured notes, sehingga mendukung strategi investasi baik di on-chain maupun kebutuhan modal kerja off-chain.

Hasil akhirnya, instrumen multi-fungsi: Bitcoin menjadi aset cadangan, aset pendanaan, dan aset penghasil imbal hasil sekaligus. Ini mencerminkan fungsi Treasury saat ini, tapi berjalan di lingkungan global yang aktif 24/7 serta bisa diprogram.

“Jika kita berhasil membangun ini, institusi tidak akan lagi banyak membahas ‘menyimpan Bitcoin,’ melainkan ‘mendanai portofolio dengan Bitcoin.’ Bitcoin menjadi agunan netral yang diam-diam menggerakkan T-bills, kredit, dan likuiditas di pasar tradisional maupun on-chain,” komentar Chow.

Institusi Ingin Imbal Hasil: Bisakah Bitcoin Memberikannya Tanpa Mengorbankan Prinsipnya?

Walaupun aplikasinya sangat menarik, muncul pertanyaan: apakah Bitcoin bisa menyediakan hasil imbal balik yang teregulasi dan sesuai risiko dalam skala besar tanpa melanggar prinsip dasarnya?

Menurut Chow, jawabannya iya, asal pasar menghormati arsitektur berlapis milik Bitcoin.

“Layer dasar tetap konservatif; imbal hasil dan regulasi hidup di layer yang lebih tinggi dengan jembatan kuat serta standar transparansi. Bitcoin L1 tetap sederhana dan terdesentralisasi, sementara layer produktif terletak di L2, sidechain, atau chain RWA, tempat wrapped Bitcoin berinteraksi dengan treasury serta kredit yang sudah tokenisasi,” papar dia.

Pimpinan tersebut menyadari ada berbagai tantangan teknis yang perlu ditangani. Ia menekankan bahwa ekosistemnya harus berkembang dari multisig yang berlandaskan trust menuju jembatan yang setara dengan standar institusi. Selain itu, harus dibangun standar wrapper satu-banding-satu dan oracle risiko real-time.

“Tantangan ideologisnya lebih susah: setelah kejatuhan CeFi, skeptisisme jadi sangat dalam. Jembatan solusi yang tepat adalah transparansi radikal, on-chain proof-of-reserves, mandat terbuka, tanpa leverage tersembunyi. Yang terpenting, Bitcoin produktif tetap opsional; self-custody tetap berlaku. Kita tidak perlu mengubah layer dasar Bitcoin agar menjadi produktif. Kita perlu membangun lapisan keuangan yang disiplin di atasnya, yang dapat dipercaya institusi serta bisa diverifikasi cypherpunk,” terang pimpinan itu.

Pada akhirnya, pesan dari Chow sangat jelas: fase berikutnya untuk Bitcoin tidak akan ditentukan narasi atau spekulasi, melainkan rekayasa finansial yang disiplin. Jika industri mampu menghadirkan struktur imbal hasil yang transparan dan teregulasi tanpa menabrak prinsip utama Bitcoin, institusi akan kembali — bukan sebagai trader momentum, melainkan sebagai alokator jangka panjang.

Jalur menuju 2026 tergantung pada utilitas, kredibilitas, dan Bitcoin, yang harus membuktikan kemampuannya bersaing di dunia di mana modal menuntut produktivitas.

Saat Kendala Verifiable Compute Semakin Besar, Cysic Mainnet Hadir dan Dorong Perubahan Besar Infrastruktur

11 December 2025 at 22:31

Dalam perlombaan untuk meningkatkan skalabilitas blockchain dan mendesentralisasi AI, satu hambatan terus muncul: komputasi. Apakah itu biaya yang semakin tinggi untuk pembuatan zero-knowledge (ZK) proof atau infrastruktur AI inference yang tertutup, para pengembang kini semakin terhambat oleh daya komputasi yang terpusat, mahal, dan seringkali sulit diakses.

