Normal view

Prediksi Harga Bitcoin: CZ Perkirakan “Supercycle” Crypto pada 2026 – Akankah BTC Menembus di Atas $126.000?

10 December 2025 at 09:33

Dalam gelaran Bitcoin MENA Conference di Abu Dhabi, pendiri Binance, Changpeng Zhao (CZ), memunculkan optimisme tinggi terhadap pasar crypto dengan menyebut potensi terjadinya “supercycle” pada tahun 2026. Pandangan ini menjadi sorotan utama investor global, mengingat tren jangka panjang Bitcoin kini kembali mendapatkan momentum.

Beberapa analis percaya bahwa skenario supercycle tersebut bisa mendorong prediksi harga Bitcoin melampaui puncak siklus sebelumnya di $126.000 atau sekitar 2,1 miliar rupiah. Dengan faktor teknikal dan makroekonomi mulai mendukung, perhatian investor kini tertuju pada apakah BTC mampu mempertahankan momentum dan menembus rekor harga baru dalam beberapa bulan mendatang.

Visi Berani CZ: Bitcoin Berpotensi Menyamai Kinerja Emas

Empat hari sebelum konferensi MENA, CZ sempat tampil dalam forum debat di Binance Blockchain Week 2025, berdiskusi langsung dengan Peter Schiff, ekonom senior dan pendiri Euro Pacific Asset Management. Dalam forum tersebut, CZ memproyeksikan bahwa harga Bitcoin bisa mengalami reli besar pada 2026 yang berpotensi menyamai performa emas.

CZ just said “we might see a supercycle.” pic.twitter.com/9aatNffTdC

— Ash Crypto (@AshCrypto) December 9, 2025

Data menunjukkan bahwa sepanjang tahun ini, harga emas telah naik lebih dari 60 persen. Sebaliknya, Bitcoin justru mengalami penurunan sebesar 5,7 persen. Ketimpangan inilah yang menjadi dasar prediksi CZ bahwa BTC memiliki ruang besar untuk mengejar ketertinggalan, terutama jika tren adopsi dan inovasi tetap berlanjut.

Salah satu indikator teknikal yang memperkuat keyakinan tersebut adalah sinyal hijau dari hash ribbon Bitcoin, yang secara historis menjadi tanda masuk ideal bagi investor jangka panjang. Grafik hash menunjukkan bahwa rata-rata hashrate 30 hari telah jatuh di bawah rata-rata 60 hari, sebuah pola klasik dari kapitulasi penambang yang sering kali mengarah pada fase akumulasi harga rendah.

$BTC

Nice reaction at the midrange.

Yearly open and range high being tested now. https://t.co/z0Ss1C1ddG pic.twitter.com/D7hEpRyVcI

— Mayne (@Tradermayne) December 9, 2025

Fase ini juga bertepatan dengan short squeeze yang mendorong harga Bitcoin melewati resistance $94.000 atau sekitar 1,56 miliar rupiah. Menurut analis crypto Trader Mayne, BTC saat ini sedang menguji harga pembukaan tahun di kisaran $93.000, dan jika momentum berlanjut, potensi kenaikan menuju $98.000 bahkan $106.000 masih terbuka.

Prediksi Harga Bitcoin: Target $106 Ribu Berikutnya Setelah MACD Berbalik Arah

Grafik harian Bitcoin menunjukkan bahwa harga sedang berupaya menembus garis tren menurun yang telah membatasi pergerakan selama beberapa minggu terakhir. Selama sebagian besar bulan November, BTC bergerak dalam pola penurunan yang terkendali.

btc logo
Bitcoin (BTC)
24 jam7 hari30 hari1 TahunSepanjang waktu

Namun saat ini harga mulai naik dan bergerak di atas resistance diagonal dengan volume perdagangan yang meningkat signifikan. Pola ini menandakan bahwa para pembeli mulai kembali masuk ke pasar.

Indikator MACD telah melakukan crossover bullish dan saat ini menunjukkan percepatan dari zona oversold yang cukup dalam. Formasi teknikal seperti ini biasanya mendahului pembalikan tren menengah, bukan sekadar pantulan sesaat. Sinyal ini menjadi konfirmasi bahwa kekuatan beli mulai mengambil alih dari tekanan jual.

Harga juga mulai merebut kembali zona pivot harian, sebuah area penting yang selama ini menjadi area konsolidasi. Rebound dari zona ini memberi indikasi bahwa momentum mulai bergeser dari konsolidasi defensif menuju potensi pemulihan lebih lanjut.

Grafik prediksi harga Bitcoin

Jika breakout ini dapat dipertahankan, Bitcoin berpotensi menguji kembali level pivot utama di kisaran $98.000 hingga $100.000 atau sekitar 1,63–1,66 miliar rupiah. Area ini akan menjadi rintangan besar pertama sebelum tren benar-benar berubah.

Jika cryptocurrency terbaik ini mampu menutup harga harian secara meyakinkan di atas level tersebut, maka pergerakan berikutnya bisa membawa harga menuju $105.000 hingga $110.000 atau sekitar 1,75 hingga 1,83 miliar rupiah. Sebaliknya, jika support di atas trendline gagal dipertahankan, harga bisa terkoreksi kembali ke area support kuat antara $85.000 hingga $82.000, di mana terdapat zona breakdown sebelumnya dan titik pivot historis.

Bitcoin Hyper: Layer-2 Pertama di Ekosistem Bitcoin yang Siap Meledak?

Bitcoin bukan satu-satunya aset yang diprediksi akan mengalami supercycle pada 2026. Di tengah tren ini, satu proyek muncul sebagai kandidat kuat yang siap mengejutkan pasar, Bitcoin Hyper ($HYPER), yang mengembangkan solusi Layer-2 pertama untuk jaringan Bitcoin dengan pendekatan teknologi berbasis Solana.

Bitcoin Hyper - Layer 2 Bitcoin

Proyek ini memanfaatkan infrastruktur Layer-2 cepat dan scalable yang dibangun di atas Solana Virtual Machine (SVM). Dengan teknologi ini, pengembang dapat meluncurkan aplikasi terdesentralisasi (dApp) yang native terhadap jaringan Bitcoin, tanpa mengorbankan keamanan dan stabilitas. Bitcoin Hyper membuka jalan baru bagi pemilik BTC untuk memanfaatkan aset mereka secara produktif melalui fitur DeFi, smart contract, dan utilitas lintas rantai.

Hingga saat ini, presale Bitcoin Hyper telah berhasil mengumpulkan lebih dari $29,2 juta atau sekitar 486 miliar rupiah. Angka ini menandakan kepercayaan yang sangat kuat dari komunitas early adopters. Seiring meningkatnya integrasi dengan wallet dan exchange crypto terbaik dan terkemuka, permintaan terhadap token $HYPER diprediksi akan melonjak tajam dalam waktu dekat.

Token $HYPER dapat digunakan untuk berbagai fungsi dalam ekosistemnya, termasuk pembayaran gas fee, staking dengan APY hingga 40%, serta hak suara dalam sistem governance. Investor yang ingin mengakumulasi HYPER sebelum kenaikan harga berikutnya bisa langsung mengunjungi situs resmi Bitcoin Hyper dan menghubungkan wallet mereka seperti Best Wallet.

Tokenomic Bitcoin Hyper

Pembelian dapat dilakukan dengan menukar USDT atau SOL ke HYPER dengan harga presale saat ini yaitu $0.013395 per token. Alternatifnya, pembelian juga bisa dilakukan secara langsung menggunakan kartu bank.

Bagi yang ingin memahami lebih dalam potensi jangka panjang proyek ini, silakan baca juga artikel prediksi harga Bitcoin Hyper. Untuk investor baru, panduan cara beli Bitcoin Hyper bisa membantu memahami proses pembelian token dari awal hingga akhir.

Ikuti akun X (Twitter) resmi Bitcoin Hyper dan bergabung di komunitas Telegram untuk mendapatkan kabar terbaru seputar roadmap proyek, listing exchange, dan peluncuran mainnet yang direncanakan pada 2026.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Bitcoin: CZ Perkirakan “Supercycle” Crypto pada 2026 – Akankah BTC Menembus di Atas $126.000? appeared first on Cryptonews Indonesia.

Prediksi Harga Pi Coin: Gugatan $10 Juta Guncang Komunitas

10 December 2025 at 07:46

Pi Network sedang menghadapi tekanan serius setelah gugatan hukum senilai $10 juta memicu kekhawatiran di kalangan investor, memperkeruh prospek harga Pi Coin (PI) dalam jangka pendek. Tuduhan skema penipuan berskala besar membuat komunitas mempertanyakan arah proyek ini, terutama karena dugaan pelepasan diam-diam lebih dari 2 miliar token PI yang beredar di luar pengetahuan publik.

Harga PI tercatat turun sekitar 5% setelah kabar tersebut mencuat. Situasi ini memunculkan ketidakpastian di tengah belum adanya adopsi nyata terhadap jaringan layer-1 milik Pi Network, serta adanya keterlambatan migrasi ke mainnet yang dinilai disengaja.

Tuduhan Dump Token dan Kegagalan Migrasi Perburuk Sentimen

Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa penggugat, Harro Moen, menuntut ganti rugi sebesar $10 juta atau sekitar 166 miliar rupiah. Ia menuduh bahwa skema penipuan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menyebabkan kerugian finansial signifikan bagi para pengguna.

🚨 Is a lawsuit really going to be filed against #PiNetwork?

I don't know if this is true or false, but I do know that its value will soon decrease, and people's trust in it will also diminish.@PiCoreTeam needs to respond now. pic.twitter.com/fMDQj5ouCD

— The Times of PiNetwork (@PiNetwork24X7) December 7, 2025

Moen menyatakan bahwa pada 10 April 2024, terjadi transfer tanpa izin sebanyak 5.137 token PI dari wallet-nya ke alamat tidak dikenal. Ia menyebut insiden ini sebagai bagian dari aksi dump token yang dilakukan terhadap lebih dari 2 miliar PI yang seharusnya menjadi milik pengguna.

Masalah semakin rumit karena token sisanya yang berjumlah 1.403 PI gagal dimigrasikan ke jaringan mainnet. Hal ini membuat token tersebut tidak dapat digunakan dan nilai riilnya menguap, menambah tekanan psikologis terhadap investor yang terkena dampaknya.

Unlock Pi Coin

Tuntutan hukum tersebut juga menyebut bahwa meskipun Pi Network dipasarkan sebagai proyek blockchain terdesentralisasi, pengendalian utama masih berada di tangan pihak pengembang. Proyek ini disebut hanya mengoperasikan tiga node validator, yang menunjukkan adanya kontrol terpusat yang bertentangan dengan klaim awal mereka.

Isu ini berpotensi memperburuk permasalahan terbesar Pi Network saat ini, yaitu rendahnya tingkat adopsi. Tanpa use case yang jelas dan menarik, proyek ini akan sulit mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Para pengembang kemungkinan mulai meninggalkan infrastruktur layer-1 tersebut demi proyek lain yang lebih menjanjikan.

Tekanan Likuiditas dan Prospek Harga Pi Coin ke Depan

Ketegangan ini terjadi di tengah tekanan likuiditas yang semakin memburuk. Aktivitas trading spekulatif dalam jangka pendek justru memperkuat tekanan deflasi. Terlebih, proses token unlock terus berlanjut dengan laju rata-rata 6,1 juta PI setiap harinya. Tanpa adanya dukungan permintaan yang kuat, tekanan jual ini semakin menggerus sentimen pasar terhadap Pi Coin.

Prediksi harga Pi Coin

Kondisi ini memunculkan pertanyaan serius mengenai kemampuan proyek untuk mempertahankan posisinya dalam jangka menengah. Grafik distribusi token dari PiScan menunjukkan jadwal unlock 30 hari ke depan yang cukup agresif, dan ini dapat memperburuk tekanan harga jika tidak diimbangi dengan adopsi riil atau utilitas yang jelas.

Secara teknikal, saat ini harga PI sedang menguji zona support kuat yang terbentuk dari pola ascending triangle selama dua bulan terakhir, sekaligus bertepatan dengan level retracement Fibonacci 0.5. Jika mampu bertahan, zona ini bisa menjadi pijakan untuk breakout menuju $0.40 atau kenaikan sekitar 8 persen dari harga saat ini.

Indikator momentum seperti RSI mulai menunjukkan tanda pemulihan dari area oversold, yang biasanya menjadi sinyal pembalikan tren. MACD juga mulai mendekati potensi golden cross, memberikan harapan bahwa tekanan bearish mungkin sudah melemah.

Namun gugatan hukum senilai $10 juta tersebut masih menjadi ancaman besar. Jika tekanan negatif ini berlanjut, harga bisa kembali turun ke area support di $0.15. Lebih buruk lagi, di bawah level tersebut terdapat zona kosong tanpa support historis yang berarti, membuka potensi penurunan hingga 65 persen ke area $0.075, mengacu pada level retracement Fibonacci 1.618.

Bitcoin Hyper: Layer-2 yang Mencuri Perhatian untuk Alasan yang Lebih Positif

Pi Network sebelumnya dianggap sebagai alternatif layer-1 yang mampu menyaingi proyek besar di pasar crypto. Namun situasi terkini memaksa banyak investor mempertimbangkan ulang posisinya. Perhatian kini mulai beralih ke ekosistem Bitcoin, yang akhirnya memperoleh solusi baru untuk mengatasi keterbatasannya selama ini, terutama dalam hal skalabilitas dan pertumbuhan ekosistem.

Bitcoin Hyper ($HYPER) hadir sebagai proyek yang menggabungkan stabilitas dan keamanan Bitcoin dengan kecepatan setara Solana. Proyek ini membangun jaringan Layer-2 dengan memanfaatkan Solana Virtual Machine dan teknologi ZK-rollups. Infrastruktur ini menciptakan lingkungan transaksi yang jauh lebih cepat, biaya rendah, dan mendukung smart contract tanpa mengorbankan keamanan Bitcoin sebagai fondasi.

Arsitektur tersebut membuka pintu bagi berbagai use case baru yang sebelumnya tidak dapat dijalankan secara efisien di jaringan Bitcoin, seperti DeFi, pembayaran harian, sampai ekosistem meme coin. Dengan kemampuan ini, Bitcoin Hyper menawarkan alternatif fungsional yang jauh lebih menarik dibandingkan proyek layer-1 baru yang masih berjuang mencari arah.

Presale crypto proyek ini telah mengumpulkan hampir $30 juta, atau sekitar 500 miliar rupiah. Besarnya minat dari smart money memperkuat keyakinan bahwa Bitcoin Hyper memiliki daya tarik jangka panjang. Jika proyek ini berhasil mengamankan hanya sebagian kecil dari volume perdagangan Bitcoin di masa depan, valuasinya berpotensi meningkat signifikan setelah listing.

Bitcoin Hyper ($HYPER) juga mengatasi tiga masalah terbesar yang membatasi pertumbuhan Bitcoin selama bertahun-tahun, transaksi lambat, biaya tinggi, dan fitur pemrograman yang terbatas. Waktu pasar pun tampak mendukung karena sentimen crypto mulai berbalik bullish.

Para calon investor yang ingin membeli token $HYPER pada harga presale dapat mengunjungi situs resmi Bitcoin Hyper dan menghubungkan wallet crypto seperti Best Wallet. Metode pembayaran yang didukung mencakup swap aset crypto maupun pembelian menggunakan kartu bank dalam hitungan detik.

Fase presale memberi ruang bagi investor untuk mempelajari prediksi harga Bitcoin Hyper sebelum token ini mencapai exchange. Informasi cara beli Bitcoin Hyper tersedia lengkap di situs resmi, serta diperbarui secara berkala melalui akun X (Twitter) dan Telegram proyek. Bergabung dalam komunitas resmi juga membantu investor mendapatkan informasi terkini mengenai roadmap, jadwal listing, dan pembaruan teknis terkait jaringan Layer-2 ini.