Salah satu protokol yang mencoba mengatasi hambatan ini adalah Cysic, sebuah marketplace komputasi terdesentralisasi yang dibuat untuk menyediakan ZK proof dan inference AI yang terverifikasi. Hari ini, mereka resmi meluncurkan mainnet alpha, dengan lebih dari 260.000 node yang sudah terdaftar serta integrasi dengan ekosistem Scroll, Succinct, dan NetworkNoya. Dengan kesuksesan awal ini, tim menyebut perubahan ini sebagai era ‘ComputeFi‘, yaitu era di mana komputasi menjadi sumber daya yang bisa diverifikasi secara on-chain, dan komputasi itu sendiri menjadi sumber daya on-chain yang terverifikasi.

Perkembangan ini terjadi di saat sektor blockchain dan AI sedang mengalami transformasi besar. Perpindahan Ethereum menuju arsitektur ZK-native, munculnya tumpukan modular, serta berkembangnya AI agents, semuanya berkontribusi mendorong permintaan tinggi terhadap komputasi terdesentralisasi. Proyek seperti zkSync, yang belakangan naik 150% berkat infrastruktur ZK baru dan integrasi privasi, menunjukkan bahwa minat investor dan pengembang kini menyatu pada komputasi yang dapat diverifikasi, sebagai fondasi utama, bukan hanya fitur tambahan. 

Tren terbaru seperti munculnya Proof-of-AI, pasar GPU terdesentralisasi, dan tokenisasi komputasi menandakan perubahan besar menuju lapisan infrastruktur yang dapat diverifikasi dan diprogram. Dengan gangguan seperti downtime AWS baru-baru ini yang menyoroti kerentanan backend terpusat, builder kini semakin memilih alternatif yang lebih tahan gangguan dan transparan.

Mengapa compute kini menjadi perhatian utama dalam infrastruktur

Permintaan komputasi dari peningkatan skalabilitas blockchain dan integrasi AI sama-sama meningkat pesat, tapi infrastruktur tradisional kesulitan memenuhi kebutuhan unik sistem terdesentralisasi seperti ini:

  • Pembuatan ZK Proof: Zero-knowledge proof menjadi pusat dari banyak strategi scaling, karena memungkinkan privasi dan validasi tanpa harus membeberkan data dasarnya. Tetapi, pembuatan proof ini memerlukan daya komputasi khusus yang besar, yang sering kali hanya bisa dilakukan oleh segelintir provider terpusat — situasi ini membatasi desentralisasi dan bisa membuat biaya semakin mahal.
  • Verifikasi AI: Saat model AI mulai diintegrasikan ke alur kerja on-chain dan agen otonom, kebutuhan bukan hanya sekadar hasil komputasi, tapi hasil yang bisa diverifikasi juga semakin meningkat agar bisa diaudit atau dibuktikan sesuai logika tertentu. API cloud tradisional memang menawarkan performa, tapi tidak menawarkan kemampuan verifikasi native saat dikaitkan dengan logika blockchain.

Tekanan tersebut mencerminkan perubahan besar dalam pola pikir pengembang tentang infrastruktur: menjalankan komputasi saja tidak lagi cukup, karena aplikasi kini juga menuntut jaminan kriptografi tentang bagaimana komputasi itu dijalankan.

Peran Cysic di Ekonomi Komputasi Baru

Mainnet Cysic hadir ketika komputasi yang dapat diverifikasi mulai beralih dari janji teoretis menjadi kebutuhan ekosistem. Alih-alih bergantung pada server terpusat atau API yang tidak transparan, jaringan ini mendistribusikan tugas pembuktian ZK dan inference AI ke seluruh dunia, mulai dari GPU rumahan hingga hardware ASIC khusus, membentuk marketplace untuk komputasi yang bisa dibuktikan.