Proyek seperti Bitcoin Hyper memperlihatkan bahwa pasar crypto masih memiliki ruang besar untuk inovasi dan pertumbuhan, terutama bagi altcoin yang menawarkan solusi nyata terhadap kebutuhan ekosistem. Jika momentum presale yang sudah mencapai $29,2 juta atau sekitar 487 miliar rupiah dapat dipertahankan hingga peluncuran di exchange, Bitcoin Hyper berpeluang menjadi crypto yang bagus untuk jangka panjang.

Beli Bitcoin Hyper di Sini

Disclaimer:Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Cryptonews. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Cryptonews tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

The post Prediksi Harga Pi Coin: Gugatan $10 Juta Guncang Komunitas appeared first on Cryptonews Indonesia.

Ubuntu 26.04 Will Look More Like Vanilla GNOME Shell

10 December 2025 at 07:57

Ubuntu's Yaru theme will closely follow the vanilla GNOME Shell design in the upcoming 26.04 release, as its developers aim to reduce the maintenance burden.

You're reading Ubuntu 26.04 Will Look More Like Vanilla GNOME Shell, a blog post from OMG! Ubuntu. Do not reproduce elsewhere without permission.

No need for China ROM: HyperOS Global is finally equal

10 December 2025 at 10:00

Xiaomi has remarkably reduced the performance and optimization gap between the HyperOS China and HyperOS Global editions. Compared to the previous generations of software, the China ROM provided better quality in terms of animation speed, memory management, and system response. Today, with the new builds of HyperOS, Xiaomi has aligned the core system optimizations of both versions, which places the Global ROM close in daily performance.

HyperOS Global Optimization Reaches China-Level Performance

Thus, with the recent system-level changes, Xiaomi has moved to unify China and Global builds in task scheduling, background process control, and animation pipelines. All these technical alignments reduce frame drops, improve battery efficiency, and stabilize thermal behavior under heavy workloads. The update strategy focuses on identical kernel-level tuning and memory compression technologies in both ROM types.

HyperOS 2 China installed on Xiaomi 12

As a result, the real-world performance gaps for launching apps, multitasking, and gaming have shrunk. Global users now get access to better power management algorithms, improved storage I/O handling, and smarter scheduling of the CPU core without having to flash unofficial firmware.

No Practical Need for China ROM Anymore

Before HyperOS, many of the power users were installing China ROMs to get more stable system behaviors and earlier feature releases, but this meant that they had to install Google Mobile Services manually, removing Chinese system applications and operating in an English-only environment-a sequence of steps that added significantly to the complexity and potential instability.

Xiaomi HyperOS 2 Global version is finally rolling out

Now, Xiaomi ships Global HyperOS with equivalent system-level optimizations. This gives users complete integration of Google services, compatibility with regional apps, and consistent performance without sacrificing usability or security. In this way, the Global ROM has become a practical choice for business and productivity users.

Now, Global HyperOS delivers an ideal blend of speed, stability, and compatibility. Xiaomi has unified animation frameworks, touch response calibration, and memory leak prevention mechanisms across both versions; hence, the consistent smoothness of scrolling, the faster wake-up times, and higher efficiency in standby.

POCO F6 Pro finally gets HyperOS 3 with Android 16 and Super Island

10 December 2025 at 06:00

The POCO F6 Pro has officially received the HyperOS 3 update based on Android 16, bringing a major software evolution to Xiaomi’s global flagship platform. This release focuses on AI-level system optimizations, smoother visual interactions, and performance stability for demanding users. The update is currently available through the official Recovery ROM channel and confirms Xiaomi’s long-term software strategy for premium POCO devices.

HyperOS 3 Arrives on POCO F6 Pro

This new firmware, identified as OS3.0.4.0.WNKMIXM, has been released for the global variant of the device, internally linked to the Redmi K70 platform. The update confirms that Xiaomi is aligning POCO’s flagship lineup with its latest system architecture and long-term Android policy. HyperOS 3 is built to deliver stronger system-level intelligence, lower power consumption, and more responsive animations across daily usage scenarios, including gaming, multitasking, and professional workloads.

Key Technical Details

The update strengthens system stability and modernizes the user interface while keeping a consistent business-grade experience.

  • Device codename: vermeer_global
  • Base system: Android 16
  • Build number: OS3.0.4.0.WNKMIXM
  • Distribution type: Recovery ROM
  • Region: Global (POCO F6 Pro / Redmi K70 platform)
POCO F6 Pro HyperOS 3

What HyperOS 3 Brings to Users

HyperOS 3 introduces a structured and more efficient visual language that focuses on real-world usability instead of heavy visual effects. Xiaomi has refined application icons, added a clearer notification hierarchy, and introduced a smoother version of the iOS-style interaction experience, while keeping Android’s flexibility intact. A new feature called Super Island enhances multitasking by improving how floating windows, background tasks, and mini-widgets behave across the system.

Main Improvements Included

Users receive a balanced combination of performance, visual, and AI-level upgrades:

  • Advanced AI system optimizations for background tasks
  • Refreshed system icons with better visual clarity
  • iOS-style visual flow with improved gesture animations
  • Super Island for smarter floating windows and task continuity
  • Enhanced battery efficiency under heavy usage

Update Availability and Installation Notes

The HyperOS 3 update is currently distributed via Recovery ROM and is intended for global POCO F6 Pro models. Xiaomi continues to maintain regional stability by releasing this build in phases to ensure long-term reliability. Users are encouraged to follow official Xiaomi update behavior and avoid unofficial packages.

For users who want to keep Xiaomi system apps updated, HyperOSUpdates.com also provides access through XiaomiTime.com’s trusted projects, including direct update support via the MemeOS Enhancer app on Google Play.

How to wait HyperOS 3 update in smartest way

10 December 2025 at 03:31

The HyperOS 3 update is a major progression of Xiaomi’s software lifecycle, based on Android 15 and Android 16, with the goal of strengthening the “Human × Car × Home” ecosystem. To global users, especially for those using regional ROMs such as TR, this waiting process is often dictated by staged rollouts and backend technical limits. Understanding how the OTA system works and how Xiaomi prioritizes devices can turn waiting from a passive experience into a controlled and strategic process.

How Xiaomi Distributes HyperOS 3 Updates

Xiaomi relies on a global OTA system with BigOTA servers and several layers of CDN. When users tap “Check for updates” in the Xiaomi HyperOS updater, the device sends out encrypted identifiers like ROM version, region code, and device model. The server will compare those parameters against a dynamic white list.

If the device is in an active rollout wave, the server responds with a secure download link and validation hash; if not, the device receives a “No updates available” response. This explains why updates are available online for some users, while their devices still show nothing.

There is also an option called “Get updates earlier.” This feature registers the device into a buffer rollout pool. Technically, it can move the update window forward by 24–72 hours but only if the firmware is already prepared for the device and region.

Updater App 1 Updater App 2

Beta Programs and Stable Beta Access

The most straightforward way to get HyperOS 3 early would be through Xiaomi’s official beta programs, which are now integrated into the Xiaomi Community app. The older Mi Pilot program has shifted to a point-based system.

They have to accrue at least 60 community points to get qualified. Points are gained through profile setup, daily check-ins, and basic interactions such as likes, views, and shares. After qualification, applicants have to pass a short risk-awareness test to confirm they understand what a beta software is.

Stable Beta builds are usually distributed a few weeks ahead of public stable releases. These are near-final builds, but they are still monitored for critical issues. Once those are validated, the same build is pushed to the general public.

Since Xiaomi tests on larger populations first, China, India, and Europe get firmware first. The other region ROMs follow later after regional certification and network-level validation are done.

Safe Waiting Strategies for HyperOS 3

Waiting correctly really is a matter of maximizing official channels without affecting device safety. Enabling the “Get updates earlier” option, maintaining the Xiaomi Community score above 60 points, and tracking firmware versions from trusted sources are some safe and effective ways to do this.

HyperOS Updates MemeOS Enhancer About Phone

Other more aggressive methods involve renaming packages and unlocking bootloaders, although they are not advisable to anyone but technically savvy users, since these might invalidate warranties and some app security layers.

HyperOS 3 is conceptualized as a long-term platform, bridging the gaps between smartphones, tablets, cars, and home devices under a single software vision. The most accurate way to do this would be through relying on the official updater mechanisms, community beta accesses, and controlled tracking of firmware releases. This approach helps safeguard the integrity of the device while being able to experience new features as early as possible.

POCO X8 Pro Max will be POCO’s first “Pro Max” phone

10 December 2025 at 01:47

Breaking news from POCO has completely changed the POCO F8 plans that millions of users have been waiting for! The long-awaited flagship killer POCO F8 appears to be dead. According to a shocking leak that appeared in the GSMA IMEI database, this device, with the model number 2602BPC18G, is now officially listed as the ‘POCO X8 Pro Max’. This shows that POCO has not only completely changed its naming strategy, but also added a new dimension to its competition in the smartphone market by switching to an alleged name like ‘Pro Max’ for the first time in the brand’s history.

POCO F8 is dead: Meet POCO’s first “Pro Max” model, the POCO X8 Pro Max

We recently mentioned the existence of the POCO X8 Pro and even its upcoming “Iron Man” edition. But the real big news has just arrived. For a long time known in tech circles as the POCO F8 and having the model number 2602BPC18G, the device has been listed in the official IMEI database under a surprising name: POCO X8 Pro Max.

POCO X8 Pro Max 2602BPC18G

This change indicates that POCO has discontinued the POCO F8 naming convention and has adopted a much stronger naming strategy, grouping its top-tier devices under the X series brand. Also, we should mention that the POCO X8 Pro Max will be announced in India too.

  • POCO X8 Pro Max (Global): 2602BPC18G
  • POCO X8 Pro Max (India): 2602BPC18I

According to the information we obtained, this new POCO X8 Pro Max (previously expected to be the POCO F8) is known in the HyperOS codes by the codename “dash” and has the internal model number “P10U”. This device is expected to inherit POCO’s performance-focused legacy and become the top model of the POCO X series.

POCO series this year

A First in POCO History: The “Pro Max” Era Begins

The most striking aspect of this leak is undoubtedly the name change. For the first time in its history, POCO will use the “Pro Max” suffix on one of its phones.

This strategy is actually not a total surprise for Xiaomi and Redmi. As you may recall:

  • The Xiaomi 17 Pro Max was announced in the Xiaomi 17 series.
  • On the REDMI side, we encountered the REDMI K90 Pro Max naming.
  • Also, for those who don’t remember, the “Redmi Note 9 Pro Max” is among them. Xiaomi actually used this “Pro Max” naming for the first time in 2020.

Now, this wave has reached POCO, and the brand aims to give users the message of “biggest and strongest” by positioning its flagship killer segment device as the “X8 Pro Max”.

Naming Discussions: Apple and POCO competition

When we hear the name “Pro Max”, the first brand that comes to mind is undoubtedly Apple. This will inevitably bring discussions in tech forums that “POCO is copying Apple’s naming.” However, looking at the other side of the coin, we know there was heavy criticism in the past that Apple used the iconic design lines of the POCO X5 Pro in its own models.

POCO 17 Pro 1

At this point, rather than discussing “who copied whom,” it is more accurate to focus on the impact of this interaction on the industry. Android manufacturers borrow from iOS, and Apple constantly borrows features or designs from the Android world. The convergence of naming strategies is a natural part of this competition. Ultimately, brands pushing each other to produce more ambitious models (like Pro Max) is to the benefit of the user, who gets access to better devices.

Those waiting for the POCO F8 should not be disappointed; the device has not been canceled. Only the name of the POCO F8 has changed. POCO is preparing to dominate the smartphone market in the coming period with the POCO X8 Pro, POCO X8 Pro Iron Man Edition, and the new giant of the family, the POCO X8 Pro Max.

10 things Xiaomi HyperOS 3 copied from iOS 26

9 December 2025 at 22:38

3Xiaomi has always been known for taking inspiration from the best in the tech industry, and with the arrival of HyperOS 2, users are noticing some familiar design elements that look almost identical to Apple’s iOS 26. From system icons to unique interface animations, Xiaomi seems to have borrowed a series of ideas while adapting them into its own ecosystem. You can explore our latest HyperOS 3 coverage or discover hidden Xiaomi features through our MemeOS Enhancer app.

Familiar designs in HyperOS 3

While Xiaomi puts its own polish on software, several similarities to iOS 26 are hard to miss. The most noticeable changes appear in visual design, app layouts, and certain animations that mirror Apple’s style.

1. Liquid glass design

The new launcher and gallery adopt a liquid glass effect, closely resembling Apple’s refined translucent backgrounds. This gives the interface a premium appearance, though it feels highly familiar to iOS users.

HYPERos 3 LIQUID GLASS 1 HYPERos 3 LIQUID GLASS 2 HYPERos 3 LIQUID GLASS 3 HYPERos 3 LIQUID GLASS 4

2. Weather app icon

The Weather app icon now adopts the flat, bright color tones seen in iOS 26, with a clear sun-cloud combination.

Weather 1 Weather 2

3. Dynamic Island

Xiaomi has expanded its interactive notification area, taking cues from Dynamic Island, offering smooth transitions for calls, music, and system alerts.

HyperOS 3 Dynamic Island Review 10 HyperOS 3 Dynamic Island Review 8 HyperOS 3 Dynamic Island Review 5 HyperOS 3 Dynamic Island Review 11

4. New albums feature

The Gallery app now offers an “auto-sorted albums” feature, reminiscent of iOS photo organization, automatically grouping people, pets, and events.

Gallery 1

5. Dialer and Messages icons

Both Dialer and Messages icons have shifted to rounded shapes with solid colors, mirroring Apple’s minimalistic design philosophy.

Screenshot 2025 09 02 13 55 32 001 com.miui .home edit iOS icon

6. Calendar app design

The Calendar app now features a cleaner white background with bold day indicators, strongly echoing Apple’s approach.

Screenshot 2025 09 02 13 55 51 130 com.android.calendar GztaAGnb0AAAPjQ

7. Face ID animations

Unlock animations for Face Unlock have been redesigned with circular wave motions nearly identical to iOS 26’s Face ID visuals.

HyperOS 3 Face Unlock 1 HyperOS 3 Face Unlock 2

8. Control center icons

The Control Center includes redesigned icons for Bluetooth, flashlight, and brightness, all adopting Apple-like rounded toggles.

HyperOS 3 Control Center iOS 26

9. Signal and Wi-Fi icons

Even the signal bars and Wi-Fi indicators have been tweaked to look closer to the minimalistic iOS 26 versions.

GztaFkKb0AAIfVA GztaFknbsAAsG W

10. Overall polish

Taken together, these changes add up to a familiar experience. While Xiaomi markets these updates as fresh, many users will immediately notice their Apple-inspired origins.


Source: Apple Design

3 Prediksi Harga Teratas untuk Bitcoin, Emas, dan Perak: Reli yang Dipicu The Fed Ini Bakal Bertahan Lama?

10 December 2025 at 06:47

Bitcoin, emas, dan perak mendadak menguat pada hari Selasa, sehari sebelum apa yang sepertinya jadi pemangkasan suku bunga The Fed berikutnya.

Kripto pelopor ini, juga dua aset safe haven komoditas yaitu emas dan perak, kemungkinan akan menghadapi volatilitas menjelang keputusan suku bunga The Fed, bahkan ketika harga XAG menembus di atas US$60/oz untuk pertama kali dalam sejarah, sekarang naik +108% di 2025.