Sebelum mainnet resmi, protokol ini telah memproses lebih dari 10 juta ZK proof, menggaet lebih dari 260.000 node, dan menarik 1,4 juta wallet selama fase uji coba. Sekarang, mereka sudah terintegrasi dengan proyek seperti Scroll, Succinct, dan Polygon CDK, menunjukkan adanya adopsi nyata, bukan sekadar hype spekulatif.

Jaringan ini bertujuan menyediakan komputasi yang skalabel dan bisa diverifikasi dengan biaya lebih rendah. Dalam konteks AI, mitra seperti NetworkNoya mencatat peningkatan kecepatan lebih dari 70% dan pengurangan biaya hingga 91% menggunakan infrastruktur Cysic. Di lingkungan ZK, tim seperti Succinct dan Scroll memanfaatkan jaringan prover Cysic untuk meningkatkan efisiensi pada beban kerja nyata.

Proyek ini menempatkan pendekatannya sebagai upaya agar komputasi lebih terbukti, terdesentralisasi, dan dapat diprogram.

Decentralized compute adalah tren ekosistem, bukan sprint terpisah

Peluncuran Cysic adalah bagian dari tren yang lebih luas di Web3 dan sistem terdesentralisasi. Meski tiap proyek berbeda dalam pendekatannya, tantangan mendasar yang mereka atasi tetap sama: mengurangi ketergantungan pada penyedia komputasi terpusat dan menciptakan infrastruktur yang lebih terpercaya serta mudah diakses.

Contohnya:

  • Jaringan komputasi AI terdesentralisasi seperti NodeGoAI sedang mencari cara untuk memonetisasi perangkat keras idle untuk tugas AI di lingkungan terdistribusi.
  • Jaringan sumber daya terdesentralisasi yang didorong oleh gerakan DePIN berupaya mendorong berbagi daya komputasi dalam skala besar — tema ini semakin diperhatikan usai gangguan AWS yang berdampak ke beberapa bagian infrastruktur Web3.
  • Diskusi yang semakin luas soal infrastruktur AI terdesentralisasi menandakan bahwa kepercayaan, verifikasi, dan auditabilitas kini menjadi perhatian utama, bukan lagi hanya topik penelitian khusus. 

Sinyal-sinyal ini menunjukkan bahwa komputasi terdesentralisasi bukan sekedar ide sesaat, melainkan respons struktural terhadap keterbatasan nyata dalam penyediaan, penetapan harga, dan kepercayaan di layanan komputasi saat ini.

Langkah Selanjutnya: ZK, AI, dan Lebih Jauh Lagi

Walau Ethereum rollup merupakan titik masuk yang alami, ambisi Cysic melampaui narasi skalabilitas blockchain. Jaringan ini sudah digunakan untuk mendukung inference AI yang bisa diverifikasi — kemampuan yang memungkinkan smart contract dan agen otonom memverifikasi bahwa suatu output benar berasal dari model yang spesifik dan berizin. Use case ini sangat relevan saat konten buatan AI makin banyak dan tuntutan jaminan sumber makin kuat.

Cysic juga menargetkan beban kerja komputasi ilmiah, termasuk genomik dan simulasi iklim, yang sangat memerlukan keterulangan dan transparansi. Secara paralel, jaringan ini mendukung kelas perangkat dua fungsi seperti DogeBox1, yang dapat berganti fungsi antara mining dan zero-knowledge proving sesuai kondisi pasar real-time, sehingga pemilik infrastruktur bisa mengoptimalkan hasil secara dinamis.

Bersama, semua use case ini mengarah ke perubahan lebih luas: komputasi kini bukan sebatas infrastruktur. Kini, komputasi menjadi bisa diprogram, diverifikasi, dan likuid, membentuk fondasi dari apa yang Cysic sebut dengan ekonomi ComputeFi.

Whale Borong Ethereum — tapi Leverage Tertinggi Catatkan Risiko Besar untuk Posisi Long Mereka

11 December 2025 at 22:10

Setelah The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga, dompet whale besar mulai mengucurkan modal ke posisi long Ethereum (ETH). Langkah ini menunjukkan rasa percaya diri tinggi pada potensi kenaikan ETH, sekaligus meningkatkan risiko secara keseluruhan.