Target Harga BTC, XAU, dan XAG Teratas Menjelang Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Seluruh perhatian kini tertuju pada keputusan suku bunga The Fed besok dan konferensi pers Jerome Powell setelahnya. Ini adalah salah satu peristiwa ekonomi makro terpenting bagi Bitcoin dan safe haven komoditas minggu ini.

Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa para spekulan suku bunga melihat peluang sebesar 87,6% The Fed akan memangkas suku bunga.

Interest Rate Cut Probabilities
Peluang Pemangkasan Suku Bunga | Sumber: CME FedWatch Tool

Pemangkasan suku bunga The Fed umumnya menjadi angin segar bagi Bitcoin karena meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Emas biasanya akan langsung dan paling cepat mendapat manfaat dari pemangkasan suku bunga, sementara perak seringkali tertinggal dari emas pada awalnya, lalu melesat mengungguli emas saat reli reflasi menguat. Inilah alasan mengapa perak cenderung mengalami lonjakan harga yang tajam setelah pemotongan suku bunga ketika momentum mulai terbentuk.

  • Emas bereaksi pertama kali dan dengan pola yang paling dapat diprediksi
  • Bitcoin mendapat manfaat seiring meluasnya likuiditas
  • Perak sering menjadi pemenang momentum di tahap akhir

Berdasarkan aksi harga saat ini, pasar sebenarnya sudah melakukan antisipasi terhadap peristiwa ini, para trader sudah banyak yang lebih dulu masuk posisi seiring peluang pemangkasan suku bunga kian pasti.

Bitcoin mengejar US$100.000 jelang keputusan suku bunga The Fed

Harga Bitcoin saat ini bergerak dengan bias bullish, konsolidasi dalam channel paralel naik sejak menyentuh dasar di US$80.600 pada 21 November. Selama harga tetap berada dalam pola teknikal ini, peluang untuk lanjut naik masih terbuka lebar.

Berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI), momentum juga sedang meningkat dan bisa mendorong BTC naik lebih tinggi. Posisi RSI di atas level 50 juga menandakan adanya dorongan beli yang signifikan, tapi semuanya masih seimbang sebab level tengah ini juga rawan berbalik arah ke bearish.

Harga Bitcoin saat ini menghadapi resistance langsung di Exponential Moving Average (EMA) 50 hari di US$97.015, menjadi penghalang menuju level retracement Fibonacci paling penting, yaitu 61,8% di US$98.018.

Level itu dapat menjadi titik masuk utama untuk para bull yang datang belakangan, jadi bila harga Bitcoin berhasil breakout dengan volume besar, itu menjadi sinyal penguatan tren. Kondisi seperti ini bisa membuat kripto pelopor ini melesat menuju US$103.399, yang juga menjadi batas tengah 50%.

Dalam skenario sangat bullish, BTC berpotensi menyentuh level retracement Fibonacci 38,2% yang menandakan tren sangat kuat.

Bitcoin (BTC) Price Performance
Performa Harga Bitcoin (BTC) | Sumber: TradingView

Di sisi lain, jika level retracement Fibonacci 61,8% bertahan sebagai resistance, itu dapat memberikan sinyal awal pembalikan tren.

Jika para penjual mengambil kendali di level saat ini, maka Fibonacci retracement 78,6% bisa jadi jebol sebagai support dan pergerakan BTC berpotensi keluar dari channel paralel naik.

Skenario bias seperti ini bisa mendorong harga kripto pelopor turun menuju support di US$80.600. Pergerakan seperti ini berarti Bitcoin akan turun hampir 15% dari level saat ini.

Emas mungkin sedang berada di zona reload klasik tahap A

Harga emas bisa saja mengalami penurunan menuju area terendah US$4.199 dan bahkan menembus garis tren support naik sebelum berbalik ke atas. Berdasarkan RSI, momentumnya mulai menurun dan membuat harga XAU berisiko alami koreksi.

namun, karena RSI masih bertahan di atas level 50 dan ada support kuat dari pertemuan EMA 50 hari dan 100 hari di US$4.202 dan US$4.203, harga emas masih berpeluang naik lebih tinggi.

Support penting ada di area US$4.178 sampai US$4.192. Jika zona ini bertahan, struktur bull masih tetap utuh.

Sementara itu, resistance utama berada di US$4.241, dan jika harga menembus level ini dengan mulus kemungkinan besar akan memicu percepatan tren naik.

Dalam kondisi bias naik, target harga emas berikutnya adalah US$4.260, atau jika sangat bullish, bisa ke US$4.300 sebelum mencoba kembali meraih rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di US$4.381.

Gold (XAU) Price Performance
Performa Harga Emas (XAU) | Sumber: TradingView

Karena itu, harga di titik saat ini bisa menjadi zona ideal untuk pengisian posisi, di mana setiap penurunan dapat menjadi peluang beli untuk para bull yang terlambat masuk.

Kenaikan harga perak 6 kali lipat dibandingkan S&P 500 sepanjang tahun ini

Harga perak sedang mengalami salah satu reli bull terkuat dalam sejarah pasar saham, naik enam kali lipat dari kenaikan S&P 500 selama tahun ini (YTD). Harga XAG/USD sekarang berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan 12 bulan terbesar sejak tahun 1979.

Setelah mencapai all-time high baru di angka US$60.794, perak kini berada pada level price discovery dan masih berpeluang lanjut naik lebih tinggi.

Pada grafik 15-menit di bawah, harga XAG/USD menunjukkan breakout bullish continuation yang sangat jelas. Harga perak sudah menembus tegas level range tinggi sebelumnya di sekitar US$58,83 lalu bergerak makin tinggi ke price discovery, sehingga mengonfirmasi perubahan dari konsolidasi ke ekspansi.

Semua garis EMA kunci (50/100/200) kini tertumpuk secara bullish dan mulai naik, menandakan keselarasan tren jangka pendek yang kuat serta kekuatan tren yang solid.

Silver (XAG) Price Performance
Performa Harga Perak (XAG) | Sumber: TradingView

Momentum mendukung pergerakan ini, terlihat dari RSI di atas 73 yang mengisyaratkan tekanan beli yang sangat kuat. Tapi, posisi RSI ini juga menjadi peringatan bahwa pasar mungkin mengalami overheating dalam waktu dekat sehingga ada risiko koreksi ringan atau konsolidasi sebelum reli berlanjut.

Secara struktur, area resistance sebelumnya di US$58,80 hingga US$59,00 kini menjadi support pertama, sedangkan target psikologis dan teknikal berikutnya berada di sekitar US$61,00–US$61,50.

Selama harga perak tetap di atas 50-EMA (merah) yang naik, bias tetap buy-the-dip. Risiko penurunan baru meningkat jika terjadi breakdown dan harga bertahan di bawah US$59,00.

Twenty One Capital Resmi Melantai di NYSE – Lalu Apa Selanjutnya?

10 December 2025 at 05:20

Twenty One Capital telah melakukan debutnya di New York Stock Exchange (NYSE), memasuki pasar publik dengan cadangan Bitcoin yang besar dan sorotan besar pula.

Sahamnya langsung turun tajam di hari pertama, sehingga muncul pertanyaan jelas bagi investor dan industri: apa langkah selanjutnya bagi perusahaan yang berpusat pada Bitcoin di tengah pasar yang sedang turun?

Debut Raksasa Bitcoin di Wall Street

Dengan kode saham XXI, perusahaan ini masuk ke pasar dengan lebih dari 43.500 Bitcoin di neraca keuangannya.

Kepemilikan tersebut, senilai sekitar US$3,9 miliar, membuat Twenty One Capital menjadi salah satu perusahaan pemilik aset kripto terbesar. Jack Mallers, co-founder perusahaan, menggambarkan langkah listing ini sebagai upaya untuk memberikan Bitcoin tempat yang jelas di pasar tradisional. Ia menegaskan bahwa investor layak mendapatkan akses ke perusahaan yang dibangun sepenuhnya berdasarkan logika moneter Bitcoin.

Hello, world. $XXI pic.twitter.com/SFoLLwGnCd

— Twenty One (@twentyone) December 9, 2025

Bitcoin adalah uang yang jujur. Itulah sebabnya masyarakat memilih Bitcoin, dan itulah alasan kami membangun Twenty One di atasnya,” ujar Mallers dalam siaran pers. “Listing di NYSE bertujuan memberikan Bitcoin posisi yang layak di pasar global dan memberikan investor yang terbaik dari Bitcoin: kekuatannya sebagai cadangan dan potensi pertumbuhan dari sebuah bisnis yang dibangun di atasnya.”

Ini bukan sekadar upaya kecil. Tether, Bitfinex, SoftBank, dan Cantor Equity Partners berada di belakang XXI, memberikan bobot institusional yang jarang terlihat dalam peluncuran yang berbasis Bitcoin.

Cantor Equity Partners sendiri berasal dari jalur yang sudah dikenal: dibentuk sebagai kendaraan akuisisi publik yang didukung Cantor Fitzgerald, perusahaan investasi yang dipimpin Brandon Lutnick, putra Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Koneksi tersebut menambah lapisan kredibilitas institusional bagi langkah XXI masuk ke pasar publik.

Namun, sesi perdagangan pertama berlangsung berat, karena sahamnya jatuh lebih dari 24%. Reaksi ini menunjukkan kecenderungan hati-hati, dengan investor kemungkinan ingin melihat bagaimana XXI akan beroperasi di luar cadangan Bitcoinnya yang besar.

DATs Masih Kesulitan saat Bitcoin Turun

Debut saham Twenty One Capital hadir di tengah tekanan baru di pasar aset kripto.

Bitcoin telah turun sekitar 30% dari puncaknya di bulan Oktober, dan ekuitas terkait juga turut melemah.

Di sisi lain, digital asset treasuries (DATs) terkena dampak paling besar, karena valuasinya sering bergerak mengikuti nilai cadangannya. Analis kini menegaskan bahwa DAT harus bisa membuktikan dirinya memberi lebih dari sekadar eksposur ke Bitcoin. Premi mNAV yang tinggi di kuartal sebelumnya telah memudar, dan investor kini menuntut model bisnis yang lebih jelas.

1/ I see a lot of bad analysis of DATs, or digital asset treasury companies. Specifically, I see a lot of bad takes on whether they should trade at, above, or below the value of the assets they hold (their so-called “mNAV”).

Here's how I approach it.

— Matt Hougan (@Matt_Hougan) November 23, 2025

Dalam kondisi seperti ini, XXI menghadapi tantangan besar untuk listing barunya. Mereka harus mampu menunjukkan kemampuan menghadapi volatilitas dan membangun operasional yang bisa bertahan terhadap fluktuasi harga Bitcoin.

Rencana Pertumbuhan Menunggu Validasi Pasar

Mallers dan timnya menyatakan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan lebih dari sekadar menumpuk Bitcoin.

XXI menyebutkan rencana untuk mengembangkan alat pinjaman berbasis Bitcoin dan produk pasar modal.

Selain itu, mereka juga menargetkan menciptakan inisiatif edukasi dan media untuk mendorong adopsi Bitcoin yang lebih luas.

Semua inisiatif tersebut masih berupa rencana di tahap awal dan belum menjadi lini bisnis yang berjalan, sehingga menunjukkan ambisi perusahaan untuk membangun ekosistem yang lebih luas, bukan hanya menjadi treasury statis.

Apakah investor akan menyambut pendekatan ini masih belum pasti.

Ada yang melihat XXI sebagai calon pemain besar di industri, didukung jaringan institusi yang kuat. Tapi, ada juga yang mencatat lemahnya pasar kripto dan kehati-hatian investor terhadap listing berbasis merger.

Debut ini adalah pencapaian penting, tapi fase selanjutnya akan sangat bergantung pada hasil nyata dan bukan sekadar visi.

November Mungkin Telah Membunuh NFT untuk Selamanya

10 December 2025 at 03:15

Bulan lalu menjadi periode terlemah untuk penjualan NFT di 2025, dengan kapitalisasi pasar kehilangan ratusan juta US$.

Angka terbaru semakin menegaskan penurunan permintaan atas aset ini, yang sebelumnya sempat melonjak ke rekor tertinggi lalu masuk ke fase pembalikan berkepanjangan setelah crypto winter di 2022.

Penjualan NFT Jatuh ke Titik Terendah Baru

Penurunan di bulan November cukup tajam. Total penjualan non-fungible token (NFT) turun menjadi US$320 juta, hampir setengah dari penjualan Oktober yang sebesar US$629 juta, menurut CryptoSlam. Hal ini membuat aktivitas bulanan kembali mendekati level September di US$312 juta dan menghapus momentum kecil yang sempat bangkit di awal musim gugur.

Menurut CoinMarketCap, kelemahan pasar sudah terlihat berlanjut ke bulan Desember, di mana tujuh hari pertama hanya menghasilkan penjualan senilai US$62 juta. Hal ini menandai performa mingguan paling lambat sepanjang tahun ini.

NFTs are soo downbad right now.

Market cap dropped from $6.6B to $3.5B and volume is down about 65 percent.

OpenSea’s most hyped token even got pushed to Q1 2026.

Most holders aren’t down because of price. They’re down because nobody is buying.

The healthiest reboot this… pic.twitter.com/YTrWoK3UKv

— Salem☠️ (@web3_Salem) December 3, 2025

Gambaran valuasi yang lebih luas juga mencerminkan tekanan penurunan serupa. Data CoinGecko menunjukkan kapitalisasi pasar dari marketplace NFT turun ke US$253 juta, yang merupakan level terendah sepanjang sejarah, karena harga-harga terus jatuh, bahkan untuk koleksi yang paling mapan sekalipun.

Penurunan ini bukan peristiwa yang terisolasi, melainkan kelanjutan dari kontraksi besar yang sudah terjadi selama bertahun-tahun dan mengubah lanskap NFT sejak pertumbuhan pesat di awal 2020-an.

Dari Siklus Hype ke Hard Reset

NFT pertama kali masuk ke kesadaran arus utama pada 2020, saat penjualan karya seni awal dan peluncuran eksperimental menarik komunitas khusus.

Pada 2021, pasar NFT jadi fenomena budaya besar. Volume perdagangan di platform seperti OpenSea bahkan sempat melonjak hingga miliaran setiap bulannya.

Koleksi seperti CryptoPunks dan Bored Ape Yacht Club berubah jadi simbol status. NFT ini menarik minat selebriti, brand global, dan investor institusi. Momentum positif berlangsung sampai awal 2022, saat aktivitas NFT mencapai rekor tertinggi.

Puncaknya tak bertahan lama. Ketika pasar kripto secara umum mulai melemah pada pertengahan 2022, volume perdagangan NFT langsung merosot cepat.

Likuiditas mengering. Modal spekulatif mulai mundur, dan floor price koleksi utama anjlok drastis. Skandal wash trading membuat kepercayaan menurun, lalu kelebihan pasokan menciptakan tekanan. Ribuan koleksi tanpa kualitas cukup bersaing berebut perhatian yang makin terbatas.

Menjelang akhir 2022, volume bulanan sudah turun lebih dari 90% dibanding masa puncak. Selama dua tahun setelahnya, pasar terus menyesuaikan diri.

Sebagian NFT yang memang memiliki kegunaan, seperti aset game dan token loyalitas, masih mempertahankan aktivitas di segmen tertentu. Tapi koleksi profil-legendaris mulai kehilangan pamor. Marketplace bersaing memperebutkan pengguna lewat insentif besar, sering kali hanya menaikkan volume tanpa menghasilkan keuntungan nyata.

Di 2025, sektor ini berubah menjadi segmen yang lebih tenang. Kini NFT hanya berperan sebagai bagian kecil dalam pasar aset digital yang lebih luas.