Ada beberapa faktor yang menunjukkan kalau posisi long mereka bisa saja terlikuidasi dalam waktu dekat jika tidak ada manajemen risiko yang efektif.

Seberapa Percaya Diri Para Whale dengan Posisi Long Ethereum Mereka?

Perilaku whale memberikan gambaran jelas soal sentimen saat ini.

Menurut akun pemantau on-chain Lookonchain melaporkan bahwa seorang whale terkenal yang dianggap sebagai Bitcoin OG baru saja menambah posisi long di Hyperliquid menjadi 120.094 ETH. Harga likuidasinya hanya berada di US$2.234.

Posisi ini saat ini menunjukkan kerugian PnL 24 jam lebih dari US$13,5 juta.

A Whale's Long ETH Position on Hyperliquid. Source: HyperDash
Posisi Long ETH Whale di Hyperliquid | Sumber: HyperDash

Begitu juga, seorang trader ternama, Machi Big Brother, masih memegang posisi long senilai 6.000 ETH dengan harga likuidasi di US$3.152.

Selain itu, platform data on-chain Arkham mengabarkan bahwa whale trader asal Cina yang pernah memprediksi crash pasar 10/10 kini menahan posisi long ETH senilai US$300 juta di Hyperliquid.

Aktivitas whale di posisi long ETH mencerminkan ekspektasi mereka terhadap kenaikan harga dalam waktu dekat. Tapi, di balik optimisme tersebut, terdapat risiko besar akibat tingkat leverage Ethereum yang agresif.

Leverage ETH Mencapai Level Berbahaya

Data dari CryptoQuant memperlihatkan kalau rasio leverage ETH di Binance sudah mencapai 0,579—tertinggi sepanjang sejarah. Level ini menunjukkan penggunaan leverage yang sangat agresif, sehingga pergerakan harga kecil saja bisa memicu efek domino.

Ethereum Estimated Leverage Ratio - Binance. Source: CryptoQuant.
Perkiraan Rasio Leverage Ethereum – Binance | Sumber: CryptoQuant.

“Rasio leverage yang sangat tinggi artinya jumlah kontrak terbuka yang dibiayai leverage naik lebih cepat daripada volume aset nyata di platform. Bila ini terjadi, pasar menjadi lebih rentan terhadap pergerakan harga mendadak, sebab para trader sangat mudah terlikuidasi—baik saat tren naik maupun tren turun,” papar analis Arab Chain .

Data historis memperlihatkan, puncak serupa biasanya terjadi saat tekanan harga tinggi dan sering jadi sinyal puncak pasar lokal.

Kelemahan Pasar Spot Menambah Risiko

Pada pasar spot, tanda-tanda pelemahan jelas terlihat. Pengamat pasar kripto Wu Blockchain mengabarkan bahwa volume transaksi spot di exchange utama turun hingga 28% pada November 2025 dibandingkan Oktober.

November Exchange Data Report: Spot trading volume of major exchanges in November 2025 fell 28% compared with October. The top three exchanges by change rate were Bitfinex +17%, Coinbase -8%, and KuCoin -17%. The bottom three were Bitget -62%, Gate -44%, and MEXC -34%.… pic.twitter.com/oXgFKyrv6b

— Wu Blockchain (@WuBlockchain) December 10, 2025

Laporan lain dari BeInCrypto juga menyorot bahwa arus masuk stablecoin ke exchange anjlok 50%, dari US$158 miliar di Agustus menjadi US$78 miliar pada hari ini.

Kombinasi dari pembelian spot yang lemah, leverage tinggi, dan cadangan stablecoin yang menurun bikin peluang ETH untuk pulih jadi semakin kecil. Kondisi ini bisa membuat posisi long whale berada pada risiko likuidasi yang signifikan.

❌