Postingan Bitcoin Andrew Tate Picu Perdebatan Soal MicroStrategy

10 December 2025 at 02:30

Komunitas Bitcoin Terbelah karena Pembelian 10.000 BTC Terbaru MicroStrategy Tak Goyahkan Harga — Likuiditas OTC dan Struktur Pasar Jadi Sorotan

Postingan Andrew Tate yang mempertanyakan mengapa pembelian ~10.000 BTC oleh MicroStrategy tidak menggerakkan harga Bitcoin langsung memicu perdebatan luas di komunitas aset kripto. Diskusi ini menyoroti salah satu kebingungan terbesar di kalangan trader ritel: bagaimana bisa pembelian sebesar itu terjadi tanpa menimbulkan reaksi harga yang terlihat?

Perdebatan komunitas ungkap kesalahpahaman tentang kedalaman pasar OTC Bitcoin

Diskusi Andrew Tate ini muncul hanya beberapa hari setelah MicroStrategy menambah lebih dari 10.600 BTC — pembelian senilai hampir US$1.000.000.000 — sehingga total kepemilikan mereka kini mencapai lebih dari 660.000 koin.

Padahal akuisisi ini sangat besar, harga Bitcoin hampir tidak bergerak waktu itu, tetap terjebak di kisaran US$88.000 hingga US$92.000 sebelum akhirnya breakout hari ini.

I’m huge on BTC but micro strat buy 10k btc ina single day and the price doesn’t move.

Explain that to me.

— Andrew Tate (@Cobratate) December 8, 2025

Banyak pelaku industri lalu menegaskan bahwa pembelian institusi besar jarang terjadi melalui order book spot. Sebaliknya, transaksi itu biasanya lewat desk Over-The-Counter (OTC), yang mempertemukan pembeli dan penjual secara langsung, di luar exchange.

Karena transaksi ini tidak masuk ke pool likuiditas publik, maka transaksi terhindar dari slippage dan tidak meninggalkan jejak langsung pada grafik, candle, atau indeks harga.

Jadi, pembelian senilai miliaran dolar bisa berpindah tangan secara senyap di antara miner, wallet awal, market maker, dan penjual dalam tekanan tanpa membuat harga melonjak.

Hanya jika stok OTC tidak cukup memenuhi permintaan, transaksi baru masuk ke exchange spot — dan saat itulah harga akan bereaksi. Kemampuan MicroStrategy menyerap koin secara privat justru menunjukan kedalaman likuiditas Bitcoin pada tingkat suplai saat ini.

Pergerakan Harga Bitcoin Lebih Bergantung pada Eksekusi daripada Besarnya Transaksi

Beberapa analis menyoroti bahwa pembelian MicroStrategy memang terlihat sangat besar, tapi sebenarnya hanya sebagian kecil dari suplai aktif.

Membeli 10.000 BTC juga hanya sekitar 0,05% dari suplai beredar, dan kalau dilakukan lewat block trade negoisasi, bukan order book spot publik, dampaknya hampir tak terlihat sama sekali.

Hal ini memperjelas bagaimana akumulasi korporasi masih bisa terus terjadi meski pasar sideways, tanpa diketahui trader ritel sampai setelah transaksi selesai.

Founder Binance CZ Berkomentar soal Postingan Andrew Tate

Di sisi lain, para kritikus berpendapat bahwa strategi MicroStrategy lebih mengandalkan persepsi daripada dampak langsung. Ada yang menduga pengumuman-pengumuman perusahaan ini memang bertujuan memantik sentimen bullish, bukan benar-benar menggerakkan harga secara instan.

Minimnya reaksi cepat justru memperkuat spekulasi bahwa pembelian besar-besaran seperti ini ternyata tidak terlalu memengaruhi harga, seperti yang diasumsikan banyak investor.

Perdebatan ini terjadi di momen sensitif, saat pasar akhirnya breakout hari ini setelah seminggu sideways — yang didorong bukan oleh MicroStrategy, melainkan kombinasi akumulasi whale, likuidasi posisi short, serta perkembangan regulasi.

Kontras ini menegaskan satu hal penting: pergerakan harga yang tampak justru kerap mencerminkan arus order tahap akhir, bukan pembelian awal itu sendiri.

Bitcoin Breakout di Atas US$94.000 setelah Stagnasi Selama Sepekan, Ini Alasannya

10 December 2025 at 01:16

Bitcoin melonjak tajam di atas US$94.000, mengakhiri periode perdagangan sideways selama beberapa hari di kisaran US$88.000 hingga US$92.000.

Breakout ini terjadi secara mendadak pada 9 Desember, dan akselerasinya hanya memakan waktu beberapa menit serta berhasil menembus rentang harga yang telah menahan pergerakan pasar hampir sepekan.

Aksi Akumulasi Whale dan Likuidasi Posisi Short Dorong Breakout

Data perdagangan menunjukkan adanya arus masuk besar ke beberapa wallet institusi besar dan wallet exchange pada satu jam sebelum reli terjadi.

Beberapa alamat kustodian dengan volume tinggi mengumpulkan ribuan BTC dalam waktu singkat, menandakan adanya pembeli dengan likuiditas besar yang masuk lebih awal sebelum terjadi short squeeze.

🚨 BREAKING:

HERE'S EXACT REASON WHY BITCOIN JUST PUMPED:

BINANCE BOUGHT 7,298 BTC
COINBASE BOUGHT 3,412 BTC
WINTERMUTE BOUGHT 2,174 BTC
BLACKROCK BOUGHT 1,362 BTC
RANDOM WHALE BOUGHT 6,192 BTC

THIS IS THE BIGGEST INSIDER PUMP EVER!! pic.twitter.com/SImfFYuGT8

— ᴛʀᴀᴄᴇʀ (@DeFiTracer) December 9, 2025

Kecepatan breakout ini sepertinya menandakan order book cepat menipis setelah permintaan menembus resistance di kisaran harga. Struktur pasar pun berubah secara cepat, dengan momentum semakin kuat saat posisi short mulai ditutup karena tekanan.

Data likuidasi mengonfirmasi bahwa pasar Futures menyerap pergerakan ini secara agresif. Lebih dari US$300 juta likuidasi aset kripto terjadi dalam 12 jam terakhir, di mana Bitcoin menyumbang lebih dari US$46 juta dan Ethereum di atas US$49 juta.

Kebanyakan posisi yang terlikuidasi adalah short, yang menandakan pergerakan ini merupakan short squeeze klasik dan bukan tren naik bertahap.

Saat stop-loss beruntun aktif, kenaikan harga Bitcoin pun semakin cepat secara vertikal karena hampir tidak ada suplai penyeimbang.

Dukungan Regulasi dan Antisipasi FOMC Dorong Sentimen

Reli Bitcoin ini terjadi setelah update kebijakan penting dari US Office of the Comptroller of the Currency, yang mengonfirmasi bahwa bank kini boleh melakukan transaksi aset kripto berisiko nol sebagai principal. Keputusan ini memungkinkan lembaga keuangan yang diatur untuk menengahi arus aset kripto tanpa harus memegang aset langsung.

Perubahan ini memperluas akses institusional yang mungkin terjadi, dan waktunya yang beberapa jam sebelum breakout mungkin mendorong posisi masuk lebih awal.

OCC Interpretive Letter 1188 confirms that a national bank may engage in riskless principal crypto-asset transactions as part of the business of banking. https://t.co/gXirMExhCi pic.twitter.com/uPRFGqb2NZ

— OCC (@USOCC) December 9, 2025

Dengan keputusan suku bunga The Fed yang sebentar lagi diumumkan, para trader kini berharap kondisi likuiditas akan semakin mudah jika pemangkasan suku bunga terjadi.

Bitcoin masih bertahan di dekat level tertinggi harian dengan volatilitas tetap tinggi serta funding rate yang terus mengalami penyesuaian di pasar derivatif. Pasar kini mencermati apakah permintaan selanjutnya masih kuat hingga pengumuman FOMC atau justru aksi ambil untung akan meredam momentum di puncak harga.

Eksekutif Polygon Jelaskan Kenapa Keuangan Besar Ingin Aset Kripto di 2025 dan Kenapa Retail Tidak

10 December 2025 at 00:00

Pada tahun 2025, industri aset kripto memasuki fase baru yang ditandai dengan lonjakan partisipasi institusi besar. Setelah bertahun-tahun berhati-hati dan skeptis, kini perusahaan besar mulai mengalokasikan modal dalam jumlah signifikan ke aset digital.

Tetapi, apa yang berubah sehingga institusi akhirnya masuk ke industri yang dulu mereka jauhi? BeInCrypto berbicara dengan Aishwary Gupta, Head Global Payment dan Real-World Assets di Polygon Labs, untuk membahas faktor pendorong di balik transformasi ini. Gupta menjelaskan kenapa aliran dana institusi sekarang mendominasi pasar dan apa arti perubahan ini.

Institusi Kini Kuasai Arus Masuk Aset Kripto: Ini Alasannya

Gupta mengungkapkan bahwa institusi saat ini menyumbang sekitar 95% dari arus masuk aset kripto. Sementara itu, partisipasi investor ritel turun menjadi sekitar 5–6%. Pergeseran ini menandakan perubahan dari siklus lama yang dipimpin oleh hype dan investor ritel ke pasar yang kini banyak dipengaruhi oleh keuangan terstruktur.

Manajer aset besar seperti BlackRock, Apollo, dan Hamilton Lane juga mulai mengalokasikan sekitar 1–2% portofolio mereka ke aset kripto, memperkenalkan ETF dan menguji produk investasi yang ditokenisasi di chain.

Menurut Gupta, perubahan yang terjadi bukan pada sentimen Wall Street, melainkan pada infrastruktur yang sekarang mendukung aktivitas institusi. Ia menyebut Polygon sebagai contoh:

“Kemitraan dengan JPMorgan untuk perdagangan DeFi secara langsung di bawah Monetary Authority of Singapore, Ondo untuk obligasi negara yang ditokenisasi, dan AMINA Bank untuk staking yang telah diatur membuktikan bahwa sistem yang menjalankan DeFi juga dapat menggerakkan keuangan global. Skalabilitas dan biaya transaksi rendah membuat keuangan tradisional mempertimbangkan blockchain publik untuk digunakan. Institusi sekarang tidak perlu lagi bereksperimen di sandbox — mereka bisa bertransaksi di jaringan publik yang kompatibel dengan Ethereum, yang sudah teruji dan memenuhi syarat auditor maupun regulator.”

Gupta menyampaikan bahwa institusi masuk ke dunia aset kripto dari dua arah utama: mencari imbal hasil dan diversifikasi, serta mengejar efisiensi operasional. Gelombang pertama berfokus pada hasil dalam dolar AS lewat produk seperti obligasi negara yang ditokenisasi dan staking yang dikelola bank. Produk-produk ini menawarkan kerangka kerja yang sudah dikenal sekaligus sesuai aturan untuk mendapatkan yield.

Gelombang kedua, ia terangkan, didorong oleh efisiensi yang ditawarkan blockchain. Penyelesaian transaksi lebih cepat, likuiditas bersama, serta aset yang dapat diprogram membuat jaringan keuangan besar dan perusahaan fintech tertarik mencoba struktur dana yang ditokenisasi dan transfer di chain.

Penurunan Minat Ritel Picu Pertanyaan soal Arah Aset Kripto saat Institusi Memimpin

Ia juga menyoroti alasan keluarnya investor ritel. Gupta menegaskan kebanyakan investor ritel meninggalkan pasar karena kerugian akibat siklus meme coin spekulatif dan harapan keuntungan yang tidak realistis. Hilangnya kepercayaan ini, ia terang, membuat banyak investor kecil memilih menepi. meski begitu, ia tidak melihat ini sebagai kepergian permanen atau struktural.

“Akan semakin banyak produk yang terstruktur dan teregulasi, sehingga bisa mengembalikan kepercayaan mereka untuk kembali ke pasar,” ujar Gupta kepada BeInCrypto.

Meskipun demikian, meningkatnya partisipasi institusi menimbulkan kekhawatiran akan potensi hilangnya jiwa desentralisasi aset kripto. Gupta menegaskan bahwa kematangan dan desentralisasi dapat berjalan bersamaan asalkan jaringan publik dan terbuka tetap menjadi fondasinya.

Menurutnya, desentralisasi hanya terancam ketika jaringan mengorbankan keterbukaan, bukan ketika ada peserta baru yang masuk.

“Kalau dibangun di atas sistem publik…bukan di taman tertutup, adopsi institusi tidak akan memusatkan aset kripto, melainkan melegitimasi. Keuangan tradisional bukan mengambil alih kripto, melainkan memang masuk ke chain — ini bukan penaklukan atau penyerahan, tetapi lebih pada penggabungan infrastruktur, di mana chain yang menjalankan DeFi dan NFT juga mengakomodasi treasury, ETF, dan staking institusi,” papar dia.

Saat ditanya apakah dominasi institusi bisa memperlambat inovasi karena mengedepankan kepatuhan dibandingkan eksperimen, Gupta mengakui ketegangan tersebut ada. meski begitu, ia berpandangan hal ini tetap bisa memberi manfaat bagi sektor ini.

‘Mentalitas “bergerak cepat dan hancurkan segala hal” memang melahirkan kreativitas besar, tapi juga menyebabkan kerugian besar dan perlawanan dari regulator. Ya, institusi bergerak lambat dan sangat fokus pada kepatuhan, dan ya, itu kadang menahan kreativitas, tapi jika dijalankan dengan tepat, inovasi tidak harus mati. Justru ini bisa mendorong kemajuan dan memaksa pengembang melihat kepatuhan sebagai bentuk inovasi dengan mengintegrasikannya sejak awal. Perkembangannya bisa lebih lambat, tapi hasilnya lebih kuat dan lebih bisa diskalakan,” komentar eksekutif tersebut.

Apa yang Akan Terjadi Berikutnya saat Institusi Semakin Aktif di Aset Kripto

Melihat ke depan, Gupta mengatakan lonjakan partisipasi institusi sebaiknya tidak dipandang sebagai Wall Street “mengambil alih” aset kripto, tapi lebih kepada bergabung dengan ekosistem yang makin beragam.

“Pasar kini berjalan dengan likuiditas institusi, yang bergerak lebih lambat, menghasilkan yield, dan lebih terkelola risikonya. Kamu tidak lagi melihat pasar didominasi oleh trader ritel yang mengejar hype dan FOMO di centralized exchange seperti tahun 2017. Perdagangan berdasarkan emosi jauh berkurang. Volatilitas akan turun, karena modal bergerak dari spekulasi ke penghasil yield jangka panjang. Narasinya sudah berubah, di mana aset kripto kini lebih dipandang sebagai infrastruktur finansial daripada kelas aset,” ucapnya

Ia memprediksi ekspansi besar pada tokenisasi aset dunia nyata (RWA) dan peningkatan bertahap stabilitas pasar seiring aktivitas trading yang semakin disiplin dan tidak lagi spekulatif. Integrasi regulasi yang lebih kuat, tambahnya, juga sangat mungkin terjadi karena pelaku finansial tradisional terus mengembangkan strategi on-chain.

Gupta memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut pada staking institusi dan jaringan penghasil yield, seiring entitas teregulasi mencari cara yang sesuai aturan untuk ikut mendapatkan yield di chain. Di sisi lain, ia percaya interoperabilitas akan menjadi fokus utama, di mana alat publik yang memudahkan pergerakan aset lintas rollup akan semakin penting saat institusi meningkatkan aktivitas mereka.

Firefox 146 Brings Full Fractional Scaling Support on Wayland

9 December 2025 at 07:59

Firefox logo and the number 146 on a red background with snowflakes framing it.Firefox 146 is out with fractional scaling on Wayland, local backups on Windows, and new tab weather widget rollout. A quiet but solid update for all platforms.

You're reading Firefox 146 Brings Full Fractional Scaling Support on Wayland, a blog post from OMG! Ubuntu. Do not reproduce elsewhere without permission.

❌